LAPORAN
Disusun Oleh :
1. Fikram Tobona (1624031)
2. Sumandari Rulsiska (1624064)
3. Theofilus Dionisius Sanga Fahik (1624070)
4. Sangaji Rheeve L.W (1624075)
5. Mariam Putri Matina (1624076)
6. I Gusti Agung Bagus Kutha (1624077)
7. Zakiah Tri Ramadhanti (1624089)
8. Dekka Dirgantata Putra (1624112)
MALANG
2017
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan berkat
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan mata kuliah Perencanaan
Transportasi yang berjudul “Kebutuhan Marka dan Rambu (Studi Kasus: Jalan Surabay)” tepat
pada waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan laporan ini kami lakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan
Transportasi. Penyusunan laporan ini juga bertujuan sebagai hasil identifikasi marka dan rambu
eksisting di Jalan Surabaya serta identifikasi perhitungan penempatan marka dan rambu pada ruas
jalan Surabaya menurut peraturan perundang-undangan maupun referensi yang lain.
Penyusunan laporan Perencanaan Transportasi ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan laporan ini. Kami berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, khususnya Mahasiwa program studi Perencanaan Wilayah dan
Kota. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini dan kemajuan studi kami selanjutnya.
Tim Penyusun
Page i of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
DAFTAR ISI
\
2.1.3 Perintah............................................................................................................................ 6
Page ii of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
2.5.1 Marka melintang garis utuh........................................................................................... 20
BAB IV PENUTUP\...................................................................................................................... 48
6.1 Kesimpulan...........................................................................................................................48
6.2 Saran.....................................................................................................................................48
Page iv of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.15 Marka garis stop, marka lambang stop dan marka lainya...............................................20
Gambar 2.18 Detail ukuran marka panah untuk kecepatan rencana kurang dari 60 km/jam.........24
Page vi of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambahan penduduk biasanya diikuti pula dengan bertambahnya kegiatan atau aktifitas
yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Pertambahan penduduk juga
dipengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana seperti sarana dan prasarana pendidikan,
kesehatan, telekomunikasi, ekonomi, transportasi, dan lain-lain. Salah satu prasarana yang
dibutuhkan masyarakat dalam menunjang aktifitas tersebut adalah transportasi. Transportasi
sendiri dibedakan menjadi 3 macam, yaitu transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi
udara.
Kebutuhan akan transportasi darat pada saat ini khususnya jalan raya, dirasakan semakin
meningkat sejalan dengan perkembangan teknologi diberbagai bidang. Jalan merupakan
prasarana transportasi darat yang sangat penting dalam sektor perhubungan terutama
untukkesinambungan distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk
menunjang laju pertumbuhan ekonomi, seiring dengan meningkatnya kebutuhan sarana
transportasi yang dapat menjangkau daerah terpencil yang merupakan sentra produksi pertanian.
Dalam penyelenggaran transportasi, jalan merupakan prasarana transportasi darat yang
meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan yang
diperuntukkan bagi lalu lintas. Jalan pada umumnya dipenuhi 2 (dua) aspek sekaligus yaitu aspek
kuantitas dan aspek kualitas yang keduanya saling berkaitan erat.
Wujud dari aspek kuantitas adalah tersedianya sarana dan prasarana dengan kapasitas
yang dapat melayani kebutuhan akan transportasi . Sedangkan wujud dari aspek kualitas dapat
berupa keselamatan, keamanan, kelancaran, ketertiban, dan kenyamanan. Oleh karena itu,
masalah keselamatan menjadi salah satu titik sentral dalam kebijakan perencanaan,
pengembangan, rekayasa dan pengoperasian sistem transportasi dan lalu lintas jalan di indonesia.
Sistem jaringan jalan umumnya dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis jalan yaitu, jalan umum
merupakan prasarana angkutan yang diperuntukkan bagi seluruh lalu lintas umum, sedangkan
jalan khusus adalah prasarana angkutan yang diperuntukkan bagi lalu lintas selain lalu lintas
umum, seperti jaringan jalan di kompleks–kompleks perkebunan, di kompleks kehutanan, jalan
pertambangan, dan lain–lain. Pembagian jalan tersebut di atas adalah pembagian jalan
Page 1 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
berdasarkan jenisnya, sedangkan menurut tingkatan pelayanan jalan mempunyai 2 (dua) macam
sistem jaringan yaitu sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
Sistem jaringan jalan primer adalah jaringan jalan yang menghubungkan kota–kota di
tingkat negara, sedangkan sistem jaringan jalan sekunder adalah jaringan jalan yang
menghubungkan zone–zone atau pusat– pusat kegiatan masyarakat di dalam kota, berdasarkan
fungsinya secara garis besar jalan dapat dikelompokkan atas: jalan arteri (regional) dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya
guna, jalan kolektor untuk angkutan jarak sedang merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang kecepatan rata-
rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Dan jalan lokal untuk jalan pendek, berfungsi
melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Sebenarnya secara hirarki dan fungsional, jalan primer adalah
jaringan arteri karena angkutan jarak jauh itu melayani pengangkutan antar kota di tingkat
nasional, dan jalan sekunder adalah jaringan kolektor dan lokal karena angkutan jarak sedang dan
pendek itu melayani pusat–pusat dalam kota. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-
rata rendah. Upaya mengantisipasi/mengurangi permasalahan transportasi di Jalan Surabaya kota
Malang diperlukan kinerja yang baik dari pemerintah dan masyarakat.
Perubahan fungsi guna lahan di Jalan Surabaya kota Malang sebagai tuntunan
pembangunan dengan meningkatnya penduduk perkotaan. Kenyataan ini akan mempengaruhi
sistem transportasi khususnya pada beberapa ruas jalan dengan fungsi guna lahan adalah fungsi
perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan dan perumahan. Secara empiris fenomena
permasalahan transportasi di Jalan Surabaya kota Malang utamanya pada ruas jalan diakibatkan
lalu lintas yang bercampur, perilaku dan kedisiplinan pengendara. Terjadinya gangguan sirkulasi
lalu lintas khususnya di pusat kota akibat tidak teraturnya pengguna jalan terhadap keberadaan
rambu dan marka jalan. Kondisi riil akibat tidak efektif dan efesiensinya sistem perambuan dan
pemarkaan yang ada di kota Jalan Surabaya kota Malang antara lain banyaknya pengguna jalan
yang tidak mematuhi penggunaan dan fungsi rambu dan marka jalan dan sebagai contoh
menyebrang tidak pada tempat penyebrangan, para pengguna jalan mengendarai kendaraannya
diatas ratarata kecepatan yang seharusnya.
