SUMBER DANA :
APBN 2022
KATA PENGANTAR
Demikian, atas kepercayaan yang telah diberikan serta bagi pihak – pihak
yang membantu terselesaikannya laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Miki Ishan
HATTI/06.1165.FR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pekerjaan ............................................ 1
1.2. Maksud dan Tujuan ..................................................... 1
1.3. Nama dan Lokasi Pekerjaan ........................................ 1
BAB 1 PENDAHULUAN
berbutir halus (lempung dan lanau). Pengujiannya dilakukan dalam lubang bor
dengan interval 4 m.
Prosedur dengan metode ASTM 1586 adalah sebagai berikut :
- Dasar lubang bor akan dibersihkan dari sisa “cutting”
- Turunkan Split Spoon Sampler sampai kedalaman yang akan diuji dengan
menggunakan rod
- Pada tanah yang mengandung kerikil berpasir, kerikil atau kerakal “Driving
Shoe” dari “Split Barrel” diganti dengan “Solid 60 Cone” dengan garis tengah
yang sama
- Tumbuk “Knocking Block” dengan hammer seberat 63,5 kg dan tinggi jatuh
75 cm, hingga masuk 15 cm dan catat jumlah pukulannya
- Tumbuk lagi seperti diatas, sehingga mencapai penetrasi 30 cm, dan catat
jumlah tumbukannya
- Penumbukan dihentikan jika jumlah tumbukan mencapai 50 pukulan atau
penetrasi mencapai 30 cm
- Hasil uji berupa kedalaman uji, jumlah pukulan setiap 15 cm, dari nilai
N/jumlah pukulan untuk setiap 30 cm penetrasi dimasukkan didalam laporan
harian
2.2.1Atterberg Limit
Penentuan batas - batas Atterberg hanya dilakukan pada bagian tanah
yang melalui saringan nomor 40. Hal tersebut dikarenakan batas - batas ini
merupakan sifat - sifat fisika yang jelas, maka digunakan cara empiris untuk
menentukannya.
Dari Atterberg Limit Test ini akan didapat nilai - nilai :
1. Batas Cair (Liquid Limit).
Batas Cair (Liquid Limit) adalah merupakan kadar air tanah pada batas
antara keadaan cair dan keaadaan plastis (batas atas dari daerah plastis).
Cara menentukannya dipergunakan alat batas cair (liquid limits device).
Tanah yang telah dicampur dengan air ditaruh dalam cawan dan didalamnya
dibuat alur memakai alat spatel (grooving tool). Bentuk alur ini sebelum dan
sesudah percobaan akan membentuk sebuah celah yang berbeda. Engkol
alat diputar serhingga cawan dinaikkan dan dijatuhkan pada dasar, dan
banyaknya pukulan dihitung sampai kedua tepi celah alur tersebut berimpit.
Batas cair adalah kadar air tanah bilamana diperlukan 25 (dua puluh lima)
pukulan untuk tujuan ini, dengan tinggi jatuh 1 cm pada kecepatan ketukan 2
(dua) kali setiap detiknya, dan panjang lereng alur percobaan ini adalah
12,70 mm. Percobaan dilakukan dengan beberapa contoh dengan kadar air
yang berbeda dan banyak pukulan dihitung untuk masing – masing kadar air.
Dengan demikian dapat dibuat suatu grafik kadar air terhadap banyaknya
pukulan. Dari grafik ini dapat dibaca kadar air pada 25 (dua puluh lima)
pukulan.
Prosedur pelaksanaan diatas sesuai dengan standar ASTM D – 423-424
2.2.2Berat Volume
Cara menentukan berat volume tanah adalah dengan mengukur berat
sejumlah tanah yang volumenya diketahui. Untuk tanah asli biasanya dipakai
sebuah cincin yang dimasukkan kedalam cincin sampai terisi penuh kemudian
atas dan bawahnya diratakan dan cinci serta tanah terseut ditimbang. Apabila
ukuran cincin serta beratnya diketahui maka berat isi dapat langsung dihitung.
