OLEH :
M RIDHO AFKARI
061940111883
4 PJJ B
Dosen Pembimbing :
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN LABORATORIUM UJI TANAH
Palembang, 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga Laporan ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar laporan ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan laporan ini.
Bandung, 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1
Pendahuluan
BAB 2
2.1. Cara uji kekesatan permukaan perkerasan menggunakan alat British Pendulum
Tester (BPT)
2.2. Kalibrasi Alat
2.3. Baja Tulangan Beton
BAB 3
Kesimpulan Dan Saran
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
Tujuan Umum :
Mendorong dan menumbuhkembangkan kreatifitas mahasiswa dalam bidang
perancangan, pelaksanaan konstruksi, dan perawatan jembatan.
Tujuan Khusus :
1. Latar Belakang
BPT merupakan alat uji jenis bandul (pendulum) dinamis, digunakan untuk mengukur
energy yang hilang pada saat karet di bagian bawah telapak bandul menggesek permukaan
yang diuji. Alat ini dimaksudkan untuk pengujian pada permukaan yang datar di lapangan atau
laboratorium, dan untuk mengukur nilai pemolesan (polishing value) pada benda uji berbentuk
lengkung. Satuan nilai kekesatan yang diukur dengan alat BPT adalah British Pendulum
Number (BPN), baik untuk permukaan uji datar atau nilai pemolesan untuk benda uji lengkung.
2. Acuan Normatif
Cara uji ini terdiri atas alat penguji jenis pendulum yang dipasang karet peluncur standar
untuk menentukan sifat-sifat hambatan atau gesekan (frictional) atau kekesatan permukaan
perkerasan yang diuji.
Sebelum pengujian, permukaan yang diuji dibersihkan dan dibasahi dengan air secukupnya.
Pendulum dipasang karet peluncur pada posisi menyentuh bidang kontak permukaan
perkerasan yang akan diuji. Batang pendulum diangkat dan diletakkan pada posisi terkunci.
Batang pendulum dilepaskan dan biarkan karet peluncur menggesek atau menyinggung
permukaan yang diuji, dan segera
tangkap kembali pada saat bandul kembali berayun ke arah sebaliknya.
Jarum indikator menunjuk angka berskala yang tertera pada piringan skala ukur dengan satuan
BPN. Makin kesat permukaan yang diuji makin besar pembacaan BPN. Setiap pengujian
dilakukan empat kali bila menggunakan karet alam (karet British), atau lima kali bila
menggunakan karet sintetis (AASHTO M 261).
5. Penggunaan
Cara uji ini digunakan sebagai alat untuk mengukur sifat-sifat kekesatan benda uji, baik
mikrotekstur maupun makrotekstur permukaan yang diuji di lapangan atau di laboratorium.
Pengujian ini dapat digunakan untuk menentukan efek relatif dari teknik pemolesan (polishing)
pada suatu bahan atau kombinasi bahan.
( BPN dan nilai pemolesan dari jenis permukaan yang serupa secara numerik bisa tidak sama,
karena adanya perbedaan panjang dan bentuk permukaan yang diuji. Koreksi teoritis dari nilai
pemolesan untuk memperoleh kesamaan numerik, atau dengan mengkorelasikan secara
matematis menggunakan alat pengukur khusus adalah tidak disarankan.)
6. Peralatan
2) Peluncur
3) Peralatan tambahan
a) Mistar pengukur panjang terdiri atas mistar tipis berskala untuk mengukur panjang
bidang kontak yang akan diuji, dengan jarak antara 124 mm dan 127 mm untuk
permukaan uji datar, atau antara 75 mm dan 78 mm untuk benda uji lengkung, sesuai
dengan persyaratan dalam pengujian.
b) Termometer permukaan, dengan kapasitas 1o C sampai dengan 60o C.
c) Peralatan lainnya antara lain tempat air, termometer permukaan, dan kuas.
7. Benda Uji
a) Di lapangan
Benda uji berupa permukaan perkerasan yang akan diuji di lapangan harus bebas dari
butiran-butiran lepas dan disiram dengan air bersih. Peralatan untuk benda uji yang
posisinya tidak mendatar atau tanjakan atau turunan, dapat disiapkan sehingga mendatar
dengan mengatur sekrup sehingga kepala bandul menyesuaikan kedudukannya dengan
bebas di atas permukaan.
b) Di Laboratorium
Panel uji harus bersih dan bebas dari butiran-butiran lepas serta cukup kokoh sehingga tidak
bergerak akibat beban bandul yang diayunkan.