Page 2 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Pentingnya penggunaan rambu lalu lintas sebagaimana tersebut diatas, maka
penempatannya harus berdasarkan kebutuhan. Rambu lalu lintas di Jalan Surabaya kota Malang
penempatannya sebagian kurang mampu memberikan informasi dan mengarahkan lalu lintas
sehingga diperlukan tindak lanjut untuk peletakan rambu yang efektif dan efisien sehingga
maksud penempatan rambu dapat tercapai. Di samping peletakan yang kurang tepat juga
diperlukan penambahan rambu seiring dengan perkembangan kota malang. Penelitian yang lebih
lanjut tentang perambuan dan pemarkaan lalu lintas di Jalan Surabaya kota Malang diharapkan
dapat memberi manfaat lembaga / instansi terkait dalam pengelolaan rambu lalu lintas sebagai
pengendali lalu lintas khususnya untuk meningkatkan keamanan dan kelancaran pada sistem
jalan.
Ruang lingkup penelitian tentang evaluasi peletakan marka dan rambu jalan yaitu di Jalan
Surabaya kota Malang. Dengan adanya penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu
sebagai bahan masukan kepada instansi terkait dalam pengaturan sistem rekayasa lalu lintas dan
manajemen lalu lintas khususnya untuk penempatan rambu lalu lintas di Jalan Surabaya kota
Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan evaluasi peletakan marka dan rambu di Jalan
Surabaya kota Malang, yaitu :
a. Bagaimana posisi marka dan rambu yang ada di Jalan Surabaya kota Malang?
b. Bagaimana tingkat kesesuaian peletakan marka dan rambu di Jalan Surabaya kota
Malang?
c. Bagaimana posisi peletakan penambahan serta pengurangan marka dan rambu yang tidak
sesuai di Jalan Surabaya kota Malang?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan evaluasi peletakan marka dan rambu di Jalan Surabaya kota
Malang, yaitu :
d. Untuk mengetahui posisi marka dan rambu yang ada di Jalan Surabaya kota Malang
e. Untuk mengetahui tingkat kesesuaian peletakan marka dan rambu di Jalan Surabaya kota
Malang
f. Untuk mengetahui posisi peletakan penambahan serta pengurangan marka dan rambu
yang tidak sesuai di Jalan Surabaya kota Malang
Page 3 of
48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang Lingkup akan sangat membantu keefektifan berjalannya sebuah penelitian.
Adapun ruang lingkup pembahasan terdiri dari ruang lingkup lokasi dan ruang lingkup waktu.
1.4.1 Ruang Lingkup Lokasi
Pembahasan ini dibatasi pada ruas Jalan Surabaya kota Malang. Lokasi pengambilan
sampel yaitu di sepanjang Jalan Surabaya kota Malang
Ruang Lingkup Waktu
Lingkup pembahasan waktu sebagai berikut:
Lokasi survey : Jalan Surabaya kota Malang
Hari/Tanggal : Selasa, 24 Oktober 2017
Pukul : 12.00-selesai WIB
Page 4 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
BAB II
Kajian Teori
2.1.1 Peringatan
Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya atau
tempat berbahaya di bagian jalan didepannya. Rambu peringatan ditempatkan sekurang
kurangnya pada jarak 50 meter atau pada jarak tertentu sebelum tempat bahaya dengan
memperhatikan kondisi lalu lintas, cuaca dan keadaan jalan yang disebabkan oleh faktor
geografis, geometris, dan permukaan jalan.
Bentuk rambu peringatan adalah bujur sangkar dan empat peregi panjang. Warna dasar
rambu peringatan berwarna kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam. Rambu
peringatan dapat dilengkapi dengan papan tambahan. Jarak antara rambu dan permulaan bagian
jalan yang berbahaya, dapat dinyatakan dengan papan tambahan apabila jarak antara rambu dan
permulaan bagian jalan yang berbahaya tersebut tidak dapat diduga oleh pemakai jalan dan tidak
sesuai dengan keadaan biasa.
Adapun jumlah rambu peringatan sesuai dengan Keputuan Menteri Perhubungan No. KM
61 tahun 1993 lampiran I adalah 70 macam, mulai dari peringatan tikungan ke kiri sampai
Peringatan Bahaya Tanah Longsor.
2.1.2 Larangan
Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh
pemakai jalan. Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin dengan titik larangan dimulai.
Page 5 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat ditempatkan rambu petunjuk
lain pada jarak yang layak sebelum titik larangan dimulai. Rambu larangan dapat dilengkapi
dengan papan tambahan.
Bentuk rambu larangan dapat berupa segi delapan sama sisi, segitiga sama sisi dengan
titik-titik sudutnya dibulatkan, silang dengan ujung-ujungnya diruncingkan, lingkaran dan empat
persegi panjang. Adapun warna dasar rambu larangan berwarna putih dan lambang atau tulisan
berwarna hitam atau merah.
Adapun jumlah rambu peringatan sesuai dengan Keputuan Menteri Perhubungan No. KM
61 tahun 1993 lampiran I adalah 49 macam, mulai dari Larangan Berjalan Terus (STOP) sampai
Dilarang Mendahului Dari Sebelah Kiri.
2.1.3 Perintah
Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh
pemakai jalan. Rambu perintah wajib ditempatkan sedekat mungkin dengan titik kewajiban
dimulai. Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat ditempatkan rambu
petunjuk pada jarak yang layak sebelum titik kewajiban dimulai. Rambu perintah juga dapat
dilengkapi dengan papan tambahan. Warna dasar rambu perintah berwarna biru dengan lambang
atau tulisan berwarna putih serta merah untuk garis serong sebagai batas akhir perintah.
Adapun jumlah rambu peringatan sesuai dengan Keputuan Menteri Perhubungan No. KM
61 tahun 1993 lampiran I adalah 22 macam, mulai dari Perintah Mengikuti Arah Kiri sampai
Batas Akhir Memakai Rantai Pada Ban
Page 6 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
biru. Rambu petunjuk pendahuluan jurusan rambu petunjuk jurusan dan rambu penegas jurusan
yang menyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan antara lain kota, daerah/ wilayah serta
rambu yang menyatakan nama jalan di nyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambang
dan/atau tulisan warna putih. Khusus rambu petunjuk jurusan kawasan dan objek wisata
dinyatakan dengan warna dasar coklat dengan lambang dan/atau tulisan warna putih.
Adapun jumlah rambu peringatan sesuai dengan Keputuan Menteri Perhubungan No. KM
61 tahun 1993 lampiran I adalah 64 macam, mulai dari petunjuk Persimpangan Jalan sampai
Nama Jalan.
Adapun jumlah rambu peringatan sesuai dengan Keputuan Menteri Perhubungan No. KM
61 tahun 1993 lampiran I adalah 64 macam, mulai dari petunjuk Persimpangan Jalan sampai
Nama Jalan.
Secara keseluruhan jumlah rambu-rambu lalu lintas sesuai dengan Keputuan Menteri
Perhubungan No. KM 61 tahun 1993 adalah 205 macam. Hal ini tentu akan sulit bagi pengendara
untuk menghafalnya. Namun berdasarkan publikasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian, maka
pengendara minimal hendaknya memahami dan mentaati 7 rambu lalu lintas. Hal ini karena
pelanggaran yang paling sering dilakukan oleh pengendara dan merugikan pengguna jalan yang
lain adalah melanggar ke 7 rambu tersebut. Adapun ke 7 rambu terebut adalah Dilarang Parkir,
Dilarang Berhenti, Dilarang Belok, Dilarang Putar Balik, Melebihi Batas Kecepatan, Lampu
APILL, dan Dilarang Mendahului.
Marka Membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan; Marka Melintang adalah
tanda yang tegak lurus terhadap sumbu Jalan; Marka Serong adalah tanda yang membentuk garis
utuh yang tidak termasuk dalam pengertian marka membujur atau marka melintang, untuk
Page 7 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
menyatakan suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu lintas kendaraan; dan
Marka Lambang adalah tanda yang mengandung arti tertentu, untuk menyatakan peringatan,
perintah dan larangan untuk melengkapi atau menegaskan maksud yang telah disampaikan oleh
rambu atau tanda lalu lintas lainnya.
Marka membujur berupa garis utuh berfungsi sebagai larangan bagi kendaraan melintasi
garis tersebut. Marka membujur berupa satu garis utuh dipergunakan juga untuk menandakan tepi
jalur lalu lintas. Pada bagian ruas jalan tertentu yang menurut pertimbangan teknis dan/atau
keselamatan lalu lintas, dapat digunakan garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan garis putus-
putus atau garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh.
Marka membujur berupa garis putus-putus berfungsi sebagai mengarahkan lalu lintas,
memperingatkan akan ada marka membujur berupa garis utuh di depan dan pembatas jalur pada
jalan 2 (dua) arah. Apabila marka membujur berupa garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan
garis putus-putus maka lalu lintas yang berada pada sisi garis putus-putus dapat melintasi garis
ganda tersebut sedangkan lalu lintas yang berada pada sisi garis utuh dilarang melintasi garis
ganda tersebut.
Marka melintang berupa garis utuh menyatakan batas berhenti kendaraan yang
diwajibkan oleh alat pemberi isyarat lalu lintas atau rambu larangan. Marka melintang berupa
garis ganda putus-putus menyatakan batas berhenti kendaraan sewaktu mendahulukan kendaraan
lain, yang diwajibkan oleh rambu larangan. Marka melintang apabila tidak dilengkapi dengan
rambu larangan, harus didahului dengan marka lambang berupa segi tiga yang salah satu alasnya
sejajar dengan marka melintang tersebut.
Marka serong berupa garis utuh dilarang dilintasi kendaraan. Marka serong untuk
menyatakan pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, pengarah lalu lintas dan pulau lalu
lintas. Marka serong yang dibatasi dengan rangka garis utuh digunakan untuk menyatakan daerah
yang tidak boleh dimasuki kendaraan, pemberitahuan awal sudah mendekati pulau lalu lintas.
Marka serong yang dibatasi dengan garis putus-putus digunakan untuk menyatakan kendaraan
tidak boleh memasuki daerah tersebut sampai mendapat kepastian selamat.
Marka lambang berupa panah, segitiga, atau tulisan, dipergunakan untuk mengulangi
maksud rambu-rambu lalu lintas atau untuk memberitahu pemakai jalan yang tidak dinyatakan
Page 8 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
dengan rambu lalu lintas jalan. Marka lambang digunakan khusus untuk menyatakan tempat
pemberhentian mobil bus, untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Disamping digunakan
juga untuk menyatakan pemisahan arus lalu lintas sebelum mendekati persimpangan yang tanda
lambangnya berbentuk panah.
Zebra cross merupakan salah satu dari marka lainnya. Zebra cros merupakan marka
berupa garis-garis utuh yang membujur tersusun melintang jalur lalu lintas. Marka ini berfungsi
untuk penyeberangan pejalan kaki. Selain zebra cross, marka lainnya adalah paku jalan. Marka
ini dibedakan menjadi tiga yaitu paku jalan dengan pemantul cahaya berwarna kuning digunakan
untuk pemisah jalur atau lajur lalu lintas, paku jalan dengan pemantul cahaya berwarna merah
ditempatkan pada garis batas di sisi jalan dan paku jalan dengan pemantul berwarna putih
ditempatkan pada garis batas sisi kanan jalan.
2.3 Ketentuan
3. .Marka jalan yang dipasang harus memiliki keseragaman dan konsistensi yang mudah
untuk ditafsirkan oleh pemakai jalan.
4. Pada jalan tanpa penerangan, marka jalan harus mampu memantulkan sinar lampu
kendaraan sehingga terlihat jelas oleh pengemudi pada saat gelap.
5. Permukaan marka jalan tidak boleh licin dan tidak boleh menonjol lebih dari 6 milimeter
diatas permukaan jalan.
Marka jalan sebaiknya tidak dipasang pada jalan-jalan yang kondisi perkerasannya
Page 9 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
buruk atau direncanakan untuk direhabilitasi dalam jangka pendek.
a. Penyelenggaraan marka
a) cat;
b) thermoplastik;
Page 10 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
c) pemantul cahaya (reflectorization);
d) marka terpabrikasi (prefabricated marking);
e) resin yang diterapkan dalam keadaan dingin (cold applied resin based
markings).
Paku jalan
1) Marka jalan yang dinyatakan dengan garis–garis pada permukaan jalan dapat
digantikan dengan paku jalan atau kerucut lalu lintas.
2) Paku jalan dapat dibuat dari bahan plastik, baja tahan karat atau alumunium
campur dengan kekuatan yang memadai.
3) Paku jalan harus memiliki warna yang berbeda dengan warna perkerasan jalan.
Warna marka
Seluruh jenis marka berwarna putih, kecuali untuk marka larangan parkir yang
diharuskan mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1) warna Kuning berupa garis utuh pada bingkai jalan yang menyatakan dilarang
berhenti pada daerah tersebut.
2) marka membujur berwarna kuning berupa garis putus-putus pada bingkai jalan
yang menyatakan dilarang parkir pada daerah tersebut.
3) marka berupa garis berbiku-biku berwarna kuning pada sisi jalur lalu lintas
yang menyatakan dilarang parkir pada jalan tersebut.
Marka ini hanya berlaku untuk jalan dengan lebar perkerasan lebih dari 4.50 meter, yang
terdiri atas :
Page 11 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
1) marka ini berupa garis utuh yang dipasang membujur pada bagian tepi perkerasan
tanpa kerb.
