0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan7 halaman
Proposal ini membahas analisis kinerja simpang tak bersinyal di persimpangan Jalan Tulukabessy-Jalan Jenderal Sudirman Kota Ambon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik arus lalu lintas dan kinerja persimpangan tersebut menggunakan metode MKJI 1997. Penelitian ini membatasi ruang lingkup pada analisis kinerja persimpangan saja.
Proposal ini membahas analisis kinerja simpang tak bersinyal di persimpangan Jalan Tulukabessy-Jalan Jenderal Sudirman Kota Ambon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik arus lalu lintas dan kinerja persimpangan tersebut menggunakan metode MKJI 1997. Penelitian ini membatasi ruang lingkup pada analisis kinerja persimpangan saja.
Proposal ini membahas analisis kinerja simpang tak bersinyal di persimpangan Jalan Tulukabessy-Jalan Jenderal Sudirman Kota Ambon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik arus lalu lintas dan kinerja persimpangan tersebut menggunakan metode MKJI 1997. Penelitian ini membatasi ruang lingkup pada analisis kinerja persimpangan saja.
JALAN. TULUKABESSY – JALAN. JENDERAL SUDIRMAN KOTA AMBON
OLEH
NAMA : ZETH SIMAELA
NPM : 12122201210116 KELAS : B
PRODI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2022 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan transportasi dikota Ambon sangat berdampak pada meningkatnya pergerakan manusia, barang, dan jasa. Pertambahan jumlah kendaraan yang tidak diimbangi dengan perkembangan prasarana akan menimbulkan konflik pada jalan khususnya di persimpangan jalan. Sejauh ini pada ruas jalan menuju Jalan. Tulukabessy – Jalan. Jenderal Sudirman pada jam tertentu sering terjadi kesibukan lalu lintas yang tidak efektif dengan kinerja jalan yang menjadi peranan penting dalam transportasi. Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu lintas yang merupakan suatu daerah pertemuan dari jaringan jalan raya dan juga tempat bertemunya kendaraan dari berbagai arah dan perubahan arah termasuk didalamnya fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk pergerakan lalu lintas. Kawasan Jalan. Tulukabessy – Jalan. Jenderal Sudirman memiliki jumlah penduduk yang relative padat dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta permasalahan transportasi yang kompleks. Salah satu permasalahan tersebut adalah terjadinya tundaan dan antrian yang panjang pada simpang tersebut. Terkait permasalahan di-atas serta belum adanya penelitian untuk mengevaluasi tingkat efektifitas dari sitem pengaturan sistem tak bersinyal pada, simpang Jalan. Tulukabessy – Jalan. Jenderal Sudirman sehingga diperlu-kan adanya penelitian untuk mengkajinya (Suteja dan Cahyani, 2002) Di sepanjang jalan tersebut, sering terjadi antrian kendaraan atau kemacetan yang sangat panjang. Volume lalu lintas yang dapat ditampung oleh jaringan jalan ditentukan oleh kapasitas dari jaringan jalan tersebut. Kinerja suatu simpang merupakan faktor utama dalam menentukan penanganan yang paling tepat untuk mengoptimalkan fungsi dari suatu simpang. Parameter yang digunakan untuk menilai kinerja suatu simpang tak bersinyal mencakup; kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan, dan peluang antrian. Dari kondisi simpang Jalan. Tulukabessy – Jalan. Jenderal Sudirman yang telah dipaparkan dapat dilihat bahwa simpang tersebut mengalami masalah yang cukup kompleks. Sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian simpang tak bersinyal pada lokasi tersebut, sehingga tidak diketahui kinerja dari simpang saat ini. Dengan demikian penelitian terhadap simpang ini perlu dilakukan 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik arus lalulintas pada simpang tak bersinyal di Jalan. Tulukabessy – Jalan. Jenderal Sudirman? 2. Bagaimanakah kinerja simpang tak bersinyal di Jalan. Tulukabessy – Jalan. Jenderal Sudirman? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku lalulintas dan kinerja pada persimpangan dengan menggunakan metode MKJI 1997, antara lain: 1. Menganalisis karakteristik arus lalulintas pada persimpangan tak bersinyal di Jalan. Tulukabessy – Jalan. Jenderal Sudirman. 2. Menganalisis kinerja simpangan tak bersinyal di Jalan. Tulukabessy – Jalan. Jenderal Sudirman. 1.4. Batasan Masalah Karena keterbatasan dalam hal waktu, kemampuan peneliti, dan kesempatan dalam penelitian. Maka penelitian ini hanya akan membahas tentang Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal Di Ruas Jalan. Tulukabessy – Jalan. Jenderal Sudirman Kota Ambon. Dan metode yang di gunakan peneliti adalah metode MKJI 1997. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori-Teori Yang Menunjang Penelitian
