LAPORAN
Oleh :
i
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAK
Tanah dasar atau subgrade adalah hal penting dalam lapis perkerasan jalan.
Tanpa tanah dasar yang kuat, lapis perkerasan jalan dapat mengalami kerusakan
akibat kurangnya daya dukung tanah dalam menerima beban. Kepadatan tanah
dasar yang baik sangatlah diperlukan untuk mendukung kekuatan tanah dasar.
Pengujian-pengujian yang dapat membantu untuk menguji kepadatan tanah adalah
uji sandcone dan uji CBR dengan menggunakan alat uji DCP. Uji sandcone dapat
digunakan untuk memperoleh kadar air optimum pada tanah serta persen kepadatan
tanah. Uji CBR dengan menggunakan alat uji DCP dapat membantu dalam
memperoleh nilai CBR pada tanah dasar. Standard-standar pengujian dapat dilihat
pada SNI 03-2828-1992 untuk pengujian sandcone dan Surat Edaran Menteri
Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010 untuk pengujian menggunakan alat DCP.
Data-data yang diperoleh pada praktikum ini tidak memenuhi nilai kepadatan tanah
serta CBR dari data acuan yang sudah diberikan. Hal ini diakibatkan kesalahan alat,
bahan, serta praktikan yang kurang baik pada saat pelaksanaan pekerjaan.
Kata kunci : CBR, Sandcone, Pemadatan, Alat Uji DCP, subgrade, Tana Dasar.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
CBR tergantung pada kondisi pada saat peaksanaan dan selama operasi pelayanan
berlangsung. Kerusakan jalan selama inin sering dijumpai hal ini disebabkan oleh
fakta mahalnya pengumpulan data CBR dan kendala lambannya upaya
pemeliharaan memberikan sumbangan makin parahnya kondisi perkerasan yang
sering dilalui oleh lalu lintas. Untuk mendapatkan data tersebut di atas, maka
digunakan alat Penetrasi Konus Dinamis (Dynamic Cone Penetrometer), yaitu
suatu alat yang dirancang untuk menguji kekuatan lapisan granular dan tanah dasar
perkerasan jalan secara cepat. Lapis perkerasan dimaksud adalah pondasi granular,
stabilitas tanah, termasuk tanah dasar.
Pengujian lain yang dapat dilakukan untuk mengukur atau memeriksa
kepadatan tanah di lapangan adalah dengan melakukan pengujian/tes sand cone,
yang sangat berpengaruh penting terhadap penentuan kepadatan tanah. Sand cone
test atau tes kepadatan tanah adalah sebuah pengujian yang dilakukan untuk
mencari nilai kepadatan tanah hasil pemadatan di lapangan yang dibandingkan
dengan nilai kepadatan tanah di laboratorium / maximum dry density (MDD).
2
1.3 Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari laporan praktikum bengkel ini dibuat adalah :
1. Mengetahui cara melaksanakan pengujian kepadatan tanah dengan
sandcone dan alat uji DCP;
2. Memperoleh nilai kepadatan tanah dasar praktikum menggunakan alat
sandcone;
3. Memperoleh nilai CBR tanah dasar praktikum menggunakan alat uji
DCP;
4. Dapat mengetahui perbandingan tanah biasa dan campuran tanah
dengan kapur jika digunakan sebagai tanah dasar (subgrade);
5. Dapat mengolah data yang sudah diperoleh serta menganalisis data
tersebut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Selasa, 05 Oktober 2021 Pemadatan, Uji Sandcone, dan
Uji DCP
Rabu, 06 Oktober 2021 Pembuatan Drainase
Kamis, 07 Oktober 2021 Uji Sandcone, dan Uji DCP
2.3 Jalan
Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan mendefinisikan jalan
adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori,
dan jalan kabel.
2.3.1 Bagian-Bagian Jalan
Jalan memiliki bagian-bagian yang sangat penting, bagian-bagian
tersebut dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu bagian yang berguna untuk
lalu lintas, bagian yang berguna untuk drainase jalan, bagian pelengkap
jalan, dan bagian konstruksi jalan
Bagian yang berguna untuk lalu lintas terdiri dari:
1. Jalur lalu lintas adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang
diperuntukan untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari
beberapa lajur (lane) kendaraan. Jalur lalu lintas untuk satu arah
minimal terdiri dari satu lajur lalu lintas.
2. Lajur lalu lintas, merupakan bagian paling menentukan lebar
melintang jalan secara keseluruhan. Brsarnya lebar lajur lalu lintas
dapat ditentukan dengan pengamatan secara langsung
3. Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu
lintas yang berfungsi sebagai: ruangan untuk berhenti, ruang untuk
menghindar dalam keadaan darurat, memberikan kelenggangan
pengemudi, pendukung konstruksi perkerasan jalan dari arah
samping, ruang pembantu pada saat perbaikan dan pemeliharaan
jalan, ruang melintas kendaraan patroli, ambulans, dan lainnya.
4. Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu
lintas yang dikhususkan untuk pejalan kaki. Untuk keamanan
pejalan kaki maka trotoar hatus di buat terpisah dari jalur lalu lintas
5
oleh struktur fisik berupa kerb. Kebutuhan trotoar tergantung dari
volume lalu lintas pemakai jalan.