Misalnya : berat cincin + tanah = W2
berat cincin = W1
berat tanah = W2 – W1
volume cincin = V1
berat volume = (W2 – W1)/V1
untuk tanah yang tidak asli, misalnya pada percobaan pemadatan, maka tanah
dipadatkan didalam suatu alat cetak (mold) yang volumenya diketahui. Setelah
permukaan atasnya diratakan, maka cetakan serta tanah ditimbang dan berat
volume tanah dapat langsung dihitung
2.2.3Kadar Air
Untuk menentukan kadar air sejumlah contoh tanah ditempatkan dalam
suatu cawan kontainer kecil yang beratnya (W 1) diketahui sebelumnya. Cawan
kontainer dengan tanah ditimbang (W 2) dan kemudian dimasukkan kedalam
oven yang temperaturnya 105o C untuk waktu 24 jam. Setelah itu cawan dan
tanah ditimbang (W 3)
Berat air = W 2 – W3
Berat tanah kering = W 3 – W1
Kadar air = (W 2 – W 3)/(W 3 – W 1)
2.2.4Berat Jenis
Berat jenis dinyatakan sebagai perbandingan sebagai berat isi butir tanah
dengan berat isi air. Untuk percobaan ini dilakukan menurut prosedur ASTM D
– 854, adalah suatu percobaan untuk mengetahui berat jenis dengan
mempergunakan alat piknometer (pycnometer or volumetric flask), yaitu sebuah
botol yang isinya dapat diketahui dengan tepat.
Cara melakukan percobaan ini adalah sebagai berikut :
a. Piknometer dikeringkan dan ditimbang (= W 1).
b. Sejumlah tanah yang telah dikering dalam oven dimasukkan kedalam
piknometer dan ditimbang lagi (= W2).
c. Air suling ditambah pada piknometer sampai setengah penuh. Udara
yang masih ada di dalam tanah tersebut dikeluarkan dengan
memanaskan piknometer serta memakai pompa “ Vaccuum “. Setelah
tidak ada lagi udara di dalam tanah maka piknometer diisi air sampai
penuh dan dimasukkan kedalam “constant temperature bath “ sampai
mencapai temperatur yang seragam. Permukaan luar piknometer
dikeringkan dengan teliti dan piknometer ditimbang (= W 3).
d. Air dengan tanah dikeluarkan dari piknometer, lalu piknometer
dibersihkan dan diisi air suling saja sampai penuh, dan dimasukkan lagi
ke dalam constant temperature bath. Kemudian bagian luar piknometer
dikeringkan dan ditimbang (= W 4).
Umumnya suatu tanah tertentu terdiri dari butir-butir yang termasuk dalam
beberapa golongan, yaitu kerikil sering mengandung pasir, lanau dan lempung
serta pasir sering mengandung lanau dan lempung.
Tanah yang ukuran butirnya di bagi rata antara yang besar sampai yang kecil
dikatakan bergradasi baik (well graded), sedangkan apabila terdapat
kekurangan atau kelebihan salah satu ukuran butiran tertentu maka tanah
tersebut dikatakan bergradasi buruk (poorly graded), untuk besar butirannya
yang hampir sama di pakai istilah bergradasi seragam (uniform graded). Pada
tanah yang berbutur kasar dengan butir lebih besar dari pada µ 75 (tertanam
dalam ayakan no. 200) penentuan besar butir tanahnya dilakukan dengan
sistem ayakan (saringan), kemudian untuk tanah berbutir halus atau tanah
dengan diameter lebih kecil µ 75, lolos ayakan no. 200 ditentukan dengan cara
” Hydrometer Analisis ”.
Prosedur pelaksanaan dilakukan menurut aturan dari ASTM D – 442–63
I. Pembagian Butir Untuk Tanah Berbutir Kasar
Sifat – sifat kerikil dan pasir sangat tergantung pada ukuran butirnya.
Karena itu sering dipakai koefisien – koefisien bilangan untuk
menggarbarkan bentuk lengkungan pembagian butirannya.
