OLEH
RIA AMRIATI
D051171016
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan lalu lintas seperti pulusi udara, kemacetan,
kecelakaan, antrian maupun tundaan biasa dijumpai dengan tingkat
kualitas yang rendah hingga besar. Permasalahan tersebut sudah sering
dijumpai di beberapa kota di Indonesia termasuk di Kota Makassar.
Kota Makassar sebagai kota metropolitan terbesar di kawasan
Indonesia Timur tentu memiliki kepadatan arus lalu lintas yang cukup
besar. Untuk itu diperlukan adanya manajemen lalu lintas yang tepat untuk
mengatur kelancaran arus lalu lintas, khusunya di daerah persimpangan
yang menjadi pertemuan antara dua atau lebih ruas jalan dengan potensi
tingkat permasalahan yang tinggi. Salah satu simpang di Kota Makassar
yang mengalami permasalahan lalu lintas adalah simpang tiga tak
bersinyal antara Jalan Telkomas dengan Jalan Poros Makassar - Maros.
Tipe lingkungan sepanjang Jalan Poros Makassar - Maros
merupakan daerah komersial, hal ini bisa dilihat dengan adanya pertokoan,
hotel, café dan rumah makan. Sedangkan tipe lingkungan sepanjang Jalan
Telkomas sendiri merupakan daerah pemukuman sedang. Hal tersebut
yang kemudian menjadikan simpang ini memiliki lalu lintas yang
kompleks dengan tingkat pertumbuhan lalu lintas yang cepat. Kondisi
tersebut diperparah dengan adanya proses naik turun penumpang angkutan
umum (angkot) di sekitar simpang jalan yang akan mengurangi kapasitas
jalan dan penurunan kecepatan bagi kendaraan yang melaluinya. Selain
itu, para pengendara yang sering melanggar aturan dan berebut ruang jalan
dengan cenderung saling mendahului dapat menimbulkan konflik pada
simpang.
Kondisi di atas menyebabkan sering terjadi-nya kemacetan atau
antrian yang cukup panjang di lengan simpang. Ini berarti terjadinya
tundaan pada kendaraan, yang berakibat bertambahnya biaya oprasional
dan waktu tempuh kendaraan. Masalah ini sangat terasa pada jam-jam
sibuk. Melihat permasalahan yang terjadi pada simpang tersebut, maka
dinilai perlu mengadakan analisis kinerja pada persimpangan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kondisi geometrik pada simpang antara Jalan Telkomas
dengan Jalan Poros Makassar – Maros?
2. Apa saja yang menjadi hambatan pada simpang tersebut?
3. Bagaimanakah kondisi lalu lintas pada simpang tersebut?
4. Bagaimanakah peralatan pengendalli lalu lintas pada simpang yang
ditinjau?
5. Bagaimanakah konflik lalu lintas pada simpang tersebut?
D. Batasan
1. Penelitian hanya terlokalisir pada lokasi yang ditinjau.
2. Metode yang digunakan untuk menganalisis data meggunakan
panduan MKJI (Dep. PU, 1997).
3. Kinerja simpang yang ditinjau meliputi kondisi geometric, hambatan
jalan, kondisi lalu lintas, kondisi lalu lintas, dan konflik lalu lintas pada
simpang tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Simpang
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1995), simpang adalah tempat berbelok atau
bercabang dari yang lurus.
Secara umum, persimpangan dapat diartikan sebagai simpul dalam
jaringan transportasi dimana Simpang adalah daerah atau tempat
dimana dua atau lebih jalan raya yang berpencar, bergabung,
bersilangan dan berpotongan, termasuk fasilitas jalan dan sisi jalan
untuk pergerakan lalu lintas pada daerah itu. Fungsi operasional utama
dari simpang adalah untuk menyediakan perpindahan atau perubahan
arah perjalanan.
Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis persimpangan, yaitu : (1)
simpang sebidang, (2) pemisah jalur jalan tanpa ramp, dan (3)
interchange (simpang susun).
Simpang sebidang (intersection at grade) adalah simpang dimana
dua jalan atau lebih bergabung, dengan tiap jalan mengarah keluar dari
sebuah simpang dan membentuk bagian darinya. Jalan-jalan ini disebut
kaki simpang/lengan simpang atau pendekat.
Dalam perancangan persimpangan sebidang, perlu
mempertimbangkan elemen dasar yaitu :
1. Faktor manusia
Seperti kebiasaan mengemudi, waktu pengambilan
keputusan, dan waktu reaksi.
2. Pertimbangan lalu lintas
Seperti kapasitas, pergerakan berbelok, kecepatan
kendaraan, ukuran kendaraan, dan penyebaran kendaraan.
3. Elemen fisik
Seperti jarak pandang, dan fitur-fitur geometrik.
4. Faktor ekonomi
Seperti konsumsi bahan bakar, nilai waktu.