5. Median adalah jalur pemisah yang teletak ditengah jalan untuk
membagi jalan dalam masing-masing arah. Fungsi median antara
lain sebagai daerah netral dimana pengemudi masih dapat
mengontrol kendaraan pada saat darurat, menyediakan jarak yang
cukup untuk membatasi kesialuan dari kendaraan lain yang
belawanan arah, mengamankan kebebasan samping dari masing-
masing arah, menyediakan ruang untuk kanalisasi pertemuan pada
jalan, menambah rasa kelegaan, kenyamanan, dan keindahan bagi
pengguna jalan.
Bagian yang berguna untuk drainase jalan antara lain:
1. Saluran samping
2. Kemiringan melintang
3. Kemiringan melintang bahu
4. Kemiringan lereng
6
ke tanah dasar secara aman. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan
yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa
pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar
perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka
pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun
perkerasan jalan sangat diperlukan.
Konstruksi perkerasan terdiri dari beberapa jenis sesuai dengan bahan
ikat yang digunakan serta komposisi dari komponen konstruksi perkerasan
itu sendiri,antara lain:
1. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
a. Memakai bahan pengikat aspal;
b. Sifat dari perkerasan ini adalah memikul dan menyebarkan
beban lalu lintas ke tanah dasar;
c. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya
rutting (lendutan pada jalur roda);.
d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, jalan
bergelombang (mengikuti tanah dasar).
7
d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, bersifat
sebagai balok di atas permukaan.
8
vertikal maupun beban horizontal (gaya geser). Untuk hal
ini persyaratan yang dituntut adalah kuat, kokoh, dan stabil;
b. Non Struktural, dalam hal ini mencakup :
1) Lapis kedap air, mencegah masuknya air ke dalam
lapisan perkerasan yang ada di bawahnya;
2) Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar
kendaraan dapat berjalan dan memperoleh
kenyamanan yang cukup;
3) Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga
tersedia koefisien gerak (skid resistance) yang cukup
untuk menjamin tersedianya keamanan lalu lintas;
4) Sebagai lapisan aus, yaitu lapis yang dapat aus yang
selanjutnya dapat diganti lagi dengan yang baru.
Lapis permukaan itu sendiri masih bisa dibagi lagi menjadi dua
lapisan lagi, yaitu:
1) Lapis Aus (Wearing Course)
Lapis aus (wearing course) merupakan bagian dari lapis
permukaan yang terletak di atas lapis antara (binder course).
Fungsi dari lapis aus adalah :
a) Mengamankan perkerasan dari pengaruh air;
b) Menyediakan permukaan yang halus. c) Menyediakan
permukaan yang kesat.
9
2. Lapis Pondasi Atas (Base Course)
Lapis pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak
antara lapis permukaan dan lapis pondasi bawah atau dengan
tanah apabila tidak menggunakan lapis pondasi bawah. Fungsi
lapis ini adalah :
a. Lapis pendukung bagi lapis permukaan;
b. Pemikul beban horizontal dan vertikal;
c. Lapis perkerasan bagi pondasi bawah.
2.4 Tanah
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material
yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral pada yang tidak tersementasi
(terikat secara kimia) satu sama lain terdiri dari bahan organik yang telah melapuk
(yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang
kosong diantara parikel-partikel tanah tersebut (Braja M. Das, 1993 hal.1). Tanah
berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil,
disamping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan itu
10
sendiri seperti pada tanggul, bendungan dan jalan raya. Dengan demikian tanah
mempunyai peranan yang penting dalam pengerjaan teknik sipil.
11
Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pelaksanaan pengujian kepadatan di lapangan dari suatu lapisan tanah. Tujuan
metode ini adalah memperoleh angka kepadatan lapangan (γd).Ruang
Lingkup Metode pengujian ini meliputi persyaratan, ketentuan-ketentuan
pengujian tanah yang mempunyai partikel berbutir tidak lebih dari 5 cm.
Persyaratan dalam pengujian adalah sebagai berikut :
1. lokasi titik uji;
a. Pengujian kepadatan tidak boleh dilakukan pada saat titik uji
tergenang;
b. Pengujian kepadatan dilakukan paling sedikit dua kali untuk
setiap titik dengan jarak 50 cm;
c. Pada saat pengujian, dihindari adanya getaran;
d. Hasil pengukuran yang berupa nilai kepadatan dihitung rata-rata
dengan dua angka dibelakang koma;
12
𝑊8 − 𝑊9
𝐵𝐸𝑅𝐴𝑇 𝐼𝑆𝐼 𝑇𝐴𝑁𝐴𝐻 = 𝛾𝑆 = 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
𝑉𝑒
Berat isi kering tanah di lapangan :
𝛾𝑠
𝛾𝑑 = 𝑥 100% 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
100 + 𝑊𝐶
W6 = Berat botol + Corong + Pasir (secukupnya)
W7 = Berat botol + Corong + Sisa Pasir
W8 = Berat Tanah + Kaleng
W9 = Berat Kaleng
W10 = Berat Pasir Dalam Lubang
Wc = Kadar Air
13
Pengujian dengan membuat lubang uji yang umumnya berukuran 60 cm
x 60 cm untuk mengetahui jenis lapisan perkerasan sampai kedalaman
tertentu atau tanah dasar
1. Peralatan
a. Peralatan Utama
Alat penetrometer konus dinamis (DCP) terdiri dari tiga
bagian utama yang satu sama lain harus disambung sehingga
cukup kaku.