Koefisien – koefisen tersebut dinyatakan sebagai berikut :
1. Ukuran Efektif ( efektive size ) = D10
2. Koefisien derajat keseragaman = D60/D10
3. Koefisien lengkungan D30/D10 x D60, dimana D10, D30 dan D60
adalah merupakan ukuran butir yang selaras dengan 10 % - 30 %
- dan 60 % melalui saringan
II. Pembagian Butiran Untuk Tanah Berbutir Halus.
Sifat – sifat tanah lempung dan lanau secara langsung tidak ada
hubungannya dengan ukuran butirannya, hal tersebut di sebabkan baik
sifat lempung atau lanau akan tergantung kepada komposisi zat
mineralnya dari pada ukuran butirannya. Oleh sebab itu penentuan
ukuran butiran tidak terlalu penting untuk tanah jenis lempung dan
lanau.
Yang lebih penting untuk sifat – sifat jenis tanah adalah menentukan
batas – batas plastisitasnya (compresibility), karena angka – angka ini
memberikan petunjuk yang lebih baik akan sifat daripada butirannya.
III. Metode Menentukan Ukuran Butir Tanah.
Penentuan ukur butir tanah dilaksanakan dengan memakai 2 (dua) cara
sebagai berikut :
1. Untuk butir yang kasar dipakai cara saringan tertentu, melalui yang
kasar sampai yang halus dengan demikian butir tanah terpisah
menjadi beberapa bagian dengan batas - batas ukuran diketahui.
Saringan yang kasar ukurannya dengan dimensi lubang misalnya 3”,
1,5”, dan seterusnya sampai sekecil 0,5”. Saringan yang lebih halus
dari ukuran ini ditentukan menurut jumlah kawat per inchi, nomor 40
mempunyai kawat 40 per inchi per segi, saringan nomor 10
mempunyai 10 kawat per inchi persegi. Saringan terkecil adalah
nomor 200 (200 kawat per inchi) yang ukuran lubangnya hampir
sama dengan ukuran batas antara pasir dengan lanau, sehingga
saringan ini hanya dapat dipakai untuk ukuran butir sampai sekecil
pasir halus, sedangkan pada saringa nomor 40 terdapat 40 kali, 40
lubang setiap inchi.
2. Ukuran butir yang lebih kecil dari pada pasir halus dipakai cara
pengendapan (sedimentation). Tanah dicampur dengan air sebanyak
1000 cc dan diaduk, kemudian dibiarkan supaya butir - butirannya
mengendap, cara ini disebut sebagai analisa basah (wet analisis )
atau percobaan hydrometer (hydrometer analysis).
2.2.6Triaxial Test
Salah satu cara menentukan parameter kekuatan geser tanah (kohesi c,
dan sudut geser dalam Φ) adalah uji Triaxial. Pada pengujian Triaxial, contoh
tanah dibebani pada ketiga sumbunya (sumbu Cartesius) dengan beban
tekanan σ1, σ2, dan σ3. Pengujian bertujuan untuk mensimulasikan kondisi yang
sebenarnya di lapangan, yaitu bahwa suatu elemen tanah menerima beban
tekan dari atas (vertikal) yang terdiri dari beban tanah diatasnya atau
overburden pressure dan beban lainnya (σ1), serta tekanan tanah dari arah
radial yang mengekang (atau menghimpit) elemen tanah tersebut (σ2 dan σ3).
Tekanan yang diterima elemen tanah akibat kekangan dari tanah di
sekelilingnya pada umumnya merupakan tekanan radial (σr) yang mempunyai
besaran sama pada semua arahnya, sehingga σ2 sama dengan σ3. Namun
demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu elemen tanah akan
menerima beban kekangan yang tidak sama besarnya (σ2 ≠ σ3), misalnya
tekanan radial pada elemen tanah di daerah dinding galian.
Berbeda dari pengujian unconfined, pengujian Triaxial memerlukan tekanan
radial untuk mengekang contoh tanah. Besarnya tekanan radial sering disebut
sebagai σ3 (atau σmin pada lingkaran Mohr), sedangkan besarnya tekanan yang
mengakibatkan hancurnya contoh tanah dinamakan tekanan maksimum (σ1).
