Anda di halaman 1dari 53

PENGUJIAN MATERIAL

BETON
MATA KULIAH : TEKNOLOGI BAHAN
SUMBER : PT. ADHIMIX PRECAST INDONESIA
PUSAT KAJIAN DAN PENGGEMBANGAN TEKNOLOGI
BETON

DISUSUN OLEH :
A.NUR ALJAATSYIAH MA’RUF

219190134

SIPIL D

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat dan rahmtnya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Pengujian Material Beton”
dengan tepat waktu. Terima kasih saya ucapkan kepada bapak/ibu Selaku dosen
yang telah membimbing sehingga saya dapat menyelesaikan tugas tersebut.

Dengan selesainya Tugas ini, saya mengharapkan akan dapat memberikan


pengetahuan tambahan tentang “Pengujian Material Beton” dimasa yang akan
datang dan juga sebagai bahan referensi bagi mereka yang membutuhkan
informasi tentang tugas yang berhubungan dengan “Pengujian Material Beton”.

Saya sadar bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
sudihlah kiranya pembaca memberikan masukan atau saran sehingga tugas ini
lebih baik kedepannya. Akhir kata saya berharap semoga tugas ini dapat
memberikan wawasan dan pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya atau
memerlukannya di masa yang akan datang.

Pinrang, 23 Juli 2020

                                                                                                             Penulis

BETON 1
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
I. PENGUJIAN MATERIAL............................................................................4
1.1 Sampling Aggregate Concrete(ASTM D 75)............................................4
1.2 Practice For Reducting Field Samples Of Aggregate For Test Size
(ASTM C-702).....................................................................................................5
1.3 Standart Tes Method For Unit Weigth & Void In Aggregate
(ASTMC29).........................................................................................................7
1.4 Standard Test Methode For Organic Impurities In Fine
Aggregates(ASTM.C 40)W.01A/P.01/EN/RMX................................................8
1.5 Test Methode For Soundness Of Aggregates(ASTM C-88).....................9
1.6 Standard Test Method For Sieve Analysis Of Aggregates(ASTM C
136)....................................................................................................................12
1.7 Test Methode For Materials Finer Than 75 µm ( No.200 ) Sieve in
Mineral Aggregates By Washing(ASTM C-117)W.01D/P.01/EN/RMX.........15
1.8 Standart Test Method For Specific Grafity And Absorption Of Coarse
Aggregate (ASTM. C 127)W.01C/P.01/EN/RMX............................................17
1.9 Standar Test Method For Specific Grafity And Absorption Of Fine
Aggregate (ASTM C 128)W.01B/P.01/EN/RMX.............................................20
1.10 Test Methode For Resistance To Degradation Of Small Size Coarse
Aggregate By Abrasion And Impact in The Los Angeles Machine(ASTM C
131)....................................................................................................................22
1.11 Test Clay Lumps And Friable Particles In Aggregates(ASTM C
142)....................................................................................................................24
1.12 Standard Test Method For Total Moisture Content.............................25
II. PENGUJIAN BETON SEGAR................................................................28
2.1 Standard Practice For Sampling Freshly Mixed Concrete (ASTM C
172)....................................................................................................................28
2.2 Standard Test Method For Temperature Of Freshly Mixed Portland
Cement Concrete(ASTM C 1064).....................................................................29
2.3 Standart Test Method For Unit Weight, Yield (ASTM C
138)W.02B/P.01/EN/RMX................................................................................29

BETON 2
2.4 Standart Test Method For Slump Of Hydraulic Cement Concrete (ASTM
C 143)W.02C/P.01/EN/RMX............................................................................31
2.5 Pembuatan Dan Perawatan Benda Uji Di Lapangan (ASTM C 31).......32
2.6 Standard Tes Method For Time Of Setting Of Concrete Mixtures By
Penetration Resistance(ASTM C 403)...............................................................35
2.7 Metode Standar Pengetesan Kadar Udara Dalam Beton Segar...............37
III. PENGUJIAN BETON KERAS................................................................40
3.1 Metode Standar Penggunaan Unbonded-Caps Dalam Pengujian Kuat
Tekan Silinder (ASTM C 1231).........................................................................40
3.2 Methode Standar Capping Silinder Beton/ bounded caps (ASTM C
617)....................................................................................................................41
3.3 Metode Standard untuk Pengujian Kuat Tekan Benda Uji Berbentuk
Silinder (ASTM C-39)W.03A/P.01/EN/RMX...................................................43
3.4 Standart Test Method For Flexural Strength Of Concrete (ASTM C-78 &
ASTM C-293)....................................................................................................45
3.5 Standard Tes Method For Rebound Number Of Hardened Concrete
(ASTM C-805)...................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................52

BETON 3
I. PENGUJIAN MATERIAL

I.1 Sampling Aggregate Concrete(ASTM D 75)


a. Ruang Lingkup
Petunjuk ini mengatur pengambilan sample (contoh)Aggregatekasar
danaggregate halus untuk memenuhi kebutuhan.

b. Maksud dan Tujuan


Pertama untuk persiapan penyelidikan kemampuan sumber material
sebelum pengiriman.
Kontrol terhadap produk material sebelum pengiriman.
Kontrol dari proses di tempat untuk digunakan.
Sebagai dasar penerimaan maupun penolakan material.

c. Methode Sampling
 Sampling dari stock piles
 Didalam pengambilan sample dari stock pile untuk menghindari
terjadinya segregasi (pemisahan butiran) diatur cara pengambilan pada
setiap gudukan adalah :
 Bagian atas
 Bagian tengah
 Bawah

d. Contoh Stock Pile Aggregate

Tampak Samping Tampak Atas


Catatan:
Untuk pengambilan fineaggregate jika tidak ada peralatan yang disyaratkan,
yaitu “sampling tubes“,sampling dapat dilakukan menggunakan sekop dengan
random lokasi dan minimum lima pengambilan dari stock.
e. Jumlah Sample
Agar sample sample ini mewakili kondisi yang ada di lapangan maka diatur
jumlah pengambilan tiap tiap ukuran besar butir material tersebut sebagai berikut :

maksimum Ukuran Nominal Perkiraan MinimumBerat Contoh dari


Aggregate Lapangan (kg)
Untuk fine aggregate
No.8 (2.36 mm) 10

BETON 4
No.4 (4.75 mm) 10
Untuk Coarse aggregate
3/8 in (9,5 mm) 10
½ in (12.5 mm) 15
¾ in (19.0 mm) 25
1 in (25.0 mm) 50
1.5 in (37.5 mm) 75
2 in (50 mm) 100
2.5 in (63 mm) 125
3 in (75 mm) 150
3.5 in (90 mm) 175

Untuk selanjutnya dibawa ke Laboratorium untuk persiapan test.

f. Denah Aktifitas

PROYEK/PLANT

QUARRY LOKASI
MATERIAL
LABORATORIUM

I.2 Practice For Reducting Field Samples Of Aggregate For Test


Size (ASTM C-702)
a. Ruang Lingkup
Hal ini merupakan aturan praktis yang mengatur pengurangan jumlah
sample untuk testing pekerjaan teknik guna meminimalkan terjadinnya variasi
didalam karakter pengukuran yang diatur dengan tiga methode pengurangan.

b. Methode pengurangan jumlah sampel


Methode pengurangan jumlah sampel ada 3 macam methode yaitu :
1) Mechanical Splitter
Metode dengan menggunakan alat:

BETON 5
2) Methode Quartering

3) Methode Quartering II

c. Seleksi method
 Fine aggregate (pasir)
Sampel untuk fine aggregate dikeringkan sampai kondisi SSD (Saturated
Surface dry) kondisinya dapat terkurangi ukurannya menggunakan mechanical
Splitter sesuai methode A. Namun bila pasir mempunyai kelembaban air di
permukaan dapat dikurangkan ukurannya menggunakan methode Quartering
sesuai methode B.

BETON 6
Apabila digunakan mechanical splitter yang mempunyai lebar penutup
dengan bukaan 38 mm (1.5 in) atau lebih untuk pengurangan sample tidak kurang
dari 5000 gram. Dan sample harus bebas kelembaban air pada permukaan.
 Coarse aggegate
Untuk Coarse aggregate mengurangi ukuran sample dapat menggunakan
mechanikal splitter sesuai methode A atau menggunakan methode B (quartering),
tetapi tidak dapat menggunakan methode C (Miniatur stock pile).
Splitter yang digunakan untuk coarse aggregate minimum lebar pintu
bukaan diatur 50 % lebih besar dari partikel paling besar di dalam sampel.

I.3 Standart Tes Method For Unit Weigth & Void In Aggregate
(ASTMC29)
a. Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui berat isi dan rongga pada aggregate (fine aggregate dan
coarse aggregate ), metode ini hanya dapat diterapkan pada aggregate yang ukuran
nominalnya tidak lebih dari 6 in (150 mm).

b. Peralatan yang Dibutuhkan


1) Timbangan dengan ketelitian 0.1% berat sample.
2) Wadah (perhatikan persyaratan kapasitas dan tebal plat).
3) Rojokan besi, baja polos diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujungnya bulat
peluru.
4) Oven kapasitas 110±50 C.
5) Shovel atau sekop
6) Kalibrasi peralatan, selembar plat kaca ketebalan 6 mm dan lebih besar 25
mm dari diameter wadah yang dikalibrasi.
7) Mistar perata.

c. Ketentuan Wadah
Tabel 1 Kapasitas Container
Max. size aggregate Kapasitas Container
In Mm Ft3 L(m3)
½ 12.5 1 2.8 (0.002)
10
1 25.0 1 9.3 (0.09)
3
1½ 37.5 1 14 (0.014)
2
3 75 1 28 (0.028)
4½ 112 2½ 70 (0.070)
6 150 3½ 100 (0.100)

Tabel 2Requirements for measures


Thickness of Metal, min
Capacity Of Measure Upper 1½ in.
Bottom Remainder
Or 38 mm of wall
< 0.4 ft3,incl 0.20 in 0.10 in 0.10

BETON 7
0.4 ft3-1.5 ft3,incl 0.20 in 0.20 in 0.12 in
Over 1.5 ft3-2.8 ft3,incl 0.40 in 0.25 in 0.15 in
Over 2.8 ft3-4.0 ft3,incl 0.50 in 0.30 in 0.20 in
< 11 L,incl 5.0 mm 2.5 mm 2.5 mm
11-42 L,incl 5.0 mm 5.0 mm 3.0 mm
Over 42-80 L, incl 10.0 mm 6.4 mm 3.8 mm
Over 80-133 L, incl 13.0 mm 7.6 mm 5.1 mm
d. Prosedur Pengujian
1) Keringkan aggregate dengan oven sampai memiliki berat yang
tetap.Timbang berat wadah.
2) Masukkan contoh benda uji aggregate sebanyak 1/3 wadah lalu rojok 25
kali, 2/3 wadah lalu rojok 25 kali dan lapisan yang terakhir dirojok 25 kali.
3) Ratakan permukaan dengan mistar perata.
4) Timbang wadah dan aggregate didalamnya
5) Hitung berat isi padat dengan membagi antara berat aggregate dengan
volume aggregate
Catatan : untuk berat isi lepas ( gembur ) benda uji aggregate tidak
perludirojok.
e. Perhitungan

Berat Isi berat aggregat


Berat isi =
volume aggregat
Rongga pada Aggregate 100 x ( ( S x W )−M )
% Void =
(S x W )
Dimana :
M : berat isi aggregat
W : density air (998 kg/m3)
S : bulk specific grafity menurut
ASTM C 127 dan 128

I.4 Standard Test Methode For Organic Impurities In Fine


Aggregates(ASTM.C 40)W.01A/P.01/EN/RMX
a. Maksud dan Tujuan
Untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan
digunakan untuk campuran beton/mortar sebagai dasar penerimaan dengan
memperhatikan persyaratan dari ASTM. C 33.
b. Teori
Kotoran organik biasanya bercampur dengan agregat halus adalah berasal
dari penghancuran zat tumbuh - tumbuhan baik berupa humus maupun lumpur
organik. Zat organik yang dikandung oleh pasir dapat mempengaruhi proses
hidrasi semen/waktu pengerasan semen
c. Alat pengujian
 Botol gelas tidak berwarna dengan kapasitas ( 350 - 470 ml )
 Standar warna
 Larutan NaOH 3 %

