LAPORAN
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkerasan Jalan Raya yang diampu
oleh Juang Akbardin, S.T., M.T.,
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
2019
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang selalu
memberikan hidayah dan rahmat-Nya. Sehingga penulis diberi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas terstruktur ini.
Laporan praktikum ini diajukan sebagai salah satu persyaratan akademik
bagi penyusun pada mata kuliah Perkerasan Jalan Raya pada Program Studi
Teknik Sipil S1, Departemen Pendidikan Teknik Sipil, Fakultas Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Dalam penulisan laporan ini, penyusun menyadari bahwa selama pengerjaan
tugas ini penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bpk. Juang Akbardin S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Perkerasan
Jalan Raya
2. Rekan – rekan yang memberikan dukungan dalam mengerjakan laporan
ini.
Tugas ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan tugas ini. Akhirnya semoga tugas ini bisa memberikan manfaat
bagi penyusun dan bagi pembaca.
Penyusun
ii
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
iii
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... ii
BAB I SURVEI KERATAAN JALAN………………………………………..1
1.1 Pendahuluan………………………………………………………….......….1
1.2 Tujuan…………………………………………………………………...…...1
1.3 Pengertian……………………………………………………………………2
1.10 Kesimpulan………………………………………………………………….9
LAMPIRAN
4
LABORATORIUM TRANSPORTASI DAN MATERIAL PERKERASAN JALAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK – UPI
Jl. Dr. Setiabudi No.207 Bandung 40154 Tlp. (022) 2010611
BAB I
1.1 Pendahuluan
Metode pengujian lendutan perkerasan lentur dengan alat Benkelman Beam ini
dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian perkerasan jalan dengan alat
Benkelman Beam (BB) yaitu mengukur gerakan vertikal pada permukaan lapis
jalan dengan cara mengatur pemberian beban roda yang diakibatkan oleh beban
tertentu dengan tujuan untuk memperoleh data dilapangan yang akan bermanfaat
bagi penilaian struktur peramalan performance perkerasan dan perencanaan
overlay.
Alat Benkelman Beam terdiri dari dua batang yang mempunyai panjang total pada
umumnya (366+0.16) cm, yang terdiri dari dua bagian dengan perbandingan 1:2
terhadap titik pivot. Alat ini dilengkapi dengan tumit batang (beam toe) yang
dipasang pada ujung batang yang panjang untuk mentransfer beban roda ke
permukaan perkerasan. Selain itu juga dilengkapi dengan jam ukur (dial gauge)
sebagai alat untuk membaca lendutan yang terjadi. Skema alat Benkelman Beam
ditampilkan pada Gambar 1.
Adapun prisip pengukuran kedua macam lendutan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengukuran Lendutan Balik
Prinsip pengukuran lendutan balik adalah penentuan besarnya lendutan yang
terjadi pada permukaan perkerasan dengan mengukur perpindahan permukaan
perkerasan ke posisi semula setelah beban yang bekerja padanya dihilangkan
(rebound) dari struktur perkerasan.
b. Pengukuran Lendutan Langsung
Prinsip dari pengukuran lendutan langsung adalah mengukur lendutan yang terjadi
sebenarnya pada titik-titik jarak tertentu dari pusat beban dimana beban tersebut
masih berpengaruh.
1.2 Tujuan
1.3 Pengertian
Objek penelitian yang digunakan adalah aspal yang berada di Fakultas Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan (FPTK).
1) Penyiapan truk
1) Truk dimuati hingga beban masing-masing roda belakang ban ganda (4,08 ±
0,045) ton, penimbangan dilakukan pada masing-masing roda belakang ban
ganda dan beban gandar merupakan penjumlahan dari beban masing-masing
roda belakang tersebut;
2) Ban belakang diperiksa dan tekanan angin pada ban dibuat (5,5 ± 0,07)
kg/cm2 atau (80 ± 1) psi, dan diukur setiap 4 (empat) jam sekali;
3) Bila tidak atau belum dilakukan pengujian dan truk berhenti lebih dari 40
(empat puluh) jam, selama masih dimuati beban, maka sebaiknya truk ditahan
dengan balok-balok kayu untuk menghindari rusaknya per truk akibat beban.
1) Untuk jalan tanpa median dengan tipe jalan 1 lajur, 2 lajur, 3 lajur, 4 lajur dan
6 lajur;
2) Untuk jalan dengan median tipe jalan 2 x 1 lajur, 2 x 2 lajur dan 2 x 3 lajur,
maka jalan tersebut masing-masing dianggap sebagai jalan 1 (satu) arah dan
letak titik pengujian seperti tipe jalan 1 lajur, 2 lajur, dan 3 lajur untuk
masing-masing arah.
4) Pengukuran lendutan
Dalam penempatan tumit batang dan kaki-kaki Benkelman Beam, hindari titik
yang telah mengalami kerusakan permukaan jalan seperti pelelehan aspal
(bleeding) atau retak (cracking) dan dalam melaksanakan pengukuran lendutan,
temperatur permukaan jalan harus lebih rendah atau sama dengan 40°C.