Simpang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan jalan. Di daerah perkotaan biasanya memiliki banyak persimpangan dimana pengemudi harus memilih lurus atau belok untuk mencapai satu tujuan tertentu. Simpang dapat didefinisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan atau lebih, bergabung atau bersimpangan. Termasuk jalan dan fasilitas jalan untuk pergerakan lalu lintas yang ada di dalamnya. Simpang adalah transportasi terbentuk akibat dari pertemuan ruas beberapa kendaraan dimana pertemuan kendaraan tersebut menyebabkan perpencaran antara satu dengan yang lainnya sehingga meninggalkan simpang. 2.2. Pendapat Peneliti Terdahulu Menurut MKJI 1997, didefinisikan sebagai ukuran kwalitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas lalu lintas seperti yang dinilai oleh pembina jalan. Pada umumnya dinyatakan dalam kapasitas, derajat kejenuhan, kecepatan rata-rata, waktu tempuh, tundaan, peluang antrian, panjang antrian atau resiko kendaraan terhenti. Aliran lalu lintas pada persimpangan jalan tanpa lampu lalu lintas (prioritas) dapat dirancang dengan memberikan tanda berhenti (stop), memberikan jalan atau mengalah (yield) atau jalan pelan-pelan. Jika terdapat volume lalu lintas belok kiri dan kanan yang besar maka perlu penambahan lajur yang dapat diperoleh dengan cara pelebaran kaki simpang (P. D. Hobbs, 1995). Menurut R. J. Salter (1976), pada suatu simpang kendaraan berpindah dari jalur yang sedang dilewatinya ke jalur lain. Dalam melakukan gerakan ini sebuah kendaraan mungkin menggabung (merge), memisah (diverge) atau memotong (cross) dengan jalur kendaraan lainnya. Gerakan menggabung, memisah dan memotong ini kemungkinan akan mengakibatkan terjadinya tabrakan (collision) antar kendaraan. Titik tempat terjadi tabrakan dan daerah pengaruh sekitamya disebut daerah konflik. 2.3. Rumus-Rumus Penunjang Penelitian Menurut Sukirman (1994), volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satuan waktu (hari, jam, menit). Sehubungan dengan penentuan jumlah dan lebar jalur, satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan adalah lalu lintas harian rata- rata, volume jam perencanaan dan kapasitas Jenis kendaraan dalam hitungan ini diklasifikasikan menjadi 3 macam kendaraan yaitu: a) Kendaraan Ringan (Light Vecricles = LV) Indek untuk kendaraan bermotor dengan 4 roda (mobil penumpang) b) Kendaraan Berat (Heavy Vecricles = HV) Indek untuk kendaraan bermotor dengan roda lebih dari 4 (bus, truk 2 gandar, truk 3 gandar dan kombiasi yang sesuai). c) Sepeda Motor (Motor Cycle = MC) Indek untuk kendaraan bermotor 2 roda. Kendaraan tak bermotor (sepeda, becak dan ), parkir pada badan jalan dan pejalan kaki anggap sebagai hambatan samping. Data jumlah kendaraan kemudian dihitung dalam kendaraan/jam untuk setiap kendaraan, dengan faktor koreksi masing-masing kendaraan yaitu: LV=1,0; HV=1,3; MC= 0,40 Arus lalu lintas total dalam smp/jam adalah: Qsmp = (emp LV x LV + emp HV x HV + emp MC x MC) Keterangan: Q : Volume kendaraan bermotor (smp/jam) EmpLV : Nilai ekuivalen mobil penumpang untuk kendaraan ringan. EmpHV : Nilai ekuivalen mobil penumpang untuk kendaraan berat. EmpMC : Nilai ekuivalen mobil penumpang untuk sepeda motor. LV : Notasi untuk kendaraan ringan HV : Notasi untuk kendaraan berat MC : Notasi untuk sepeda motor
Tabel 2.1 Tabel Keterangan Nilai SMP
Jenis Kendaraan Nilai Satuan Mobil Penumpang (smp/jam)
Kendaraan Berat (HV) 1,3
Kendaraan Ringan (LV) 1,0 Sepeda Motor (M) 0,40 Sumber: Manual kapasitas jalan Indonesia 1997 Yang nantinya hasil faktor satuan mobil penumpang (P) ini dimasukan kedalam rumus volume lalu lintas: Q = P X QV Dengan: Q : volume kendaraan bermotor (smp/jam) P : faktor satuan mobil penumpang. QV : volume kendaraan bermotor (kendaraan/jam) a. Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) Nilai faktor penyesuaian belok kiri dapat dihitung dengan menggunakan formula brikut ini: FLT = 0,84 + 1,16 x PLT Dengan: PLT = rasio kendaraan belok kiri
Gambar 2.1 Faktor Penyesuaian Belok Kiri
b. Faktor penyesuaian belok kanan (FRT)
Merupakan faktor koreksi dari presentase seluruh gerakanlalu lintas yang