BETON 8
d. Bahan
Sample fine aggregate yang diambil melalui proses ASTM.D75 dan melalui
proses ASTM.C 702 sebanyak ± 450 gram
e. Prosedur Pengetesan
1. Persiapan: Membuat larutan NaOH 3%

a. Menimbang air b. Menimbang NaOH c. Masukan NaOH

2. Kocok larutan NaOH 3 % + air dengan volume harus 2/3 kapasitas botol atau
200 ml
3. Sample pasir dimasukan kedalam botol sampai mencapai 1/3 tinggi botol atau
130 ml.
4. Tutup botol tersebut ,kocok kuat - kuat dan biarkan selama 24 jam.
5. Bandingakan warna cairan yang terlihat diatas pasir dengan warna standar.

f. Evaluasi
lebih tua dari warna standar masih dapat dilakukan pengujian dengan
methode ASTM.C 109 (pengujian mortar) Pasir dinyatakan mengandung zat
organik jika setelah 24 jam warnanya lebih tua dari warna standar (kuning).
Setelah pengujian mortar dapat disimpulkan apakah pasir dapat digunakan
atau tidak

I.5 Test Methode For Soundness Of Aggregates(ASTM C-88)


a. Maksud dan Tujuan

BETON 9
Pengujian ini adalah untuk mengetahui kekekalan atau daya tahan agregat
terhadap cuaca (panas dan dingin) disesuaikan dengan aplikasi penggunaan dan
sebagai dasar penerimaan sesuai ASTM C-33.
Aggregate halus :
 Dengan sodium/Natrium sulfat (Na2SO4), maks :10%
 Dengan magnesium sulfat (MgSO4), maks. :15%
Aggregate kasar :
 Dengan sodium/Natrium sulfat (Na2SO4), maks:12%
 Dengan magnesium sulfat (MgSO4), maks. :18%

b. Peralatan
1. Ayakan sesuai dengan persyaratan E-11 disesuaikan dengan ukuran
aggregate
No. 100 (150μm) 8 mm (3/16”)
9.5 mm (3/8”)
No. 50 (300μm) 12.5 mm (1/2”)
16 mm (5/8”)
No. 30 (600μm) 19 mm (3/4”)
25 mm (1”)
No. 16 (1.18 mm) 31.5 mm (1.25”)
No. 8 (2.36 mm) 37.5 mm (1.5”)
50 mm (2”)
No. 5 (4 mm) 63 mm (2.5”)
No. 8 (2.36 mm) 37.1.5 mm (1..5”)
2. Container yang dapat bersirkulasi dan mudah dikeringkan.
3. Timbangan dengan ketelitian 0.1 g / 0.1 %
4. Oven kap 110 ± 5° C
5. Hidrometer

c. Persyaratan Larutan
Digunakan 2 jenis larutan dalam pengujian untuk merendam sample yaitu
Sodium sulfat dan Magnesium sulfat.
 Volume larutan sodium sulfat atau magnesium sulfat harus 5 kali volume
semua sample yang direndam.
 Jika digunakan Larutan sodium sulfat yang terdiri dari 215 g sodium sulfat
bebas air atau 700 g sodium sulfat kristal dicampur dengan 1 lt air bersih
kemudian diaduk hingga larut dengan BJ: 1.151 – 1.174 dan digunakan
merendam sample pada suhu 21±1 ° C.
 Jika digunakan larutan magnesium sulfat yang terdiri dari 350 g magnesium
sulfat bebas air atau 1230 g kristal dan dicampur 1 lt air bersih kemudian
diaduk hingga larut dengan BJ: 1.295 - 1.308, dan digunakan merendam pada
suhu 21 ±1 ° C.
d. Ketentuan Sample
Ambil sample aggregate halus / kasar melalui ketentuan ASTM D-75 dan
melalui proses ASTM C-702.
1. Sample agregate halus
 Aggregate halus harus lolos ayakan 9.5 mm ( 3/8 in).

BETON 10
 Contoh yang diambil adalah contoh yang setelah pengujian analisa
saringan dan contoh yang tertahan dimasing-masing saringan tidak kurang
dari 5 % diambil masing-masing 100 gr.
Lolos Tertahan
No.30 No.50
No.16 No.30
No.8 No.16
No.4 No.8
3/8 in No.4

2. Sample aggregate kasar


Sample harus tertahan ayakan No.4
Contoh yang diambil adalah contoh yang setelah pengujian analisa saringan
dan contoh yang tertahan dimasing-masing saringan tidak kurang dari 5 %
diambil dengan ketentuan :
Ukuran Ayakan Berat (gr)
9.5 mm – 4.75 mm 300 ± 5

19 mm – 9.5 mm, terdiri dari: 1000± 10


12.5 mm -9.5 mm 330± 5
19 mm-12.5 670± 10

37.5 mm-19 mm, terdiri dari: 1500± 50


25 mm-19 mm 500± 30
37.5 mm – 25 mm 1000± 50

e. Prosedur
1. Contoh yang telah diambil sesuai ketentuan kemudian dicuci dan masing -
masing contoh dioven dengan suhu 110±5° C selama 24 jam hingga berat
konstan dan timbang.
2. Masukkan sample kedalam container dan rendam kedalam larutan ( 15 mm
dari permukaan larutan ) yang sudah disiapkan, selama 16 - 18 jam pada
temperatur 21±1°C
3. Ambil contoh dari perendaman dan keringkan didalam oven dengan suhu
110±5°C
4. Dinginkan sample pada suhu ruang dan sambil perhatikan butiran
aggregate tersebut.
5. Ulangi pekerjaan 2 &4 sebanyak 5 kali.
6. Setelah selesai 5 kali , cuci contoh dengan air bersih (untuk membebaskan
contoh dari sodium) sampai air pencuci tidak berwarna putih bila dipakai
Natrium/Barium Chlorida (BaCl2). Setelah selesai kemudian keringkan
dengan oven dengan suhu 110 ±5° C selama 24 jam.
7. Dinginkan contoh hingga berat konstan dan timbang berat masing - masing
contoh.
8. Untuk contoh > dari 20 mm akan diperiksa satu- persatu.

f. Perhitungan
Rumus:

BETON 11
% kehilangan berat contoh dari masing-masing ayakan =

berat contohsetelah diuji


|1− Berat contoh sebelum diuji
x 100|

% kehilangan berat pada agregat =

% berat contoh masing 2 ayakan x % kehilangan berat masing 2 ayakan


100

Contoh perhitungan:
95,8
% kehilangan berat contoh dari masing-masing ayakan = 1− | 100 |
x 100 = 4,2 %
26 x 4.2
% kehilangan berat pada agregat = = 1,1
100

g. Ilustrasi Hasil Test


Grading Asli Berat sampel Berat sampel % lolos ayakan %
Ukuran Ayakan
Sample % sebelum test (g) setelah test (g) setelah test kehilangan
no. 100 < 6 -
no. 50-no.100 11 -
no.30-no.50 26 100 95.8 4.2 1.1
no.16-no.30 25 100 95.2 4.8 1.2
no.8-no.16 17 100 92.0 8.0 1.4
no.4-no.8 11 100 88.8 11.2 1.2
3/8”- no.4 4 -
Total 100 4.9

I.6 Standard Test Method For Sieve Analysis Of


Aggregates(ASTM C 136)
a. Tujuan
 Menentukan pembagian (gradasi) aggregate dengan menggunakan saringan.
 Menentukan perbandingan aggregate halus dan kasar dalam campuran
beton.
 Untuk mencapai workability campuran beton

b. Ukuran Contoh
 Ukuran Contoh Lapangan
Contoh Sampel diambil dari stock pile sesuai proses ASTM.D 75
MAXIMUM UKURAN NOMINAL PERKIRAAN MINIMUM BERAT CONTOH
AGGREGATE (LB/KG)
Fine Aggregate
No.8 (2.36 mm) 25 (10)
No.4 (4.75 mm) 25 (10)
Coarse Aggtegate
3/8 inch (9.5 mm) 25 (10)
½ inch (12.5 mm) 35 (15)
¾ inch (19.0 mm) 55 (25)
1 inch (25 mm) 110 (50)
1.5 inch (37.5 mm) 165 (75)

BETON 12
2 inch (50 mm) 220 (100)
2.5 inch (63 mm) 275 (125)
3 inch (75 mm ) 330 (150)
3.5 inch (90 mm) 385 (175)
1 Lb (Libra) atau Pound = 0,45359 K

 Ukuran Contoh Test


Diperoleh melalui proses pengurangan sample sesuai ASTM.C 702
Ukuran Maximum Berat Minimum
Aggregate dgn lolos 85% ayakan no.4 (4.75 mm) dan tdk
500 gram
lebih 5% tertahan ayakan no.8 (2.36 mm)
Aggregat dgn lolos 95% ayakan no.8 (2.36 mm) 100 gram
3.5” 100.0 kg
3” 60.0 kg
2.5” 35.0 kg
2” 20.0 kg
1.5” 15.0 kg
1” 10.0 kg
¾” 5.0 kg
0.5” 2.0 kg
3/8” 1.0 kg

c. Peralatan yang digunakan


 Satu set ayakan sesuai ASTM .E 11
 Coarse Aggregate 3,5”.3”.2,5”.2”.1,5”.1”.3/4”.0,5”.3/8”
 Fine Agregat #4.#8.#16.#30.#50.#100.#200.Pan
 Timbangan dengan ketelitian 0.1 gr atau 0.1 % untuk agregat halus, dan 0.5
gr atau 0.1 % untuk agregat kasar
 Oven dengan pengatur suhu 110 ± 5º C
 Talam/Nampan
 Mesin Pengguncang ( sieve shaker )
 Sekop material

d. Prosedur Pengujian
1. Keringkan contoh yang didapat dari proses
pengurangan contoh sampai berat tetap
dan timbang sesuai ketentuan test
2. Susun Ayakan dari yang terbesar hingga
yang paling kecil sesuai dengan ketentuan
ASTM.C 33, dan pasang Pan pada urutan
paling bawah
3. Lakukan pengayakan contoh uji 1
menggunakan saringan dari yang terbesar
hingga yang terkecil secara berurutan baik
mengunakan mesin penguncang/manual,
jika digunakan manual ayak selama 1
menit untuk setiap ayakan dengan
ketinggian contoh satu ukuran contoh

BETON 13
terbesar untuk agregat kasar ,kecepatan 150 kali per menit, dengan posisi
ayakan miring dan jika digunakan mesin penguncang lama waktu
mengayak untuk 20 kg contoh atau lebih ,minimal selama 10 menit

4. Timbang contoh yang tertinggal pada setiap ayakan.

3 4

e. Perhitungan
1. Hitung prosentase tertahan tiap ayakan terhadap total contoh.
2. Hitung jumlah prosentase tertahan secara kumulatif terhadap ayakan
berikutnya dimulai dari yang terbesar sampai didapat jumlah kumulatif
tertahan 100 % untuk ayakan terkecil.
3. Hitung prosentase lolos ayakan dengan mengurangkan 100 terhadap
kumulatif tertahan tiap ayakan.
4. Untuk menghitung nilai Fine Modulus (FM=Indek yang dipakai untuk
mengukur kehalusan/kekasaran butir-butir agregat)
denganmenjumlahkan kumulatif tertahan tiap ayakan dibagi dengan 100.
5. Ploting nilai prosentase lolos tiap ayakan pada grafik spesifikasi
ASTM.C33.