Pengujian Unconsolidated Undrained dilakukan untuk mensimulasikan kondisi
di lapangan apabila penambahan/pemberian beban relatif cepat sehingga
lapisan tanah belum sempat terkonsolidasi (air di dalam pori tanah tidak sempat
mengalir ke luar selama proses pemberian beban), oleh karena itu pengujian ini
juga dinamakan quick test. Sebagai contoh dalam kasus ini adalah suatu
lapisan tanah yang menerima beban relatif cepat seperti beban urugan yang
berlangsung relatif singkat.
2.2.7Uji Konsolidasi
Untuk mengukur konsolidasi di laboratorium dipakai alat konsolidasi
(oedometer test). Suatu contoh tanah dimasukkan ke dalam cincin konsolidasi,
kemudian cincin dengan batu berpori ini ditaruh dalam sel konsolidasi yang
berisi air supaya tidak menjadi kering. Setelah terpasang dalam alat oedometer,
contoh tanah diberikan beban vertikal tertentu dan penurunan diukur dengan
arloji penunjuk (dial gauge). Tekan tersebut dibiarkan berlaku sampai
penurunan selesai. Sesudah itu contoh diberi tambahan beban, dimana juga
dibiarkan berlaku sampai penurunan berhenti dan seterusnya. Biasanya beban
ditambah setiap 24 jam dengan memakai harga tegangan berikut :
0,25; 0,5; 1; 2; 4; 8 kg/cm2
Setelah mencapai beban 8 kg/cm2, beban dikurangi sampai 0,25 kg/cm2 untuk
mendapatkan kurva rebound. Pada setiap pembebanan pembacaan penurunan
dilakukan dengan pada jangka-jangka waktu tertentu. Dengan demikian baik
besarnya penurunan maupun kecepatanya dapat diketahui. Parameter
konsolidasi yang diperoleh adalah Cc dab Cv
eo e
CC
P
log
Po
Soil Type
Range Plasticity
Plasticity Chart
Classification System
1.5
0.5
0
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2
cu (TSF)
qp 9c
dimana :
QP : daya dukung aksial ujung tiang
qp : unit tanahan ujung
c : kuat geser undrain pada ujung tiang biasanya diambil 2 kali diameter
ujung tiang
AP : luas ujung tiang
Tabel 2 - Nilai Sudut Geser Tanah dan Tiang Pada Tanah Pasir
(API RP2A, 1987)
Untuk tahanan ujung tiang pada tanah non kohesif, API RP2A
merekomendasikan sebagai berikut :
qp ' Nq
dimana :
’ : tekanan efektif overburden pada ujung tiang
Nq : faktor daya dukung
kb adalah koefisien transisi dari konus ke ujung tiang. Nilai kb dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
qc (kg/cm2) kb
≤25 0,75
50 0,60
75 0,50
100 0,40
150 0,30
≥200 0,25
Dimana :
’ : faktor reduksi, bervariasi 0,20-1,25 untuk tanah kelempungan
fc : tahanan selimut konus (sleeve friction)
c dapat dilihat pada gambar di bawah ini
dimana :
qc : tahanan ujung konus
Ap : luas penampang ujung tiang
P : keliling selimut tiang
TF : total friksi
SF : angka keamanan
q t 40 N L 400 N (kN/m2)
D
dimana :
N : nilai SPT rata-rata pada 19D ke atas dan 4D ke bawah ujung tiang
L : kedalaman tiang
D : diameter tiang
Korelasi empiris tahanan selimut tiang berdasarkan data SPT adalah :
fave = 2N (kN/m2)
2.4.3 Penurunan
Penurunan elastik :
qB
Si 0 1
Es
dimana :
0 : faktor pengaruh untuk kedalaman pondasi di bawah permukaan tanah
1 : faktor pengaruh bentuk pondasi
E’s : modulus elastisitas tanah ekivalen
Penurunan konsolidasi :
Pada lempung terkonsolidasi secara normal NC-Clay,
Informasi mengenai sifat – sifat batuan dan tanah sangat diperlukan untuk
merencanakan suatu bangunan bawah yang dikenal dengan pondasi. Pondasi
bertugas memikul beban statis dan dinamis atau beban bangunan dan beban
lainnya yang ikut diperhitungkan serta melanjutkannya ke dalam tanah sampai
pada lapisan atau kedalaman tertentu.