1) Contoh uji laboratorium harus mempunyai bidang permukaan uji paling sedikit berukuran
89 mm x 152 mm.
2) Benda uji untuk pemolesan harus mempunyai bidang permukaan uji paling sedikit
berukuran 45 mm x 90 mm, berbentuk lengkung dengan diameter 406 mm.
8. Cara Uji
a) Basahi permukaan uji dengan air yang cukup dan ratakan dengan kuas. Lakukan
beberapa kali peluncuran bandul sampai mendapatkan hasil yang konsisten, tetapi tidak perlu
dicatat.
( Selama peluncuran batang pendulum, segera tangkap ketika batang pendulum
berbalik arah. Pada saat memulai lagi peluncuran, angkat alat uji untuk mencegah kontak antara
karet peluncur dengan permukaan uji. Setiap peluncuran batang bandul, jarum penunjuk
sebelumnya harus dikembalikan pada posisi sampai menyentuh sekrup pembatas batang
pendulum.)
b) Ukur temperatur pada permukaan yang berdekatan dengan benda uji, dengan cara
memberi air atau membasahi permukaan agar kontak penuh dengan dasar termometer,
kemudian catat termperaturnya. Bila sudah menunjukkan angka yang tetap, lakukan
pengujian.
c) Basahi kembali permukaan uji dan lakukan peluncuran batang pendulum sebanyak 4 kali.
Basahi kembali setiap kali sebelum peluncuran dan catat hasilnya.
( Lakukan 4 kali peluncuran untuk peluncur karet alam atau 5 kali peluncuran untuk
karet sintetis yang ditentukan dalam AASHTO M 261. Selama peluncuran bandul harus
dilakukan dengan hati-hati, sehingga peluncuran sejajar dengan permukaan yang diuji dan tidak
miring agar karet peluncur tidak hanya menyentuh salah satu sisi bidang kontak. Bila terpasang
miring, maka data yang diperoleh memberikan indikasi pembacaan BPN yang keliru. Untuk
mengurangi masalah ini dapat dilakukan dengan cara menyelipkan per klip kecil pada slot )
1 Kalibrasi
Standar ini menetapkan acuan normatif, istilah, definisi, bahan baku, jenis, syarat mutu, cara
pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, syarat lulus uji, dan cara pengemasan baja
tulangan beton yang digunakan untuk keperluan penulangan konstruksi beton dengan
memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan.
2. Acuan Normatif
Dokumen acuan berikut dibutuhkan untuk aplikasi standar ini. Untuk acuan yang
menunjukkan tahun, hanya edisi yang disebutkan tahunnya yang digunakan. Untuk acuan yang
tidak menunjukkan tahun, acuan yang digunakan adalah tahun edisi yang terakhir (termasuk
setiap amandemen).
SNI 8389, Cara uji tarik logam
2 Bahan baku
Baja tulangan beton terbuat dari billet baja tuang kontinyu dengan komposisi kimia seperti pada Tabel
1.
CATATAN:
- Toleransi nilai karbon (C) pada produk baja tulangan beton diperbolehkan lebih besar 0,03 %
- * Karbon ekivalen, Ceq= C+ Mn + Si + Ni + Cr + Mo + V
6 24 40 5 4 14
- ** BjTS 700 perlu ditambahkan unsur paduan lainnya sesuai kebutuhan selain pada tabel di
atas dan termasuk kelompok baja paduan
3 Syarat mutu
mm mm2 mm mm mm m kg/m
CATATAN:
1. Diameter nominal hanya dipergunakan untuk perhitungan parameter nominal lainnya dan tidak
perlu diukur
2. Cara menghitung luas penampang nominal, keliling nominal, berat nominal dan ukuran sirip/ulir
adalah sebagai berikut:
a) Luas penampang nominal (A) A
=0,7854 d2 (mm2)
d = diameter nominal (mm)
2
b) Berat nominal = 0,785 × 0,7854 d 0,7 (kg/m)
100
c) Jarak sirip melintang maksimum = 0,70 d
d) Tinggi sirip minimum = 0,05 d
Tinggi sirip maksimum = 0,10 d
e) Jumlah 2 (dua) sirip membujur maksimum = 0,25 K
Keliling nominal (K)
K = 0,3142 x d (mm)
3.3.2 Toleransi diameter
Keterangan gambar:
d : diameter
a. Sirip/ulir bambu
Keterangan gambar:
H : tinggi sirip/ulir
P : jarak sirip/ulir melintang W : lebar sirip/ulir membujur T : Gap/rib
b. Sirip/ulir curam
Keterangan gambar:
H : tinggi sirip/ulir
Keterangan gambar:
H : tinggi sirip/ulir
3.3.3 Panjang
Panjang baja tulangan beton ditetapkan 10 m dan 12 m.