f. Contoh form perhitungan

BETON 14
100

90

80
% CUM. PASSING

70

60

50

40

30

20

10 Gambar Grafik Sieve Analys


0
#100 #50 #30 #16 #8 #4 3/8” 3/4” 1.5“ 2“

SIEVE SIZE

Upper Limit Lower Limit Aggregate Grading

I.7 Test Methode For Materials Finer Than 75 µm ( No.200 ) Sieve


in Mineral Aggregates By Washing(ASTM C-
117)W.01D/P.01/EN/RMX
a. Maksud dan Tujuan

BETON 15
 Untuk menentukan jumlah bahan lolos ayakan no.200 (lebih kecil 75 µm)
dengan cara pencucian.
 Untuk menjamin material yang digunakan dalam campuran beton tidak
mengandung material lumpur (< 75 µm).

b. Teori
Jika suatu bahan lolos saringan No 200 yang menempel pada agregat akan
dapat menurunkan kuat tekan dan durabilitas beton.
 Dapat menyelimuti butiran semen sehingga proses hidrasi terganggu
 Kebutuhan air akan meningkat dan menimbulkan daya penyusutan beton
tinggi.
 Daya lekat pasta terhadap aggregat berkurang sehingga mempengaruhi
kekuatan beton.

c. Peralatan
1) Saringan No.16 dan No.200 sesuai ASTM E-11
2) Timbangan dengan ketelitian 0.1 gr/0.1 %
3) Container/wadah
4) Oven pemanas kapasitas 110 ± 5º C
5) Kompor
6) Kaca bening

d. Bahan
1. Sample aggregate diambil sesuai ASTM D-75 dan telah melalui proses
ASTM C-702.
2. Sample aggregate dalam kondisi kering oven dengan berat tetap dengan
ketentuan berat:
Ukuran Nominal Aggregate Berat Sampel min. (gr)
4.75 mm (no.4 ) atau < 300
9.5 mm (3/8 in) 1000
19 mm (3/4 in) 2500
37.5 mm (1.5 in) 5000

e. Prosedur Pengujian
1. Ambil sampel aggregat sesuai ASTM D-75 dan telah melalui proses ASTM
C-702
2. Keringkan sample dengan oven dengan suhu 110 ± 5 º C hingga berat
konstan atau dapat juga menggunakan kompor dengan plat kaca untuk
pengecekan.
3. Timbang benda uji sesuai ketentuan diatas ( A ) dan catat.
4. Masukkan sample uji kedalam wadah dan isi air pencuci secukupnya hingga
sample terendam.
5. Aduk - aduk sample dalam wadah dan tuangkan air pencucian diatas ayakan
No.16 dan No.200, usahakan yang kasar tidak ikut tertuang.
6. Masukkan air pencuci baru dan ulangi pekerjaan 4 dan 5 hingga air cucian
jernih

BETON 16
7. Kembalikan sample tertahan ayakan No. 16 dan No. 200 kedalam wadah
dan keringkan dengan oven pada suhu 110 ± 5 º C hingga berat tetap
8. Timbang sample yang telah kering ( B ) dan catat.

Gambar Ilustrasi Pengujian

f. Perhitungan
Hitung material lolos ayakan No. 200 dengan rumus
A−B
x 100
A
Dimana:
A = Sample sebelum dicuci
B = Sample setelah dicuci
Laporkan dengan Ketelitian 0,1%

g. Ketelitian
Pengujian dianggap teliti jika ketentuan berikut terpenuhi (%):
Jenis Agregat Stan.dev Selisih 2 hasil uji
Aggregate kasar
Satu operator 0.10 0.28
2 laboratorium 0.22 0.62
Aggregate halus
Satu operator 0.15 0.43
2 laboratorium 0.29 0.82

BETON 17
I.8 Standart Test Method For Specific Grafity And Absorption Of
Coarse Aggregate (ASTM. C 127)W.01C/P.01/EN/RMX
a. Tujuan
 Menentukan berat jenis bulk, berat jenis jenuh kering permukaan
(SSD),Berat Jenis semu (Apparent) dan Penyerapan Aggregate.
 Untuk menghitung volume aggregate dalam campuran beton.

b. Definisi
Berat jenis Kering oven Perbandingan berat aggregat kondisi kering oven (di
(Bulk Specific Gravity) udara) dengan berat air suling yang isinya sama dengan
isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu
Berat jenis jenuh kering Perbandingan berat aggregat kondisi jenuh kering
permukaan permukaan ( di udara ) dengan berat air suling yang
(saturated surface dry) isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu tertentu
Berat Jenis Semu Perbandingan berat aggregat kondisi jenuh kering
(Apparent Specific diudara dengan berat air suling yang isinya sama
Gravity) dengan isi agregat dalam keadaaan jenuh pada suhu
tertentu
Penyerapan (Absorption) Prosentase berat air yang berada pada setiap pori
terhadap berat agregat kering

c. Peralatan test
1) Timbangan kapasitas 5 kg atau lebih dengan ketelitian 0.5 gram atau 0.1%
2) Keranjang kawat dengan ukuran 3.35 mm (No.6) dgn kapasitas 5 kg, untuk
maksimum size 1,5”
3) Bak air dengan pipa buangan ( over flow ).
4) Oven kapasitas suhu min 110 ± 5º C atau Kompor.
5) Plat kaca
6) Saringan No 4 (4,75 mm)
7) Handuk/Lap kain.

d. Jumlah Contoh
Nominal max size, mm Nominal max size, Inchi Berat sample, kg
12 0.5 2
19 ¾ 3
25 1 4
37.5 1.5 5
50 2 8
63 2.5 12

e. Prosedur
1) Siapkan contoh yang tertahan saringan No.4 kurang lebih 5 Kg.
2) Cuci sampel dan keringkan dalam oven 24 jam pada suhu 110 ± 5º C.
3) Dinginkan Selama 2 jam lalu rendam air sampai dengan 24 ± 4 jam

BETON 18
4) Buang air lalu tumpahkan diatas kain yang menyerap air, aggregate yang
besar dilap dgn kain untuk memperoleh kering permukaan (SSD)
5) Timbang agregate yang telah kering permukaan (A) di udara.
6) Masukan keranjang kedalam air dan setting timbangan dalam posisi nol.
7) Lalu aggregate dimasukan kedalam keranjang kawat yang dicelupkan
kedalam container berisi air.
8) Goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap.
9) Timbang berat aggregate dalam air (B).
10) Keringkan aggregate dalam oven, atau keringkan dengan menggunakan
kompor (gunakan plat kaca untuk pengecekan)
11) Dinginkan aggregate, kemudian timbang berat kering (C).

Ilustrasi Pengujian

f. Perhitungan :
Bulk Specific Gravity ( SSD ) = A / (A-B)
Bulk Specific Gravity = C / (A-B)
Apparent Specific Gravity = C / (C-B)
Absorption/penyerapan = (A – C) / C x 100 %

Catatan :Jika selisih antara pengetesan pertama & pengetesan kedua lebih besar
dari yang di syaratkan maka harus dilaksanakan sekali lagi.

g. Ketelitian dan Penyimpangan Satu operator


Pengujian dianggap teliti jika ketentuan berikut terpenuhi:
Standar Batasan yang dapat diterima untuk
Ketepatan 1 operator
deviasi selisih dua hasil test
Bulk Specific Grafity (SSD) 0,007 0.02
Bulk Specific Grafity (Dry) 0,009 0,025
Apparent SG 0,007 0.02
Absorption 0,088 0.23

BETON 19
h. Ketelitian dan Penyimpangan Beda laboratorium
Pengujian diangap teliti jika ketentuan berikut terpenuhi:
Standar Batasan yang dapat diterima untuk
Ketepatan lain laboratorium
deviasi selisih dua hasil test
Bulk Specific Grafity (SSD) 0,011 0.032
Bulk Specific Grafity (Dry) 0,013 0,038
Apparent SG 0,011 0.032
Absorption 0,145 0.41

I.9 Standar Test Method For Specific Grafity And Absorption Of


Fine Aggregate (ASTM C 128)W.01B/P.01/EN/RMX
a. Tujuan
 Menentukan berat jenis bulk, berat jenis jenuh
keringpermukan(SSD),Berat Jenis semu (Apparent) dan Penyerapan
Agregat
 Untuk menghitung volume agregat dalam campuran beton

b. Definisi
Berat jenis Kering oven (SG Perbandingan berat aggregat kondisi kering oven
Oven Dry) dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu
Berat jenis jenuh kering Perbandingan berat aggregat kondisi jenuh kering
permukaan (saturated permukaan ( di udara ) dengan berat air suling yang
surface dry) isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu tertentu
Berat Jenis Semu (Apparent Perbandingan berat aggregat kondisi jenuh kering
Specific Gravity) diudara dengan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaaan jenuh pada suhu
tertentu
Penyerapan (Absorption ) Prosentase berat air yang berada pada setiap pori
terhadap berat agregat kering

c. Peralatan test
 Timbangan kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0.1 gram
 Piknometer dengan kapasitas 500 ml
 Kerucut terpancung ( cone ), Ǿ atas 40 mm, Ǿ bawah 90 mm, tinggi 75
mm, dan penumbuk (tamper) dengan berat 340 gram, diameter penumbuk
25 mm.
 Saringan No. 4
 Oven kapasitas suhu min 105 º C/Kompor.
 Plat kaca

d. Prosedur
1. Siapkan contoh yg lolos saringan No.4 kurang lebih 1 Kg yang diperoleh
dari prosedur pengurangan sample, keringkan dengan oven dengan suhu
110 ± 5º C, dan Rendam dalam air selama 24 ± 4 jam

BETON 20
2. Keluarkan contoh dari air dan tebarkan pada permukaan yang rata diatas
talam ( Nampan ) sambil diaduk - aduk pada udara terbuka dengan panas
matahari , sehingga terjadi proses pengeringan yg merata sampai kondisi
SSD.

3. Lakukan pengujian kondisi SSD dengan


memasukan contoh ke dalam kerucut dengan
dibagi 3 lapis bagian, pertama dipadatkan
dengan penumbuk sebanyak 8 kali, kedua
dipadatkan dengan penumbuk sebanyak 8
kali, ke tiga sebanyak 9 kali, dengan tinggi
jatuh penumbuk 5 mm diatas permukaan
contoh.
4. Bersihkan sekitar kerucut dari butiran yg
tercecer, dan Angkat kerucut dalam arah
vertikal perlahan – lahan dan lihat kondisi
contoh, lakukan bertahap sampai
mendapatkan kondisi SSD seperti bentuk
sekrup.
5. Timbang agegate yg telah kering permukaan kondisi SSD minimum 500
gram. ( A )
6. Ambil Flask dan Timbang
7. Isi Flask dengan air sampai garis batas dan timbang untuk mengetahui
volume botol (C)

8. Buang air di flask dan sisakan ± 50% nya, lalu masukkan contoh pasir
yang telah ditimbang kedalam flask yang telah disisakan airnya.