2) marka garis tepi perkerasan jalan berfungsi sebagai batas lajur lalu lintas bagian tepi
perkerasan.
3) ukuran :
panjang (L) minimum marka jalan ini 20 m
lebar garis utuh (W) pada marka jalan ini minimal 0,10 meter maksimal 0.15 meter
sebagaimana tercantum dalam Gambar 2.1
W 0,10
Marka Garis Tepi
4) penempatan
Marka jalan ini ditempatkan pada perkerasan jalan dibagian tepi dalam maupun tepi luar
perkerasan sebagaimana dalam Gambar 2.2.
Page 12 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Gambar 2.2 Penempatan marka tepi perkerasan
5.) pada jalan 2 (dua) arah yang mempunyai lebih dari 3 (tiga) lajur, tiap-tiap arah harus
dipisah dengan garis utuh membujur dan pada saat mendekati persimpangan atau
keadaan tertentu dapat digunakan 2 (dua) garis utuh yang berdampingan.
4) penempatan
Marka jalan ini ditempatkan pada perkerasan jalan dibagian tepi dalam maupun tepi
luar perkerasan sebelum kerb (lihat Gambar 2.3 dan Gambar 2..4).
W 0,10
Page 13 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
1) Marka garis utuh membujur yang ada sebelum adanya halangan atau pulau jalan.
Marka
0,1 Serong
3 3 1,
Garis
L
Peringatan
Garis
L = 0,3 x Kecepatan Rencana
Gambar 2.5 Marka garis pemisah, peringatan, pendekat dan chevron
2) marka jalan ini berfungsi sebagai pengarah lalu lintas pada persimpangan sebidang
3) ukuran :
panjang (L) minimum marka jalan ini 20 m dari marka garis melintang batas henti
lebar garis utuh (W) pada marka jalan ini minimal 0,10 meter
maksimal 0.15 meter
4) penempatan
Marka jalan ini ditempatkan pada perkerasan jalan setelah
Page 14 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
marka batas lajur dan sebelum marka garis melintang batas henti
sebagaimana dalam Gambar 2.6.
1) marka garis utuh membujur pada daerahtertentu atau tikungan dengan jarak
pandang terbatas
2) marka jalan ini berfungsi sebagai tanda larangan bagi kendaraan untuk tidak
melewati marka garis ini karena jarak pandangan yang terbatas seperti di tikungan,
lereng bukit, atau pada bagian jalan yang sempit.
3) ukuran :
panjang (L) minimum marka jalan ini 20 meter
lebar garis utuh (W) pada marka jalan ini minimal 0,10 meter maksimal 0.15 meter
4) Penempatan
Marka jalan ini ditempatkan pada sumbu perkerasan jalan setelah marka peringatan
sebagaimana terlihat dalam Gambar 2.7.
Page 15 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
G a ris L a ra n g a n M e n y ia
M M
L L
L E N G K U NG HO R IZ O NT
M = Ja ra k P a nda n g M e m e
nuhi L = G a ris P e rin g a ta n
2) marka jalan ini berfungsi sebagai marka garis sumbu atau tanda pemisah lajur.
3) ukuran :
Panjang masing-masing garis maupun jarak celah pada garis putus-putus harus
sama. Ketentuan panjang marka dan interval diatur berdasarkan kecepatan
rencana seperti berikut :
a) apabila kecepatan lalu-lintas kurang dari 60 km per jam, panjang garis putus-
putus (a) 3,0 meter dan jarak celah garis putus-putus (b) 5,0 meter,
sebagaimana dalam Gambar 2.8.
0,10 3 5
W a b
b) apabila kecepatan lalu-lintas 60 km per jam atau lebih, panjang garis putus-
putus5,0 meter dan jarak celah garis putus-putus (b) 8,0 meter sebagaimana
dalam Gambar 2.9.
Page 16 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
0,10 8 5
W b a
4) penempatan.
Marka jalan ini ditempatkan pada sumbu perkerasan untuk jalan lurus 2 jalur
Untuk jalan yang memiliki jalur pendakian, penempatan marka ini tidak pada
sumbu perkerasan, melainkan pada batas lajur pada jalur pendakian sebagaimana
dalam Gambar 2.10.
Menurun
Mendaki
Mendaki Jalur
1) marka garis putus-putus membujur yang ditempatkan mengikuti jejak lalu lintas yang
membelok pada jalan dengan lajur lebih dari dua.
2) marka jalan ini berfungsi sebagai marka pengarah kendaraan yang akan membelok.
3) ukuran :
lebar garis minimum 0.10 meter maksimum 0.15 meter
panjang garis (a) 0.50 meter dengan jarak celah (b) sama dengan panjang garis
(a)
c. Marka garis peringatan
3) ukuran :
1) marka ini terdiri atas garis ganda putus-putus dan garis utuh membujur yang sejajar :
lalu lintas yang berada pada sisi garis putus-putus dapat melintasi garis gandan
tersebut.
lalu lintas yang berada pada sisi garis utuh dilarang melintasi garis ganda tersebut
3) ukuran :
jarak antara/spasi 2 (dua) garis membujur yang berdampingan atau garis ganda,
minimal 0,1 meter dan maksimal 0,18 meter sebagaimana dalam Gambar 2.11.
panjang garis dan jarak celah merujuk pada ukuran marka membujur garis putus-putus
d
0,10 - 0.18
Gambar 2.11 Marka garis ganda membujur putus-putus dan garis utuh
4) penempatan
Page 18 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
b. Marka garis ganda putus-putus
3) ukuran :
panjang garis dan jarak celah merujuk pada ukuran marka membujur
garis putus- putus.
d 0,10 - 0.18
Marka ini ditempatkan pada sumbu perkerasan atau batas jalur lalu lintas lebih dari 2
lajur
c. Marka garis ganda utuh
2) marka ini berfungsi sebagai pemisah jalur lalu lintas yang tidak boleh dilewati
kendaraan atau sebagai pengganti median timbul
3) ukuran:
a) jarak antara/spasi 2 (dua) garis membujur yang berdampingan atau garis ganda,
minimal 0,1 meter dan maksimal 0,18 meter sebagaimana dalam Gambar 2.13.
Page 19 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
0,10 - 0.18 d
b) Bila jarak 2 (dua) buah marka membujur garis utuh 18 cm, marka di
antara ke dua marka membujur garis utuh tersebut (di dalamnya) dilengkapi
dengan marka serong dan dikategorikan sebagai median diatas (pedoman
perencanaan median).
d > 18 cm
4) penempatan
Marka ini ditempatkan pada sumbu perkerasan atau batas jalur lalu lintas
1. Penempatan
Page 20 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
dilengkapi dengan garis pembatas berupa garis utuh membujur, sebagaimana
dimaksud dalam Gambar 2.15;
Jarak Zebra
Lebar 0,3 1
Lebar
Pembat
0,
Jarak Garis Berhenti Jarak antar garis
dengan Marka
0, 2, 0,3
Panj
ang
Gari
s
Zebr
a
Cros
s
Gambar 2.15 Marka garis stop, marka lambang stop dan marka lainya
3) Ukuran :
tebal Garis minimum 0.30 meter
panjang garis (a) 0.60 meter jarak celah (b) 0.30
4) Penempatan :
Pada persimpangan yang tidak dilengkapi dengan rambu larangan atau APILL, harus
didahului dengan marka lambang berupa segi tiga yang salah satu alasnya sejajar dengan marka
melintang tersebut, jarak antara alas segitiga dengan garis tanda melintang minimal 1 meter
maksimal 2,5 meter.
Page 21 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Alas segitiga minimal 1 meter dan tingginya 3(tiga) kali alas segitiga
sebagaimana dalam Gambar 2.16.
Jalan
Z
Priorit
X
as
Jarak Penempatan
0,3 d
y
Utama
0,6
3. Marka serong
3) ukuran :
tebal garis bingkai minimal 0.15 meter
tebal garis serong minimal 0.30 meter
jarak celah antar garis serong minimal 1.00 meter
0
sudut garis serong 45 terhadap arah lalu lintas, sebagaimana dalam Gambar
Page 22 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
panjang daerah arsir atau garis serong minimal 10.00 meter
jarak akhir daerah arsir 2.00 meter dari ujung penghalang atau pulau jalan
4) penempatan
Marka ini ditempatkan pada perkerasan jalan setelah marka garis
pendekatan sebelum halangan atau pulau jalan.
Page 23 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
b. Marka bingkai garis serong
1) marka garis utuh serong yang menyatakan larangan bagi kendaraan melintas di atas
bagian jalan yang diberi tanda.
2) marka ini berfungsi sebagai pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, pengarah
lalu lintas dan adanya pulau lalu lintas di depan.
3) ukuran :
Marka ini ditempatkan pada perkerasan jalan setelah marka garis pendekat dan
sebelum halangan atau pulau jalan apabila panjang minimum daerah arsir tidak
mencukupi (kurang dari 10.00 meter).
3) Ukuran :
panjang minimum 5 meter untuk jalan dengan kecepatan rencana kurang dari 60 km,
detail dimensi tercantum pada Gambar 18.
panjang minimum 7,50 meter untuk jalan dengan kecepatan rencana lebih dari 60 km
perjam, detail dimensi marka panah pada kecepatan ini sama dengan 1.50 kali
dimensi marka panah untuk kecepatan dibawah 60 km/jam.
jarak antar panah minimum 40.00 meter maksimum 80.00 meter, sebagaimana dalam
Gambar 2.18.
jumlah minimum marka panah 2 buah.
Page 24 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Gambar 2.18 Detail ukuran marka panah untuk kecepatan rencana kurang dari 60 km/jam
4) Penempatan :
Panah Panah
Dimensi (m)
No Bagian huruf Kecepatan < 60 Kecepatan > 60
km/jam km/jam
1 Tinggi huruf 1.60 2.80
2 Tebal alas/kepala 0.20 0.35
Page 25 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
3 Tebal badan 0.07 0.14
4 Celah huruf 0.07 0.14
2) Marka ini berfungsi sebagai perintah untuk memberi prioritas bagi kendaraan lain
pada jalur utama (mayor).
3) Ukuran :
- alas segitiga minimal 1 meter dan tingginya 3 (tiga) kali alas segitiga.
- detail ukuran tercantum pada Gambar 2.15.
4) Penempatan :
Marka ini ditempatkan pada lengan minor persimpangan (lihat Gambar15).
a. Zebra cross
3) ukuran :
Page 26 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
1) marka ini berupa garis utuh melintang.
2) marka ini berfungsi sebagai tempat penyeberangan jalan bagi pejalan kaki.
3) ukuran :
1) marka ini berupa 2 (dua) garis putus-putus berbentuk bujur sangkar atau belah
ketupat.
3) ukuran :
panjang atau lebar sisi bujur sangkar atau belah ketupat tempat penyeberangan
sepeda minimal 0,4 maksimal 0,6 meter.
jarak antara bujur sangkar atau belah ketupat minimal 1,80 meter untuk satu
arah dan 3 meter untuk 2 (dua) arah.
Page 27 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
jarak celah antara bujur sangkar atau belah ketupat sama dengan panjang atau
lebar sisi bujur sangkar atau belah ketupat sebagaimana dalam Gambar 2.21.
0,
3 0,
0,
0,
4) penempatan :
7) Ukuran :
ukuran lebar keseluruhan marka lambang 2,40 meter tinggi 6,00 meter
sebagaimana dalam Gambar 24.
ukuran huruf yang bertuliskan “KA” tinggi 1,50 meter dan lebar 0,60 meter
sebagaimana dalam Gambar 24.
Page 28 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
8) Penempatan.
tanda garis melintang sebagai batas berhenti kendaraan ditempatkan pada jarak
minimal 4,50 meter dari jalan kereta api sebagaimana dalam Gambar 24.
6 0,3
KA
2,
15 10
9) Marka ini berupa tanda silang dengan marka huruf/tulisan dan marka lambang
lainnya.
11) Ukuran :
ukuran lebar keseluruhan marka lambang 2,40 meter tinggi 6,00 meter
sebagaimana dalam Gambar 24.
ukuran huruf yang bertuliskan “KA” tinggi 1,50 meter dan lebar 0,60 meter
sebagaimana dalam Gambar 24.
12) Penempatan.
Page 29 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Lintasa
nKA
6 0,
2,
1 10
6,00
K A1,50
2,40
paku jalan yang dipasang pada jalan dengan kecepatan rencana kurang dari 60
Km/jam harus memiliki sisi panjang sekurang-kurangnya 10 cm.
paku jalan yang dipasang pada jalan dengan kecepatan rencana 60 Km/jam taua
lebih harus memiliki sisi panjang sekurang-kurangnya 15 cm.
5) paku jalan berbentuk bundar harus mempunyai diameter sekurang-kurangnya 0,1
meter.
6) Penempatan :
Page 31 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
BAB III
Metode Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini, populasi yang
digunakan adalah sepanjang area ruas Jalan Besar Ijen.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, yang sudah tentu
mampu secara representative dapat mewakili populasinya (Sabar, 2007). Metode sampel
dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sample, yang bertujuan bagi kedalaman
pada penghayatan objek penelitian karena kondisi dan metode penelitian ini dilakukan
akibat keterbatasan waktu dan tenaga. Penelitian ini tidak terikat oleh waktu, yang berarti
bisa diteliti
Page 32 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu:
Hal yang diteliti dengan metode observasi pada penelitian ini, yaitu:
Fisik jalan, yang meliputi kondisi, lebar, cara mengamati, mengukur, memetakan
kondisi fisik tersebut.
Non Fisik, yang meliputi aktivitas menghitung jumlah kendaraan yang melewati
jalan tersebut yang di klasifikasikan berdasarkan jenisnya seperti sepeda, motor,
mobil, angkot, taxi, bus, becak, pick up/box, mini bus, truck ringan, truck sedang,
trukc berat.
Page 33 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Proses analisa dengan mengkaji data yang hasil observasi. Hasil rekapan data terkait
marka dan rambu, dapat dijadikan dasar penentuan tingkat pelayanan pedestrian. Penentuan
tingkat kebutuhan marka maupun rambu di Jalan Besar Ijen.
Keterangan:
V = Kecepatan (km/jam)
L = jarak tempuh (km)
TT= waktu tempuh (jam)
Page 34 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
a) jarak awal reaksi (Sr) adalah jarak pergerakan kendaraan sejak pengemudi melihal suatu
halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem dan
b) iarak awal pengereman (Sb) adalah jarak pergerakan kendaraan sejak pengemudi '
menginiak rem sampal dengan kendaraan tersebut berhenti
Keterangan :
Vr (km/jam) 100 90 80 70 60 50 40 30
Ss minimum (m) 185 160 130 105 85 65 50 35
3.7.1 Marka
Pemasangan marka pada jalan mempunyai fungsi penting dalam menyediakan petunjuk dan
informasi terhadap pengguna jalan. Pada beberapa kasus, marka digunakan sebagai tambahan
alat kontrol lalu lintas yang lain seperti rambu-rambu, alat pemberi sinyal lalu lintas dan
markamarka yang lain. Marka pada jalan secara tersendiri digunakan secara efektif dalam
menyampaikan peraturan, petunjuk, atau peringatan yang tidak dapat disampaikan oleh alat
kontrol lalu lintas yang lain
3.7.2 Rambu
Rambu adalah alat yang utama dalam mengatur, memberi peringatan dan mengarahkan lalu
lintas. Rambu yang efektif harus memenuhi hal-hal berikut:
Page 35 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
1. memenuhi kebutuhan.
2. menarik perhatian dan mendapat respek pengguna jalan.
3. memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti.
4. menyediakan waktu cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan respon.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan
dalam perencanaan dan pemasangan rambu adalah:
1. Keseragaman bentuk dan ukuran rambu Keseragaman dalam alat kontrol lalu lintas
memudahkan tugas pengemudi untuk mengenal, memahami dan memberikan respon.
Konsistensi dalam penerapan bentuk dan ukuran rambu akan menghasilkan konsistensi
persepsi dan respon pengemudi.
2. Desain rambu Warna, bentuk, ukuran, dan tingkat retrorefleksi yang memenuhi standar
akan menarik perhatian pengguna jalan, mudah dipahami dan memberikan waktu yang
cukup bagi pengemudi dalam memberikan respon.
3. Lokasi rambu Lokasi rambu berhubungan dengan pengemudi sehingga pengemudi yang
berjalan dengan kecepatan normal dapat memiliki waktu yang cukup dalam memberikan
respon.
4. Operasi rambu Rambu yang benar pada lokasi yang tepat harus memenuhi kebutuhan
lalu lintas dan diperlukan pelayanan yang konsisten dengan memasang rambu yang
sesuai kebutuhan.
5. Pemeliharaan rambu Pemeliharaan rambu diperlukan agar rambu tetap berfungsi baik.
Page 36 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
BAB IV
Gambaran Umum Lokasi
Page 37 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Peta Pola Ruang Jalan Surabaya
Page 38 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
BAB V
ANALISA TINGKAT PELAYANAN JALAN
Gambar..5.1
Penampang Jalan Surabaya
Keterangan:
Lebar Jalan: 6m
Lebar Trotoar Kiri: 1,25m
Kedalaman Drainase Kiri: 0,52cm
Lebar Drainase Kiri: 0,25cm
Berikut Peta Kondisi Eksisting serta street furniture di Jalan Surabaaya.
.
Page 39 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Peta Eksisting Jalan Surabaya
Page 40 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Gambar 5.2 Penampakan dari timur
Page 41 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Gambar 5.3 Tampak dari Barat
Page 42 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Gambar 5.4 Tampak depan
Page 43 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Gambar 5.5 Tampak keseluruhan
Page 44 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
5.2 Analisis Kecepatan Lalu Lintas
Kecepatan rata-rata perjalanan (Average Travel Speed) dan kecepatan jalan. Waktu
perjalanan adalah total waktu tempuh kendaraan untuk suatu segmen jalan yang ditentukan.
Waktu jalan adalah total waktu ketika kendaraan dalam keadaan bergerak (berjalan) untuk
menempuh suatu segmen jalan tertentu. Kecepatan adalah jarak tempuh kendaraan dibagi
waktu tempuh.
=
Keterangan:
V = Kecepatan (km/jam)
L = jarak tempuh (km)
TT= waktu tempuh (jam)
Standar kecepatan kendaraan berdasarkan Jalan arteri sekunder
Kiri Kanan
Sepeda Motor 40 40
Mobil 50 50
Angkot 50 50
Pick Up 50 50
Bis 50 50
Truck 50 50
Sumber :PM/111/2015 Tentang Tata Cara Penetapan Batas Kecepatan
a. jarak awal reaksi (Sr) adalah jarak pergerakan kendaraan sejak pengemudi melihal suatu
halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem
dan
b. iarak awal pengereman (Sb) adalah jarak pergerakan kendaraan sejak pengemudi '
menginiak rem sampal dengan kendaraan tersebut berhenti
Ss dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus (AASHTO' 2001 ) : 2
= 0,278 × × + 0,039
Keterangan :
Page 45 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
Vr = kecepatan rencana (km/jam)
Vr (km/jam) 100 90 80 70 60 50 40 30
Ss minimum (m) 185 160 130 105 85 65 50 35
Dengan Kecepatan Standar kecepatan kendaraan berdasarkan Jalan arteri sekunder maka jalan
Surabaya dengan kecepatan yang maksimum yaitu sebesar 50 km/jam maka penempatan
rambu diperhitungkan dengan jarak 65 meter sebelumnya sehingga rambu terlihat oleh
pengemudi lalu lintas untuk menghndari terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Penambahan marka jalan yang dibutuhkan di Jalan Surabaya yaitu adanya zebra cross
untuk pejalan kaki sehingga tidak membahayakan keselamatan pejalan kaki saat menyebrang
jalan. Penempatan marka jalan berada diarea lampu lalu lintasyang sebelumnya belum
terdapat di Jalan Surabaya ukuran penambahan zebra cross sesuai dengan pedoman Pd T-12-
2004-B dar kementerian pekerjaan umum.
a. Marka ini berupa garis utuh melintang pada perkerasan jalan di persimpangan atau
daerah penyeberangan pejalan kaki
Page 46 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
b. Marka ini berfungsi sebagai batas berhenti bagi kendaraan yang diwajibkan oleh alat
pemberi isyarat lalu lintas atau rambu larangan
c. Ukuran : tebal garis marka melintang harus lebih besar dari marka membujur,
minimal 0,20 maksimal 0,30 meter
d. Penempatan
e. bila garis berhenti dilengkapi dengan perkataan “Stop” yang dituliskan di permukaan
jalan, jarak antara puncak huruf pada tulisan “STOP” dan garis berhenti, minimal 1
meter maksimal 2,5 meter
f. pada persimpangan atau daerah penyeberangan pejalan kaki, dan harus dilengkapi
dengan garis pembatas berupa garis utuh membujur,
Ukuran jarak antara garis satu dengan yang lain menurut Pd T-12-2004-B dar
kementerian pekerjaan umum yaitu dengan lebar 30 cm antar garis.
5.5 Analisis Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki Di Wilayah Kajian
Fasilitas pejalan kaki harus dapat memenuhi kebutuhan berdasarkan aspek kenyamanan,
keselamatan, dan keamanan pejalan kaki sebagai penggunanya (Murthy, 2001:61), oleh karena
itu analisis yang akan dilakukan pada bab ini akan merujuk kepada hasil pengamatan peneliti
beserta pengelompokan jawaban responden, baik berupa persepsi maupun preferensi sesuai
dengan tiap aspek kebutuhan mendasar berupa kenyamanan, keselamatan, dan keamanan. Untuk
lebih jelasnya tentang pembagian fasilitas pejalan kaki ke dalam aspek kenyamanan,
keselamatan, dan keamanan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5. 1 Cara Penilaian Fasilitas Pejalan Kaki Berdasarkan Indikator Kenyamanan, Keselamatan, dan Keamanan
Penentuan tingkat kenyamanan fasilitas pejalan kaki di Jalan Surabaya dilakukan dengan
menggabungkan hasil pengamatan langsung dan persepsi masyarakat, kemudian dilakukan
pengelompokan dan pembobotan. Untuk kondisi tidak nyaman diberi nilai 1, kurang nyaman
bernilai 3, dan nyaman bernilai 5. Poin tingkat kenyamanan trotoar, penyeberangan, dan street
furniture digabungkan kemudian dilihat nilai totalnya. Nilai total inilah yang kemudian akan
menentukan tingkat kenyamanan fasilitas pejalan kaki keseluruhan.
Poin total fasilitas kenyamanan fasilitas pejalan kaki tidak sama di setiap segmen jalannya,
karena ada ruas jalan yang tidak tersedia trotoar dan penyeberangan. Pada segmen kanan Jalan
Surabaya, poin total 1-3 akan dikategorikan Tidak Nyaman, 4-7 Kurang Nyaman, dan 8-10
dikategorikan Nyaman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Fasilitas Pejalan Segmen Kanan Jalan Segmen Tengah Jalan Segmen Kiri Jalan
Kaki Surabaya Surabaya Surabaya
Trotoar - - 5
Penyeberangan - 3 -
Street Furniture - 5 5
Total - 8 10
Sumber: Survey primer
Trotoar pada segmen kanan Jalan Surabaya mendapat point 0 karena tidak tersedianya fasilitas
pejalan kaki, sementara pada segmen kiri Jalan Surabaya mendapat point 5 karena kondisinya
yang baik sehingga memberikan kenyamanan pada pejalan kaki sebagai fasilitas yang bisa
dipakai. Kemudian zebracross sebagai fasilitas penyebrangan di Jalan Surabaya hanya berada di
segmen tengah dan mendapatkan point 3 dikarenakan cat pada beberapa sisi nya mulai hilang
sehingga membuat pejalan kaki sedikit kurang nyaman pada saat ingin menyebrang namun tetap
dapat memfasilitasi pejalan kaki menyebrang dengan ukuran 5 meter. Dan yang terakhir adalah
street furniture berupa pohon peneduh, bangku taman, lampu jalan, rambu rambu dll
mendapatkan point 5 pada segmen kiri dan tengah dikarenakan kondisi fasilitas tersebut masih
sangat baik, terawat dan pohon peneduh dapat membuat rindang jalan sepanjang segmen tersebut
sehingga memberikan kenyamanan yang tinggi pada pejalan kaki. Kesimpulan dari analisa
penilaian kenyamanan fasilitas pejalan kaki di Jalan Surabaya berdasarkan hasil survey dan
persepsi masyarakat adalah Nyaman pada segmen kiri maupun segmen tengah.
5.7 Analisa Keselamatan Fasilitas Pejalan Kaki
Penentuan tingkat keselamatan fasilitas pejalan kaki di Jalan Surabaya dilakukan dengan
menggabungkan hasil pengamatan langsung dan persepsi masyarakat, kemudian dilakukan
pengelompokan dan pembobotan. Untuk kondisi tidak selamat diberi nilai 1, kurang selamat
bernilai 3, dan selamat bernilai 5. Poin tingkat keselamatan trotoar, penyeberangan, dan street
furniture digabungkan kemudian dilihat nilai totalnya. Nilai total inilah yang kemudian akan
menentukan tingkat keselamatan fasilitas pejalan kaki keseluruhan.
