DOSEN PENGAMPU :
NIM : A020320019
KELAS : 3A
Untuk menjadikan mahasiswa yang mempunyai keahlian dan pengalaman tidak cukup
hanya sekedar tahu apa yang dilihat tanpa ada pengaplikasian secara langsung, maka dengan
praktikum yang dilakukan diharapkan mahasiswa memiliki dasar-dasar pengetahuan tentang
tata cara penggunaan batuan sebagai sumber daya.
Mempelajari ilmu Uji Batuan, diperlukan modal yang cukup khusus dalam
penguasaan ilmu dasar dari Mekanika Batuan. Laporan ini dibuat untuk mempermudah
mempelajari pada tahap awal tata cara mengetahui guna batuan dalam bidang teknik sipil dan
contoh-contoh sebagian alat yang digunakan untuk melakukan percobaan.
Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh yang berkontribusi dalam
praktikum uji batuan kali ini terutama kepada Bapak Muhammad Firdaus selaku Dosen Uji
Batuan.
Semoga laporan ini dapat membantu mahasiswa untuk mengetahui dasar-dasar
pembagian dari berbagai macam jenis batuan dan kegunaannya. Namun demikian penyusun
menyadari bahwa ini masih banyak kekurangan maupun kelemahannya. Dengan rasa rendah
hati penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan isi
laporan ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan terdiri atas mineralmineral tertentu
yang tersusun membentuk kulit bumi. Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu
diketahui dalam kepentingan rekayasa batuan, sifat- sifat tersebut dapat dikelompokan menjadi
dua, yaitu:
1. Sifat fisik batuan yaitu sifat yang berasal dari batuan itu sendiri dari material batuan itu
sendiri.
2. Sefat mekanika batuan yaitu sifat batuan ketika dikenakan gaya baik secara alami maupun
buatan.
Kedua sifat batuan tersebut dapat ditentukan baik di laboratorium maupun di lapangan
(insitu). Penentuan sifat fisik dan mekanika batuan di laboratorium pada umumnya dilakukan
terhadap percontoh (sampel) yang diambil di lapangan. Satu percontoh dapat digunakan
untuk menentukan kedua sifat batuan tersebut. Pertamatama adalah penentuan sifat fisik
batuan yang merupakan pengujian tak merusak (non destructive test), kemudian dilanjutkan
dengan pengujian sifat mekanika batuan yang merupakan pengujian merusak (destructive
test) sehingga percontoh batu hancur.
Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah metode rasional
yang menggunakan data sekunder pola pikir doduktif. Artinya, bahwa data-data yang
ada sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Tahap pengumpulan data dilakukan dari
hasil percobaan langsung di Laboratorium. Selain itu, data diperoleh dari bukti-bukti
yang berhubungan dengan Praktikum Uji Batuan.
BAB II
INDEKS PROPERTIES
A. TUJUAN
A. PERALATAN
1. Mesin Los Angeles; mesin terdiri dari silinder baja trtutuppada kedua sisinya dengan
B. BAHAN
1. Berat dengan gradasi benda uji berupa agregat sesuai Tabel 1.
1. Benda uji dan bola – bola baja dimasukkan kedalam mesin Los Angeles.
D. DATA
Setelah melakukan percobaan maka di dapat benda uji tertahan saringan
no. 12,5 seberat 2500 gram
PENGUJIAN KEKUATAN AGREGAT
DENGAN MESIN LOS ANGELES
E. PENGOLAHAN DATA
5000−2806,1
= 𝑥 100%
5000
= 43,878%
F. ANALISA
1. Analisa praktikum
Percobaan dilakukan pada tanggal 25 Januari 2022 dengan jadwal pagi. Percobaan
dimulai dengan memasukkan benda uji sesuai gradasi B dalam kondisi kering oven ke
dalam mesin Los Angeles. Penutup mesin dibuka dengan menggunakan kunci inggris.
Benda uji dituangkan kedalam mesin. Kemudian kesebelas bola besi dimasukkan secara
perlahan ke dalam mesin agar tidak memecahkan agregat didalamnya. Penutup mesin
dikunci, lalu mesin dinyalakan dengan kecepatan 30 rpm selama 15 menit untuk
mendapatkan 500 putaran. Perhitungan mundur waktu menggunakan stopwatch karena
pengatur waktu pada mesin Los Angeles rusak. Kegiatan membuka dan menutup mesin
Los Angeles tidak dilakukan oleh praktikan, melainkan oleh penjaga lab beton. Setelah 15
menit, mesin dimatikan dan benda uji dikeluarkan. Benda uji dicuci hingga bersih
kemudian dikeringkan dalam oven selama 1 hari. Setelah kering benda uji di saring
dengan saringan no. 12 secara manual menggunakan tangan. Berat benda uji yang tertahan
saringan digunakan sebagai data praktikum.
Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
Umum
Standar ini untuk menentukan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar. Agregat kasar
adalah agregat yang ukuran butirannya lebih besar dari 4,75 mm (Saringan No.4). Berat
jenis dapat dinyatakan dengan berat jenis curah kering, berat jenis curah pada kondisi jenuh
kering permukaan atau berat jenis semu. Berat jenis curah (jenuh kering permukaan) dan
penyerapan air berdasarkan pada kondisi setelah (24+4) jam direndam di dalam air. Cara uji
ini tidak ditujukan untuk digunakan pada pengujian agregat ringan.
Nilai-nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan digunakan sebagai
standar.
Standar ini dapat menyangkut penggunaan bahan, pelaksanaan dan peralatan yang berbahaya.
Standar ini tidak memasukkan masalah keselamatan yang berkaitan dengan penggunaannya.
Pengguna standar ini bertanggung jawab untuk menyediakan hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan dan keselamatan serta peraturan dan batasan-batasan dalam menggunakan standar
ini.
Dalam pelaksanaannya berat jenis curah adalah suatu sifat yang pada umumnya digunakan
dalam menghitung volume yang ditempati oleh agregat dalam berbagai campuran yang
mengandung agregat termasuk beton semen, beton aspal dan campuran lain yang
diproporsikan atau dianalisis berdasarkan volume absolut. Berat jenis curah yang ditentukan
dari kondisi jenuh kering permukaan digunakan apabila agregat dalam keadaan basah yaitu
pada kondisi penyerapannya sudah terpenuhi. Sedangkan berat jenis curah yang ditentukan
dari kondisi kering oven digunakan untuk menghitung ketika agregat dalam keadaan kering
atau diasumsikan kering. Berat jenis semu (apparent) adalah kepadatan relatif dari bahan
padat yang membuat partikel pokok tidak termasuk ruang pori di antara partikel tersebut dapat
dimasuki oleh air.
Angka penyerapan digunakan untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat akibat air
yang menyerap ke dalam pori di antara partikel utama dibandingkan dengan pada saat kondisi
kering, ketika agregat tersebut dianggap telah cukup lama kontak dengan air sehingga air telah
menyerap penuh. Standar laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh setelah merendam
agregat yang kering ke dalam air selama (24+4) jam. Agregat yang diambil dari bawah muka
air tanah akan memiliki penyerapan yang lebih besar apabila digunakan, bila tidak dibiarkan
mengering. Sebaliknya, beberapa jenis agregat apabila digunakan mungkin saja mengandung
kadar air yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kondisi terendam selama (24+4) jam.
Untuk agregat yang telah kontak dengan air dan terdapat air bebas pada permukaan
partikelnya, persentase air bebasnya dapat ditentukan dengan mengurangi penyerapan dari
kadar air total yang ditentukan dengan cara uji AASHTO T 255.
Prosedur umum yang digambarkan dalam cara uji ini cocok untuk digunakan dalam
menentukan penyerapan agregat yang dikondisikan dengan cara uji yang berbeda dengan
perendaman selama (24+4) jam, seperti penggunaan pompa hampa udara atau kondisi air
mendidih. Namun nilai yang didapat untuk penyerapan akan berbeda, berat jenis curah
padakondisi jenuh kering permukaan.
Pori pada agregat ringan mungkin tidak dapat benar-benar terisi dengan air atau
sebaliknya setelah perendaman selama (24+4) jam. Pada kenyataannya beberapa jenis
agregat, tetap saja tidak akan mencapai potensi penyerapan yang sebenarnya walaupun
setelah direndam selama beberapa hari. Oleh karena itu, cara uji ini tidak untuk
digunakan dalam pemeriksaanagregat ringan.
- agregat halus
pasir alam sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75 mm (No.4)
- agregat kasar
kerikil sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm
(No. 1½ inci)
- berat jenis
perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu material terhadap berat air dengan
volume yang sama pada temperatur yang ditentukan. Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi
- penyerapan air
penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori, tetapi belum
termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel, dinyatakan sebagai persentase dari
berat keringnya; agregat dikatakan ”kering” ketika telah dijaga pada suatu temperatur (110±5)
o
C dalam rentang waktu yang cukup untuk menghilangkan seluruh kandungan air yang ada
(sampai beratnya tetap)
Peralatan
1.1 Timbangan
Suatu keranjang kawat 3,35 mm (Saringan No. 6) atau yang lebih halus, atau ember
dengan tinggi dan lebar yang sama dengan kapasitas 4 sampai 7 liter untuk agregat
dengan ukuran nominal maksimum 37,5 mm (Saringan No.1 ½ inci) atau lebih kecil,
dan wadah yang lebih besar jika dibutuhkan untuk menguji ukuran maksimum agregat
yang lebih besar. Wadah harus dibuat agar dapat mencegah terperangkapnya udara
ketika wadah ditenggelamkan.