BETON 21
9. Isi air kembali sampai garis batas flask sambil diputar-putar dalam posisi
miring agar udara yang tersekap keluar, kemudian timbang (D)

10. Keluarkan pasir


11. kemudian keringkan dengan suhu oven 110 ± 5º C sampai kering
sempurna (bila pakai kompor cek dengan plat kaca)
12. kemudian timbang (E)

13. Perhitungan :
Bulk Specific Gravity ( SSD) = A / (A +C – D)
Specific Gravity Oven Dry = E / (A + C – D)
Apparent Specific Gravity = E/(E+C-D)
Absorption/penyerapan = (A-E)/Ex100 %
Catatan :Jika selisih antara pengetesan pertama & pengetesan kedua lebih besar
dari yang di syaratkan maka harus dilaksanakan sekali lagi.

e. Ketelitian dan Penyimpangan


 Untuk Satu operator
Pengujian diangap teliti jika ketentuan berikut terpenuhi:
Standar Batasan yang dapat diterima untuk
Ketepatan 1 operator
deviasi selisih dua hasil test
Bulk Specific Grafity (SSD) 0,0095 0.027
Bulk Specific Grafity (Dry) 0,011 0,032
Apparent SG 0,0095 0.027
Absorption 0,11 0.31

 Untuk Beda laboratorium


Pengujian diangap teliti jika ketentuan berikut terpenuhi:
Standar Batasan yang dapat diterima untuk
Ketepatan lain laboratorium
deviasi selisih dua hasil test
Bulk Specific Grafity (SSD) 0,020 0.056
Bulk Specific Grafity (Dry) 0,023 0,066
Apparent SG 0,020 0.056
Absorption 0,23 0.66

BETON 22
I.10 Test Methode For Resistance To Degradation Of Small
Size Coarse Aggregate By Abrasion And Impact in The Los
Angeles Machine(ASTM C 131)
a. Maksud dan Tujuan
Pengujian ini adalah untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap
benturan (keausan) atau gesekan, sebagai dasar penerimaan dan disesuaikan
dengan persyaratan ASTM C-33, maksimum 50%.

b. Peralatan
 1 Set Mesin Los Angeles
 Bola Baja dengan diameter 4.75 cm dan berat 445 gram/bh
 Ayakan sesuai ASTM E-11
 Timbangan dengan keakurasian 0.1 g atau 0.1 %.
Ketentuan Penggunaan Bola Baja
Type Grading Jumlah Bola Berat Bola (g)
A 12 5000 ± 25
B 11 4584 ± 25
C 8 3330 ± 20
D 6 2500 ± 15

c. Ketentuan Sample
 Sample diambil sesuai ASTM D-75 dan telah melalui proses ASTM C-702
 Benda uji terlebih dahulu diayak sesuai dengan ayakan yang sudah
ditentukan, setelah diayak contoh dicuci sampai bersih dan dimasukan
kedalam oven selama 24 jam dengan temperatur 110±5ºC

d. Ketentuan berat sample


Lolos Tertahan Gading Grading Grading Grading
ayakan ayakan Type A Type B Type C Type D
37.5 mm 25 mm 1250±25
25 mm 19 mm 1250±25
19 mm 12.5 mm 1250±25 2500±10
12.5 mm 9.5 mm 1250±25 2500±10
9.5 mm 6.3 mm 2500±10
6.3 mm 4.75 mm 2500±10
4.75 mm 2.36 mm 5000±10
Total 5000±10 5000±10 5000±10 5000±10

e. Prosedur Pengujian
1) Masukan contoh dan bola baja kedalam mesin Los Angeles sesuai dengan
jenis gradasi yang akan diuji dan banyaknya bola besi, kemudian tutup.
2) Jalankan mesin sebanyak 500 putaran, dengan kecepatan 30-33 rpm.
3) Keluarkan contoh dari mesin dan cuci diatas ayakan 1.7 mm (No.12),
kemudian keringkan dengan oven selama 24 jam dengan suhu 110 ºC.
4) Keluarkan contoh dari oven dinginkan hingga berat tetap dan timbang.

f. Perhitungan

BETON 23
A−B
Keausan = x 100 %
A
Dimana :
A = Berat sampel sebelum diuji
B = Berat sampel setelah diuji
Laporkan dengan ketelitian 0.1%

Contoh Perhitungan :
Sieve Size (mm) Berat Aggregate (gr) Hasil
Lolos ayakan Tertahan ayakan Grading-B Grading-B
37.5 mm(1 ½ in) 25.4 mm (1.0 in)
25.4 mm (1.0 in) 19.0 mm (3/4 in)
19.0 mm (3/4 in) 12.5 mm (1/2 in)
2500 2500
12.5 mm (1/2 in) 9.5 mm (3/8 in)
2500 2500
9.5 mm (3/8 in) 6.3 mm (1/4 in)
6.3 mm (1/4 in) 4.75 mm (no.4)
4.75 mm (no.4) 2.36 mm (no.8)
Berat total sampel sebelum di test (A) 5000 5000
Berat sampel yang tertahan ayakan no.12
4028 4027
setelah di tes
A−B
Keausan = x 100 (%) 19.44 19.46
Rata-rata =
A 19.45

I.11 Test Clay Lumps And Friable Particles In


Aggregates(ASTM C 142)
a. Maksud dan Tujuan
Untuk menentukan kandungan gumpalan tanah liat dan partikel ringan pada
aggregate sebagai dasar penerimaan material. Menurut ASTM C 33 untuk fine
aggregate sebesar maksimal 3% dan coarse aggregate sebesar 2% dari berat
kering.

b. Peralatan yang diperlukan


 Timbangan dengan ketelitian 0.1% dari berat sample dalam skala
penggunaan timbangan yang dipakai.
 Container /wadah kedap air dan memungkinkan penyebaran aggregate
menjadi lapisan yang tipis.
 Ayakan No 16 dan No 200 (ASTM E-11)
 Oven berkapasitas 110 + 50 C.

c. Sample Aggregate harus memenuhi kriteria sbb :


 Sample sudah melalui proses ASTM C-117 yang sebelumnya telah melalui
ASTM D-75 dan ASTM C-702.
 Aggregate dalam kondisi kering (memiliki berat yang tetap pada suhu 110 +
50 C).
 Fine aggregate memiliki butiran kasar (tertahan ayakan No 16) minimal 25
gram.
 Ukuran dan berat minimal untuk coarse aggregate:
(No 4 - 3/8 in) sebesar 1000 gram
(3/8 - 3/4 in) sebesar 2000 gram
(3/4 - 1 1/2 in) sebesar 3000 gram

BETON 24
diatas 1 1/2 in sebesar 5000 gram.
 Pada kondisi ini yang membedakan antara aggregate kasar dan halus adalah
ayakan No 4, dimana pada masing-masing sample harus memenuhi kriteria
diatas.

d. Prosedur Pengujian
1) Timbang sample dan sebarkan menjadi lapisan yang tipis pada dasar
container, rendam dengan air selama 24 + 4 jam.
2) Remas aggregat secara individual, remas dengan ibu jari dan telunjuk untuk
memecah partikel menjadi lebih kecil, jangan membenturkan antar partikel
untuk memecahkannya.
3) Ayaklah pada kondisi basah berdasarkan ukuran butir untuk memisahkan
kandungan lempung dan partikel ringannya. (Fine aggregate tertahan ayakan
No. 16 dengan ayakan No. 20, tertahan No. 4 - 3/8 dengan ayakan No. 8,
tertahan N.o 3/8 - 3/4 dengan ayakan No. 4, tertahan No. 3/4 - 1 1/2
dengan ayakan No. 4, diatas 1 1/2 dengan ayakan No. 4).
4) Setelah terpisah keringkan sampel pada suhu 110 + 50 C, dan mencapai berat
yang tetap pada kondisi tersebut.
5) 5. Semua partikel yang dapat dipecahkan dan dipisahkan dengan ayakan
pada kondisi basah dikategorikan lempung dan partikel ringan.

e. Perhitungan Kandungan Lempung dan Partikel Ringan


 Kandungan lempung adalah berat yang hilang setelah direndam dan dicuci
pada masing- masing ayakan terhadap berat semula (dalam persen dikalikan
100). Clay Lumps = [
(A−B)
A ]
x 100 %
 Untuk coarse aggregate kandungan lempung adalah rata-rata dari tiap fraksi
ayakan (perhatikan batasan aggregate kasar dan halus, ayakan No. 4).

I.12 Standard Test Method For Total Moisture Content


a. Maksud dan Tujuan
 Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang ada pada
aggregate yang akan dipergunakan supaya tidak terjadi kelebihan
kandungan air dalam perencanaan campuran beton.
 Untuk mendapatkan campuran beton dengan nilai kekentalan (slump) yang
tepat, w/c sesuai, rencana dan volume yang tepat.
b. Acuan
 AASTHO (The American Association of State Highwai and Transpotation
Officials)
 ASTM (American Society Test and Materials) C.566-89 mengenai
Standard Test Method for Total Moisture Content of Aggregate by Drying.
 ASTM C.70-94 mengenai Standard Test Method for Surface Moisture in
Fine Aggregate.
 ASTM D 75-89 mengenai Practise for Sampling Aggregate.

c. Ketentuan Umum

BETON 25
 Aggregate yang akan ditest harus diambil dari skat/stock material yang akan
dipergunakan produksi.
 Alat Speedy Moisture Tester hanya digunakan untuk pengetesan kadar air
pada fine aggregate (pasir).
 Spiritus hanya digunakan untuk kadar air coarse aggregate.
 Semua alat ukur harus terkalibrasi dengan baik.
 Sample yang merupakan hasil dari penggabungan beberapa pengambilan di
beberapa bagian pada tempat material,dimana sample ini mewakili semua
sample yang ada.
 Berat aggregat yang ditest adalah sebagai berikut
Maximum Size Berat min. Contoh
Mm Inch kg
4.75 0.187 0.5
9.5 3/8 1.5
12.5 0.5 2
19 ¾ 3
25 1 4
37.5 1.5 6
50 22 8
63 2.5 10
75 3 13
90 3.5 16
100 4 25
150 6 50
I.12.1 Pengetesan Kadar Air Aggregate Dengan Menggunakan
Pemanas/Pengering (ASTM C 566)W.02A/P.01/EN/RMX
Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan diperlukan sebagai berikut:
1) Timbangan dengan ketelitian 0.1% dari berat yang ditimbang.
2) Alat pemanas (kompor).
3) Cawan
4) Aggregate yang diambil langsung dari stock / skat yang akan digunakan
sebagai produksi beton sesuai kebutuhan.
5) Timbang cawan yang akan dipergunakan dan catat beratnya.
6) Ambil Aggregate (fine/coarse) sesuai dengan ketentuan (sesuai dengan
maximum sizenya) dan timbang dalam cawan catat berat aggregate+cawan.
7) Nyalakan alat pemanas (kompor) dan panaskan aggregate dalam cawan.
8) Aduk aggregate (fine/coarse) agar panas merata.
9) Gunakan kaca bening dan letakan diatas aggregate yang dipanaskan,apabila
uap yang mengenai kaca tidak mengandung air (embun) maka aggregate
tersebut telah kering.
10) Dinginkan aggregate sampai berat tetap,timbang aggregate +cawan dan catat
beratnya.
11) Hitung kandungan air dalam aggregate tersebut dengan rumus :
P=[ (A−B)
B ] x 100 %
Dimana:
P = kadar air aggregate
A = berat aggregate sebelum dikeringkan (gram)
B = berat aggregate setelah dikeringkan (gram)

BETON 26
I.12.2 Pengetesan Kadar Air , Fine Aggregate Dengan Gelas Ukur (ASTM
C 70)
Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan sebagai berikut:
1) Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram dengan kapasitas 2000 gram.
2) Gelas ukur dengan sekala pembacaan 0.5 ml.
3) Fine aggregate yang diambil langsung dari stock/skat yang akan
dipergunakan sebagai produksi beton sesuai dengan kebutuhan.
4) Timbang fine aggregate dan catat hasilnya.
5) Catat berat jenis SSD (Saturated Surface Dry) aggregate dan penyerapan fine
aggregate tersebut.
6) Isikan air ke dalam gelas ukur ( +/- 2 kali volume fine aggregate yang
ditimbang ) dan catat volume air dalam gelas ukur tersebut (V1).
7) Masukkan fine aggregate yang telah ditimbang tadi ke dalam gelas ukur yang
telah berisi air dan keluarkan udara yang terjebak di dalam fine aggregate
dengan cara memutar gelas ukur pada posisi miring.
8) Kembalikan gelas ukur pada posisi tegak lurus dan baca volume air dan fine
aggregate pada skala gelas ukur dan catat (V2).
9) Hitung kandungan air permukaan fine aggregate tersebut dengan rumus :
Pp =¿x 100 %

 kadar air total fine aggregate :


g
P = Pp x(1 + [ ]100
¿xP
Keterangan:
P : kadar air fine aggregate (%).
Pp: kadar air permukaan fine aggregate (%).
a : berat fine aggregate/contoh (gram).
b : berat jenis SSD fine aggregate.
c : volume air/pembacaan skala V1 (ml).
d : volume air + fine aggregate/pembacaan skala V2 (ml).
g : penyerapan fine aggregate (%).

