SECARA TEKNIS
MAKALAH
DOSEN PENGAMPU
Drs. Bambang Supriyanto, S.T., M.T.
DISUSUN OLEH
NIM : 200521630043
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Makalah dengan judul “Pemadatan Sub
Base Course dan Base Course Yang Benar Secara Teknis” dengan baik. Makalah ini nantinya
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Praktikum Perkerasan Jalan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari dalam penyusunan
makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurang sempurnaan, maka kritik dan saran yang
konstruktif dari semua pihak, akan penulis terima dengan senang hati untuk kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
semua pihak yang membutuhkan serta dapat menjadi sumber inspirasi untuk kedepan nantinya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk membuat jalan yang memiliki umur sesuai dengan umur rencana,
pelaksanaannya harus sesuai dengan prosedur secara teknisnya. Tentunya hal ini
juga berkaitan dengan unsur-unsur yang terlibat didalamnya, pengawas lapangan,
kontraktor, tenaga kerja, maupun mesin atau peralatan kerja yang akan digunakan.
1. Bagaimana cara memadatkan sub base course yang benar secara teknis?
2. Bagaimana cara memadatkan base course yang benar secara teknis?
3. Uji apa saja yang digunakan untuk mengecek kelayakannya?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara memadatkan sub base course yang benar secara teknis.
2. Untuk mengetahui cara memadatkan base course yang benar secara teknis.
3. Untuk mengetahui uji yang digunakan untuk mengecek kelayakan lapis pondasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sub base course atau lapis pondasi bawah adalah lapis pondasi agregat yang
berada di atas tanah dasar/subgrade. Lapis pondasi bawah yang terdiri dari agregat
kelas B merupakan campuran dari berbagai fraksi agregat dengan ketentuan gradasi
seperti pada tabel SNI berikut.
Tabel diatas adalah gradasi lapis pondasi agregat mulai dari kelas A, kelas B,
dan kelas S. agregat yang lolos saringan sesuai dengan kriteria akan dicampur
menjadi lapis pondasi. Untuk komposisi dari masing-masing kelas campuran
bergantung dari Job Mix Formula yang telah dibuat. Pembuatan JMF sendiri
dimuali dengan berbagai pengujian material agregat antara lain pengujian berat
jenis, CBR, uji kekerasan batu (abrasi), dan lain sebagainya. Untuk pembuatan
komposisi agregat kelas B sendiri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
4
Metode Pemadatan
Perlu diperhatikan bahwa pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air bahan
berada dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air
optimu, dimana kadar air optimum sudah ditetapkan oleh kepadatan kering
maksimum (modified) yang ditentukan oleh spesifikasi SNI.
Lapis pondasi atas dengan agregat kelas A merupakan campuran agregat dengan
berbagai fraksi dan material yang digunakan untuk pondasi perkerasan aspal maupun
5
perkerasan beton. LPA berada diatas LPB dengan perbedaan antara komposisi campuran dan
kriteria pondasi. Kriteria dari pondasi agregat kelas A bisa dilihat juga pada tabel di atas.
Metode Pemadatan
1. Apabila lapis pondasi bawah sudah finish grade, maka dilanjutkan dengan lapis pondasi
atas.
2. Proses pemecahan batu menjadi fraksi menggunakan stone crusher.
3. Blending material mulai dari fraksi 1, 2, 3, dan 4 sesuai dengan komposisi JMF. Blending
bisa menggunakan alat blending plant. Jika tidak tersedia, blending bisa menggunakan
excavator maupun wheel loader.
4. Proses pengangkutan dari stockpile menuju lokasi penghamparan menggunakan dump
truck.
5. Penghamparan agregat menggunakan motor grader. Tebal hamparan agregat maksimum
20 cm.
6. Proses pemadatan menggunakan alat berat vibro roller. Pada saat pemadatan perlu
menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu dilakukan penyiraman menggunakan truck water
tank.
7. Pengujian ketebalan LPA atau tes split.
8. Pengujian agregat menggunakan metode sand cone. Tingkat kepadatan sampai 100%
9. Pengujian CBR lapangan dan CBR lab dengan nilai minimal CBR 90%
6
mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat
sehingga dapat mengalir bebas. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
kepadatan dari suatu tanah di lapangan dengan berat isi kering
laboratorium.
2. Uji CBR
CBR adalah perbandingan anatara beban penetrasi suatu bahan
terhadap bahan standard dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang
sama secara umum. Perkerasan jalan harus memenuhi 2 syarat, yaitu:
1. Secara keseluruhan perkerasan jalan harus cukup kuat untuk memikul
berat kendaraan yang memakainya.
2. Permukaan jalan harus dapat menahan gaya gesejan dan keausan dari
roda-roda kendaraan juga terhadap air dan hujan.
Kekuatan tanah dasar tergantung pada kadar airnya, makin tinggi kadar
air maka kekuatan CBR akan semakin kecil. Namun tidak berarti bahwa
tanah dasar dipadatkan dengan kadar air yang rendah untuk mendapat nilai
CBR yang tinggi, karena kadar air konstan pada nilai rendah itu akan
didapat jika air telah meresap kedalam tanah dasar sehingga CBR turun
sampai kadar air akan mencapai nilai yang konstan atau disebut juga
sebagai kadar air keseimbangan. Batas-batas kadar air dan berat isi kering
7
ini dapat ditentukan dari hasil percobaan laboratorium, yaitu percobaan
pemadatan dan CBR.
8
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
1. Fraksi pada LPA dan LPB masing-masing berbeda tergantung pada komposisi
JMFnya.
2. Metode pemadatannya tidak terlalu berbeda hanya berbeda pada nilai minimum
CBRnya.
3. Uji sand cone dan CBR sangat penting unutk mnegetahui kelayakan dari lapis
pondasi yang dihamparkan.
3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca, kritik dan saran sangat
diharapkan untuk makalah yang lebih baik di pembuatan berikutnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://sipiluty11.blogspot.com/2015/04/pelaksanaan-pekerjaan-lapis-pondasi.html
https://www.kelasilmuproyek.co.id/metode-pelaksanaan-pondasi-agregat-kelas-a-kelas-b-dan-kelas-s/
10