Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN RAYA

LAPORAN
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkerasan Jalan Raya yang diampu
oleh Juang Akbardin, S.T., M.T.,

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

BRAMA PUTRA. P 1603781

MEGAH ULTARI 1603909

MUHAMMAD RIFKI 1603920

YULLIA RACHMAWATI 1605904

PRODI TEKNIK SIPIL

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang selalu
memberikan hidayah dan rahmat-Nya. Sehingga penulis diberi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas terstruktur ini.
Laporan praktikum ini diajukan sebagai salah satu persyaratan akademik
bagi penyusun pada mata kuliah Perkerasan Jalan Raya pada Program Studi
Teknik Sipil S1, Departemen Pendidikan Teknik Sipil, Fakultas Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Dalam penulisan laporan ini, penyusun menyadari bahwa selama pengerjaan
tugas ini penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bpk. Juang Akbardin S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Perkerasan
Jalan Raya
2. Rekan – rekan yang memberikan dukungan dalam mengerjakan laporan
ini.
Tugas ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan tugas ini. Akhirnya semoga tugas ini bisa memberikan manfaat
bagi penyusun dan bagi pembaca.

Bandung, Maret 2019

Penyusun

ii
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………… i

iii
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

DAFTAR ISI…………………………………………………………………... ii
BAB I SURVEI KERATAAN JALAN………………………………………..1

1.1 Pendahuluan………………………………………………………….......….1

1.2 Tujuan…………………………………………………………………...…...1

1.3 Pengertian……………………………………………………………………2

1.4 Objek Penelitian……………………………………………………………...2

1.5 Alat dan Bahan……………………………………………………………….2

1.6 Persiapan Benda Uji………………………………………………………….4

1.7 Cara Pengujian………………………………………………………………..4

1.8 Diagram Alir Pikir……………………………………………………………5

1.9 Hasil Pengamatan…………………………………………………………….6

1.10 Kesimpulan………………………………………………………………….9

LAMPIRAN

4
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

BAB I

SURVEY KERATAAN JALAN DENGAN ALAT STRAIGHT EDGE

1.1 Pendahuluan

Metode pengujian lendutan perkerasan lentur dengan alat Benkelman Beam ini
dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian perkerasan jalan dengan alat
Benkelman Beam (BB) yaitu mengukur gerakan vertikal pada permukaan lapis
jalan dengan cara mengatur pemberian beban roda yang diakibatkan oleh beban
tertentu dengan tujuan untuk memperoleh data dilapangan yang akan bermanfaat
bagi penilaian struktur peramalan performance perkerasan dan perencanaan
overlay.
Alat Benkelman Beam terdiri dari dua batang yang mempunyai panjang total pada
umumnya (366+0.16) cm, yang terdiri dari dua bagian dengan perbandingan 1:2
terhadap titik pivot. Alat ini dilengkapi dengan tumit batang (beam toe) yang
dipasang pada ujung batang yang panjang untuk mentransfer beban roda ke
permukaan perkerasan. Selain itu juga dilengkapi dengan jam ukur (dial gauge)
sebagai alat untuk membaca lendutan yang terjadi. Skema alat Benkelman Beam
ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar Skema Benkelman Beam

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 1


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

Prinsip pengukuran lendutan dengan alat Benkelman Beam adalah pemberian


beban static yang berupa sumbu tunggal belakang yang beroda ganda dari sebuah
truk pada permukaan perkerasan. Lendutan yang terjadi akibat pembebanan akan
ditransfer oleh batang alat tersebut dan selanjutnya akan diukur oleh jam ukur
yang menjadi satu kesatuan dari alat tersebut.