1) Bagian atas
a) Pemegang;
b) Batang bagian atas diameter 16 mm, tinggi-
jatuh setinggi 575 mm;
c) Penumbuk berbentuk silinder berlubang, berat
8 kg.
2) Bagian tengah
a) Landasan penahan penumbuk terbuat dari baja;
b) Cincin peredam kejut;
c) Pegangan untuk pelindung mistar penunjuk
kedalaman.
3) Bagian bawah
a) Batang bagian bawah, panjang 90 cm, diameter
16 mm;
b) Batang penyambung, panjang antara 40 cm
sampai dengan 50 cm, diameter 16 mm dengan
ulir dalam di bagian ujung yang satu dan ulir
luar di ujung lainnya;
c) Mistar berskala, panjang 1 meter, terbuat dari
plat baja;
d) Konus terbuat dari baja keras berbentuk kerucut
di bagian ujung, diameter 20 mm, sudut 60
atau 30;
e) Cincin pengaku
14
b. Alat Bantu
Peralatan bantu adalah cangkul, sekop, blincong, pahat,
linggis, palu, core drill, dan untuk pengujian pada lapisan
perkerasan beraspal, alat ukur yang digunakan panjang/pita ukur
yang bisa dikunci, kunci pas, formulir lapangan dan alat tulis.
c. Personil
Pengujian DCP memerlukan 3 orang teknisi, yaitu:
1) satu orang memegang peralatan yang sudah terpasang
dengan tegak;
2) satu orang untuk mengangkat dan menjatuhkan
penumbuk;
3) satu orang untuk mencatat hasil.
2. Persiapan Alat dan Lokasi Pengujian
Persiapan alat dan lokasi pengujian, sebagai berikut:
a. Sambungkan seluruh bagian peralatan dan pastikan bahwa
sambungan batang atas dengan landasan serta batang
bawah dan kerucut baja sudah tersambung dengan kokoh;
b. Tentukan titik pengujian, catat Sta./Km., kupas dan ratakan
permukaan yang akan diuji;
c. Buat lubang uji pada bahan perkerasan yang beraspal,
sehingga didapat lapisan tanah dasar;
d. ukur ketebalan setiap bahan perkerasan yang ada dan
dicatat.
3. Cara Pengujian
a. Letakkan alat DCP pada titik uji di atas lapisan yang akan
diuji;
b. Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus di
atas dasar yang rata dan stabil, kemudian catat pembacaan
awal pada mistar pengukur kedalaman;
c. Mencatat jumlah tumbukan;
1) Angkat penumbuk pada tangkai bagian atas dengan
hati-hati sehingga menyentuh batas pegangan;
15
2) Lepaskan penumbuk sehingga jatuh bebas dan
tertahan pada landasan;
3) Lakukan langkah-langkah pada 1) dan 2) di atas, catat
jumlah tumbukan dan kedalaman pada formulir 1-
DCP, sesuai ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a) untuk lapis fondasi bawah atau tanah dasar
yang terdiri dari bahan yang tidak keras maka
pembacaan kedalaman sudah cukup untuk
setiap 1 tumbukan atau 2 tumbukan;
b) untuk lapis fondasi yang terbuat dari bahan
berbutir yang cukup keras, maka harus
dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5
tumbukan sampai dengan 10 tumbukan
4) Hentikan pengujian apabila kecepatan penetrasi
kurang dari 1 mm/3 tumbukan. Selanjutnya lakukan
pengeboran atau penggalian pada titik tersebut
sampai mencapai bagian yang dapat diuji kembali.
d. Pengujian per titik, dilakukan minimum duplo (dua kali)
dengan jarak 20 cm dari titik uji satu ke titik uji lainnya.
Langkah-langkah setelah pengujian;
1) Siapkan peralatan agar dapat diangkat atau dicabut ke
atas;
2) Angkat penumbuk dan pukulkan beberapa kali
dengan arah ke atas sehingga menyentuh pegangan
dan tangkai bawah terangkat ke atas permukaan
tanah;
3) Lepaskan bagian-bagian yang tersambung secara
hati-hati, bersihkan alat dari kotoran dan simpan pada
tempatnya;
4) Tutup kembali lubang uji setelah pengujian.
16
4. Cara Menentukan Nilai CBR
Pencatatan hasil pengujian dilakukan menggunakan formulir
pengujian penetrometer konus dinamis (DCP),
a. Periksa hasil pengujian lapangan yang terdapat pada
formulir pengujian penetrometer konus dinamis (DCP) dan
hitung akumulasi jumlah tumbukan dan akumulasi
penetrasi setelah dikurangi pembacaan awal pada mistar
penetrometer konus dinamis (DCP);
b. Gunakan formulir hubungan kumulatif (total) tumbukan
dan kumulatif penetrasi, terdiri dari sumbu tegak dan
sumbu datar, pada bagian tegak menunjukkan kedalaman
penetrasi dan arah horizontal menunjukkan jumlah
tumbukan;
c. Plotkan hasil pengujian lapangan pada salib sumbu di
grafik;
d. Tarik garis yang mewakili titik-titik koordinat tertentu yang
menunjukkan lapisan yang relatif seragam;
e. Hitung kedalaman lapisan yang mewakili titik-titik
tersebut, yaitu selisih antara perpotongan garis-garis yang
dibuat dalam satuan mm;
f. Hitung kecepatan rata-rata penetrasi (DCP, mm/tumbukan
atau cm/tumbukan) untuk lapisan yang relatif seragam;
Nilai DCP diperoleh dari selisih penetrasi dibagi dengan
selisih tumbukan;
g. Gunakan gambar grafik atau hitungan formula hubungan
nilai DCP dengan CBR dengan cara menarik nilai
kecepatan penetrasi pada sumbu horizontal ke atas sehingga
memotong garis tebal untuk sudut konus 60 atau garis
putus-putus untuk sudut konus 30;
h. Tarik garis dari titik potong tersebut ke arah kiri sehingga
nilai CBR dapat diketahui.