Kawat untuk menggantung wadah haruslah kawat dengan ukuran praktis terkecil
untuk memperkecil seluruh kemungkinan pengaruh akibat perbedaan panjang
kawat yang terendam.
c) Berat contoh uji minimum untuk digunakan disajikan di bawah ini. Di dalam
banyakkejadian mungkin saja diinginkan untuk menguji suatu agregat kasar
dalam beberapa ukuran terpisah per fraksi; dan jika contoh uji mengandung lebih
dari 15 persen yang tertahan di atas saringan ukuran 37,5 mm (No. 1½ inci), maka
ujilah material yang lebih besar dari 37,5 mm di dalam satu atau lebih ukuran
fraksi secara terpisah dari ukuran yang lebih kecil. Apabila suatu agregat diuji
dalam ukuran fraksi yang terpisah, berat contoh uji minimum untuk masing-
masing fraksi harus merupakan perbedaan antara beratyang telah ditentukan untuk
ukuran minimum dan maksimum dari fraksi tersebut.
Tabel 1 Berat contoh uji minimum untuk tiap ukuran nominal maksimum agregat
Jika contoh diuji dalam dua fraksi atau lebih, tentukanlah susunan butiran (gradasi)contoh
sesuai dengan SNI 03 1974 – 1990, termasuk saringan yang dipergunakan untuk
memisahkan fraksi di dalam cara uji ini. Dalam menghitung persentase material dalam
setiap
ukuran, abaikanlah jumlah material yang lebih halus dari pada saringan ukuran4,75 mm
(No.4) atau saringan ukuran 2,36 mm (No. 8) apabila digunakan seperti yang dijelaskan
pada pasal 5.butir b.
Langkah kerja
a) Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap dengan temperatur (110±5) 0C, dinginkan
pada temperatur kamar selama satu sampai tiga jam untuk contoh uji dengan ukuran
maksimum nominal 37,5 mm (Saringan No. 1 ½ in.) atau lebih untuk ukuran yang lebih
besar sampai agregat cukup dingin pada temperatur yang dapat dikerjakan pada
temperatur (kira-kira 500C). Sesudah itu rendam agregat tersebut di dalam air pada
temperatur kamar selama (24+4) jam. Pada saat menguji agregat kasar dengan ukuran
maksimum yang besar, akan memerlukan contoh uji yang lebih besar, dan akan lebih
mudah di uji dalam dua atau lebih contoh yang lebih kecil, kemudian nilai-nilai yang
diperoleh digabungkan dengan perhitungan-perhitungan pada pasal 7.
b) Apabila nilai-nilai penyerapan dan berat jenis akan dipergunakan dalam menentukan
proporsi campuran beton yang agregatnya akan berada pada kondisi alaminya, maka
persyaratan untuk pengeringan awal sampai berat tetap dapat dihilangkan, dan jika
permukaan partikel butir contoh terjaga secara terus-menerus dalam kondisi basah,
perendaman sampai (24+4)jam juga dapat dihilangkan. Sebagai catatan nilai-nilai untuk
penyerapan dan berat jenis curah (jenuh kering permukaan) mungkin lebih tinggi untuk
agregat yang tidak kering oven sebelum direndam dibandingkan dengan agregat yang
sama tetapi diperlakukan seperti pada pasal 6 butir a. Hal ini jelas, khususnya untuk
partikel butiran yang lebih besar dari 75 mm (3 inci) karena air tidak mungkin mampu
masuk sampai pusat butiran dalam waktu perendaman seperti yang disyaratkan.
c) Pindahkan contoh uji dari dalam air dan guling-gulingkan pada suatu lembaran penyerap
air sampai semua lapisan air yang terlihat hilang. Keringkan air dari butiran yang besar
secara tersendiri. Aliran udara yang bergerak dapat digunakan untuk membantu pekerjaan
pengeringan. Kerjakan secara hati-hati untuk menghindari penguapan air dari pori-pori
agregat dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan. Tentukan berat benda uji pada
kondisi jenuh kering permukaan. Catat beratnya dan semua berat yang sampai nilai 1,0
gram terdekat atau 0,1 persen yang terdekat dari berat contoh, pilihlah nilai yang lebih
besar.