B. Istilah dalam Simpang Tak Bersinyal
Ada beberapa notasi, istilah dan definisi khusus yang
digunakan untuk simpang tak bersinyal. Notasi, istilah dan
defenisi dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Kondisi Geometrik
a. Lengan
Bagian simpang jalan dengan pendekat masuk atau keluar
b.Jalan Utama
Adalah jalan yang paling penting pada simpang jalan, misalnya
dalam hal klasifikasi jalan. Pada simpang tiga, jalan yang
menerus selalu ditemtukan sebagai jalan utama
c. Pendekat
Tempat masuknya kendaraan dalam suatu lengan simpang
jalan. Pendekat jalan utama notasi B dan D dan jalan simpang
A dan C. dalam penulisan notasi sesuai dengan perputaran arah
jarum jam
d.Lebar Masuk Pendekat (WX)
Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur dibagian
tersempit yang digunakan oleh lalu lintas yang bergerak. X
adalah nama pendekat.
e. Lebar Pendekat Simpang Rata-rata (Wi)
Lebar efektif rata-rata dari seluruh pendekat pada simpang
f. Lebar Pendekat jalan Rata-rata (WBC atau WBc)
Lebar rata-rata pendekat ke simpang dari jalan
g.Jumlah Lajur
Jumlah lajur ditentukan dari lebar masuk dari jalan tersebut
2. Kondisi lingkungan
a. Ukuran Kota (CS)
Yaitu ukuran besarnya jumlah penduduk yang tinggal dalam
suatu daerah perkotaan.
Ukuran Kota Jumlah penduduk (juta jiwa)
Sangat kecil X < 0.1
Kecil 0,1 ≤ X < 0,5
Sedang 0,5 ≤ X <1,0
Besar 1,0 ≤ X < 3,0
Sangat besar X ≥ 3,0
Tabel 1. Kelas Ukuran Kota
Sumber: Departemen PU (1997)
b. Hamabatan Jalan
Akibat kegiatan sisi jalan seperti pejalan kaki, penghentian
angkot dan kendaraan lainnya, kendaraan masuk dan keluar sisi
jalan dan kendaraan lambat. Hambatan samping ditentukan
secara kualitatif dengan teknik lalu lintas sebagai tinggi, sedang
atau rendah.
Menurut MKJI 1997, hambatan samping disebabkan oleh
empat jenis kejadian yang masing-masing memiliki bobot
pengaruh yang berbeda terhadap kapasitas, yaitu:
1) Pejalan kaki : bobot = 0,5
2) Kendaraan parkir/berhenti : bobot = 1,0
3) Kendaraan keluar/masuk : bobot = 0,7
4) Kendaraan bergerak lambat : bobot = 0,4
Frekuensi tiap kejadian hambatan samping dicacah dalam
rentang 100 meter ke kiri dan kanan potongan melintang yang
diamati kapasitasnya lalu dikalikan dengan bobotnya masing-
masing.
c. Tipe Lingkungan Jalan
Lingkungan jalan diklasifikasikan dalam kelas menurut tata
guna lahan dan aksebilitas jalan tersebut dari aktifitas
sekitarnya hal ini ditetapkan secara kualitatif dari pertimbangan
teknik lalu lintas dengan buatan
3. Kondisi Lalu Lintas
a. Rasio Belok dan Rasio Arus Jalan Minor
1) Arus kendaraan belok kiri
QLT = ALT + BLT + CLT
2) Arus kendaraan belok kanan
QRT = ART + BRT + CRT
3) Arus jalan minor (QMI)
𝐴+𝐶
QMI = 𝐴+𝐵+𝐶+𝐷
4) Arus total
QTOT = A+B+C+D
A,B,C,D menunjukkan arus lalu lintas dalam smp/jam.
5) Rasio arus jalan minor (PMI)
PMI = QMI / QTOT
Dimana:
PMI = Rasio arus jalan minor.
QMI = Volume arus lalu lintas pada jalan minor.
QTOT = Volume arus lalu lintas pada simpang.
6) Rasio arus belok kiri dan belok kanan (PLT, PRT)
PLT = QLT/QTOT…………………………(Kiri)
PRT = QRT/QTOT……………...…………(Kanan)
Dimana:
PLT = Rasio kendaraan belok kiri.
QLT = Arus kendaraan belok kiri.
PRT = Rasio kendaraan belok kanan.
QRT = Arus kendaraan belok kanan.
QTOT =Volume arus lalu lintas total pada simpang.
7) Rasio antara arus kendaraan tak bermotor dengan
kendaraan bermotor dinyatakan dalam kendaraan/jam .
PUM = QUM / QTOT
Dimana:
PUM = Rasio kendaraan tak bermotor.
QUM = Arus kendaraan tak bermotor.
QTOT = Volume arus lalu lintas total pada
simpang.
C. Lebar Pendekat jalan rata-rata, Jumlah Lajur dan Tipe Simpang
Lebar pendekat rata-rata untuk jalan simpang dan jalan utama
dapat dihitung menggunakan rumusan sebagai berikut :
keterangan :
DS
𝑄𝑠𝑚𝑝 ………………………..………(5)
𝐶
keterangan
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
3. Tundaan (D)
Tundaan di persimpangan adalah total waktu hambatan
rata-rata yang dialami oleh kendaraan sewaktu melewati suatu
simpang (Tamin. O.Z, 2000 ; hal 543). Hambatan tersebut muncul
jika kendaraan berhenti karena terjadinya antrian di simpang
sampai kendaraan itu keluar dari simpang karena adanya pengaruh
kapasitas simpang yang sudah tidak memadai. Nilai tundaan
mempengaruhi nilai waktu tempuh kendaraan. Semakin tinggi nilai
tundaan, semakin tinggi pula waktu tempuh.
a. Tundaan lalu lintas rata-rata untuk seluruh simpang (DTi)
Tundaan lalu lintas rata-rata DTi (detik/smp) adalah
tundaan rata-rata untuk seluruh kendaraan yang masuk
simpang. Tundaan DTi ditentukan dari hubungan empiris antara
tundaan DTi dan derajat kejenuhan DS.
1) Untuk DS ≤ 0,6 :
DTi 2 (8.2078xDS) − 1 − DS x2
…………….(6)
1− DSx1,8………..….(7)
- 1− DSx1,8………..….(7)
1,0534
DTMA=
[0,346 –(0,246𝑥𝐷𝑆 )]
DTMI
QSMP xDTi −QMA xDTMA ………………………….…(10)
Q
MI
keterangan ;
Qsmp = Arus total sesungguhnya(smp/jam),
QMA = Jumlah kendaraan yang masuk di simpang memalui jalan major
(smp/jam)
QMI = Jumlah kendaraan yang masuk di simpang memalui jalan minor
(smp/jam)
2) Untuk DS ≥ 1,0 :
Batas Bawah :QPb = (9,02 x DS) + (20,66 x DS2) + (10,49 x DS2) ..(15)
A. Kerangka Analisis
Studi Literatur
Pemilihan Lokasi
Survey
Pendahuluan
Identifikasi Masalah
dan Penetapan Tujuan
Survey Lapangan
Pengumpulan Data
Analisis Simpang
Titik Pengamatan
Dari data diatas dapat diketahui bahwa ukuran Kota Makassar termasuk
kategori Besar (1,0 – 3,0 juta jiwa) dengan faktor penyesuaian sebesar 1,00.
B. Data Primer
Data primer adalah data yang di peroleh dari survey lapangan yang
meliputi :
1. Data Geometrik Simpang
Data geometrik jalan didapat melalui pengukuran secara langsung
dan bantuan aplikasi Google Earth, serta pengamatan langsung
mengenai karakteristik persimpangan yang di amati. Adapun data
geometrik yang diperlukan untuk perhitungan kinerja lalu lintas dalam
penelitian ini :
Kaki Simpang Lebar Perkerasan Jumlah Lajur Lebar Lebar
Rata-rata (m) pada Wmasuk Wkeluar
Pendekat (m) (m)
Jalan Poros 14,5 4 6 6
Makassar-Maros
(A)
Jalan Poros 14,5 4 6 6
Makassar-Maros
(C)
Jalan Telkomas (B) 11 2 5 5
2. Hambatan Jalan
Dari Pengamatan yang dilakukan terlihat adanya beberapa
hambatan jalan yang ada disimpang tiga tak bersinyal Jalan Telkomas
dengan Jalan Poros Makassar-Maros, antara lain kegiatan pejalan kaki,
serta kegiatan kendaraan yang parkir, dan keluar-masuk jalan.
Lokasi jalan yang berada pada kawasan komersil dan pemukiman
menjadikan jalan pada simpang ini ramai dan sering disinggahi oleh
pengendara, sehingga kegiatan berhenti, keluar, dan masuk jalan cukup
tinggi. Angkot menjadi kendaraan umum yang terpantau sering parkir
untuk menurunkan penumpang di jalan major (Jalan Poros Makassar-
Maros).
Jalan Telkomas
(Pendekat B)
Anonim. 2017. Bukaan Median Jalan Biang kemacetan (Online). Diakses dari
http://www.linezagroup.com/bukaan-median-jalan-biang-kemacetan/ pada
11 Maret 2019
Safrijal, Airi. 2015. Rambu - rambu dan Marka Jalan (Online). Diakses dari
https://www.academia.edu/12670526/RAMBU-
RAMBU_DAN_MARKA_JALAN pada 11 Maret 2019
Sugiharti, Pristiwa dan Wahyu Widodo. 2013. Analisis Kinerja Simpang Tak
Bersinyal (Studi Kasus : Simpang 3 Takbersinyal Jl. Raya Seturan-
Jl. Raya Babarsari-Jl. Kledokan, Depok,Sleman, Yogyakarta)(179t)
(Online).Diakses dari http://sipil.ft.uns.ac.id/konteks7/prosiding/179T.pdf
pada 11 Maret 2019
Wahyudin. 2017. Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal 3 Lengan (Studi Kasus
: Pertigaan JL. Pakuningratan, Yogyakarta ) (Online). Diakses dari
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/10945 pada 11 Maret 2019