Adapun prisip pengukuran kedua macam lendutan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengukuran Lendutan Balik
Prinsip pengukuran lendutan balik adalah penentuan besarnya lendutan yang
terjadi pada permukaan perkerasan dengan mengukur perpindahan permukaan
perkerasan ke posisi semula setelah beban yang bekerja padanya dihilangkan
(rebound) dari struktur perkerasan.
b. Pengukuran Lendutan Langsung
Prinsip dari pengukuran lendutan langsung adalah mengukur lendutan yang terjadi
sebenarnya pada titik-titik jarak tertentu dari pusat beban dimana beban tersebut
masih berpengaruh.

1.2 Tujuan

Untuk mencari lendutan balik pada perkerasan lentur berdasarkan pengukuran


menggunakan alat Benkelman Beam. Tata cara pelaksanaan dan analisis data
lendutan balik berpedoman pada SNI 2416-2011 dan Bina Marga Pd T-2005-B.

1.3 Pengertian

Mengukur kelendutan jalan menggunakan alat benkelman beam sepanjang 0+060


sta.

1.4 Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan adalah aspal yang berada di Fakultas Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan (FPTK).

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 2


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

1.5 Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan Gambar Keterangan

1 Benkelman Beam Alat dasar untuk


mengukur
lendutan

2 Meteran Roda untuk mengukur


Dorong jarak dengan cara
mendorong alat
dari satu tempat ke
tempat lainnya.

3 Arloji pengukur Alat untuk


(dial gauge) memunculkan
nilai kelendutan
yang terjadi

4 Lembar Lembar untuk


pengamatan mencatat hasil
pengamatan

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 3


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

5 Pengukur Suhu Alat untuk


mengukur suhu
permukaan dan
suhu udara

1.6 Persiapan Benda Uji

Siapkan benkelman beam, rollmeter, arloji, pengukur suhu pada lokasi


pengukuran.

1.7 Cara Pengujian

1) Penyiapan truk

Penyiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Truk dimuati hingga beban masing-masing roda belakang ban ganda (4,08 ±
0,045) ton, penimbangan dilakukan pada masing-masing roda belakang ban
ganda dan beban gandar merupakan penjumlahan dari beban masing-masing
roda belakang tersebut;
2) Ban belakang diperiksa dan tekanan angin pada ban dibuat (5,5 ± 0,07)
kg/cm2 atau (80 ± 1) psi, dan diukur setiap 4 (empat) jam sekali;
3) Bila tidak atau belum dilakukan pengujian dan truk berhenti lebih dari 40
(empat puluh) jam, selama masih dimuati beban, maka sebaiknya truk ditahan
dengan balok-balok kayu untuk menghindari rusaknya per truk akibat beban.

2) Penyiapan alat Benkelman Beam

Secara umum penyiapan alat Benkelman Beam sebelum penyetelan adalah


sebagai berikut:

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 4


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

1) Pasang batang Benkelman Beam sehingga sambungan kaku;


2) Periksa arloji pengukur, bila perlu batang arloji dibersihkan dengan minyak
arloji/alkohol murni guna memperkecil gesekan; untuk mengurangi terjadinya
karat, hindari pemakaian air sebagai pembersih;
3) Pasang arloji pengukur pada tangkai sedemikian rupa sehingga batang arloji
pengukur arahnya vertikal pada tangkai Benkelman Beam.

a) Cara mengukur ketelitian

Cara mengukur ketelitian, adalah sebagai berikut:

1) Dengan batang pengukur dalam keadaan terkunci, tempatkan Benkelman


Beam pada bidang yang datar, kokoh dan rata, misalnya pada tanah;
2) Atur kaki (K) sehingga Benkelman Beam dalam keadaan datar;
3) Tempatkan alat penyetel dalam bidang yang sama dan atur sehingga alat
penyetel berada di bawah tumit batang (TB) dari batang pengukur, kemudian
atur landasan hingga datar dan mantap;
4) Lepaskan pengunci (P) atau batang pengukur dan turunkan ujung batang
perlahan-lahan hingga tumit batang terletak pada pelat penyetel (T);
5) Atur arloji pengukur (AP2) Benkelman Beam pada dudukannya hingga
batang ujung arloji pengukur bersinggungan dengan bagian belakang batang
pengukur, lalu dikunci dengan erat;
6) Atur arloji pengukur alat penyetel (AP1) pada dudukannya hingga ujung
batang arloji pengukur bersinggungan dengan batang pengukur tepat di atas
tumit batang (TB), kemudian dikunci dengan erat;
7) Atur kedudukan batang arloji pengukur Benkelman Beam dan batang arloji
alat penyetel sehingga batang arloji bisa bergerak ± 5 mm;
8) Dalam kedudukan seperti 7), atur kedua jarum arloji pengukur pada angka
nol;
9) Hidupkan alat penggetar (B), kemudian turunkan pelat penyetel dengan
memutar sekrup pengatur (SP2), sehingga jarum arloji pengukur alat penyetel
menunjukkan penurunan batang arloji pengukur 0,25 mm, catat pembacaan
kedua arloji pengukur pada formulir yang telah tersedia;
10) Lakukan seperti 9), berturut-turut pada setiap penurunan batang arloji
pengukur 0,25 mm sampai mencapai penurunan 2,50 mm, catat pembacaan
kedua arloji pengukur pada formulir yang telah tersedia;

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 5


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

11) Dalam keadaan kedudukan terakhir, naikkan pelat penyetel berturut-turut


pada setiap kenaikan batang arloji pengukur 0,25 mm, sampai mencapai
kenaikan 2,50 mm (tumit batang kembali pada kedudukan semula);
12) Jika hasil pembacaan arloji pengukur Benkelman Beam, berbeda dengan hasil
pembacaan pada arloji pengukur alat penyetel, berarti ada kemungkinan
kesalahan pada alat, seperti gesekan pada sumbu yang terlalu besar atau
peluru-peluru sumbu yang terlalu longgar;
13) Jika selisih pada 9), sama atau lebih kecil 0,05 mm maka alat masih dianggap
baik, tetapi jika lebih besar dari 0,05 mm maka alat tersebut perlu diperiksa
dan diperbaiki.

Gambar Alat benkleman beam dan alat penyetel

b) Pengukuran dimensi alat

Perbandingan panjang batang alat Benkelman Beam mempengaruhi hasil


perhitungan lendutan, oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran dimensi alat
sebagai berikut:

1) Panjang batang dari tumit batang ke sumbu O ( = A );


2) Panjang batang dari sumbu O ke arloji pengukur ( = B );
3) Panjang batang dari tumit batang ke kaki depan ( = C );
4) Panjang batang dari kaki depan ke kaki belakang ( = D ).
5) Jika A : B tidak sama dengan 2 : 1 maka alat tersebut perlu diperiksa dan
diperbaiki.

3) Penentuan titik-titik pengujian

Titik pengujian ditentukan sebagai berikut:

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 6


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

1) Untuk jalan tanpa median dengan tipe jalan 1 lajur, 2 lajur, 3 lajur, 4 lajur dan
6 lajur;
2) Untuk jalan dengan median tipe jalan 2 x 1 lajur, 2 x 2 lajur dan 2 x 3 lajur,
maka jalan tersebut masing-masing dianggap sebagai jalan 1 (satu) arah dan
letak titik pengujian seperti tipe jalan 1 lajur, 2 lajur, dan 3 lajur untuk
masing-masing arah.

4) Pengukuran lendutan

Terdapat 3 (tiga) jenis pengukuran lendutan yang dilakukan yaitu pengukuran


lendutan balik maksimum, lendutan balik titik belok dan cekung lendutan.

Dalam penempatan tumit batang dan kaki-kaki Benkelman Beam, hindari titik
yang telah mengalami kerusakan permukaan jalan seperti pelelehan aspal
(bleeding) atau retak (cracking) dan dalam melaksanakan pengukuran lendutan,
temperatur permukaan jalan harus lebih rendah atau sama dengan 40°C.

a) Pengukuran lendutan balik maksimum

1) Tentukan titik pengujian jalan tanpa median atau dengan median (lihat 6.3)
atau disesuaikan dengan kebutuhan;
2) Tentukan titik pada permukaan jalan yang akan diuji dan diberi tanda (+)
dengan kapur tulis;
3) Pusatkan salah satu ban ganda pada titik yang telah ditentukan tersebut;
apabila yang diuji ada disebelah kiri sebuah jalur maka yang dipusatkan
adalah ban ganda kiri, apabila yang akan diuji adalah kiri dan kanan pada
suatu jalur maka yang dipusatkan pada titik-titik yang telah ditetapkan
tersebut ialah ban ganda kiri dan ban ganda kanan;
4) Tumit batang (beam toe) Benkelman Beam diselipkan di tengah-tengah ban
ganda tersebut, sehingga tepat di bawah pusat muatan sumbu gandar, dan
batang Benkelman Beam masih dalam keadaan terkunci;
5) Atur ketiga kaki sehingga Benkelman Beam dalam keadaan datar
(waterpass);
6) Lepaskan kunci Benkelman Beam, sehingga batang Benkelman Beam dapat
digerakkan turun naik;

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 7


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

7) Atur batang arloji pengukur sehingga menyinggung dengan bagian atas dari
batang belakang;
8) Hidupkan penggetar (buzzer) untuk memeriksa kestabilan jarum arloji
pengukur;
9) Setelah jarum arloji pengukur stabil, atur jarum pada angka nol, sehingga
kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,025 mm/menit
atau setelah 3 (tiga) menit, catat pembacaan ini sebagai pembacaan awal
(lihat Lampiran F);
10) Jalankan truk perlahan-lahan maju ke depan dengan kecepatan maksimum 5
km/jam sejauh 6 m; setelah truk berhenti, arloji pengukur dibaca setiap menit,
sampai kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,025
mm/menit atau setelah 3 (tiga) menit, catat pembacaan ini sebagi pembacaan
akhir;
11) Catat temperatur permukaan jalan (tp) dan temperatur udara (tu) pada tiap
titik pengujian; temperatur tengah (tt) dan temperatur bawah (tb) bila perlu
dicatat setiap 2 (dua) jam;
12) Tekanan angin pada ban selalu diperiksa bila dianggap perlu setiap 4 (empat)
jam dan dibuat selalu (5,5 ± 0,07) kg/cm2 atau (80 ± 1) psi (lihat Lampiran
B);
13) Apabila diragukan adanya perubahan letak muatan, maka beban gandar
belakang truk selalu diperiksa dengan timbangan muatan;
14) Periksa dan catat tebal lapis permukaan, serta data lain yang diperlukan;

b) Pengukuran lendutan balik titik belok

1) Tentukan titik pengujian jalan tanpa median atau dengan median, sama
dengan cara mengukur lendutan balik maksimum (lihat 6.4.1 a)) atau
disesuaikan dengan kebutuhan;
2) Tentukan titik pada permukaan jalan yang akan diuji dan diberi tanda (+)
dengan kapur tulis;
3) Pusatkan salah satu ban ganda pada titik yang telah ditentukan, apabila yang
diuji sebelah kiri sebuah jalan maka yang dipusatkan ialah ban ganda kiri,
apabila yang diuji adalah kiri dan kanan pada suatu jalur maka yang

