Anda di halaman 1dari 95

USULAN PERBAIKAN UNTUK MENGURANGI KECACATAN

PADA PRODUK TUTUP TABUNG SEPARATOR MOBIL


MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN THEORY
OF INVENTIVE PROBLEM SOLVING (TRIZ)
(Studi Kasus: CV Karya Rubber Teknik)

TUGAS AKHIR

Oleh:

VALLERI EGOPRANATA
10070213017

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022 M / 1443 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii

DAFTAR TABEL.................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................5

1.4 Pembatasan Masalah.........................................................................6

1.5 Sistematika Penulisan.......................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................8

2.1 Kualitas.............................................................................................8

2.1.1 Dimensi Kualitas...............................................................................9

2.2 Pengendalian Kualitas....................................................................10

2.2.1 Dimensi Kualitas.............................................................................11

2.2.2 Tujuan Pengendalian Kualitas........................................................11

2.2.3 Langkah-Langkah Pengendalian Kualitas......................................11

2.2.4 Alat Pengendalian Kualitas.............................................................14

2.3 Metode TRIZ (Theory of inventive problem solving).....................21

2.3.1 Tahapan TRIZ (Theory of inventive problem solving)....................22

2.3.2 Tools TRIZ (Theory of inventive problem solving)........................23

2.4 Definisi 5W+1H...........................................................................26

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................27

3.1 Metode Penelitian...........................................................................27

3.2 Uraian Metode Penelitian...............................................................29


3.2.1 Studi Pendahuluan..........................................................................29

3.2.2 Studi Pendahuluan..........................................................................29

3.2.3 Studi Lapangan..............................................................................29

3.2.4 Rumusan Masalah..........................................................................30

3.2.5 Tujuan Penelitian...........................................................................30

3.2.6 Batasan Masalah............................................................................30

3.2.7 Pengumpulan Data.........................................................................31

3.2.8 Pengolahan Data............................................................................31

3.2.9 Analisis...........................................................................................32

3.2.10 Kesimpulan dan Saran...................................................................32

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Omset CV Karya Rubber Teknik 2021................................................4


Gambar 2.1 Contoh Check Sheet...........................................................................15
Gambar 2.2 Contoh Histogram
Gambar 2.3 Contoh Diagram Pareto......................................................................16

Gambar 2.4 Contoh Diagram Fishbone 17


Gambar 2.5 Contoh Diagram Pencar.....................................................................18

Gambar 2.6 Contoh Stratifikasi 19


Gambar 2.7 Contoh Peta Kontrol...........................................................................21
Gambar 2.8 Skema Konsep TRIZ
Gambar 2.9 Tahapan Metode TRIZ.......................................................................23

Gambar 2.9 Contoh Matriks Kontradiksi 25


Gambar 3.1 Kerangka Diagram Metode Penelitian...............................................27
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Komplain CV Karya Rubber Teknik 2021


Tabel 1.2 Data Produksi CV Karya Rubber Teknik 2020
Tabel 2.1 39 Parameter TRIZ
Tabel 2.2 40 Inventive Principles..........................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri manufaktur dewasa ini berperan penting dalam mendukung kegiatan
sehari-hari masyarakat Indonesia. Makanan, udara, air, pakaian, dan tempat
berlindung ini Ini adalah kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup adalah
kebutuhan mendasar manusia untuk bertahan hidup (Kotler 2014:220). Bersama
dengan kemajuan ekonomi, setiap individu membutuhkan kendaraan bermotor
sehingga kualitas spare part (suku cadang) terhadap kendaraan bermotor tentunya
ikut berpengaruh. Hal tersebut membuat perusahaan yang memproduksi spare
part (suku cadang) harus menghasilkan produk spare part (suku cadang) dengan
kualitas tinggi, yang mendukung performansi keandalan mesin mobil (Otomotif)
dari kendaraan bermotor.
Industri manufaktur harus menghasilkan produk dan sepeda motor
berkualitas tinggi serta memiliki nilai tambah, karena produk yang berkualitas
tinggi mempunyai karakteristik utama yaitu memuaskan konsumen dari produk
yang dihasilkannya. Kondisi persaingan pasar global saat ini sangat ketat, bahkan
ada diantara perusahaan saat ini, hanya mampu untuk bertahan hidup (survival),
sehingga diperlukan untuk mengembangkan teknik produktivitas baru di seluruh
industri (Kazi, 2014). Sementara itu, menurut (Ronny, 2020). Dapat dikatakan
bahwa produknya baik atau berkualitas tinggi yaitu jika produk tersebut adalah
produk yang punya kecukupan dan berguna bagi pelanggan atau konsumen Jadi
produk bermutu tinggi diharapkan dapat mengangkat penjualan jumlah
permintaan produk oleh konsumen yang dapat meningkatkan pendapatan bagi
perusahaan.
Kualitas produk atau jasa merupakan kecocokkan dengan permintaan
konsumen dan kesesuaian dengan parameter design (Priambodo, 2012). Dalam
mencapai kualitas yang diinginkan diperlukan pengendalian kualitas, menurut
(Sofjyan, 2016). Dalam penelitian (Rizki, Shofi dan Bachtiar, 2017) upaya

1
mempertahankan kualitas barang yang diproduksi, untuk beradaptasi dengan
spesifikasi produk yang ditentukan menurut kebijakan pimpinan perusahaan.
CV Karya Rubber Teknik adalah perusahaan yang bergerak pada bidang
industri manufaktur sparepart mobil berbahan baku karet, plat besi, pipa,
staindless, dan allumunium. Berdiri sejak tahun 1988 didirikan oleh Alm.Bapak
H. Surono dan sekarang diteruskan oleh salah seorang putranya. CV Karya
Rubber Teknik beralamat di Jl. Tirta Indah 3 No 303 RT 07 RW 12 Kelurahan
Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Jenis proses produksi
perusahaan yaitu make to order, dan memproduksi beberapa jenis produk yaitu
Mounting, Pipa Water Inlet, Pipa Radiator, Center Bearing, dan Tutup Tabung
Separator. Secara umum proses produksi dalam pembuatan produk yaitu
produksi, perakitan, Quality Control (QC), dan pengiriman barang.
Saat ini perusahaan sering menerima komplain terhadap produk yang telah
diterima konsumen. Komplain yang disampaikan konsumen yaitu mulai dari
meminta ganti baru dan pengerjaan ulang sampai produk memiliki kualitas yang
sesuai dengan permintaan. Data komplain terhadap produk di perusahaan
ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1. 1 Data Komplain CV. Karya Rubber Teknik 2021
Tahun 2020
Produk
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Mounting 1 1 1 1
Pipa Water Inlet 1 1 1 1 1 1
Pipa Radiator 1 1 1 1 1 1
Center Bearing 1 1 1 1 1
Tutup Tabung
1 1 1 1 1 1 1 1
Seperator
Total 1 3 2 2 2 1 3 3 1 4 3 4
Sumber CV. Karya Rubber Teknik 2021
Tabel 1.1 menunjukkan frekuensi komplain konsumen yang terbanyak
terjadi pada produk Tabung Separtor yang diperkirakan penyebabnya adalah
kesalahan pada bagian proses produksi, sehingga berdampak pada biaya produksi
tinggi (high cost production), karena perusahaan harus membayar upah pekerja
dan biaya bahan baku akibat adanya reject dan rework.
Proses produksi yang dilakukan meliputi pemotongan, pembentukan,
pelubangan, dan pengelasan. Selanjutnya masuk pada proses assembly dan QC
dimana pada proses QC ini dilakukan pengecekan barang setiap produk dan dapat
di ketahui apakah produk tersebut rework atau reject. Seluruh jenis produk
memiliki batas (toleransi) yang telah ditentukan perusahaan yaitu frekuensi
produk defect tidak boleh lebih dari 5% (Bagian Produksi CV Karya Rubber
Teknik) yang mana dapat menjadi kerugian besar jika melebihi batas toleransi
perusahaan, karena banyak terdapat produk gagal pada setiap proses produksi
yang berakibat pembengkakkan biaya.
Pada tahun 2021 perusahaan memiliki permasalahan dalam kegiatan
produksinya, dimana produk yang dibuat sering mengalami kecacatan melebih
toleransi 5% yang diperkenankan, yaitu produk Tutup Tabung Separator. Dalam
proses produksi pembuatan tutup tabung sparator dimulai dari proses pemilihan
bahan, pemotongan, pembentukan, pelubangan dan pengelasan hingga finishing,
setiap proses memiliki pemasalahan karena pembuatan dilakukan secara manual
dan belum adanya alat yang memiliki kesusuaian yang baik.
Berdasarkan observasi lapangan pada tahun 2021 kecacatan yang melebih
toleransi ditunjukkan pada Tabel 1.2
Tabel 1.2 Data Produksi CV. Karya Rubber Teknik 2021
Tutup Tabung
Mounting Pipa Water Inlet Pipa Radiator Center Bearing
Seperator
Produksi (Unit)

Produksi (Unit)

Produksi (Unit)
Produksi (Unit)

Produksi (Unit)
Rework (Unit)

Rework (Unit)
Rework (Unit)

Rework (Unit)

Rework (Unit)

Periode
Reject (Unit)

Reject (Unit)

Reject (Unit)
Reject (Unit)

Reject (Unit)
Persentase

Persentase

Persentase
Persentase

Persentase

Jan-21 2900 45 12 2% 900 20 7 3% 800 11 2 2% 550 8 1 2% 350 6 3 3%

Feb-21 3000 22 2 1% 950 22 5 3% 950 8 1 1% 400 6 2 2% 300 4 4 3%

Mar-21 2500 30 8 2% 750 24 8 4% 700 7 3 1% 350 7 3 3% 550 10 9 3%

Apr-21 2330 33 7 2% 720 30 4 5% 700 2 4 1% 300 8 4 4% 400 12 7 5%

May-21 2900 28 6 1% 650 12 4 2% 720 15 3 3% 400 8 4 3% 380 10 12 6%

Jun-21 3100 23 11 1% 750 12 3 2% 720 8 4 2% 450 4 4 2% 450 12 5 4%

Jul-21 3200 33 10 1% 820 32 4 4% 800 8 3 1% 500 4 3 1% 550 12 5 3%

Aug-21 3000 35 9 1% 770 22 2 3% 850 6 5 1% 520 5 4 2% 560 12 12 4%

Sep-21 2800 39 4 2% 800 10 3 2% 700 4 6 1% 500 4 3 1% 450 12 15 6%

Oct-21 3000 42 3 2% 850 21 1 3% 800 6 3 1% 400 5 3 2% 550 15 15 5%

Nov-21 3200 39 4 1% 700 22 2 3% 850 6 4 1% 400 5 3 2% 450 15 15 7%

Dec-21 3500 35 12 1% 750 16 1 2% 700 4 3 1% 550 5 4 2% 400 9 5 4%

Sumber: CV. Karya Rubber Teknik


Beradasarkan Tabel 1.2 dimana Tutup Tabung Separator dalam empat bulan
terakhir mengalami kenaikan persentase kecacatatan, komplai konsumen terhadap
produk dalam penangananya dibagi dalam kategori reject atau rework.
Penanganan produk yang reject, produk benar benar menjadi sampah sehingga
produk tersebut di cacah dan dijual sebagai sampah, sedangkan dalam penanganan
produk yang rework, dimana produk tersebut dilakukan proses ulang sesuai
kondisi produk.
Berdasarkan wawancara terhadap Kepala Bagian Produksi perusahaan saat
ini belum menemukan metode penanganan atau alat yang efektif (biaya
penanganan yang minimum dan waktu yang relative cepat) dalam menanggulangi
permasalahan tersebut, perusahaan saat ini hanya melakukan pengarahan saja
terhadap operator, ketika pruduksi pada bulan tersebut terdapat kecacatan yang
melebihi toleransi. Hal tersebut berdampak terhadap pendapatan perusahaan
menjadi menurun, penurunan pendapatan perusahaan pada tahun 2021 dapat
dilihat pada Gambar 1.3

Omset (Rp)
400000000.000
350000000.000
300000000.000
250000000.000
200000000.000
150000000.000
100000000.000
50000000.000
-
21 21 r-21 r-21 -2
1 21 l-21 21 21 t-21 -2
1
-2
1
n- b- a p ay n- u g- p- c ov Dec
Ja Fe M A M J u J Au S e O N

Gambar 1. 1 Omset CV. Karya Rubber Teknik 2021


Sumber: CV. Karya Rubber Teknik (2021)
Berdasarkan latar belakang masalah diatas bahwa perusahaan berupaya
melakukan perbaikan untuk mengurangi persentase kecacatan produk terutama
pada produk tutup tabung separator (frekuensi kecatatan paling banyak) dengan
melakukan pengendalian kualitas agar pendapatan meningkat dan biaya produksi
menurun sehingga perusahaan dapat bersaing. Upaya tersebut diharapkan dapat
menurunkan tingkat kecacatan pada produk tutup tabung separator. Sehingga
Tugas Akhir ini berjudul:
“Usulan Perbaikan Untuk Mengurangi Kecacatan Pada Produk Tutup
Tabung Sparator Mobil Menggunakan Metode Seven Tools dan Theory Of
Inventive Problem Solving (TRIZ), (Studi Kasus: CV. Karya Rubber
Teknik)”
Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan kualitas dijelaskan dalam Al-Quran
surat Asy-Syuaraa: 42 ayat 181-183 yang berbunyi:

Artinya:
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
merugikan orang lain (181), dan timbanglah dengan timbangan yang benar (182).
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan (183)”. (QS.Asy-Syu’ara’:
26 ayat 181-183). menurut tafsir Al munir.
Berdasarkan ayat tersebut, jika dikaitkan dengan kualitas bahwa target
perusahaan yaitu menghasilkan produk berkualitas sesuai standar dan memenuhi
kebutuhan konsumen. Maka diperintahkan untuk menyempurnakan takaran dan
jangan merugikan orang lain serta harus dengan timbangan lurus. Artinya
perusahaan harus bekerja dengan sesuai ketentuan yang ada sehingga dapat
memberikan nilai produk berkualitas baik sepadan dengan nilai yang dikeluarkan
oleh konsumen jangan sampai memberikan produk yang berkualitas buruk. Serta
jangan merajalela dan membuat kerusakan, dimaksudkan pada perusahaan perlu
peningkatan kinerja perusahaan salah satu contoh pada bagian produksi tidak
boleh melaksanakan kegiatan tanpa adanya perencanaan, pelaksanaan,
pemeriksaan, dan tindakan evaluasi sehingga proses dapat terkendali serta
menghindari adanya penyimpangan, hal tersebut guna menghasilkan produk yang
berkualitas baik, lebih tepatnya lagi. Ini artinya tidak lebih atau kurang karena
Allah SWT tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah sebagai berikut: Artinya:
1. Apa saja jenis-jenis kecacatan yang ditimbulkan pada produk spare part
tutup tabung separator?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kecacatan padap
proses produksi spare part tutup tabung separator?
3. Bagaimana upaya perbaikan dalam mengurangi kecacatan pada proses
pembuatan produk spare part tutup tabung separator?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian berdasarkan pada permasalahan yang telah
dijelaskan diatas yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui jenis-jenis kecacatan yang ada pada produk tutup tabung
separator.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kecacatan pada setiap produksi
produk tutup tabung separator.
3. Memberikan usulan perbaikan kualitas dalam mengurangi kecacatan
produk tutup tabung separator menggunakan metode TRIZ.

1.4 Pembatasan Masalah


Menurut perumusan masalah yang telah dilakukan, penulis membatasi
masalah yang tunduk pada penelitian, pembatasan dan asumsi masalah adalah:
1. Penelitian hanya dilakukan pada satu jenis produk.
2. Data yang digunakan adalah data kecacatan dan data produksi tahun 2021.
3. Metode Seven Tools yang digunakan hanya lembar periksa, histogram,
Diagram Pareto, Peta Kendali, dan Diagram sebab akibat
4. Usulan perbaikan menggunakan metode TRIZ tidak semua 40 prinsip
digunakan, hanya sesuai dengan kontradiksi akar penyebab masalah yang
ada