1) Tentukan titik pengujian jalan tanpa median atau dengan median (lihat 6.3)
atau disesuaikan dengan kebutuhan;
2) Tentukan titik pada permukaan jalan yang akan diuji dan diberi tanda (+)
dengan kapur tulis;
3) Pusatkan salah satu ban ganda pada titik yang telah ditentukan tersebut;
apabila yang diuji ada disebelah kiri sebuah jalur maka yang dipusatkan
adalah ban ganda kiri, apabila yang akan diuji adalah kiri dan kanan pada
suatu jalur maka yang dipusatkan pada titik-titik yang telah ditetapkan
tersebut ialah ban ganda kiri dan ban ganda kanan;
4) Tumit batang (beam toe) Benkelman Beam diselipkan di tengah-tengah ban
ganda tersebut, sehingga tepat di bawah pusat muatan sumbu gandar, dan
batang Benkelman Beam masih dalam keadaan terkunci;
5) Atur ketiga kaki sehingga Benkelman Beam dalam keadaan datar
(waterpass);
6) Lepaskan kunci Benkelman Beam, sehingga batang Benkelman Beam dapat
digerakkan turun naik;
7) Atur batang arloji pengukur sehingga menyinggung dengan bagian atas dari
batang belakang;
8) Hidupkan penggetar (buzzer) untuk memeriksa kestabilan jarum arloji
pengukur;
9) Setelah jarum arloji pengukur stabil, atur jarum pada angka nol, sehingga
kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,025 mm/menit
atau setelah 3 (tiga) menit, catat pembacaan ini sebagai pembacaan awal
(lihat Lampiran F);
10) Jalankan truk perlahan-lahan maju ke depan dengan kecepatan maksimum 5
km/jam sejauh 6 m; setelah truk berhenti, arloji pengukur dibaca setiap menit,
sampai kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,025
mm/menit atau setelah 3 (tiga) menit, catat pembacaan ini sebagi pembacaan
akhir;
11) Catat temperatur permukaan jalan (tp) dan temperatur udara (tu) pada tiap
titik pengujian; temperatur tengah (tt) dan temperatur bawah (tb) bila perlu
dicatat setiap 2 (dua) jam;
12) Tekanan angin pada ban selalu diperiksa bila dianggap perlu setiap 4 (empat)
jam dan dibuat selalu (5,5 ± 0,07) kg/cm2 atau (80 ± 1) psi (lihat Lampiran
B);
13) Apabila diragukan adanya perubahan letak muatan, maka beban gandar
belakang truk selalu diperiksa dengan timbangan muatan;
14) Periksa dan catat tebal lapis permukaan, serta data lain yang diperlukan;
1) Tentukan titik pengujian jalan tanpa median atau dengan median, sama
dengan cara mengukur lendutan balik maksimum (lihat 6.4.1 a)) atau
disesuaikan dengan kebutuhan;
2) Tentukan titik pada permukaan jalan yang akan diuji dan diberi tanda (+)
dengan kapur tulis;
3) Pusatkan salah satu ban ganda pada titik yang telah ditentukan, apabila yang
diuji sebelah kiri sebuah jalan maka yang dipusatkan ialah ban ganda kiri,
apabila yang diuji adalah kiri dan kanan pada suatu jalur maka yang
dipusatkan pada titik yang telah ditetapkan tersebut ialah ban ganda kiri dan
ban ganda kanan;
4) Tumit batang (beam toe) Benkelman Beam diselipkan di tengah-tengah ban
ganda tersebut, sehingga tepat dibawah pusat muatan sumbu ganda dan
batang Benkelman Beam sejajar dengan arah truk; Benkelman Beam masih
dalam keadaan terkunci;
5) Atur ketiga kaki sehingga Benkelman Beam dalam keadaan datar
(waterpass);
6) Lepaskan kunci Benkelman Beam, sehingga batang Benkelman Beam dapat
digerakkan turun naik;
7) Atur batang arloji pengukur sehingga bersinggungan dengan bagian atas dari
batang belakang;
8) Hidupkan penggetar (buzzer) untuk memeriksa kestabilan jarum arloji
pengukur;
9) Setelah jarum arloji pengukur stabil, atur jarum pada angka nol sehingga
kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,025 mm/menit
atau setelah 3 (tiga) menit, catat pembacaan ini sebagai pembacaan awal;
10) Jalankan truk perlahan-lahan maju ke depan dengan kecepatan maksimum 5
km/jam sejauh 0,30 m untuk penetrasi, asbuton dan laburan atau sejauh 0,40
m untuk beton aspal; setelah truk berhenti, arloji pengukur dibaca setiap
menit, sampai kecepatan perubahan jarum lebih kecil atau sama dengan 0,025
mm/menit atau setelah 3 (tiga) menit; catat pembacaan ini sebagai pembacaan
antara;
11) Jalankan truk perlahan-lahan maju ke depan dengan kecepatan maksimum 5
km/jam sejauh 6 m dari titik awal pengujian; setelah truk berhenti, arloji
pengukur dibaca setiap menit, sampai kecepatan perubahan jarum lebih kecil
atau sama dengan 0,025 mm/menit atau setelah 3 (tiga) menit; catat
pembacaan ini sebagai pembacaan akhir;
12) Catat temperatur permukaan jalan (tp) dan temperatur udara (tu) tiap titik
pengujian; temperatur tengah (tt) dan temperatur bawah (tb) bila perlu dicatat
setiap 2 (dua) jam;
13) Tekanan angin pada ban selalu diperiksa bila dianggap perlu setiap 4 (empat)
jam dan dibuat selalu (5,5 ± 0,07) kg/cm2 atau (80 ± 1) psi;
14) Apabila diragukan adanya perubahan letak muatan, maka beban gandar
belakang truk selalu diperiksa dengan timbangan muatan;
15) Periksa dan catat tebal lapis permukaan, serta data lain yang diperlukan;
5) Pengukuran temperatur
Cara yang umum dipergunakan adalah cara 6.5.1 a), sedangkan cara 6.5.1 b) dapat
digunakan untuk tujuan penelitian; dalam mencari faktor penyesuaian temperatur,
diperlukan juga tebal dan jenis konstruksi lapis permukaan yang sekaligus
dilakukan bersama-sama dengan pengukuran temperatur.