17
2.7 Data Tanah
2.7.1 Modified Compaction Test
Data Modified Compaction Test pada lokasi pekerjaan sudah dihitung
sebelumnya oleh Adityo dan Ferdinan Ginting. Data tersebut diproses oleh
Ferdinan Ginting dan telah dilaksanakan pada 03 September 2021.
Item Unit Symbol 1 2 3 4 5
Berat Cetakan g Wm 6368,7 6368,7 6368,7 6368,7 6368,7
Berat Tanah Padat +
g Wcm 10290 10677,2 10944 10838,4 10686
Cetakan
No. Cawan - - C-1 C-2 C-3 C-4 C-5
Berat Cawan g Mc 14,4 14,3 14,2 14,3 13,8
Berat Tanah Basah +
g Mcm 184,2 142,5 141,8 162,6 168,8
Cawan
Berat Tanah Kering
g Mm 176,2 131,4 126,6 141,2 142,6
+ Cawan
Kadar Air % w 4,94 9,48 13,52 16,86 20,34
Berat Isi Tanah g/cm3 ɣd 1,704 1,795 1,838 1,744 1,636
Zero Air Void (ZAV)
g/cm3 2,339 2,114 1,948 1,829 1,719
Curve
Tabel 2.1 Tabel Data Modified Compaction Test
Dari data tabel diatas dapat diperoleh grafik kurva Modified Compaction dan
ZAV. Grafik Kurva tersebut dapat dilihat dibawah ini :
18
Dari grafik kurva tersebut, ditentukanlah titik tertinggi pada garis Kepadatan
Proctor, sehingga diperolehlah :
1. Kadar Air Optimum sebesar 11,81%
2. Berat Isi Tanah Maksimum sebesar 1,820 g/cm3
3. Nilai minimum berat isi tanah berada pada range 95% dari kadar air
optimum, yakni sebesar 6,25 – 16,35%.
19
2.7.2 Nilai CBR Dan Grafik Kepadatan
20
BAB III
METODOLOGI
3.1 Persiapan
Sebelum dilakukannya uji kepadatan pada lokasi pekerjaan, para praktikan
melakukan beberapa persiapan sesuai dengan target pengerjaan ataupun jenis tanah
dasar yang akan digunakan.
1. Tanah Biasa
Pada pekerjaan tanah dasar menggunakan tanah biasa, praktikan
memulai menyiapkan lokasi pekerjaan pengujian nantinya dengan beberapa
langkah-langkah. Langkah-langkah tersebut diantaranya :
a. Menentukan lahan yang akan digunakan sebagai lokasi
pekerjaan;
b. Menyiapkan segala jenis alat ataupun bahan-bahan yang akan
digunakan nantinya di lokasi pekerjaan;
c. Mengukur serta meletakkan patok-patok yang nantinya akan
menjadi acuan batasan bagian-bagian miniatur jalan;
d. Pada lahan yang sudah ditentukan, perbedaan elevasi yang ada
ialah tinggi. Maka dilakukanlah penimbunan pada lahan
pekerjaan;
e. Sesudah dilaksanakan penimbunan, dilakukanlah pemadatan
dengan menggunakan baby roller;
f. Pada bagian tanah yang telah dipadatkan, selanjutnya dilakukan
pengujian sandcone dan CBR menggunakan alat DCP;
g. Jika nilai kepadatan dan CBR belum mencapai target acuan yang
telah ditentukan, maka point (f) dan (h) dilakukan kembali hingga
target nilai tercapai;
h. Pada bagian drainase yang direncanakan, dilakukan penggalian.
i. Setelah dilaksanakan penggalian, dipersiapkan campuran tanah
dan kapur dengan perbandingan 1(satu) : 4(empat) sebagai bahan
pelekat bata.
21
j. Sesudah persiapan drainase selesai, maka dibangunlah drainase
tersebut.
22
3.2 Pengumpulan Data
3.2.1 Data Sandcone
Uji sandcone dilaksanakan setelah dilakukan pemadatan. Data-data
yang diperoleh dari uji sandcone nantinya diolah sehingga diperoleh persen
kepadatan. Adapun data-data yang diperoleh pada pelaksanaan pengujian
sandcone adalah :
1. Tanah Biasa
Untuk data sandcone dibagi menjadi 2 tergantung dengan berapa
passing alat pemadat.
a. 10 Passing Pertama
Pada Uji Sandcone untuk 10 passing pertama, diambil satu
titik dan 2 sampel dari titik tersebut.
Titik
No. Uraian
1(a) 1(b)
1 Berat Tanah dalam Lubang + Cawan 3310 3310
2 Berat Cawan Uji 0,008 0,008
3 Berat Pasir + Alat Sebelum Digunakan 8096 8096
4 Berat Pasir + Alat Sesudah Digunakan 3883 3883
5 Berat Tanah Basah + Cawan 62,8 83,6
6 Berat Cawan Lab 14,00 14,40
Tabel 3.1 Data Sandcone Pertama (Tanah Biasa)
b. 10 Passing Kedua
Pada uji sandcone untuk 10 passing kedua, diambil satu
sampel per satu titik. Titik yang dipilih adalah 2(dua).
23
a. Di hari pemadatan dilaksanakan passing 10 kali pertama
Titik
No. Uraian
1 2
1 Berat Tanah dalam Lubang + Cawan 3485 2618
2 Berat Cawan Uji 0,008 0,008
3 Berat Pasir + Alat Sebelum Digunakan 7786 7577
4 Berat Pasir + Alat Sesudah Digunakan 3163 3617
5 Berat Tanah Basah + Cawan 104,40 123,20
6 Berat Cawan Lab 14,40 14,40
Tabel 3.3 Data Uji Sandcone Pertama (Campuran Tanah Dengan Kapur)
24
a. Pengujian Pertama
No. Angka Baca DCP (cm)
Pukulan Titik 1 Titik 2 Titik 3
0 76 75,7 75,6
1 75 75,2 75,1
2 74,3 74 75
3 73 72 73
4 71,5 69 71,7
5 70 64,4 70
6 68 57,2 68
7 66 49,7 64,7
8 63,3 45,2 62,5
9 60,5 40,4 61
10 57,4 31,2 59,1
11 19,6 55,1
12 52
13 48,6
14 45
15 39,1
16 29,4
17 24,4
18 23,2
19 22,1
20
Tabel 3.6 Data DCP Pertama (Tanah Biasa)
b. Pengujian Kedua
No. Angka Baca DCP (cm)
Pukulan Titik 1 Titik 2 Titik 3
0 76,2 76,2 76,1
1 76 76 75,3
2 75,3 74,6 74,1
3 74,5 72,5 72,9
4 73,3 69,4 71,4
5 71,7 64,2 70
6 69,7 56,5 68,2
7 67,8 50 66,1
8 64,8 46,4 63,4
9 60,5 42,8 60,2
10 54,9 37,9 56,8
11 51,1 33,5 52,6
12 47,3 25,9 47,9
13 39,9 17,6 43,4
14 12 38,6
15 33,1
16 27,2
17 22,6
18 17,3
Tabel 3.7 Data DCP Kedua (Tanah Biasa)
25
2. Campuran Tanah dengan Kapur
Pada pengujian DCP di lokasi pengerjaan subgrade
menggunakan tanah biasa, diperoleh 2(dua) data DCP dengan hari yang
berbeda dimana masing-masing pengujian menggunakan 3(tiga) titik
yang berbeda.
a. Pengujian Pertama
No. Angka Baca DCP (cm)
Pukulan Titik 1 Titik 2 Titik 3
0 76,4 76 75,2
1 76,2 74,8 73,9
2 75,5 73,3 70,8
3 74,5 71,3 67,1
4 73,2 68,9 62
5 71,6 66 54,3
6 69,6 62 48,6
7 66,9 56,6 44
8 62,8 50,3 31,3
9 57,1 43,6 13,6
10 51,4 36,3
11 47,8 24,5
12 45,9 16,1
13 44,7
14 43,1
15 40,7
16 37,2
17 33,7
18 29,9
19 25,4
20 20,3
21 14,9
22
23
24
25
Tabel 3.8 Data DCP Pertama (Campuran Tanah dengan Kapur)
26
b. Pengujian Kedua
No. Angka Baca DCP (cm)
Pukulan Titik 1 Titik 2 Titik 3
0 76,1 75,9 76
1 76 75,7 75,9
2 74,7 74,8 74,3
3 73,2 73,9 72,3
4 71,2 72,5 70,2
5 68,4 70,7 68
6 65 68,5 64,4
7 60,4 66,1 60,2
8 55,5 62,9 55,9
9 51,5 59,7 52,1
10 47,3 54,4 47,8
11 41,2 49,6 40,4
12 33,5 45,1 28,5
13 20 41,2
14 21
15
Tabel 3.9 Data DCP Kedua (Campuran Tanah dengan Kapur)
27
3.3 Pengolahan Data
3.3.1 Pengolahan Data Sandcone
Dari data-data pengujian sandcone yang sudah diperoleh, maka didapat
data-data baru hingga persen kepadatan dari titik pengujian tersebut.
1. Tanah Biasa
TITIK
URAIAN
1(a) 1(b) 2 3
Berat Tanah dalam Lubang +
A cawan
gr 3.310,0 3.310,0 3.024,0 2.275,0
B Berat Cawan gr 0,0 0,0 0,0 0,0
C Berat Tanah dalam Lubang gr 3.310,0 3.310,0 3.024,0 2.275,0
Berat Pasir + Alat sebelum
D digunakan
gr 8.096,0 8.096,0 7.949,0 7.851,0
Berat Pasir + Alat setelah
E digunakan
gr 3.883,0 3.883,0 3.906,0 4.383,0
F Berat Pasir dalam corong gr 1.459,0 1.459,0 1.459,0 1.459,0
G Berat isi Pasir gr/cc 1,400 1,400 1,400 1,400
H Volume Lubang cc 1.967,1 1.967,1 1.845,7 1.435,0
I Berat Isi Tanah Basah (Lapangan) gr/cc 1,683 1,683 1,638 1,585
J Berat Tanah Basah + Cawan gr 62,80 83,60 94,00 114,60
K Berat Tanah Kering + Cawan gr 57,40 76,40 86,20 103,20
L Berat Cawan gr 14,00 14,40 13,40 14,00
M Berat Air gr 5,40 7,20 7,80 11,40
N Berat Tanah Kering gr 43,40 62,00 72,80 89,20
O Kadar Air % 12,44 11,61 10,71 12,78
P Berat Isi Tanah Kering (Lapangan) gr/cc 1,496 1,508 1,480 1,406
Q Berat Isi Tanah Max. gr/cc 1,820 1,820 1,820 1,820
R Kadar Air Optimum % 11,81 11,81 11,81 11,81
S Particle coarse fraction (PCF) % - - -
T Factor Koreksi - - - -
U MDD Koreksi gr/cc - - - -
V Persentase Kepadatan Lapangan % 82,22 82,83 81,31 77,24
28
2. Campuran Tanah dengan Kapur
TITIK
URAIAN
1 2 3 4 5 6
Berat Tanah dalam Lubang +
A cawan 3.485,0 2.618,0 2.495,0 2.597,0 3.024,0 2.879,0
B Berat Cawan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
C Berat Tanah dalam Lubang 3.485,0 2.618,0 2.495,0 2.597,0 3.024,0 2.879,0
Berat Pasir + Alat sebelum
D digunakan 7.786,0 7.577,0 7.520,0 7.470,0 7.342,0 7.298,0
Berat Pasir + Alat setelah
E digunakan 3.163,0 3.617,0 3.764,0 3.392,0 3.667,0 3.677,0
F Berat Pasir dalam corong 1.459,0 1.459,0 1.459,0 1.459,0 1.459,0 1.459,0
G Berat isi Pasir 1,400 1,400 1,400 1,400 1,400 1,400
H Volume Lubang 2.260,0 1.786,4 1.640,7 1.870,7 1.582,9 1.544,3
Berat Isi Tanah Basah
I (Lapangan)
1,542 1,465 1,521 1,388 1,910 1,864
J Berat Tanah Basah + Cawan 104,40 123,20 97,40 86,40 102,80 108,30
K Berat Tanah Kering + Cawan 93,40 110,60 88,20 78,00 93,00 97,80
L Berat Cawan 14,40 14,40 13,80 14,40 14,40 14,40
M Berat Air 11,00 12,60 9,20 8,40 9,80 10,50
N Berat Tanah Kering 79,00 96,20 74,40 63,60 78,60 83,40
O Kadar Air 13,92 13,10 12,37 13,21 12,47 12,59
Berat Isi Tanah Kering
P (Lapangan) 1,354 1,296 1,353 1,226 1,699 1,656
Q Berat Isi Tanah Max. 1,820 1,820 1,820 1,820 1,820 1,820
R Kadar Air Optimum 11,81 11,81 11,81 11,81 11,81 11,81
S Particle coarse fraction (PCF) - - - - -
T Factor Koreksi - - - - - -
U MDD Koreksi - - - - - -
Persentase Kepadatan
V
Lapangan 74,37 71,20 74,36 67,38 93,33 90,98
29
1. Tanah Biasa
a. Pengujian Pertama
1) Titik Pertama
Penurunan 15,5 cm
PENGUJIAN NILAI CBR
DENGAN DYNAMIC CONE PENETROMETER
Angka baca
h x CBR
No. DCP Selisih CBR 1/3
Pukulan Penetrasi
cm mm
(mm) (%)
1 2 3 4 5 6
0 76 760 0
1 75 750 10 31,659 3,163
2 74,3 743 7 50,569 2,589
3 73 730 13 22,433 3,666
4 71,5 715 15 18,591 3,974
5 70 700 15 18,591 3,974
6 68 680 20 12,742 4,671
7 66 660 20 12,742 4,671
8 63,3 633 27 8,592 5,530
9 60,5 605 28 8,192 5,644
10
Σ 155 37,8831
CBR titik (%) 14,600
30
2) Titik Kedua
Penurunan 11,3 cm
PENGUJIAN NILAI CBR
DENGAN DYNAMIC CONE PENETROMETER
Angka baca
No. DCP Selisih CBR h x CBR 1/3
Pukulan Penetrasi
cm mm
(mm) (%)
1 2 3 4 5 6
0 75,7 757 0
1 75,2 752 5 78,660 2,142
2 74 740 12 24,919 3,505
3 72 720 20 12,742 4,671
4 69 690 30 7,482 5,868
5 64,4 644 46 4,269 7,462
6
7
8
9
10
Σ 113 23,6485
CBR titik (%) 9,166
31
3) Titik Ketiga
Penurunan 14,6 cm
PENGUJIAN NILAI CBR
DENGAN DYNAMIC CONE PENETROMETER
Angka baca
No. DCP Selisih CBR h x CBR 1/3
Pukulan Penetrasi
cm mm
(mm) (%)
1 2 3 4 5 6
0 75,6 756 0
1 75,1 751 5 78,660 2,142
2 75 750 1 650,879 0,867
3 73 730 20 12,742 4,671
4 71,7 717 13 22,433 3,666
5 70 700 17 15,773 4,263
