Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISA PERSIMPANGAN TIDAK BERSINYAL


MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997
(STUDI KASUS PERSIMPANGAN JALAN 14 FEBRUARI – JALAN
TOLOLIU SUPIT – JALAN BABE PALAR, KOTA MANADO)

Disusun Oleh :
RISKY ALFANDY MANEMBU
21017004

Dosen Pembimbing :
SAMUEL BUTAR-BUTAR, ST.,MT.
NIDN. 0923068903

SAMUEL BUTAR-BUTAR, ST.,MT.


NIDN. 0923068903

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Prisma Manado
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemacetan merupakan masalah yang sering ditemui pada jalan perkotaan


maupun jalan luar kota yang diakibatkan karena meningkatknya kepemilikan
kendaraan dan terbatasnya sumber daya pembangunan jalan raya serta belum
optimalnya pengoperasian lalu lintas yang ada. Ini menjadi persoalan utama
disetiap kota-kota yang ada di Indonesia, termasuk kota Manado
Kota Manado merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi
Sulawesi Utara. kota Manado merupakan kota terpadat di provinsi Sulawesi Utara.
Dan menurut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Manado, tahun
2020 penduduk kota Manado tercatat sebanyak 527.007 jiwa. Kota Manado juga
termasuk kota yang memiliki beberapa pembangunan perumahan baru. Kota
Manado merupakan salah satu kota tujuan perbelanjaan karena memiliki beberapa
mall, seperti Megamall, Mega Trade Center, Manado Town Square 1,2,3, dan
memiliki pusat perbelanjaan yang terkenal di provinsi Sulawesi Utara yaitu Pasar
45.
Padatnya jumlah penduduk di kota Manado, serta wisatawan memiliki
dampak yang besar dalam permasalahan lalu lintas. Biasanya, masalah lalu lintas
sering terjadi pada bagian persimpangan jalan, dimana pada persimpangan
terdapat banyak terjadinya pergerakan lalu lintas, baik yang jalan lurus maupun
saling berpotongan dengan kendaraan lain, yang mengakibatkan terjadinya
gangguan lalu lintas.
Di kota Manado ada beberapa persimpangan yang menarik untuk diteliti,
salah satunya yaitu persimpangan Persimpangan Jalan 14 Februari – Jalan Tololiu
Supit – Jalan Babe Palar.
Persimpangan ini merupakan jalur lalu lintas sibuk, dilihat dari aktifitas
lalu lintas persimpangan dan dari letak lokasi. Jalan ini merupakan akses ke area
persekolahan dan perkantoran. Di area persimpangan ini terdapat Rumah Sakit
Advent Manado, Hotel Sahid Manado, yang menyebabkan banyak kendaraan
yang melintas di persimpangan ini.
Berdasarkan masalah masalah yang di paparkan pada paragraph
sebelumnya maka diperlukan studi “ANALISA PERSIMPANGAN TIDAK
BERSINYAL MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 (Studi Kasus
persimpangan jalan 14 februari – jalan tololiu supit – jalan babe palar, kota
manado)”.

1.2 Identifikasi Masalah


a. Merupakan kawasan sibuk, seperti Rumah Sakit, Sekolah,
Perkantoran.
b. Merupakan Persimpangan tidak sebidang
1.3 Batasan Masalah

a. Kawasan yang ditinjau adalah simpang tiga lengan tak sebidang


b. Metode yang dipakai dalam analisa memakai acuan MKJI 1997
c. Data primer diambil dari survey lapangan (pada saat pandemi
Covid-19)
d. Data sekunder didapat dari instansi terkait

1.4 Rumusan Masalah


a. Bagaimana kinerja simpang tak bersinyal di daerah persimpangan
jalan 14 februari – jalan tololiu supit – jalan babe palar, kota
manado?
b. Bagaimana perencanaan simpang tak bersinyal di persimpangan
jalan 14 februari – jalan tololiu supit – jalan babe palar, kota
manado?

1.5 Tujuan Penelitian


Penelitian ini mempuyai tujuan :
a. Menghitung kinerja simpang tak bersinyal di persimpangan jalan
14 februari – jalan tololiu supit – jalan babe palar, kota manado
b. Menganalisa Kapasitas Simpang pada persimpangan jalan 14
februari – jalan tololiu supit – jalan babe palar, kota manado

1.6 Manfaat Penelitian


a. Manfaat bagi instansi pemerintah
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk membantu
pengambilan langkah yang tepat untuk merubah tipe simpang agar
berkurangnya kemacetan.
b. Manfaat bagi peneliti
Manfaat dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan
dan wawasan di bidang transportasi dalam perencanaan simpang
tak bersinyal.
BAB II

TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Persimpangan

Menurut Hobbs,F,D 1995, Simpang jalan merupakan simpul transportasi


yang terbentuk dari beberapa pendekat, di mana arus kendaraan dari berbagai
pendekat tersebut bertemu dan memencar meninggalkan simpang. Pada sistem
transportasi dikenal tiga macam pertemuan jalan, yaitu pertemuan sebidang (at
grade intersection), pertemuan tidak sebidang (interchange) dan persilangan jalan
(grade sparation without ramps). Persimpangan adalah lokasi pada suatu sistem
lalu lintas yang terjadi persilangan atau perpotongan dua atau lebih jalan/jalur.
Didaerah perkotaan simpang yang sering dijumpai adalah persimpangan yang tak
bersinyal, yang memiliki tingkat arus lalu-lintas dan rasio belokan di jalan minor
yang relatif kecil, namun apabila arus lalu-lintas dari jalan minor cukup besar
maka perlu diterapkan simpang bersinyal karena tingkat kecelakaan pada simpang
tersebut meningkat (Wijayanto, 2017).
Menurut Alamsyah, A, A (2005) jenis-jenis persimpangan dibedakan antara
lain berdasarkan pada hal berikut ini:
1. Tipe persimpangan
a. Persimpangan sebidang
Persimpangan sebidang adalah persimpangan dimana berbagai
jalan atau ujung jalan yang masuk ke persimpangan mengarahkan
lalu-lintas masuk ke jalur yang berlawanan dengan lalu-lintas
lainnya, seperti persimpangan pada jalan-jalan di kota.
Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.
b. Persimpangan tak sebidang
Persimpangan tak sebidang adalah persimpangan dimana jalan raya
yang menuju ke persimpangan ditempatkan pada ketinggian yang
berbeda.
2. Jenis pengendaliannya
a. Persimpangan dengan alur (channelized intersection)
Persimpangan ini dikendalikan dengan menggunakan pulau jalan
yang mengarahkan arus lalu-lintas pada jalur tertentu, sehingga
konflik yang akan terjadi dapat dikurangi.

b. Persimpangan tak bersinyal


Jenis persimpangan ini mengalirkan arus lalu-lintas dari kaki
persimpangan apa adanya tanpa pengaturan. Biasanya
persimpangan jenis ini terdapat pada jalan-jalan komplek
perumahan atau pada jalan local di dalam kota.
c. Persimpangan bersinyal
Persimpangan ini dikendalikan dengan menggunakan lampu
pengatur lalulintas (Traffic Signals / Traffic Light).

2.2 Bagian Simpang

Simpang terbagi dalam 2 bagian :

2.2.1 Persimpangan Sebidang

Persimpangan sebidang adalah persimpangan dimana berbagai


jalan atau ujung jalan masuk persimpangan mengarahkan lalu
lintas masuk ke jalan yang dapat berlawanan dengan lalu lintas
lainnya. Berdasarkan jenis fasilitas pengatur lalu lintas
persimpangan sebidang terbagi 2 bagian:
Simpang Bersinyal dan Simpang Tak bersinyal

2.2.2 Persimpangan Tak sebidang


Persimpangan tak sebidang sebaliknya yaitu memisah-misahkan
lalu lintas pada jalur yang berbeda sedemikian rupa sehingga
persimpangan jalur dari kendaraan-kendaraan hanya terjadi pada
tempat dimana kendaraan-kendaraan memisah dari atau bergabung
menjadi satu jalur gerak yang sama

2.3 Jenis Pertemuan Gerakan Persimpangan

Ada 4 jenis pergerakan lalulintas yang terjadi pada persimpangan, yaitu:


a. Memotong (Crossing)
b. Menyilang (Weaving)
c. Mengumpul (Merging)
d. Memisah (Diverging)
Dalam perancangan persimpangan sebidang, perlu mempertimbangkan
elemen dasar yaitu :
a. Faktor manusia, seperti kebiasaan mengemudi, waktu pengambilan
keputusan, dan waktu reaksi
b. Pertimbangan lalu lintas, seperti kapasitas, pergerakan berbelok,
kecepatan kendaraan, ukuran kendaraan, dan penyebaran kendaraan.
c. Elemen fisik, seperti jarak pandang, dan fitur-fitur geometric.
d. Factor ekonomi, seperti konsumsi bahan bakar, nilai waktu.
Simpang tak bersinyal dikategorikan menjadi :
a. Simpang tanpa pengontrol
Pada simpang ini tidak terdapat hak berjalan (right of way) terlebih
dahulu yang diberikan pada suatu jalan dari simpang tersebut. Bentuk
simpang ini cocok pada simpang yang mempunyai arus lalu-lintas
rendah
b. Simpang dengan prioritas
Simpang ini memberi hak yang lebih kepada suatu jalan yang spesifik.
Bentuk operasi ini dilakukan pada simpang dengan arus yang berbeda
dan pada pendekatan jalan yang mempunyai arus yang lebih rendah
sebaiknya dipasang rambu.
c. Persimpangan dengan pembagian ruang
Simpang jenis ini memberikan prioritas yang sama dan gerakan yang
berkesinambungan terhadap semua kendaraan yang berasal dari
masing-masing lengan. Arus kendaraan ssaling berjalan pada
kecepatan relative rendah dan dapat melewati persimpangan tanpa
harus berhent. Pengendalian simpang pada jenis ini umumnya
diberlakukan dengan operasi bundaran.

2.5 Pengaturan Simpang Bersinyal

Menurut MKJI 1997, pada umumnya sinyal lalu lintas dipergunakan untuk
satu atau lebih dari alasan berikut :

a. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik lalu lintas,


sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan,
bahkan selama kondisi lalu lintas jam puncak.
b. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari
jalan simpang (kecil) untuk/memotong jalan utama.
c. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara
kendaraan-kendaraan dari arah yang bertentangan.

Untuk sebagian besar fasilitas jalan, kapasitas dan perilaku lalu


lintas terutama adalah fungsi dari keadaan geometrik dan tundaan lalu
lintas. Dengan menggunakan sinyal, kapasitas dapat didistribusikan ke
berbagai pendekat melalui pengalokasian waktu hijau pada masing-masing
pendekat.

Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997), ukuran-ukuran


yang digunakan untuk memperhitungkan kinerja simpang tak bersinyal
berhubungan dengan geometri, lingkungan dan Lalu-lintas terdiri dari :

1. Kapasitas.
2. Derajat kejenuhan.
3. Tundaan.
4. Peluang antrian
Pada umumnya simpang tidak bersinyal dengan pengaturan hak jalan
(prioritas dari sebelah kiri) digunakan di daerah pemukiman, perkotaan dan daerah
pedalaman untuk persimpangan antara jalan lokal dengan arus Lalu-lintas rendah.
Untuk persimpangan dengan kelas dan atau fungsi jalan berbeda, Lalu-lintas pada
jalan minor harus diatur dengan tanda stop. Simpang tak bersinyal paling efektif
apabila ukuranya kecil dan daerah konflik Lalu-lintas ditentukan dengan baik.
Karena itu simpang ini sangat sesuai untuk persimpangan antara jalan dua lajur
tak terbagi (Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997)

2.6 Teori Persimpangan Tak Bersinyal Menurut MKJI 1997

Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, sebagai manual untuk


kegiatan analisis, perencanaan, perancangan, dan operasi fasilitas lalu lintas jalan,
merupakan produk hasil penelitian yang dilakukan secara empiris di beberapa
tempat yang dianggap mewakili kondisi karakteristik lalu lintas di wilayah
Indonesia.
Metode dan prosedur yang diuraikan dalam MKJI 1997 mempunyai dasar
empiris. Alasannya adalah bahwa perilaku lalulintas pada simpang tak bersinyal
dalam hal aturan memberi jalan disiplin lajur dan aturan antri sangat sulit
digambarkan dalam suatu model perilaku, perilaku pengemudi yang berbeda
dengan kebanyakan Negara barat, menjadikan penggunaan metode manual
kapasitas Negara barat ini tidak dapat diterapkan.
Hasil yang paling menentukan dari perilaku lalulintas adalah rata-rata
hampir dua pertiga dari seluruh kendaraan yang datang dari jalan minor melintasi
simpang dengan perilaku tidak menunggu celah dan celah kritis yang kendaraan
tidak memaksa lewat adalah sangat rendah yaitu 2 detik
2.6.1 Kapasitas
Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalah hasil
perkalian antara kapasitas dasar (C0) yaitu kapasitas pada kondisi tertentu
(ideal) dan faktor-faktor penyesuaian (F), dengan memperhitungkan
pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas. Bentuk model kapasitas
menjadi sebagai berikut:
C=Co×FW ×FM×FCS × FRSU × FLT × FRT × FMI
2.6.2 Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan untuk seluruh simpang, (DS), dihitung sebagai
berikut:
DS = Qsmp / C
dimana: Qsmp = Arus total (smp/jam) C = Kapasitas (smp/jam)
2.6.3 Tundaan
Tundaan pada simpang dapat terjadi karena dua sebab :
1. Tundaan lalulintas (DT) akibat interaksi lalulintas dengan
gerakan yang lain dalam simpang.
2. Tundaan geometrik (DG) akibat perlambatan dan percepatan
kendaraan yang terganggu dan tak-terganggu. Tundaan
geometrik (DG) dihitung dengan rumus
Untuk DS < 1,0 : DG = (1-DS)×(PT×6 +(1-PT)×3) +DS×4
(det/smp).
Untuk DS ≥ 1,0: DG = 4.
2.6.4 Peluang Antrian
Peluang antrian ditentukan dari kurva peluang antrian/derajat
kejenuhan secara empiris. Manual kapasitas jalan ini dapat digunakan
untuk berbagai penerapan seperti perencanaan, perancangan dan analisa
operasional. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan denah dan
ukuran geometrik yang memenuhi sasaran yang di tetapkan untuk kondisi
lalulintas rencana tersebut.
Perancangan berbeda dari perencanaan hanya pada skala waktu.
Pada penerapan perencanaan, masukan data lalulintas biasanya
berhubungan dengan suatu jam puncak. Pada perancangan, informasi data
lalulintas biasanya dalam bentuk LHRT yang diramalkan, yang kemudian
harus dikonversikan ke dalam jam puncak rencana, biasanya dengan
menggunakan suatu faktor persentase normal

Banyak kajian telah dilakukan untuk mengevaluasi persimpangan yang


bermasalah sebagai sumber kemacetan. Semua persimpangan tersebut di evaluasi
menggunakan MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia). Misalnya
Analisis kinerja simpang tak bersinyal untuk simpang jalan w.r. supratman
dan jalan b.w. lapian di kota manado, oleh Vrisilya Bawangun, Theo K. Sendow,
Lintong Elisabeth(2015), dimana penelitian ini Menganalisis simpang tiga tak
bersinyal, berdasarkan analisa terhadap Kapasitas, Derajat Kejenuhan, Tundaan
dan Peluang Antrian (MKJI 1997), Dan Menganalisis persimpangan untuk
meningkatkan kinerja simpang dengan melakukan simulasi persimpangan serta
Menganalisis persimpangan dengan melakukan pelebaran jalan.
Kemudian, Perencanaan Simpang Tak Bersinyal Menggunakan Autodesk
Land Desktop 2006(Pesimpangan Jl. Husein Sastranegara dengan Jl. Faliman Jaya
Kecamatan Neglarasi Kota Tangerang) oleh Adi Setiawan1, Telly Rosdiyani2,
Ahmad Saiful Huda3, dimana memiliki kesimpulan, Perhitungan ini mengacu pada
Rekayasa Lalu-Lintas edisi 2013, arus lalu lintas dalam 10 tahun kedepan 2030
sebesar 14575.247 smp/jam dan pada kendaraan yang melewati persimpangan Jl.
Husein Sastranegara – Jl. Faliman Jaya ini banyak kendaraaan besar maka
perencanaan design geometrik simpang membutuhkan perubahan nilai radius (R).
Kemudian, Brigitha Raco J. A. Timboeleng , F. Jansen, Fakultas Teknik
Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Mengevaluasi Kinerja
persimpangan tak bersinyal pada persimpangan jalan dotulolong lasut – jalan
sudirman – jalan sarapung – jalan sudirman kota manado

Anda mungkin juga menyukai