Lapisan tanah dimana pondasi akan diletakan, harus mampu mendukung
beban – beban tersebut diatas tanpa terjadi suatu deformasi yang berarti,
sehingga pondasi cukup stabil dari segi daya dukung tanah dan terhadap
penurunan (settlement). Secara umum pondasi suatu bangunan ditentukan oleh
faktor – faktor sebagai berikut:
1. Susunan, tebal dan sifat lapisan tanah setempat.
2. Besar, macam dan sifat konstruksi.
3. Sifat dan keadaan setempat.
Faktor – faktor tersebut di atas erat kaitannya dalam pekerjaan geoteknik,
khususnya dalam pembuatan pondasi struktur gedung, jembatan dan
sebagainya. Dalam pembahasan hasil pengujian dilapangan dapat dilakukan
baik dengan pekerjaan sondir maupun pengujian lainnya. Dari hasil pengujian
tersebut akan diketahui besarnya daya dukung tanah baik melalui nilai qc yang
dibaca pada data sondir, N-SPT atau beberapa parameter yang dikorelasikan
dengan nilai konsistensi dan kepadatan relatif serta sifat tanahnya dengan hasil
pengujian di laboratorium.
CASHING
SAMPLING
RELEVATIVE DENSITY
POCKET PENETROMETER (kg/cm²)
LAYER THICKNES (M)
OD (mm)
qc (kg/cm²)
NO. OF BLOW/CM
SYMBOLIC LOG
CONSISTENCY
PERMEABILITY
0 25 50 75 100 125 150
SOIL TYPE
DEPTH (M)
DEPTH (M)
DRILLING
CASHING
N VALUE
BEFORE
R.Q.D
DATE
TYPE
0 10 20 30 40 50 60
0.00 LEMPUNG-CH
Lempung, lanau, warna abu abu
kecoklatan, konsistensi sangat lunak
2.00 0-0-0 0
4
4.00 0-0-0 0
LEMPUNG - CH
Lempung, lanau, warna abu-abu,
konsistensi sangat lunak
6.00 0-0-0 0
8.00 0-0-0 0
10.00 0-0-0 0
16
12.00 0-0-0 0
14.00 0-0-0 0
16.00 0-0-0 0
18.00 0-0-0 0
20.00 0-0-0 0
UNDISTURBED SAMPLE
LEMPUNG KERIKIL
SHEET : 1
LANAU BATU
GEOLOGIC DRILLING LOG
PROJECT : PENGGANTIAN JEMBATAN CALLENDER HAMILTON (CH) AIR HITAM BH.NO
LOCATIONS : JEMBATAN AIR HITAM DIRECTION : ARAH PINYUH
DATE : 07-10 APRIL 2022 RIG :
TOTAL DEPTH : 45 METER LOGGED BY : UKI CS
DB-1
GWL : -2,00 METER CHECKED BY : MIKI ISHAN
CASHING
SAMPLING
RELEVATIVE DENSITY
POCKET PENETROMETER (kg/cm²)
LAYER THICKNES (M)
OD (mm)
qc (kg/cm²)
NO. OF BLOW/CM
SYMBOLIC LOG
CONSISTENCY
PERMEABILITY
0 25 50 75 100 125 150
SOIL TYPE
DEPTH (M)
DEPTH (M)
DRILLING
CASHING
N VALUE
BEFORE
R.Q.D
DATE
TYPE
0 10 20 30 40 50 60
20.00 0-0-0 0
LEMPUNG - CH
Lempung, lanau, warna abu-abu,
konsistensi sangat lunak
22.00 0-0-0 0
6
24.00 0-0-0 0
26.00 0-0-0 0
LEMPUNG - CH
Lempung, lanau, warna abu-abu
keputihan, konsistensi sangat lunak
28.00 0-0-0 0
30.00 0-1-2 3
10
32.00 1-2-2 4
34.00 2-4-6 10
36.00 5-7-10 17
LEMPUNG - CH
Lempung, lanau, warna coklat
kehitaman, konsistensi lunak
2
38.00 6-10-12 22
PASIR-SP
Pasir kasar, warna abu-abu, konsistensi
lepas sampai padat
2
40.00 11-18-21 39
UNDISTURBED SAMPLE
LEMPUNG KERIKIL
SHEET : 2
LANAU BATU
GEOLOGIC DRILLING LOG
PROJECT : PENGGANTIAN JEMBATAN CALLENDER HAMILTON (CH) AIR HITAM BH.NO
LOCATIONS : JEMBATAN AIR HITAM DIRECTION : ARAH PINYUH
DATE : 07-10 APRIL 2022 RIG :
TOTAL DEPTH : 45 METER LOGGED BY : UKI CS
DB-1
GWL : -2,00 METER CHECKED BY : MIKI ISHAN
CASHING
SAMPLING
RELEVATIVE DENSITY
POCKET PENETROMETER (kg/cm²)
LAYER THICKNES (M)
OD (mm)
qc (kg/cm²)
NO. OF BLOW/CM
SYMBOLIC LOG
CONSISTENCY
PERMEABILITY
0 25 50 75 100 125 150
SOIL TYPE
DEPTH (M)
DEPTH (M)
DRILLING
CASHING
N VALUE
BEFORE
R.Q.D
DATE
TYPE
0 10 20 30 40 50 60
40.00 11-18-21 39
PASIR-SP
Pasir kasar, warna abu-abu, konsistensi
lepas sampai padat
42.00 15-20-20 40
5
44.00 16-21-24 45
AKHIR PENGEBORAN
46.00
48.00
50.00
52.00
54.00
56.00
58.00
60.00
UNDISTURBED SAMPLE
LEMPUNG KERIKIL
SHEET : 3
LANAU BATU
GEOLOGIC DRILLING LOG
PROJECT : PENGGANTIAN JEMBATAN CALLENDER HAMILTON (CH) AIR HITAM BH.NO
LOCATIONS : JEMBATAN AIR HITAM DIRECTION : ARAH PONTIANAK
DATE : 11-15 APRIL 2022 RIG :
TOTAL DEPTH : 45 METER LOGGED BY : UKI CS
DB-2
GWL : -2,00 METER CHECKED BY : MIKI ISHAN
CASHING
SAMPLING
RELEVATIVE DENSITY
POCKET PENETROMETER (kg/cm²)
LAYER THICKNES (M)
OD (mm)
qc (kg/cm²)
NO. OF BLOW/CM
SYMBOLIC LOG
CONSISTENCY
PERMEABILITY
0 25 50 75 100 125 150
SOIL TYPE
DEPTH (M)
DEPTH (M)
DRILLING
CASHING
N VALUE
BEFORE
R.Q.D
DATE
TYPE
0 10 20 30 40 50 60
0.00 LEMPUNG-CH
Lempung, lanau, warna coklat
kehitaman, konsistensi sangat lunak
15
2.00 0-0-0 0
4.00 0-0-0 0
6.00 0-0-0 0
8.00 0-0-0 0
10.00 0-0-0 0
12.00 0-0-0 0
14.00 0-0-0 0
LEMPUNG - CH
Lempung, lanau, warna abu-abu,
konsistensi sangat lunak
16.00 0-0-0 0
5
18.00 0-0-0 0
20.00 0-0-0 0
UNDISTURBED SAMPLE
LEMPUNG KERIKIL
SHEET : 1
LANAU BATU
GEOLOGIC DRILLING LOG
PROJECT : PENGGANTIAN JEMBATAN CALLENDER HAMILTON (CH) AIR HITAM BH.NO