d) Setelah ditentukan beratnya, segera tempatkan contoh uji yang berada dalam kondisi jenuh
kering permukaan tersebut di dalam wadah lalu tentukan beratnya di dalam air, yang
mempunyai kerapatan (997±2) kg/m3 pada temperatur (23±2)0C. Hati-hatilah sewaktu
berusaha menghilangkan udara yang terperangkap sebelum menentukan berat tersebut,
menggoncangkan wadah dalam kondisi terendam. Wadah tersebut harus terendam dengan
kedalaman yang cukup untuk menutup contoh uji selama penentuan berat. Kawat yang
menggantungkan kontainer tersebut harus memiliki ukuran praktis yang paling kecil untuk
memperkecil kemungkinan pengaruh akibat perbedaan panjang kawat yang terendam.
e) Keringkan contoh uji tersebut sampai berat tetap pada temperatur (110±5) 0C, dinginkan
pada temperatur-kamar selama satu sampai tiga jam, atau sampai agregat telah dingin
pada suatu temperatur yang dapat dikerjakan pada temperatur (kira-kira 50 OC),kemudian
tentukan beratnya. Gunakan berat ini dalam proses perhitungan pada pasal 7.
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
( Specific Grafity and Water Absorption of Coarse Aggregate )
CARA PERHITUNGAN
Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Berat Jenis Bulk
Bk 1482,8
A. =
Bj−Ba 1500−908,4
1482,8
= 591,6
¿ 2,50
Bk 1492,2
B. =¿
Bj−Ba 1500,8−915,8
1492,2
= 585
¿ 2,55
2,50+2,55
Rata-rata ¿ ¿ 2,52
2
Berat Jenis Semu
Bk 1482,8
A. =¿
Bk−Ba 1482,8−908,4
1482,8
= 574,4
¿ 2,58
Bk 1492,2
B. =¿
Bk−Ba 1492,2−915,8
1492,2
= 576,4
¿ 2,58
2,58+2,58
Rata-rata 2
¿ 2,58
Penyerapan
Bj−Bk 1500−1482,8
A. Bk ×100 % ¿ 1482,8 ×100 %
17,2
¿ ×100 %
1482,8
=0,0115 ×100 %
= 1,15 %
Bj−Bk 1500,8−1492,2
B. ×100 % ¿ ×100 %
Bk 1492,2
8,6
¿ ×100 %
1492,2
= 0,0057 ×100 %
¿ 0,57 %
1,15+0,57
Rata-rata = =¿ 0,86 %
2
Berat Mol Impact =3174,3
Berat Mol+Agregat tertahan 95 = 3726,6
Berat Mol+Agergat tertahan 95-Berat = 3726,6-3174,3
= 552,3
Terdapat 15 x tumbukan dan disaring lolos No.8 = 113,9
113,9/552,3.100 = 20,6
Tidak lolos No.8 = 393,6
LAMPIRAN
UJI KEKUATAN AGREGAT TERHADAP TUMBUKAN
(Aggregate Impact Value)
2.3. Pengujian Kekuatan Agregat Terhadap Tumbukan
Gambar 1
Aggregate Impact Machine
Berat total mesin tidak lebih dari 60 kg dan tidak kurang dari 40 kg. Dasar mesin terbuat dari
baja dengan diameter 300mm dan memiliki berat antara 22 sampai 30kg.
Cylinder Steel Cup memiliki diameter dalam 102 mm dan kedalaman 50mm. Ketebalan cup
tidak lebih dari 6 mm.
Palu baja yang digunakan memiliki berat antara 13,5 sampai 14,0 kg dengan bagian bawah
(bidang kontak) merupakan lingkaran dan berbentuk datar. Diameter kontak sebesar 100 mm
dan ketebalan 50 mm, dengan chamfer 1,5 mm. Palu diatur sedemikian rupa hingga dapat
naik turun dengan mudah tanpa gesekan berarti. Palu baja bergerak jatuh bebas dengan tinggi
jatuh 380+5 mm, diukur dari bidang kontak palu sampai permukaan sampel di dalam cup.
Alat pengunci palu dapat diatur sedemikian rupa untuk dapat memudahkan pergantian sampel
dan pemasangan cup.
Saringan dengan diameter 14,0 mm, 10,0 mm, dan 2,36 mm
Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr (Gambar 2)
Gambar 2
Timbangan
4.2 Penyiapan Sampel
Sampel yang digunakan adalah agregat yang lolos saringan 14 mm dan yang tertahan
saringan 10 mm. Untuk setiap pengujian dibuat dua sampel.
Saring antara 500 sampai 1000 gr agregat pada urutan saringan 14 mm dan 10 mm
selama 10 menit. Sampel yang diambil adalah agregat yang lolos saringan 14 mm dan
tertahan di 10 mm
Cuci sampel dengan air yang mengalir dan keringkan dalam oven (110°5)°C selama 4
jam (kondisi kering oven).
Setelah suhu turun (atau sama dengan suhu ruangan, 25°C) sampel siap untuk
digunakan.