4.4.2 Untuk kelompok yang terdiri dari nomor leburan yang berbeda dari satu ukuran dan satu
kelas baja yang sama, sampai dengan 25 (dua puluh lima) ton diambil 1 (satu) contoh uji, selebihnya
berdasarkan kelipatannya.
4.4.3 Contoh untuk uji sifat mekanis diambil sesuai dengan kebutuhan masing-masing, maksimum
1,5 meter.
5 Cara uji
keterangan gambar:
5.3.1.2 Benda uji lengkung harus lurus dan utuh/tidak boleh dibubut dengan tujuan untuk
memperkecil diameter. Panjang benda uji lengkung tidak kurang dari 150 mm.
5.3.2 Jumlah benda uji
Uji tarik dan lengkung dilakukan masing-masing 1 (satu) kali pengujian dari masing-masing potongan
contoh uji.
5.3.3 Pelaksanaan uji
5.3.3.1 Uji tarik
Uji tarik dilakukan sesuai SNI 8389 . Untuk menghitung kuat luluh dan kuat tarik baja tulangan beton
polos dan sirip/ulir digunakan nilai luas penampang yang dihitung dari diameter nominal contoh uji.
Nilai kuat luluh/leleh ditentukan dengan salah satu dari metode berikut:
a. Jika baja tulangan beton mempunyai titik luluh/leleh yang jelas, nilai kuat luluh/leleh ditentukan
dengan turunnya atau berhentinya bacaan dari mesin uji tarik
b. Jika baja tulangan beton tidak mempunyai titik luluh/leleh yang jelas, nilai kuat luluh/leleh
ditentukan dengan metode offset 0,2 %.
5.3.3.2 Uji Iengkung
Uji lengkung dilakukan sesuai SNI 0410.
6 Syarat lulus uji
6.1 Kelompok dinyatakan lulus uji apabila contoh yang diambil dari kelompok
tersebut memenuhi pasal 6 dan pasal 10.1.
6.2 Apabila sebagian syarat-syarat tidak dipenuhi, dapat dilakukan uji ulang dengan
contoh uji sebanyak 2 (dua) kali jumlah contoh uji yang pertama yang berasal dari
kelompok yang sama.
6.3 Apabila hasil kedua uji ulang semua syarat-syarat terpenuhi, kelompok
dinyatakan lulus uji. Kelompok dinyatakan tidak lulus uji kalau salah satu syarat pada
uji ulang tidak dipenuhi.
7 Syarat Penandaan
7.1 Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking) dengan huruf
timbul (emboss) yang menunjukkan merek pabrik pembuat dan ukuran diameter
nominal.
7.2 Setiap batang baja tulangan beton sesuai dengan standar harus diberi tanda pada
ujung-ujung penampangnya dengan warna yang tidak mudah hilang sesuai dengan kelas
baja seperti pada Tabel 7.
7.3 Setiap kemasan harus diberi label dengan mencantumkan:
Nama dan merek dari pabrik pembuat
Ukuran (diameter dan panjang)
Kelas baja
Nomor leburan (No. Heat)
Tanggal, bulan dan tahun produksi
8.1 Baja tulangan beton dalam satu kemasan terdiri dari ukuran, jenis, dan kelas baja
yang sama.
8.2 Kemasan baja tulangan beton bisa lurus atau ditekuk harus diikat secara kuat,
rapih, dan kokoh.