LOCATIONS : JEMBATAN AIR HITAM DIRECTION : ARAH PONTIANAK
DATE : 11-15 APRIL 2022 RIG :
TOTAL DEPTH : 45 METER LOGGED BY : UKI CS
DB-2
GWL : -2,00 METER CHECKED BY : MIKI ISHAN
CASHING
SAMPLING
RELEVATIVE DENSITY
POCKET PENETROMETER (kg/cm²)
LAYER THICKNES (M)
OD (mm)
qc (kg/cm²)
NO. OF BLOW/CM
SYMBOLIC LOG
CONSISTENCY
PERMEABILITY
0 25 50 75 100 125 150
SOIL TYPE
DEPTH (M)
DEPTH (M)
DRILLING
CASHING
N VALUE
BEFORE
R.Q.D
DATE
TYPE
0 10 20 30 40 50 60
20.00 0-0-0 0
LEMPUNG - CH
Lempung, lanau, warna abu-abu,
konsistensi sangat lunak
22.00 0-0-0 0
12
24.00 0-0-0 0
26.00 0-0-0 0
28.00 0-0-1 1
30.00 0-1-1 2
32.00 1-2-3 5
LEMPUNG - CH
Lempung, lanau, organis, warna coklat
kehitaman, konsistensi sangat lunak
2
34.00 2-4-5 9
ORGANIS - OH
Organis (lapukan kayu), warna coklat
kehitaman
2
36.00 8-18-22 40
LEMPUNG - CH
Lempung, lanau, warna abu-abu putih,
konsistensi lunak
3
38.00 3-5-8 13
PASIR-SP
1
UNDISTURBED SAMPLE
LEMPUNG KERIKIL
SHEET : 2
LANAU BATU
GEOLOGIC DRILLING LOG
PROJECT : PENGGANTIAN JEMBATAN CALLENDER HAMILTON (CH) AIR HITAM BH.NO
LOCATIONS : JEMBATAN AIR HITAM DIRECTION : ARAH PONTIANAK
DATE : 11-15 APRIL 2022 RIG :
TOTAL DEPTH : 45 METER LOGGED BY : UKI CS
DB-2
GWL : -2,00 METER CHECKED BY : MIKI ISHAN
CASHING
SAMPLING
RELEVATIVE DENSITY
POCKET PENETROMETER (kg/cm²)
LAYER THICKNES (M)
OD (mm)
qc (kg/cm²)
NO. OF BLOW/CM
SYMBOLIC LOG
CONSISTENCY
PERMEABILITY
0 25 50 75 100 125 150
SOIL TYPE
DEPTH (M)
DEPTH (M)
DRILLING
CASHING
N VALUE
BEFORE
R.Q.D
DATE
TYPE
0 10 20 30 40 50 60
40.00 2-3-5 8
PASIR-SP
Pasir kasar, warna abu-abu, konsistensi
lepas sampai padat
42.00 8-8-12 20
5
44.00 10-10-12 22
AKHIR PENGEBORAN
46.00
48.00
50.00
52.00
54.00
56.00
58.00
60.00
UNDISTURBED SAMPLE
LEMPUNG KERIKIL
SHEET : 3
LANAU BATU
DOKUMENTASI KEGIATAN
PEKERJAAN
LOKASI
TAHUN ANGGARAN
APBN 2022
KETERANGAN
PENGUJIAN BOR/SPT
PEKERJAAN
LOKASI
TAHUN ANGGARAN
APBN 2022
KETERANGAN
PENGUJIAN BOR/SPT
PEKERJAAN
LOKASI
TAHUN ANGGARAN
APBN 2022
KETERANGAN
PENGUJIAN BOR/SPT
DOKUMENTASI KEGIATAN
PEKERJAAN
LOKASI
TAHUN ANGGARAN
APBN 2022
KETERANGAN
PENGUJIAN BOR/SPT
PEKERJAAN
LOKASI
TAHUN ANGGARAN
APBN 2022
KETERANGAN
PENGUJIAN BOR/SPT
PEKERJAAN
LOKASI
TAHUN ANGGARAN
APBN 2022
KETERANGAN
PENGUJIAN BOR/SPT