4.3 Prosedur Pengujian
Ambil kira-kira setengah dari sampel yang telah disiapkan dan timbang sebagai A gram.
Masukan sampel dalam cup (Cylindrial Steel Cup) sedemikian rupa, sampel dibagi
menjadi 3 bagian, sampel dimasukkan ke dalam cup dengan sedikit ditekan atau
dipadatkan dengan tangan.hingga tidak melebihi tinggi cup (50 mm).
Letakan mesin Impact Agregat pada lantai datar dan keras, seperti lantai beton
Letakan cup berisi sampel pada tempatnya dan memastikan letak cup sudah baik dan
tidak akan bergeser akibat tumbukan palu.
Atur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan permukaan sampel
Lepaskan pengunci palu dan membiarkan palu jatuh bebas ke sampel. Mengangkat
palu pada posisi semula dan lepaskan kembali (jatuh bebas). Tumbukan dilakukan
sebanyak 15 kali dengan tenggang waktu tumbukan tudak lebih dari satu detik.
Setelah selesai, kemudian menyaring benda uji dengan saringan 2,36 mm selama 10
menit dan menimbang berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang dinyatakan
sebagai B gr dan yang tertahan sebagai C gr. Memastikan tidak ada partikel yang
hilang selama proses tersebut. Jika jumlah berat agregat yang lolos dan tertahan
berbeda 1 gram dengan berat awal (A) maka pengujian harus diulangi.
Ulangi prosedur tersebut untuk sisa sampel berikutnya.
Untuk Sampel I
Dari Hasil pengujian diperoleh data :
- Berat Sampel awal (A) = 3726,6 gr
- Berat Sampel lolos saringan 2,36 mm (B) = 657,8 gr
- Berat Sampel setelah tumbukan (C) = 1008,7 gr
657,8
= 3726,6xgr100%
= 17,6 %
5. Diskusi
Nilai Aggregate Impact Value (AIV) adalah presentase perbandingan antara agregat yang
hancur dengan jumlah sampel yang ada. Agregat yang hancur dinyatakan dengan jumlah
agregat yang lolos saringan 2,36 mm. Nilai AIV yang besar menunjukkan bahwa jumlah
agregat yang hancur cukup besar. Hal ini berarti bahwa sampel tersebut relatif tidak
terlalu kuat terhadap beban tekan.
Umumnya batuan beku , igneous rock, memiliki kekuatan yang cukup besar
dibandingkan dengan jenis batuan lainnya. Pada Tabel 1 berikut ini diperlihatkan
beberapa nilai AIV hasil pengujian yang dilakukan oleh Ramsay di Skotlandia (Collist,
1985).
Tabel 1
Beberapa Nilai ACV Jenis Batuan yang Diambil di Skotlandia
Batas toleransi nilai ACV yang diperkenankan oleh Bina Marga agar batuan tersebut
layak digunakan untuk perkerasan jalan adalah 30%.
Selain itu pengembangan uji terhadap beban tumbukan dapat juga dilakukan untuk variasi
diameter agregat yang lain seperti yang tercantum pada Tabel 2. Prosedur yang
dijelaskan sebelumnya adalah untuk prosedur standar sedangkan yang tercantum pada
Tabel 2 adalah variasi jika diameter agregat yang ada tidak sesuai dengan standar.
Tabel 2
Ukuran Agregat Standar dan Non Standar
Tertahan Saringan
Lolos Saringan Saringan Pemisah
Standar 14,0 mm 10,0 mm 2,36 mm
28,0 mm 20,0 mm 5,0 mm
20,0 mm 14,0 mm 3,35 mm
Non 10,0 mm 6,3 mm 1,70 mm
Standar 6,3 mm 5,0 mm 1,18 mm
5,0 mm 3,35 mm 850 µm
3,35 mm 2,36 mm 600 µm
Agregat yang lebih besar dari ukuran 14,0 mm kurang cocok dilakukan Impact Test dengan
menggunakan alat yang dijelaskan dalam modul ini.
UJI KEKUATAN AGREGAT TERHADAP TUMBUKAN
(Aggregate Impact Value)
Berat (gram)
Item Pengujian
Sampel I
Berat Sampel (A) 3726.6
Berat Sampel setelah penekanan dan LOLOS saringan 8 mm (B) 657.8
Berat Sampel setelah penekanan dan TERTAHAN saringan 8 mm
(C) 1008.7
Aggregate Impact Value : B/A (%) 17,6 %
Rata-rata AIV (%) 17.6 %
LAMPIRAN
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 2825:2008
ICS 93.010
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 2825:2008
Daftar isi
Halaman
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Daftar isi ........................................................................................................................... i
Prakata ............................................................................................................................. ii
Pendahuluan .................................................................................................................... iii
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
1 Ruang lingkup .......................................................................................................... 1
2 Istilah dan definisi ..................................................................................................... 1
3 Ketentuan dan persyaratan ....................................................................................... 1
3.1 Benda uji .......................................................................................................... 1
3.2 Peralatan ......................................................................................................... 2
3.3 Penanggung jawab hasil uji ............................................................................. 2
4 Rumus perhitungan ................................................................................................... 2
5 Prosedur uji .............................................................................................................. 2
6 Laporan hasil uji ....................................................................................................... 3
i
SNI 2825:2008
Prakata
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang ‘Cara uji kuat tekan batu uniaksial’ merupakan
revisi dari SNI 03-2825-1992, dengan perubahan pada judul, penambahan istilah dan
definisi, penambahan dan revisi beberapa materi mengenai persyaratan dan ketentuan serta
cara pengujian, penjelasan rumus, pembuatan bagan alir, perbaikan gambar dan pembuatan
contoh formulir.
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
pada Sub Panitia Teknk Bidang Sumber Daya Air melalui Gugus Kerja Pendayagunaan
Sumber Daya Air Bidang Bahan dan Geoteknik.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardissi Nasional 08:2007 dan dibahas
pada forum rapat konsensus pada tanggal 12 Oktober 2006 di Bandung dengan melibatkan
para nara sumber, pakar dan lembaga terkait.
ii
SNI 2825:2008
Pendahuluan
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Nilai kuat tekan batu diperlukan untuk mengetahui kekuatan maksimum dari batu tersebut
untuk menahan tekanan atau beban hingga mengalami keruntuhan dan dinyatakan dalam
satuan Mpa.
Nilai kuat tekan batu bisa digunakan untuk memperkirakan kekuatan besarnya beban yang
akan ditempatkan diatas sebuah fondasi batu tanpa mengakibatkan fondasi tersebut longsor
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
atau rusak. Hasil dari pengujian ini dapat digunakan untuk mengetahui atau merencanakan
dimensi suatu pondasi yang aman dan kuat terhadap beban yang dipikulnya, sehingga
dalam suatu perencanaan bisan digunakan sebagai batasan tegangan maksimum yang
diijinkan.
Penggunaan hasil dari pengujian ini selain untuk perencanaan pondasi dapat digunakan juga
untuk menentukan kualitas batu sebagai bahan urugan, selain pengujian terhadap
kekekalan, baik terhadap erosi maupun terhadap proses pelapukan.
Standar ini dapat menjadi pegangan dan acuan bagi laboratorium dalam pelaksanaan uji
kuat tekan batu uniaksial suatu contoh batu dan untuk mengetahui harga kuat tekan benda
uji batu.
iii
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 2825:2008
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan cara uji kuat tekan uniaxial suatu contoh batu dan harga kuat tekan
benda uji batu dengan diameter minimum 47 mm.
Standar ini memuat ketentuan dan persyaratan, cara uji perhitungan hasil uji dan laporan.
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
2 Istilah dan definisi
Istilah dan definisi yang berkaitan dengan standar ini adalah sebagai berikut.
2.1
kondisi runtuh benda uji
suatu peristiwa pada pengujian kuat tekan batu dimana pembacaan manometer beban
sumbu telah menghasilkan penurunan beban sumbu setelah pembacaan maksimum sudah
tidak dapat dicapai lagi.
2.2
kuat tekan
besarnya beban sumbu maksimum per satuan luas yang dapat dipikul oleh benda uji hingga
terjadi keruntuhan dan dinyatakan dalam satuan MPa.
Benda uji
Benda uji ditentukan, sebagai berikut.
a) Benda uji harus berbentuk silinder tegak lurus dengan diameter tidak kurang dari 47 mm
dan mempunyai perbandingan panjang benda uji terhadap diameternya berkisar antara
2,0 s.d. 2,5.
b) Permukaan bidang atas dan bidang bawah benda uji harus halus dan rata, dengan
ketelitian ± 0,025 mm.
c) Permukaan silinder benda uji harus halus dengan ketelitian ± 0,50 mm untuk seluruh
tinggi benda uji.
d) Kedua permukaan bidang atas dan bidang bawah benda uji harus sejajar satu sama lain
dan keduanya tegak lurus terhadap sumbu memanjang.
e) Jumlah benda uji minimal 3 buah dan harus dipilih yang relatif seragam.
f) Benda uji agar disimpan selama 5 hari s.d. 6 hari sebelum pengujian di lingkungan
dengan temperatur 20o + 2oC dan kelembaban udaranya disesuaikan dengan kondisi
ruangan.
g) Diameter benda uji harus lebih kecil atau sama dengan setengah tinggi dari benda uji,
atau sama dengan 10 kali ukuran butir maksimum yang terdapat pada benda uji
tersebut.
h) Pencatatan tambahan harus disamakan dalam laporan apabila ada penyimpangan dari
persyaratan yang telah ditentukan.