6 68 680 20 12,742 4,671
7 64,7 647 33 6,602 6,191
8 62,5 625 22 11,243 4,929
9 61 610 15 18,591 3,974
10
Σ 146 35,3745
CBR titik (%) 14,224
32
b. Pengujian Kedua
1) Titik Pertama
Penurunan 15,7 cm
PENGUJIAN NILAI CBR
DENGAN DYNAMIC CONE PENETROMETER
Angka baca
No. DCP Selisih CBR h x CBR 1/3
Pukulan Penetrasi
cm mm
(mm) (%)
1 2 3 4 5 6
0 76,2 762 0
1 76 760 2 261,968 1,280
2 75,3 753 7 50,569 2,589
3 74,5 745 8 42,437 2,790
4 73,3 733 12 24,919 3,505
5 71,7 717 16 17,080 4,121
6 69,7 697 20 12,742 4,671
7 67,8 678 19 13,630 4,539
8 64,8 648 30 7,482 5,868
9 60,5 605 43 4,664 7,184
10
Σ 157 36,5463
CBR titik (%) 12,613
2) Titik Kedua
Penurunan 12 cm
PENGUJIAN NILAI CBR
DENGAN DYNAMIC CONE PENETROMETER
Angka baca
No. DCP Selisih CBR h x CBR 1/3
Pukulan Penetrasi
cm mm
(mm) (%)
1 2 3 4 5 6
0 76,2 762 0
1 76 760 2 261,968 1,280
2 74,6 746 14 20,353 3,822
3 72,5 725 21 11,952 4,801
4 69,4 694 31 7,167 5,977
5 64,2 642 52 3,634 7,995
6
Σ 120 23,8750
CBR titik (%) 7,876
33
3) Titik Ketiga
Penurunan 15,9 cm
PENGUJIAN NILAI CBR
DENGAN DYNAMIC CONE PENETROMETER
Angka baca
No. DCP Selisih CBR h x CBR 1/3
Pukulan Penetrasi
cm mm
(mm) (%)
1 2 3 4 5 6
0 76,1 761 0
1 75,3 753 8 42,437 2,790
2 74,1 741 12 24,919 3,505
3 72,9 729 12 24,919 3,505
4 71,4 714 15 18,591 3,974
5 70 700 14 20,353 3,822
6 68,2 682 18 14,633 4,403
7 66,1 661 21 11,952 4,801
8 63,4 634 27 8,592 5,530
9 60,2 602 32 6,874 6,085
10
Σ 159 38,4153
CBR titik (%) 14,103
34
2. Campuran Tanah dengan Kapur
a. Pengujian Pertama
1) Titik Pertama
Angka baca
hx
No. DCP Selisih CBR
CBR 1/3
Pukulan Penetrasi
cm mm
(mm) (%)
1 2 3 4 5 6
0 76,4 764 764
1 76,2 762 2 261,968 1,280
2 75,5 755 7 50,569 2,589
3 74,5 745 10 31,659 3,163
4 73,2 732 13 22,433 3,666
5 71,6 716 16 17,080 4,121
6 69,6 696 20 12,742 4,671
7 66,9 669 27 8,592 5,530
8 62,8 628 41 4,965 6,994
9
10
Σ 136 32,0147
CBR titik (%) 13,045
Tabel 3.18 Pengolahan Data DCP Pengujian Pertama-1 (Campuran Tanah dengan Kapur)
2) Titik Kedua
Angka baca
h x CBR
No. DCP Selisih CBR 1/3
Pukulan Penetrasi
cm mm
(mm) (%)
1 2 3 4 5 6
0 76 760 760
1 74,8 748 12 24,919 3,505
2 73,3 733 15 18,591 3,974
3 71,3 713 20 12,742 4,671
4 68,9 689 24 10,030 5,176
5 66 660 29 7,823 5,757
6 62 620 40 5,129 6,898
7
Σ 140 29,9807
CBR titik (%) 9,821
Tabel 3.19 Pengolahan Data DCP Pengujian Pertama-2 (Campuran Tanah dengan Kapur)
35
3) Titik Ketiga
Angka baca
h x CBR
No. DCP Selisih CBR 1/3
Pukulan Penetrasi
cm mm
(mm) (%)
1 2 3 4 5 6
0 75,2 752
1 73,9 739 13 22,433 3,666
2 70,8 708 31 7,167 5,977
3 67,1 671 37 5,681 6,602
4 62 620 51 3,728 7,908
5
Σ 132 24,1533
CBR titik (%) 6,126
Tabel 3.20 Pengolahan Data DCP Pengujian Pertama-3 (Campuran Tanah dengan Kapur)
b. Pengujian Kedua
1) Titik Pertama
Angka baca
h x CBR
No. DCP Selisih CBR 1/3
Pukulan Penetrasi
cm mm
(mm) (%)
1 2 3 4 5 6
0 76,1 761
1 76 760 1 650,879 0,867
2 74,7 747 13 22,433 3,666
3 73,2 732 15 18,591 3,974
4 71,2 712 20 12,742 4,671
5 68,4 684 28 8,192 5,644
6 65 650 34 6,348 6,296
7
Σ 111 25,1180
CBR titik (%) 11,587
Tabel 3.21 Pengolahan Data DCP Pengujian Kedua-1 (Campuran Tanah dengan Kapur)
36
2) Titik Kedua
Angka baca
h x CBR
No. DCP Selisih CBR 1/3
Pukulan Penetrasi
cm mm
(mm) (%)
1 2 3 4 5 6
0 75,9 759
1 75,7 757 2 261,968 1,280
2 74,8 748 9 36,356 2,982
3 73,9 739 9 36,356 2,982
4 72,5 725 14 20,353 3,822
5 70,7 707 18 14,633 4,403
6 68,5 685 22 11,243 4,929
7 66,1 661 24 10,030 5,176
8 62,9 629 32 6,874 6,085
9
10
Σ 130 31,6567
CBR titik (%) 14,440
Tabel 3.22 Data Pengolahan Data DCP Pengujian Kedua-2 (Campuran Tanah dengan Kapur)
3) Titik Ketiga
Angka baca
h x CBR
No. DCP Selisih CBR 1/3
Pukulan Penetrasi
cm mm
(mm) (%)
1 2 3 4 5 6
0 76 760
1 75,9 759 1 650,879 0,867
2 74,3 743 16 17,080 4,121
3 72,3 723 20 12,742 4,671