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan Tugas Akhir berisi mengenai gambaran
tentang penyusunan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab I menguraikan tentang latar belakang yang berisikan gambaran
secara umum tentang kualitas, terdapat juga ayat suci Al-Quran yang
berhubungan dengan permasalahan yang terjadi pada CV Karya
Rubber Teknik dan dijelaskan bahwa target perusahaan yaitu
menghasilkan produk berkualitas sesuai standar dan memenuhi
kebutuhan konsumen sangatlah penting. Adapun rumusan masalah,
Tujuan penelitian, dan Pembatasan masalah guna untuk membatasi
pembahasan masalah supaya tidak melebar dari tujuan yang
ditentukan, serta adanya sistematika penulisan yang digunakan
sebagai gambaran yang menjelaskan proses awal hingga akhir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II memuat tentang teori-teori yang digunakan pada saat
penelitian, sehingga dapat memudahkan penulis pada saat melakukan
pengolahan dan pembahasan. Tinjauan pustaka ini menjelaskan
definisi kualitas dan Dimensi Kualitas, definisi Pengendalian kualitas,
Tujuan, Langkah-Langkah dan Alat Pengendalian Kualitas (Seven
Tools), Kelebihan dan kekurangan alat pengendalian kualitas, dan
definisi Metode TRIZ, Tahapan metode TRIZ dan Tools Metode
TRIZ.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III menggambarkan metode penelitian yang merupakan langkah-
langkah dalam penyelesaian masalah secara terstruktur yang
digambarkan dalam bentuk flowchart sesuai dengan permasalahan
yang terjadi pada perusahaan. Di dalam flowchart terdapat
pengamatan Studi pendahuluan, Studi Pustaka, Studi Lapangan,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan Masalah, Pengumpulan
Data, Pengolahan Data yang menggunakan alat kualitas Seven Tools
dan Metode TRIZ, sampai pada Analisis usulan perbaikan,
kesimpulan dan saran.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini memuat data-data yang dibutuhkan, yaitu jumlah data
produksi dan jumlah data kecacatan produk tahun 2021 pada CV
Karya Rubber Teknik, data tersebut digunakan untuk pengolahan data
hingga mendapatkan hasil pengamatan.
BAB V ANALISIS
Bab V ini adalah analisis pemecahan dari permasalahan yang
didapatkan dari bab sebelumnya beserta pembahasan yang ada.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab VI ini berisi tentang kesimpulan yang didapatkan dari bab
sebelumnya serta usulan dan saran yang diusulkan untuk CV Karya
Rubber Teknik berdasarkan hasil penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas
Kualitas merupakan bagian variabel utama yang menentukan pemilihan produk
untuk konsumen. Organisasi bisnis adalah menciptakan jasa juga barang yang dapat
memuaskan konsumen. Kepuasan pelanggan akan dicapai apabila mutu produk yang
tersedia cocok dengan kebutuhannya dan keinginan (Munjiati Munawaroh, 2015).
Beberapa penjelasan kualitas menurut para ahli:
1) Heizer J & Render B (2015), kualitas ialah semua karakteristik dan ciri suatu
layanan atau produk bedasarkan pada kemampuan untuk memenuhi keperluan
yang dijaminkan dan implisit.
2) Kotler P & K L Keller (2016), Kualitas adalah karakteristik lengkap serta
karakteristik produk layanan yang mensupport kemampuan untukmemenuhi
kebutuhan. Pengertian tersebut memfokuskan pendekatan klien.
3) Menurut Juran dalam Munjiati Munawaroh (2015), kualitas merupakan
kecocokan penggunaan. Tools untuk penyelsaian masalah adalah statistical
process control (SPC). Ini berorientasi untuk mencapai kebutuhan konsumen.
Juran mengintroduksikan quality trilogy yang terdiri dari:
a) Quality Planning (Perencanaan Kualitas). Adalah proses mengagendakan
mutu berdasarkan tujuan. Pada proses ini konsumen dicari dan produk yang
cocok dengan keinginan konsumen dikembangkan.
b) Quality Control (Kontrol Kualitas). Adalah proses menuju tujuan selama
operasi. Pengendalian mutu melalui 5 tahap, yaitu:
1. Menetapkan yang harus dikendalikan.
2. Menetapkan bnagian pengukuran.
3. Menstandarisasi performa.
4. Mengukur performa.
5. Evaluasi dengan cara mengkomparasikan standar dengan performa
sebenarnya.
c) Quality Improvement (Perbaikan Kualitas). Peningkatan kualitas dikerjakan
bertujuan mencapai tingkat kinerja lebih baik dan tepat.
4) Menurut Taguchi dalam Munjiati Munawaroh (2015), kualitas memiliki istilah
lain yaitu loss to society yang berarti bahwa jika ada penyimpangan tujuan, ini
adalah fungsi berkualitas berkurang. Strategi Taguchi berfokus pada efisiensi
yang lebih besar pada eksperimental serta memberrikan instruksi khusus untuk
menyediakan dan memikirkan biaya, terutama di industri jasa.
5) Menurut Crosby dalam Munjiati Munawaroh (2015), Kualitas sebagai
keharusan dengan persyaratan. Ini mendekati perubahan budaya berkualitas.
Konsep zero defect (level kegagalan 0) adalah capaian kualitas yang mengarah
pada level kegagalan sesedikit mungkin, atau sampai tidak ada kegagalan satu
pun.
Pengertian yang diberikan basisnya memiliki pemahaman serupa, yang
mengacu pada level kecocokkan dengan spesifikasi, seperti dijelaskan oleh Crosby
pada Munjiati Munawaroh (2015). Syaratnya adalah syarat pelanggan, hal ini
dikarenakan capaian perusahaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
2.1.1 Dimensi Kualitas
Apabila jika korporat ingin menjaga keunggulan kompetitifnya dipasar, pihak
korporat sebaiknya memahami semua aspek dari dimensi yang memakai pelanggan
untuk membedakan produk pesaing berdasarkan Kotler dan Keller (2016: 394),
dimensi kualitas produk terbagi jadi sembilan dimensi, yaitu:
1. Fitur (Features)
Beberapa produk beredar ditawar dengan beberapa karakteristik melengkapifungsi
dasar. Perusahaan bisa mengidentifikasi dan menentukan fitur terbaru yang sesuai
dengan konsumen baru kemudian menghitung nilai konsumen dikomparasikan
dengan pengeluaran perusahaan untuk setiap karakteristik potensial.
2. Kualitas Kinerja (Performance Quality)
Beberapa produk yang beredar terdapat pada disalah satu dari 4 tingkat kinerja,
yaitu sangat tinggi, tinggi, rata-rata, dan rendah. Kualitas kinerja merupakan
tingkat dimana ciri utama produk berfungsi. Kualitas menjadi penting untuk
pembeda karena perusahaan mengadaptasi model nilai dan menyajikan kualitas
lebih baik dengan biaya lebih murah.
3. Bentuk (Form)
Banyak produk bisa dibedakan dari ukuran, bentuk atau struktur fisik dari produk.
Walau pada dasarnya adalah barang dagangan tetapi dibedakan dari dosis, ukuran,
bentuk, warna, waktu aksi atau lapisan
4. Daya Tahan (Durability)
Ketahanan produk diinginkan dalam kondisi tekanan atau alami, atribut yang
dinilai untuk kendaraan, peralatan dapur, dan, produk kuat lama lainnya. Tapi,
overhead daya tahan tidak boleh berlebihan dan produk tidak di izinkan
kedaluwarsa dengan teknologi terbaru seperti computer ponsel dan televisi.
5. Kesesuaian Kualitas (Conformance Quality)
Konsumen menginginkan kualitas tinggi, selama semua unit yang dihasilkan mirip
dan memenuhi spesifikasi yang diinginkan.
6. Gaya (Style)
Gaya mendeskripsikan sensasi dan penampilan produk pada pembeli dan
menciptakan sendiri bahwa tidak gampang untuk mereplikasi produk pesaing.
7. Keandalan (Reliability)
Konsumen umumnya mau membayar biaya sebuah produk yang memiliki
keandalannya lebih. Keandalan merupakan ukuran probabilitas produk atau
kesalahan produk yang tidak baik dalam rentang waktu tertentu.
8. Penyesuaian (Customization)
Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen dari layanan,
produk, dan layanan komunikasi berdasarkan panduan yang dirancang secara
individual.
9. Kemudahan dalam Perbaikan (Repairability)
Merupakan kemudahan jaminan jika produk gagal berfungsi dengan baik.
Baiknya, saat suatu produk tidak berfungsi tergantung pada, produk pembeli tidak
memiliki kesulitan ketika Anda ingin melakukan perbaikan produk.

2.2 Pengendalian Kualitas


Pengendalian kualitas adalah tata kelola dari aktivitas dan rekayasa, yang
Bersama aktivitas tersebut, kita bisa menakar karakteristik mutu produk,
membandingkannya dengan persyaratan, dan menentukan langkah-langkah
peningkatan jika ada perbedaan antara kondisi nyata dengan standar. Kondisi ini
membutuhkan proses produksi yang stabil dan dapat beroperasi dengan benar
sehingga setiap produk dibuat sesuai spesifikasi.
2.2.1 Dimensi Kualitas
Sofyan Assauri (2016) menyebutkan bahwa. Pengawasan dan pengendalian
merupakan kegiatan memastikan bahwa produksi dan operasi tidak menyimpang dari
yang direncanakan dan jika terjadi, maka penyimpangan bisa diperbaiki agar yang
diharapkan terealisasikan.

Menurut Bakhtiar dkk (2013) pengendalian kualitas dapat berarti “kegiatan


yang dilakukan untuk memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya”.

2.2.2 Tujuan Pengendalian Kualitas


Pengendalian kualitas merupakan aktivitas yang terhubung ke perusahaan
dengan tujuan mempertahankan serta menjaga mutu produk yang diberikan agar
mampu bekerja sesuai dengan standar yang ditentukan. Berdasarkan Heizer & Render
(2013) terdapat beberapa maksud dari pengendalian kualitas, yaitu:
a. Meningkatkan kepuasan pelanggan.
b. Minimasi ongkos.
c. Tercapai tepat waktu.
Pengendalian kualitas bertujuan menemukan sejauh mana proses dari
pembentukan produk dan layanan dilakukan sesuai standar yang ditentukan oleh
perusahaan. Pengendalian mutu secara umum menurut Heizer & Render (2013),
bertujuan:
a. Produk final berspesifikasi sesuai yang ditentukan.
b. Supaya ongkos produksi, desain produk, dan biaya inspeksi efisien.
c. Prinsip pengendalian kualitas adalah usaha menggapai dan meningkatkan proses
yang secara berkelanjutan agar dilakukan analisis agar memberikan informasiyang
berguna untuk meningkatkan dan mengontrol proses, sehingga prosesnya punya
kapasitas mematuhi produk yang dibutuhkan konsumen.
2.2.3 Langkah-Langkah Pengendalian Kualitas
Wulandari (2012), pengendalian mutu sepatutnya dikerjakan dengan proses
berkelanjutan. Salah satunya dapat melakukan proses pengendalian kualitas dengan
salah cara mengimplementasikan PDCA (plan-do-check-action) yang dikenalkan
oleh Deming, seorang ahli kualitas yang terkenal dari Amerika Serikat. Siklus ini
dikenal dengan siklus deming (Deming Cycle/Deming Wheele). Siklus PDCA
biasanya dipakai untuk menajajal dan juga menerapkan perubahan peningkatan
kinerja produk, proses atau system dan tahap dalam siklus PDCA adalah:
a. Rencanakan spesifikasi (Plan).
Merencanakan spesifikasi menentukan spesifikasi atau standar mutu yang bagus,
yang menjelaskan pemahaman bahwa betapa pentingnya mutu produk,
pengendalian mutu dan terusl menerus.
b. Menjalankan rencana (do).
Rencana yang disiapkan dilaksanakan bertahap, dari skala yang kecil dan divisi
tugas yang cocok dengan kapasitas semua
personel. Sementara rencana dilakukan, control harus dilakukan, yang berjuang
karena semua rencana dilakukan, yang terbaik yang bisa diraih.
c. Memeriksa hasil yang dicapai (check).
Verifikasi mengacu pada penentuan apakah implementasinya sedang dalam
perjalanan, sesuai rencana dan peningkatan yang diagendakan. Membandingkan
mutu produksi dengan standar yang telah ditentukan, menurut penelitian yang
didapatkan gagal data dan kemudian meneliti penyebab kegagalan.
d. Jika dibutuhkan, dilakukan Tindakan penyesuaian (action).
Pengaturan dibuat jika dianggap dibutuhkan, yang didasarkan pada hasiil analisis,
verifikasi hasil yang diperoleh. Pengaturan ini terkait standardisasi prosedur baru
untuk menghindari permasalahan serupa dari masalah identik atau menentukan
tujuan baru untuk perbaikan ke depannya.
Dalam menerapkan pengendalian kualitas, GKM (gugus kendali mutu)
melakukan continuous improvement dengan cara menerapkan 8 langkah yang umum
digunakan pada permasalahan kualitas/mutu. 8 langkah tersebut adalah:
a. Memahami kebutuhan peningkatan kualitas.
Pertama pihak administrasi harus memahami dengan jelas pentingnya peningkatan
mutu. Pihak Manajemen harus mempunyai argumen yang kuat untuk
meningkatkan kualitas karena peningkatan kualitas adalah kebutuhan dasar.
Peningkatan mutu tidak akan bisa berhasil dan efektif. Peningkatan kualitas bisa
diawali mulai dari identifikasi masalah mutu yang ada atau kemungkinan untuk
meningkatkan. Yang bisa ditransfer.
b. Mengikutkan masalah kualitas yang ada.
Masalah primer terpilih pada Langkah pertama harus ditunjukkan dalam
pernyataan tertentu. Jika terkait permasalahan kualitas, permasalahan mesti
dirumuskan dengan informasi jelas, ketat dan terukur serta bisa menghindari
masalah yang muncul secara acak.
c. Evaluasi pemicu utama.
Pemicu utama bisa dievaluasi dengan diagram kausal. Dari banyak faktor yang
tersedia, kita bisa menganalisis pemicu melalui penggunaan diagram Pareto
menurut akibat pemicu manajemen produk, system kualitas atau proses dengan
menyeluruh.
d. Merencanakan solusi permasalahan.
Rencana pemecahan masalah diarahakan berfokus untuk menyingkirkan penyebab
masalah yang muncul. Agenda perbaikan dituangkan dalam daftar formulir
rencana aksi.
e. Melakukan perbaikan.
Implementasi pemecahan masalah setelah bagan rencana aksi penegndalian mutu.
Pada bagian penerapan ini, manajemen dan komitmen-komitmen karyawan dan
keterlibatan diperlukan seluruhnya untuk bersama-sama menyingkirkan pemicu
masalah mutu yang teridentifikasi.
f. Menganalisis perbaikan.
Setelah melakukan peningkatan mutu, perlu untuk mempelajari dan mengevaluasi
tergantung dari data yang terkumpul selagi tahap implementasi untuk
mengetahuiapakah permasalahan sudah hilang atau dikurangi. Analisis temuan
selama tahap implementasi dan menyediakan informasi ekstra bagi decision maker
serta perencanaan peningkatan selanjutnya.
g. Menstandarisasikan pemecahan pada masalah.
Hasil bagus dari tahap pengendalian mutu perlu distandarisasi dan, kemudian
membuat perbaikan berkelanjutan untuk jenis masalah lainnya. Standardisasi
bertujuan mencegah pengulangan masalah.
h. Memecahkan masalah selanjutunya.
Selepas menyelesaikan masalah utama, selanjutnya mengangkat masalah
berikutnya yang belum diselesaikan (jika berlaku).
2.2.4 Alat Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas secara statistic dilakukan dengan menggunakan tools
dalam Statistical Process Control (SPC). Menurut Heizer & Render (2013), yang
dipahami oleh kontrol proses statistik (SPC) adalah: "Proses yang digunakan untuk
memantau berbagai standar yang melakukan pengukuran dan Tindakan korektif,
sementara produk atau layanan sedang dalam proses produksi." dari pemahaman ini,
diketahui bahwa SPC adalah cara untuk mengawasi/mengontrol/memantau produk,
baik berdasarkan standar perusahaan, jika.perbedaan produk terjadi dengan standar
tersebut, maka aksi berikutnya adalah untuk mendapatkan dan menghilangkan
pemicu ketidakseimbangan produk sewaktu produksi. Menurut Heizer & Render
(2013), pengendalian kualitas secara statistik memakai SPC sebagai tools statistic
primer yang dapat dipakai sebagai tools untuk mengontrol mutu, yaitu:
1. Lembar periksa
Tools ini berbentuk lembar daftar data dengan gampang dan simpel, untuk
menghindari kegagalan yang bisa terjadi, untuk mengolektifkan data Check Sheet
memiliki peran dalam penghimpunan data, maka data yang dihimpun akan sangat
gampang diproses dan digunakan. Terdapat beberapa jenis Check Sheet yang
umum digunakan, yaitu:
a. Check Sheet untuk distribusi proses produksi.
Data yang digunakan adalah berat, diameter dan ukuran yang timgul dari
sebuah proses. Tetapi ini dikerjakan dalam anggota hasil proses, sehingga
memerlukan biaya dan timing yang tepat. Karena alasan ini, sering kali
dilakukan secara acak selama penarikan sampel.
b. Check Sheet untuk Defective Item
Check Sheet ini dipakai untuk merekam data frekuensi defect (cacat), persentase
cacat. Bahkan jika perlu, itu bisa diapakai pada semua jenis penyebab Cause
Defective.
c. Check Sheet untuk Defective Location
Check Sheet ini diapakai untuk mendaftarkan posisi cacat yang muncul,
perekaman posisi cacat ini umumnya dikerjakan dengan menggambar produk
yang dibuat dan penanda diberikan pada posisi defect. Ilustrasi check
sheet.dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Contoh Check Sheet


Sumber: Heizer & Render (2013)
2. Histogram
Menurut Bounds (dalam Nasution 2015:136) Histogram adalah alat untuk
menunjukkan variasi data pengukuran, seperti berat badan sekelompok orang,
tebal plat besi, dan sebagainya. Seperti halnya dengan pareto charl, histogram
berbentuk bar graph yang menunjukan distribusi frekuensi. Tetapi, histogram
berbeda dengan pareto chart karena bar graph tidak digambar menurun dari kiri ke
kanan.
Histogram menunjukan data pengukuran, seperti berat, temperature, tinggi, dan
sebaginya. Dengan cara demikian, histogram dapat digunakan untuk menunjukan
variasi setiap proses (Nasution 2015:136).

Gambar 2. 2 Contoh Histogram


Sumber: Nasution (2013)

3. Diagram Pareto
Diagram pareto digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian
yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar disebelah kiri dan yang
paling kecil disebelah kanan. Susunan Susunan tersebut akan membantu kita untuk
menentukan pentingnya atau prioritas ketegori kejadian – kejadian atau sebab –
sebab kejadian yang dikaji atau untuk mengetahui masalah utama proses. Dengan
bantuan pareto tersebut, kegiatan akan lebih efektif dengan memusatkan perhatian
pada sebab – sebab yang mempunyai dampak yang paling besar terhadap kejadian
daripada meninjau berbagai sebab pada suatu ketika (Nasution, 2015:134)
Adapun contoh dari diagram pareto terdapat pada Gambar 2.3
Gambar 2. 3 Contoh Diagram Pareto
Sumber: Nasution (2013)

4. Diagram Sebab Akibat


Diagram ini adalah diagram yang digunakan untuk mencari elemen yang diyakini
menyebabkan masalah ini (Kaoru, 2013). Diagram ini sering dikenal sebagai
diagram tulang ikan karena menyerupai bentuk tulang ikan. Bagian kanan diagram
umumnya menggambarkan konsekuensi atau masalah, sedangkan cabang tulang
ikan menggambarkan penyebabnya. Secara umum, bagian dari diagram terkait
dengan masalah kualitas. Sedangkan penyebab penyebab umumnya terdiri dari
manusia, material, mesin, metode dan faktor lingkungan.
Guna diagram ini adalah untuk menetapkan faktor-faktor penyebab
masalah. Diagram ini berfungsi sebagai:
1. Mendapatkan faktor yang bisa berimbas pada ciri kualitas
2. Bebas Prinsip, penyebab independen
3. Sebagai interpolasi yang digunakan cara sumbang saran
4. Memakai pendekatan 4 M + 1 L (metode, man, lingkungan, material, mesin).
Kualitas yang ingin ditingkatkan dan control disebut "karakteristik
kualitas." Itu bisa menyebabkan propagasi disebut penyebab. Untuk
menggambarkannya dalam diagram relationship antara konsekuensi dan
penyebab, kita mau memahami akibat dan penyebab dengan cara yang nyata. Oleh
karena itu, hasilnya sama dengam karakteristik kualitas dan penyebab sama
dengan faktor. Lebih lanjut, bisa dilihat pada Gambar 2.4
Gambar 2. 4 Contoh Diagram Fishbone
Sumber: Kaoru (2013)
5. Diagram Pencar
Menurut Hunt ( dalam Nasution 2015:138). Scatter diagram adalah gambaran
yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam
variabel. Walaupun terdapat hubungan, namun tidak berarti bahwa satu variabel
menyebabkan timbulnya variabel lain. Diagram ini menjelaskan adanya hubungan
antara dua variabel dan menunjukan keeratan hubungan tersebut yang diwujudkan
sebagai koefisien korelasi. antara penyebab dan efek dari 2 variabel.
Berikut merupakan contoh diagram pencar pada Gambar 2.5

Gambar 2. 5 Contoh Diagram Pencar


Sumber: Nasution (2015)
6. Stratifikasi
Ini adalah upaya untuk mengumpulkan fenomena, cacat, akibat dan sebab dalam
kelompok yang memiliki ciri yang identik. Pondasi stratifikasi bergantung pada
tujuan kelompok sehingga basis kelompok bervariasi sesuai dengan masalah
dalam kontrol kualitas, stratifikasi dimaksudkan untuk:
1. Menemukan variabel-variabel primer yang menyebabkan rendahnya mutu
dengan mudah.
2. Menolong pembuatan diagram pencar.
3. Memudahkan mengambil kesimpulan dalam menggunakan peta kontrol
4. Menganalisis keseluruhan masalah yang muncul.
Berikut merupakan contoh stratifikasi pada Gambar 2.6

Gambar 2. 6 Contoh Stratifikasi


Sumber: Nasution (2015)