1 dari 8
SNI 2825:2008
Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan cara uji ini, adalah sebagai berikut.
1) Alat uji berupa mesin kompresi yang mampu memberikan beban sumbu secara menerus
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
terhadap benda uji hingga tercapai keruntuhan (Lampiran A, Gambar A.2).
2) Dua buah pelat baja berbentuk bundar ditempatkan di kedua ujung benda uji, permukaan
pelat baja tersebut harus datar dengan toleransi ± 0,025 mm.
3) Salah satu dari pelat baja tersebut harus mempunyai dudukan sendi peluru sehingga
dapat diputar dan diungkit dengan sudut ke segala arah.
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
4) Jangka sorong dengan ketelitian ± 0,10 mm.
5) Manometer pengukur beban dengan ketelitian ± 0,05 kN.
6) Arloji ukur yang mempunyai ketelitian 0,01 mm s.d. 0,001 mm.
7) Alat ukur yang akan dipergunakan harus dikalibrasi minimum 6 bulan sekali atau sesuai
kebutuhan.
4 Rumus perhitungan
Kuat tekan benda uji dapat dihitung dengan persamaan, sebagai berikut.
c a P ................................................................................................................. (1)
A
c ⎛ ca D
⎞ ........................................................................................... (2)
0,88 (0,24 )
⎜ ⎟
⎝ H ⎠
dengan pengertian:
σca adalah nilai kuat tekan benda uji sebelum koreksi H/D, (kN/cm2)
σc adalah nilai kuat tekan benda uji setelah dikoreksi yang mempunyai perbandingan
H/D = 2, (kN/cm2)
P adalah beban sumbu, (kN)
D adalah diameter benda uji, (cm)
H adalah tinggi benda uji, (cm)
A adalah luas permukaan bidang atas dan bidang bawah benda uji, (cm2)
5 Prosedur uji
Lakukan pembacaan dan pencatatan data hasil uji, sebagai berikut.
a) Bersihkan permukaan pelat baja atas, pelat baja bawah dan benda uji dengan kain
bersih.
b) Tempatkan benda uji pada pelat baja bawah.
c) Atur posisi sumbu memanjang benda uji sehingga berada pada titik pusat sendi peluru
pada pelat baja atas.
2 dari 8
SNI 2825:2008
d) Atur pelat baja secara perlahan hingga menyentuh permukaan ujung benda uji secara
merata.
e) Atur jarum penunjuk pada manometer pengukur tekanan dan lakukan pembacaan awal.
f) Tingkatkan beban aksial sampai kondisi benda uji runtuh, pemberian beban aksial,
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
dapat dilakukan dengan cara kontrol tegangan atau kontrol regangan.
g) Catat hasil pembacaan manometer pada saat terjadi keruntuhan benda uji.
h) Buat sketsa bidang runtuh benda uji setelah mengalami keruntuhan.
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
6 Laporan hasil uji
Laporan hasil uji dalam bentuk formulir dan grafik yang antara lain berisi:
a) Nama proyek, lokasi, pengambilan contoh batu, kedalaman, tanggal pengambilan di
lapangan dan tanggal pengujian, jenis dan kapasitas mesin kompresi.
b) Deskripsi benda uji, termasuk litologi, posisi dan arah bidang lemah (bidang perlapisan,
skistositas, retakan dan lain-lain) terhadap sumbu memanjang benda uji.
c) Diameter dan panjang benda uji.
d) Kecepatan pembebanan dan lamanya pengujian.
e) Keadaan umum tentang kandungan air dalam benda uji pada saat pengujian, misalnya
keadaan kering udara di laboratorium, keadaan kering oven, keadaan jenuh atau
keadaan sebagaimana benda uji diterima; disarankan untuk mengukur kadar air benda
uji dan kepadatannya.
f) Pembebanan rata-rata atau lendutan rata-rata.
g) Besarnya kuat tekan benda uji.
h) Sketsa/potret keruntuhan benda uji.
i) Nama dan tanda tangan penguji, pemeriksa dan penanggung jawab pengujian.
3 dari 8
SNI 2825:2008
Lampiran A
(normatif)
Gambar-gambar
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Mulai
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
uji
Pemberian beban /
Penambahan beban
disertai dengan
pembacaan manometer
Tidak
Benda uji
runtuh
Ya
Selesai
Gambar A.1 Bagan alir cara uji kuat tekan uniaxial batu
4 dari 8
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 2825:2008
5 dari 8
Gambar A.2
SNI 2825:2008
Lampiran B
(informatif)
Contoh hasil perhitungan benda uji
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
Tabel B.1 Contoh hasil pengujian kuat tekan uniaxial batu
Permintaan dari :
Proyek : PLTA Tanggal pengambilan contoh : 10 Juni 2005
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Lokasi : Terogong Tanggal pengujian contoh : 29 Juni 2005
Nomor contoh : S-27 Jenis alat uji : Soil Test Versa Tester
Kedalaman : 18,00-18,50 m Kapasitas alat uji : 30.000 LBS=133,34 kN
Diuji oleh : Said, B.Sc.
Diperiksa oleh : Ir. Suroso
Penanggung jawab : Ir. Supardijono S.
D
H
9. Keadaan contoh batu pada saat pengujian :
keadaan jenuh, permukaan kering udara
√ kering udara di laboratorium
kering oven
keadaan asli sebagaimana contoh diterima
Lampiran C
(informatif)
Tabel daftar deviasi teknis dan penjelasannya
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
No. Materi Sebelum Revisi
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
1. Judul Metode pengujian kuat Cara uji kuat tekan batu
tekan uniaxial batu uniaksial
7 dari 8
SNI 2825:2008
Bibliografi
dalam rangka Penyebarluasan, Pengenalan dan Pengaplikasian Standar, Pedoman, Manual (SPM) Bidang Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil ”
SNI 03-2825-1992, Metode pengujian kuat tekan uniaxial batu.
ASTM D 2938-95, Standard test method for unconfined compressive strength of intact rock
core speciments.
ASTM D 2216, Test method for laboratory determination of water (moisture) content of soil
“ Copy standar ini dibuat oleh BSN untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
and rock.
ASTM D 4543, Practice for preparing rock core specimens and determining dimensional
and shape tolerances.
ASTM E 4, Practices for load verification of testing machines.
ASTM E 122, Practice for choice of sample size to estimate the average quality of a lot or
process.
ASTM D 2938-89, Test method of unconfined compressive strength of intact rock core
speciments
8 dari 8
UNCONFINED COMPRESSION TEST
-0.2
LAMPIRAN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Tujuan Umum dan Sasaran Praktikum
Praktikum ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat menentukan nilai
kekuatan agregat terhadap tumbukan.
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu mengukur kekuatan relatif
agregat terhadap tumbukan (impact) dengan menyatakan nilai Aggregate Impact Value
(AIV)
2. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur kuat tekan bebas
(unconfined compressive strength) dari sampel batuan . Dari kuat tekan bebas dapat di
ketahui :
• Kekuatan geser undrained (Cu).
• Derajat kepekaan (degree of sensitivity).
a. Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles
Dari hasil pengujian didapat nilai untuk Berat Sampel Awal 5000 gr. dan berat sampel
akhir 2806,1 gr. Jadi persen yang dipakai 43,878 %.
3.2 Saran
Dalam praktikum uji batuan penulis sangat berterimakasih kepada seluruh
pihak yang berpartisipasi dalam praktikum kali ini baik dosen pengajar, teknisi lab,
dan seluruh teman teman yang membantu. Penulis menyarankan dan berharap agar
pelaksanaan uji batuan kedepannya untuk lebih teratur dalam pengoperasian atau
pengujian dengan alat dan dicatat hasilnya secara lebih akurat agar saat mengolah data
didapatkan data yang akurat juga.
DAFTAR PUSTAKA
British Standard Institution (BSI) (1975); BS 812; UDC [625.7.07:620.1] : 620.17 :
531
Collist, L and Fox, R.A.(1985) ; AGGREGATES : Sand, Gravel and Crushed Rock
Aggregates for Construction Purposes, The Geological Society, London
Pedoman Praktikum Pemeriksaan Bahan Beton dan Mutu Beton
SNI 03 – 1970 –1990, Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
SNI 03 – 1974 – 1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus
dan kasar
SNI 03 – 4804 – 1998, Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat
SNI 03 – 6388 – 2000, Spesifikasi agregat tanah lapis pondasi bawah, lapis
pondasi danlapis permukaan
SNI 03 – 6414 – 2002, Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan
SNI 13 – 6717 – 2002, Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat
SNI 03 – 6866 – 2002, Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan
pengujian
SNI 03 – 6885 – 2002, Tata cara pelaksanaan program uji untuk penentuan
presisi metodeuji bahan konstruksi
SNI 03 – 6889 – 2002, Tata cara pengambilan contoh agregat
AASHTO M 132, Terms relating to density and specific gravity of solids, liquids and
gases
AASHTO R 1, Use of the international system of units
AASHTO T 255, Total evaporable moisture content of aggregate by drying
ASTM C 125, Terminology relating to concrete and concrete aggregates
ASTM Designation C 127-88 (1993), Standard method of test for specific
gravity andabsorption of coarse aggregate.