4 70,2 702 21 11,952 4,801
5 68 680 22 11,243 4,929
6 64,4 644 36 5,889 6,501
7
Σ 116 25,8896
CBR titik (%) 11,117
Tabel 3.23 Data Pengolahan Data DCPPengujian Kedua-3 (Campuran Tanah dengan Kapur)
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1,55
Dry Density (gr/cc)
1,5
1,45
y = -0,0668x2 + 1,5421x - 7,3812
1,4
1,35
1,3
10 11 12 13
Water Content (%)
38
Pengujian Sandcone Campuran Tanah dengan
Kapur
1,8
Dry Density (gr/cc)
1,6 y = 0,1689x2 - 4,6083x + 32,743
1,4
1,2
1
12 12,5 13 13,5 14
Water Content (%)
39
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Kesimpulan Tanah Biasa
Pada lokasi pekerjaan tanah dasar menggunakan tanah biasa didapat
beberapa kesimpulan, yakni :
a. Nilai kadar air sudah memenuhi range kadar air optimum yang
diperoleh dari pengujian awal lapangan;
b. Nilai berat isi tanah maksimum tidak tercapai dari 95% nilai berat
isi tanah maksimum yang diperoleh dari pengujian awal
lapangan;
c. Nilai CBR pengujian pertama dan pengujian kedua telah
melewati syarat nilai CBR minimum yakni 6%.
40
a. Nilai pemadatan tanah melalui uji sandcone dengan
menggunakan campuran tanah dengan kapur lebih baik
dibandingkan dengan menggunakan tanah biasa;
b. Nilai CBR melalui uji DCP dengan menggunakan campuran
tanah biasa lebih baik dibandingkan dengan menggunakan
campuran tanah dengan kapur.
5.2. Saran
Adapun saran-saran dalam praktikum bengkel ini adalah :
1. Kondisi tanah pada lokasi pekerjaan tidak boleh kering dan tidak boleh
basah. Hal ini akan memengaruhi dalam proses pemadatan serta
perolehan data;
2. Posisikan alat theodolite dengan benar agar tidak terjadi kesalahan
dalam pengukuran
3. Sebelum melaksanakan praktikum hendaknya membaca aturan-aturan
ataupun tata cara praktik terlebih dahulu, baik melalui SNI ataupun
jurnal-jurnal yang terkait dengan praktik;
4. Pada saat menguji sandcone hendaknya hati-hati, agar tanah dalam
lubang yang diambil ataupun passir ottawa yang diambil dari lubang
tidak terbuang ataupun terhempas;
5. Pastikan pengerokan tanah pada uji sandcone tidak lebih dari 5 cm
tingginya;
6. Jika ada bahan selain tanah dalam pengerokan tanah saat uji sandcone
tetap dihitung beratnya;
7. Pada saat pelaksanaan uji dengan alat DCP haruslah berhati-hati,
terutama dalam mengangkat dan menurunkan beban alat DCP;
8. Pastikan posisi pemegangan alat DCP tegak lurus agar tidak merusak
alat;
9. Pada saat penggunaan baby roller hendaknya berhati-hati
41
5.3. Kesalahan
Dalam melaksanakan praktikum terdapat banyak kesalahan yang terjadi,
diantaranya adalah :
1. Pemasangan patok yang miring;
2. Benang yang disambungkan antar patok melendut;
3. Pengerokan tanah pada uji sandcone tidak merata;
4. Pengerokan tanah pada uji sandcone lebih dari 5 cm dan hingga
menyentuh tanah asli;
5. Pemakaian baby roller tidak merata saat pemadatan atau passing
diakibatkan kurangnya skill serta alat yang sulit dioperasikan;
6. Penggunaan air yang menerka saat pembuatan campuran tanah dengan
kapur untuk bahan pelekat pada pembuatan drainase.
42
DAFTAR PUSTAKA
SNI 03-2828-1992
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010
UU RI No.38 Tahun 2004 tentang Jalan
https://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/32406/mod_resource/content/1/2005-11-
Rencana%20Perkerasan%20Jalan.pdf
AASHTO T-191 (Denisty of Soil In-Place by the Sand-Cone Method)
ASTM D-1556 (Standard Test Method for Density and Unit Weight of Soil in
Place by the Sand-cone Method)
http://eprints.ums.ac.id/56136/3/03.%20WORD%20TA%20ULTA%20BAB%201
.pdf
Dakung, S, 1987, Pemadatan Tanah, Mekanika Tanah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Depdikbud,.
Das, B. M. 1984. Principles of Principles of Foundation Engineering Foundation
Engineering . California: Brooks/Cole Engineering Division.
43