Poin total fasilitas keselamatan fasilitas pejalan kaki tidak sama di setiap segmen jalannya,
karena ada ruas jalan yang tidak tersedia trotoar dan penyeberangan. Pada segmen kanan Jalan
Dieng, poin total 1-3 akan dikategorikan Tidak Selamat, 4-7 Kurang Selamat, dan 8-10
dikategorikan Selamat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 5. 3 Bobot Penilaian Keselamatan Fasilitas Pejalan Kaki di Jalan Surabaya
Fasilitas Pejalan Segmen Kanan Jalan Segmen Tengah Jalan Segmen Kiri Jalan
Kaki Surabaya Surabaya Surabaya
Trotoar - - 5
Penyeberangan - 3 -
Street Furniture - 5 5
Total - 3 10
Sumber: Hasil Survey
Trotoar pada segmen kanan Jalan Surabaya mendapat point 0 karena tidak tersedianya
fasilitas pejalan kaki, sementara pada segmen kiri Jalan Surabaya mendapat point 5 karena
kondisinya yang baik sehingga memberikan keselamatan pada pejalan kaki sebagai fasilitas yang
bisa dipakai. Kemudian zebracross sebagai fasilitas penyebrangan di Jalan Surabaya hanya
berada di segmen tengah dan mendapatkan point 3 dikarenakan cat pada beberapa sisi nya mulai
hilang dan posisi zebracross yang berada di penyebrangan antara SMK Negeri 3 Malang
dengan Kantor Bea dan Cukai Malang, Edotell Malang dengan Kantor Bea dan Cukai Malang
dan yang terakhir antara Universitas Negeri Malang dengan CV. Indra Karya yang memiliki
tingkat kecepatan berkendara yang cukup tinggi sehingga membuat pejalan kaki memiliki
tingkat keselamatan sedikit rendah pada saat menyebrang. Dan yang terakhir adalah street
furniture berupa pohon peneduh, bangku taman, lampu jalan, rambu rambu dll mendapatkan
point 5 pada segmen tengah, kiri dikarenakan kondisi fasilitas tersebut masih sangat baik,
terawat dan juga lampu jalan/pedestrian hidup dan dapat menerangi pejalan kaki pada saat
berjalan sehingga tingkat keselamatan nya pun tinggi. Kesimpulan dari analisa penilaian
keselamatan fasilitas pejalan kaki di Jalan Surabaya berdasarkan hasil survey dan persepsi
masyarakat adalah selamat pada segmen Tengah maupun kiri.
5.8 Analisa Keamanan Fasilitas Pejalan Kaki
Penentuan tingkat keselamatan fasilitas pejalan kaki di Jalan Surabaya dilakukan dengan
menggabungkan hasil pengamatan langsung dan persepsi masyarakat, kemudian dilakukan
pengelompokan dan pembobotan. Untuk kondisi tidak aman diberi nilai 1, kurang aman
bernilai 3, dan aman bernilai 5. Poin tingkat keamanan trotoar, penyeberangan, dan street
furniture digabungkan kemudian dilihat nilai totalnya. Nilai total inilah yang kemudian akan
menentukan tingkat keamanan fasilitas pejalan kaki keseluruhan.
Poin total fasilitas keamanan fasilitas pejalan kaki tidak sama di setiap segmen jalannya, karena
ada ruas jalan yang tidak tersedia trotoar dan penyeberangan. Pada segmen kanan Jalan Dieng,
poin total 1-3 akan dikategorikan Tidak Aman, 4-7 Kurang Aman, dan 8-10 dikategorikan
Aman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Trotoar - - 5
Penyeberangan - 3 -
Street Furniture - 5 5
Total - 8 10
Sumber: Hasil Survey
Trotoar pada segmen kanan Jalan Surabaya mendapat point 0 karena tidak tersedianya
fasilitas pejalan kaki, sementara pada segmen kiri Jalan Surabaya mendapat point 5 karena
kondisinya yang baik sehingga memberikan keamanan pada pejalan kaki sebagai fasilitas yang
bisa dipakai. Kemudian zebracross sebagai fasilitas penyebrangan di Jalan Surabaya hanya
berada di segmen tengah dan mendapatkan point 3 dikarenakan cat pada beberapa sisi nya mulai
hilang dan posisi zebracross yang berada di penyebrangan antara SMK Negeri 3 Malang
dengan Kantor Bea dan Cukai Malang, Edotell Malang dengan Kantor Bea dan Cukai Malang
dan yang terakhir antara Universitas Negeri Malang dengan CV. Indra Karya yang memiliki
tingkat kecepatan berkendara yang cukup tinggi sehingga membuat pejalan kaki memiliki
tingkat keselamatan sedikit rendah pada saat menyebrang. Dan yang terakhir adalah street
furniture berupa pohon peneduh, bangku taman, lampu jalan, rambu rambu dll mendapatkan
point 5 pada segmen tengah, kiri dikarenakan kondisi fasilitas tersebut masih sangat baik,
terawat dan juga lampu jalan/pedestrian hidup dan dapat menerangi pejalan kaki pada saat
berjalan sehingga tingkat keselamatan nya pun tinggi. Kesimpulan dari analisa penilaian
keselamatan fasilitas pejalan kaki di Jalan Surabaya berdasarkan hasil survey dan persepsi
masyarakat adalah Aman pada segmen Tengah maupun kiri.
Page 47 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI
BAB IV
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Harmonisasi rambu dan marka dengan geometric jalan adalah suatu bentuk arahan yang
positif terhadap pengemudi yang melewati jalan Surabaya di Malang. Kecelakaan yang terjadi
disebabkan oleh berbagai factor. Oleh karena itu, dengan penempatan marka dan rambu-rambu
lalu lintas mempunyai fungsi penting dalam menyediakan petunjuk dan informasi terhadap
pengguna jalan. Pada beberapa kasus, marka digunakan sebagai tambahan alat kontrol lalu lintas
yang lain seperti rambu-rambu, alat pemberi sinyal lalu lintas dan marka-marka yang lain. Marka
pada jalan secara tersendiri digunakan secara efektif dalam menyampaikan peraturan, petunjuk,
atau peringatan yang tidak dapat disampaikan oleh alat kontrol lalu lintas yang lain.
Di jalan Surabaya kota malang kondisi jalan yang strategis berada di tengah-tengah kota
malang sehingga di jalan tersebut sangat padat kendaraan yang memenuhi jalan, berpotensi
terjadi kemacetan di jam-jam tertentu. Hasil pengamatan di lokasi survey mengenai penempatan
rambu/marka jalan di rasa sudah tepat. Di Jalan Surabaya, di tempatkan zebra cross, di depan
area perdagangan dan jasa, Pendidikan serta beberapa rumah juga ditempatkan rambu untuk
tidak memarkir kendaraan disana. Masalah/kendala nya hanyalah tentang individu yang kerap
kali tidak menaati rambu/marka yang sudah dibuat.
6.2 Saran
Dalam perancangan suatu geometric jalan, satu hal penting yang harus tetap dilakukan
adalah perawatan sekalipun pembangunan jaln tersebut telah selesai. Perawatan harus
dilaksanakan tidak hanya berupa perawatan kondisi fisik jalan saja, tapi juga pemeriksaan
terhadap fasilitas jalan yang membantu mengarahkan lalu lintas jalan. Pengecatan marka mem
bujur garis putus – putus dan solid yang sesuai standar adalah hal yang harus dilakukan setelah
menyelesaikan pengaspalan jalan. Selain itu, pengecatan marka ulang setelah dilakukan overlay
aspal pada jalan juga merupakan satu kesatuan yang harus dilaksanakan. Bahan cat yang
digunakann untuk pengecatan harus digunakan yang tahan lama dan sesuai dengan SNI yang
berlaku. Pembuatan marka juga harus konsisten dan berkesinambungan pada semua jalur agar
tidak membingungkan bagi pengguna jalan
Page 48 of 48
PERENCANAAN TRANSPORTASI