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 8


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

dipusatkan pada titik yang telah ditetapkan tersebut ialah ban ganda kiri dan
ban ganda kanan;
4) Tumit batang (beam toe) Benkelman Beam diselipkan di tengah-tengah ban
ganda tersebut, sehingga tepat dibawah pusat muatan sumbu ganda dan
batang Benkelman Beam sejajar dengan arah truk; Benkelman Beam masih
dalam keadaan terkunci;
5) Atur ketiga kaki sehingga Benkelman Beam dalam keadaan datar
(waterpass);
6) Lepaskan kunci Benkelman Beam, sehingga batang Benkelman Beam dapat
digerakkan turun naik;
7) Atur batang arloji pengukur sehingga bersinggungan dengan bagian atas dari
batang belakang;
8) Hidupkan penggetar (buzzer) untuk memeriksa kestabilan jarum arloji
pengukur;
9) Setelah jarum arloji pengukur stabil, atur jarum pada angka nol sehingga
kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,025 mm/menit
atau setelah 3 (tiga) menit, catat pembacaan ini sebagai pembacaan awal;
10) Jalankan truk perlahan-lahan maju ke depan dengan kecepatan maksimum 5
km/jam sejauh 0,30 m untuk penetrasi, asbuton dan laburan atau sejauh 0,40
m untuk beton aspal; setelah truk berhenti, arloji pengukur dibaca setiap
menit, sampai kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,025
mm/menit atau setelah 3 (tiga) menit; catat pembacaan ini sebagai pembacaan
antara;
11) Jalankan truk perlahan-lahan maju ke depan dengan kecepatan maksimum 5
km/jam sejauh 6 m dari titik awal pengujian; setelah truk berhenti, arloji
pengukur dibaca setiap menit, sampai kecepatan perubahan jarum lebih kecil
atau sama dengan 0,025 mm/menit atau setelah 3 (tiga) menit; catat
pembacaan ini sebagai pembacaan akhir;
12) Catat temperatur permukaan jalan (tp) dan temperatur udara (tu) tiap titik
pengujian; temperatur tengah (tt) dan temperatur bawah (tb) bila perlu dicatat
setiap 2 (dua) jam;
13) Tekanan angin pada ban selalu diperiksa bila dianggap perlu setiap 4 (empat)
jam dan dibuat selalu (5,5 ± 0,07) kg/cm2 atau (80 ± 1) psi;
14) Apabila diragukan adanya perubahan letak muatan, maka beban gandar
belakang truk selalu diperiksa dengan timbangan muatan;

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 9


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

15) Periksa dan catat tebal lapis permukaan, serta data lain yang diperlukan;

c.) Pengukuran cekung lendutan

1) Tentukan titik pengujian, pengujian pada umumnya dilakukan pada titik-titik


lendutan balik yang memerlukan data tambahan, atau disesuaikan dengan
kebutuhan;
2) Tentukan titik pada permukaan jalan yang akan diuji dan diberi tanda (+)
dengan kapur tulis;
3) Tempatkan truk arah kemuka sejauh 6 m dari titik yang akan diuji;
4) Letakkan tumit batang (beam toe) Benkelman Beam pada titik yang akan
diuji kemudian:
5) periksa kedudukan batang sehingga as jalan dan kaki batang terletak pada
landasan yang stabil/mantap;
6) atur jarum arloji pengukur pada angka nol.
7) Beri tanda pada permukaan jalan mulai dari titik kontak batang, dengan jarak
10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm, 70 cm,100 cm, 150 cm, 200 cm, dan 600
cm arah ke muka;
8) Truk dijalankan mundur perlahan-lahan sehingga tumit batang terselip di
antara salah satu ban ganda belakang dan truk berhenti pada saat pusat
muatan ban ganda belakang berada di atas titik kontak belakang;
9) Pada waktu truk berjalan mundur dan ban ganda belakang sudah berada 2 m
di depan titik kontak batang, dan diperkirakan batang tidak akan tepat masuk
diantara ban ganda yang bersangkutan maka truk harus maju lagi untuk
memperbaiki arah;
10) Pada kedudukan ban ganda belakang tersebut pada 6), dilakukan pembacaan;
pembacaan arloji pengukur dilakukan setiap menit, sampai kecepatan
perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,025 mm/menit atau setelah 3
menit; catat pembacaan ini sebagai pembacaan lendutan maksimum;
11) Kemudian jalankan truk maju perlahan-lahan sejauh 10 cm dari titik kontak
batang, pembacaan dilakukan lagi setiap menit sampai kecepatan perubahan
jarum lebih kecil atau sama dengan 0,025 mm/menit atau setelah 3 menit;
12) Truk dijalankan lagi maju perlahan-lahan pada jarak 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50
cm, 70 cm, 100 cm, 150 cm, 200 cm, dan 600 cm, dari titik kontak batang
dan pembacaan dilakukan pada tiap-tiap jarak tersebut di atas sesuai 8); catat
pembacaan tersebut sebagai pembacaan cekung lendutan;
13) Periksa dan catat tebal lapis permukaan, serta data lain yang diperlukan;

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 10


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

5) Pengukuran temperatur

Maksud pengukuran temperatur adalah untuk mencari faktor koreksi penyesuaian


temperatur terhadap temperatur standar 35°C.

Pengukuran dapat dilakukan terhadap:

a) Temperatur udara (tu) dan temperatur permukaan (tp); dengan menggunakan


Tabel H.1 (Lampiran H) akan diperoleh temperatur tengah (tt) dan temperatur
bawah (tb);
b) Temperatur udara (tu); temperatur permukaan (tp); temperatur tengah (tt) dan
temperatur bawah (tb).

Cara yang umum dipergunakan adalah cara 6.5.1 a), sedangkan cara 6.5.1 b) dapat
digunakan untuk tujuan penelitian; dalam mencari faktor penyesuaian temperatur,
diperlukan juga tebal dan jenis konstruksi lapis permukaan yang sekaligus
dilakukan bersama-sama dengan pengukuran temperatur.

Temperatur lapis permukaan (TL) dihitung dengan persamaan:


TL = 1/3 (tp + tt + tb)
Keterangan:
TL adalah temperatur lapis permukaan (°C);
tp adalah temperatur permukaan (°C);
tt adalah temperatur tengah (°C);
tb adalah temperatur bawah (°C).

a) Cara menggunakan dan membaca termometer

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran temperatur khususnya


jika tidak menggunakan termometer digital:

1) Semua air raksa di dalam termometer harus saling berhubungan (untuk


termometer yang kurang baik sering dalam keadaan terpisah, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya salah pembacaan);
2) Termometer diletakkan dengan hati-hati agar alas termometer tersebut
menempel pada permukaan perkerasan;

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 11


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

3) Pembacaan termometer harus diusahakan sejajar mata, agar temperatur yang


terbaca adalah temperatur yang sebenarnya (tinggi air raksa tepat pada angka
yang terbaca).

b) Cara mengukur temperatur udara (tu)

Pengukuran ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer udara (dapat berupa


termometer digital);
2) Pada siang hari pengukuran dilakukan di tempat teduh dan terbuka (di bawah
pohon atau pelindung lainnya); sedangkan pada malam hari pengukuran bisa
dilakukan langsung di tempat pekerjaan dan terbuka; pengukuran tidak boleh
terpengaruh sumber panas lainnya (misalnya: mobil/truk, mesin, dan api);
3) Pembacaan dilakukan setelah pengukuran berjalan sekitar 5 (lima) menit;
temperatur yang terbaca dicatat dalam formulir yang tersedia.
4) Sebagai pembanding, informasi mengenai temperatur udara dapat diperoleh
dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).

c) Cara mengukur temperatur permukaan (tp)

Pengukuran ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer permukaan (dapat


berupa termometer digital);
2) Bersihkan permukaan yang akan diukur dari kotoran atau debu yang melekat;
3) Lindungi termometer dari sinar matahari langsung dengan payung atau alat
pelindung lainnya;
4) Pembacaan dilakukan setelah pengukuran berlangsung 5 (lima) menit; hasil
pembacaan temperatur dicatat dalam formulir yang tersedia;
5) Jika menggunakan termometer digital maka dibuat lubang yang tidak terlalu
dalam (± 0,3 cm) agar batang/kabel sensor dapat masuk dan pada lubang
tersebut diberi oli secukupnya.

d) Cara mengukur temperatur tengah (tt)

Pengukuran temperatur tengah dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak
langsung. Pengukuran temperatur secara langsung dilakukan pada kedalaman

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 12


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

setengah tebal lapis permukaan. Pengukuran yang umum digunakan adalah secara
tidak langsung dan ketentuan sebagai berikut:

1) Jumlahkan hasil pembacaan temperatur udara c.4) dan hasil pembacaan


temperatur permukaan d.4);
2) Catat tebal lapis permukaan;
3) Hitung setengah tebal lapis permukaan;
4) Dari 1), dan 3), diperoleh tt.

e) Cara mengukur temperatur bawah (tb)

Pengukuran temperatur bawah dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak
langsung. Pengukuran temperatur secara langsung dilakukan pada kedalaman
dasar tebal lapis permukaan. Pengukuran yang umum digunakan adalah secara
tidak langsung dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jumlahkan hasil pembacaan temperatur udara (lihat c.3) dan hasil pembacaan
temperatur permukaan (lihat d.4));
2) Catat tebal lapis permukaan;
3) Dari f.1) dan f.2) diperoleh tb.

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 13


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

1.8 Diagram Alir Pikir

Mulai

Pemilihan Lokasi
Dan Survey
pendahuluan

Pengumpulan data

Data Primer : Data Sekunder:

1. Data pengukuran 1. data struktural


suhu
2. data kapasitas
2. Data kelendutan beban jalan
jalan dengan
benkelman beam

Analisis Data:

1. Plotting grafik nilai faktor koreksi


lendutan
2. Mencari nilai faktor keseragaman
3. Menghitung lendutan wakil
4.

Kesimpulan dan saran

Selesa
i

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 14


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

1.9 Hasil Pengamatan

Pengujian Benkleman Beam dilakukan pada pukul 09.30-10.00 WIB. Pengujian


dilakukan di parkiran FPTK UPI Universitas Pendidikan Indonesia. Kondisi cuaca
pada saat pengujian berlangsung adalah cerah.

Berikut merupakan data hasil survey uji benkelman beam yang diperoleh pada
titik 1 hingga titik 5 yang diukur :

Dimana:
JK : Jenis Konstruksi C : Faktor Lingkungan
TU : Temperatur Udara Ft : Faktor Koreksi Suhu
LP : Lebar Perkerasan (m) Tad : tidak ada data
TP : Temperatur Permukaan Kr : Jenis Kerusakan

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 15


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

Tabel Formulir Survey Benkleman Beam pada Sta 0+000

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 16


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

Tabel Formulir Survey Benkleman Beam pada Sta 0+015

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 17


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

Tabel Formulir Survey Benkleman Beam pada Sta 0+030

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 18


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

Tabel Formulir Survey Benkleman Beam pada Sta 0+045

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 19


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

Tabel Formulir Survey Benkleman Beam pada Sta 0+060

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 20


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

b) Perhitungan

1) Perhitungan Lendutan Balik

Setelah mendapatkan data dari lapangan yang berupa pembacaan pada alat
Benkelman Beam, yang hasilnya dapat dilihat pada diatas maka berdasarkan
Pedoman Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur dengan Metode
Lendutan (PD T 05-2005 B), untuk lendutan balik tiap titik dengan Metode
Benkelman Beam dihitung dengan rumus:

d = 2 (d3 – d0) . Ft . C . FKB-BB

Dimana :
d = lendutan balik (mm) d1 = pembacaan antara (mm)
d0 = pembacaan awal (mm) d2 = pembacaan antara (mm)
d3 = pembacaan akhir (mm)
Ca = faktor pengaruh air tanah (faktor musim)
= 1,2 jika pemeriksaan dilakukan pada musim kemarau
= 0,9 jika pemeriksaan dilakukan pada musim hujan
Ft = Faktor penyesuaian temperatur lapis permukaan t1 didapat dengan
menggunakan grafik.
FKB-BB = faktor koreksi beban uji Benkleman Beam
= 77,343 x beban uji (ton) -2,0715
= 77,343 x (8,2) -2,0715 = 0,99

Sehingga didapat:

Tabel Akumulasi perhitungan lendutan perkerasan jalan

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 21


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

Dalam bentuk grafik terlihat sebagai berikut:

Grafik Hubungan Lendutan tiap Stationing

Jumlah lendutan pada Sta 0 + 00 hingga Sta 0 + 80 adalah


Σd = 0.25 + 0.35 + 0.81 + 0.81 + 0.25 = 2,47 mm
Jumlah data (n) =5

Nilai lendutan balik rata-rata

d 
d
n
d 2,47
d    0,5mm
n 5

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 22


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

2) Perhitungan Nilai Faktor Keragaman (FK)

Tabel Perhitungan Standar Deviasi

Ban
Sta. d (mm) d rerata d^2
Gandar
0 + 000 Kanan 0.25 0.25 0.062
0 + 015 Kanan 0.35 0.35 0.124
0 + 030 Kanan 0.81 0.81 0.660
0 + 045 Kanan 0.81 0.81 0.660
0 + 060 Kanan 0.25 0.25 0.062
jumlah 2.47 1.57
D
rerata 0.5
S 1.55

Nilai standard deviasi S 


 
n .  d 2 .  d
2

n  n  1

Dimana : d = nilai lendutan rerata


n = jumlah data

n ( d 2 )    d  5 (1.57)   2.47 
2 2
S   1.55
n ( n  1) 5 ( 5  1)

Faktor keseragaman FK =

dengan batasan :
- FK ≤ 15 % sangat seragam
- FK = 15 % - 20 % seragam
- FK = 20 % – 25 % baik
- FK = 25 % - 30 % cukup
- FK = 30 % - 40 % jelek

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 23


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

- FK > 40 % tidak seragam. Pembagian seksi-seksi diusahakan dengan


keseragaman tidak lebih besar dari 40 % dan setiap seksi panjangnya tidak
kurang dari 500 m (untuk kemudahan pelaksanaan overlay).

Sehingga,
Faktor keseragaman data nilai lendutan dari stasion 0 + 00 sampai dengan 0 + 60,
S 1.55
FK  x 100 %  x 100 %  3.13 %
d 0.5

3) Perhitungan Lendutan Wakil

Nilai lendutan balik yang mewakili


D= d +2S untuk jalan arteri/tol
D= d + 1,64 S untuk jalan kolektor
D= d + 1,28 S untuk jalan lokal

Nilai lendutan balik di lapangan (untuk jalan lokal) sebelum di overlay


yang mewakili,
D= d + 1,28 S = 0,5 + (1,28 . 1.55) = 2.47 mm.
D wakil untuk jalan lokal tingkat kepercayaan 90% maka:
D = 2.47 x 90% = 2.23 mm

1.10 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil praktikum Benkleman Beam pada ruas jalan Gedung
FPBS sampai dengan Museum Pendidikan UPI (Sta 0+00 – Sta 0+60) yang diolah
dengan mengacu pada Pd T-05-2005-B, penulis menyimpulkan:

1) Nilai lendutan rerata = 0,5 mm


2) Lendutan wakil = 2,23 mm
3) Standar Deviasi = 1.55
4) Faktor Keseragaman = 3,13%

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 24


LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 1


Lampiran Survey Kerataan Jalan

Gambar 1. Benkelman Beam Gambar 2. Benkelman Beam

Gambar 3. Benkelman Beam Gambar 4. Benkelman Beam

Kelompok 5 – Praktikum Benkelman Beam 2

Anda mungkin juga menyukai