BETON 27
II. PENGUJIAN BETON SEGAR

II.1 Standard Practice For Sampling Freshly Mixed Concrete


(ASTM C 172)
a. Maksud dan Tujuan
 Sebagai acuan dalam mengambil contoh beton segar.
 Untuk mendapatkan contoh beton segar yang mewakili.
 Untuk keperluan :
1. Test slump
2. Test yield
3. Test temperatur beton
4. Test kadar udara dalam beton
5. Pembuatan benda uji beton
b. Peralatan
 Saringan sesuai ukuran standar
 Sendok beton
 Wadah :
 Kedap air
 Tidak bocor
 Kokoh
 Tidak reaktif dengan semen/kimia
 Bisa menampung sesuai ketentuan

c. Urutan Pelaksanaan
 Pengambilan contoh dari truck mixer :
1) Ambil dua atau lebih sampel beton yg mempunyai interval tertentu pada
pertengahan penuangan.
2) Ulangi melalui seluruh aliran penuangan.
3) Angkut sampel ke tempat pengetesan.
4) Aduk kembali untuk mendapatkan sampel campuran yang homogen.
5) Dapatkan campuran dlm interval 15 menit.
6) Jumlah minimum sampel disarankan untuk tes kekuatan adalah 28 liter.
7) Pengetesan slump dan kadar udara selama kurang dari 5 mnt.
8) Pembuatan benda uji harus dilaksanakan paling lama 15 mnt setelah
contoh didapatkan.
9) Contoh benda uji harus dilindungi dari sinar matahari, angin, dan pengaruh
lain.
 Pengambilan contoh dari pengaduk stasioner :
1) Selama pengeluaran ambil contoh 2 kali atau lebih dengan interval sama,
jangan dilakukan pada bagian awal dan bagian akhir.

BETON 28
2) Waktu pengambilan contoh sesuai bagian A diatas, dan aduk hingga
homogen.
3) Bila pengeluaran terlalu cepat, pengambilan contoh menggunakan wadah
yang cukup.
4) Selama pengambilan hindari segregasi.

d. Skema Sampling

II.2 Standard Test Method For Temperature Of Freshly Mixed


Portland Cement Concrete(ASTM C 1064)
a. Teori
Temperatur beton adalah salah satu faktor yang sangat penting
mempengaruhi kualitas, waktu pengikatan, kekuatan dari beton.
Beton dengan temperatur awal tinggi akan mempunyai kekuatan awal
tinggi dibanding beton normal dan lebih rendah dari beton normal pada kekuatan
akhir.

b. Alat dan Bahan


1) Container (terbuat dari bahan yg tidak menyerap air , dan terbuat dari
baja).
2) Gerobak dorong.
3) Alat pengukur temperatur (ketelitian 0.5o C dan skala -18o C s/d 49oC).
4) Sample beton segar sesuai ASTM C-172.

c. Prosedur
1) Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2) Ambil sample dari truck mixer dengan gerobak dorong.
3) Sample diaduk hingga merata.
4) Masukkan sample ke dalam container sampai penuh.
5) Masukkan termometer ke dlm sample sedalam minimal 75 mm dan tekan -
tekan beton disekelilingnya.
6) Biarkan selama minimal 2 menit atau sampai didapatkan temperatur yg
konstan.
7) Pengetesan temperatur beton segar harus dilakukan tidak lebih 5 menit
setelah beton dituang dari Truck Mixer.

BETON 29
II.3 Standart Test Method For Unit Weight, Yield (ASTM C
138)W.02B/P.01/EN/RMX
a. Teori
 Yield adalah perbandingan berat terhadap volume
 Test Yield dimaksudkan untuk mengontrol hasil produksi (alatnya),
apakah sesuai atau tidak
 Dengan test yield akan diketahui kesesuaian jumlah komponen material
dengan rencananya
 Untuk mengontrol keakurasian proses penimbangan dan mutu beton segar

b. Alat dan Bahan


 Container (terbuat dari bahan yg tidak menyerap air , dan terbuat dari
baja)
 Gerobak dorong
 Tongkat pemadat dari besi (dia. 16 mm, panjang 60 cm), ujungnya
berbentuk bulatpeluru
 Palu karet (berat 0.57 kg ± 0.23 kg)
 Sendok beton
 Alat perata
 Timbangan
 Sample beton segar sesuai ASTM C. 172

c. Prosedur
1) Timbang berat Container kosong
2) Masukkan beton segar kedalam container dalam tiga lapis dengan volume
sama
3) Rojok setiap lapisan sebanyak 25 kali
4) Setiap lapisan dipukul - pukul 10 - 15 kali
5) Setelah penuh, ambil kelebihan beton dan diratakan
6) Timbang berat beton dalam container
7) Hitung volume Container

d. Contoh Soal
Komposisi Material diketahui:
Semen : 376 kg > Vol. container 7 ltr
Pasir : 811 kg > Berat container 3 kg
Split : 982 kg > Berat beton + cont. 19.7 kg
Air : 199 kg +
Berat beton 2368 kg

HITUNG YIELD?

Jawaban:
Berat beton rencana : 2368 kg/m3
Vol. container : 0.007 m3

BETON 30
Beton dlm container : 19.7 – 3 = 16.7 kg
16.7
Berat beton realisasi : = 2385.7 kg/m3
0.007
Yield : berat beton rencana/berat beton realisasi
2368
: = 0.9925
2385.7
Catatan :batas yield adalah 1±0.007 m3

II.4 Standart Test Method For Slump Of Hydraulic Cement


Concrete (ASTM C 143)W.02C/P.01/EN/RMX
a. Maksud dan Tujuan
 Untuk menentukan konsistensi dari campuran beton
 Mengukur nilai slump adukan beton segar sehingga di ketahui kemudahan
untuk mengerjakan (workability)

b. Alat Yang Digunakan


1. Corong Slump - terbuat dari plat berbentuk kerucut diameter bawah 8 in
(203 mm) diameter atas 4 in (102 mm) dan tinggi 12 in (305 mm) tebal
0.045 in (1.14 mm)
2. Batang pemadat - terbuat dari baja dg panjang 600 mm diameter 16 mm
3. Plat alas
4. Mistar pengukul/meteran
5. Sekop/sendok semen

c. Prosedur
1) Basahi Cetakan dan pelat alas (agar hasil sempurna dan untuk menghindari
gesekan dengan dinding corong slump yang kering dan agar permukaan
corong dan alat tidak menyerap air semen).
2) Ambil adukan beton segar (perlu diperhatikan jangan
sampai terjadi segregasi dan bleeding saat pengambilan
beton segar).
3) Letakan Corong slump di atas plat alas. Papan
slump/alas harus bersih, stabil (tidak mudah
bergeser),tidak berdebu, dan tidak miring.
4) Masukan adukan beton ke corong dalam3 lapisan dg
volume pertama sedalam 2-5/8 in (67 mm), kedua sedlm
6-1/6 in (155 mm), ketiga hanya menutupi atas cetakan.
5) Rojok setiap lapis dg batang pemadat sebanyak 25 kali secara merata
6) Rojok lapisan kedua dan ketiga sampai mengenai lapisan bawahnya kira-
kira 25 m

BETON 31
Lapis I Lapis II Lapis III

Cara Perojokan Tiap Lapis


7) Ratakan permukaan atasnya dengan batang pemadat,
bersihkan papan slump di sekitar cone. Tekan
pegangan cone ke bawah, dan lepaskan pijakan.
8) Angkat Cetakan dengan posisi vertikal dlm waktu 5
+/- 2 detik, perhatikan Jangan sampai sampel
bergerak/bergeser.
9) Balikkan cone, tempatkan di samping sampel, dan
letakkan batang besi di atas cone yang terbalik tersebut.
10) Ukur penurunan yg terjadi (selisih antara tinggi awal dg tinggi akhir).
Ukur slump beberapa titik, dan catat rata-ratanya.

II.5 Pembuatan Dan Perawatan Benda Uji Di Lapangan (ASTM C


31)
a. Maksud dan Tujuan
 Untuk memberikan panduan tentang prosedur pembuatan, perawatan dan
perlindungan dalam tranportasi benda uji dilapangan.
 Hasilnya digunakan untuk pengecekan kecukupan dari proporsi campuran
untuk kuat tekan/kuat lentur beton, sebagai dasar untuk keamanan dan
evaluasi pekerjaan struktur dan sebagai dasar penentu waktu sebuah struktur
boleh menerima beban hidup.

b. Peralatan
1) Cetakan, bisa berupa silinder,
kubus, atau cetakan balok, sebelum
dipakai diberi lapisan tipis dengan
oli.
2) Rojokan, baja polos diameter 16
mm dengan panjang 600 mm yang
ujungnya berbentuk bulat peluru.

BETON 32
3) Vibrator, internal dengan frekuensi minimal 7000 getaran per menit (ǿ19 -
38 mm), eksternal (berbentuk meja/papan) minimal 3600 getaran per detik.
4) Palu karet dengan berat 0,57+ 0,23 kg.
5) Alat Slump, mengacu pada ASTM C 143.
6) Nampan dari baja keras yang tidak menyerap air, dengan kapasitas yang
cukup untuk pencampuran seluruh sampel.
7) Alat pengukur kadar udara, mengacu pada ASTM C 173 (volumetric) atau
ASTM C 231 (pressure).

c. Spesimen Uji Tekan


Biasanya dipakai ukuran standar :
 Silinder dengan diameter 152 mm (6 inch) dan tinggi 305 mm (12 inch),
kondisi ini untuk matrial yang butiran maksimalnya < 50 mm. Silinder yang
lebih kecil dari 6 x 12 inch tidak boleh dibuat di lapangan.
 Kubus ukuran sisi-sisinya 15x15x15 cm

d. Spesimen Uji Lentur


Spesimen berbentuk balok dengan tinggi minimal 50mm, rasio dari lebar
dan tinggi tidak lebih dari 1,5. Diagonal melintang sebesar 152 x 152 mm
(minimum panjang 500 mm).Kondisi ini hanya untuk matrial yang maksimal
butirannya sebesar <50 mm.

e. Penamaan Benda Uji

f. Perhatian dalam pembuatan benda uji


 Dilakukan pengukuran slump pada saat pembuatan benda uji.
 Setelah dilakukan pengetesan kadar udara, menurut ASTM C 231, beton
yang gunakan untuk pengetesan kadar udara tidak boleh dibuat untuk benda
uji.
 Penentuan temperature menurut ASTM C 1064.

g. Posisi Cetakan
Ditempatkan pada daerah yang bebas dari getaran, pada permukaan yang
datar, dan kaku serta sedekat mungkin dengan lokasi dimana benda uji akan
disimpan untuk sementara waktu.

h. Penuangan Beton

BETON 33
Penuangan dilakukan dengan bantuan sekop atau cetok, dimana sebisa
mungkin dihindari terjadinya segregasi.Sesuai ASTM C-172.

i. Jumlah Lapisan Benda Uji


Pemadatan benda Uji berdasarkan slump, ukuran dan tipe benda uji.
Type ukuran benda uji inch (mm) Jumlah rojokan tiap lapis
Silinder
Ø 6 (152) 25
Ø 8 (200) 50
Ø 10 (350) 75
Beam 1 rojokan untuk tiap 2 in² (13cm²)
permukaan beton
Kubus
6 (150) 18
8 (200) 32

j. Jumlah Lapisan
Jenis benda Tinggi (mm) Cara pemadatan Jumlah lapisan Tebal lapisan
uji
<300 Ditusuk 3 100
>300 Ditusuk Sesuai yang 100
Silinder dibutuhkan
<400 Digetar 2 200
>400 Digetar 3 atau lebih 200
Prisma <200 Ditusuk 2 100
>200 Ditusuk 3 atau lebih 100
<200 Digetar 1 200
>200 Digetar 2 atau lebih 100

k. Metode Pemadatan Berdasarkan Kondisi Slump


Slump Inch atau cm Metode
<1 atau <2.5 Getaran
1 s/d 3 atau 2.5 s/d 7.5 Getaran atau Rojokan
>3 atau >7.5 Rojokan

l. Rojokan
1) Untuk silinder jumlah dan ketentuan mengikuti tabel diatas.
2) Apabila dengan rojokan, tusukan pada lapis pertama tidak boleh menyentuh
dasar cetakan dan pada lapis berikutnya tusukan sampai menembus lapis
sebelumnya sedalam 25 mm.
3) Balok, satu rojokan untuk area seluas 13 cm 2, setelah itu pukul dengan palu
karet 10 - 15 kali pada tiap lapisan, untuk mengeluarkan gelembung udara
yang terjebak.
4) Proses pemukulan ini juga dilakukan pada benda uji silinder.

m. Vibrator
1) Lamanya tergantung dari workabilitas beton dan keefektifan vibrator.
2) Dianggap cukup setelah permukaan beton terlihat rata.

BETON 34
3) Vibrator internal, rasio diameternya tidak lebih besar dari 1/4 diameter
cetakan silinder, untuk balok, elemen penggetar tidak lebih dari 1/3 lebar
cetakan.
4) Saat dilakukan penggetaran dengan vibrator eksternal (berbentuk
meja/papan) dipastikan dulu bahwa cetakan sudah kaku dan kuat menahan
getaran.

n. Finnishing
 Silinder, setelah dilakukan pemadatan lakukan perataan permukaan beton
dengan menggunakan batang rojokan atau perata.
 Balok, setelah pemadatan ratakan permukaan diatasnya dengan tongkat atau
cetok perata lainnya.

o. Curring
 Setelah finishing, lindungi sisi luar permukaan benda uji dgn plastik tembus,
karung basah, atau lapisan lain untuk memperlambat penguapan
atauberkurangnya kadar air dari specimen.
 Untuk curing awal sebaiknya specimen disimpan pada suhu 16–27 oC selama
24 + 8 jam.
 Selanjutnya specimen dirawat dalam air.
 Perlakukan benda uji sebisa mungkin mendekati kondisi lingkungan
pekerjaan struktur di lapangan.
 Perlakuan ini sebagai dasar untuk menentukan kapan struktur dapat
menerima beban.

p. Pengangkutan Spesimen ke Laboratorium


Selama pengangkutan spesimen diberikan bantalan untuk mencegah
kerusakan dari goncangan, dari temperatur dingin, dan kehilangan kadar air,
transportasi tidak lebih dari 4 jam.

II.6 Standard Tes Method For Time Of Setting Of Concrete


Mixtures By Penetration Resistance(ASTM C 403)
a. Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui waktu pengikatan awal dan akhir mortar dari beton segar
sampai mencapai nilai ketahanan penetrasi sebesar 500 psi (3,5 Mpa) untuk initial
setting (pengikatan awal) dan 4000 psi (27,6 Mpa) untuk final setting (pengikatan
akhir)

b. Ketentuan Umum
 Sampel mortar adalah mortar yang lolos ayakan no. 4 (4,75mm), yang
diperoleh dengan melakukan pengayakan dari sampel beton segar.
 Mortar ditempatkan didalam container dan tersimpan pada suhu ruang.
 Pada interval waktu tetap, ketahanan mortar diukur dengan cara dilakukan
penetrasi dengan jarum standar hingga mencapai ketahanan penetrasi mortar
sebesar 500 psi (initial setting) dan sebesar 4000 psi (final setting).
 Hasil penetrasi diplotkan menjadi grafik ketahanan penetrasi terhadap waktu

BETON 35
a. Alat yang Digunakan
 Container
(terbuat dari bahan yang tidak menyerap air, dapat berbentuk silinder atau
kubus. ukuran sisinya tidak kurang dari 6 in (150mm) dan tinggi tidak
kurang dari 6 in (150mm)
 Penetrometer
(Jarum penetrasi harus dilengkapi dengan penunjuk beban dan memiliki luas
bantalan; 1, ½, ¼, 1/10, 1/20, dan 1/40 in 2.(645, 323, 161, 65, 32, dan 16
mm2).
 Loading apparatus (penunjuk beban)
(Dengan tingkat akurasi ±2 lbf (10N) dan kapasitas sekurang-kurangnya
130 lbf (600N)
 Batang perojok
(Tamping road harus berbentuk bulat, lurus, batang baja diameter 5/8 in
(16mm) dan panjang sekitar 24 in (600mm)).

b. Sampling
 Untuk pengetesan dibawah kondisi lapangan, harus menyiapkan 3 benda uji.
 Untuk pengetesan dibawah kondisi laboratorium, persyaratan benda uji
tergantung pada tujuan dari pengujian.
 Pelaporan waktu initial dimulai sejak kontak semen dengan air pada waktu
mixing.
 Sampling beton segar berdasarkan ASTM C 172 (untuk kondisi lapangan),
ASTM C 192 (untuk kondisi laboratorium).
 Digunakan prosedur pada C172, sampel mortar diperoleh dengan
pengayakan basah (mortar lolos ayakan no # 4 (4.75 mm).
 Pada kondisi laboratorium penyimpanan benda uji pada suhu sekitar 20-25oc
 Pada kondisi lapangan penyimpanan benda uji harus terlindung dari sinar
matahari.

c. Proses Pelaksana
1. Siapkan sampel mortar dari pengayakan basah
beton segar (beton lolos ayakan no. 4)
2. Masukan sampel ke dalam wadah container yang
terbuat dari bahan tidak menyerap air dan tidak
bocor. Dapat menggunakan wadah (dim. 15 cm)
atau wadah dengan ukuran15x15x15 cm dengan
ketebalan sampel min. ½ in. dari permukaan
wadah.
3. Tusukan penetrometer kedalam sampel sedalam
1±1/16 in.(25±2mm). Untuk penetrasi selanjutnya
tempatkan jarum penetrasi tidak kurang dari 15mm.
Jarak lubang penetrasi dengan dinding container
tidak boleh kurang dari 25mm. Hentikan penetrasi
jika nilai beban menunjukkan nilai 500psi (3,5mpa)
atau lebih dari 500psi. Catat setiap nilai penetrasi
dan waktunya.

BETON 36
4. Grafikan hasil penetrasi untuk mendapatkan waktu dimana beban menunjukkan
nilai 500psi (3,5mpa)
5. Hitung waktu setting timenya
Contoh Grafik:

II.7 Metode Standar Pengetesan Kadar Udara Dalam Beton Segar


a. Maksud dan Tujuan
Untuk memperoleh nilai kandungan udara pada beton segar dalamprosentase
(%) volume.

b. Sampling
Metode pengambilan sampel beton segar sesuai prosedur ASTM C 172

Metode standar pengetesan kadar udara dalam beton segar ada 2 metode:
II.7.1Standard Tes Method For Air Content Of Freshly Mixed Concrete By
The Volumetric Method (Metode Volumetric) (ASTM C 173)
a. Alat yang Digunakan
 Airmeter –wadah container yang dilengkapi dengan penutup yang terbuat
dari bahan yang tidak menyerap air, rigid dan tidak bocor.
 Corong
 Batang perojok
 Batang perata
 pipet
 Scoop (sekop-sendok semen)
 Palu karet

c. Urutan Pelaksanaan
1) Siapkan sampel dan alat
2) Dengan menggunakan sekop masukan beton segar ke dalam container 3 lapis.
Tiap lapis dirojok dengan batang rojok @ 25 kali dan dipukul sisi luarnya
dengan palu karet @ 10-15 kali.
3) Ratakan permukaan container dengan batang perojok, lalu bersihkan bibir
container dari sisa beton

BETON 37
4) Pasang top section pada wadah posisikan tepat, kencangkan baut, jangan
sampai terjadi kebocoran.
5) Tambahkan air dengan menggunakan corong
sampai terlihat pada bagian leher top section.
6) Tambahkan air dengan menggunakan rubber
syringe sampai batas angka nol.
7) Gulingkan,/goyang/ putar /miringkan container
selama 1 min untuk menghilangkan
kemungkinan gelembung udara dalam beton
dalam wadah.
8) Diamkan wadah, kemudian lakukan pembacaan
cairan pada skala meniscus

Catatan:
sampel yang digunakan dalam pengujian ini tidak
bisa digunakan untuk membuat benda uji

II.7.2Standard Tes Method For Air Content Of Freshly Mixed Concrete By


The Pressure MethOD (Metode Tekanan) (ASTM C 231)
a. Alat yang digunakan
 Airmeter –wadah container yang dilengkapi dengan penutup yang terbuat
dari bahan yang tidak menyerap air, rigid dan tidak bocor (type A atau type
B)
 Corong
 Batang perojok
 Batang perata
 Scoop (sekop-sendok semen)
 Palu karet

b. Urutan Pelaksanaan
1. Siapkan sampel dan alat
2. Dengan menggunakan sekop masukan beton segar ke dalam container 3
lapis. Tiap lapis dirojok dengan batang rojok @ 25 kali dan dipukul sisi
luarnya dengan palu karet @ 10-15 kali.
3. Ratakan permukaan container dengan batang perojok, lalu bersihkan bibir
container dari sisa beton
4. Prosedur dengan Type A meter :
 Pasang tutup (jangan sampai terjadi kebocoran) tambahkan air kedalam
container hingga setengah bagian pipa air.
 Miringkn air ± 30o dan gunccang-guncangkan container untuk
menghilangkan gelembung udara yang ada di sampel beton.
 Kembalikan container keposisi vertical dan tambahkan kembali air
kedalam pipa hingga mencapai angka nol.
 Tutup lubang pada bagian atas pipa kemudian berikan tekanan (P) (± 0,2
psi) catat angka penurunan air (h1)
 Buka klep untuk menghilangkan tekanan, catat angka kenaikan air (h2)
 Hitung kandungan udara dengan persamaan A = h1-h2

BETON 38
Airmeter Type A

Airmeter Type B

BETON 39
III. PENGUJIAN BETON KERAS

III.1 Metode Standar Penggunaan Unbonded-Caps Dalam


Pengujian Kuat Tekan Silinder (ASTM C 1231)
a. Lingkup
 Merupakan salah satu persyaratan capping silinder beton sesuai ASTM C 31
atau C 192.
 Dalam pemakaian diperhatikan :
 Kualitas unbonded caps system,
 Kelayakan pemakaian, jika lebih dari 100 kali test dibuat blok atau
sepasang blok.
 Tidak digunakan untuk kuat tekan dibawah 10 Mpa atau diatas 50 Mpa.

b. Ringkasan Spesifikasi
 Tambahan persyaratan :
 Jika digunakan blok lebih dari 100 kali.
 Dalam pemakaian satu diatas sesuaiASTM C 617 dan satu
dibawah.
 Dalam evaluasi statistik pads (bantalan) tidak mengurangi kuat
tekan lebih dari 2%.
c. Material dan Peralatan
 Peralatan grinding, peralatan capping, pasta semen, plaster gipsum kekuatan
tinggi, atau sulfur mortar.
 Pads/bantalan dibuat dari material elastis :
 ketebalan 1/2 ± 1/16 in (13±2 mm)
 diameter tidak boleh lebih besar 1/16 in (2 mm) dari diameter dalam ring.
 Retainers :
 Terbuat dari besi, awet.
 Tebal retainers harus 2 x tebal pads.
 Diameter lingkaran retainers harus lebih dari102% dan harus kurang dari
107% dari diameter silinder.
 Permukaan retainers yang berhubungan dengan bearing block harus rata
± 0.05 mm.

d. Benda Uji
 Ratakan kedua permukaan silinder, kemiringan kurang 0.5° (3 mm dari 300
mm).
 Perbedaan diameter silinder atas dengan bawah kurang dari 2%.
 Jika silinder tidak sesuai dengan toleransi, maka benda uji tidak boleh ditest
sebelum digergaji atau digerinda.

e. Prosedur
1) Unbonded caps digunakan pada salah satu atau kedua permukaan silinder
sesuai dengan ASTM C 617.
2) Masukkan pads pada retainers sebelum digunakan.