7. Peta kendali
Peta kendali ialah grafik yang mencakup batas atas dan batas bawah adalah batas
area kontrol. Maksud dari peta kontrol adalah untuk menentukan apakah semua
titik dalam grafik tidak normal atau normal, dan dapat menemukan pergantian
pada proses asal data dihimpun, sampai semua titik dalam grafik mesti segera
ditunjukkan asal proses yang merupakan proses tersebut proses-prosesnya. Peta ini
mengarah pada pergantian di setiap saat dan waktu, tapi tidak mengarah pada
pemicu kegagalan, meskipun kegagalan akan terlihat pada peta kontrol. Peta
kendali dapat digunakan untuk:
1. Memisahkan ragam tak terkendali pada variasi yang muncul karena faktor
tertentu.
2. Memantau perubahan proses.
3. Membantu memilih penyebab terjadinya variasi.
a. Peta kendali Variabel
Data yang diperlukan harus dapat terukur dan karakteristik kualitas
ditentukan oleh besar kecilnya penyimpangan terhadap unit ukuran yang
distandarkan. Dalam pengendalian kualitas variabel adalah suatu besaran
yang dapat diukur misalnya panjang, berat umur komponen dan lain-lainnya.
Peta kontrol X (Rata-rata) dan R (Range) digunakan untuk memantau yang
mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, sehingga peta kontrol X-bar
dan R sering disebut sebagai peta kontrol untuk data variabel. Petra kontrol
X-bar menjelaskan kepada kita tentang apakah perubahan-perubahan telah
terjadi dalam ukuran titik pusat (central tendency) atau rata-rata dari suatu
proses.
Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti: peralatan yang
dipakai, peningkatan temperatur secara gradual, perbedaan metode yang
digunakan dalam shift, material baru, tenaga kerja baru yang belum terlatih ,
dll. Sedangkan peta kontrol R (Range) menjelaskan tentang apakah
perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran variasi, dengan demikian
berkaitan dengan perubahan homogenitas produk yang dihasilkan melalui
suatu proses. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti: bagian
peralatan yang hilang, minyak pelumas mesin yang tidak mengalir dengan
baik, kelelahan pekerja dll (Nasution, 2015).
UCLx = x + A2 R (II-1)
LCLx = x – A2 R (II-2)
UCLR = D4 R (II-3)
LCLR = D3 R (II-4)
b. Peta kendali Atribut
Data atribut yaitu, data kualitatif yang dapat digunakan untuk perekaman
dan analisis. Data atribut diskrit. Jika catatan hanyalah ringkasan atau
klasifikasi yang terkait dengan serangkaian persyaratan yang telah
ditetapkan, maka khotbah tersebut dianggap sebagai "atribut". Contoh atribut
adalah tidak adanya label dalam kemasan produk, kesalahan dalam proses
administrasi buku tabungan pelanggan, banyak jenis cacat dalam produk dan
lainnya ( Heizer & Render 2013). Terdapat beberapa peta kendali atribut.
Beberapa dantaranya peta kendali np, p, u, c. Namun yang akan digunakan
pada penelitian ini yaitu Peta Kendali P.
 Peta Kendali P
Peta kontrol digunakan untuk mengontrol proporsi produk dalam banyak
hal yang tidak memenuhi spesifikasi atau proporsi produk yang rusak
dalam suatu proses. Proporsi produk yang tidak memenuhi persyaratan
didefinisikan sebagai perbandingan dari jumlah item yang tidak
memenuhi persyaratan dalam populasi untuk jumlah artikel dalam
populasi.
1. Menentukan proporsi kesalahan
x
p= (II-5)
n
Dimana:
p = Rasio kegagalan pada setiap sample
x = jumlah produk gagal pada setiap sample
n = jumlah sample yang ditarik pada setiap inspeksi
2. Menghitung batas-batas kendali
1. Garis sentral (Center Limit), garis yang menunjukkan rataan
(mean) dari ciri kualitas, dengan rumus:

(II-6)
Dimana:
CL = Titik sentral peta pengendalian rasio kesalahan
pi/xi = Rasio Kesalahan setiap sample setiap pengamatan
n = Frekuensi sample yang ditarik setiap pengamatan

- Batas Kendali Atas (Upper Control Limit), garis di atas garis


pusat yang menunjukkan batas kendali atas.

BKA= p+3
√ p(1− p)
n
(II-7)

- Batas Kendali Bawah (Lower Control Limit), garis di bawah


garis sentral yang menggambarkan batas kendali bawah

BKB=p−3
√ p(1− p)
n
(II-4)

Berikut merupakan contoh peta kontrol pada Gambar 2.7

Gambar 2. 7 Contoh Peta Kontrol


Sumber: Heizer & Render (2013)
2.3 Metode TRIZ (Theory of inventive problem solving)
Theory of inventive problem solving (TRIZ) dikembangkan oleh G.S. Altshuller
yang seorang ilmuwan Rusia pada 1946 yang telah meriset 400 ribu paten di seluruh
dunia yang dari banyak disiplin ilmu. TRIZ merupakan metode mengatasi
permasalahan secara terstruktur menurut human oriented knowledge. TRIZ dapat
diartikan sebagai pendekatan knowledge based. Metode TRIZ merupakan sebuah
metode yang dapat menghasilkan alternatif solusi inovatif yang memperhatikan unsur
kontradiktir dalam upaya mencapai solusi yang saling menguntungkan (Hartono,
2012). Skema dari konsep triz dapat dilihat pada Gambar 2.8

Gambar 2. 8 Skema Konsep TRIZ


Sumber: Hartono (2012)
TRIZ merupakan singkatan dalam Bahasa Rusia yang artinya Teoriya
Resheniya Izobreatatelskikh Zadatch, yang dalam Bahasa Inggris berarti Theory of
Inventive Problem.Solving. Filosofi ini diperlukan karena tanpa filosofi, orang
memberikan ide dengan menebak dan menentukan apa yang mereka sukai atau apa
yang mereka miliki orang lain Dengan menggunakan TRIZ, para penelaah dapat
memberikan gagasan yang optimal dalam masa singkat serta kita memiliki dasar
untuk menentukan gagasan terbaik, gagasan yang akan menyelesaikan masalah
dengan efektif. Gagasan yang bagus yang dipertanyakan adalah gagasan yang bisa
memecahkan masalah yang bertentangan untuk meningkatkan kegilaansistem dan
menggunakan sumber tersedia (Hartono, 2012).
TRIZ juga dapat diartikan sebagai pendekatan sistematis untuk memecahkan
berbagai jenis masalah secara kreatif. Triz bisa diartikan oleh pendekatan knowledge
based karena ( Hartono, 2012)
1. Wawasan tentang penyelesaian masalah heuristic umum berasal dari esensi paten
sebelumnya di seluruh dunia dari berbagai disiplin teknis.
2. Penggunaan wawasan tentang efek alami dan rekayasa. Informasi yang luas diatur
dan disimpulkan selama pemecahan masalah.
3. Gunakan wawasan mengenai lingkup dimana masalah muncul. Pengetahuan
mencakup informasi tentang teknis, kesamaan dan ketidaksetaraan proses dan
sistem, teknik lingkungan dan evolusi atau pengembangan.
2.3.1 Tahapan TRIZ (Theory of inventive problem solving)
Proses penyelsaian masalah menggunakan metode TRIZ memiliki tiga tahap
(Hendra Suryawan, 2014) diantaranya:
1. Mengidentifikasi masalah dengan mencari semua kemungkinan yang dapat

menimbulkan masalah.
2. Mengelompokkan permasalahan dengan menetapkan variable pendukung dan

variabel yang bertentangan pada 39 kriteria teknis serta menggunakan matrik


kontradiksi sebagai media pencarian jalan keluar hingga jadi pola soulusi
berikutnya.
3. Menetapkan pemecahan masalah yang mesti diselsaikan dalam penanganan

kontradiksi dengan menggunakan 40 prinsip kreatif.

Gambar 2. 9 Tahapan Metode TRIZ


Sumber: Hendra Suryawan (2014)

2.3.2 Tools TRIZ (Theory of inventive problem solving)


TRIZ adalah alat yang membantu memecahkan permasalahan berdasarkan
berbagai pengalaman sebelumnya untuk menghilangkan penyimpangan. Penemu Triz
adalah Genrikh Althhuller di tahun 1946. Investigasi yang dilakukan oleh Genrikh
Althhuller menghasilkan 39 parameter.
 39 Parameter TRIZ (Theory of inventive problem solving)
Alshuller menemukan 39 parameter dengan memeriksa jutaan paten dengan
menganalisis masalah teknis. Parameter ini adalah alat untuk merubah statement
atau kebutuhan teknis masalah dalam bentuk parameter teknis yang memengaruhi
masalah. Deskripsi penjelasan dari 39 parameter ditemukan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 39 Parameter TRIZ
No Factor No Factor
1 Power 21 Use of energy by moving object
2 Volume moving object 22 Speed
3 Loss of time 23 Reliability
4 Manufacturing precision 24 Volume stationary
5 Stress or pressure 25 Object-generated harmful factors
6 Illumination intensity 26 Stability of the object’s composition
7 Productivity 27 Extent of automation
8 Weight of moving object 28 Loss of information
9 Length of moving object 29 Area stationary
Difficulty of detecting and
10 30 External harm effects the object
measuring
11 Quantity of substance/the matter 31 Shape
12 Use of energy by stationary object 32 Ease of manufacture
13 Loss of energy 33 Force
14 Area moving object 34 Temperature
Duration of action by a stationary
15 35 Strength
object
16 Loss of substance 36 Measurement accuracy
17 Weight of stationary object 37 Ease of operation
18 Length of stationary object 38 Adaptability of versality
Lanjutan Tabel 2.1 39 Parameter TRIZ
No Factor No Factor
Duration of action by a moving
19 Ease of repair 39
object
20 Device complexity
Sumber: Orloff (2012)

 Matrik Kontradiksi
Parameter ini dikomparasikan dengan matriks TRIZ. Penggunaannya matriks tidak
sulit, yakni mengkomparasikan ukuran yang akan dikerjakan (kiri) dengan ukuran
yang menjadi pembanding (bagian atas). Di persimpangan antara 2 parameter,
dapatkan nomor solusi untuk pemecahan konflik. Kita bisa melihat bahwa ada
Sebagian matriks tidak bernilai, karena kedua ukuran tidak punya ikatan
berlawanan (Hartono, 2012). Matrik kontradiksi dapat dilihat pada Gambar 2.9

Gambar 2.9 Contoh Matriks Kontradiksi


Sumber: Hartono (2012)
Hasil penelitian (Jafari et al., 2013) juga ditugaskan dalam 40 inventive
principles. Prinsip ini bertujuan untuk memberikan pemecahan untuk mengatasi
penyimpangan yang muncul antara ciri. Prinsip kreatif adalah alat utama pada
metode TRIZ yang mencoba menggunakan solusi kreatif untuk mengatasi konflik
dalam sistem. Terjemahan dari 40 Inventive Principles dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 40 Inventive Principles
No Navigator No Navigator
Beforehand compensation
1 Merging (consolidation) 21 (beforehand cushioning, cushion in
advance)

Lanjutan Tabel 2.2 40 Inventive Principles


No Navigator No Navigator
2 Cheap disposables 22 Feedback
3 Hurrying (skipping, rushing through) 23 Self-service
Preliminary counteraction
4 (preliminary anti-action, prior 24 Symmetry change (asymmetry)
counteraction)
Weight compensation (antiweight,
5 25 Flexible shell and thin films
counterweight)
6 Blessing in disguise (convert harm 26 Separation
into benefit)
7 Pneumatics and hydraulics 27 Segmentation (fragmentation)
8 Local quality 28 Nested doll (nesting)
Mechanical interaction substitution
9 Porous materials 29
(use of field)
Preliminary action (prior action, do it
10 30 Multifunctionality (universality)
in advance)
11 Intermediary (mediator) 31 Copying
12 Continuity of useful action 32 Periodic action
Parameter changes Optical property changes
13 33
(transformation of properties) (changing the color)
Inert atmosphere (inert
14 34 Composite materials
environment)
Curvature increase (spheroidality,
15 35 Thermal expansion
spheroidalitycurvature)
16 Phase transitions 36 Mechanical vibration
Equipotentially (bring things to the Partial or excessive action (do a
17 37
same level) little less)
Strong oxidant (accelerated
18 38 Discarding and recovering
oxidantion)
The other way round (do it
19 Homogeneity 39
reverse, do it inversely)
Dimensionality change (another Dynamic parts (dynamicity,
20 40
dimension) dynamization, dynamics)
Sumber: Orloff (2012)

2.4 Definisi 5W+1H


Menurut Gasperz pada jurnal (Wicaksono, 2018) 5W+1H adalah metode yang
bisa dipakai untuk mengatasi setiap akar masalah. 5W+1H adalah akronim dari
“what, who, when, where, why, dan how” yang punya terjemahan. Bahasa Indonesia
yaitu “apa, siapa, kapan, di mana, kenapa, dan bagaimana.” 5W 1H ini adalah dasar
untuk mengumpulkan infomasi yang akan menjadi cerita lengkap tentang sesuatu
hal. 5 W 1 H adalah kata tanya yang akan menghasilkan jawaban yang dibutuhkan,
atau bisa dikatakan metode penggali informulirasi. Adapun tahap Teknik 5W1H
adalah sebagai berikut:
1. WHAT pada Bahasa Indonesia adalah “APA” menunjukkan benda,
2. WHO pada Bahasa Indonesia adalah “SIAPA” menunjukkan subjek,
3. WHEN pada Bahasa Indonesia “KAPAN” menunjukkan waktu kejadian,
4. WHERE pada Bahasa Indonesia “DIMANA” menunjukkan lokasi kejadian,
5. WHY pada Bahasa Indonesia “MENGAPA” menunjukkan informasi,
6. HOW padaBahasa Indonesia “BAGAIMANA” menunjukkan kronologi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian bertujuan untuk mengurutkan tahapan dalam penelitian.
Penjelasan urutan riset yang dilakukan dibuat dengan memakai diagram alir
(flowchart) Metode Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Kerangka Diagram Metode Penelitian
3.2 Uraian Metode Penelitian
Deskripsi metode penelitian berdasarkan diagram alir akan dijelaskan secara
lebih rinci dari setiap proses adalah sebagai berikut:

3.2.1 Studi Pendahuluan


Studi pendahuluan terdiri dari studi literatur dan studi lapangan. Sstudi
pendahuluan yang meliputi studi lapangan dan tinjauan literatur, studi pendahuluan
dikerjakan dengan tujuan mengidentifikasi objek penelitian yang akan dilakukan.
Objek tempat penelitian yang diperoleh adalah salah satu perusahaan manufaktur di
Cimahi, yaitu CV Rubber Karya Teknik
3.2.2 Studi Pendahuluan
Permasalahan yang ada pada perusahaan CV Karya Rubber Teknik ini dapat
diselesaikan dengan menggunakan metode yang sesuai, mendapatkan metode yang
sesuai ini dilakukannya tinjauan pustaka. Selain dapat menyelesaikan masalah pada
perusahaan tinjauan pustaka juga dapat menambah pemahaman, mempermudah
mencari solusi sesuai teori yang ada, dan memperkuat alasan menggunakan metode
yang terpilih. Teori-teori yang dipakai ini merupakan teori mengenai manajemen
kualitas dengan memakai metote-metode sebagai literatur pada tinjauan pustaka
adalah definisi kualitas dan Dimensi Kualitas, definisi Pengendalian kualitas, Tujuan,
Langkah-Langkah dan Alat Pengendalian Kualitas (Seven Tools), Kelebihan dan
kekurangan alat pengendalian kualitas, dan definisi Metode TRIZ, Tahapan metode
TRIZ dan Tools Metode TRIZ. definisi 5W 1H, yang didapatan dari buku yang
berkaitan, dan referensi kasus yang sama yang telah dilakukan oleh pihak lain.
3.2.3 Studi Lapangan
Studi lapangan dikerjakan dengan melakukan pengamatan ke pihak
perusahaan CV. Karya Rubber Teknik secara langsung dan Observasi secara
langsung ke pihak perusahaan CV Karya Rubber Teknik yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi yang sebenarnya pada perusahaan sehingga dapat diketahui
permasalahan yang terjadi. Studi lapangan ini dibagi menjadi dua yaitu melalui
wawancara dan observasi secara langsung, data yang didapatkan dari wawancara
secara langsung ini berupa jenis kecacatan, penyebab terjadi kecacatan. Sedangkan
hasil observasi secara langsung yaitu tahapan proses produksi.
3.2.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dilakukan pada perusahaan CV Karya Rubber Teknik
ini untuk menentukan permasalahan yang sedang ada saat ini. Hal ini dapat
dikerjakan bagi penelitian, yang dapat mencapai terpecahnya sasaran dan
permasalahan yang terjadi. Rumusan masalah penelitian ini yaitu mengetahui jenis
kecacatan yang muncul pada produk spare part Tutup Tabung Separator, variabel apa
saja yang memicu munculnya kecacatan dalam proses pembuatan produk spare part
Tutup Tabung Separator, dan bagaimana upaya perbaikan dalam meminimalisir
kecacatan pada proses pembuatan produk spare part Tutup Tabung Separator di CV
Karya Rubber Teknik.
3.2.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan jawaban dari hasil maupun solusi dari rumusan
masalah yang telah dirumuskan terinci sebelumnya. Maka selanjutnya dilakukannya
penetapan tujuan. Penetapan tujuan ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis
kecacatan yang ada pada produk Tutup Tabung Separator, mencari variabel pemicu
kerusakan pada setiap proses produksi Tutup Tabung Separator dan memberikan
usulan perbaikan kualitas dalam mengurangi kecacatan produk Tutup Tabung
Separator menggunakan metode TRIZ. yang dapat mengurangi jumlah cacat pada
produk Tutup tabung separator di CV Rubber Karya Teknik.
3.2.6 Batasan Masalah
Penentuan Batasan masalah ini harus dilakukan agar penelitian yang sedang
dibahas tidak menyimpang ke mana saja atau bahasan tidak keluar dari tujuan yang
telah ditentukan. Penentuan batasan masalah ini juga dilakukan agar penelitian di CV
Karya Rubber Teknik agar selesai pada tepat waktu, lingkup masalah yang diterapkan
pada riset ini adalah penelitian hanya dilakukan pada satu jenis produk dan data yang
digunakan adalah data kecacatan dan data produksi tahun 2021 CV Karya Rubber
Teknik.
Dalam penelitian ini digunakan alat Seven Tools adalah check sheet,
histogram, diagram pareto, peta kendali dan diagram sebab akibat. Stratifikasi, dan
diagram pencar tidak digunakan karena bertujuan untuk mengelompokan
permasalahan yang ada dan mengetahui hubungan dan sebaran suatu fenomena,
sedangkan penelitian ini betujuan untuk mengetahui faktor-faktor masalah dalam
memperbaiki kecacatan produk Selanjutnya metode TRIZ digunakan untuk
menentukan suatu alternatif usulan perbaikan dalam suatu masalah, penentuan 40
prinsip juga tidak digunakan semua, hanya beberapa yang digunakan berdasarkan
akar masalah dan kontradiksi yang ada. Proses pengolahan data yang dilkaukan
sebagai berikut;
3.2.7 Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini didapatkan pada saat kunjungan ke perusahaan, data
yang didapatkan yaitu data sekunder dan primer.
a) Data Primer
Data yang didapatkan dari pengamatan langsung ke perusahaan dan
melakukan wawancara terhadap seluruh pimpinan bagian perusahaan dan
operator yang bekerja.
b) Data Sekunder
Data yang didapat dari pihak kedua. Yaitu data yang sudah didapat langsung
dari pihak perusahaan. Data tersebut meliputi profile persahaan, data
produksi, dan data jenis kecacatan produk/rework
3.2.8 Pengolahan Data
Pengolah data dilakukan dengan pendekatan Seven Tools untuk mencari akar
masalah, dalam mencari akar masalah. Selanjutnya metode TRIZ digunakan untuk
menentukan suatu alternatif usulan perbaikan dalam suatu masalah berdasarkan 40
prinsip inventive. Proses pengolahan data yang dilkaukan sebagai berikut;
a) Identifikasi Kecacatan
Tahapan ini pengolahan data untuk mengidentifikasi permasalahan kecacatan
produksi dalam kurun waktu tertentu. Alat yang digunakan dalam tahapan ini
adalah menggunakan alat kualitas Check Sheet, Histogram, dan Peta Kendali
P.

b) Penentuan Kecacatan Prioritas


Tahapan ini pengolahan data untuk penentuan kecacatan prioritas yang nanti
menjadi perhatian utama dalam melakukan upaya perbaikan. Tools yang
digunakan dalam tahapan ini adalah menggunakan alat kualitas Diagram
Pareto.
c) Identifikasi Masalah
Tahapan ini pengolahan data untuk mengidentifikasi penyebab masalah dari
kecacatan yang terjadi, alat yang digunakan dalam tahapan ini yaitu Diagram
Sebab-Akibat dengam memperhatikan manusia, lingkungan, mesin, metode,
dan bahan baku.
d) Mengklasifikasikan Masalah dan Menemukan Solusi dari 39 Parameter
Selanjutnya penyebab permasalahan yang terjadi diuraikan dengan
menggunakan 39 parameter pada metode TRIZ dan dimasukan dalam tabel
Kontradiksi untuk mengetahui setiap hubungan kondisi saat ini dan masa
depan.
e) Usulan Perbaikan Berdasarkan 40 Prinsip
Tahapan ini pengolahan data untuk mencari solusi setelah mengetahui
hubungan dari tabel kontradiksi. Upaya perbaikan diperoleh berdasarkan tabel
40 prinsip invetive metode TRIZ.
3.2.9 Analisis
Analisis dilakukan dari pengolahan data dari tahap identifikasi hingga upaya
rancangan perbaikan yang dilakukan menggunakan pendekatan 5W+1H dengan
tahapan :
 Mendefiniskan ide perbaikan apa yang perlu dilakukan (what)
 Mengemukan alasan mengapa harus dilakukan perbaikan (why)
 Menentukan yang terlibat untuk melakukan perbaikan tersebut (who)
 Menentukan bagian tempat yang perlu dilakukan perbaikan (where)
 Menentukan kapan usulan perbaikan dapat dilakukan (when)
 Menetapkan langkah-langkah perbaikan yang dilakukan sesuai dengan ide
perbaikan yang didefinisikan karena terjadinya penyebab kecacatan (how)
3.2.10 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan menjawab dari dan tujuan permasalah penelitian dari hasil
pengolahan data menggunakan metode TRIZ.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan di CV Karya Rubber Teknik diperoleh
dengan menggunakan data primer dimana dilakukan dengan cara observasi ke
lapangan dan melakukan wawancara kepada bagian umum dan pada departemen
Produksi CV Karya Rubber Teknik. Pengumpulan data yang diperoleh meliputi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan, data gambaran umum
perusahaan, struktur organisasi perusahaan, proses produksi, jumlah produksi, jumlah
kecacatan dan jenis kecacatan produk.

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan


CV. Karya Rubber Teknik didirikan oleh Alm.H.Surono di Cimahi pada tahun
1988 yang berlokasi di Jl. Tirta Indah III, No.303, Rt.07 Rw.12, Kelurahan Melong,
Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat. Merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur yang meliputi pembuatan Sparepart Mobil yang
menggunakan bahan baku Karet, Pipa Besi, Plat Besi, Staindless, Allumunium, dll.
CV. Karya Rubber Teknik memproduksi hanya sampai bahan setengah jadi
kemudian disalurkan kepada distributor untuk dilakukan pengecatan, Branding dan
packaging, kemudian dijual kepada konsumen. Dalam melaksanakan kegiatan usaha
CV. Karya Rubber Teknik mewujudkan suasana lingkungan kerja yang aman, sehat
dan nyaman agar karyawan dapat berkerja sesuai dengan target yang telah ditentukan
oleh perusahaan. tepat waktu dan kualitas produk yang baik menjadi prioritas
terpenting dalam perusahaan dengan dilandasi oleh kejujuran, kepercayaan, dan
kedisiplinan, serta dengan kerja sama yang baik.
Visi
“Perusahaan dapat Mendistribusikan hasil produk dengan baik yang memiliki
jangkauan lebih luas dan terarah”
Misi
1. Menghasilkan produk yang berkualitas tinggi
2. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan karyawan.
3. Terus mengalami perkembangan kearah yang lebih baik.
4. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan para Distributor.
5. Selalu mampu bersaing dalam bidang manufaktur.

4.1.2 Sistem Proses Produksi


CV. Karya Rubber Teknik memiliki kegiatan sehari hari memproduksi
sparepart mobil yang kemudian dijual kepada distributor perusahaan lain CV. Karya
Rubber Teknik memproduksi hanya sampai bahan setengah jadi tidak ada pengecetan
branding dan packing hanya memproduksi sparepart mobil dan menyalurkan kepada
distributor untuk dilakukan pengecatan QC dan packaging dan kemudian disalurkan
kepada konsumen.
Proses produksi perusahaan tidak cukup panjang hanya menyiapkan bahan
baku menaikan moulding ke beberapa mesin sesuai dengan kesulitan sebuah barang
tersebut dan berapa kali proses barang tersebut di press sebagai contoh pembuatan
barang mounting hanya menggunakan 3 moulding dalam proses produksi mesin 1
body mesin keuda membentuk (bengkokan atau tekukan) mesin ketiga pembuatan
lubang. Setelah memasukin proses produksi kemudian barang hasil produksi di
assembly dalam proses assembly ada proses pembautan adapula proses pengelasan.
Setelah barang tersebut di assembly barang tersebut masuk qc dengan cara
disesuaikan kepada zig / alat penyesuai tekukan dan lubang juga bentuk sesuai dari
distributor. Setelah semuanya sesuai barang tersebut siap untuk dikirim kepda
distributor perusahaan. Terdapat 4 produk utama yang diproduksi CV Karya Rubber
Teknik. Yaitu Mounting, Pipa Water Inlet, Pipa Radiator, Center Bearing, dan Tutup
Tabung Separator. Proses yang terjadi pada setiap produk adalah:
1. Mounting, Pemotongan Plat (Mesin Gunting Plat) – Pembentukan (Mesin
Pond Press) – Pelubangan (Mesin Pond Press) – Pengelasan (Mesin Las) –
assembly – QC
2. Pipa Water Inlet, Pemotongan pipa (Mesin Turet) – Pembubutan –
Pembentukan – Las – Assembly
3. Pipa Radiator, Pemotongan pipa (Mesin turret) – Pembubutan – Pembentukan
– Las – Assembly
4. Center Bearing, Pemotongan Plat – Pembentukan – Pelubangan – Pengelasan
– assembly – QC
5. Tutup Tabung Separator, Pencetakan – Machining (Pembubutan CNC,
Pengeboran, Pengetapan) – QC

4.1.3 Jenis Kecacatan Produk


Data jenis kecacatan produk yang dikumpulkan merupakan jenis kecacatan
pada bagian produksi, karena pada bagian ini memiliki tingkat kecacatan yang kurang
memenuhi standar perusahaan. Data jumlah jenis kecacatan produk selama tahun
2021 dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4. 1 Data Kececatan Tutup Tabung Separator
Tanggal
Jenis

Total
May-21
Mar-21

Aug-21
Apr-21

Nov-21
Feb-21

Jun-21

Dec-21
Jan-21

Sep-21

Oct-21

Kecacatan
Jul-21

Lubang saluran
0 3 2 4 9 2 9 9 4 4 11 3 60
tidak simetris

Cacat body 3 3 1 4 2 2 6 2 10 11 6 3 53

Cacat drat baut 1 1 6 7 11 9 2 7 2 2 10 4 61

Dudukan tidak rata 5 1 10 4 0 4 0 6 11 13 3 3 60

Total 9 8 19 19 22 17 17 24 27 30 30 13 234

Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021


4.2 Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan yaitu mulai dari mengidentifikasi faktor-
faktor penyebab masalah menggunakan beberapa alat dari Seven Tools Quality dan
melakukan analisis dari kecacatan dengan menggunakan metode TRIZ (Theory of
inventive problem solving)

4.2.1 Seven Tools Quality


Pengolahan data yang dilakukan menggunakan metode Seven Tools Quality
Control mulai dari Checksheet untuk mengidentidikasi data kecacatan, Grafik
histogram, Stratifikasi, Diagram Pareto, untuk data penentuan jenis kecacatan kritis
dan Diagram Sebab – Akibat (Fish Bone) untuk mengidentifikasi penyebab kecacatan
pada proses produksi sebagai berikut .

4.2.1.1 Mengidentifikasi Data Kecacatan


Mengidentifikasi data kecacatan yang dilakukan pada produk produk tutup
tabung separator menggunakan Check sheet. Check sheet yang digunakan untuk
produk tutup tabung separator dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Check Sheet
Tanggal

Persentase
Jenis
Total
May-21
Mar-21

Aug-21
Apr-21

Nov-21
Feb-21

Jun-21

Dec-21
Jan-21

Sep-21

Oct-21
Jul-21

Kecacatan

Lubang saluran tidak


0 3 2 4 9 2 9 9 4 4 11 3 60 25,64%
simetris
Cacat body 3 3 1 4 2 2 6 2 10 11 6 3 53 22,65%
Cacat drat baut 1 1 6 7 11 9 2 7 2 2 10 4 61 26,07%
Dudukan tidak rata 5 1 10 4 0 4 0 6 11 13 3 3 60 25,64%
23
Total 9 8 19 19 22 17 17 24 27 30 30 13
4
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat empat jenis kecacatan yang terjadi
pada produk tutup tabung separator, diantaranya adalah lubang saluran tidak simetris,
cacat body, cacat drat baut, dan dudukan tidak rata.
4.2.1.2 Penentuan Jenis Kecacatan Kritis
Penentuan Jenis kecacatan kritis dilakukan menggunakan alat kualitas yaitu stratifikasi,
histogram, dan diagram pareto. Penentuan jenis kecacatan yang dilakukan adalah sebagi
berikut ;
A. Histogram
Histogram merupakan grafik yang memudahkan untuk melihat banyaknya
cacat dari suatu produk. Berdasarkan hasil inspeksi dan statifikasi, maka jumlah cacat
untuk produk tutup tabung separator dapat digambarkan dalam sebuah histogram,
grafik tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4. 1 Grafik Histogram Jumlah Cacat


Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021
B. Peta Kendali
peta kendali digunakan untuk mengidentifikasi variasi. Data yang digunakan
adalah persentase kecacatan selama 12 bulan selama tahun 2021. Dari data tersebut
akan dilakukan perhitungan proporsi produk cacat untuk menentukan nilai tengah,
batas kendali bawah (BKB) dan batas kendali atas (BKA). Peta kendali P berfungsi
untuk memonitor variasi proses produksi.
Perhitungan yang dilakukan untuk peta kendali P adalah sebagai berikut:
 Lubang Saluran Tidak Simetris
Perhitungan Awal
p = Jumlah produk cacat/Jumlah produksi
= 60/5390 = 0,0111317
P1 = Jumlah produk cacat data ke-1/Jumlah produksi data ke-1
= 0/350 = 0
BKB1 = p - 3
n1 √
p ( 1− p )

= 0,0111317 - 3
√ 0,0111317 ( 1−0,0111317 )
350
= -0,0056926

BKA1 = p+3
√ p ( 1− p )
n1

= 0,0111317+ 3
√ 0,0111317 ( 1−0,0111317 )
350
= 0,0279561
Dengan menggunakan teknik perhitungan sama maka dapat diperoleh hasil
perhitungan awal peta kendali P lubang saluran tidak simetris untuk data lainnya yang
direkapitulasi ke dalam Tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Rekapitulasi Perhitungan Peta Kendali P Lubang Saluran Tidak Simetris
Total
Total
No Produk P P BKB BKA
Produksi
Cacat

1 350 0 0 0,0111317 -0,0056926 0,0279561

2 300 3 0,01 0,0111317 -0,0070406 0,0293041

3 550 2 0,0036364 0,0111317 -0,0022894 0,0245529

4 400 4 0,01 0,0111317 -0,004606 0,0268694

5 380 9 0,0236842 0,0111317 -0,0050148 0,0272783

6 450 2 0,0044444 0,0111317 -0,0037059 0,0259694

7 550 9 0,0163636 0,0111317 -0,0022894 0,0245529

8 560 9 0,0160714 0,0111317 -0,0021691 0,0244325

9 450 4 0,0088889 0,0111317 -0,0037059 0,0259694

10 550 4 0,0072727 0,0111317 -0,0022894 0,0245529


11 450 11 0,0244444 0,0111317 -0,0037059 0,0259694

12 400 3 0,0075 0,0111317 -0,004606 0,0268694

Jumlah 5390 60
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

Adapun gambar grafik untuk peta kendali P awal lubang saluran tidak simetris
ditunjukan pada Gambar 4.2

Peta Kendali P Lubang Saluran Tidak Simetris


0.035
0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-0.005
-0.01

P p ̅ BKB BKA


Gambar 4. 2 Grafik Peta Kendali Lubang Saluran Tidak Simetris
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

Berdasarkan gambar 4.2, semua data termasuk dalam batas dan tidak ada data
yang melewati batas toleransi penyimpangan untuk data kecacatan lubang saluran
tidak simetris.
 Cacat Body
Perhitungan Awal
p = Jumlah produk cacat/Jumlah produksi
= 53/5390 = 0,009833
P1 = Jumlah produk cacat data ke-1/Jumlah produksi data ke-1
= 3/350 = 0,0085714

BKB1 = p-3
√ p ( 1− p )
n1
= 0,009833- 3
√ 0,009833 ( 1−0,009833 )
350
= -0,0059898

BKA1 = p+3
√ p ( 1− p )
n1

= 0,009833 + 3
√ 0,009833 ( 1−0,009833 )
350
= 0,0256559
Dengan menggunakan teknik perhitungan sama maka dapat diperoleh hasil
perhitungan awal peta kendali P cacat body untuk data lainnya yang direkapitulasi ke
dalam Tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Rekapitulasi Perhitungan Peta Kendali P Cacat Body
Total Total Produk
No
Produksi Cacat
P P BKB BKA
1 350 3 0,0085714 0,009833 -0,0059898 0,0256559
2 300 3 0,01 0,009833 -0,0072576 0,0269237
3 550 1 0,0018182 0,009833 -0,0027893 0,0224553
4 400 4 0,01 0,009833 -0,0049679 0,024634
5 380 2 0,0052632 0,009833 -0,0053524 0,0250185
6 450 2 0,0044444 0,009833 -0,0041214 0,0237875
7 550 6 0,0109091 0,009833 -0,0027893 0,0224553
8 560 2 0,0035714 0,009833 -0,002676 0,0223421
9 450 10 0,0222222 0,009833 -0,0041214 0,0237875
10 550 11 0,02 0,009833 -0,0027893 0,0224553
11 450 6 0,0133333 0,009833 -0,0041214 0,0237875
12 400 3 0,0075 0,009833 -0,0049679 0,024634
Jumla
5390 53
h
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

Adapun gambar grafik untuk peta kendali P awal lubang saluran tidak simetris
ditunjukan pada Gambar 4.3
Gambar 4. 3 Grafik Peta Kendali Cacat Body
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

Berdasarkan gambar 4.3, semua data termasuk dalam batas dan tidak ada data
yang melewati batas toleransi penyimpangan untuk data kecacatan body.
 Cacat Drat Baut
Perhitungan Awal
p = Jumlah produk cacat/Jumlah produksi
= 61/5390 = 0,011317254
P1 = Jumlah produk cacat data ke-1/Jumlah produksi data ke-1
= 1/350 = 0,0028571

BKB1 = p-3
√ p ( 1− p )
n1

= 0,011317254 - 3
√ 0,011317254 (1−0,011317254 )
350
= -0,0056451

BKA1 = p+3
√ p ( 1− p )
n1

= 0,011317254+ 3
√ 0,011317254 (1−0,011317254 )
350
= 0,0282796
Dengan menggunakan teknik perhitungan sama maka dapat diperoleh hasil
perhitungan awal peta kendali P cacat drat baut untuk data lainnya yang direkapitulasi
ke dalam Tabel 4.5.
Tabel 4. 5 Rekapitulasi Perhitungan Peta Kendali P Cacat Drat Baut
Total
Total
No
Produksi
Produk P P BKB BKA
Cacat
1 350 1 0,0028571 0,0113173 -0,0056451 0,0282796
2 300 1 0,0033333 0,0113173 -0,0070042 0,0296387
3 550 6 0,0109091 0,0113173 -0,002214 0,0248485
4 400 7 0,0175 0,0113173 -0,0045496 0,0271841
5 380 11 0,0289474 0,0113173 -0,0049618 0,0275963
6 450 9 0,02 0,0113173 -0,0036421 0,0262766
7 550 2 0,0036364 0,0113173 -0,002214 0,0248485
8 560 7 0,0125 0,0113173 -0,0020927 0,0247272
9 450 2 0,0044444 0,0113173 -0,0036421 0,0262766
10 550 1 0,0018182 0,0113173 -0,002214 0,0248485
11 450 10 0,0222222 0,0113173 -0,0036421 0,0262766
12 400 4 0,01 0,0113173 -0,0045496 0,0271841
Jumlah 5390 61
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

Adapun gambar grafik untuk peta kendali P awal lubang saluran tidak simetris
ditunjukan pada Gambar 4.4

Gambar 4. 4 Grafik Peta Kendali Cacat Drat Baut


Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa terdapat data kecacatan yang berada diluar
batas toleransi penyimpangan yakni data ke 5. Data tersebut menandakan bahwa
terdapat faktor khusus yang menyebabkan terjadinya penyimpangan, seperti kondisi
pekerja yang tidak dalam kondisi prima pada saat melakukan proses produksi. Data
yang menyimpang tersebut dihilangkan dan kembali dilakukan perhitungan. Selain
itu data yang berada didalam batas toleransi penyimpangan memiliki variansi yang
berbeda dan jauh dari garis tengah. Hal ini menandakan bahwa terdapat
ketidaksesuain proses sehingga menyebabkan sering terjadi kecacatan yang perlu
diperbaiki.

 Dudukan Tidak Rata


Perhitungan Awal
p = Jumlah produk cacat/Jumlah produksi
= 60/3950 = 0,0111317
P1 = Jumlah produk cacat data ke-1/Jumlah produksi data ke-1
= 5/350 = 0,0142857

BKB1 = p-3
√ p ( 1− p )
n1

= 0,0111317 - 3
√ 0,0111317 ( 1−0,0111317 )
350
= -0,0056926

BKA1 = p+3
√ p ( 1− p )
n1

= 0,0111317 - 3
√ 0,0111317 ( 1−0,0111317 )
350
= 0,0279561
Dengan menggunakan teknik perhitungan sama maka dapat diperoleh hasil
perhitungan awal peta kendali P cacat drat baut untuk data lainnya yang direkapitulasi
ke dalam Tabel 4.7.

Tabel 4. 6 Rekapitulasi Perhitungan Peta Kendali P Dudukan Tidak Rata


Total
Total
No Produk P P BKB BKA
Produksi
Cacat
1 350 5 0,0142857 0,0111317 -0,0056926 0,0279561
2 300 1 0,0033333 0,0111317 -0,0070406 0,0293041
3 550 10 0,0181818 0,0111317 -0,0022894 0,0245529
4 400 4 0,01 0,0111317 -0,004606 0,0268694
5 380 0 0 0,0111317 -0,0050148 0,0272783
6 450 4 0,0088889 0,0111317 -0,0037059 0,0259694
7 550 0 0 0,0111317 -0,0022894 0,0245529
8 560 6 0,0107143 0,0111317 -0,0021691 0,0244325
9 450 11 0,0244444 0,0111317 -0,0037059 0,0259694
10 550 13 0,0236364 0,0111317 -0,0022894 0,0245529
11 450 3 0,0066667 0,0111317 -0,0037059 0,0259694
12 400 3 0,0075 0,0111317 -0,004606 0,0268694
Jumla
5390 60
h
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

Adapun gambar grafik untuk peta kendali P awal lubang saluran tidak simetris
ditunjukan pada Gambar 4.5

Gambar 4. 5 Grafik Peta Kendali Dudukan Tidak Rata


Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

Berdasarkan gambar 4.5 tidak ada data yang melewati batas toleransi
penyimpangan untuk data kecacatan dudukan tidak rata. Berbeda dengan tiga jenis
kecacatan sebelumnya yang terdapat data yang melewati batas toleransi
penyimpangan.
Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik mutu yang perlu mendapat prioritas perbaikan dan pengendalian.
Berdasarkan hasil inspeksi dan histogram diatas, maka dapat dilihat jumlah
persentase cacat dominan dapat dilihat pada tabel 4.7 dan diagram pareto dapat dilihat
pada Gambar 4.6
Tabel 4. 7 Penyebab Cacat
Jenis Kecacatan Total Persentase
Lubang saluran tidak simetris 60 25,64%
Cacat body 53 48,29%
Cacat drat baut 61 74,36%
Dudukan tidak rata 60 100,00%
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

Gambar 4. 6 Diagram Pareto


Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

4.2.1.3 Mengidentifikasi Penyebab Masalah


Dari hasil grafis diagram pareto terlihat bahwa proses perbaikan difokuskan
pada permasalahan cacat bulatan. Pemasalah yang memungkinkan terjadinya
kecacatan ukuran benda kerja tidak sesuai. Penyebab semua kecacatan adalah sebagai
berikut ;
❖ Lubang Saluran Tidak Simetris
➢ Faktor manusia
Salah satu penyebab munculnya lubang saluran tidak simetris adalah berasal
dari manusia. Yang pertama operator kurang teliti. Ketidak telitian dalam
membuat lubang saluran sehingga menjadi tidak simetris disebabkan karena
kelelahan. Kelelahan merupakan turunya tenaga dari operator. Hal tersebut
dapat menyebabkan kurangnya konsenterasi sehingga dapat membuat
pekerjaan yang dilakukan menjadi buruk. Yang kedua aadalah operator tidak
disiplin. Terkadang operator menginginkan pekerjaan yang dilakukan segera
selsai, maka biasanya operator sering sekali mengabaikan detail-detail kecail
dan terkadang mengabaikan beberapa SOP. Hal tersebut membuat operator
tidak displin. Ketidak disiplinan operator disebabkan kurngnya pengawasan
terhadap operator itu sendiri. Yang terakhir adalah tidak memahami SOP.
Secara sederhana, karyawan yang kurang memahami SOP dikarenakan tidak
adanya pelatihan selama perekrutan dan hanya berdasarkan pengalaman saja.
➢ Faktor mesin
Penyebab cacat berdasarkan factor mesin yang pertama mesin kurang
perawatan. Pelubangan tutup tabung untuk saluran dilakukan menggunakan
bor. Bor yang tidak diganti akan menyebabkan ketidakpresisian saat lubang
saluran terbentuk. Ini dikarenakan perawatan terhadap mesin kurang sehingga
mata bor tidak diganti atau bahkan diberi pelumas. Faktor lainya adalah seting
mesin tidak tepat. Ketidak tepatan seting mesin dapat membuat lubang saluran
tidak simetris. Mesin bor yang digunakan adalah mesin bor otomatis yang
artinya operator harus menentukan jenis bor yang digunakan. Kesalahan
penentuan jenis bor yang digunakan dapat membuat lubang saluran tidak
simetris.
➢ Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah suhu ruangan yang panas dan bau
tidak sedap. Sebenarnya faktor ini terkait dengan faktor manusia. Suhu
ruangan yang panas dan bau tidak sedap akan dapat mengganggu konsentrasi
operator saat melakukan pengeboran. Terganggunya konsentrasi operator
dapat menyebabkan kesalahan dalam melakukan pengeboran dimana diantara
dapat membuat lubang saluran tidak simetris.
➢ Faktor metode
Lubang saluran yang tidak simetris juga disebabkan kurangnya pemeriksaan.
CV. Karya Rubber Teknik memang melakukan produksi berdasarkan sistem
make to order. Seharusnya pemeriksaan dapat dilakukan dengan baik karena
bukan dengan sistem make to stock. Hal ini dikarenakan operator yang
terburu-buru. Biasanya yang membuat operator terburu-buru adalah deadline
yang semakin dekat. Hal ini membuat operator terkadang tidak memeriksa
hasil pekerjaannya sehingga wajar jika terdapat produk cacat yang lolos dari
pengawasan operator. Contohnya Lubang saluran yang tidak simetris.
➢ Faktor material
Lubang yang tidak simetris juga dapat disebabkan karena bahan baku yang
kurang berkuatlitas. Menurut wawancara dengan operator, saat semua sudah
sesuai SOP, terkadang produk cacat seperti lubang saluran tidak simtris masih
dapat ditemui. Salah satu penyebabnya adalah bahan baku yang kurang
berkualitas. Biasanya yang membuat lubang saluran tidak simetris adalah
permukaan bahan baku yang tidak rata, bahan terlalu keras dan juga bahan
terlalu lunak.
Dari permasalahan tersebut dimanfaatkan suatu alat bantu dari 7 tools yaitu
Diagram Sebab-Akibat (Fishbone). Diagram sebab akibat ditunjukkan pada Gambar
4.3
Gambar 4. 7 Diagram Sebab Akibat Kecacatan Lubang Saluran Tidak Simetris
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

❖ Cacat Body
➢ Faktor manusia
Faktor manusia yang menyebabkan cacat body yang pertama adalah operator
kurang teliti. Cacat body dapat berupa bentuk body yang tidak sesuai cetak
biru, lecet, dan terdapat ketidaksesuaian ukuran. Kurang telitinya operator
dapat menyebabkan salah satu dari kerusakan tersebut. Penyebab dari faktor
ini disebabkan oleh kelelahan operator. Operator yang terlalu leah akan
membuat konsentrasi menurun dan kemungkinan melakukan kesalahan dalam
pengerjaan produk dapat terjadi. Faktor kedua adalah operator kurang disiplin.
Sama seperti jenis kecacatan sebelumnya, kurangnya disiplin karyawan juga
dapat membuat cacat body. Kurang disiplinnya karyawan dikarenakan
kurangnya pengawasan oleh pihak perusahaan.
➢ Faktor mesin
Faktor mesin yang dapat menyebabkan cacat body adalah cetakan rusak dan
salah seting mesin. Untuk cetakan yang rusak, hal ini dapat membuat body
dari produk tutup tabung separator menjadi tidak sempurna. Ini merupakan
salah satu kecacatan yang kritis karena jika bentuk dan ukuran dari tutup
tabung tidak sempurna, maka komponen lain akan sulit dirakit dan terakit
pada bend aini. Kemudian untuk faktor selanjutnya adalah salah seting mesin.
Kesalahan seting mesin juga dapat membuat body tidak sesuai yang pada
akhirnya akan membuat produk cacat.
➢ Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah suhu ruangan yang panas dan bau
tidak sedap. Sebenarnya faktor ini terkait dengan faktor manusia. Suhu
ruangan yang panas dan bau tidak sedap akan dapat mengganggu konsentrasi
operator saat melakukan pengeboran. Terganggunya konsentrasi operator
dapat menyebabkan kesalahan dalam melakukan pengeboran dimana diantara
dapat membuat lubang saluran tidak simetris.
➢ Faktor metode
Sama seperti sebelumnya, cacat body juga disebabkan kurangnya
pemeriksaan. Kurangnya pemeriksaan dikarenakan operator terburu-buru
yang biasanya dikejar deadline yang semakin dekat. Hal ini membuat operator
terkadang tidak memeriksa hasil pekerjaannya sehingga wajar jika terdapat
produk cacat yang lolos dari pengawasan operator.
➢ Faktor material
Faktor material yang membuat cacat body adalah bahan baku kurang
berkualitas. Contohnya jika bahan baku terlalu lunak, maka produk yang
dihasilkan tidak sesuai bentuk yang diinginkan. Selain itu goresan dan
benturan dapat menyebabkan produk tidak dapat digunakan.
Dari permasalahan tersebut dimanfaatkan suatu alat bantu dari 7 tools yaitu
Diagram Sebab-Akibat (Fishbone). Diagram sebab akibat ditunjukkan pada Gambar
4
Gambar 4. 8 Diagram Sebab Akibat Cacat Body
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

❖ Cacat drat baut


➢ Faktor manusia
Cacat drat baut yang disebabkan faktor manusia adalah diantaranya
dikarenakan operator kurang teliti dan operator kurang disiplin. Cacat ini bisa
berasal bersumber dari manusia karena proses pelubangan untuk drat baut
dilakukan menggunakan mesin bor. Kurang telitinya operator dan operator
kurang disiplin dapat menyebabkan drat baut tidak presisi sehingga baut akan
sulit masuk. Faktor-faktor tersebut disebabkan oleh kurangnya pengawasan
serta kelelahan dari operator itu sendiri.
➢ Faktor mesin
Drat baut dibuat dengan melakukan pengeboran ke dalam body. Jika mata bor
bermasalah, biasanya ukuran drat baut tidak sesuai. Maka salah satu penyebab
cacat drat baut faktor mesin adalah mata bor tumpul. Faktor lainnya adalah
mesin yang kurang perawatan. Kembali lagi ke mata bor, jika mata bor jarang
diberi pelumas maka akan membut mata bor cepat termakan hingga tumpul.
➢ Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi cacat drat baut adalah ruangan yang
gelap. Ruangan yang gelap dapat menyebabkan kurangnya pandangan
operator dengan jelas, hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan dalam
melakukan pengeboran untuk membuat drat baut. Gelapnya ruangan
disebabkan kurangnya pencahayaan dari tempat dilakukannya pengerjaan
pada drat baut
➢ Faktor metode
Sama seperti sebelumnya, cacat drat baut juga disebabkan kurangnya
pemeriksaan. Kurangnya pemeriksaan dikarenakan operator terburu-buru
yang biasanya dikejar deadline yang semakin dekat. Hal ini membuat operator
terkadang tidak memeriksa hasil pekerjaannya sehingga wajar jika terdapat
produk cacat yang lolos dari pengawasan operator.
➢ Faktor material
Faktor material yang membuat cacat drat baut adalah bahan baku kurang
berkualitas. Contohnya jika bahan baku terlalu lunak, maka produk yang
dihasilkan tidak sesuai bentuk yang diinginkan. Selain itu goresan dan
benturan dapat menyebabkan produk tidak dapat digunakan.
Dari permasalahan tersebut dimanfaatkan suatu alat bantu dari 7 tools yaitu
Diagram Sebab-Akibat (Fishbone). Diagram sebab akibat ditunjukkan pada Gambar
4.5

Gambar 4. 9 Diagram Sebab Akibat Cacat Body


Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021
❖ Dudukan tidak rata
➢ Faktor manusia
Faktor manusia yang membuat cacat dudukan tidak rata adalah yang pertama
operator kurang teliti. Operator yang kurang teliti seringkali kurang
memperhatikan kerataan dari dudukan tutup tabung separator. Secara kasat
mata memang agak sulit untuk mengetahui apakah dudukan sudah rata atau
belum dan butuh ketelitian dan konsentrasi untuk mengetahuinya. Kurang
telitinya operator disebabkan oleh kelelahan dari operator. Selanjutnya faktor
yang juga dapat mempengaruhi adalah operator yang kurang disiplin. Seperti
yang dijelaskan sebelumnya, operator terkadang juga mengabaikan kerataan
dari dudukan tutup tabung. Hal ini dikarenakan kurangnya kedisiplinan dari
operator yang juga disebabkan oleh kurangnya pengawasan.
➢ Faktor mesin
Faktor mesin yang mempengaruhi dudukan tidak rata adalah kesalahan seting
mesin. Kesalahan seting mesin dapat membuat dudukan tutup tabung
separator tidak rata. Hal ini dikarenakan pada saat finishing pengunci benda
tidak mengunci dengan sempurna sehingga saat pengerjaan dilakukan terdapat
kemungkinan benda akan miring. Benda kerja yang miring tersebutlah yang
membuat dudukan tidak rata.
➢ Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi dudukan tidak rata adalah ruangan
yang gelap. Ruangan yang gelap dapat menyebabkan kurangnya pandangan
operator dengan jelas, hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan dalam
melakukan pengeboran untuk membuat drat baut. Gelapnya ruangan
disebabkan kurangnya pencahayaan dari tempat dilakukannya pengerjaan
pada drat baut
➢ Faktor metode
Sama seperti sebelumnya, dudukan tidak ratajuga disebabkan kurangnya
pemeriksaan. Kurangnya pemeriksaan dikarenakan operator terburu-buru
yang biasanya dikejar deadline yang semakin dekat. Hal ini membuat operator
terkadang tidak memeriksa hasil pekerjaannya sehingga wajar jika terdapat
produk cacat yang lolos dari pengawasan operator.
➢ Faktor material
Faktor material yang membuat dudukan tidak rata adalah bahan baku kurang
berkualitas. Contohnya jika bahan baku terlalu lunak, maka produk yang
dihasilkan tidak sesuai bentuk yang diinginkan. Selain itu goresan dan
benturan dapat menyebabkan produk tidak dapat digunakan.
Dari permasalahan tersebut dimanfaatkan suatu alat bantu dari 7 tools yaitu
Diagram Sebab-Akibat (Fishbone). Diagram sebab akibat ditunjukkan pada Gambar
4.6

Gambar 4. 10 Diagram Sebab Akibat Cacat Body


Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021

4.2.2 Teoriya Resheniya Izobreatatelskikh Zadacth (TRIZ)


Teoriya Rezheniya Izobretatelskih Zadacth (TRIZ) memiliki beberapa tahapan
yaitu mengklasifikasikan penyebab masalah kedalam 39 parameter TRIZ, membuat
matriks kontradiksi, dan memberikan usulan perbaikan berdasarkan 40 prinsip TRIZ.
4.2.2.1 Mengklasifikasikan Masalah dengan 39 Parameter TRIZ
Setelah mengetahui penyebab-penyebab dari jenis kecacatan yang dihasilkan
produk tutup tabung separataor langkah selanjutnya yaitu mengklasifikasikan setiap
sebab yang timbul ke dalam 39 parameter untuk menentukan improved feature (fitur
yang ingin ditingkatkan) agar mengetahui perbaikan yang akan dilakukan dan
worsened feature (fitur yang menjadi dampak) agar mengetahui dampak yang akan
ditimbulkan dari perbaikan tersebut. Hasil tersebut akan menjadi input dalam matriks
kontradiksi.
 Lubang Saluran Tidak Simetris
Kengklasifikasi permasalahan untuk lubang saluran tidak simetris terdapat
pada tabel 4.8
Tabel 4. 8 Parameter Kontadiksi Lubang Saluran Tidak Simetris
Improving > Worsening
Penyebab
Parameter < Parameter
>
Kelelahan (14) Strength (25) Loss of time
<

Lanjutan Tabel 4. 8 Parameter Kontadiksi Lubang Saluran Tidak Simetris


Improving > Worsening
Penyebab
Parameter < Parameter
>
Kurangnya pengawasan (27) Reliability (22) Loss of energy
<
> (35) adaptability or
Tidak ada pelatihan (27) reliability
< versatility
Perawatan mesin >
(39) productivity (25) loss of time
kurang <
Seting mesin tidak (29) accuracy of > (35) Adaptability or
tepat manufacturing < versatility
>
Suhu ruangan panas (17) Temperature (22) Loss of energy
<
(30) External harm >
Bau tidak sedap (39) productivity
affects the object <
(15) duration of
>
Terburu-buru action ((11) stress or pressure
<
n by a moving object
(37) difficulty of
Bahan baku (29) accuracy of >
detecting
kurang berkualitas manufacturing <
and measuring

Berdasarkan Tabel 4.4 terdapat 9 dasar permasalahan penyebab lubang


saluran tidak simetris dari 5 faktor. Setelah dilakukan pengklasifikasian terdapat 8
paramaeter yang menjadi improve feature dan 7 parameter yang menjadi worsened
feature. Uraian terkait pengklasifikasian dasar permasalahan penyebab cacat tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan
Kelelahan terdapat pada faktor manusia, kelelahan yang dialami pekerja akan
menurunkan tingkat konsentrasi maupun tenaga pekerja. Penurunan
konsentrasi dan tenaga tentu berpengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan
pekerja dan hal tersebut dapat beresiko terhadap kualitas produk. Maka dari
itu kekuatan pekerja perlu ditingkatkan agar pada saat bekerja pekerja lebih
berkonsentrasi dan memiliki tenaga yang cukup (parameter 14: strength).
Salah satu cara agar menjaga kekuatan dari pekerja adalah dengan
memberikan waktu istirahat yang cukup bagi pekerja. Namun, pemberian
waktu istirahat tersebut dapat menimbulkan dampak pada hilangnya waktu
produksi (parameter 25: loss of time).
2. Kurangnya Pengawasan
Kurangnya pengawasan terdapat pada faktor manusia. Kurangnya pengawasan
terhadap pekerja pada bagian pemanggangan dapat membuat pekerja tidak
fokus pada pekerjaannya sehingga terjadi kelalaian. Maka dari itu, perlu
dilakukan pengawasan agar pekerja fokus terhadap pekerjaanya (parameter
27: reliability). Namun, dampak yang akan ditimbulkan adalah tenaga lebih
yang harus dikeluarkan untuk mengawasi kinerja pekerja (parameter 22: loss
of energy).
3. Tidak Ada Pelatihan
Tidak adanya pelatihan membuat operator tidak teliti sehingga menyebabkan
kesalahan dalam melakukan pekerjaannya, seperti mengatur mesin yang akan
digunakan. Perlu adanya peningkatan kemampuan atau keandalan dari
operator untuk mengurangi dampak dari operator tidak teliti (parameter 27:
reliability). Namun, untuk meningkatkan hal tersebut maka akan berdampak
terhadap kemampuan operator dalam menerapkan kemampuan, apakah
operator dapat langsung menerapkan atau tidak diterapkan sama sekali
(parameter 35: adaptability or versatility).
4. Perawatan Mesin Kurang
Perawatan mesin yang kurang akan mengakibatkan mesin sering mengalami
kerusakan dan berpengaruh terhadap operasi sistem serta jumlah output hasil
produk, hal yang ingin dicapai yaitu meningkatkan efisiensi proses dan
memaksimalkan operasi dan output yang sesuai dengan (parameter 39:
productivity), namun dalam mencapai hal itu akan berpengaruh terhadap
waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk meningkatkan produktifitas
mesin yang sesuai dengan kebutuhan (parameter 25: loss of time).
5. Setting Mesin tidak Tepat
Setting mesin yang tidak tepat dapat membuat produk yang dibuat tidak
sesuai. Hal yang ingin dicapai yaitu keakuratan setting dan sesuai karakteristik
dimana tertera pada (parameter 29: accuracy of manufacturing). Selama ini
perusahaan menyediakan batch record yang berfungsi untuk operational
procedure, namun tidak terdapat cara mensetting secara jelas dan rinci untuk
dapat dipahami oleh operator. Dalam mencapai hal tersebut berdampak pada
respon dari sistem atau objek terhadap perubahan eksternal sesuai dengan
(parameter 35: Adaptability or versatility).
6. Suhu Ruangan Panas
Suhu ruangan panas terdapat pada faktor lingkungan. Suhu ruangan panas
akan membuat kondisi ruangan terasa panas dan mengganggu kenyamanan
pekerja saat bekerja. Hal tersebut dapat membuat pekerja tidak fokus dan
tidak nyaman. Maka dari itu, temperatur ruangan perlu diatur sedemikian rupa
agar operator dapat dengan nyaman bekerja (parameter 17: temperature).
Namun, peningkatan tersebut memiliki dampak terhadap energi yang harus
dikeluarkan agar temperatur di dalam ruangan terasa nyaman (parameter 22:
loss of energy).
7. Bau tidak sedap
Bau tidak sedap berasal dari faktor luar yang dapat mengganggu kenyamanan
dalama bekerja. Faktor luar ini dapat mengganggu sistem yang berjalan saat
ini (parameter 30: External harm affects the object). Tetapi untuk mencapai
hal tersebut dibutuhkan perlu sumber daya manusia untuk menghilangkannya
sehingga produktivitas akan menurun (parameter 29: productivity).
8. Terburu-buru
Terburu-buru dalam mengejar target produksi menyebabkan konsentrasi kerja
menurun dan menyebabkan produk cacat. Perlu adanya penambahan jam kerja
operator, agar operator tidak tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaannya
(parameter 15: duration of action by a moving object). Namun, untuk
meningkatkan hal tersebut maka akan berdampak terhadap stress maupun
tekanan yang dirasakan operator (parameter 11: Stress or presure).
9. Bahan baku kurang berkualitas
Penggunaan bahan yang kurang berkualitas akan menyebabkan hasil yang
tidak sesuai dengan keinginan seperti hal aksesoris yang mudah lepas karena
pengait yang ada tidak kuat lama. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya
peningkatan keakuratandalam pemilihan atau pengukuran bahan yang akan
digunakan (parameter 29: accuracy of manufacturing) Namun, melakukan
peningkatan tersebut akan menghasilkan dampak yaitu memakan waktu dan
tenaga yang menggangu sehingga menyulitkan dalam mendeteksi bahan yang
kurang berkualitas (parameter 37: difficulty of detecting and measuring)
 Cacat Body
Kengklasifikasi permasalahan untuk cacat body terdapat pada tabel 4.9
Tabel 4. 9 Parameter Kontadiksi Cacat Body
>
Penyebab Improving Parameter Worsening Parameter
<
>
Kelelahan (14) Strength (25) Loss of time
<
Kurangnya >
(27) Reliability (22) Loss of energy
pengawasan <
(29) accuracy of >
Cetakan rusak (25) Loss of time
manufacturing <
Seting mesin tidak (29) accuracy of > (35) Adaptability or
tepat manufacturing < versatility
> (19) use of energy by
Suhu ruangan panas (17) Temperature
< moving object
Bau tidak sedap (30) External harm affects > (39) productivity
the object <
(15) duration of action by a >
Terburu-buru (11) stress or pressure
moving object <
Bahan baku kurang (29) accuracy of > (37) difficulty of detecting
berkualitas manufacturing < and measuring
Berdasarkan Tabel 4.9 terdapat 8 dasar permasalahan penyebab cacat body
dari 5 faktor. Setelah dilakukan pengklasifikasian terdapat 6 paramaeter yang menjadi
improve feature dan 8 parameter yang menjadi worsened feature. Uraian terkait
pengklasifikasian dasar permasalahan penyebab cacat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan
Kelelahan terdapat pada faktor manusia, kelelahan yang dialami pekerja akan
menurunkan tingkat konsentrasi maupun tenaga pekerja. Penurunan
konsentrasi dan tenaga tentu berpengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan
pekerja dan hal tersebut dapat beresiko terhadap kualitas produk. Maka dari
itu kekuatan pekerja perlu ditingkatkan agar pada saat bekerja pekerja lebih
berkonsentrasi dan memiliki tenaga yang cukup (parameter 14: strength).
Salah satu cara agar menjaga kekuatan dari pekerja adalah dengan
memberikan waktu istirahat yang cukup bagi pekerja. Namun, pemberian
waktu istirahat tersebut dapat menimbulkan dampak pada hilangnya waktu
produksi (parameter 25: loss of time).
2. Kurangnya Pengawasan
Kurangnya pengawasan terdapat pada faktor manusia. Kurangnya pengawasan
terhadap pekerja pada bagian pemanggangan dapat membuat pekerja tidak
fokus pada pekerjaannya sehingga terjadi kelalaian. Maka dari itu, perlu
dilakukan pengawasan agar pekerja fokus terhadap pekerjaanya (parameter
27: reliability). Namun, dampak yang akan ditimbulkan adalah tenaga lebih
yang harus dikeluarkan untuk mengawasi kinerja pekerja (parameter 22: loss
of energy).
3. Cetakan Rusak
Cetakan rusak dapat menyebabkan kesalahan dalam hasil akhir produk
dimana produk dapat tidak sesuai dengan yang sudah ditentukan. Perlu adanya
peningkatan perbaikan untuk menghilangkan dampak dari cacat dikarenakan
cetakan rusak (parameter 29: Accuracy of Manufacturing). Namun, untuk
meningkatkan hal tersebut maka akan memakan waktu untuk mengetahui
kerusakan yang ada pada cetakan (parameter 25: loss of time).
4. Setting Mesin tidak Tepat
Setting mesin yang tidak tepat dapat membuat produk yang dibuat tidak
sesuai. Hal yang ingin dicapai yaitu keakuratan setting dan sesuai karakteristik
dimana tertera pada (parameter 29: accuracy of manufacturing). Selama ini
perusahaan menyediakan batch record yang berfungsi untuk operational
procedure, namun tidak terdapat cara mensetting secara jelas dan rinci untuk
dapat dipahami oleh operator. Dalam mencapai hal tersebut berdampak pada
respon dari sistem atau objek terhadap perubahan eksternal sesuai dengan
(parameter 35: Adaptability or versatility).
5. Suhu Ruangan Panas
Suhu ruangan panas terdapat pada faktor lingkungan. Suhu ruangan panas
akan membuat kondisi ruangan terasa panas dan mengganggu kenyamanan
pekerja saat bekerja. Hal tersebut dapat membuat pekerja tidak fokus dan
tidak nyaman. Maka dari itu, temperatur ruangan perlu diatur sedemikian rupa
agar operator dapat dengan nyaman bekerja (parameter 17: temperature).
Namun, peningkatan tersebut memiliki dampak terhadap energi yang harus
dikeluarkan agar temperatur di dalam ruangan terasa nyaman (parameter 22:
loss of energy).
10. Bau tidak sedap
Bau tidak sedap berasal dari faktor luar yang dapat mengganggu kenyamanan
dalama bekerja. Faktor luar ini dapat mengganggu sistem yang berjalan saat
ini (parameter 30: External harm affects the object). Tetapi untuk mencapai
hal tersebut dibutuhkan perlu sumber daya manusia untuk menghilangkannya
sehingga produktivitas akan menurun (parameter 29: productivity).
6. Terburu-buru
Terburu-buru dalam mengejar target produksi menyebabkan konsentrasi kerja
menurun dan menyebabkan produk cacat. Perlu adanya penambahan jam kerja
operator, agar operator tidak tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaannya
(parameter 15: duration of action by a moving object). Namun, untuk
meningkatkan hal tersebut maka akan berdampak terhadap stress maupun
tekanan yang dirasakan operator (parameter 11: Stress or presure).
7. Bahan baku kurang berkualitas
Penggunaan bahan yang kurang berkualitas akan menyebabkan hasil yang
tidak sesuai dengan keinginan seperti hal aksesoris yang mudah lepas karena
pengait yang ada tidak kuat lama. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya
peningkatan keakuratandalam pemilihan atau pengukuran bahan yang akan
digunakan (parameter 29: accuracy of manufacturing) Namun, melakukan
peningkatan tersebut akan menghasilkan dampak yaitu memakan waktu dan
tenaga yang menggangu sehingga menyulitkan dalam mendeteksi bahan yang
kurang berkualitas (parameter 37: difficulty of detecting and measuring)
 Cacat Drat Baut
Kengklasifikasi permasalahan untuk cacat drat baut terdapat pada tabel 4.10
Tabel 4. 10 Parameter Kontadiksi Cacat Drat Baut

Penyebab Improving Parameter > Worsening Parameter


<
>
Kelelahan (14) Strength (25) Loss of time
<

Kurangnya >
(27) Reliability (22) Loss of energy
pengawasan <

(29) accuracy of >


Mata bor tumpul (25) Loss of time
manufacturing <

Seting mesin tidak (29) accuracy of > (35) Adaptability or


tepat manufacturing < versatility

Kurang > (19) Use of energy by


(18) Illumination intensity
pencahayaan < moving object
(15) duration of action by a >
Terburu-buru ((11) stress or pressure
moving object <

Bahan baku kurang (29) accuracy of > (37) difficulty of detecting


berkualitas manufacturing < and measuring

Berdasarkan Tabel 4.10 terdapat 7 dasar permasalahan penyebab cacat drat


baut dari 5 faktor. Setelah dilakukan pengklasifikasian terdapat 5 paramaeter yang
menjadi improve feature dan 6 parameter yang menjadi worsened feature. Uraian
terkait pengklasifikasian dasar permasalahan penyebab cacat tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kelelahan
Kelelahan terdapat pada faktor manusia, kelelahan yang dialami pekerja akan
menurunkan tingkat konsentrasi maupun tenaga pekerja. Penurunan
konsentrasi dan tenaga tentu berpengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan
pekerja dan hal tersebut dapat beresiko terhadap kualitas produk. Maka dari
itu kekuatan pekerja perlu ditingkatkan agar pada saat bekerja pekerja lebih
berkonsentrasi dan memiliki tenaga yang cukup (parameter 14: strength).
Salah satu cara agar menjaga kekuatan dari pekerja adalah dengan
memberikan waktu istirahat yang cukup bagi pekerja. Namun, pemberian
waktu istirahat tersebut dapat menimbulkan dampak pada hilangnya waktu
produksi (parameter 25: loss of time).
2. Kurangnya Pengawasan
Kurangnya pengawasan terdapat pada faktor manusia. Kurangnya pengawasan
terhadap pekerja pada bagian pemanggangan dapat membuat pekerja tidak
fokus pada pekerjaannya sehingga terjadi kelalaian. Maka dari itu, perlu
dilakukan pengawasan agar pekerja fokus terhadap pekerjaanya (parameter
27: reliability). Namun, dampak yang akan ditimbulkan adalah tenaga lebih
yang harus dikeluarkan untuk mengawasi kinerja pekerja (parameter 22: loss
of energy).
3. Mata Bor Tumpul
Mata bor tumpul dapat menyebabkan kesalahan dalam hasil akhir produk
dimana produk dapat tidak sesuai dengan yang sudah ditentukan. Perlu adanya
peningkatan perbaikan untuk menghilangkan dampak dari cacat dikarenakan
cetakan rusak (parameter 29: Accuracy of Manufacturing). Namun, untuk
meningkatkan hal tersebut maka akan memakan waktu untuk mengetahui
kerusakan yang ada pada cetakan (parameter 25: loss of time).
4. Setting Mesin tidak Tepat
Setting mesin yang tidak tepat dapat membuat produk yang dibuat tidak
sesuai. Hal yang ingin dicapai yaitu keakuratan setting dan sesuai karakteristik
dimana tertera pada (parameter 29: accuracy of manufacturing). Selama ini
perusahaan menyediakan batch record yang berfungsi untuk operational
procedure, namun tidak terdapat cara mensetting secara jelas dan rinci untuk
dapat dipahami oleh operator. Dalam mencapai hal tersebut berdampak pada
respon dari sistem atau objek terhadap perubahan eksternal sesuai dengan
(parameter 35: Adaptability or versatility).
5. Kurang Pencahayaan
Kurangnya pencahayaan dapat menyebabkan ruangan gelap. Pencahayaan
yang baik diperlukan oleh operator saat bekerja karena memberikan
penglihatan yang jelas terhadap objek yang dikerjakan. Maka perlu dilakukan
peningkatan pencahayaan yang baik (parameter 18: illumination intensity).
Namun, ketika hal tersebut ditingkatkan akan berdampak pada penggunaan
energi listrik tambahan (parameter 19 : Use of energy by moving object).
6. Terburu-buru
Terburu-buru dalam mengejar target produksi menyebabkan konsentrasi kerja
menurun dan menyebabkan produk cacat. Perlu adanya penambahan jam kerja
operator, agar operator tidak tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaannya
(parameter 15: duration of action by a moving object). Namun, untuk
meningkatkan hal tersebut maka akan berdampak terhadap stress maupun
tekanan yang dirasakan operator (parameter 11: Stress or presure).
7. Bahan baku kurang berkualitas
Penggunaan bahan yang kurang berkualitas akan menyebabkan hasil yang
tidak sesuai dengan keinginan seperti hal aksesoris yang mudah lepas karena
pengait yang ada tidak kuat lama. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya
peningkatan keakuratandalam pemilihan atau pengukuran bahan yang akan
digunakan (parameter 29: accuracy of manufacturing) Namun, melakukan
peningkatan tersebut akan menghasilkan dampak yaitu memakan waktu dan
tenaga yang menggangu sehingga menyulitkan dalam mendeteksi bahan yang
kurang berkualitas (parameter 37: difficulty of detecting and measuring)
 Dudukan Tidak Rata
Kengklasifikasi permasalahan untuk dudukan tidak rata terdapat pada tabel
4.11
Tabel 4. 11 Parameter Kontadiksi Cacat Drat Baut

Penyebab Improving Parameter > Worsening Parameter


<

>
Kelelahan (14) Strength (25) Loss of time
<

Kurangnya >
(27) Reliability (22) Loss of energy
pengawasan <

Seting mesin tidak (29) accuracy of > (35) Adaptability or


tepat manufacturing < versatility

Kurang > (19) Use of energy by


(18) Illumination intensity
pencahayaan < moving object

(15) duration of action by a >


Terburu-buru ((11) stress or pressure
moving object <

Bahan baku kurang (29) accuracy of > (37) difficulty of detecting


berkualitas manufacturing < and measuring
Berdasarkan Tabel 4.11 terdapat 6 dasar permasalahan penyebab lubang
saluran tidak simetris dari 5 faktor. Setelah dilakukan pengklasifikasian terdapat 5
paramaeter yang menjadi improve feature dan 6 parameter yang menjadi worsened
feature. Uraian terkait pengklasifikasian dasar permasalahan penyebab cacat tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan
Kelelahan terdapat pada faktor manusia, kelelahan yang dialami pekerja akan
menurunkan tingkat konsentrasi maupun tenaga pekerja. Penurunan
konsentrasi dan tenaga tentu berpengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan
pekerja dan hal tersebut dapat beresiko terhadap kualitas produk. Maka dari
itu kekuatan pekerja perlu ditingkatkan agar pada saat bekerja pekerja lebih
berkonsentrasi dan memiliki tenaga yang cukup (parameter 14: strength).
Salah satu cara agar menjaga kekuatan dari pekerja adalah dengan
memberikan waktu istirahat yang cukup bagi pekerja. Namun, pemberian
waktu istirahat tersebut dapat menimbulkan dampak pada hilangnya waktu
produksi (parameter 25: loss of time).
2. Kurangnya Pengawasan
Kurangnya pengawasan terdapat pada faktor manusia. Kurangnya pengawasan
terhadap pekerja pada bagian pemanggangan dapat membuat pekerja tidak
fokus pada pekerjaannya sehingga terjadi kelalaian. Maka dari itu, perlu
dilakukan pengawasan agar pekerja fokus terhadap pekerjaanya (parameter
27: reliability). Namun, dampak yang akan ditimbulkan adalah tenaga lebih
yang harus dikeluarkan untuk mengawasi kinerja pekerja (parameter 22: loss
of energy).
3. Setting Mesin tidak Tepat
Setting mesin yang tidak tepat dapat membuat produk yang dibuat tidak
sesuai. Hal yang ingin dicapai yaitu keakuratan setting dan sesuai karakteristik
dimana tertera pada (parameter 29: accuracy of manufacturing). Selama ini
perusahaan menyediakan batch record yang berfungsi untuk operational
procedure, namun tidak terdapat cara mensetting secara jelas dan rinci untuk
dapat dipahami oleh operator. Dalam mencapai hal tersebut berdampak pada

respon dari sistem atau objek terhadap perubahan eksternal sesuai dengan
(parameter 35: Adaptability or versatility).
4. Kurang Pencahayaan
Kurangnya pencahayaan dapat menyebabkan ruangan gelap. Pencahayaan
yang baik diperlukan oleh operator saat bekerja karena memberikan
penglihatan yang jelas terhadap objek yang dikerjakan. Maka perlu dilakukan
peningkatan pencahayaan yang baik (parameter 18: illumination intensity).
Namun, ketika hal tersebut ditingkatkan akan berdampak pada penggunaan
energi listrik tambahan (parameter 19 : Use of energy by moving object).
5. Terburu-buru
Terburu-buru dalam mengejar target produksi menyebabkan konsentrasi kerja
menurun dan menyebabkan produk cacat. Perlu adanya penambahan jam kerja
operator, agar operator tidak tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaannya
(parameter 15: duration of action by a moving object). Namun, untuk
meningkatkan hal tersebut maka akan berdampak terhadap stress maupun
tekanan yang dirasakan operator (parameter 11: Stress or presure).
6. Bahan baku kurang berkualitas
Penggunaan bahan yang kurang berkualitas akan menyebabkan hasil yang
tidak sesuai dengan keinginan seperti hal aksesoris yang mudah lepas karena
pengait yang ada tidak kuat lama. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya
peningkatan keakuratandalam pemilihan atau pengukuran bahan yang akan
digunakan (parameter 29: accuracy of manufacturing) Namun, melakukan
peningkatan tersebut akan menghasilkan dampak yaitu memakan waktu dan
tenaga yang menggangu sehingga menyulitkan dalam mendeteksi bahan yang
kurang berkualitas (parameter 37: difficulty of detecting and measuring)
4.2.2.2 Matriks Kontradiksi (Solusi TRIZ)
Faktor-faktor penyebab kecacatan yang telah dikategorikan kedalam 39
parameter TRIZ dilanjutkan dengan membuat matriks kontradiksi. Pembuatan
matriks kontradiksi bertujuan untuk menemukan solusi yang tepat dimana solusi
tersebut telah mempertimbangkan dampak (worsened feature) yang akan terjadi
ketika suatu parameter ditingkatkan (improved feature), berdasarkan pada Lampiran
2. Adapun matriks kontradiksi jenis lubang saluran tidak simetris, cacat body, cacat
drat baut, dan dudukan tidak rata dapat dilihat pada tabel 4.12 sampai tabel 4.15.
 Matriks Kontradiksi Jenis Cacat Lubang Saluran Tidak Simetris
Tabel 4. 12 Matriks Solusi Kontradiksi Jenis Cacat Permukaan Tidak Rata
Adaptabilit Difficulty of
worsened stress or Loss of Loss of y detecting
Shape Productivity
feature presure energy time or and
No versatility measuring
Improve
11 12 22 25 35 37 39
feature

10, 3, 18, 10, 30, 29, 3, 28, 29, 35, 10,


14 Strength 35 15, 3, 32 27, 3, 15, 40
40 35, 40 10 14
Duration of
action 14, 26, 20, 10, 28, 19, 29, 39, 35, 15, 14,
15 19, 3, 27 All 1, 35, 13
by a moving 28, 25 18 35 19
object
35, 39, 14, 22, 21, 17, 35, 28, 21,
17 Temperature 2, 18, 27 3, 27, 35, 31 15, 28, 35
19, 2 19, 32 35, 38 18

10, 24, 15, 1, 10, 11, 13, 35, 8,


27 Reliability 10, 30, 4 27, 40, 28 1, 35, 29, 38
35, 19 16, 11 35 24

Accuracy of 32, 30, 13, 32, 32, 26, 28, 10, 18, 32,
29 3, 35 All All
manufacturing 40 2 18 39
External harm
22, 1, 21, 22, 35, 11, 22, 22, 19, 29, 22, 35, 13,
30 affects the 22, 2, 37 35, 18, 34
3, 35 35, 2 31 40 24
object
10, 37, 14, 10, 28, 10, 1, 35, 28,
39 Productivity All 35, 18, 27, 2 All
14 34, 40 35, 23 37

 Matriks Kontradiksi Jenis Cacat Body


Tabel 4. 13 Matriks Solusi Kontradiksi Jenis Cacat Body
use of
Difficulty of
energy
Worsened Stress or Loss of Loss of Adaptability detecting
by Productivity
feature presure energy time or versatility and
moving
No measuring
object
Improve
11 19 22 25 35 37 39
feature
10, 3, 18, 19, 35, 29, 35, 10,
14 Strength 35 29, 3, 28, 10 15, 3, 32 27, 3, 15, 40
40 10 14
Duration of
action 28, 6, 20, 10, 28, 19, 29, 39, 35, 15, 14,
15 19, 3, 27 All 1, 35, 13
by a moving 35, 18 18 35 19
object
35, 39, 19 15 3 21, 17, 35, 28, 21,
17 Temperature 2, 18, 27 3, 27, 35, 31 15, 28, 35
19, 2 17 35, 38 18

10, 24, 21 11 10, 11,


27 Reliability 10, 30, 4 13, 35, 8, 24 27, 40, 28 1, 35, 29, 38
35, 19 27 19 35

Accuracy of
13, 32, 32, 26, 28, 10, 18, 32,
29 manufacturin 3, 35 32 2 All All
2 18 39
g
External
1 24 6 21, 22, 35, 11, 22, 22, 19, 29, 22, 35, 13,
30 harm affects 22, 2, 37 35, 18, 34
27 35, 2 31 40 24
the object
 Matriks Kontradiksi Jenis Cacat Drat Baut
Tabel 4. 14 Matriks Solusi Kontradiksi Jenis Cacat Drat Baut
use of Difficulty of
Worsened Stress or energy by Loss of Loss of Adaptability detecting
Productivity
feature presure moving energy time or versatility and
No object measuring

Improve feature 11 19 22 25 35 37 39

10, 3, 18, 19, 35, 29, 3, 29, 35, 10,


14 Strength 35 15, 3, 32 27, 3, 15, 40
40 10 28, 10 14
Duration of
action 28, 6, 35, 20, 10, 19, 29, 39, 35, 15, 14,
15 19, 3, 27 All 1, 35, 13
by a moving 18 28, 18 35 19
object
Illumination 13, 16, 19, 1,
18 All 32, 1, 19 15, 1, 19 32, 15 2, 25, 16
intensity 1, 6 26, 17

10, 24, 21 11 27 10, 11, 10, 30,


27 Reliability 13, 35, 8, 24 27, 40, 28 1, 35, 29, 38
35, 19 19 35 4

Accuracy of 13, 32, 32, 26, 10, 18, 32,


29 3, 35 32 2 All All
manufacturing 2 28, 18 39

 Matriks Kontradiksi Jenis Cacat Dudukan Tidak Rata


Tabel 4. 15 Matriks Solusi Kontradiksi Jenis Cacat Dudukan Tidak Rata
use of
energy Difficulty of
Worsened Stress or Loss of Loss of Adaptability
by detecting and
No feature presure energy time or versatility
moving measuring
object
Improve feature 11 19 22 25 35 37

19, 35,
14 Strength 10, 3, 18, 40 35 29, 3, 28, 10 15, 3, 32 27, 3, 15, 40
10
Duration of
action 28, 6, 35, 20, 10, 28,
15 19, 3, 27 All 1, 35, 13 19, 29, 39, 35
by a moving 18 18
object

Illumination 13, 16, 1,


18 All 32, 1, 19 19, 1, 26, 17 15, 1, 19 32, 15
intensity 6

10, 24, 35, 21 11 27 10, 11,


27 Reliability 10, 30, 4 13, 35, 8, 24 27, 40, 28
19 19 35

Accuracy of 32, 26, 28,


29 3, 35 32 2 13, 32, 2 All All
manufacturing 18

4.2.2.3 Solusi Ideal dengan 40 Prinsip Kreatif TRIZ


Pada tahap ini dilakukan pemilihan solusi yang paling ideal berdasarkan hasil
dari angka-angka yang telah diperoleh pada matriks kontradiksi. Hasil angka tersebut
merupakan solusi dari 40 prinsip kreatif TRIZ dan pemilihan solusi ini harus
mempertimbangkan kondisi perusahaan agar dapat diterapkan dengan baik. Hasil
pemilihan solusi ideal akan menjadi ide kreatif untuk melakukan rancangan perbaikan
pada tahapan analisis. Pemilihan solusi ideal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.16
Tabel 4. 16 Pemilihan Solusi Ideal
N Parameter Hasil Solusi
Penyebab Sub Prinsip 40 Prinsip Kreatif Solusi Ideal
o Konflik Matriks
(29) Pneumatic
a. Menggunakan gas atau cair sebagai bagian dari suatu
or hydraulic
objek atau sistem bukan bagian padat. (misalnya
construction
ditiup, diisi dengan cairan, bantalan udara, hidrostatik,
(Menggunakan
bagian hydroreactive).
gas/cairan)
a. Mengubah struktur objek yang sejenis atau
lingkungan eksternal sehingga objek akan memiliki
fitur yang berbeda atau pengaruh ditempat/situasi yang
(3) Local
berbeda.
Quality
b. Membuat setiap bagian dari fungsi objek dalam
(Kualitas lokal)
kondisi siap untuk operasi.
c. Membuat setiap bagian dari sebuah objek berguna (3) Local quality subprinsip b
(14) Strength
memenuhi fungsinya
1 Kelelahan >< (25) Loss
a. Mengganti metode mekanik dengan metode sensorik Membuat setiap bagian dari fungsi
of time (28) (optik, akustik, rasa atau bau). objek dalam kondisi siap untuk operasi.
Replacement of
b. Gunakan medan listrik, magnet, dan medan
a mechanical
elektromagnetik untuk berinteraksi dengan objek.
system
c. Pergantian settingan untuk mesin.
(Mengganti ke
sistem sensorik) d. Gunakan bidang bersamaan dengan partikerl
feromagnetik
(10) Prior
Action e. Mempersiapkan sarana darurat sebelum mengenai
(Tindakan awal manusia untuk mengimbangi keandalan yang relatif
sebelum hal rendah dari suatu objek atau sistem dari waktu ke
tersebut waktu.
dibutuhkan)
2 Kurangnya pengawasan (27) (10) Prior a. Lakukan tindakan sebelum, perubahan diperlukan (35) Transformation of properties
Reliability Action suatu objek atau sistem (baik sepenuhnya atau subprinsip b
>< (22) Loss (Tindakan awal sebagian).
of energy sebelum hal b. Susun objek sebelum beroperasi sehingga dapat Mengubah konsentrasi
tersebut bekerja dengan lingkungan nyaman tanpa kehilangan atau konsistensi.
dibutuhkan) waktu pengiriman.
(11) Beforehand a. Mempersiapkan sarana darurat sebelum mengenai
compensation manusia untuk mengimbangi keandalan yang relatif
(Menyiapkan rendah dari suatu objek atau sistem dari waktu ke
kondisi darurat) waktu.
(35) a. Mengubah keadaan fisik objek (menjadi gas, cair,
Transformation atau padat).
of properties b. Mengubah konsentrasi atau konsistensi.
(Perubahan c. Mengubah tingkat fleksibilitas.
d. Mengubah suhu atau temperatur.
parameter) e. Mengubah karakteristik atau teknik.
Lanjutan Tabel 4. 16 Pemilihan Solusi Ideal
N Parameter Hasil Solusi
Penyebab Sub Prinsip 40 Prinsip Kreatif Solusi Ideal
o Konflik Matriks
a. Membalikkan tindakan yang digunakan untuk
memecahkan masalah (misalnya, dari pada
(13) Do it in mendinginkan sebuah objek, lebih baik panaskan itu).
Reverse
(Tindakan b. Membuat bagian yang tetap dapat bergerak (atau
sebaliknya untuk lingkungan eksternal) dan bagian yang tetap bergerak.
penyelesaian
masalah)
c. Putar objek (atau proses) kebalikannya.

a. Mengubah keadaan fisik objek (menjadi gas, cair,


atau padat).

b. Mengubah konsentrasi atau konsistensi.


(27) (35)
Transformation (35) Transformation of properties
reliability
of properties c. Mengubah tingkat fleksibilitas. subprinsip b
3 Tidak ada pelatihan >< (35)
adaptability (Perubahan
parameter) Mengubah konsentrasi atau konsistensi.
or versatility
d. Mengubah suhu atau temperatur.

e. Mengubah karakteristik atau teknik.

a. Untuk mengurangi berat objek gabungkan dengan


(8)
objek lainnya yang dapat menghasilkan gaya angkat.
Counterweight
(Menggabungka b. Untuk mengimbangi berat suatu objek maka buat
n objek dengan interaksi dengan lingkungan (misalnya penggunaan
benda lain) aerodinamis, hidrodinamik, daya apung, dan kekuatan
lain).
(24) Mediator a. Menggunakan sebuah benda perantara atau proses
(Perantara) perantara.
b. Menggabungkan satu objek sementara dengan yang
lain yang dapat dengan mudah dipindahkan.

Lanjutan Tabel 4. 16 Pemilihan Solusi Ideal


N Parameter Hasil Solusi
Penyebab Sub Prinsip 40 Prinsip Kreatif Solusi Ideal
o Konflik Matriks

a. Mengubah warna objek atau lingkungan luar.


(32) Changing
the color
b. Mengubah transparansi objek atau lingkungan luar.
(Perubahan
warna)
c. Untuk mengamati objek atau proses yang susah
dilihat gunakan zat aditif.
a. Tidak menggunakan sebuah objek tidak tersedia,
mahal atau rapuh, tetapi gunakan yang sederhana, atau
(26) Copying salinan murah.
(Menyalin b. Jika salinan optik yang terlihat sudah digunakan,
sebuah mengubah panjang gelombang ke inframerah atau
objek/sistem) ultraviolet.
c. Ganti objek/system/ proses dengan salinan optik atau
gambar.
(29) accuracy
a. Mengganti metode mekanik dengan metode sensorik 28) Replacement of a mechanical system
of
(optik, akustik, rasa atau bau). subprinsip c
4 Cetakan rusak manufacturin
(28)
g >< (25) b. Gunakan medan listrik, magnet, dan medan
Replacement of Pergantian settingan untuk mesin.
Loss of time elektromagnetik untuk berinteraksi dengan objek.
a mechanical
system
(Mengganti ke c. Pergantian settingan untuk mesin.
sistem sensorik)
d. Gunakan bidang bersamaan dengan partikerl
feromagnetik
a. Menyebabkan suatu benda atau sistem untuk
berosilasi atau bergetar.

(18) Mechanical b. Meningkatkan frekuensi getaran.


vibration
(Meningkatkan
frekuensi) c. Gunakan frekuensi resonansi objek.

d. Gunakan piezoelektrik bukan vibrator mekanik.


e. Gunakan gabungan osilasi medan ultrasonik dan
elektromagnetik.
Lanjutan Tabel 4. 16 Pemilihan Solusi Ideal
N Parameter Hasil Solusi
Penyebab Sub Prinsip 40 Prinsip Kreatif Solusi Ideal
o Konflik Matriks
(32) Changing a. Mengubah warna objek atau lingkungan luar.
the color b. Mengubah transparansi objek atau lingkungan luar.
(Perubahan
c. Untuk mengamati objek atau proses yang susah
warna)
dilihat gunakan zat aditif.
a. Tidak menggunakan sebuah objek tidak tersedia,
mahal atau rapuh, tetapi gunakan yang sederhana, atau
(26) Copying salinan murah.
(Menyalin b. Jika salinan optik yang terlihat sudah digunakan,
sebuah mengubah panjang gelombang ke inframerah atau
objek/sistem) ultraviolet.
c. Ganti objek/system/ proses dengan salinan optik atau
(29) accuracy gambar.
28) Replacement of a mechanical system
of a. Mengganti metode mekanik dengan metode sensorik
(28) subprinsip c
5 Mata bor tumpul manufacturin (optik, akustik, rasa atau bau).
g >< (25) Replacement of b. Gunakan medan listrik, magnet, dan medan
a mechanical Pergantian settingan untuk mesin.
Loss of time elektromagnetik untuk berinteraksi dengan objek.
system
c. Pergantian settingan untuk mesin.
(Mengganti ke
sistem sensorik) d. Gunakan bidang bersamaan dengan partikerl
feromagnetik
a. Menyebabkan suatu benda atau sistem untuk
berosilasi atau bergetar.
(18) Mechanical b. Meningkatkan frekuensi getaran.
vibration
c. Gunakan frekuensi resonansi objek.
(Meningkatkan
frekuensi) d. Gunakan piezoelektrik bukan vibrator mekanik.
e. Gunakan gabungan osilasi medan ultrasonik dan
elektromagnetik.
(19) Periodic action
(39) subprinsip a
productivity
6 Perawatan mesin kurang All
>< (25) loss Tidak melakukan tindakan terus
of time menerus, tetapi menggunakan tindakan periodik.

7 Seting mesin tidak tepat (29) accuracy All (28) Replacement of a mechanical system
of subprinsip c
manufacturin
g >< (35)
Pergantian settingan untuk mesin.
Adaptability
or versatility
Lanjutan Tabel 4. 16 Pemilihan Solusi Ideal
N Parameter Hasil Solusi
Penyebab Sub Prinsip 40 Prinsip Kreatif Solusi Ideal
o Konflik Matriks

(21) Rushing
a. Melakukan proses, atau tahapan tertentu (misalnya,
through
merusak, berbahaya, atau operasi berbahaya) dengan
(Melakukan
kecepatan tinggi.
proses tertentu)

a. Memindahkan objek atau sistem dalam ruang dua


(17) Moving to a atau tiga dimensi.
new dimension
b. Gunakan pengaturan bertingkat atas benda-benda
(Berpindah ke
bukan pengaturan bertingkat satu.
dimensi yang
baru) c. Memiringkan/reorientasi objek, meletakkannya pada
sisinya.
a. Mengubah keadaan fisik objek (menjadi gas, cair,
atau padat).

(17) b. Mengubah konsentrasi atau konsistensi. (35) Transformation of properties


Temperature (35) subprinsip d
8 Suhu ruangan panas Transformation
>< (22) Loss
of energy of properties c. Mengubah tingkat fleksibilitas. Mengubah suhu atau temperatur.
(Perubahan
parameter)
d. Mengubah suhu atau temperatur.

e. Mengubah karakteristik atau teknik.

a. Menggantikan udara yang umum dengan udara yang


kaya oksigen.

(38) Accelerated b. Ganti dengan udara yang diperkaya dengan oksigen


Oxidation murni.
(Oksidan yang
kuat) c. Membuka udara atau oksigen ke radiasi pengion.

d. Menggunakan oksigen yang terozonisasi.


e. Ganti yang terozonisasi (oksigen terionisasi) dengan
ozon.
Lanjutan Tabel 4. 16 Pemilihan Solusi Ideal
N Parameter Hasil Solusi
Penyebab Sub Prinsip 40 Prinsip Kreatif Solusi Ideal
o Konflik Matriks
a. Menggunakan faktor berbahaya (terutama, efek
berbahaya dari lingkungan atau sekitarnya) untuk
(22) Convert
mencapai efek positif.
harm into
b. Memindahkan suatu faktor yang berbahaya dengan
benefit
menggabungkannya ke dalam faktor berbahaya
(Tindakan lanjut
lainnya.
yang berguna)
c. Memperkuat faktor berbahaya bagi sedemikian rupa
sehingga tidak lagi berbahaya.
a. Mengubah keadaan fisik objek (menjadi gas, cair,
(35) Rejecting atau padat).
and
(30) External b. Mengubah konsentrasi atau konsistensi. (35) Rejecting and regenerating parts subprinsip
regenerating
harm affects parts c. Mengubah tingkat fleksibilitas. a
9 Bau tidak sedap the object (Pembuangan d. Mengubah suhu atau temperatur.
>< (39) dan pemulihan) Mengubah keadaan fisik objek
productivity e. Mengubah karakteristik atau teknik. (menjadi gas, cair, atau padat).
(13) Do it in a. Membalikkan tindakan yang digunakan untuk
Reverse memecahkan masalah (misalnya, dari pada
(Tindakan mendinginkan sebuah objek, lebih baik panaskan itu).
sebaliknya untuk b. Membuat bagian yang tetap dapat bergerak (atau
penyelesaian lingkungan eksternal) dan bagian yang tetap bergerak.
masalah) c. Putar objek (atau proses) kebalikannya.
a. Menggunakan sebuah benda perantara atau proses
(24) Mediator perantara.
(Perantara) b. Menggabungkan satu objek sementara dengan yang
lain yang dapat dengan mudah dipindahkan.
10 Kurang pencahayaan (18) (32) Changing a. Mengubah warna obyek atau lingkungan luar. (32) Changing the color subprinsip b
illumination the color b. Mengubah transparansi obyek atau lingkungan luar.
intensity >< (Perubahan Mengubah transparansi obyek
(19) use of c. Untuk mengamati obyek atau proses yang susah atau lingkungan luar.
warna) dilihat gunakan zat aditif
energy by
moving object a. Membagi sebuah objek atau sistem menjadi bagian-
(1) Segmentation bagian yang independen
(Membagi b. Membuat obyek mudah untuk dibongkar atau
menjadi ruas- bersekat
ruas)
c. Meningkatkan derajat fragmentasi atau segmentasi
(19) Periodic a. Tidak melakukan tindakan terus menerus, tetapi
action (Tindakan menggunakan tindakan periodik atau berdenyut
b. Jika tindakan sudah periodik, mengubah besarnya
periodik atau frekuensi
Periodik)
c. Gunakan jeda antara impuls untuk melakukan
tindakan yang berbeda
Lanjutan Tabel 4. 16 Pemilihan Solusi Ideal
N Parameter Hasil Solusi
Penyebab Sub Prinsip 40 Prinsip Kreatif Solusi Ideal
o Konflik Matriks
a.     Tidak melakukan tindakan terus menerus, tetapi
menggunakan tindakan periodik atau berdenyut.
(19) Periodic
b. Jika tindakan sudah periodik, mengubah besarnya
action (Tindakan
periodik atau frekuensi.
Periodik)
c. Gunakan jeda antara impuls untuk melakukan
tindakan yang berbeda.
(15) duration
a. Mengubah struktur obyek yang sejenis atau
of action by a (19) Periodic action subprinsip b
lingkungan eksternal sehingga objek akan memiliki
moving object
11 Terburu-buru fitur yang berbeda atau pengaruh di tempat atau situasi
>< (11) (3) Local Jika tindakan sudah periodik, mengubah
yang berbeda.
stress or Quality besarnya periodik atau frekuensi
b. Membuat setiap begian dari fungsi objek dalam
pressure (Kualitas lokal)
kondisi yang siap untuk operasi.
c. Membuat setiap bagian dari sebuah objek berguna
memenuhi fungsinya.
(27) Dispose a. Ganti obyek yang mahal dengan beberapa objek
(Objek identik murah, mengorbankan kualitas tertentu (misalnya,
dan murah) umur).
(29) accuracy
of
(3) Local Quality subprinsip b
manufacturin
Bahan baku kurang
12 g >< (37) all
berkualitas Membuat setiap bagian dari sebuah
difficulty of
objek berguna memenuhi fungsinya
detecting and
measuring
BAB V
V ANALISIS

5.1 Analisis Identifikasi Produk Cacat


Identifikasi produk cacat dilakukan menggunakan tabel. Penggunaan tabel
diterapkan untuk lebih memudahkan dalam penyajian data. Setelah didapat persentase
produk cacat dilakukan penentuan prioritas penangan produk cacat berdasarkan
persentase terbesar menggunakan diagram pareto. Berdasarkan data yang telah diolah
diketahui bahwa persentase cacat produk tutup tabung separator di CV. Karya Rubber
Teknik selama tahun 2021 berkisar di angka 3% - 7%, dengan persentasi cacat
tertinggi pada bulan November yaitu sebesar 7%. Adapan perbandingan persentase
untuk semua jenis cacat terhadap keseluruhan jumlah produksi pada tahun 2021
ditunjukan pada Gambar 5.1.

Gambar 5. 1 Persentase Cacat Tutup Tabung Separator Tahun 2021

5.2 Analisis Identifikasi Proses Produksi


Identifikasi proses produksi dilakukan menggunakan peta kendali. Peta
kendali digunakan untuk mengukur variasi data. Peta kendali yang digunakan adalah
peta kendali data atribut, dimana data atribut merupakan jenis data yang diukur secara
kualitatif atau dimensinya tidak dapat atau sulit diukur. Alasan penggunaan peta
kendali data atribut karena data yang akan diolah adalah data jumlah produk cacat.
Peta kendali data atribut sendiri terdapat empat jenis. Keempat jenis tersebut adalah
peta kendali C, peta kendali U, peta kendali NP dan peta kendali P. Keempat peta
kendali tersebut dibedakan lagi kedalam dua kelompok, yaitu peta kendali yang
berdasarkan pada banyak jenis cacat tiap dimensi produk dan peta kendali yang
berdasarkan pada prdouk reject. Pembagian tersebut seperti yang ditunjukan pada
Gambar 5.2

Gambar 5. 2 Pembagian peta kendali atribut


Sumber: Tannady, H. (2015)

Identifikasi proses produksi dilakukan pada produk tutup tabung separator.


Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, didapat bahwa dari empat jenis
kecacatam terdapat dua jenis kecacatan yang memiliki data diluar batas kendali dan
dua kecacatan yang keseluruhan datanya berada dalam batas kendali. Dua jenis
kecacatan yang berada diluar batas kendali adalah lubang saluran tidak simetris dan
cacat drat baut. Data kecacatan yang melewati batas kendali pada hanya ada pada.
cacat drat baut dimama data yang melewati batas kendali adalah data ke 5 yang
melewati BKA. Ini berarti harus dilakukan penyelidikan penyebab terjadinya dan
perlu perbaikan pada produksi. Sementara itu, untuk cacat body dan dudukan tidak
ada data yang keluar dari batas kelas atas maupun bawah walapun cenderung tidak
normal karena seluruh data variasi dari garis tengah cukup besar. Berdasarkan
penjelasan tersebut, diketahui bahwa terdapat perbedaan variasi dari keempat jenis
kecacatan tersebut walaupun persentase ketiga tersebut kurang lebih identik.
Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi dari setiap
bulannya. Diketahui bahwa diantara keempat jenis kecacatan tersebut berasal dari
jumlah produksi yang cukup besar.

5.3 Analisis Identifikasi Penyebab Kecacatan


Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan didapat hasil bahwa
terdapat 4 jenis cacat yang dihasilkan dari proses produksi tutup tabu separator.
Keempat cacat tersebut adalah cacat lubang saluran tidak simetris, cacat body, cacat
drat baut, dan dudukan tidak rata. Alat yang digunakan untuk identifikasi penyebab
kecacatan adalah fishbone diagram. Fishbone diagram memiliki dua bagian yaitu
bagian effect dan bagian cause. Bagian effect adalah “kepala ikan” yang merupakan
permasalahan yang terjadi, dalam hal ini adalah jenis cacat dan bagian cause adalah
“tulang ikan” yang merupakan penyebab dari permasalahan yang terjadi. Penggunaan
fishbone diagram dalam identifikasi penyebab kecacatan karena lebih sederhana.
Selain itu, pada fishbone diagram terdapat faktor yang menjadi penyebab
permasalahan terjadi. Faktor tersebut biasanya terdiri dari 5 faktor yaitu man,
machine, metode, material dan environment (4M+1E).
Penentuan penyebab kecacatan dilakukan dengan memperhatikan faktor –
faktor tersebut. Namun, dalam penentuannya tidak selalu terdapat kelima faktor
tersebut, karena menyesuaikan dengan hasil pengamatan secara langsung di lantai
produksi. Pengamatan tersebut termasuk melakukan wawancara dengan pihak
perusahaan baik karyawan maupun pemilik. Dari hasil pengamatan tersebut
memunculkan hasil berupa dugaan-dugaan penyebab terjadinya lubang saluran tidak
simetris, cacat body, cacat drat baut, dan dudukan tidak rata.
5.4 Analisis Usulan Perbaikan berdasarkan Teoriya Resheniya
Izobreatatelskikh Zadatch (TRIZ)
Usulan perbaikan didapat setelah melalui tahap pengklasifikasian dasar
masalah dari fishbone diagram kedalam 39 parameter, membuat matrkis kontradiksi
berdasarkan improved feature dan worsened feature, serta memilih solusi ideal
berdasarkan 40 prinsip kreatif TRIZ berdasarkan hasil perpotongan antara improved
feature dan worsened feature dalam matriks kontradiksi. Adapun solusi ideal untuk
mereduksi kecacatan tutup tabung separator pada CV. Karya Rubber Teknik dapat
dilihat pada 5.1.
Tabel 5. 1 Solusi Ideal
N Dasar Parameter >
Solusi ideal
o Permasalahan Kontradiksi <
>
1 Kelelahan (14) Strength (25) Loss of time
<
Kurangnya >
2 (27) Reliability (22) Loss of energy
pengawasan <
Tidak ada > (35) adaptability
3 (27) reliability
pelatihan < or versatility
(29) accuracy of >
4 Cetakan rusak (25) Loss of time
manufacturing <
(29) accuracy of >
7 Mata bor tumpul (25) Loss of time
manufacturing <
Perawatan mesin >
5 (39) productivity (25) loss of time
kurang <
Seting mesin (29) accuracy of > (35) Adaptability
6
tidak tepat manufacturing < or versatility
Suhu ruangan >
9 (17) Temperature (22) Loss of energy
panas <
(30) External harm >
10 Bau tidak sedap (39) productivity
affects the object <
Kurang (18) Illumination > (19) Use of energy by
8
pencahayaan intensity < moving object
(15) duration of
> ((11) stress or
11 Terburu-buru action
< pressure
by a moving object
(37) difficulty of
Bahan baku (29) accuracy of >
12 detecting and
kurang berkualitas manufacturing <
measuring
Berdasarkan Tabel 5.1, didapat bahwa secara keseluruhan dasar permasalahan
yang menyebabkan lubang saluran tidak simetris, cacat body, cacat drat baut, dan
lubang dudukan tidak rata ada 12. Hal itu dikarenakan terdapat beberapa dasar
permasalahan yang sama untuk keempat jenis cacat.
Uraian lebih detail mengenai solusi ideal berdasarkan metode TRIZ adalah
sebagai berikut:
1. Kelelahan
Permasalahan pekerja kelelahan diakibatkan posisi operator pada saat
melakukan pekerjaannya tidak nyaman khususnya pada proses
pengeboran. Hal tersebut dapat menyebabkan pekerja tidak konsisten
dalam melakukan pekerjaannya yang dapat mempengaruhi kualitas benda.
Masalah ini menjadi dasar permasalahan pada semua cacat. Permasalahan
pekerja kelelahan diklasifikasikan pada parameter kontradiksi (14)
strength >< (25) loss of time dapat diselesaikan dengan prinsip ke-3 local
quality subprinsip b yaitu “Membuat setiap bagian dari fungsi objek dalam
kondisi siap untuk operasi”. Hal yang dapat dilakukan untuk meminimasi
masalah tersebut adalah dengan memberi waktu istirahat yang cukup bagi
pekerja khususnya pada bagian transisi, hal tersebut memberikan dampak
pada waktu produksi. Untuk menyiasati hal tersebut dapat dilakukan
dengan melakukan penjadwalan pada bagian pengeboran. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan menambah jumlah pekerja ataupun dengan
melakukan roling di setiap satasiun kerja.
2. Kurangya pengawasan
Kurangnya pengawasan menjadi masalah umum pada bagian produksi.
Permasalahan ini menjadi dasar permasalahan untuk semua kecacatan.
Pengawasan yang kurang akan menimbulakna efek kelalaian terhadap
pekerja sehingga pekerja tidak memperhatikan pekerjaannya dengan
benar. Solusi yang dapat diberikan pada permasalahan ini adalah prinsip
(35) transformation of properties subpirnsip b “Mengubah konsentrasi
atau konsistensi”. Kondisi yang terjadi di lantai produksi saat ini adalah
pengawasan yang dilakukan kurang optimal. Bahkan tidak ada form untuk
mencatat banyaknya setiap jenis cacat yang terjadi. Oleh karena itu,
diusulkan untuk membuat form laporan kualitas yang mencatat banyaknya
setiap jenis kecacatan.
3. Tidak Ada Pelatihan
Dalam mengatasi permasalahan tidak ada pelatihan, hasil dari metode
TRIZ hanya 1 solusi yang dipilih dan dapat direalisasikan yaitu prinsip 35
(Subprinsip B) yang berisi “Mengubah konsentrasi atau konsistensi”.
Berdasarkan prinsip tersebut hal yang perlu dilakukan adalah pemberian
pelatihan oleh pemilik perusahaan terkait pengembangan skill dan
pengembangan pola pikir mengenai ritme pekerjaan yang searah dengan
tujuan perusahaan, selain pelatihan berdasarkan solusi terpilih maka dibuat
perancangan prosedur mengenai setting mesin yang lebih rinci dan jelas,
untuk memudahkan operator dalam penggunan mesin yang lebih tepat dan
cepat.
4. Cetakan rusak
Cetakan rusak adalah salah satu penyebab kecacatan body. hasil dari
metode TRIZ hanya 1 solusi yang dipilih dan dapat direalisasikan yaitu
prinsip 38 (Subprinsip c) yang berisi “Pergantian settingan untuk mesin.”.
pergantian setingan mesin di sini adalah dengan mengganti cetakan yang
rusak tersebut. Sebenarnya jika cetakan rusak masih terdapat toleransi
dalam kecacatan benda yang dihasilkan, tetapi untuk mengganti cetakan
tersebut membutuhkan waktu sehingga kehilangan waktu bisa terjadi.
5. Mata bor tumpul
Mata bor tumpul adalah salah satu penyebab kecacatan drat baut. Sama
seperti permasalahan sebelumnya yaitu hasil cetakan rusak, dari metode
TRIZ hanya 1 solusi yang dipilih dan dapat direalisasikan yaitu prinsip 38
(Subprinsip c) yang berisi “Pergantian settingan untuk mesin.”. pergantian
setingan mesin di sini adalah dengan mengganti cetakan yang rusak
tersebut. Sebenarnya jika cetakan rusak masih terdapat toleransi dalam
kecacatan benda yang dihasilkan, tetapi untuk mengganti cetakan tersebut
membutuhkan waktu sehingga kehilangan waktu bisa terjadi.
6. Perawatan Mesin Kurang
Dalam mengatasi permasalahan perawatan mesin kurang, hasil dari
metode TRIZ hanya 1 solusi yang dipilih dan direalisasikan yaitu prinsip
19 dengan prinsip yang berisi “Tidak melakukan tindakan terus-menerus,
tetapi menggunakan tindakan periodik”. Berdasarkan prinsip tersebut
diperlukan suatu tindakan periodik untuk melakukan preventive
maintenance. Perusahaan telah menjadwalkan perawatan mesin 1 bulan
sekali, namun pada kenyataannya tidak selalu terlaksana dengan konsisten
dan tepat waktu dikarenakan mesin selalu digunakan sehingga bagian
maintenance sulit untuk melakukan perawatan. Solusi perbaikan yang
diusulkan untuk permasalahan tersebut yaitu penetapan jadwal
maintenance dan menambah frekuensi perawatan menjadi 1 minggu sekali
khususnya pada part-part mesin yang cenderung mengalami kerusakan.
Usulan tersebut dapat meminimasi kerusakan mesin, peningkatan
performa mesin, kelancaran aliran produksi, waktu penyelesaian produk
lebih cepat.
7. Seting mesin tidak tepat
Dalam mengatasi permasalahan seting mesin tidak tepat, TRIZ
mengusulkan semua prinsip dapat diterapkan, namun hanya dipilih 1
solusi yang dapat direalisasikan yaitu prinsip 28 yang berisi “Replacement
of a mechanical system”. Berdasarkan prinsip tersebut dikembangkan
menjadi solusi perbaikan yaitu perancangan prosedur mengenai pergantian
seting mesin. Hal ini dilakukan suapaya mesin dapat mengerjakan benda
sesuai dengan direncanakan.
8. Suhu Ruangan Panas
Kondisi ruangan yang terasa panas akan mengganggu kenyaman pekerja.
Permasalahan lingkungan ini menjadi dasar masalah untuk cacat body
karena masalah ini dirasakan secara umum oleh semua pekerja yang
berada didalam lantai produksi. Solusi yang dapat dilakukan berdasarkan
TRIZ yaitu prinsip ke-35 subprinsip d transformation of properties yaitu
“Mengubah suhu atau temperatur”. Solusi tersebut dapat diwujudkan
dengan penambahan fasilitas berupa exhaust fan atau kipas angin di ruang
produksi agar operator dapat bekerja lebih nyaman.
9. Bau tidak sedap
Bau tidak sedap dapat menganggu kenyaman dan konsentrasi operator
dalam bekerja. Permasalahan bau ini menjadi dasar masalah untuk cacat
body karena masalah ini dirasakan secara umum oleh semua pekerja yang
berada didalam lantai produksi. Solusi yang dapat dilakukan berdasarkan
TRIZ yaitu prinsip ke-35 subprinsip a Rejecting and regenerating parts
yaitu “Mengubah keadaan fisik objek”. Solusi tersebut dapat diwujudkan
dengan penambahan fasilitas pengharung sehingga bau tidak tedap
menjadi gas yang lebih ramah untuk dihirup.
10. Pencahayaan Kurang
Dalam mengatasi permasalahan kurang pencahayaan, hasil dari metode
TRIZ hanya 1 solusi yang dipilih dan direalisasikan yaitu prinsip 32
(Subprinsip A) dengan prinsip yang berisi “ Ubah transparansi obyek atau
lingkungan luar”. Berdasarkan prinsip tersebut diperlukan suatu
transparansi yaitu penambahan pencahayaan di lingkungan luar.
Penambahan cahaya tersebut akan diletakkan di bagian dekat mesin dan
dapat menimbulkan dampak baik untuk memudahkan penglihatan operator
dalam melakukan setting mesin jika terjadi kegagalan dan memudahkan
dalam memeriksa produk.
11. Terburu-buru
Permasalahan operator terburu-buru mengejar target produksi diselesaikan
dengan prinsip 19 (Periodic action) subprinsip b yaitu “jika tindakan
sudah periodic, mengubah besarnya periodic atau frekuensi” maka
perbaikan yang diperlukan adalah penambahan jam kerja untuk
mengurangi operator yang tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaannya.
Penambahan jam kerja dilakukan ketika terdapat pesanan yang melebihi
kapasitas produksi dan target waktu selesai dalam waktu yang singkat.
Perusahaan juga ketika akan menerapkan overtime tidak mengalami
kerugian karena perusahaan dapat memenuhi permintaan produksi dan
pelaksanaan hanya dilakukan ketika terdapat pesanan yang melebihi
kapasitas produksi.
12. Bahan Baku Kurang Berkualitas
Penggunaan bahan yang kurang berkualitas akan menyebabkan hasil yang
tidak sesuai dengan keinginan. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan
dengan prinsip ke-3 (local quality) subprinsip C yaitu “membuat setiap
bagian dari sebuah objek berguna memenuhi fungsinya”. Perbaikan yang
dilakukan adalah melakukan proses untuk mengontrol bahan baku yang
akan digunakan secara detail agar dapat berfungsi. Selama ini bahan yang
digunakan jarang dilakukan pengecekan terlebih dahulu sehingga
menyebabkan lolosnya bahan baku cacat dari pemeriksaan pada saat
pemasangan.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, A. (1992) Manajemen Produksi. 1st edn. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Armstrong, Kotler 2014, “Marketing an Introducing Pretiece Hall twelfth edition”,


England : Pearson Education, Inc.

Dale H. Besterfield (2009) Quality Control. 8th edn. New Jersey: Pearson Prentice
Hall.

David.A, G. (1988) Managing Quality: The Strategic and Competitive Edge. New
York: The New York Press.

Douglas C, M. (2009) Statistical Quality Control (6th ed). 6th edn. Asia: John Wiley
&Sons (Asia) Pte. Ltd.

Hendra Suryawan (2014) Pembuatan alat praktikum fisika listrik untuk kegiatan
praktikum di laboratorium fisika dasar dan material teknik. Universitas Atma
Jaya Yogyakarta.

Jafari, M., Akhavan, P., Reza Zarghami, H. and Asgari, N. (2013) ‘Exploring the
effectiveness of inventive principles of TRIZ on developing researchers’
innovative capabilities: A case study in an innovative research center’, Journal
of Manufacturing Technology Management, 24(5), pp. 747–767. doi:
10.1108/17410381311327990.

Jay, H. and Render, B. (2005) Operations Management - Manajemen Operasi.


Jakarta: Salemba Empat.

Kaoru, I. (2013) Fishbone Diagram dan Langkah-Langkah Pembuatannya, Eris


Kusnadi. Available at: https://eriskusnadi.com/2011/12/24/fishbone-diagram-
dan-langkah-langkah-pembuatannya/ (Accessed: 10 September 2020).

Kazi, S. N., Gaikwad, L.M. and Talukdar, J. (2014) ‘Adaption of TRIZ Method for
Problem Solving : A review’, International Journal on Recent Technologies in
Mechanical and Electrical Engineering (IJRMEE), 1(2), pp. 54–63. ISSN:
2349-7947.

Martínez-Lorente, A. R., Dewhurst, F. and Dale, B. G. (1998) ‘Total quality


management: Origins and evolution of the term’, TQM Magazine, 10(5), pp.
378–386. doi: 10.1108/09544789810231261.

Philips, C. (1986) Quality is Free. New York: Penguins Mentor Books.


Priambodo, M. (2012) ‘PENINGKATAN KEBERHASILAN PROSES LINO
PRODUKSI DENGAN METODE AXIOMATIC, SIX SIGMA, TRIZ, DAN
DOE STUDI KASUS PERANCANG ULANG JIG DAN FIXTURE DAN
PROSES CAM BORING DALAM PEMBUATAN CYLINDER HEAD
SEPEDA MOTOR MEREK “X”’.

Rantanen, K. and Domb, E. (2002) Simplfied TRIZ: New Problem-Solving


Applications for Engineers and Manufacturing Professionals. 2nd edn. New
York: St. Lucie Press.

Rizki, A. A., Shofi, D. and Bachtiar, I. (2017) ‘Perbaikan Kualitas Dengan Minimasi
Cacat pada Proses Pengemasan Obat Solid Menggunakan Metode Triz’, pp.
284–291.

Prabowo Ronny., Wijaya Sony. (2020) ‘Integrasi New Seven Tools dan TRIZ (Theory
of Inventive Problem Solving) untuk Pengendalian Kualitas Produk Kran (Studi
Kasus: PT. Ever Age Valves Metals – Wringinanom, Gresik)’. Jurnal Teknik
Industri. 10(1). pp. 284–291.

Savransky, S. D. (2000) Engineering of Creativity Introduction to TRIZ Methodology


of Inventive Problem Solving. New York: CRC Press.

Sofjan, A. (1998) Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Sofjan, A. (2008) Manajemen Produksi dan Operasi. Revisi 200. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.

Tannady, H., 2015. Pengendalian Kualitas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Vincent, G. (2005) Total Quality Management. 5th edn. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai