KATA PENGANTAR
Demikian laporan ini dibuat sebagai bahan evaluasi dan segala saran dan
koreksi untuk kelancaran pekerjaan ini akan dijadikan masukan untuk
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
Team Leader
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR TABEL............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................9
1.1. Data Kontrak Perencanaan..............................................................9
1.1.1. Latar Belakang......................................................................9
1.1.2. Maksud dan Tujuan............................................................10
1.1.3. Sasaran...............................................................................11
1.1.4. Nama dan Organisasi Penggunan Jasa..............................12
1.1.5. Lokasi Pekerjaan.................................................................12
1.2. Ruang lingkup................................................................................14
1.2.1. Lingkup pekerjaan..............................................................14
1.2.2. Keluaran..............................................................................21
1.3. Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan.........................................22
1.4. Survey Pendahuluan......................................................................22
1.5. Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan..............................................23
1.5.1. Geografis dan Administrasi................................................23
1.5.2. Pemerintahan......................................................................25
1.5.3. Kependudukan....................................................................26
1.5.4. Klimatologi...........................................................................27
1.5.5. Geologi.................................................................................28
1.5.6. Potensi Wilayah Kabupaten Mahakam Ulu........................30
1.5.7. Perindustrian dan Perdagangan.........................................32
1.5.8. Perekonomian......................................................................33
BAB II SURVEI TOPOGRAFI......................................................................35
2.1. Metode Pengukuran Topografi.......................................................35
2.1.1. Pengukuran Poligon............................................................35
2.1.2. Pengukuran Sipat Datar (Waterpass).................................36
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
a. Maksud
Maksud dari pekerjaan ini adalah melakukan Pekerjaan
Penyusunan DED Sei Paluq Long Pahangai di Kecamatan Long
Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu untuk mewujudkan
perencanaan yang komprehensip dan aplikabel dengan karakter
desain yang menyatu dengan lingkungannya, yang meliputi:
1. Merencanakan struktur bangunan atas, bangunan bawah, oprit,
dan bangunan pelengkap dari jembatan berdasarkan rencana
kapasitas jembatan yang memadai dalam melayani volume lalu
Iintas serta sesuai dengan standar yang berlaku;
2. Merencanakan jembatan yang memenuhi aspek estetika
struktur namun proposional dengan biaya
b. Tujuan
Tujuan Umum dari pekerjaan ini adalah untuk menghubungkan
akses jalan poros dari Ibu Kota Kab. Mahakam Ulu menuju
Kecamatan Long Pahangai Kab. Mahakam Ulu Provinsi Kalimantan
Timur, sehingga terwujud akses bagi lalu lintas angkutan darat di
wilayah Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur dan
1.1.3. Sasaran
1.2.2. Keluaran
1 2 3
1.5.2. Pemerintahan
1 2 3 4 5 6
Laham 5 5 5 5 5
Long Hubung 11 11 11 11 11
Long Bagun 11 11 11 11 11
Long Pahangai 13 13 13 13 13
Long Apari 10 10 10 10 10
Total 50 50 50 50 50
Sumber : Kabupaten Mahakam Ulu Dalam Angka Tahun 2020
1.5.3. Kependudukan
1.5.4. Klimatologi
Total 1.531.500
Sumber : Pemerintah Daerah Kabupaten Mahakam Ulu
1. Pertanian
Luas panen tanaman padi (Sawah+Ladang) di Kabupaten Mahakam Ulu
sepanjang tahun 2018 mencapai 2.727 ha, dengan hasil per hektar untuk
2. Perkebunan
Luas areal komoditi perkebunan di Kabupaten Mahakam Ulu hingga
tahun 2018 mencapai 3.403 ha dengan rincian komoditi karet seluas
1.763 ha, kakao seluas 1.508 ha, kelapa dalam seluas 30 ha, kelapa sawit
dalam seluas 100 ha, lada seluas 2 ha.
3. Peternakan
Populasi ternak besar di Kabupaten Mahakam Ulu sepanjang tahun 2019
didominasi oleh jenis ternak babi dengan populasi yang mencapai hingga
4.142 ekor. Kecamatan dengan populasi Babi terbesar di Kabupaten
Mahakam Ulu adalah Kecamatan Long Pahangai. Sedangkan untuk
populasi unggas sepanjang tahun 2019, populasi ayam kampung
mendominasi dengan jumlah 39.825 ekor.
4. Kehutanan
Dari total luas hutan di Kabu-paten Mahakam Ulu, pemanfaatan terbesar
digunakan untuk hutan produksi terbatas dan hutan produksi yaitu
seluas 1.017.266 Ha dengan jumlah perusahaan pemegang HPH dan
IUPHHK sebanyak 12 perusahaan.
5. Pariwisata
Kabupaten Mahakam Ulu yang terletak di Hulu Sungai Mahakam
sebenarnya memiliki potensi yang sangat baik di Bidang Pariwisata.
Obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Mahakam Ulu terbagi menjadi
Wisata Alam, Wisata bahari dan Wisata budaya. Beberapa obyek wisata
yang cukup dicari antara lain Air Terjun, Danau, Lamin, Riam serta
Hutan Anggrek. Namun demikian sangatlah disayangkan bahwa obyek-
obyek wisata tersebut belum terlalu dioptimalkan, karena kendala
transportasi dan akomodasi.
1.5.8. Perekonomian
B. Pertambangan dan
119773.89 123982.21 126529.16 129040.14 132421.14
Penggalian
E. Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, 530.56 556.91 576.79 600.79 636.69
Limbah dan Daur Ulang
G. Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi 53621.86 56424.92 61460.78 67339.46 74553.43
Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan
46896.05 51343.74 57031.94 62679.07 70610.71
Pergudangan
I. Penyediaan Akomodasi
1452.18 1584.35 1748.26 1958.54 2200.41
dan Makan Minum
J. Informasi dan
3049.93 3351.19 3733.41 4177.04 4681.11
Komunikasi
O. Administrasi
Pemerintahan,
16238.19 15984.94 16808.09 17957.69 18612.87
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
BAB II
SURVEI TOPOGRAFI
Pada setiap titik cross section dipakai juga sebagai pengukuran long
section.
2.1.5. Perhitungan
d1
d2
A 1 d3
2 B
Jarak AB = d1+d2+d3
BAB III
SURVEI GEOLOGI/ MEKTAN
Pelaksanaan SPT dihentikan setelah harga SPT > 60 sebanyak tiga kali
untuk penurunan berturut-turut setinggi 30 cm sampai dengan ketebalan
minimal 6 meter.Apabila sampai pada kedalaman 30 meter dari
permukaan tanah pada titik bor yang telah ditentukan belum
didapati/dijumpai lapisan tanah keras (SPT > 60) maka konsultan harus
segera melaporkan kepada Pemberi Tugas untuk mendapat petunjuk
lebih lanjut.
Prosedur penghentian pengujian SPT menurut ASTM D1586 dan SNI 03-
4148 yaitu Nilai SPT diperoleh dengan menjumlahkan pukulan 30 cm
terakhir (jumlah pukulan untuk 15 cm pertama tidak dihitung, hanya
untuk referensi, karena pada dasar lubang bor tanah rusak akibat
pengeboran. Dicantumkan pengujian SPT dihentikan jika jumlah pukulan
diperoleh lebih dari 50 pukulan (saat interval 15 cm) atau jika jumlah
pukulan total lebih dari 100 pukulan (interval 45 cm).
Pada Boring Log terdapat nilai RQD (Rock Quality Designation) yang
merupakan penunjukan kualitas batuan dari pemboran inti. Hal ini dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6 Kualitas Batuan, RQD
Nilai RQD
Kualitas Batuan
(%)
90 – 100 Memuaskan
75 – 90 Baik
50 – 75 Memadai
25 – 50 Buruk
< 25 Sangat Buruk
Nilai N Konsistensi
<2 Sangat lunak
2–4 Lunak
4–8 Sedang
8 – 15 Kaku
15 – 30 Sangat kaku
> 30 Keras
Dengan
w : kadar air (%)
Ww : berat air (gram)
Ws : berat tanah (gram)
dengan :
: berat isi tanah (gr/cm³)
Ws : berat tanah (gram)
V : volume tanah (cm³)
3. Berat jenis
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui berat spesifik /berat jenis
tanah (Gs) dari contoh tanah tersebut. Percobaan ini akan dilakukan
mengikuti standar (SNI 03-1964-1990). Nilai berat jenis tanah (Gs) akan
dihitung dengan persamaan berikut ini :
Dengan
W1 : berat piknometer + tanah
W2 : berat piknometer
Ws : berat tanah = W1 - W2
W3 : berat piknometer + air + tanah
W4 : berat piknometer + air
4. Batas cair
Batas cair suatu contoh tanah adalah batas antara keadaan cair dan
keadaan plastis. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui batas
cair suatu contoh tanah lempung(clay), Percobaan ini dilakukan
mengikuti standar (SNI 03-1967-1990) dengan menggunakan alat
Casagrande. Percobaan akan dilakukan pada 4 (empat) contoh tanah
dengan kadar air yang berbeda dan hasil ini akan diplot pada grafik
hubungan kadar air dan jumlah pukulan. Nilai batas cair didapat dari
grafik, yaitu nilai kadar air pada 25 pukulan alat Casagrande.
5. Batas plastis
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui batas plastis suatu
contoh tanah, yaitu batas antara keadaan plastis dan semi plastis.
Percobaan ini dilakukan mengikuti standar (SNI 03-1966-1990). Nilai
batas plastis adalah kadar air pada waktu tanah tidak dapat digelintir
menjadi gelintiran-gelintiran dengan diameter lebih kecil dari 3 mm,
sehingga apabila gelintiran diteruskan maka tanah akan putus.
6. Batas susut
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air sampel tanah
pada batas keadaan semi padat dan keadaan padat. Percobaan ini
dilakukan mengikuti standar (SNI 03-3422-1990).
7. Analisa Saringan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan pembagian ukuran butir
suatu contoh tanah. Percobaan ini dilakukan mengikuti standar (SNI-03-
3423-1990). Hasil percobaan ini akan diplot pada grafik semi-log
hubungan antara ukuran butir dan persen tertahan (retained) atau lolos
(finer) dari suatu seri saringan.
8. Analisa Hidrometer
Tujuan Percobaan ini Untuk mengetahui distribusi ukuran butiran tanah
berbutir halus yaitu lanau dan lempung dan untuk keperluan
mengklasifikasikan tanah berdasarkan gradasinya. Analisa hydrometer
adalah cara yang didasarkan atas kecepatan pengendapan untuk
menganalisa distribusi ukuran butiran tanah berbutir halus, dengan
ukuran butir 0,075 mm sampai 0,001 mm (lolos saringan
No.200).Kecepatan mengendap tergantung ukuran butiran, semakin
besar ukurannya, semakin cepat mengendap. Menurut hokum stokes,
kecepatan mengendap:
Dengan
V : Kecepatan mengendap cm/det
γs : Berat isi partikel tanah
γw : Berat isi air = kekentalan air, poise (dyne x det/cm 3)
D : Diameter Partikel Tanah
Keterangan :
e = Angka pori
Vv = Volume pori
Vs = Volume butiran padat
Keterangan :
n = Porositas
Vv = Volume pori
V = Volume Tanah Total
Keterangan :
Sr = Derajat Kejenuhan
Vw = Volume air
Vv = Volume Pori
1. Direct Shear
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan parameter kuat geser
tanah dilakukan dengan besar beban yang ditentukan. Dalam suatu
massa tanah, butir-butirnya (yang tidak tersementasi) saling bertempelan
satu sama lain. Bila massa tanah menerima beban, maka butir-butirnya
cenderung untuk lepas satu sama lain. Sebelum lepas, pada bidang
kontak antar butir timbul gesekan yang pas pada saat lepas besarnya
gesekan adalah maksimum, timbullah pengertian kekuatan geser
tanah /soil shear strength (S).
Menurut Coulomb, S = c + τ . tan
dengan
c dan : parameter kekuatan geser tanah
τ : tegangan yang bekerja pada butir tanah, akibat beban luar
c : kohesi tanah
: sudut geser dalam (angle of internal friction)
Titik Koordinat
Lokasi Penyelidikan
Penyelidikan UTM
DH-01 X = 483259.529 ; Y = 9585415.598
Sei Paluq
DH-02 X = 483215.494 ; Y = 9585423.437
mendapatkan data yang lebih akurat dari contoh tanah yang akan
digunakan sebagai pendukung pondasi konstruksi bangunan atau yang
akan dimanfaatkan sebagai material pembentuk konstruksi bangunan,
tepatnya mengenai sifat index dan sifat mekanik tanah. Ringkasan hasil
pengujian laboratorium pada setiap titik bor dapat dilihat pada Tabel
berikut dan hasil pengujian detail ditunjukkan pada lampiran.
SOIL INVESTIGATION PEMBANGUNAN JEMBATAN KALI MATOA DAN KALI JEPRE KABUPATEN
PROJECT INDEX PROPERTIES OF SOIL LABORATORY TEST
KAIMANA
0 sd 2 m
2 sd 8 m
Tabel 11 Hasil Rekapitulasi Engineering Properties
Batu Gravel - - - - - - - - - - - - -
8 sd 10 m
DH-01
3 10 sd 15 m
(KALI JEPRE) SOIL INVESTIGATION PEMBANGUNAN JEMBATAN KALI MATOA DAN KALI JEPRE
P15Rsd O
16 mJ E C T
KABUPATEN KAIMANA
16 sd 24 m
24 sd 25 m
ENGINEERING PROPERTIES OF SOIL LABORATORY TEST
0 sd 1.5 m
1.5 sd 2.5 m
A. Pondasi Dangkal
Meyerhof (1956; 1974b) mengusulkan persamaan kapasitas dukung izin
netto yang dikaitkan dengan nilai SPT untuk tanah pasir, sebagai berikut
ini.
a. Untuk lebar B 1,2 m
dengan
qa adalah kapasitas dukung izin netto untuk penurunan sebesar 2,54 cm.
Nilai N diambil rata-rata dari jarak 0 sampai B di bawah dasar pondasi.
John N. Cernica (1995) mengatakan persamaan Meyerhof kebanyakan
berhasil dan hanya digunakan untuk pasir, pasir berlanau, lanau yang
tercampur, dan fine gravel untuk penurunan 1” atau kurang. Persamaan
ini perlu kecermatan pada lanau dan khususnya lempung, karena lanau
dan lempung dapat menjadi lebih lunak atau kaku dengan penambahan
dan pengurangan kadar air. Sehubungan hasil SPT bervariasi untuk
formasi lanau atau lempung jika kadar air berubah.
dengan
qun : kapasitas dukung ultimit netto (kN/m2)
cu : kohesi tak terdrainasi (undrained) (kN/m2)
Nc : faktor kapasitas dukung Skempton
Df : kedalaman pondasi (m)
dengan,
N60 : N-SPT telah dikoreksi
Ef : efisiensi pemukul = 0,55 (tipe pemukul donat dan dilepas tangan)
Cb : koreksi diameter lubang bor = 1,00 (diameter lubang 2,5 “)
Cs : koreksi oleh tipe tabung sampler SPT = 1,00 (tabung sampler
standar)
Cr : koreksi untuk panjang batang bor = 0,75 (panjang batang bor 3 m)
N : nilai N-SPT hasil uji di lapangan
dengan,
Qu : kapasitas ultimit tiang (ton)
Nb : nilai N dari uji SPT pada tanah di sekitar dasar tiang
N : nilai N rata-rata uji SPT, di sepanjang tiang
As : luas selimut tiang (ft2)
Ab : luas dasar tiang (ft2)
BAB IV
SURVEI HIDROLOGI DAN HIDRAULIK
Qr = 0.278*C*I*A
Dimana :
Qr = Debit rencana puncak banjir (m3/det)
C = Koefisien aliran limpasan
I = Intensitas curah hujan selama waktu
konsentrasi (mm/jam)
A = Luas daerah aliran/catchment area (km2)
Waktu kosentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan oleh air untuk
mengalir dari suatu titik terjauh pada suatu daerah aliran sampai dengan
titik yang ditinjau. Waktu kosentrasi (tc) terdiri dari dua bagian yaitu
waktu yang dibutuhkan oleh aliran untuk mengalir diatas permukaan
tanah ke saluran yang terdekat (to) dan waktu dari jalannya aliran
disaluran pada satu titik ke titik lain yang ditinjau (td).
tc = (to) + (td)
Besarnya waktu aliran permukaan / “inlet time” (to) tergantung dari
panjang jarak dan kemiringan lahan, dan dapat diperkirakan dari rumus
Kirpich dibawah ini:
to = (2/3* 3,28* Lo* nd / Ö s ) 0,167
(menit)
dimana,
Lo = Panjang overland flow ( meter )
s = kemiringan permukaan lahan
nd = koefisien kekasaran permukaan (coef. of retardation ),
dimana nilai nd untuk sirtu = 0,050; bahu jalan = 0,035
dan tanah = 0,020.
Td = Ls / V (detik)
dimana,
Ls = Panjang saluran dari titik terjauh sampai dengan titik
yang diamati ( meter)
V = Kecepatan aliran air dalam saluran tersebut dalam
(m/detik)
Q Max
Banjir
Debit
t
tc tc + td
Waktu Banjir ( t )
Dari grafik tersebut diatas terlihat bahwa debit banjir maksimum dan
waktu untuk mencapai puncak banjir pada titik yang ditinjau terjadi
selama tc (waktu konsentrasi), sedangkan waktu banjir terjadi selama 2*
tc + td.
Dimana
A = Luas Penampang Basah
P = Keliling Basah
b = Lebar dasar saluran
a = Lebar atas saluran
h = Tinggi dari dasar saluran ke muka air
V = (R0.67 S0.5 )/ n
R = A/P
Dimana :
Q = kapasitas saluran (m3/det)
A = luas penampang basah (m2)
V = kecepatan aliran (m/det)
P = keliling basah (m)
S = kemiringan saluran (m/m)
n = koefisien kekasaran Manning
b. Batasan – batasan
Bandingkan nilai HW yang didapatkan dari perhitungan
dengan nilai HW maksimum yang direncanakan. Jika nilai HW
yang didapatkan dari perhitungan lebih besar dari nilai HW
maksimum, ulangi perhitungan dengan memilih ukuran
gorong–gorong yang lebih besar.
Apabila suatu data hidrologi telah tersedia untuk suatu lokasi, maka
parameter statistik dari data dapat dihitung. Setiap distribusi frekuensi
memiliki sifat yang khas sehingga setiap data hidrologi harus diuji
kesesuaiannya dengan sifat statistiknya.
Standar Deviasi
Koefisien Keragaman
Koefisien Kepencengan
Koefisien Kurtosis
CV = koefisien variasi =
dimana:
A = 1,281 / s
B = m - 0,45 s
Dalam penggambaran pada kertas probabilitas dapat dituliskan sebagai
berikut:
201
55.00 3496.3569 -206739.5835 12224511.5722 2010
0 -59.1300
200
56.00 3379.0969 -196426.9028 11418295.8596 2008
8 -58.1300
200
56.00 3379.0969 -196426.9028 11418295.8596 2008
8 -58.1300
201
85.00 848.5569 -24718.4625 720048.8125 2016
6 -29.1300
201
103.00 123.8769 -1378.7499 15345.4864 2011
1 -11.1300
201
117.40 10.6929 34.9658 114.3381 2014
4 3.2700
201
129.90 248.6929 3921.8870 61848.1585 2017
7 15.7700
201
147.00 1080.4369 35513.9609 1167343.8949 2012
2 32.8700
201
154.00 1589.6169 63378.0258 2526881.8888 2015
5 39.8700
201 235431489.557
238.00 15343.7769 1900633.6446 2013
3 123.8700 0
274984175.427
Jumlah : 1141.30
0.0000 29500.2010 1377791.8826 5
Perhitungan
:
n = 10.0000
X rerata = 114.1300
Sd = 57.2521
Sn = 1.0411
Yn = 0.5181
Tabel 19 Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan Jumlah Data (n)
n Yn n Yn n yn n Yn
10 0,4952 34 0,5396 58 0,5515 82 0,5672
11 0,4996 35 0,5402 59 0,5518 83 0,5574
12 0,5035 36 0,5410 60 0,5521 84 0,5576
13 0,5070 37 0,5418 61 0,5524 85 0,5578
14 0,5100 38 0,5424 62 0,5527 86 0,5580
15 0,5128 39 0,5430 63 0,5530 87 0,5581
16 0,5157 40 0,5436 64 0,5533 88 0,5583
17 0,5181 41 0,5442 65 0,5535 89 0,5585
18 0,5202 42 0,5448 66 0,5538 90 0,5586
19 0,5220 43 0,5453 67 0,5540 91 0,5587
20 0,5236 44 0,5458 68 0,5543 92 0,5589
21 0,5252 45 0,5463 69 0,5545 93 0,5591
22 0,5268 46 0,5468 70 0,5548 94 0,5592
23 0,5283 47 0,5473 71 0,5550 95 0,5593
24 0,5296 48 0,5477 72 0,5552 96 0,5595
25 0,5309 49 0,5481 73 0,5555 97 0,5596
26 0,5320 50 0,5485 74 0,5557 98 0,5598
27 0,5332 51 0,5489 75 0,5559 99 0,5599
28 0,5343 52 0,5493 76 0,5561 100 0,5600
29 0,5353 53 0,5497 77 0,5563
n Sn n Sn n Sn n Sn
10 0,9496 33 1,1226 56 1,1696 79 1,1930
11 0,9676 34 1,1255 57 1,1708 80 1,1938
12 0,9833 35 1,1286 58 1,1721 81 1,1945
13 0,9971 36 1,1313 59 1,1734 82 1,1953
14 1,0095 37 1,1339 60 1,1747 83 1,1959
15 1,0206 38 1,1363 61 1,1759 84 1,1967
16 1,0316 39 1,1388 62 1,1770 85 1,1973
17 1,0411 40 1,1413 63 1,1782 86 1,1987
18 1,0493 41 1,1436 64 1,1793 87 1,1987
19 1,0565 42 1,1458 65 1,1803 88 1,1994
20 1,0628 43 1,1480 66 1,1814 89 1,2001
21 1,0696 44 1,1499 67 1,1824 90 1,2007
22 1,0754 45 1,1519 68 1,1834 91 1,2013
23 1,0811 46 1,1538 69 1,1844 92 1,2020
24 1,0864 47 1,1557 70 1,1854 93 1,2026
25 1,0915 48 1,1574 71 1,1854 94 1,2032
26 1,0861 49 1,1590 72 1,1873 95 1,2038
27 1,1004 50 1,1607 73 1,1881 96 1,2044
28 1,1047 51 1,1623 74 1,1890 97 1,2049
29 1,1086 52 1,1638 75 1,1898 98 1,2055
30 1,1124 53 1,1658 76 1,1906 99 1,2060
31 1,1159 54 1,1667 77 1,1915 100 1,2065
32 1,1193 55 1,1681 78 1,1923
Sumber : Hidrologi Teknik, C.D. Soemarto, Edisi Ke-2, 1987:237
dengan parameter:
Standar Deviasi
= 0.2163
(S . Log X)
CS = 0.0665
CK = -0.8992
-1.60 -3.388 -1.962 -1.329 -0.675 -0.056 0.254 0.442 0.817 0.994 1.096 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280
-1.80 -3.499 -1.981 -1.318 -0.643 -0.026 0.282 0.454 0.799 0.945 1.020 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130
-2.00 -3.605 -1.996 -1.302 -0.600 0.005 0.307 0.464 0.777 0.895 0.948 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000
-2.20 -3.705 -2.006 -1.284 -0.574 0.029 0.330 0.471 0.752 0.844 0.881 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910
-2.50 -3.845 -2.012 -1.250 -0.518 0.067 0.360 0.477 0.711 0.771 0.789 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802
-3.00 -4.051 -2.003 -1.180 -0.420 0.124 0.396 0.476 0.636 0.660 0.665 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668
Hujan P (mm)
m p = m/(N+1)
P Ln P Log P
1 0.091 55.00 4.01 1.74
2 0.182 56.00 4.03 1.75
3 0.273 56.00 4.03 1.75
4 0.364 85.00 4.44 1.93
5 0.455 103.00 4.63 2.01
6 0.545 117.40 4.77 2.07
7 0.636 129.90 4.87 2.11
8 0.727 147.00 4.99 2.17
9 0.818 154.00 5.04 2.19
10 0.909 238.00 5.47 2.38
Jumlah Data = 10 10 10
Nilai Rerata (Mean) = 114.13 4.63 2.01
Standar Deviasi = 57.25 0.50 0.22
Koefisien Skewness = 1.02 0.07 0.07
Koefisien Kurtosis = 1.25 -0.90 -0.90
Koefisien Variasi = 0.50 0.11 0.11
Nilai Tengah = 110.20 4.70 2.04
dimana :
= Jumlah kelas interval, tidak kurang dari 5
= Observed berdasarkan hasil observasi
= Expected berdasarkan distribusi teoritis
Nilai Nilai
No. Metode Distribusi X2hitung X2Kritis Keterangan
1 Distribusi Gumbel Tipe I 2.0000 5.9910 Memenuhi
Distribusi Log Normal 2
2 Parameter 2.0000 5.9910 Memenuhi
3 Distribusi Log Pearson Tipe III 2.0000 5.9910 Memenuhi
Nilai Nilai
No. Metode Distribusi X hitung
2
X Kritis
2
Keterangan
1 Distribusi Gumbel Tipe I 0.1835 0.3180 Memenuhi
Distribusi Log Normal 2 Tidak
2 Parameter 1.2976 0.3180 Memenuhi
3 Distribusi Log Pearson Tipe III 0.2559 0.3180 Memenuhi
Periode Ulang (Tr) adalah rata-rata berapa kali interval waktu dimana
suatu kejadian disamai atau dilampaui. Periode ulang didasarkan pada
catatan/data kejadian yang panjang. Apabila sebuah kejadian
direncanakan dengan (X x) dan probabilitas kejadian Pr(X x) = G(X),
maka periode ulang (Tr) adalah kebalikan dari probabilitas.
Hujan rancangan dengan berbagai periode ulang dapat dilihat pada tabel
berikut.
Data debit banjir dapat diperoleh dari catatan pengukuran dan untuk
melakukan analisis frekuensi diperlukan seri data yang panjang. Apabila
catatan debit banjir tersebut tidak mencukupi, namun tersedia data
curah hujan yang cukup panjang maka debit rancangan dapat ditentukan
berdasarkan pengalihragaman hujan menjadi aliran.
dengan:
It = intensitas hujan kala ulang T tahun (mm/jam)
t = lamanya curah hujan (jam)
RT24 = curah hujan harian maksimum kala ulang T tahun (mm)
Intensitas hujan menurut Dr. Mononobe berdasarkan hujan rancangan
dengan kala ulang 50 tahun sebagai berikut :
Durasi hujan dianggap lebih besar atau sama dengan waktu konsentrasi
yaitu waktu yang ditempuh oleh hujan untuk mencapai titik kontrol.
Kedalaman hujan untuk menentukan distribusi hujan dihitung dengan
pola hujan jam-jaman untuk durasi 5 jam. Kedalaman dan pola distribusi
hujan pada dihitung dari hujan rancangan sebagai berikut :
Keterangan : Q = debit puncak (m3/dtk)
C = koefisien run off, tergantung pada karakteristik DAS
(tak berdimensi)
I = intensitas curah hujan, untuk durasi hujan (D) sama
dengan waktu konsentrasi (Tc) (mm/jam)
A = luas DAS (km2)
I Q
R L Tc
Tr H (m) C (mm/ja A (km2) (m3/de
(mm) (km) (jam)
m) t)
2.00 101.66 885.00 0.25 56.00 7.266 9.43 613.98 402.46
5.00 155.12 885.00 0.25 56.00 7.266 14.39 613.98 614.12
10.00 194.32 885.00 0.25 56.00 7.266 18.03 613.98 769.31
20.00 237.79 885.00 0.25 56.00 7.266 22.06 613.98 941.41
25.00 247.59 885.00 0.25 56.00 7.266 22.97 613.98 980.19
50.00 289.36 885.00 0.25 56.00 7.266 26.85 613.98 1145.57
100.00 333.71 885.00 0.25 56.00 7.266 30.96 613.98 1321.18
Periode Ulang 2
BAB V
PERENCANAAN TEKNIS
3. Topografi
Topografi merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi jalan
raya dan pada umumnya mempengaruhi alignement sebagai standart
perencanaan geometrik, seperti jalan landai, jarak pendangan,
penampang melintang dll.
Untuk melihat klasifikasi medan dan besarnya kelerengan melintang,
maka dapat dilihat pada tabel berikut ini:
– Pegunungan ( G ) >25 %
Dimana:
∆p = Daya dukung tanah dasar ton/m2
SF = Safety Faktor = 5
Hkr = Tinggi timbunan yang dizinkan dalam m’
Yt = Berat isi tanah timbunan jalan pendekat dalam ton/m3
Nq=Nc=Ny= Faktor-faktor daya dukung tanah
a. Lingkup metode
Lingkup metode inimeliputidesainperkerasan lentur dan perkerasan
kaku untuk jalan baru, pelebaran jalan dan rekonstruksi. Manual ini
juga menjelaskan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan struktur perkerasan dan ulasan mengenai pendetailan desain,
drainase dan persyaratan konstruksi. Manual ini merupakan pelengkap
Perkerasan beton semen adalah struktur yang terdiri atas pelat beton
semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan,
atau menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah
atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal.
Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama
diperoleh dari pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah
dasar sangat mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton
c. Umur Rencana
Umur rencana perkerasan baru seperti yang ditulis di dalam tabel
berikut:
Tabel 35 Umur Rencana Perkerasan Jalan Baru (UR)
Catatan :
1. Jika dianggap sulit untuk menggunakan umur rencana di atas,
maka dapat digunakan umur rencana berbeda, namun sebelumnya
harus dilakukan analisis dengan discountedwhole of life cost,
dimana ditunjukkan bahwa umur rencana tersebut dapat
memberikan discounted of life cost terendah. Nilai bunga diambil
dari nilai bunga rata-rata dari bank indonesia, yang dapat diperoleh
dari :
http://www.bi.go.id/web/en/moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/.
2. Kapasitas jalan selama umur rencana harus mencukupi.
AC dengan CTB
3 2
(pangkat 5)
AC tebal ≥ 100 mm
dengan lapis pondasi
3A 1,2
berbutir (pangkat 5)
e. Sumber Daya Lokal dan Nilai Pekerjaan
f. AC dengan Cement Treated Base (CTB)
CTB menawarkan penghematan yang signifikan dibanding
perkerasan lapis pondasi berbutir untuk jalan yang dilewati lalu lintas
sedang dan berat. Biaya perkerasan berbasis CTB secara tipikal lebih
murah dibandingkan perkerasan kaku atau perkerasan beraspal tebal
konvensional untuk kisaran beban sumbu 4 sampai 30 juta CESA,
tergantung pada harga setempat dan kemampuan kontraktor.
CTB juga menghemat penggunaan aspal dan material berbutir, dan
tidak sensitif terhadap air dibandingkan dengan lapis pondasi
berbutir. LCM (Lean Mix Concrete) dapat digunakan sebagai pengganti
CTB, dan akan memberikan kemudahan pelaksanaan di area kerja
yang sempit misalnya pekerjaan pelebaran perkerasan atau pekerjaan
pada area perkotaan. Muatan berlebihan yang merupakan kondisi
tipikal di Indonesia, menyebabkan keretakan sangat dini pada lapisan
CTB.
Maka dari itu desain CTB hanya didasarkan pada tahap desain post
fatigue crackingtanpa mempertimbangkan umur pre fatigue cracking.
Solusi perkerasan dengan CTB ditentukan menggunakan CIRCLY dan
metode desain perkerasan Austroad Guide 2004 dengan nilai
reliabilitas 95%. Konstruksi CTB membutuhkan kontraktor yang
kompeten dengan sumber daya peralatan yang memadai. Perkerasan
CTB hanya bisa dipilih jika sumber daya yang dibutuhkan tersedia.
i. Pelebaran Jalan dan Penambalan (Heavy Patching)
Untuk penanganan perkerasan eksisting umumnya dipilih struktur
perkerasanyang sama dengan struktur eksisting. Kehati-hatian harus
dilakukan untukmenjamindrainasemengalir dari struktur eksisting
dan lapisan berbutir baru.Jika perkerasan kaku digunakan untuk
pelebaran perkerasan lentur, terutamauntuk jalan diatas tanah lunak,
maka ekonstruksi dengan lebar penuh harusdipertimbangkan, karena
jika tidak maka serangkaian pemeliharaan lanjutanpada perkerasan
lenturakan menjadi lebih sulit.
A. DATA
1. Data Umum
- Nama Jembatan = JEMBATAN SEI PALUQ
- Nama Paket =
-
- Lokasi = Kabupaten Mahakam Ulu Provinsi Kalimantan Timur
- Standar Acuan =- Panduan Perencanaan Teknik Jembatan 26 Nopember 1992
(BMS Bridge Design Manual Vol. 1 dan 2)
- Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan 1992 (Bridge Design Code 1992)
- Standar Pembebanan untuk Jembatan (RSNI T-02-2005)
- Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (No. 009/BM/2008)
B. DIMENSI ABUTMENT
a1 = 0.850 m a1 a2 a3 a4 a5 a6
a2 = 1.450 m
a3 = 0.200 m k1
h1
1
a4 = 0.200 m a a9
k2 h2
a5 = 0.650 m
b
a6 = 1.150 m
a7 = 0.650 m k3 2
h3
c
a8 = 0.650 m
h1 = 0.200 m d e
k4 4 h4
h2 = 1.300 m
3
h3 = 0.500 m k5 5 f
h5
h4 = 0.500 m
k6 6 7 h
h6
h5 = 3.500 m g
h6 = 0.300 m a 9 = 0.470 m h7
a7 j
h7 = 0.700 m a 10 = 0.100 m k7
H = 7.000 m b1 b2 b3
Df
k1 = 0.350 m
B
k2 = 0.250 m
k3 = 1.400 m
k4 = 0.500 m
k5 = 3.500 m
k6 = 0.300 m
B
k7 = 0.700 m
t = 0.250 m b s1 s1
b
2 1
a
1
Y ( Memanjang
s2
2
L = 10.500 m
s2
b1 = 2.100 m 3
b2 = 0.800 m s2
b3 = 2.100 m L 4
B = 5.000 m s2
5
Lp = 28.000 m s2
a = 0.700 m
6
b = 0.700 m
s2
s1 = 1.800 m
s2 = 1.820 m 7
dia.TP = 0.50 m a
X (Melintang )
G rem
V bm + V bh h1
G gp, Hg bm
Pag
Pq h
H
Hg abt
Pq v V tnh
Pa h V abt
Pa v
b1 b2 b3
dimana,
V bm = Beban mati Bangunan atas
V bh = Beban Hidup
V abt = Berat Sendiri Abutment
V tnh = Berat Timb. Tanah diatas Footing
Pa v = Tekanan Tanah Aktif vertikal
Pq v = Tekanan beban merata (q) di atas tanah
G rem = Gaya rem
G gp = Gaya gesek Permukaan
Pa h = Tekanan Tanah aktif horizontal
Pq h = Tekanan Beban merata (q) horizontal
Hg bm = Beban Gempa akibat Beban Mati
Hg abt = Beban Gempa akibat Beban Abutment
Pg = Beban Gempa akibat Tekanan Tanah Aktif
Perhitungan Beban
1.Beban Vertikal
a. Beban Mati
a.1 Struktur Atas
- Lantai jembatan beton bertulang = 257.04 Ton
- Trotoar Jembatan beton bertulang = 149.76 Ton
- Trapezoid steel sheet = 28.08 Ton
- Overlay asphalt concrete = 48.30 Ton
- Rangka Baja A40 = 198.90 Ton
V.bm total = 682.08 Ton
b. Beban Hidup
b.1 Beban Merata ( UDL = Uniform Distributed Load ) ( BMS Section 2.3)
q = 2.2 ton/m1 per jalur, lebar jalur = 2.75 m, maka q = 2.2 / 2.75 = 0.80 t/m2
L < 30 m
q = 8.0 Kpa = 0.82 Ton/m2 1 Kpa = 0.102 Ton/m2
L > 30 m
q = 8.0 ( 0.5 + 15/L ) Kpa
100 %
50 % 50 %
2.Beban Horizontal
H/ 3
Ka.γt.H
cos 2 ( )
Ka 2
2
sin( ) sin( )
cos cos( ) 1
cos( ) cos( )
dimana,
β = 0.00 ⁰ Sudut kemiringan dinding abutment
ω = 0.00 ⁰ Sudut kemiringan timbunan tanah dibelakang abutment
δ = 33.00 ⁰ Sudut gesek dinding abutment - tanah (tidak terjadi Gempa)
δ = 0.00 ⁰ Sudut gesek dinding abutment - tanah (saat terjadi Gempa)
3.2 Tekanan Tanah Aktif Tambahan Akibat Gempa ( P ag ), bekerja 2/3 H dari dasar Abutmen
cos 2 ( )
K aG 2
2
sin( ) sin( )
cos cos( ) 1
cos( ) cos( )
dimana,
β = 0.00 ⁰ Sudut kemiringan dinding abutment
ω = 0.00 ⁰ Sudut kemiringan timbunan tanah dibelakang abutment
δ = 0.00 ⁰ Sudut gesek dinding abutment - tanah (saat terjadi Gempa)
θ = Tan⁻¹. Kh⁰ = 22.075 ⁰
Kh = Kr . f . p . b
Tg = 2 π √ ((0,3 . Mp + Ma) / (3.E.I.g) . H³ )
dimana,
Kh = Koefisien Gempa Horizontal Ekivalen
Kr = Koefisien Respon Gabungan tergantung Waktu Getar Struktur (Tg)
f = 1.0 Faktor Struktur
p = 1.0 Faktor Kepentingan
b = 1.0 Faktor Bahan
Mp = 298.91 Ton, (Berat Abutment)
Ma = 341.04 Ton, (Beban mati Super-struktur)
g = 9.80 M/det², ( gravitasi )
E beton √
= 4700. Fc' Mpa, (Modulus Elastisitas Beton)
K - 250 Fc = 250 x 0,83 ( kubus )
= 207.5 Kg/Cm2
= 20.75 Mpa
E beton = 21,409.5 Mpa
= 214,095 Ton/m2
I = Momen Inertia Telapak
= (1/12) x L x b³
= 109.375 M⁴
Tg = 0.092 detik
Rencana jembatan terletak pada wilayah Timika dengan respon spektrum sebagai berikut
sehingga,
Kh = 0.4057
θ = Tan⁻¹. Kh
= 22.075
Sehingga, K aG = 0.5848
F. KONTROL STABILITAS
5.00 1,626.51 B
eks = - = -0.44 ≤ = 0.83 Ok !
2 553.49 6
b. Tekanan ke Tanah
maks ∑V 6.e
q = ( 1 ± )
min A B q maks = 16.09 Ton/m2
q min = 4.99 Ton/m3
542.84
SF dayadukung = = 33.73 ≥ 2.2 Ok !
16.09
5.00 3,439.40 B
eks = - = -0.62 ≤ = 0.83 Ok !
2 1,104.03 6
b. Tekanan ke Tanah
maks ∑V 6.e
q = ( 1 ± )
min A B q maks = 36.56 Ton/m2
q min = 5.50 Ton/m3
542.84
SF dayadukung = = 14.85 ≥ 2.2 Ok !
36.56
5.00 2,114.47 B
eks = - = -0.44 ≤ = 0.83 Ok !
2 719.54 6
b. Tekanan ke Tanah
maks ∑V 6.e
q = ( 1 ± )
min A B q maks = 20.92 Ton/m2
q min = 6.49 Ton/m3
542.84
SF dayadukung = = 25.95 ≥ 2.2 Ok !
20.92
5.00 5,073.51 B
eks = - = -0.79 ≤ = 0.83 Ok !
2 1,539.99 6
b. Tekanan ke Tanah
maks ∑V 6.e
q = ( 1 ± )
min A B q maks = 57.30 Ton/m2
q min = 1.37 Ton/m3
542.84
SF dayadukung = = 9.47 ≥ 2.2 Ok !
57.30
4.25 3,842.89 B
eks = - = -0.86 ≤ = 0.83 Ok !
2 1,287.49 6
b. Tekanan ke Tanah
maks ∑V 6.e
q = ( 1 ± )
min A B q maks = 49.83 Ton/m2
q min = -0.78 Ton/m2
542.84
SF dayadukung = = 10.89 ≥ 2.2 Ok !
49.83
2. Kondisi Normal
Beban Mati + Beban Hidup
Vo = -1,104.03 Ton
Ho = 191.14 Ton * Asumsi Arah Beban :
e = -0.62 m + ( positif ) Momen searah jarum Jam
Mo = Vo x e = 679.32 Ton.m Gaya vertikal ke bawah
Vo Gaya Horizontal ke kanan
Mo
H
o
e
Resume, Kondisi Beban Layan ( ULS ) B
F. PENULANGAN ABUTMENT
b Pot. 1 - 1
3. Tulangan Dinding Abutment
k 2
c h3 ( Potongan 3 - 3 )
4. Tulangan Footing abutment
k d e
4 h4
( Potongan 4 - 4 )
3
k 5 f h5 5. Tulangan Wing - Wall
Pot. 3 - 3
k 6 7 g h h6
Pot. 4 - 4
Df
b1 b2 b3
bs Ds bs
B
1. r min = ( 1,4 / Fy )
= 0.0044
2. r max = 0.75 rb
= 0.75 x ((0.85 x b 1 x Fc') / Fy) x (600 /(600 + Fy)) b1 = 0.85
= 0.0229
3. ab = b1 x Xb
= (0.003 x d) / (0.003 + Fy / Es)
4. amax = 0.75 x ab
5. r = Mn / (b x d x Fy x (d - 0.5 x amax ))
6 As = r xbxd
Kondisi
URAIAN satuan
Normal Gempa
* diasumsikan sebagai kolom pendek dengan penampang sbb :
h = 400 400 mm
b = ( ditinjau 1 meter lebar abutment ) 1,000 1,000 mm
d' = Lebar selimut beton ( direncanakan ) 50 50 mm
d = h - d' 350 350 mm
* data Material / Bahan
Berton K - 250
Fc' = Kuat Tekan Beton 21 21 Mpa
Ec = 4700 √ Fc' ( dalam satuan Mpa ) 21,410 21,410 Mpa
Besi Tulangan U - 32
Fy = Kuat tekan/tarik Tulangan 320 320 Mpa
Es = Modulus Elastisitas Baja Tulangan 200,000 200,000 Mpa
* data Beban
Mu = Momen Batas Yang bekerja 85.68 0.00 KN.m
Pu = Beban Vertikal Yang bekerja 0.36 -0.10 KN
e = eksentrisitas 240,360 26 mm
* dicoba menggunakan tulangan min. r = r min As = As'
sehingga :
r = As / ( b.d ) 0.0044 0.0044
As = r xbxd 1,531 1,531 mm2
digunakan tulangan : ( satu sisi )
As = 9 Ø 16 1,810 1,810 mm2
dengan jarak tulangan = 125 125 mm
r = As / ( b.d ) 0.0052 0.0052
Kondisi
URAIAN satuan
Normal Gempa
* diasumsikan sebagai balok kantilever dengan penampang sbb :
h = 1,800 1,800 mm
b = ( ditinjau 1 meter lebar abutment ) 1,000 1,000 mm
d' = Lebar selimut beton ( direncanakan ) 100 100 mm
d = h - d' 1,700 1,700 mm
* data Material / Bahan
Berton K - 250
Fc' = Kuat Tekan Beton 21 21 Mpa
Ec = 4700 √ Fc' ( dalam satuan Mpa ) 21,410 21,410 Mpa
Besi Tulangan U - 32
Fy = Kuat tekan/tarik Tulangan 320 320 Mpa
Es = Modulus Elastisitas Baja Tulangan 200,000 200,000 Mpa
* data Beban
Mu = Momen Batas Yang bekerja 114.89 -3.04 KN.m
Pu = Beban Vertikal Yang bekerja 49.06 34.16 KN
Mn = Mu/Ø Ø = 0.8 sengkang 143.61 -3.80 KN.m
r min = 0.0044 0.0044
r max = 0.0229 0.0229
* keadaan seimbang :
ab = b1 x Xb
= (0.003 x d) / (0.003 + Fy / Es) 1,108.70 1,108.70 mm
amax = 0.75 x ab 831.52 831.52 mm
r = Mn / (b.d.Fy.(d - amax/2)) 0.00021 -0.00001
karena : r < r min gunakan r min
Gunakan :
As = 9 Ø 19 As = 2,553 2,553 mm2
disusun dengan jarak : 125 125 mm
As' = As = 9 Ø 19 As' = 2,553 2,553 mm2
disusun dengan jarak : 125 125 mm
Kondisi
URAIAN satuan
Normal Gempa
* diasumsikan sebagai kolom pendek dengan penampang sbb :
h = 800 800 mm
b = ( ditinjau 1 meter lebar abutment ) 1,000 1,000 mm
d' = Lebar selimut beton ( direncanakan ) 50 50 mm
d = h - d' 750 750 mm
* data Material / Bahan
Berton K - 250
Fc' = Kuat Tekan Beton 21 21 Mpa
Ec = 4700 √ Fc' ( dalam satuan Mpa ) 21,410 21,410 Mpa
Besi Tulangan U - 32
Fy = Kuat tekan/tarik Tulangan 320 320 Mpa
Es = Modulus Elastisitas Baja Tulangan 200,000 200,000 Mpa
* data Beban
Mu = Momen Batas Yang bekerja 520.11 1,320.99 KN.m
Pu = Beban Vertikal Yang bekerja 1,061.75 618.02 KN
e = eksentrisitas 490 2,137 mm
* dicoba menggunakan tulangan min. r = r min As = As'
sehingga :
r = As / ( b.d ) 0.0044 0.0044
As = r xbxd 3,281 3,281 mm2
digunakan tulangan : ( satu sisi )
As = 9 Ø 22 3,423 3,423 mm2
dengan jarak tulangan = 125 125 mm
r = As / ( b.d ) 0.0046 0.0046
a
a = 1.40 m
F1 = berat footing b = 1.05 m
= 3.53 Ton c = 1.05 m
P max
F2 = berat footing d = 0.70 m
= 0.76 Ton
F1 = berat footing
= 3.53 Ton
F2 = berat footing
= 0.76 Ton
Gaya Momen
M a-a = Qt . b + F1 . d + F2. d - P max . a
M a-a = ###### Tonm
Gaya Geser
V a-a = P max - Qt - F1 - F2
Tulangan Geser
Kondisi
URA IA N satuan
Normal Gempa
Vu = 1,214.05 KN
Vn = Vu / Ø Ø = 0.6 sengkang 728.43 KN
1
Vc = x b.d.√fc' = 493.5 KN
6
0.5.ø.Vc = 148.0 KN
Vs = Vu / Ø - Vc 235 KN
Coba Tulangan Φ
Av = 0 mm2
Av. Fy.d
S perlu = 0 mm
Vs
Jadi digunakan tulangan geser Φ
minimum
0 - ##### -
5. TULANGAN WING-WALL
h = 0.250 m
h a
t = 6.300 m
a = 0.273 Ton/m
b = 2.866 Ton/m
1
1 = 1.720 Ton
t
2 2 = 9.029 Ton
3 = 3.780 Ton
3
Penulangan Wing-wall
Kondisi
URAIAN satuan
Normal Gempa
* diasumsikan sebagai balok kantilever dengan penampang sbb :
h = 250 250 mm
b = ( ditinjau 1 meter lebar abutment ) 1,000 1,000 mm
d' = Lebar selimut beton ( direncanakan ) 50 50 mm
d = h - d' 200 200 mm
* data Material / Bahan
Berton K - 250
Fc' = Kuat Tekan Beton 21 21 Mpa
Ec = 4700 √ Fc' ( dalam satuan Mpa ) 21,410 21,410 Mpa
Besi Tul angan U - 32
Fy = Kuat tekan/tarik Tulangan 320 320 Mpa
Es = Modulus Elastisi tas Baja Tulangan 200,000 200,000 Mpa
* data Beban
Mu = Momen Batas Yang bekerja 51.25 131.35 KN.m
Vu = Gaaya geser Yang bekerja 117.19 185.41 KN
Mn = Mu/Ø Ø = 0.8 sengkang 64.07 164.19 KN.m
r min = 0.0044 0.0044
r max = 0.0229 0.0229
* keadaan seimbang :
ab = b1 x Xb
= (0.003 x d) / (0.003 + Fy / Es) 130.43 130.43 mm
amax = 0.75 x ab 97.83 97.83 mm
r = Mn / (b.d.Fy.(d - amax/2)) 0.0066 0.0170
karena : r < r min gunakan r min
Kondisi Pembebanan :
50 cm
P = 10 ton
P = 10 ton
450
450 50 cm 50 cm
25 cm 25 cm
100 cm L = 150 cm
Mu = (1/8) q L²
= 3.9518 Ton.m
* Tulangan Susut
As = 0.002 b h 500 mm2
Gunakan :
As = 6 Ø 13 As = 797 mm2
disusun dengan jarak : 200 mm
0 mm
Dengan :
C = Kohesi tanah
Nc = Faktor daya dukung tanah
Ab = Luas dasar bor pile
F = Gesekan dinding (Skin friction)
Aki = Luas Keliling bor pile
Tabel 37 Nilai Nc
Ratio Kedalaman
terhadap DiameterHarga Nc
bor Pile
0,00 6,2
0,50 7,1
1,00 7,7
1,50 8,1
2,00 8,4
2,50 8,6
3,00 8,8
>4,00 9,0
Geser
Hu = Cb x A' + VxtanB
Dimana,
Hu = Gaya penahan geser pada dasar fondasi [ton]
CB = Kohesi antara dasar fondasi dengan tanah
fondasi, menurut tabel di bawah [t/m2]
ΦB = Sudut geser antara dasar fondasi dengan tanah
fondasi (dalam derajat), menurut tabel di bawah ini
A' = Luas pembebanan efektif [m2]
V = Beban vertikal [ton], tetapi gaya tekan ke atas
harus dikurangkan pada nilai tersebut.
dimana
Φ = sudut geser dari tanah pendukung fondasi
[derajat]
C = kohesi dari tanah pendukung fondasi [ton/m2]
dengan :
Ha = daya dukung mendatar yang diizinkan
n = faktor keamanan = 1,1 (BM56 - M9, hal 9 – 3)
Gaya geser harus < Ha
Guling
Titik kerja gaya resultante pada dasar fondasi terletak di
dalam batas 1/3 x lebar dasar fondasi atau gaya
resultante pada dasar fondasi digandakan dengan absis
terhadap titik guling Nu dan perhitungan keamanan
terhadap guling dihitung dengan:
Dimana:
G = Berat sendiri fondasi total
V = Reaksi vertikal dari elemen/struktur di atas
fondasi
Q = Reaksi horizontal dari elemen/struktur di atas
fondasi
M = Momen dari elemen/struktur di atas fondasi
Pa = Tekanan tanah aktif yang bekerja pada fondasi
Pq = Tekanan tanah/beban hidup yang mengakibatkan
tekanan tanah aktif
Pp = Tekanan tanah pasif yang bekerja pada fondasi
Dengan :
L [m] = panjang fondasi
B [m] = garis tengah fondasi
EI [t/m2] = kekakuan lentur fondasi
KH [t/m3] = koefisien reaksi tanah
Prosedure Perhitungan
Rumus-rumus yang akan disusun pada bab ini didasarkan kepada
"Diagram Perhitungan Stabilitas Fondasi" yang disajikan setelah
"Tabel Perhitungan Fondasi".
dimana:
Pp [t/m2] = kekuatan tek. tanah pasif pada titik dengan
kedalaman x
q [t/m2] = beban tetap pada permukaan
dimana :
Ha = besar gaya penahan geser yang diizinkan
Hu = besar gaya penahan geser batas
CB= kohesi antara dasar fondasi dan tanah fondasi
A' = luas beban efektif dari dasar fondasi
P = gaya vetikal yang bekerja pada dasar fondasi
Φ= sudut geser antara dasar fondasi dan tanah fondasi
dimana:
Eo = modulus deformasi tanah fondasi
Eo = 28 N (Nilai Standar Penetrasi Test)
BH = lebar pembebanan pada fondasi
dimana:
BV = lebar pembebanan pada fondasi
BV = [cm] (Av = luas dasar Caisson)
Intensitas Reaksi Tanah Pergeseran dan Rotasi
o Reaksi Tanah pada Permukaan
P12 = KH1 (h - ℓ1) θ
P21 = KH2 (h - ℓ1) θ
P22 = KH3 (h - ℓ1 - ℓ1) θ
P31 = KH4 (h - ℓ1 - ℓ1) θ
o Reaksi Tanah pada Dasar
dimana:
N = gaya luar
W = berat per satuan panjang Caisson [t/m]
U = Bouyancy [t]
A = Luas dasar Caisson
Kv = gaya pegas vertikal pada dasar tanah di bawah
muka tanah
o Pergeseran Caisson (δy)
Drop Hammers :
dimana:
Qa = beban yang diizinkan
W = berat Hammer
H = tinggi jatuh
s= penetrasi per pukulan [cm] penetrasi diambil rata-
dimana:
qd = daya dukung terpusat tiang [ton]
A = luas ujung tiang [m2]
U = panjang keliling tiang [m]
ℓi = tebat lappisan tanah [m]
fi = gaya geser maksimum [ton/m2]
n = angka faktor keamanan = 3
Dimana:
= nilai N pada ujung tiang
= nilai N rata-rata pada jarak 4D = 2,032 m dari
ujung tiang
= nilai N untuk perencanaan di ujung tiang pancang.
Dengan rumus daya dukung vertikal tiangdi bawah ini
V N
Jembatan Di bawah θ α Status
[ton] [ton]
Kep.
Jembatan
Kep. 1
Daya dukungJembatan
mendatar2yang diizinkan
Tang terbenam dalam tanah (untuk kepala jembatan 1,
2):
Cara Perhitungan
Prosedur perhitungan:
dimana:
H0 = gaya horizontal yang bekerja pads dasar telapak di
titik 0 [ton]
K2, K3
K4
Dengan :
λ =
K =
Ko =
∑ Vi = V0
∑ Hi (Mti + ViXi) = M0
Pondasi Sumuran
Daya dukung selimut beton pada tanah homogen dapat dituliskan dalam
bentuk :
Qs = qs x L x p ………………………………..………….…..…. (3.9)
Untuk N < 53 maka :
= = 0,0302 ton/ft2
A DATA TEKNIS
H2
Batas Lapisan
b 6
s2 s2
s1 7 2. Hitung beban maksimum TP tunggal
a
A. Kondisi Normal
B Vo Mx . di
P = ±
n Σ d²
P = 85.55 ± 45.49
B. Kondisi Gempa
Vo Mx . di
P = ±
d2 d1 n Σ d²
P = 71.53 ± 77.4
Pmin
Pmax
Pmax = 148.9 Ton
Berdasarkan DH-02
Depth N N' NP' K qP AP QP Ns' NS qS AS QS QL L Wtiang Qtekan Qtarik
2 2 2 2 2
m SPT SPT SPT t/m t/m m ton SPT SPT t/m m ton ton m ton ton ton
2 31 23 13.8 25 346 0.2 67.9 23 11.5 4.83 3.14 15.2 83.1 2 0.94 82.1 16.1
4 22 18.5 17.8 25 446 0.2 87.5 18.5 9.25 4.08 6.28 25.7 113 4 1.89 111.3 27.5
6 9 12 14.3 25 358 0.2 70.4 12 6 3 9.42 28.3 98.6 6 2.83 95.8 31.1
8 10 12.5 12.8 25 321 0.2 63 12.5 6.25 3.08 12.6 38.7 102 8 3.77 98.0 42.5
10 13 14 14.2 25 354 0.2 69.5 14 7 3.33 15.7 52.4 122 10 4.71 117.2 57.1
12 17 16 15.5 25 388 0.2 76.1 16 8 3.67 18.8 69.1 145 12 5.66 139.5 74.8
14 18 16.5 23.3 25 583 0.2 115 16.5 8.25 3.75 22 82.5 197 14 6.6 190.4 89.1
16 60 37.5 30.5 40 1220 0.2 240 37.5 18.8 7.25 25.1 182 422 16 7.54 414.2 189.8
18 60 37.5 37.5 40 1500 0.2 295 37.5 18.8 7.25 28.3 205 500 18 8.49 491.0 213.5
20 60 37.5 37.5 40 1500 0.2 295 37.5 18.8 7.25 31.4 228 522 20 9.43 512.9 237.2
Jadi :
Data Tiang Pancang (TP) tunggal
Qp = 209.67 Ton
diameter (d)= 50 cm
panjang TP = 28.0 m = 2800 cm (DH 1)
Qp* = E . Qp
panjang TP = 18.0 m = 1800 cm (DH 2)
Qp* = 156.01 Ton
Check !
Qp* > P max ok !
Cu = 60.00 kPa
γt = 18.00 kN/m3 6d 3d
Lp
φ = 0.00 ⁰
d
2.Cu* + 6. γt . d
Diagram tekanan
TP. Aktual TP. Ekuivalen tanah pasip
QL = 36 . Cu* . d² + 54 . γt . d³
QL = 49.95 Ton
QL* = E . QL
Check !
QL * > H max ok !
6. KESIMPULAN :
6.1. Konfigurai Tiang Pancang Yang digunakan :
-Y Keterangan :
2 1 Sumbu -x sejajar dengan sumbu jembatan
Sumbu -y tegak lurus dengan sumbu jembatan
1
L = 10.5 m
2 B = 5.00 m
a = 0.70 m
3 b = 0.70 m
L
s2 s1 = 1.80 m
4 -X s2 = 1.82 m
n = Jumlah TP arah -x
b 5 = 6 baris
m = Jumlah TP arah -y
s1 6
a = 3 baris
d = 0.50 m
B Lp = 28.0 m (DH 1)
Lp = 18.0 m (DH 2)
Lp d
Jenis Rambu
Secara umum jenis rambu di jalan tol dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Rambu Peringatan
1) Rambu peringatan standar (sesuai Tabel I pada Keputusan
Menteri Perhubungan No. KM 61 thun 1993)
2) Rambu peringatan berupa kata-kata.
b) Rambu Larangan
1) Rambu larangan standar (sesuai Tabel II A pada Keputusan
Menteri Perhubungan No. KM 61 thun 1993)
2) Rambu larangan berupa kata-kata.
c) Rambu Petunjuk
1) Rambu Petunjuk Jurusan (RPJ) untuk menyatakan arah agar
dapat mencapai suatu tujun antara lain kota, daerah/wilayah.
2) Rambu Petunjuk bukan Jurusan untuk menyatakan fasilitas
umum, batas wilayah suatu daerah, situasi jalan dan
sebagainya.
Ukuran Rambu
Rambu lalu lintas terbagi atas dua ukuran, yaitu:
Warna Rambu
Warna yang digunakan dalam panel rambu sesuai dengan ketentuan
yang ada dalam Kepmenhub No. 61 tahun 1993 tentang Rambu Lalu
Lintas di Jalan.
a) Rambu Peringatan
Warna dasar yang digunakan adalah kuning (reflektif) dengan
tulisan, gambar lambang dan garis tepi berwarna hitam.
b) Rambu Larangan
c) Rambu Perintah
Warna dasar yang digunakan adalah biru (reflektif) dan lambang
atau tulisan putih (reflektif) dan garis tepi berwarna putih (relflektif)
dengan ketebalan 3 cm untuk panel ukuran 2,0 x 3,0 m dan 5 cm
untuk panel ukuran lebih besar. Garis tepi dimulai dari tepi panel.
d) Rambu Petunjuk
Rambu petunjuk terdapat beberapa macam warna yang digunakan
yaitu:
a) Kantilever
Digunakan untuk Rambu Petunjuk Jurusan (RPJ) jalan tol luar
kota 2 lajur.
b) Kupu – kupu
Digunakan untuk rambu petunjuk jurusan (RPJ) di gore atau pada
titik diverging.
Penempatan Rambu
Agar tidak saling menutupi maka penempatan dan jarak antar rambu
dengan rambu lainnya diatur sebagai berikut:
Marga 1985 dengan rekomendasi dari “Japan Road Standard “dan dari
“Commission International Del Enclairge (CIE).
Sistem Dimming
Pada saat Volume Traffic relatif rendah, yaitu antara jam 23.00
malam sampai dengan 6.00 pagi maka secara otomatic timer
system pada masing-masing ballast lampu akan mengurangi
daya pemakaian lampu hingga 50%, sehingga seluruh lampu
akan menyala lebih redup (tidak secara selang-seling), sehingga
ada penghematan daya listrik 50%.
c) Illuminasi maximum
Untuk mendapatkan illuminasi/kuat penerangan yang maximum,
maka perencanaan penerangan didasarkan pada factor perkerasan
flexible/asphalt, mengingat warna perkerasan flexible lebih gelap
dari pada warna perkerasan rigid, sehingga lebih banyak cahaya
yang diserap.
d) Sistem Timer
Penerangan lampu jalan secara otomatis akan hidup dan padam
dengan memakai systim timer (jam 18.00 – 6.00 hidup dan am 6.00
– 18.00 padam).
Perlengkapan Penerangan
a) Luminaire/Lampu
Lampu untuk penerangan jalan diperlukan persyaratan: umur
panjang/ awet, efficiensi tinggi, warna yang bagus/ tidak silau,
fluktuasi temperture yang aman dan mempunyai kapasitas lumen
per lampu yang tinggi.
Tiang Lampu
Tiang lampu adalah hot dip galvanis tiang baja berdasarkan Standard
pada ”PerencanaanJalan Kota”. Warna cat adalah warna netral alami
sesuai dengan “Peraturan cat Indonesia”.
Kabel listrik
Kabel tanah adalah kabel yang memakai perlindungan metal (dipakai
jenis NYFGBY) yang ditanam di dalam tanah sedalam 80 cm dan
dilindungi dengan batu bata diatasnya.
Pada lokasi memotong jalan maka kabel diberi pelindung ducting pipa
besi galvanis.
a) Tipe Kabel
1) NYY (3x2,5) mm2 : Didalam tiang
2) NYY + BCC 6 mm2 : Didalam parapet
3) NYFGBY : Tiang ke tiang dan ke panel Distribusi
Main Distribution panel ke Distribution
panel
PLN ke Main Distribution panel.
b) Maximum drop voltage/ penurunan voltage yang terjadi pada kabel
maximum = 5%.
1) Grounding
Kabel grounding terdiri dari kawat tembaga telanjang dengan
cross areayang sama dengan kabel jaringan pada sistem, dengan
minimum cross area = 6 mm2, (BCC).
BAB VI
ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI
6.1. Umum
Estimasi biaya konstruksi didasarkan pada hasil perencanaan teknis
(DED) dan kuantitas untuk pembayaran berdasarkan item pekerjaan .
Harga satuan dibuat berdasarkan analisa untuk masing-masing item
pekerjaan secara keseluruhan.
REKAPITULASI
PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN
Satker :
No. Paket Kontrak :
Nama Paket : Penyusunan Ded JembatanSei Paluq Long Pahangai
Prop / Kab / Kodya : Kalimantan Timur / Mahakam Ulu
Jumlah Harga
No. Divisi Uraian Pekerjaan
(Rupiah)
1 Umum 298,970,000.00
2 Drainase 638,840,351.75
3 Pekerjaan Tanah 2,043,718,284.36
4 Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan 278,108,586.82
5 Pekerasan Berbutir dan Perkerasan Beton Semen 1,162,041,954.26
6 Perkerasan Aspal 1,750,502,600.68
7 Struktur 14,185,437,069.93
8 Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor 420,886,493.38
9 Pekerjaan Harian -
10 Pekerjaan Pemeliharaan Rutin -
(A) Jumlah Harga Pekerjaan ( termasuk Biaya Umum dan Keuntungan ) 20,778,505,341.18
(B) Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) = 10% x (A) 2,077,850,534.12
(C) JUMLAH TOTAL HARGA PEKERJAAN = (A) + (B) 22,856,355,875.30
(D) JUMLAH TOTAL HARGA PEKERJAAN (DIBULATKAN) 22,856,355,000.00
DUA PULUH DUA MILYAR DELAPAN RATUS LIMA PULUH ENAM JUTA TIGA RATUS LIMA
Terbilang :
PULUH LIMA RIBU RUPIAH.
BAB VII
METODE PELAKSANAAN
7.1. Umum
Jembatan Sei Paluq dimana bentang 60 meter merupakan jembatan
standart. Untuk hal tersebut terdapat beberapa hal-hal pokok yang perlu
mendapat perhatian khusus dalam pelaksanaan.
JENIS VOLUME
1. Pengujian Beton
1.1. Kekuatan Tekan
Mesin Penguji 1
Cetakan Silinder 16
Batang Penusuk 2
Peralatan Capping Silinder 2
1.2. Slump
Cetakan slump dengan pelat 2
dasar
Batang Penusuk 2
Gambar kontrak harus mengikuti salah satu dari dua metode yang
disampaikan, dengan garis besar berikut.
Jarak pilar, alinyemen, dimensi dan tampak luar sisi beton tidak boleh
dirubah dalam usulan Value Engineering, kecuali bila Dokumen Kontrak
menyatakan perubahan demikian diperbolehkan.
Gambar kerja untuk prategan pasca tarik dan bagian tertanam lainnya,
seperti sambungan siar/ muai, perletakan, dan baut angkur yang
diajukan oleh suplier harus disetujui oleh Direksi untuk kesesuaian
dengan konsep desain dan pemenuhan terhadap gambar rencana dan
spesifikasi, Bilamana gambar kontrak yang disiapkan dengan metode A
dimodifikasi, atau dimana gambar kontrak tidak menyiapkan informasi
dimensi yang detail.
1) Mutu Beton
2) Pengujian modulus elastisitas, koefisien rangkak dan susut.
Bersamaan dengan pengujian yang dilaksanakan untuk
penentuan Formula Campuran Kerja juga dilakukan pengujian
modulus elastisitas, koefisien rangkak dan susut sesuai
dengan ketentuan dalam spesifikasi khusus.
3) Pengujian Perangkat Khusus Angkur
Pengujian angkur sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi
khusus
4) Pengujian Langsung Gesekan
5) Kontrol Geometri
- Kontrol Geometri
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan
untuk persetujuan rencana kontrol geometri dimana harus
ditunjukkan secara detail bagaimana survei harus dilakukan
dan tindakan yang diusulkan oleh Kontraktor untuk menjamin
pelaksanaan tepat dari struktur sesuai elevasi akhir yang
ditunjukkan pada gambar rencana.
Rencana Kontrol geometrik harus disiapkan untuk
pemantauan berkala dari lendutan bangunan atas dimulai
dengan penambahan segmen kantilever pertama dan selesai
pada segmen kantilever terakhir.
6) Toleransi
Toleransi untuk pelaksanaan Jembatan setelah semua segmen
terpasang
Pekerjaan ini jembatan rangka baja ini terdiri dari pemasangan struktur
jembatan rangka baja hasil rancangan patent, seperti jembatan rangka
(truss) baja, gelagar komposit, Bailey atau sistem rancangan lainnya
termasuk penanganan, pemeriksaan, identifikasi dan penyimpanan
semua bahan pokok lepas, pemasangan perletakan, pra-perakitan,
peluncuran dan penempatan posisi akhir struktur jembatan, pencocokan
komponen lantai jembatan (deck) dan operasi lainnya yang diperlukan
untuk pemasangan struktur jembatan rangka baja sesuai dengan
ketentuan.
2) Jadwal Pekerjaan
Setelah penerbitan detil pelaksanaan untuk tiap jembatan rangka baja
yang termasuk dalam cakupan Kontrak, Kontraktor harus menjadwalkan
program pekerjaannya sedini mungkin dalam Periode Pelaksanaan.
Urutan dan waktu yang sangat terinci dari operasi pemasangan untuk
setiap jembatan harus digabungkan dalam jadwal pelaksanaan
Kontraktor.
7.5.2. Bahan
1) Umum
Semua bahan atau komponen baja untuk pemasangan struktur
jembatan rangka baja yang telah dibeli sebelumnya oleh Pemilik dan
disimpan dalam satu depot penyimpanan berbagai peralatan Pemilik
atau lebih. Bahan untuk setiap struktur jembatan yang diberikan dapat
baru atau pernah dipasang sebelumnya pada lokasi lain.
yang aman ke lokasi peker-jaan atas seluruh bahan yang disediakan oleh
Pemilik. Kontraktor harus memeriksa dan mengawasi kuantitas dan
kondisi seluruh bahan yang akan disediakan oleh Pemilik terhadap
daftar pengapalan dari pabrik pembuatnya sebelum menerima bahan
tersebut dan harus melaporkan dan mendapatkan kepastian dari wakil
Pemilik di depot penyimpanan bahan atas setiap kerusakan atau
kehilangan setiap bahan yang ditemukan. Kontraktor harus
menandatangani surat pengiriman begitu selesai peme-riksaan dan
pencatatan, dan selanjutnya harus bertanggung jawab atas kehilangan
setiap bahan dalam penanganannya.
Kayu gergajian yang utuh untuk bahan lantai jembatan secara umum
harus memenuhi ketentuan bahan, penyimpanan dan kecakapan kerja
untuk batang kayu (lumber) dan kayu (timber). Semua kayu harus
dipasok dalam keadaan sudah dipotong dan sudah dilubangi menurut
ukuran yang diberikan dalam gambar kerja dari pabrik pembuat
jembatan. Kecuali diperintah lain oleh Direksi maka baut, pasak, ring
penutup dan perangkat keras penghubung lainnya untuk memasang
lantai kayu tidak boleh dipasok oleh Kontraktor.
7.5.3. Pelaksanaan
1) Umum
Perakitan dan pemasangan struktur jembatan rangka baja, baik dengan
peluncuran maupun dengan prosedur pelaksanaan pemasangan
bertahap, harus dilaksanakan oleh Kontraktor dengan teliti sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan oleh masing-masing buku petunjuk
2) Pekerjaan Sipil
Pekerjaan sipil untuk abutment dan pier yang mungkin terbuat dari
kayu, pasangan batu atau beton sesuai dengan Gambar atau yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan harus dikerjakan sesuai dengan
ketentuan. Semua pekerjaan sipil harus selesai di tempat dan diterima
oleh Direksi Pekerjaan sebelum operasi perakitan dimulai.
6) Prosedur Pemasangan
Urutan pemasangan harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan
prosedur pema-sangan yang diberikan dalam buku petunjuk dari pabrik
pembuat jembatan. Kontrak-tor harus melaksanakan operasi
pemasangan dengan memperhatikan seluruh keten-tuan keselamatan
umum dan harus memastikan bahwa struktur jembatan stabil dalam
setiap tahap dalam proses pemasangan. Untuk jembatan yang dipasang
dengan prosedur peluncuran, Kontraktor harus meng-ambil seluruh