BETON 40
3) Tempatkan unbonded caps atau caps pada silinder dan tempatkan dibawah
bearing block tepat ditengahnya.
4) Setelah pembebanan mencapai 10% dari fc, cek posisi vertikal silinder 3.2
mm dari 300 mm
5) Jika tidak sesuai dengan persyaratan lepaskan pembebanan dan cek no. 1.
6) Selesaikan pengujian ini dan catat.

f. Kualifikasi Unbonded Capping system dan Verifikasinya :


 Kuat tekan yang dihasilkan adalah silinder yang ditest dengan unbonded
caps harus dibandingan dengan silinder yang ditest dengan capping ASTM
C 39 & C 617.
 Untuk penerimaan, kuat tekan tidak boleh kurang dari 98% dibandingkan
dengan capping silinder sesuai dgn no.1.

g. Perkembangan Kuat Tekan Beton Menurut PBI ‘71


Umur (hari) Perkembangan kuat tekan (%)
3 40
7 65
14 88
21 95
28 100
90 120
365 135

III.2 Methode Standar Capping Silinder Beton/ bounded caps


(ASTM C 617)
a. Lingkup
 Untuk meratakan permukaan benda uji silinder yang akan menerima beban
pada saat test tekan.
 Dalam pelaksanaan diperhatikan :
1) Permukaan benda uji di kedua sisinya harus rata, kemiringan permukaan
kurang dari 0,5o (3 mm dari 300 mm).
2) Perbedaan diameter silinder satu dengan yang lainnya kurang dari 2%.
3) Apabila benda uji tidak sesuai dengan toleransi, maka benda uji tidak
boleh dites sebelum digergaji atau digerinda.

b. Material dan peralatan


 Grinding (Gerinda)
 Peralatan Capping
 Pasta Semen
 Plester Gypsum
 Sulfur Mortar / Belerang
 Mistar Besi / Sigmat
 Kaca
 Waterpass
 Pemanas belerang

BETON 41
c. Prosedur Pelaksanaan
 Jika menggunakan Pasta Semen
1) Ketika benda uji selesai dibuat masih dalam kondisi initial setting segera
dilakukan perataan dengan menanbahkan pasta semen.
2) Dilakukan penggosokan dengan plat perata sehingga permukaannya benar-
benar rata dengan cetakan silinder.
3) Untuk memastikan rata atau tidaknya digunakan plat kaca diatas
permukaan benda uji, jika masih belum rata lakukan penggosokan
kembali.

 Jika menggunakan gypsum kuat tekan tinggi


1) Bersihkan permukaan benda uji dari kotoran / benjolan yang ada, bila
perlu lakukan penggerindaan pada benda uji tersebut.
2) Buat adukan pasta gypsum dengan perbandingan air dan gypsum (w/c)
tidak melebihi w/c benda uji yang akan ditest.
3) Pasang alat capping pada benda uji dan lakukan perataan adukan gypsum
pada permukaan alat capping yang sudah dipersiapkan.
4) Alat capping dapat dilepas biasanya minimal 45 menit kemudian.

 Jika menggunakan Belerang


1) Cairkan belerang dengan memanaskan
pada temperatur 129oC -143oC.
2) Siapkan cetakan capping yang telah
diolesi oli dan benda uji yang akan
dicapping.
3) Tuang cairan belerang pada cetakan
capping dan segera masukkan benda uji
kedalam cetakan capping yang telah berisi
belerang.
4) Pada saat meletakkan benda uji harus pada posisi tegak lurus rapat dengan
dudukan alat capping.
5) Lakukan penggetaran dengan memukul sisi atas benda uji menggunakan
palu karet untuk memadatkan dan menghilangkan rongga pada capping.
6) Lepaskan benda uji dari cetakan capping setelah belerang keras dan
melekat pada benda uji.

BETON 42
d. Ketentuan Umum
 Kuat tekan dan tebal maksimum bahan kaping :
Kuat tekan Kekuatan min. Bahan Tebal kapping Tebal max.
silinder (Mpa) kapping (Mpa) max. Rata2 Diberbagai bagian
(mm) kapping (mm)
3.5-50 35 atau kuat tekan silinder 6 8
(ambil yang terbesar)
>50 Menggunakan adukan 3 5
sulfur

 Benda uji yang akan dicapping dengan gypsum atau belerang sehari
sebelumnya diangkat dari bak curing dan ditempatkan pada udara bebas.
 Sebelum dilakukan capping benda uji ditimbang dan diukur dimensinya
 Kekuatan bahan capping sebaiknya dilakukan percobaan lebih dahulu.
 Penggunaan belerang dapat dipakai berulang sampai maksimum 5 kali.

III.3 Metode Standard untuk Pengujian Kuat Tekan Benda Uji


Berbentuk Silinder (ASTM C-39)W.03A/P.01/EN/RMX
a. Maksud dan tujuan
 Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tekan benda uji yang
dihasilkan dari cetakan silinder maupun core drill.
 Metode ini hanya dapat digunakan untuk beton yang memiliki berat isi
diatas 800 kg/m3.

b. Ringkasan Pengujian
 Metode pengujian dilakukan dengan memberikan beban tekan aksial pada
benda uji berbentuk silinder atau core sampai terjadi kehancuran, kuat tekan
dihitung saat terjadi beban paling maksimum yang dibagi dengan area
pembebanan.

d. Beberapa Tahapan yang harus dilalui sebelum pengujian


 ASTM C 31 tentang pembuatan dan perawatan benda uji.
 ASTM C 192 tentang pembuatan dan perawatan benda uji di laboratorium.
 ASTM C 617 tentang cara Capping benda uji.
 ASTM C 1231 tentang cara Capping benda uji dengan unbonded cap.
 ASTM C 42 tentang metode untuk penentuan pengujian core drill.
 ASTM C 873 tentang metode pengujian kuat tekan untuk benda uji yang
masih berada didalam cetakan silinder.

e. Ketentuan Umum
 Mesin tes harus mempunyai type yang mencukupi.
 Mesin harus dikalibrasi sesuai ASTM Practise E4.
 Kalibrasi dilakukan dalam interval 12 bulan.
 Mesin ditempatkan permanen (tidak berpindah - pindah).
 Mesin harus dikalibrasi setelah terjadi perbaikan.

BETON 43
 Rancangan mesin harus dioperasikan tenaga yang mempunyai tenaga terus
menerus tanpa goncangan.
 Posisi mesin ditempat yang luas dan memudahkan pembacaan hasil.
 Faktor kesalahan tidak boleh lebih dari 1% dari beban yang ada.
 Sisi dari bearing block mempunyai dimensi minimum sedikitnya 3% lebih
besar dari diameter benda uji yang akan ditest.
 Bila diameter bearing block bulat maka diameter harus melebihi diameter
benda uji sebesar 13 mm.
 Kedalaman cincin concentris tidak melebihi 0.8mm dan tidak lebih dari
1.2mm tebalnya, yang digoreskan pada permukaan bearing untuk memberi
tanda center dan tepat.
 Sisi bearing block harus memiliki dimensi yang sesuai untuk masing
masing benda uji.
Diam. Benda uji test inch (mm) Max. Diameter lingkaran inch (mm)
2 (51) 4 (102)
3 (76) 5 (127)
4 (102) 6,5 (165)
6 (152) 10 (254)
8 (203) 11 (279)
 Pusat bulatan harus tepat pada permukaan bearing dalam toleransi ±5%
ball dan soket.
 Garis permukaan soket dan bagian lingkaran harus selalu terjaga bersih.
 Bagian yang dapat bergerak pada bearing block tersebut akan ditekan rapat
diatas dudukan yang bulat, tetapi desainnya diatur dapat berputar dan
dimiringkan sebesar 4o.

f. Petunjuk pembebanan
Kecepatan pembebanan untuk silinder sebesar 0.14 - 0.34 Mpa / detik dan
untuk kubus sebesar 0.25 Mpa / detik.

Catatan :
1 Psi = 0,006892 MPa
1 kN = 101,971 kg/cm2
1 Mpa = 10,19195 kg

g. Benda Uji
 Benda uji tidak boleh dites jika terjadi perbedaan diameter sebesar 2% pada
benda uji yang sama.
 Tidak diijinkan jika pengetesan menyimpang dari garis tegak lurus ke garis
axis lebih dari 0.5%.
 Permukaan benda uji harus di capping (ASTM C 617).
 Sehari sebelum waktu tes benda uji harus diangkat dari tempat perawatan
dan ditaruh ditempat yang terlindung.

h. Prosedur dan Tanggung Jawab

BETON 44
1) Tes kuat tekan dilakukan sesegera setelah memindahkan dari tempat yang
lembab.
2) Benda uji harus dijaga kelembabannya.
3) Perhatikan batas toleransi waktu (tabel section 4).
4) Bersihkan permukaan bearing atas dan bawah dari kotoran.
5) Letakkan benda uji dibawah bearing block.
6) Ratakan permukaan yang menempel pada piston.
7) Gunakan beban terus menerus tanpa hentakan.
8) Gunakan beban sampai hancur.
9) Hitung kuat tekan benda uji.
10) Laporkan hasil kuat tekan benda uji.
11) Jika diperlukan konversi dari silinder ke kubus dapat dilakukan.
12) Catat pula tipe retakan

A B C D E
Con Cone & Cone & Shea Columna
e Split Shear r r
Catatan:
Batas toleransi waktu pengetesan yang syaratkan sebagai berikut :
Umur test Toleransi diijinkan
24 jam ±0.5 jam atau 2.1%
3 hari 2 jam atau 2.8%
7 hari 6 jam atau 3.6%
28 hari 10 jam atau 3.0%
90 hari 2 hari atau 2.2%

Jika L/D dari benda uji kurang dari 1.8 dikalikan dengan factor:
L/D 1.75 1.5 1.25 1
Factor 0.98 0.96 0.93 0.87

i. Ketelitian Operator
Koef. Batasan yang bisa diterima
Variasi 2 hasil 3 hasil

Laboratorium 2.37% 6.60% 7.80%


Lapangan 2.87% 8.80% 9.50%

III.4 Standart Test Method For Flexural Strength Of Concrete


(ASTM C-78 & ASTM C-293)
a. Tujuan

BETON 45
Untuk mengetahui kuat lentur, biasanya untuk pekerjaan rigid pavement/
perkerasan jalan dengan beton,

b. Benda Uji
Benda uji balok beton dengan penampang 15 x 15 cm dan panjang minimal
50 cm.

60 cm

c. Urutan Pelaksanaan
1. Siapkan benda uji beam yang akan ditest sehari sebelum pengujian,
sehingga benda uji kondisi lembab.
2. Timbang dan ukur dimensi benda uji.
3. Jika benda uji tidak dalam kondisi presisi, perbaiki dengan cara
menggerinda atau memberikan lapisan pada permukaan yang tidak rata.
4. Beri tanda dengan cara memberikan garis melingkar 45 cm bagian tengah.
5. Dilakukan pembebanan dengan kecepatan konstan.
6. Ukur jarak patah dengan dirata-rata.
7. Hitung Kuat Lenturnya jika:
 Jika Pengujian dengan 2 titik beban (ASTM C-78)

7.1 Hitung kuat lenturnya dengan persamaan PL/bd2


7.2 Dimana : P = beban (kg), L = perletakan (cm), d = tinggi (cm), b =
lebar (cm)
7.3 Jika terjadi pecah diluar garis tengah tidak kurang dari 5% dr panjang
bentang, maka rumus yang digunakan : 3Pa / b d2, dimana a = jarak
antara garis pecah dan topangan terdekat dihitung jarak yang paling
dekat.

BETON 46
Satuan = Kg/cm2, MPa, N/mm2

 Jika pengujian Center point (ASTM C-293)

7.1 Hitung kuat lenturnya dengan persamaan 3PL/bd2


7.2 Dimana : P = beban (kg), L = panjang perletakan (cm), d = tinggi (cm),
b = lebar (cm)
d. Hal yang Perlu dicatat saat Pengujian
e. Berat benda uji
f. Dimensi benda uji
g. Pembacaan beban
h. Penampang beban
i. Kode benda uji
j. Tanggal pembuatan dan tanggal pengujian
k. Dihitung kuat lentur

III.5 Standard Tes Method For Rebound Number Of Hardened


Concrete (ASTM C-805)
a. Tujuan
Kegiatan ini dilaksanakan apabila hasil te kuat tekan beton dengan alat
copression test tidak mencapai kuat tekan yang direncanakan, sehingga harus
dilakukan test non destructive (tanpa kerusakan) berdasarkan permintaan dari
pelanggan.

b. Ketentuan Umum
 Alat yang akan digunakan harus sudah dikalibrasi kalibrasi dilakukan
apabila alat tersebut telah digunakan maximal 2000 pukulan.
 Pemeriksaan kua tekan beton dengan menggunakan alat ini hanya efektif
untuk beton dengan umur 7-90 hari

c. Alat
 Alat Hammer test

BETON 47
d. Prosedur
1) Persiapan alat yang akan digunakan
2) Pemeriksaan dilakukan pada tempat yang paling berbahaya (memiliki
momen terbesar)
3) Permukaan beton yang akan dihammer harus rata dan halus. Bila perlu
digosok terlebih dahulu dengan batu gurinda. Untuk beton yang sudah
diplester, plester halus didihilangkan terlebih dahulu, selanjutnya baru
diratakan.
4) Alat impact hammer di arahkan tegak lurus pada bidang permukaan beton
yang diperiksa dengan sudut:
 + 90o tegak lurus ke atas
 - 90o tegak lurus ke bawah
 90o tegak lurus horizontal
5) Alat ditekan dengan posisi tegak lurus sampai terdengar bunyi
pukulan/benturan.segera setelah itu dan alat masih dalam kedaan tertekan
kuat ke arah beton pembacaan pada skala dilakukan
6) Lakukan hal yang sama pada jarak ± 1 in.(2,54 cm) satu sama lain sebanyak
15 kali.
7) Dari pembacaan yang didapat, selanjutnya dipilih 10 pembacaan yang
terbaik, yang memiliki perbedaan lebih kecil dari ± 2,5.selanjutnya kekuatan
tekan dihitung dari harga rata-rata 10 pembacaan tersebut, yang kemudian
dikoreksi dengan tabel 1 dibawah ini atau dengan cara interpolasi
Nilai skala Rx Pembacaan ke atas +90o Pembacaan Ke bawah 90o
10 - +3.2
20 -5.4 +3.4
30 -4.7 +3.1
40 -3.9 +2.7
50 -3.1 +2.2
60 -2.3 +1.7
8) Berdasarkan angka perhitungan tersebut, maka kuat tekan beton dapat
diketahui dengan menunjuk pada tabel 1 dan 2.
9) Nilai kuat tekan karakteristik minimal adalah ekuivalen dengan 80% dari
nilai kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan.

Tabel 1

BETON 48
Cylinder Compressive Strength as a Function of the Rebound Number R
14 - 56 days 7 days
R Zm Zmin Zm Zmin
kp/cm2 N/mm2 psi kp/cm2 N/mm2 psi kp/cm2 N/mm2 psi kp/cm2 N/mm2 psi
20 86 8,4 1220 46 4,5 650 103 10,1 1470 36 6,2 900
21 96 9,4 1370 54 5,3 770 112 11,0 1590 71 7,0 1010
22 107 10,5 1520 64 6,3 910 123 12,1 1750 80 7,9 1140
23 118 11,6 1680 73 7,2 1040 133 13,0 1890 88 8,6 1250
24 129 12,7 1830 83 8,1 1180 144 14,1 2050 98 9,6 1390
25 141 13,8 2010 94 9,2 1340 156 15,3 2220 108 10,6 1540
26 153 15,0 2180 104 10,2 1480 167 16,4 2380 117 11,5 1660
27 166 16,3 2360 115 11,3 1640 178 17,5 2530 128 12,6 1820
28 179 17,6 2550 127 12,5 1810 191 18,7 2720 139 13,6 1980
29 191 18,7 2720 139 13,6 1980 203 19,9 2890 150 14,7 2130
30 205 20,1 2920 151 14,8 2150 216 21,2 3070 162 15,9 2300
31 218 21,4 3100 164 16,1 2330 229 22,5 3260 174 17,1 2470
32 233 22,9 3310 178 17,5 2530 242 23,7 3440 187 18,3 2660
33 247 14,2 3510 191 18,7 2720 255 25,0 3630 199 19,5 2830
34 261 25,6 3710 204 20,0 2900 268 26,3 3810 211 20,7 3000
35 275 27,0 3910 218 21,4 3100 281 27,6 4000 224 22,0 3190
36 291 28,5 4140 232 22,8 3300 296 29,0 4210 237 23,2 3370
37 306 30,0 4350 247 24,2 3510 310 30,4 4410 251 24,6 3570
38 320 31,4 4550 261 25,6 3710 324 31,8 4610 264 25,9 3750
39 336 33,0 4780 275 27,0 3910 338 33,2 4810 278 27,3 3950
40 351 34,4 4990 290 28,4 4120 354 34,7 5040 292 28,6 4150
41 367 36,0 5220 305 29,9 4340 369 36,2 5250 307 30,1 4370
42 383 37,6 5450 320 31,4 4550 383 37,6 5450 321 31,5 4570
43 399 39,1 5680 336 33,0 4780 400 39,2 5690 337 33,1 4790
44 415 40,7 5900 352 34,5 5010 415 40,7 5900 352 34,5 5010
45 431 42,3 6130 367 36,0 5220 431 42,3 6130 367 36,0 5220
46 447 43,8 6360 383 37,6 5450 447 43,8 6360 383 37,6 5450
47 464 45,5 6600 400 39,2 5690 464 45,5 6600 400 39,2 5690
48 480 47,1 6830 416 40,8 5920 480 47,1 6830 416 40,8 5920
49 496 48,6 7050 432 42,4 6140 496 48,6 7050 432 42,4 6140
50 513 50,3 7300 448 43,9 6370 513 50,3 7300 448 43,9 6370
51 530 52,0 7540 464 45,5 6600 530 52,0 7540 464 45,5 6600
52 547 53,6 7780 480 47,1 6830 547 53,6 7780 480 47,1 6830
53 564 55,3 8920 496 48,6 7050 564 55,3 8020 496 48,6 7050
54 581 57,0 8260 513 50,3 7300 581 57,0 8260 513 50,3 7300
55 598 58,6 8510 529 51,9 7520 598 58,6 8510 529 51,9 7520
Cylinder compressive strength = 0,85 x cube compressive strength

BETON 49
Tabel 2
Cube Compressive Strength as a Function of the Rebound Number R
14 - 56 days 7 days
R Wm Wmin Wm Wmin
kp/cm2 N/mm2 psi kp/cm2 N/mm2 psi kp/cm2 N/mm2 psi kp/cm2 N/mm2 psi
20 101 9,9 1440 54 5,3 770 121 11,9 1720 74 7,3 1050
21 113 11,1 1610 64 6,3 910 132 12,9 1880 83 8,1 1180
22 126 12,4 1790 75 7,4 1070 145 14,2 2060 94 9,2 1340
23 139 13,6 1980 86 8,4 1220 157 15,4 2230 104 10,2 1480
24 152 14,9 2160 98 9,6 1390 169 16,6 2400 115 11,3 1640
25 166 16,3 2360 110 10,8 1560 183 18 2600 127 12,5 1810
26 180 17,7 2560 122 12,0 1740 196 19,2 2790 138 13,5 1960
27 195 19,1 2770 135 13,2 1920 210 20,6 2990 150 14,7 2130
28 210 20,6 2990 149 14,6 2120 225 22,1 3200 164 16,1 2330
29 225 22,1 3200 163 16,0 2320 239 23,4 3400 177 17,4 2520
30 241 23,6 3430 178 17,5 2530 254 24,9 3610 191 18,7 2720
31 257 25,2 3660 193 18,9 2750 269 26 3830 205 20,1 2920
32 274 26,9 3900 209 20,5 2970 285 28 4050 220 21,6 3130
33 291 8,5 4140 225 22,1 3200 300 29,0 4270 234 23,0 3330
34 307 30,1 4370 240 23,5 34100 315 30,9 4480 248 24,3 3530
35 324 31,8 4610 256 25,1 3640 331 32,5 4710 263 25,8 3740
36 342 33,5 4860 273 26,8 3880 348 34,1 4950 279 27,4 3970
37 360 35,3 5120 290 28,4 4120 365 35,8 5190 295 28,9 4200
38 377 37 5360 307 30,1 4370 381 37,4 5420 311 30,5 4420
39 395 38,7 5620 324 31,8 4610 398 39 5660 327 32,1 4650
40 413 40,5 5870 341 33,4 4850 416 40,8 5920 344 33,7 4890
41 432 42,4 6150 359 35,2 5110 434 42,6 6170 361 35,4 5130
42 450 44,1 6400 377 37,0 5360 451 44,2 6410 378 37,1 5380
43 469 46,0 6670 395 38,7 5620 470 46,1 6690 396 38,8 5630
44 488 47,9 6940 414 40,6 5890 488 47,9 6940 414 10,6 5890
45 507 49,7 7210 432 42,4 6140 507 49,7 7210 432 42,4 6140
46 526 51,6 7480 451 44,2 6410 526 51,6 7480 451 44,2 6410
47 546 53,5 7770 470 46,1 6690 546 53,5 7770 470 46,1 6690
48 565 55,4 8040 489 48,0 6960 565 55,4 8040 489 48,0 6960
49 584 57,3 8310 508 49,8 7230 584 57,3 8310 508 49,8 7230
50 604 59,2 8590 527 51,7 7500 604 59,2 8590 527 51,7 7500
51 623 61,1 8860 546 53,5 7770 623 61,1 8860 546 53,5 7770
52 643 63,1 9150 565 55,4 8040 643 63,1 9150 565 55,4 8040
53 663 65,0 9430 584 57,3 8310 603 65 9430 584 57,3 8310
54 683 67,0 9710 603 59,1 8580 683 67,0 9710 603 59,1 8580
55 703 68,9 10000 622 61,0 8850 703 68,9 10000 622 61,0 8850
Cylinder compressive strength = 0,85 x cube compressive strength

BETON 50
HAMMER TEST REPORT
REBOUND NUMBER OF HARDENED CONCRETE

PROYEK =
KONTRAKTOR =
LOKASI =
MUTU BETON =
TGL PENGECORAN =
TGL PENGUJIAN =
ALPHA ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV
NO IMPACT
R SR R SR R SR R SR R SR R SR R SR R SR R SR R SR R SR R SR R SR R SR R SR
1
2
3
Contoh Form Perhitungan

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
RATA2 PEMBACAAN
KOREKSI ALPHA
KOREK.PEMBACAAN
STRENGTH IN KG/CM2
KUBUS 20 x 20 CM2
KUBUS 15 x 15 CM2

BETON 51
STATUS
NOTE :
R = Reading
SR = Selected Reading
AVG = ………….kg/cm2
DVS = ………….kg/cm2
CARACTERISTIC = ………….kg/cm2
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/24049795/TEKNOLOGI_BETON_PENGUJIAN_MATERIAL_

https://unmuratekniksipil.wordpress.com/2011/11/29/pengujian-bahan-campuran-pembuat-
beton/

03-1974-1990, S. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Penerbit Badan Standar


Nasional.
232.2R-03, A. (2003). Use of Fly Ash in Concrete. American Concrete
Institute,Farmington Hils,Michigan: ACI Comitte 232.
C618-03, A. (2003). Standard Specification for Calcinated Natural Pozzolan for Use as
a Mineral Admixture in Portland Cement Concrete. US: ASTM International.
Davidovits, J. (1999). Chemistry of Geopolymer System,Terminology. France: Paper
presented at the Geopolymer '99 International Conference,Saint-Quentin.

BETON 52

Anda mungkin juga menyukai