Pengukuran temperatur tengah dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak
langsung. Pengukuran temperatur secara langsung dilakukan pada kedalaman
setengah tebal lapis permukaan. Pengukuran yang umum digunakan adalah secara
tidak langsung dan ketentuan sebagai berikut:
Pengukuran temperatur bawah dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak
langsung. Pengukuran temperatur secara langsung dilakukan pada kedalaman
dasar tebal lapis permukaan. Pengukuran yang umum digunakan adalah secara
tidak langsung dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jumlahkan hasil pembacaan temperatur udara (lihat c.3) dan hasil pembacaan
temperatur permukaan (lihat d.4));
2) Catat tebal lapis permukaan;
3) Dari f.1) dan f.2) diperoleh tb.
Mulai
Pemilihan Lokasi
Dan Survey
pendahuluan
Pengumpulan data
Analisis Data:
Selesa
i
Berikut merupakan data hasil survey uji benkelman beam yang diperoleh pada
titik 1 hingga titik 5 yang diukur :
Dimana:
JK : Jenis Konstruksi C : Faktor Lingkungan
TU : Temperatur Udara Ft : Faktor Koreksi Suhu
LP : Lebar Perkerasan (m) Tad : tidak ada data
TP : Temperatur Permukaan Kr : Jenis Kerusakan
b) Perhitungan
Setelah mendapatkan data dari lapangan yang berupa pembacaan pada alat
Benkelman Beam, yang hasilnya dapat dilihat pada diatas maka berdasarkan
Pedoman Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur dengan Metode
Lendutan (PD T 05-2005 B), untuk lendutan balik tiap titik dengan Metode
Benkelman Beam dihitung dengan rumus:
Dimana :
d = lendutan balik (mm) d1 = pembacaan antara (mm)
d0 = pembacaan awal (mm) d2 = pembacaan antara (mm)
d3 = pembacaan akhir (mm)
Ca = faktor pengaruh air tanah (faktor musim)
= 1,2 jika pemeriksaan dilakukan pada musim kemarau
= 0,9 jika pemeriksaan dilakukan pada musim hujan
Ft = Faktor penyesuaian temperatur lapis permukaan t1 didapat dengan
menggunakan grafik.
FKB-BB = faktor koreksi beban uji Benkleman Beam
= 77,343 x beban uji (ton) -2,0715
= 77,343 x (8,2) -2,0715 = 0,99
Sehingga didapat:
d
d
n
d 2,47
d 0,5mm
n 5
Ban
Sta. d (mm) d rerata d^2
Gandar
0 + 000 Kanan 0.25 0.25 0.062
0 + 015 Kanan 0.35 0.35 0.124
0 + 030 Kanan 0.81 0.81 0.660
0 + 045 Kanan 0.81 0.81 0.660
0 + 060 Kanan 0.25 0.25 0.062
jumlah 2.47 1.57
D
rerata 0.5
S 1.55
n n 1
n ( d 2 ) d 5 (1.57) 2.47
2 2
S 1.55
n ( n 1) 5 ( 5 1)
Faktor keseragaman FK =
dengan batasan :
- FK ≤ 15 % sangat seragam
- FK = 15 % - 20 % seragam
- FK = 20 % – 25 % baik
- FK = 25 % - 30 % cukup
- FK = 30 % - 40 % jelek
Sehingga,
Faktor keseragaman data nilai lendutan dari stasion 0 + 00 sampai dengan 0 + 60,
S 1.55
FK x 100 % x 100 % 3.13 %
d 0.5
1.10 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil praktikum Benkleman Beam pada ruas jalan Gedung
FPBS sampai dengan Museum Pendidikan UPI (Sta 0+00 – Sta 0+60) yang diolah
dengan mengacu pada Pd T-05-2005-B, penulis menyimpulkan: