TUGAS AKHIR
Oleh:
VALLERI EGOPRANATA
10070213017
DAFTAR ISI...........................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
2.1 Kualitas.............................................................................................8
3.2.9 Analisis...........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
DAFTAR GAMBAR
1
mempertahankan kualitas barang yang diproduksi, untuk beradaptasi dengan
spesifikasi produk yang ditentukan menurut kebijakan pimpinan perusahaan.
CV Karya Rubber Teknik adalah perusahaan yang bergerak pada bidang
industri manufaktur sparepart mobil berbahan baku karet, plat besi, pipa,
staindless, dan allumunium. Berdiri sejak tahun 1988 didirikan oleh Alm.Bapak
H. Surono dan sekarang diteruskan oleh salah seorang putranya. CV Karya
Rubber Teknik beralamat di Jl. Tirta Indah 3 No 303 RT 07 RW 12 Kelurahan
Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Jenis proses produksi
perusahaan yaitu make to order, dan memproduksi beberapa jenis produk yaitu
Mounting, Pipa Water Inlet, Pipa Radiator, Center Bearing, dan Tutup Tabung
Separator. Secara umum proses produksi dalam pembuatan produk yaitu
produksi, perakitan, Quality Control (QC), dan pengiriman barang.
Saat ini perusahaan sering menerima komplain terhadap produk yang telah
diterima konsumen. Komplain yang disampaikan konsumen yaitu mulai dari
meminta ganti baru dan pengerjaan ulang sampai produk memiliki kualitas yang
sesuai dengan permintaan. Data komplain terhadap produk di perusahaan
ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1. 1 Data Komplain CV. Karya Rubber Teknik 2021
Tahun 2020
Produk
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Mounting 1 1 1 1
Pipa Water Inlet 1 1 1 1 1 1
Pipa Radiator 1 1 1 1 1 1
Center Bearing 1 1 1 1 1
Tutup Tabung
1 1 1 1 1 1 1 1
Seperator
Total 1 3 2 2 2 1 3 3 1 4 3 4
Sumber CV. Karya Rubber Teknik 2021
Tabel 1.1 menunjukkan frekuensi komplain konsumen yang terbanyak
terjadi pada produk Tabung Separtor yang diperkirakan penyebabnya adalah
kesalahan pada bagian proses produksi, sehingga berdampak pada biaya produksi
tinggi (high cost production), karena perusahaan harus membayar upah pekerja
dan biaya bahan baku akibat adanya reject dan rework.
Proses produksi yang dilakukan meliputi pemotongan, pembentukan,
pelubangan, dan pengelasan. Selanjutnya masuk pada proses assembly dan QC
dimana pada proses QC ini dilakukan pengecekan barang setiap produk dan dapat
di ketahui apakah produk tersebut rework atau reject. Seluruh jenis produk
memiliki batas (toleransi) yang telah ditentukan perusahaan yaitu frekuensi
produk defect tidak boleh lebih dari 5% (Bagian Produksi CV Karya Rubber
Teknik) yang mana dapat menjadi kerugian besar jika melebihi batas toleransi
perusahaan, karena banyak terdapat produk gagal pada setiap proses produksi
yang berakibat pembengkakkan biaya.
Pada tahun 2021 perusahaan memiliki permasalahan dalam kegiatan
produksinya, dimana produk yang dibuat sering mengalami kecacatan melebih
toleransi 5% yang diperkenankan, yaitu produk Tutup Tabung Separator. Dalam
proses produksi pembuatan tutup tabung sparator dimulai dari proses pemilihan
bahan, pemotongan, pembentukan, pelubangan dan pengelasan hingga finishing,
setiap proses memiliki pemasalahan karena pembuatan dilakukan secara manual
dan belum adanya alat yang memiliki kesusuaian yang baik.
Berdasarkan observasi lapangan pada tahun 2021 kecacatan yang melebih
toleransi ditunjukkan pada Tabel 1.2
Tabel 1.2 Data Produksi CV. Karya Rubber Teknik 2021
Tutup Tabung
Mounting Pipa Water Inlet Pipa Radiator Center Bearing
Seperator
Produksi (Unit)
Produksi (Unit)
Produksi (Unit)
Produksi (Unit)
Produksi (Unit)
Rework (Unit)
Rework (Unit)
Rework (Unit)
Rework (Unit)
Rework (Unit)
Periode
Reject (Unit)
Reject (Unit)
Reject (Unit)
Reject (Unit)
Reject (Unit)
Persentase
Persentase
Persentase
Persentase
Persentase
Omset (Rp)
400000000.000
350000000.000
300000000.000
250000000.000
200000000.000
150000000.000
100000000.000
50000000.000
-
21 21 r-21 r-21 -2
1 21 l-21 21 21 t-21 -2
1
-2
1
n- b- a p ay n- u g- p- c ov Dec
Ja Fe M A M J u J Au S e O N
Artinya:
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
merugikan orang lain (181), dan timbanglah dengan timbangan yang benar (182).
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan (183)”. (QS.Asy-Syu’ara’:
26 ayat 181-183). menurut tafsir Al munir.
Berdasarkan ayat tersebut, jika dikaitkan dengan kualitas bahwa target
perusahaan yaitu menghasilkan produk berkualitas sesuai standar dan memenuhi
kebutuhan konsumen. Maka diperintahkan untuk menyempurnakan takaran dan
jangan merugikan orang lain serta harus dengan timbangan lurus. Artinya
perusahaan harus bekerja dengan sesuai ketentuan yang ada sehingga dapat
memberikan nilai produk berkualitas baik sepadan dengan nilai yang dikeluarkan
oleh konsumen jangan sampai memberikan produk yang berkualitas buruk. Serta
jangan merajalela dan membuat kerusakan, dimaksudkan pada perusahaan perlu
peningkatan kinerja perusahaan salah satu contoh pada bagian produksi tidak
boleh melaksanakan kegiatan tanpa adanya perencanaan, pelaksanaan,
pemeriksaan, dan tindakan evaluasi sehingga proses dapat terkendali serta
menghindari adanya penyimpangan, hal tersebut guna menghasilkan produk yang
berkualitas baik, lebih tepatnya lagi. Ini artinya tidak lebih atau kurang karena
Allah SWT tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah sebagai berikut: Artinya:
1. Apa saja jenis-jenis kecacatan yang ditimbulkan pada produk spare part
tutup tabung separator?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kecacatan padap
proses produksi spare part tutup tabung separator?
3. Bagaimana upaya perbaikan dalam mengurangi kecacatan pada proses
pembuatan produk spare part tutup tabung separator?
2.1 Kualitas
Kualitas merupakan bagian variabel utama yang menentukan pemilihan produk
untuk konsumen. Organisasi bisnis adalah menciptakan jasa juga barang yang dapat
memuaskan konsumen. Kepuasan pelanggan akan dicapai apabila mutu produk yang
tersedia cocok dengan kebutuhannya dan keinginan (Munjiati Munawaroh, 2015).
Beberapa penjelasan kualitas menurut para ahli:
1) Heizer J & Render B (2015), kualitas ialah semua karakteristik dan ciri suatu
layanan atau produk bedasarkan pada kemampuan untuk memenuhi keperluan
yang dijaminkan dan implisit.
2) Kotler P & K L Keller (2016), Kualitas adalah karakteristik lengkap serta
karakteristik produk layanan yang mensupport kemampuan untukmemenuhi
kebutuhan. Pengertian tersebut memfokuskan pendekatan klien.
3) Menurut Juran dalam Munjiati Munawaroh (2015), kualitas merupakan
kecocokan penggunaan. Tools untuk penyelsaian masalah adalah statistical
process control (SPC). Ini berorientasi untuk mencapai kebutuhan konsumen.
Juran mengintroduksikan quality trilogy yang terdiri dari:
a) Quality Planning (Perencanaan Kualitas). Adalah proses mengagendakan
mutu berdasarkan tujuan. Pada proses ini konsumen dicari dan produk yang
cocok dengan keinginan konsumen dikembangkan.
b) Quality Control (Kontrol Kualitas). Adalah proses menuju tujuan selama
operasi. Pengendalian mutu melalui 5 tahap, yaitu:
1. Menetapkan yang harus dikendalikan.
2. Menetapkan bnagian pengukuran.
3. Menstandarisasi performa.
4. Mengukur performa.
5. Evaluasi dengan cara mengkomparasikan standar dengan performa
sebenarnya.
c) Quality Improvement (Perbaikan Kualitas). Peningkatan kualitas dikerjakan
bertujuan mencapai tingkat kinerja lebih baik dan tepat.
4) Menurut Taguchi dalam Munjiati Munawaroh (2015), kualitas memiliki istilah
lain yaitu loss to society yang berarti bahwa jika ada penyimpangan tujuan, ini
adalah fungsi berkualitas berkurang. Strategi Taguchi berfokus pada efisiensi
yang lebih besar pada eksperimental serta memberrikan instruksi khusus untuk
menyediakan dan memikirkan biaya, terutama di industri jasa.
5) Menurut Crosby dalam Munjiati Munawaroh (2015), Kualitas sebagai
keharusan dengan persyaratan. Ini mendekati perubahan budaya berkualitas.
Konsep zero defect (level kegagalan 0) adalah capaian kualitas yang mengarah
pada level kegagalan sesedikit mungkin, atau sampai tidak ada kegagalan satu
pun.
Pengertian yang diberikan basisnya memiliki pemahaman serupa, yang
mengacu pada level kecocokkan dengan spesifikasi, seperti dijelaskan oleh Crosby
pada Munjiati Munawaroh (2015). Syaratnya adalah syarat pelanggan, hal ini
dikarenakan capaian perusahaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
2.1.1 Dimensi Kualitas
Apabila jika korporat ingin menjaga keunggulan kompetitifnya dipasar, pihak
korporat sebaiknya memahami semua aspek dari dimensi yang memakai pelanggan
untuk membedakan produk pesaing berdasarkan Kotler dan Keller (2016: 394),
dimensi kualitas produk terbagi jadi sembilan dimensi, yaitu:
1. Fitur (Features)
Beberapa produk beredar ditawar dengan beberapa karakteristik melengkapifungsi
dasar. Perusahaan bisa mengidentifikasi dan menentukan fitur terbaru yang sesuai
dengan konsumen baru kemudian menghitung nilai konsumen dikomparasikan
dengan pengeluaran perusahaan untuk setiap karakteristik potensial.
2. Kualitas Kinerja (Performance Quality)
Beberapa produk yang beredar terdapat pada disalah satu dari 4 tingkat kinerja,
yaitu sangat tinggi, tinggi, rata-rata, dan rendah. Kualitas kinerja merupakan
tingkat dimana ciri utama produk berfungsi. Kualitas menjadi penting untuk
pembeda karena perusahaan mengadaptasi model nilai dan menyajikan kualitas
lebih baik dengan biaya lebih murah.
3. Bentuk (Form)
Banyak produk bisa dibedakan dari ukuran, bentuk atau struktur fisik dari produk.
Walau pada dasarnya adalah barang dagangan tetapi dibedakan dari dosis, ukuran,
bentuk, warna, waktu aksi atau lapisan
4. Daya Tahan (Durability)
Ketahanan produk diinginkan dalam kondisi tekanan atau alami, atribut yang
dinilai untuk kendaraan, peralatan dapur, dan, produk kuat lama lainnya. Tapi,
overhead daya tahan tidak boleh berlebihan dan produk tidak di izinkan
kedaluwarsa dengan teknologi terbaru seperti computer ponsel dan televisi.
5. Kesesuaian Kualitas (Conformance Quality)
Konsumen menginginkan kualitas tinggi, selama semua unit yang dihasilkan mirip
dan memenuhi spesifikasi yang diinginkan.
6. Gaya (Style)
Gaya mendeskripsikan sensasi dan penampilan produk pada pembeli dan
menciptakan sendiri bahwa tidak gampang untuk mereplikasi produk pesaing.
7. Keandalan (Reliability)
Konsumen umumnya mau membayar biaya sebuah produk yang memiliki
keandalannya lebih. Keandalan merupakan ukuran probabilitas produk atau
kesalahan produk yang tidak baik dalam rentang waktu tertentu.
8. Penyesuaian (Customization)
Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen dari layanan,
produk, dan layanan komunikasi berdasarkan panduan yang dirancang secara
individual.
9. Kemudahan dalam Perbaikan (Repairability)
Merupakan kemudahan jaminan jika produk gagal berfungsi dengan baik.
Baiknya, saat suatu produk tidak berfungsi tergantung pada, produk pembeli tidak
memiliki kesulitan ketika Anda ingin melakukan perbaikan produk.
3. Diagram Pareto
Diagram pareto digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian
yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar disebelah kiri dan yang
paling kecil disebelah kanan. Susunan Susunan tersebut akan membantu kita untuk
menentukan pentingnya atau prioritas ketegori kejadian – kejadian atau sebab –
sebab kejadian yang dikaji atau untuk mengetahui masalah utama proses. Dengan
bantuan pareto tersebut, kegiatan akan lebih efektif dengan memusatkan perhatian
pada sebab – sebab yang mempunyai dampak yang paling besar terhadap kejadian
daripada meninjau berbagai sebab pada suatu ketika (Nasution, 2015:134)
Adapun contoh dari diagram pareto terdapat pada Gambar 2.3
Gambar 2. 3 Contoh Diagram Pareto
Sumber: Nasution (2013)
7. Peta kendali
Peta kendali ialah grafik yang mencakup batas atas dan batas bawah adalah batas
area kontrol. Maksud dari peta kontrol adalah untuk menentukan apakah semua
titik dalam grafik tidak normal atau normal, dan dapat menemukan pergantian
pada proses asal data dihimpun, sampai semua titik dalam grafik mesti segera
ditunjukkan asal proses yang merupakan proses tersebut proses-prosesnya. Peta ini
mengarah pada pergantian di setiap saat dan waktu, tapi tidak mengarah pada
pemicu kegagalan, meskipun kegagalan akan terlihat pada peta kontrol. Peta
kendali dapat digunakan untuk:
1. Memisahkan ragam tak terkendali pada variasi yang muncul karena faktor
tertentu.
2. Memantau perubahan proses.
3. Membantu memilih penyebab terjadinya variasi.
a. Peta kendali Variabel
Data yang diperlukan harus dapat terukur dan karakteristik kualitas
ditentukan oleh besar kecilnya penyimpangan terhadap unit ukuran yang
distandarkan. Dalam pengendalian kualitas variabel adalah suatu besaran
yang dapat diukur misalnya panjang, berat umur komponen dan lain-lainnya.
Peta kontrol X (Rata-rata) dan R (Range) digunakan untuk memantau yang
mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, sehingga peta kontrol X-bar
dan R sering disebut sebagai peta kontrol untuk data variabel. Petra kontrol
X-bar menjelaskan kepada kita tentang apakah perubahan-perubahan telah
terjadi dalam ukuran titik pusat (central tendency) atau rata-rata dari suatu
proses.
Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti: peralatan yang
dipakai, peningkatan temperatur secara gradual, perbedaan metode yang
digunakan dalam shift, material baru, tenaga kerja baru yang belum terlatih ,
dll. Sedangkan peta kontrol R (Range) menjelaskan tentang apakah
perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran variasi, dengan demikian
berkaitan dengan perubahan homogenitas produk yang dihasilkan melalui
suatu proses. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti: bagian
peralatan yang hilang, minyak pelumas mesin yang tidak mengalir dengan
baik, kelelahan pekerja dll (Nasution, 2015).
UCLx = x + A2 R (II-1)
LCLx = x – A2 R (II-2)
UCLR = D4 R (II-3)
LCLR = D3 R (II-4)
b. Peta kendali Atribut
Data atribut yaitu, data kualitatif yang dapat digunakan untuk perekaman
dan analisis. Data atribut diskrit. Jika catatan hanyalah ringkasan atau
klasifikasi yang terkait dengan serangkaian persyaratan yang telah
ditetapkan, maka khotbah tersebut dianggap sebagai "atribut". Contoh atribut
adalah tidak adanya label dalam kemasan produk, kesalahan dalam proses
administrasi buku tabungan pelanggan, banyak jenis cacat dalam produk dan
lainnya ( Heizer & Render 2013). Terdapat beberapa peta kendali atribut.
Beberapa dantaranya peta kendali np, p, u, c. Namun yang akan digunakan
pada penelitian ini yaitu Peta Kendali P.
Peta Kendali P
Peta kontrol digunakan untuk mengontrol proporsi produk dalam banyak
hal yang tidak memenuhi spesifikasi atau proporsi produk yang rusak
dalam suatu proses. Proporsi produk yang tidak memenuhi persyaratan
didefinisikan sebagai perbandingan dari jumlah item yang tidak
memenuhi persyaratan dalam populasi untuk jumlah artikel dalam
populasi.
1. Menentukan proporsi kesalahan
x
p= (II-5)
n
Dimana:
p = Rasio kegagalan pada setiap sample
x = jumlah produk gagal pada setiap sample
n = jumlah sample yang ditarik pada setiap inspeksi
2. Menghitung batas-batas kendali
1. Garis sentral (Center Limit), garis yang menunjukkan rataan
(mean) dari ciri kualitas, dengan rumus:
(II-6)
Dimana:
CL = Titik sentral peta pengendalian rasio kesalahan
pi/xi = Rasio Kesalahan setiap sample setiap pengamatan
n = Frekuensi sample yang ditarik setiap pengamatan
BKA= p+3
√ p(1− p)
n
(II-7)
BKB=p−3
√ p(1− p)
n
(II-4)
menimbulkan masalah.
2. Mengelompokkan permasalahan dengan menetapkan variable pendukung dan
Matrik Kontradiksi
Parameter ini dikomparasikan dengan matriks TRIZ. Penggunaannya matriks tidak
sulit, yakni mengkomparasikan ukuran yang akan dikerjakan (kiri) dengan ukuran
yang menjadi pembanding (bagian atas). Di persimpangan antara 2 parameter,
dapatkan nomor solusi untuk pemecahan konflik. Kita bisa melihat bahwa ada
Sebagian matriks tidak bernilai, karena kedua ukuran tidak punya ikatan
berlawanan (Hartono, 2012). Matrik kontradiksi dapat dilihat pada Gambar 2.9
Total
May-21
Mar-21
Aug-21
Apr-21
Nov-21
Feb-21
Jun-21
Dec-21
Jan-21
Sep-21
Oct-21
Kecacatan
Jul-21
Lubang saluran
0 3 2 4 9 2 9 9 4 4 11 3 60
tidak simetris
Cacat body 3 3 1 4 2 2 6 2 10 11 6 3 53
Total 9 8 19 19 22 17 17 24 27 30 30 13 234
Persentase
Jenis
Total
May-21
Mar-21
Aug-21
Apr-21
Nov-21
Feb-21
Jun-21
Dec-21
Jan-21
Sep-21
Oct-21
Jul-21
Kecacatan
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat empat jenis kecacatan yang terjadi
pada produk tutup tabung separator, diantaranya adalah lubang saluran tidak simetris,
cacat body, cacat drat baut, dan dudukan tidak rata.
4.2.1.2 Penentuan Jenis Kecacatan Kritis
Penentuan Jenis kecacatan kritis dilakukan menggunakan alat kualitas yaitu stratifikasi,
histogram, dan diagram pareto. Penentuan jenis kecacatan yang dilakukan adalah sebagi
berikut ;
A. Histogram
Histogram merupakan grafik yang memudahkan untuk melihat banyaknya
cacat dari suatu produk. Berdasarkan hasil inspeksi dan statifikasi, maka jumlah cacat
untuk produk tutup tabung separator dapat digambarkan dalam sebuah histogram,
grafik tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1
= 0,0111317 - 3
√ 0,0111317 ( 1−0,0111317 )
350
= -0,0056926
BKA1 = p+3
√ p ( 1− p )
n1
= 0,0111317+ 3
√ 0,0111317 ( 1−0,0111317 )
350
= 0,0279561
Dengan menggunakan teknik perhitungan sama maka dapat diperoleh hasil
perhitungan awal peta kendali P lubang saluran tidak simetris untuk data lainnya yang
direkapitulasi ke dalam Tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Rekapitulasi Perhitungan Peta Kendali P Lubang Saluran Tidak Simetris
Total
Total
No Produk P P BKB BKA
Produksi
Cacat
Jumlah 5390 60
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021
Adapun gambar grafik untuk peta kendali P awal lubang saluran tidak simetris
ditunjukan pada Gambar 4.2
Berdasarkan gambar 4.2, semua data termasuk dalam batas dan tidak ada data
yang melewati batas toleransi penyimpangan untuk data kecacatan lubang saluran
tidak simetris.
Cacat Body
Perhitungan Awal
p = Jumlah produk cacat/Jumlah produksi
= 53/5390 = 0,009833
P1 = Jumlah produk cacat data ke-1/Jumlah produksi data ke-1
= 3/350 = 0,0085714
BKB1 = p-3
√ p ( 1− p )
n1
= 0,009833- 3
√ 0,009833 ( 1−0,009833 )
350
= -0,0059898
BKA1 = p+3
√ p ( 1− p )
n1
= 0,009833 + 3
√ 0,009833 ( 1−0,009833 )
350
= 0,0256559
Dengan menggunakan teknik perhitungan sama maka dapat diperoleh hasil
perhitungan awal peta kendali P cacat body untuk data lainnya yang direkapitulasi ke
dalam Tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Rekapitulasi Perhitungan Peta Kendali P Cacat Body
Total Total Produk
No
Produksi Cacat
P P BKB BKA
1 350 3 0,0085714 0,009833 -0,0059898 0,0256559
2 300 3 0,01 0,009833 -0,0072576 0,0269237
3 550 1 0,0018182 0,009833 -0,0027893 0,0224553
4 400 4 0,01 0,009833 -0,0049679 0,024634
5 380 2 0,0052632 0,009833 -0,0053524 0,0250185
6 450 2 0,0044444 0,009833 -0,0041214 0,0237875
7 550 6 0,0109091 0,009833 -0,0027893 0,0224553
8 560 2 0,0035714 0,009833 -0,002676 0,0223421
9 450 10 0,0222222 0,009833 -0,0041214 0,0237875
10 550 11 0,02 0,009833 -0,0027893 0,0224553
11 450 6 0,0133333 0,009833 -0,0041214 0,0237875
12 400 3 0,0075 0,009833 -0,0049679 0,024634
Jumla
5390 53
h
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021
Adapun gambar grafik untuk peta kendali P awal lubang saluran tidak simetris
ditunjukan pada Gambar 4.3
Gambar 4. 3 Grafik Peta Kendali Cacat Body
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021
Berdasarkan gambar 4.3, semua data termasuk dalam batas dan tidak ada data
yang melewati batas toleransi penyimpangan untuk data kecacatan body.
Cacat Drat Baut
Perhitungan Awal
p = Jumlah produk cacat/Jumlah produksi
= 61/5390 = 0,011317254
P1 = Jumlah produk cacat data ke-1/Jumlah produksi data ke-1
= 1/350 = 0,0028571
BKB1 = p-3
√ p ( 1− p )
n1
= 0,011317254 - 3
√ 0,011317254 (1−0,011317254 )
350
= -0,0056451
BKA1 = p+3
√ p ( 1− p )
n1
= 0,011317254+ 3
√ 0,011317254 (1−0,011317254 )
350
= 0,0282796
Dengan menggunakan teknik perhitungan sama maka dapat diperoleh hasil
perhitungan awal peta kendali P cacat drat baut untuk data lainnya yang direkapitulasi
ke dalam Tabel 4.5.
Tabel 4. 5 Rekapitulasi Perhitungan Peta Kendali P Cacat Drat Baut
Total
Total
No
Produksi
Produk P P BKB BKA
Cacat
1 350 1 0,0028571 0,0113173 -0,0056451 0,0282796
2 300 1 0,0033333 0,0113173 -0,0070042 0,0296387
3 550 6 0,0109091 0,0113173 -0,002214 0,0248485
4 400 7 0,0175 0,0113173 -0,0045496 0,0271841
5 380 11 0,0289474 0,0113173 -0,0049618 0,0275963
6 450 9 0,02 0,0113173 -0,0036421 0,0262766
7 550 2 0,0036364 0,0113173 -0,002214 0,0248485
8 560 7 0,0125 0,0113173 -0,0020927 0,0247272
9 450 2 0,0044444 0,0113173 -0,0036421 0,0262766
10 550 1 0,0018182 0,0113173 -0,002214 0,0248485
11 450 10 0,0222222 0,0113173 -0,0036421 0,0262766
12 400 4 0,01 0,0113173 -0,0045496 0,0271841
Jumlah 5390 61
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021
Adapun gambar grafik untuk peta kendali P awal lubang saluran tidak simetris
ditunjukan pada Gambar 4.4
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa terdapat data kecacatan yang berada diluar
batas toleransi penyimpangan yakni data ke 5. Data tersebut menandakan bahwa
terdapat faktor khusus yang menyebabkan terjadinya penyimpangan, seperti kondisi
pekerja yang tidak dalam kondisi prima pada saat melakukan proses produksi. Data
yang menyimpang tersebut dihilangkan dan kembali dilakukan perhitungan. Selain
itu data yang berada didalam batas toleransi penyimpangan memiliki variansi yang
berbeda dan jauh dari garis tengah. Hal ini menandakan bahwa terdapat
ketidaksesuain proses sehingga menyebabkan sering terjadi kecacatan yang perlu
diperbaiki.
BKB1 = p-3
√ p ( 1− p )
n1
= 0,0111317 - 3
√ 0,0111317 ( 1−0,0111317 )
350
= -0,0056926
BKA1 = p+3
√ p ( 1− p )
n1
= 0,0111317 - 3
√ 0,0111317 ( 1−0,0111317 )
350
= 0,0279561
Dengan menggunakan teknik perhitungan sama maka dapat diperoleh hasil
perhitungan awal peta kendali P cacat drat baut untuk data lainnya yang direkapitulasi
ke dalam Tabel 4.7.
Adapun gambar grafik untuk peta kendali P awal lubang saluran tidak simetris
ditunjukan pada Gambar 4.5
Berdasarkan gambar 4.5 tidak ada data yang melewati batas toleransi
penyimpangan untuk data kecacatan dudukan tidak rata. Berbeda dengan tiga jenis
kecacatan sebelumnya yang terdapat data yang melewati batas toleransi
penyimpangan.
Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik mutu yang perlu mendapat prioritas perbaikan dan pengendalian.
Berdasarkan hasil inspeksi dan histogram diatas, maka dapat dilihat jumlah
persentase cacat dominan dapat dilihat pada tabel 4.7 dan diagram pareto dapat dilihat
pada Gambar 4.6
Tabel 4. 7 Penyebab Cacat
Jenis Kecacatan Total Persentase
Lubang saluran tidak simetris 60 25,64%
Cacat body 53 48,29%
Cacat drat baut 61 74,36%
Dudukan tidak rata 60 100,00%
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021
❖ Cacat Body
➢ Faktor manusia
Faktor manusia yang menyebabkan cacat body yang pertama adalah operator
kurang teliti. Cacat body dapat berupa bentuk body yang tidak sesuai cetak
biru, lecet, dan terdapat ketidaksesuaian ukuran. Kurang telitinya operator
dapat menyebabkan salah satu dari kerusakan tersebut. Penyebab dari faktor
ini disebabkan oleh kelelahan operator. Operator yang terlalu leah akan
membuat konsentrasi menurun dan kemungkinan melakukan kesalahan dalam
pengerjaan produk dapat terjadi. Faktor kedua adalah operator kurang disiplin.
Sama seperti jenis kecacatan sebelumnya, kurangnya disiplin karyawan juga
dapat membuat cacat body. Kurang disiplinnya karyawan dikarenakan
kurangnya pengawasan oleh pihak perusahaan.
➢ Faktor mesin
Faktor mesin yang dapat menyebabkan cacat body adalah cetakan rusak dan
salah seting mesin. Untuk cetakan yang rusak, hal ini dapat membuat body
dari produk tutup tabung separator menjadi tidak sempurna. Ini merupakan
salah satu kecacatan yang kritis karena jika bentuk dan ukuran dari tutup
tabung tidak sempurna, maka komponen lain akan sulit dirakit dan terakit
pada bend aini. Kemudian untuk faktor selanjutnya adalah salah seting mesin.
Kesalahan seting mesin juga dapat membuat body tidak sesuai yang pada
akhirnya akan membuat produk cacat.
➢ Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah suhu ruangan yang panas dan bau
tidak sedap. Sebenarnya faktor ini terkait dengan faktor manusia. Suhu
ruangan yang panas dan bau tidak sedap akan dapat mengganggu konsentrasi
operator saat melakukan pengeboran. Terganggunya konsentrasi operator
dapat menyebabkan kesalahan dalam melakukan pengeboran dimana diantara
dapat membuat lubang saluran tidak simetris.
➢ Faktor metode
Sama seperti sebelumnya, cacat body juga disebabkan kurangnya
pemeriksaan. Kurangnya pemeriksaan dikarenakan operator terburu-buru
yang biasanya dikejar deadline yang semakin dekat. Hal ini membuat operator
terkadang tidak memeriksa hasil pekerjaannya sehingga wajar jika terdapat
produk cacat yang lolos dari pengawasan operator.
➢ Faktor material
Faktor material yang membuat cacat body adalah bahan baku kurang
berkualitas. Contohnya jika bahan baku terlalu lunak, maka produk yang
dihasilkan tidak sesuai bentuk yang diinginkan. Selain itu goresan dan
benturan dapat menyebabkan produk tidak dapat digunakan.
Dari permasalahan tersebut dimanfaatkan suatu alat bantu dari 7 tools yaitu
Diagram Sebab-Akibat (Fishbone). Diagram sebab akibat ditunjukkan pada Gambar
4
Gambar 4. 8 Diagram Sebab Akibat Cacat Body
Sumber : Data CV. Karya Rubber Teknik yang diolah, 2021
Kurangnya >
(27) Reliability (22) Loss of energy
pengawasan <
>
Kelelahan (14) Strength (25) Loss of time
<
Kurangnya >
(27) Reliability (22) Loss of energy
pengawasan <
respon dari sistem atau objek terhadap perubahan eksternal sesuai dengan
(parameter 35: Adaptability or versatility).
4. Kurang Pencahayaan
Kurangnya pencahayaan dapat menyebabkan ruangan gelap. Pencahayaan
yang baik diperlukan oleh operator saat bekerja karena memberikan
penglihatan yang jelas terhadap objek yang dikerjakan. Maka perlu dilakukan
peningkatan pencahayaan yang baik (parameter 18: illumination intensity).
Namun, ketika hal tersebut ditingkatkan akan berdampak pada penggunaan
energi listrik tambahan (parameter 19 : Use of energy by moving object).
5. Terburu-buru
Terburu-buru dalam mengejar target produksi menyebabkan konsentrasi kerja
menurun dan menyebabkan produk cacat. Perlu adanya penambahan jam kerja
operator, agar operator tidak tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaannya
(parameter 15: duration of action by a moving object). Namun, untuk
meningkatkan hal tersebut maka akan berdampak terhadap stress maupun
tekanan yang dirasakan operator (parameter 11: Stress or presure).
6. Bahan baku kurang berkualitas
Penggunaan bahan yang kurang berkualitas akan menyebabkan hasil yang
tidak sesuai dengan keinginan seperti hal aksesoris yang mudah lepas karena
pengait yang ada tidak kuat lama. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya
peningkatan keakuratandalam pemilihan atau pengukuran bahan yang akan
digunakan (parameter 29: accuracy of manufacturing) Namun, melakukan
peningkatan tersebut akan menghasilkan dampak yaitu memakan waktu dan
tenaga yang menggangu sehingga menyulitkan dalam mendeteksi bahan yang
kurang berkualitas (parameter 37: difficulty of detecting and measuring)
4.2.2.2 Matriks Kontradiksi (Solusi TRIZ)
Faktor-faktor penyebab kecacatan yang telah dikategorikan kedalam 39
parameter TRIZ dilanjutkan dengan membuat matriks kontradiksi. Pembuatan
matriks kontradiksi bertujuan untuk menemukan solusi yang tepat dimana solusi
tersebut telah mempertimbangkan dampak (worsened feature) yang akan terjadi
ketika suatu parameter ditingkatkan (improved feature), berdasarkan pada Lampiran
2. Adapun matriks kontradiksi jenis lubang saluran tidak simetris, cacat body, cacat
drat baut, dan dudukan tidak rata dapat dilihat pada tabel 4.12 sampai tabel 4.15.
Matriks Kontradiksi Jenis Cacat Lubang Saluran Tidak Simetris
Tabel 4. 12 Matriks Solusi Kontradiksi Jenis Cacat Permukaan Tidak Rata
Adaptabilit Difficulty of
worsened stress or Loss of Loss of y detecting
Shape Productivity
feature presure energy time or and
No versatility measuring
Improve
11 12 22 25 35 37 39
feature
Accuracy of 32, 30, 13, 32, 32, 26, 28, 10, 18, 32,
29 3, 35 All All
manufacturing 40 2 18 39
External harm
22, 1, 21, 22, 35, 11, 22, 22, 19, 29, 22, 35, 13,
30 affects the 22, 2, 37 35, 18, 34
3, 35 35, 2 31 40 24
object
10, 37, 14, 10, 28, 10, 1, 35, 28,
39 Productivity All 35, 18, 27, 2 All
14 34, 40 35, 23 37
Accuracy of
13, 32, 32, 26, 28, 10, 18, 32,
29 manufacturin 3, 35 32 2 All All
2 18 39
g
External
1 24 6 21, 22, 35, 11, 22, 22, 19, 29, 22, 35, 13,
30 harm affects 22, 2, 37 35, 18, 34
27 35, 2 31 40 24
the object
Matriks Kontradiksi Jenis Cacat Drat Baut
Tabel 4. 14 Matriks Solusi Kontradiksi Jenis Cacat Drat Baut
use of Difficulty of
Worsened Stress or energy by Loss of Loss of Adaptability detecting
Productivity
feature presure moving energy time or versatility and
No object measuring
Improve feature 11 19 22 25 35 37 39
19, 35,
14 Strength 10, 3, 18, 40 35 29, 3, 28, 10 15, 3, 32 27, 3, 15, 40
10
Duration of
action 28, 6, 35, 20, 10, 28,
15 19, 3, 27 All 1, 35, 13 19, 29, 39, 35
by a moving 18 18
object
7 Seting mesin tidak tepat (29) accuracy All (28) Replacement of a mechanical system
of subprinsip c
manufacturin
g >< (35)
Pergantian settingan untuk mesin.
Adaptability
or versatility
Lanjutan Tabel 4. 16 Pemilihan Solusi Ideal
N Parameter Hasil Solusi
Penyebab Sub Prinsip 40 Prinsip Kreatif Solusi Ideal
o Konflik Matriks
(21) Rushing
a. Melakukan proses, atau tahapan tertentu (misalnya,
through
merusak, berbahaya, atau operasi berbahaya) dengan
(Melakukan
kecepatan tinggi.
proses tertentu)
Dale H. Besterfield (2009) Quality Control. 8th edn. New Jersey: Pearson Prentice
Hall.
David.A, G. (1988) Managing Quality: The Strategic and Competitive Edge. New
York: The New York Press.
Douglas C, M. (2009) Statistical Quality Control (6th ed). 6th edn. Asia: John Wiley
&Sons (Asia) Pte. Ltd.
Hendra Suryawan (2014) Pembuatan alat praktikum fisika listrik untuk kegiatan
praktikum di laboratorium fisika dasar dan material teknik. Universitas Atma
Jaya Yogyakarta.
Jafari, M., Akhavan, P., Reza Zarghami, H. and Asgari, N. (2013) ‘Exploring the
effectiveness of inventive principles of TRIZ on developing researchers’
innovative capabilities: A case study in an innovative research center’, Journal
of Manufacturing Technology Management, 24(5), pp. 747–767. doi:
10.1108/17410381311327990.
Kazi, S. N., Gaikwad, L.M. and Talukdar, J. (2014) ‘Adaption of TRIZ Method for
Problem Solving : A review’, International Journal on Recent Technologies in
Mechanical and Electrical Engineering (IJRMEE), 1(2), pp. 54–63. ISSN:
2349-7947.
Rizki, A. A., Shofi, D. and Bachtiar, I. (2017) ‘Perbaikan Kualitas Dengan Minimasi
Cacat pada Proses Pengemasan Obat Solid Menggunakan Metode Triz’, pp.
284–291.
Prabowo Ronny., Wijaya Sony. (2020) ‘Integrasi New Seven Tools dan TRIZ (Theory
of Inventive Problem Solving) untuk Pengendalian Kualitas Produk Kran (Studi
Kasus: PT. Ever Age Valves Metals – Wringinanom, Gresik)’. Jurnal Teknik
Industri. 10(1). pp. 284–291.
Sofjan, A. (2008) Manajemen Produksi dan Operasi. Revisi 200. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Vincent, G. (2005) Total Quality Management. 5th edn. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.