Anda di halaman 1dari 69

MAKALAH

TEKNIK PONDASI I
JENIS-JENIS PENGUJIAN TANAH SECARA LANGSUNG DI
LAPANGAN

KELOMPOK : 1 (SATU)

Wahyudie Baharuddim 1309025044


Mangalle Indra W 1409025003
Berthania Christie 1409025025
Agus Prasetyo 1409025030
Muhammad Arif Ikrimah 1509025005
Ekajati Stepanigari 1509025007
Deti Saskia DF 1509025008
Maruf Syafaat 1509025012
Devisen Febi 1509025019
Praja Perwira Putra 1509025023
Ridho Kurniawan 1509025027

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah
Teknik Pondasi I dengan judul Jenis-Jenis Pengujian Tanah Secara Langsung di
Lapangan ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan membantu
meyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah ini agar dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya untuk para pembaca
semua.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, Februari 2017

Penyusun

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................


i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................
ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
6

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................


7

1.3 Tujuan........................................................................................................................
7

BAB II JENIS-JENIS PENGUJIAN TANAH SECARA LANGSUNG


2.1 CPT/CPTu
....................................................................................................................................
8

2.2 SPT
....................................................................................................................................
26

2.3 PMT
....................................................................................................................................
42

2.4 DMT
....................................................................................................................................
49

5
2.5 VST
....................................................................................................................................
60

2.6 DCT
....................................................................................................................................
68

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
....................................................................................................................................
72

DAFTAR PUSTAKA

6
BAB I
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Tanah merupakan akumulasi partikel mineral yang tidak tersementasi (terikat


secara kimia) satu sama lain yang terbentuk karena pelapukan dari batuan atau
pembusukan dari jasad hidup. Tanah terdiri atas partikel yang saling berhubungan
dann dalam partikel-partikel tersebut terdapat ruang yang terisi oleh air dan udara.
Hubungan antara partikel, air, dan udara menunjukkan kekuatan tanah di dalam
menentukan beban di atasnya.
Penyelidikan tanah di lapangan di butuhkan untuk data perancangan fondasi
bangunan-bangunan, seperti bangunan gedung, dinding penahan tanah, bendungan,
jalan, dermaga, dan lain-lain. Bergantung pada maksud dan tujuannya, penyelidikan
dapat dilakukan dengan cara-cara : menggali lubang uji ( test pit ), pengeboran, dan
uji secara langsung di lapangan ( is-situ test ). Dari data yang diperoleh sifat-sifat
teknis tanah dipelajari, kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menganalisa kapasitas dukung dan penurunan.
Dari berbagai macam karakteristik tanah, sensifitas tanah adalah salah satu
karakteristik tanah yang sangat berpengaruh dalam perencanaan pondasi. Karena
dengan memperoleh nilai sensifitas tanah, kita dapat mengetahui apakah tanah
tersebut mempunyai potensi bahaya longsor atau tidak. Jika tanah tersebut memiliki
nilai sensifitas yang rendah maka kemungkinan bahaya akan longsornya rendah,
sedangkan jika tanah tersebut memiliki nilai sensifitas yang tinggi maka potensi
bahaya akan longsornya pun tinggi.
Tuntutan ketelitian penyelidikan tanah tergantung dari besarnya beban
bangunan, tingkat keamanan yang diinginkan, kondisi lapisan tanah, dan biaya
yang tersedia untuk penyelidikan. Oleh karena itu, untuk bangunan-bangunan
sederhana atau ringan, kadang-kadang tidak dibutuhkan penyelidikan tanah, karena
kondisi tanahnya dapat diketahui berdasarkan pengalaman setempat.

2 Rumusan Masalah

7
1 Apa kegunaan penyelidikan tanah di lapangan?

2 Apa saja jenis-jenis pengujian untuk penyelidikan tanah di lapangan?

3 Tujuan

1 Mengetahui kegunaan penyelidikan tanah di lapangan.

2 Mengetahui jenis-jenis pengujian untuk penyelidikan tanah di lapangan.

8
BAB II
PENGUJIAN LANGSUNG DI LAPANGAN

Beberapa pengujian langsung di lapangan bertujuan untuk menentukan stratigrafi dan


memperoleh pengukuran langsung dari sifat-sifat tanah dan parameter geoteknik. Selain
itu, ada pula tujuan lain dari pengujian tanah ini, diantaranya :

menentukan kapasitas dukung tanah menurut tipe fondasi yang dipilih


menentukan tipe dan kedalaman fondasi
untuk mengetahui posisi muka air tanah
untuk mengetahui besarnya penurunan
menentukan besarnya tekanan tanah terhadap dinding penahan tanah atau
pangkal jembatan ( abutment )
menyelidiki keamanan suatu struktur bila penyelidikan dilakukan pada
bangunan yang telah ada sebelumnya
pada proyek jalan raya dan irigasi, penyelidikan tanah berguna untuk
menentukan letak-letak saluran, gorong-gorong, pennetuan lokasi dan maca
bahan timbunan
Pada umumnya penguian ini antara lain: Cone Penetration Test (CPT), Piezocone
(CPTu), Standart Penetration Test (SPT), Pressuremeter Test (PMT), Dilatometer Test
(DMT), Vane Shear Test (VST) dan Dynamic Cone Test (DCT). Setiap pengujian yang
berlaku, memuat skema yang berbeda untuk mengukur respon tanah yang sesuai, dalam
sebuah percobaan dengan tujuan untuk mengevaluasi karakteristik, seperti kekuatan
atau kekakuan material. Langkah-langkah pelaksanaan dari masing-masing uji tersebut
dijelaskan secara skematis pada Gambar 2.1 Pada umumnya uji SPT, PMT dan VST
dilaksanakan di dalam lubang bor. Namun, kini telah dikembangkan jenis alat yang
dapat digunakan untuk pengujian tanpa menggunakan lubang bor, sedangkan uji CPT,
PMT dan DMT tidak memerlukan lubang bor, dan langsung dilaksanakan dengan teknik
pendorongan.

9
Gambar 2.1 Uji geoteknik di lapangan yang biasa digunakan untuk menentukan stratigrafi dan
karakteristik perlapisan tanah

Berikut akan dijelaskan jenis-jenis pengujian tanah secara langsung di lapangan :

2.1 Cone Penetration Test (CPT) / Piezocone Penetration Test (CPTu)


2.1.1 Definisi Cone Penetration Test (CPT) / Piezocone Penetration Test (CPTu)

Cone Penetration Test (CPT) atau lebih sering disebut uji sondir adalah salah
satu survey lapangan metode insitu yang umum digunakan di seluruh dunia. Tes
ini berguna untuk memperkirakan letak lapisan tanah keras. Tes ini baik
dilakukan pada lapisan tanah lempung.
Piezocone Penetration Test (CPTu) atau dikenal dengan pisokonus adalah
penetrometer konus dengan tambahan transduser untuk mengukur tekanan air
pori selama pemasukan probe. Tekanan air pori teruji dalam pasir murni hampir
sama dengan tekanan hidrostatik (urata-rata ~ uo), sebab kelulusan air dalam
pasir yang tinggi memungkinkan disipasi dengan cepat. Akan tetapi, penetrasi
tanpa drainase dalam lempung akan menimbulkan bacaan tekanan air pori
berlebih yang tinggi di atas tekanan hidrostatik.
Tekanan air pori berlebih (u) ini dapat bernilai positif atau negatif,
bergantung pada lokasi elemen porus (batu filter) dalam tanah sepanjang probe
konus. Jika penetrasi dihentikan, penurunan tekanan air pori dapat dipantau

10
sebagai fungsi dari waktu, yang dapat digunakan untuk menduga kecepatan
konsolidasi dan kelulusan air tanah.

2.1.2 Kegunaan Cone Penetration Test (CPT)/Piezocone Penetration Test (CPTu)


Hasil dari pengujian ini digunakan untuk:
Menentukan tipe atau jenis pondasi apa yang akan dipakai
Menghitung daya dukung tanah asli
Menentukan seberapa dalam pondasi harus diletakkan nantinya
Pendugaan profil atau pelapisan (stratifikasi) tanah terhadap kedalaman karen
jenis perilaku tanah telah dapat diindentifikasi dari kombinasi hasil
pembacaan tahanan ujung dan gesekan selimutnya.
Dapat membantu menentukan posisi atau kedalaman pada pemboran.

2.1.3 Jenis-jenis Cone Penetration Test (CPT)/ Piezocone Penetration Test (CPTu)

Terdapat 2 jenis alat uji CPT, antara lain :


a. Sondir Mekanis
Sondir mekanis mendorong sebuah konus dengan luas proyeksi 10 cm 2
dengan sudut 60 dengan kecepatan standar 20 mm perrdetik. 2 parameter
yang diukur setiap 20 cm :
- Tekanan Konus/Cone Resistance (qc)
- Gaya Gesek/Local Friction (fs)

11
Gambar 2.2 Sondir Mekanis (ASTM D 3441)

12
b. Sondir Elektronik
Sondir elektrik mengukur tekanan konus dan friksi menerus dengan
tingkat akurasi yang jauh lebih baik.

Gambar 2.3 Sondir Elektrik (ASTM D 5778)

2.1.4 Keuntungan dan Kerugian Cone Penetration Test (CPT)/ Piezocone


Penetration Test (CPTu)
2.1.4.1 Keuntungan
Adapun keuntungan menggunakan uji Cone Penetration Test (CPT)/ Piezocone
Penetration Test (CPTu), antara lain :
Kerucut dapat dianggap sebagai model tiang
hasilnya tidak bergantung pada operator, tetapi pada peralatan elektronik
Uji cepat dan sederhana
Dapat mengurangi jumlah pengeboran
Cukup ekonomis.

Dapat dengan cepat menentukan lekat lapisan tanah keras.

Dapat diperkirakan perbedaan lapisan

Dapat digunakan pada lapisan berbutir halus

2.1.4.2 Kerugian
Adapun kerugian menggunakan uji Cone Penetration Test (CPT)/ Piezocone
Penetration Test (CPTu), antara lain :

13
Jika terdapat batuan lepas biasa memberikan indikasi lapisan keras yang
salah.
Jika alat tidak lurus dan tidak bekerja dengan baik maka hasil yang diperoleh
diperoleh bisa merugikan.
Tidak dapat diketahui tanah secara langsung
Tidak dapat digunakan untuk kerikil, endapan padat, timbunan puing-puing
dan bebatuan.
Perlu dikalibrasi pada setiap pengujian, perlu diperiksa electronic drift dan
bising (noise)

2.1.5 Prosedur Pelaksanaan Cone Penetration Test (CPT)


Uji sondir saat ini merupakan salah satu uji lapangan yang telah diakui
oleh para praktisi dan pakar geoteknik. Pelaksanaan test sondir ini mengacu
pada prosedur ASTM D-3441. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
perlawanan penetrasi konus yang disebut juga dengan tahanan ujung (qc) dan
hambatan lekat (fs) tanah.
1. Tahanan Ujung (qc)
Tahanan ujung (qc) merupakan perlawanan ujung/nilai conus yang dilakukan
dengan menekan conus ke bawah, seluruh tabung luar diam, gaya yang bekerja
dapat dibaca pada manometer. Besarnya nilai perlawanan ujung/tahanan ujung
(qc) menunjukan identifikasi jenis tanah. Pada tanah pasiran, perlawanan ujung
yang besar menunjukan tanah pasir padat, sedangkan perlawanan ujung yang
kecil menunjukan tanah pasir halus atau tanah lempung yang kuat gesernya kecil
akibat pengaruh tekanan air pori saat penetrasi. Perlawanan penetrasi conus
adalah perlawanan terhadap ujung conus/tahanan ujung (qc) yang dinyatakan
dalam gaya persatuan luas.

2. Hambatan Lekat (fs) dan Friction Ratio (fr)


Hambatan lekat (fs) adalah perlawanan terhadap mantel biconus dan
dinyatakan dalam gaya persatuan panjang. Hambatan lekat digunakan untuk
menginterpretasikan sifat-sifat tanah untuk klasifikasi tanah dan memberikan
data yang dapat langsung digunakan untuk perencanaan pondasi. Sementara
untuk friction ratio (fr) adalah perbandingan antara hambatan lekat dengan

14
tahanan ujung. Friction ratio (fr) ini dapat digunakan untuk memperkirakan
jenis tanah yang diselidiki yaitu membedakan tanah berbutir halus dengan
tanah berbutir kasar (Bowless, 1988), dimana:
a. Untuk Friction ratio (fr) < 1% termasuk tanah pasir.
b. Untuk Friction ratio (fr) > 1% termasuk tanah lempung.
c. Untuk Friction ratio (fr) > 5% atau 6% termasuk tanah gambut/organik.

Sebelum melakukan proses penyelidikan CPT, terdapat beberapa hal


yang perlu diperhatikan terlebih dahulu diantaranya :

2.1.5.1 Alat
Berikut ialah peralatan yang digunakan dalam proses penyelidikan CPT:
1) Mesin sondir ringan (2 Ton) atau mesin sondir berat (10 Ton).

Gambar 2.4 Mesin Sondir 2 Ton dan Mesin Sondir 10 Ton

2) Seperangkat alat penetrasi sondir lengkap dengan batang dalam, pipa sondir
sesuai dengan kebutuhan dengan panjang masing-masing 1 meter.

Batang dalam yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai


berikut:
Batang dalam terbuat dari bahan baja dan terletak di dalam pipa dorong;
Batang-batang dalam harus mempunyai diameter luar yang konstan;
Panjang batang-batang dalam sama dengan panjang pipa-pipa dorong
dengan perbedaan kira-kira 0,1 mm;

15
Batang dalam mempunyai penampang melintang yang dapat
menyalurkan perlawanan konus tanpa mengalami tekuk atau kerusakan
lain;
Jarak ruangan antara batang dalam dan pipa dorong harus berkisar antara
0,5 mm dan 1,0 mm;
Pipa dorong dan batang dalam harus dilumasi dengan minyak pelumas
untuk mencegah korosi;
Pipa dorong dan batang dalam harus bersih dari butiran-butiran untuk
mencegah gesekan antara batang dalam dan pipa dorong.

Pipa dorong yang digunakan harus memenuhi syarat sebagi berikut :


Batang-batang yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
Pipa terbuat dari bahan baja dengan panjang 1,00 m;
Pipa harus menerus sampai konus ganda agar penampang pipa tidak
tertekuk jika disondir/didorong;
Ukuran diameter luar pipa tidak boleh lebih besar daripada diameter
dasar konus ganda untuk jarak minimum 0,3 m di atas puncak selimut
geser;
Setiap pipa sondir harus mempunyai diameter dalam yang tetap;
Pipa-pipa tersambung satu dengan yang lainnya dengan penyekrupan,
sehingga
terbentuk rangkaian pipa kaku yang lurus;
Pipa bagian dalam harus dilumasi untuk mencegah korosi.

16
Gambar 2.5 Seperangkat Alat Penetrasi Konus

3) Manometer 2 buah dengan kapasitas :


2 2
a. Sondir ringan 0 sampai 50 Kg/cm dan 0 sampai 250 Kg/cm .
2 2
b. Sondir berat 0 sampai 50 Kg/cm dan 0 sampai 600 Kg/cm .
4) Konus
Konus yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Ujung konus bersusut 600 50 ;
Ukuran diameter konus adalah 35,7 mm 0,4 mm atau luas proyeksi
konus = 10 cm2;
Bagian runcing ujung konus berjari-jari kurang dari 3 mm. Konus ganda
harus terbuat dari baja dengan tipe dan kekerasan yang cocok untuk
menahan abrasi dari tanah;
Selimut (bidang) Geser
Selimut (bidang) geser yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
Ukuran diameter luar selimut geser adalah 35,7 mm ditambah dengan 0
mm s.d 0,5 mm;
Proyeksi ujung alat ukur penetrasi tidak boleh melebihi diameter selimut
geser;
Luas permukaan selimut geser adalah 150 cm2 3 cm2;
Sambungan-sambungan harus didesain aman terhadap masuknya tanah.
Selimut geser pipa harus mempunyai kekasaran sebesar 0,5 m AA 50
%.

17
Gambar 2.5 Konus

5) 4 buah angker dengan perlengkapannya.


6) Kunci pipa, kunci Inggris dan kunci-kunci lainnya dan alat-alat pembersih.

Gambar 2.6 Angker, Kunci Pipa, Konus

7) Oil SAE 20.


8) 4 buah besi kanal (panjang 2 buah dan pendek 2 buah).

18
2.1.5.2 Metode Kerja
Sebelum melakukan pengujian perlu diketahui beberapa persyaratan. Persyaratan
yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Ketelitian peralatan ukur dengan koreksi sekitar 5 %;
Deviasi standar pada alat penetrasi secara mekanik:
1) untuk perlawanan konus (qc) adalah 10 %;
2) untuk perlawanan geser (fs) adalah 20 %;

a. Proses Persiapan
Dalam proses persiapan pengujian CPT dilapangan, dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali
dengan linggis sedalam sekitar 65 cm;
2. Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat sesuai
dengan letak rangka pembeban;
3. Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal;
4. Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPa untuk
penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan
manometer 0 MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;
5. Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan
kunci piston, jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung
udara dalam sistem;
6. Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di
atasnya;
7. Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan memutar
baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan terikat kuat
pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian,
tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit;
8. Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta kepala
pipa
dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar sekitar 8
cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa ditambah
dengan potongan besi berdiameter sama dengan batang dalam.

b. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian CPT dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

19
1. Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada
kedudukan yang tepat;
2. Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan
hidraulik hanya akan menekan pipa dorong;
3. Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik
bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20 cm
sesuai interval pengujian;
4. Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik
kunci pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang dalam
saja;
5. Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus
berkisar antara 10 mm/s sampai 20 mm/s 5. Selama penekanan batang pipa
dorong tidak boleh ikut turun, karena akan mengacaukan pembacaan data.
c. Pembacaan Hasil Pengujian
Lakukan pembacaan hasil pengujian penetrasi konus sebagai berikut:
1. Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam sedalam kira-kira 4
cm pertama (kedudukan 2, lihat Gambar 2.) dan catat pada formulir
(Lampiran C) pada kolom Cw ;

Gambar 2.7 Kedudukan Pergerakan Konus

20
2. Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan konus pada penekan
batang sedalam kira-kira 4 cm yang ke-dua (kedudukan 3, lihat Gambar 4)
dan catat pada formulir (Gambar 2.) pada kolom Tw.

Gambar 2.8 Contoh Formulir Uji Sondir

d. Pengulangan Langkah-Langkah Pengujian


Pengujian ulang dilakukan jika qc>kapasitas alat. Ulangi langkah-
langkah pengujian tersebut di atas hingga nilai perlawanan konus mencapai
batas maksimumnya (sesuai kapasitas alat) atau hingga kedalaman maksimum

21
20 m s.d 40 m tercapai atau sesuai dengan kebutuhan. Hal ini berlaku baik
untuk sondir ringan ataupun sondir berat.

e. Penyelesaian Pengujian
1. Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan
mendorong/menarik kunci pengatur pada posisi cabut dan putar engkol
berlawanan arah jarum jam;
2. Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian.

2.1.6 Pengolahan Data Cone Penetration Test (CPT)

2.1.6.1 Perhitungan
Parameter-parameter yang diperoleh beserta rumus, antara lain :
a. Perlawanan konus (qc)
Nilai perlawanan konus (qc) dengan ujung konus saja yang terdorong, dihitung
dengan
menggunakan persamaan :
Pkonus = P piston ................................................................................. (1)
qc x Ac = Cw x Api
qc = Cw x Api / Ac ........................................................................... (2)
Api = (Dpi )2 / 4 ................................................................................ (3)
Ac = (Dc)2 / 4 ................................................................................. (4)

b. Perlawanan geser (fs)


Nilai perlawanan geser lokal diperoleh bila ujung konus dan bidang geser
terdorong bersamaan, dan dihitung dengan menggunakan persamaan :
Pkonus + Pgeser = Ppiston .......................................................................... .. (5)
(qc x Ac) + (fs x As) = Tw x Api
(Cw x Api) + (fs x As) = Tw x Api
fs = Kw x Api / As .......................................................................... (6)
As = Ds Ls ................................................................................ (7)
Kw = (Tw - Cw ) .............................................................................. (8)

22
c. Angka banding geser (Rf)
Angka banding geser diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai perlawanan
geser local (fs) dengan perlawanan konus (qs), dan dihitung dengan
menggunakan persamaan:
Rf = (fs / qs ) x 100 ............................................................................ (9)

d. Geseran total (Tf)


Nilai geseran total (Tf) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan
geser lokal (fs) yang dikalikan dengan interval pembacaan, dan dihitung dengan
menggunakan persamaan :
Tf = (fs x interval pembacaan) .......................................................... (10)
dengan :
Cw : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (kPa);
Tw : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser (kPa);
Kw : selisih dengan (kPa);
Pkonus : gaya pada ujung konus (kN);
Ppiston : gaya pada piston (kN);
qc : perlawanan konus (kPa);
fs : perlawanan geser lokal (kPa);
Rf : angka banding geser (%);
Tf : geseran total (kPa);
Api : luas penampang piston (cm2);
Dpi : diameter piston (cm);
Ac : luas penampang konus (cm2);
Dc = Ds : diameter konus sama dengan diameter selimut geser (cm);
As : luas selimut geser (cm2);
Ds : diameter selimut geser (cm);
Ls : panjang selimut geser (cm).

Gambar 2.9 Contoh Hasil Uji Sondir

23
2.1.6.2 Pembuatan Grafik Hasil Uji Sondir
Gambar 2.10 Grafik Hasil Uji Sondir

24
2.2 Standart Penetration Test (SPT)
2.2.1 Definisi Standart Penetration Test (SPT)
Standart Penetration Test (SPT) merupakan suatu pengujian terhadap lapisan tanah
secara langsung (dilapangan) yang dilakukan untuk mengestimasi kerapatan relatif
dari tanah yang diuji.

2.2.2 Kegunaan Standart Penetration Test (SPT)


Kegunaan dari penyelidikan SPT ialah untuk mengetahui kedalaman dari masing-
masing lapisan tanah serta mengetahui sifat daya dukung tanah disetiap kedalaman
lapisan yang diuji yang kemudian dapat digunakan untuk proses identifikasi
perlapisan tanah dalam proses penentuan desain fondasi.

2.2.3 Jenis-jenis Standart Penetration Test (SPT)


Jenis-jenis pengujian SPT atau Standart Penetration Test dilapangan digolongkan
berdasarkan sistem penjatuhan palunya, yaitu penjatuhan 1 putaran, penjatuhan 2
putaran, manual dan otomatis. Dalam pengujian manual, proses pukulan dilakukan
dengan menggunakan tenaga manusia dimana palu akan ditarik secara manual yang
tergambar pada gambar 4. Dan gambar 6. Sedangkan pengujian secara otomatis
dilakukan dengan menggunakan mesin atau alat dalam proses pemukulannya yang
tergambar pada gambar 3.

Untuk menentukan hasil pengukuran energi pada berbagai sistem SPT selanjutnya
diilustrasikan pada tabel 1 berdasarkan teori Skempton (1986) dan Carter& Bently
(1991).

25
Tabel 2.1 Hasil Pengukuran energi pada berbagai sistem SPT kempton (1986) dan Carter& Bently

(1991).

Sistem Penjatuhan Palu Jenis Palu

Negara Sistem Ukuran Palu Berat Er


(%) (%) (%
Pemutar (kg)
Bantalan
Jepang Otomatis - 100 Donut 2.0 0.78 78
(Tombi)
Jepang T-K-P Kecil 83 Donut 2.0 0.78 65
(2 putaran) 130 mm
Inggris Otomatis - 100 Donut 19.0 0.60 60
(Pilcon) (pilcon)
Inggris T-K-P Kecil 85 Selubung 3.0 0.71 60
(1 putaran) 100 mm (Old Standard)
RRC Otomatis Donut 60
(Pilcon) (pilcon)
RRC Tambang Donut 55
& katrol
(manual)
Amerika T-K-P Besar 70 Pengaman 2.5 0.79 55
(2 putaran) 200 mm (safety)
Inggris T-K-P Kecil Selubung 3.0 50
(2 putaran) 100 mm (Old Standard)
Amerika T-K-P Besar 70 Donut 12.0 0.64 45
(2 putaran) 200mm

2.2.4 Keuntungan dan Kerugian Standart Penetration Test (SPT)


2.2.4.1 Keuntungan Standart Penetration Test (SPT)
Keuntungan dari penyelidikan SPT antara lain :
- Dapat dilakukan dengan cepat
- Operasinya relatif sederhana
- Biaya yang dikeluarkan dalam proses peenyelidikan relatif lebih murah
dibandingkan dengan metode penyelidikan tanah yang lain.
- Dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis tanah secara visual serta dapat
mengetahui parameter tanah secara kualitatif melalui proses kolerasi empiris.

2.2.4.2 Kekurangan Standart Penetration Test (SPT)


Kekurangan dari penyelidikan SPT yaitu :

26
- hasil dari penyelidikan ini bersifat empiris dan memiliki ketergantungan
terhadap operator dalam menghitung sehingga diperlukan ketelitian dalam
pelaksanannya baik dalam proses pelaksanaan dilapangan maupun dalam
proses perhitungan.

2.2.5 Prosedur Pelaksanaan Standart Penetration Test (SPT)


Sebelum melakukan proses penyelidikan SPT, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan terlebih dahulu seperti keberadaan alat yang akan digunakan serta
kondisi alat tersebut. Berikut ialah peralatan yang digunakan dalam proses
penyelidikan SPT.
1) Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya
2) Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya
3) Split barrel sampler yang dilengkapi dengan dimensi seperti yang diperlihatkan
pada gambar 1.
4) Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset kurang lebih 1%
5) Alat penahan (tripot)
6) Rol meter
7) Alat penyipat datar
8) Kerekan
9) Kunci-kunci pipa
10) Tali yang cukup kuat untuk menarik [ayu
11) Perlengkapan penunjang lain

27
Gambar 2.11 Alat pengambilan contoh tabung belah
Dalam pelaksanaan uji SPT diberbagai Negara, digunakan tiga jenis palu yaitu donut
hammer, safety hammer dan otomatik serta ada empat jenis batang bor yaitu N, NW, A
dan AW. Berikut ialah contoh gambar dari jenis-jenis palu.

28
Gambar 2.12 Contoh palu yang biasa digunakan dalam uji SPT

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengujian penetrasi dengan SPT ialah sebagai
berikut:
1) Peralatan harus lengkap dan layak pakai
2) Pengujian dilakukan dalam lubang yang telah dibor terlebih dahulu
3) Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,5 - 2 m untuk lapisan tanah
tidak seragam ataupun pada kedalaman 4 m untuk lapisan tanah seragam
4) Pada kondisi tanah halus, digunakan ujung split barrel berbentuk konus terbuka
sedangkan pada lapisan pasir dan kerikil digunakan ujung split barrel berbentuk
konus tertutup.
5) Contoh tanah tidak asli diambil dari Split barrel sampler
6) Sebelum pengujian dilakukan, dasar lubang bor harus dibersihkan terlebih dahulu
7) Jika ada air tanah, harus dicatat volumenya.
8) Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk menghindari terjadinya
gesekan antara palu dengan pipa
9) Formulir hasil pengujiann
10) Semua peralatan harus dikalibrasi minimum 1 kali dalam 3 tahun.
Metode pengujian yang dilakukan pada proses penyelidikan SPT umumnya dilakukan
dalam 3 tahap yaitu proses persiapan, proses pengujian dilapangan serta koreksi hasil uji
SPT yang dilakukan secara empiris. Berikut ialah penjelasan untuk tahapan persiapan
serta prose pengujian dilapangan, sedangkan untuk tahapan koreksi hasil uji akan
dijelaskan pada subbab berikutnya.

29
a. Proses Persiapan
Dalam proses persiapan pengujian SPT dilapangan, dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Lakukan pengeboran tanah sampai pada kedalaman yang diingankan yang
dilengkapi dengan pemasangan pipa pelindung (casing)
2. Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor
3. Beri tanda pada ketinggian sekitar 75cm pada pipa bor yang berada diatas
penahan
4. Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian dari
bekas-bekas pengebiran
5. Pasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung lainnya yang
kemudian disambungan dengan pipa bor yang telah dipasangi blok penahan
6. Masukan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman
pengukian yang diinginkan.
7. Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15cm,
30cm dan 45cm.

b. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian SPT dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah ataupada interval
sekitar 1,5 m 2 m atau sesuai keperluan
2. Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai ppada tanda yang telah dibuat
sebelumnya (kira-kira 75 cm)
3. Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan
4. Ulangi tahapan 2 dan 4 berkali-kali hingga mencapai penetrasi 15 cm.
5. Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm pertama
6. Ulangi tahapan 2-5 hingga penetrasi 15 cm yang kedua dan ketiga.
7. Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15cm
a. 15 cm pertama dicatat N1
b. 15 cm kedua dicatat N2
c. 15 cm ketiga dicatat N3
Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. Nilai N1 tidak diperhitungakan
karena masih kotor akibat bekas pengeboran
8. Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulanm hentikan pengujian dan tambah
pengujian sampai minimum 6 meter.
9. Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5cm untuk jenis tanah batuan

Berikut ialah ilustrasi dari proses persiapan dan proses penyelidikan SPT dilapangan.

30
Gambar 2.13 Kondisi alat dalam tahap persiapan pengujian SPT

31
Gambar 2.14 Ilustrasi Pengujian SPT dilapangan

32
Gambar 2.15. Skema urutan uji penetrasi standar (SPT)

Gambar 2.16. Susunan Palu pada pengujian SPT

Ketika digambarkan dalam skema, penggambaran dalam proses uji penetrasi lapangan
dengan SPT digambarkan dalam bagan aliran berikut.

Mulai Uji SPT

33
1. Pengeboran dan pemasangan alat uji SPT
a) Lakukan pengeboran tanah sampai kedalaman yang diinginkan yang dilengkapi pemasangan
pipa lindung (casing).
b) Pasang landasan penahan (knocking block) pada pipa bor.
c) Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada di atas penahan.
d) Bersihkan lubang bor pada kedalaman pengujian dari bekas-bekas pengeboran.
e) Pasang split barrel sampler pada pipa bor dan pada ujung lainnya disambungkan dengan pipa
bor yang telah dipasangi blok penahan.
f) Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman yg diinginkan.
g) Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15 cm, 30 cm dan 45 cm.

1. Pengeboran dan pemasangan alat uji SPT


.

2. Pengujian SPT
a) Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang telah dibuat sebelumnya
( 75 cm).
b) Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan.
c) Ulangi a) dan b) berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm.
d) Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm yang pertama.
e) Ulangi a), b), c) dan d) sampai pada penetrasi 15 cm yang ke-dua dan ke-tiga.
f) Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm :
15 cm pertama dicatat N1;
15 cm ke-dua dicatat N2;
15 cm ke-tiga dicatat N3.
g) Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. N1 tidak diperhitungkan karena
masih kotor bekas pengeboran.
h) Bila N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan tambahkan
pengujian sampai minimum 6 meter.
i) Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah batuan.

Apakah pengujian memenuhi


persyaratan?

3. Lanjutkan pengeboran dengan


interval minimum 1,5 m s.d 2,00 m
34
Koreksi dan plot hasil
a) Koreksi hasil menjadi (N1)60
b) Plot hubungan kedalaman dengan (N1)60

Selesai

Gambar 2.17.Bagan Alir pengujian SPT.

2.2.6 Pengolahan Data Standart Penetration Test (SPT)


2.2.6.1 Perhitungan
Telah dijelaskan pada subbab terdahulu bahwa terdapat beberapa jenis palu yang
biasa digunakan dalam proses penyelidikan SPT. Perbedaan dari jenis palu tersebut
sangat mempengaruhi hasil dari uji SPT tersebut. Faktor terpenting adalah efisiensi
tenaga dari sistem yang digunakan. Secara teoritis tenaga sistem jatuh bebas dengan
massa dan tinggi jatuh tertendu adalah 48 kg-m, tetapi besar tenaga sebenarnya lebih
kecil karena pengaruh friksi dan eksentrisitas beban.

Menurut ASTM D-4633 setiap alat uji SPT yang digunakan harus dikalibrasi tingkat
efisiensi tenaganya dengan menggunakan alat ukur strain gauges dan aselerometer,
untuk memperoleh stander efisiensi tenaga yang lebih teliti. Didalam praktek,
efisiensi tenaga sistem balok derek dengan palu donat (donut hammer) dan palu
pengaman (safety hammer) berkisar antara 35% - 85% semetara efisiensi tenaga palu
otomatik ((automatic hammer) berkisar antara 80% - 100%. Jika efisiensi yang

35
diukur (Ef) diperoleh dari kalibrasi alat, nilai N terukur harus dikoreksi terhadap
efisiensi sebesar 60% dan dinyatakan dalam rumus (1).

Ef
N 60= ( ) N
60 M .........................................................................................................

(1)
Ef
N es = N M ( ) ..................................................................................................
Es

(2)
Dimana:
N 60
= efisiensi 60%
Ef
= efisiensi yang terukur
NM
= nilai SPT yang diperoleh saat pengujian dengan alat SPT tertentu
= faktor koreksi lubang bor

Berdasarkan Skemton (1986), faktor koreksi panjang batang antara pelapis dan
lubang bor diilustriasikan pada tabel berikut.

36
Tabel 2.2 Faktor koreksi panjang batang, pelapis dan lubang bor (Skemton; 1986).

Panjang Batang > 10 m 1.00


6-10 m 0.95

3-6 m 0.85
3-4 m 0.75

SPT tanpa pelapis 1.00



SPT dengan pelapis 1.20
Ukuran lubang Bor 65- 115 mm 1.00
150 mm 1.05
200 mm 1.15

N 60
Nilai N terukur yang harus dikoreksi pada untuk semua jenis tanah. Besaran

koreksi pengaruh efisiensi tenaga biasanya bergantung pada lining tabung, panjang
batang, dan diameter lubang bor (Skempton (1986) dan Kullhawy & Mayne (1990)).
Oleh karena itu, untuk mendapatkan koreksi yang lebih teliti dan memadai terhadap

N 60 Ef
, harus dilakukan uji tenaga

N 60
Dalam beberapa hubungan korelatif, nilai tenaga terkoreksi yang

dinormalisasi terhadap pengaruh tegangan efektif vertikal (overburden), dinyatakan

N N

dengan . Nilai menggambarkan evaluasi pasir murni untuk interpretasi

kepadatan relatif, sudut geser dan potensi likuifaksi.

N

............................................................................................................................

(2)
2,2
CN= '

1,2+ vo
Pa ( ) .......................................................................................................

(3)

37
Dengan:
N

= nilai SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh efisiensi tenaga 60%

NM
= hasil uji SPT dilapangan

CN
= faktor koreksi terhadap tegangan vertikal efektif (nilai kurang atau

samadengan 1,7)
CE
= faktor koreksi terhadap rasio tenaga palu

CB
= faktor koreksi terhadap diameter bor

CR
= faktor koreksi untuk panjang batang

CS
= koreksi terhadap tabung contoh (samplers) dengan atau tanpa pelapis (liner)

' vo = tenaga vertikal efentif (kPa)

Pa = 100 kPa

Tabel 2.3.Faktor koreksi penentu parameter berdasarkan SNI 2008


Paramete
Faktor Jenis Alat Koreksi
r
Tegangan vertikal efektif CN 2,2
1,2+ ( ' vo /Pa )

Tegangan vertikal efektif CN C N <1,7

Rasio tenaga Donut hammer CE 0,5 1

Rasio tenaga Safety hammer CE 0,7 1,2

Rasio tenaga Otomatik CE 0,8 1,3

Diameter bor 65 115 mm CB 1,0

Diameter bor 116 150 mm CB 1,05

Diameter bor 151 200 mm CB 1,15

Panjang batang <3m CR 0,75

38
Panjang batang 34m CR 0,8

Panjang batang 46m CR 0,85

Panjang batang 6 10 m CR 0,95

Panjang batang 10 30 m CR 1,0

Pengambilan contoh Tabung standar CS 1,0

Pengambilan contoh Tabung dengan pelapis CS 1,1 1,3

2.2.6.2 Contoh soal Standart Penetration Test (SPT)


Sebuah perusahaan menggunakan peralatan SPT sistem Jepang dengan palu donut dan
penjatuhan otomatis (dari tabel 1) dan memperoleh perkiraan nilai Er = 78%. Ukuran

lubang bir = 150 mm (tabel 2 diperoleh nilai = 1.05 dan proses pengujian SPT

dilakukan tanpa menggunakan pelapis sehingga diperoleh nilai = 1 kemudian


diperoleh nilai Nm = 10 pada kedalaman 8 m sehingga diperoleh nilai = 0.95.

Penyelesaian:

N es = N M ( EsE ) ;
f

N 60=( 60E ) N
f
M

N 60=0,95 x 2 x 2,05 x 20 x ( 7860 )=13

Perhitungan diatas menyatakan bahwa tanah yang diuji berjenis pasir dengan tingkat
kepadatan relatihnya sedang.

Tabel 2.4.Nilai kepadatan relatih berdasarkan Skemtin (1986)

Kepadatan Relatif Dr N

39
Sangat lepas <0,15 <4
Lepas 0,15-0,35 4-10
Sedang 0,35-0,65 10-30
Padat 0,65-0,85 30-50
Sangat Padat 0,85-1,00 >50

40
2.3 Pressuremeter Test (PMT)
2.3.1 Definisi Pressuremeter Test (PMT)

Pressuremeter Test (PMT) adalah alat in-situ yang digunakan untuk mengevaluasi
sifat tanah dan batuan. Pressuremeter memberi tekanan lateral kepada tanah, dan
kekuatan geser tanah dan kompresibilitas ditentukan oleh hubungan tekanan
volume. Test tersebut memungkinkan penentuan dari karakteristik beban-
deformasi tanah dalam kondisi axi-simetris. Deposito seperti lempung lunak,
lempung pecah, pasir, krikil, dan batu lunak dapat di tes dengan pressuremeter.
Sebuah pressuremetere test menghasilkan informasi tentang modulus elastisitas
sebuah tanah juga dengan tekanan horizontal, tekanan merayap, dan batas tekan
tanah. Skema dari pressuremeter test terdapat pada gambar 2.

Gambar 2.18 Skema Pressuremeter Test

2.3.2 Kegunaan Pressuremeter Test (PMT)

41
Untuk mengevaluasi sifat tanah dan batuan,
Menghasilkan informasi tentang modulus elastisitas sebuah tanah juga
dengan tekanan horizontal, tekanan merayap, dan batas tekan tanah.

2.3.3 Jenis-jenis Pressuremeter Test (PMT)


Jenis alat ukur tekanan terdiri atas empat tipe dasar sebagai berikut
1) Alat pressuremeter tipe prapengeboran Menard (MPMT= Menard Pressuremeter
Type) dilakukan dalam sebuah lubang bor setelah tabung dinding tipis (Shelby)
didorong dan dipindahkan. Respon awal menggambarkan daerah tertekan
kembali, sementara probe menggembung sampai ke dinding lubang bor dan
bersinggungan dengan tanah.
2) Alat pressuremeter tipe selfboring (self-boring pressuremeter = SBP) terdiri
atas probe yang ditempatkan di dasar lubang bor untuk mengurangi gangguan,
dan pengeboran dilakukan ke dalam tanah untuk mendapatkan koefisien
tekanan tanah kondisi diam Ko. Untuk memasukkan probe ke dalam tanah dapat
digunakan sistem gigi pemotong (cutter teeth) atau sistem penyemprotan air
bertekanan tinggi (water jetting). Hasil pemotongan (cutting) disalurkan ke
permukaan tanah melewati sumbu berlubang (hollow). Probe mempunyai tiga
lengan radial internal untuk mengukur langsung regangan rongga (cavity strain) ,
c = dr/ro, dengan ro adalah jari-jari probe awal dan dr adalah perubahan radial.
Dengan menganggap probe berkembang secara radial seperti silinder, regangan
volumetrik akan selaras dengan regangan rongga akibat pengembangan (V/Vo)
= 1 - (1 + c)-2
3) Alat pressuremeter dorong masuk (push-in pressuremeter = PIP) terdiri atas
probe dinding tebal hollow yang mempunyai rasio luas kira-kira 40%. Alat ini
bekerja lebih cepat daripada jenis prapengeboran dan SBP tersebut di atas, tetapi
pengaruh gangguan tidak begitu berarti pada pengukuran Ko.
4) Tipe pergerakan penuh (full-displacement type = FDP) sama dengan tipe
dorong masuk, tetapi banyak pengaruh pergerakan dan biasanya digabung
dengan bentuk kerucut untuk memperoleh alat ukur tekanan konus ( CPMT) atau
pressiocone.
2.3.4 Keuntungan dan Kerugian dari Pressuremeter Test (PMT)
2.3.4.1 Keuntungan dari Pressuremeter Test (PMT)
Secara teoritis dapat digunakan untuk menentukan parameter tanah,
Pengujian dapat dilakukan dalam zona massa tanah yang lebih luas daripada
uji lapangan lainnya,
42
Diperoleh kurva -- yang lengkap.

2.3.4.2 Kerugian dari Pressuremeter Test (PMT)


Prosedurnya rumit dan memerlukan tenaga dengan tingkat keahlian yang
tinggi di lapangan,
Memerlukan waktu dan mahal biayanya (pada cuaca baik dapat
menghasilkan 6 8 uji yang lengkap),
Sulit dan mudah rusak.

2.3.5 Prosedur Pelaksanaan Pressuremeter Test (PMT)


Sebelum melakukan proses penyelidikan PMT, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan terlebih dahulu diantaranya :

2.3.5.1 Alat

Komponen-komponen alat ukur yang berbeda yang diperlihatkan dalam Gambar


2. terdiri atas panel pembacaan tekanan, probe tipe Menard yang dapat
menggembung, probe Cambridge tipe selfboring , gigi pemotong pada SBP,
probe sel tunggal (Texam), dan dongkrak hidraulik.

43
Gambar 2.19 Foto alat uji pressuremeter, terdiri atas panel tekanan tipe Menard, probe SBP, gigi
pemotong SBP, dongkrak hidraulik, dan probe tipe sel tunggal

2.1.5.2 Metode Kerja Pressuremeter Test (PMT)

Prinsip dasar dari pengukuran ini adalah untuk menghasilkan tekanan radial terhadap
sisi lubang dengan menggunakan tekanan di measuring cell padaprobe dan pembacaan
volume terekam di volumeter.Membran (selaput) dikembangkan berlawanan dengan
tanah dengan air dangas minyak dibawah tekanan. Maksud dari pengujian ini adalah
untuk mendapatkan hubungan antara tekanan yang digunakan dengan deformasi tanah. Deformasi
tanah dapat diperoleh dari pencatatan volume fluida yang dimasukkan ke tengah
pressuremeter.Tekanan dan perpindahan volume akan dipertahankan selama pengukuran. Adapun
prosedur pekerjaannya, antara lain :
Sebuah lubang tes pressuremmeter disiapkan dengan melakukan pengeboran
lubang, atau dengan membuat beberapa jenis sampel,
Dalam keadaan tertentu, pressuremmeter probe dibawa ke tempat pengujian,
biasanya dalam casing,
Tempatkan inflatable cylindrical probe di lubang predrilled
Perdalam probe ini ketika mengukur perubahan volume dan tekanan di probe.
Probe mengembang dalam kenaikan tekanan yang konstan atau penambahan
volume yang konstan,
Tes diakhiri ketika tanah tidak lagi mengasilkan kenaikan tekanan dan volume
yang proporsional.

44
2.3.6 Pengolahan Data Pressuremeter Test (PMT)
Alat uji pressuremeter memberikan empat pengukuran yang tidak saling bergantung
sebagai berikut :

1) Tegangan luncur (lift off stress) bergantung pada tegangan horisontal total, ho = Po
2) Pada waktu pembebanan awal daerah elastis yang diinterpretasi sesuai dengan
modulus Young ekivalen (EPMT) akan menurun. Siklus penurunan (unload) dan
pembebanan balik (reload) akan mengurangi efek pengaruh gangguan dan memberikan
nilai E yang lebih kaku. Secara tradisional modulus elastis dihitung dengan persamaan

EPMT = 2 (1 + ) (V/ V) P ................................................. (19)

dengan V = Vo+ V adalah volume probe akhir, Vo adalah volume probe awal, P
adalah perubahan tekanan dalam daerah elastis, V adalah perubahan volume yang
terukur, dan
adalah angka Poisson. Prosedur alternatif yang cocok untuk interpretasi langsung
modulus geser (G) diberikan dalam Clark (1995).

3) Daerah plastis berkaitan dengan kuat geser (misal kuat geser tidak terdrainase suPMT
untuk lempung dan lanau atau sudut geser efektif untuk pasir).

4) Tekanan batas (limit pressure) PL (sesuai dengan pengukuran daya dukung) adalah
nilai ekstrapolasi tekanan yang volume probe nya sama dengan dua kali volume awal
(V = 2Vo), berarti analog dengan V = Vo. Beberapa metode grafik disarankan
digunakan untuk menentukan PL dari data uji yang terukur. Salah satu pendekatan
ekstrapolasi umum memberikan grafik tekanan dalam bentuk log-log versus regangan
volumetrik (V/ Vo) dan bila log (V/ Vo) = 0 diperoleh P = PL

5) Gambar 19 memperlihatkan contoh kurva yang menggambarkan tekanan versus


volume dari hasil uji PMT. Daerah-daerah yang mengalami tekanan ulang, pseudo-
elastik, dan plastik diperlihatkan dengan nilai-nilai parameter terkait dari hasil
interpretasi.

45
Gambar 2.20 Contoh Hasil Uji Pressuremeter Tipe Menard

6) Pelaksanaan uji ini memungkinkan penggunaan langsung teori pengembangan


rongga silindris (CEE) untuk pembebanan tanpa drainase yang dinyatakan dengan
rumus

PL = Po + su[ ln (G/su) + 1 ] ............................................... (20)

sehingga keempat pengukuran saling berhubungan dengan rumus sederhana ini. Selain
itu, zona tanah yang dipengaruhi pengembangan ini sesuai dengan indeks kekakuan
tanah (IR = G/su). Ukuran daerah yang mengalami plastis akibat kegagalan dinyatakan
dengan rumus

rp = ro Ir ............................................................................ (21)

dengan ro adalah jari-jari probe awal, dan rp adalah jari-jari silinder besar.

46
2.4 Dilatometer Test (DMT)
2.4.1 Definisi Dilatometer Test (DMT)

Flat Plate Dilatometer atau Marchetti Dilatometer (DMT) merupakan


suatu metode uji yang menggunakan alat baca tekanan melalui pelat daun
runcing yang kemudian didorong masuk kedalam tanah, untuk membantu
memperkirakan stratigrafi tanah dan tegangan lateral dalam keadaan diam

2.4.2 Kegunaan Dilatometer Test (DMT)


Kegunaan dari penyelidikan DMT ialah untuk mengetahui modulus
elastisitas dan kuat geser pada lapisan tanah yang diuji yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai data awal dalam proses identifikasi tipe tanah dan perlapisan
tanah serta mengetahui kepadatan tanah tersebut.

2.4.3 Keuntungan dan Kerugian dari Dilatometer Test (DMT)


2.4.4.1 Keuntungan dari Dilatometer Test (DMT)
Keunggulan dari penyelidikan DMT antara lain:
Proses pengoperasian dalam uji DMT mampu mendapatkan parameter
geoteknik sepanjang kedalaman pengujian dalam keadaan asli serta
mampu mengurangi pengaruh distribusi pada tanah yang diuji
dilaboratorium
Proses pengujiannya sangat sederhana dan berlangsung cepat
Mampu memberikan beberapa parameter tanah dalam setiap proses
pengujian

2.4.4.2 Kerugian dari Dilatometer Test (DMT)


Sedangkan kekurangan dari penyelidikan DMT yaitu:
hasil uji DMT tidak seakurat jika dibandingkan dengan hasil uji
CPT/CPTu dalam hal penentukan tipe tanah ataupun perlapisan tanah.
Hasil uji DMT sangat tergantung terhadap kondisi alat yang digunakan.

2.4.4 Prosedur Pelaksanaan Dilatometer Test (DMT)


Pembacaan A yaitu tekanan dorong balik (lift off) yang menyebabkan membran
meluncur dengan bidang mata pisau ( = 0); dan pembacaan B yaitu tekanan
pengembangan yang bergantung pada defleksi sebelah luar = 1,1 mm pada
sumbu membran. Suatu peniti beban pegas (spring loaded pin) yang kecil sekali

47
pada sumbu membran akan memantau perpindahan dan meneruskan (relay) pada
bel listrik/galvanometer dari alat ukur baca. Untuk pengujian biasanya
digunakan gas nitrogen sebab kadar airnya rendah, walaupun karbon dioksida
atau udara dapat juga digunakan.

Pembacaan A diperoleh kira-kira 15 detik setelah pemasukan dan pembacaan B


diperoleh 15 30 detik kemudian. Setelah pembacaan B selesai dilakukan,
membran dengan cepat dikempeskan dan mata pisau didorong sampai
kedalaman uji berikutnya. Walaupun tidak dianjurkan alat dapat dipancang
setempat, jika tidak dapat didorong karena tekanan hidraulik yang terbatas
(seperti pasir padat).

48
Gambar 2.21 Susunan dan Urutan Prosedur Uji Dilatometer pelat datar

Sebelum melakukan metode pengujian, dipastikan terlebih dahulu kondisi alat yang
digunakan. Adapun peralatan yang digunakan dalam uji DMT terdiri dari:
1. Mata pisau nirbaja yang meruncing dengan baji bersudut 180 derajat
2. Mata pisau yang umumnya memiliki ukuran panjang 240 mm, lebar 95 mm dan
tebal 15 mm.
3. Barang bor (drill rod)
4. Batang konus (cone rod)
5. kabel kawat
6. Serta peralatan tambahan seperti tabung gas dan mobil alat.

Berikut ialah gambaran alat yang digunakan pada proses pengujian DMT.

49
Gambar 2.22 A) Mata pisau nirbaja B) Membran baja Fleksibel alat DM

Gambar 2. Peralatan Dilatometer datar, A) Sistem alat ukur tekanan rangkap, B) Alat ukur tekanan
tunggal, C) Sistem data akuisisi dengan komputer

Gambar 2.23. A) Batang konus dan B) Kabel Pneumatic - Elektric

50
Gambar 2.24. A) Tabung gas sumber tekanan dan B) Mobil alat.

Secara sederhana, perlengkapan yang dibutuhkan dalam proses uji DMT selanjutnya
digambarkan dalam diagram skematik alat uji pada gambar 5.

Gambar 2.25 Diagram skematik alat uji dilatometer

Secara garis besar, jalannya pengujian dengan dilatometer adalah sebagai berikut:

51
1. Lakukan proses kalibrasi pada alat yang akan digunakan sebelum melakukan
pendugaan. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan koreksi kekakuan membran
diudara.
2. Persiapkan alat seperti mobil alat diatas lokasi tanah yang akan diuji.

Gambar 2.26 Persiapan mobil alat diatas lokasi tanah yang akan diuji

3. Pasang kabel pneumatic-electric kedalam batang konus.

Gambar 2.27 Proses pemasangan kabel pneumatic-electric

52
4. Sambungkan dilatometer kebatang konus

Gambar 2.28. Proses penyambungan


5. Pasang batang konus yang sudah disambung dengan dilatometer kemobil alat

Gambar2.29 Proses penyambungan ke mobil alat

6. Pasang penutup atas sebelum dilakukan penekanan kebatang konus

Gambar 2.30. Proses penyambungan ke mobil alat

7. Lakukan proses penekanan kebatang konus dengan mesin alat hingga kedalaman
tertentu.

53
Gambar 2.31 Alat dilatometer yang masuk kedalam tanah

8. Lakukan pembacaan data pada alat ukur.

Gambar2.32. Proses pembacaan

2.4.5 Pengolahan Data Dilatometer Test (DMT)


2.4.6.1 Perhitungan
Prosedur uji yang diberikan oleh ASTM D 6635 dan Schmertmann (1986) serta Gambar
2. , memberikan gambaran alat dan urutan pengoperasiannya. Tekanan yang terkoreksi
A dan B masing-masing dicatat sebagai p0 dan p1, dapat dihitung dengan persamaan
berikut (Marchetti, 1980)
p0 A + A ................................................................... (11)
p1 = B - B zm ................................................................. (12)
dengan A dan B adalah faktor-faktor kalibrasi kekakuan membran di udara. Kalibrasi
A didapatkan dengan menerapkan hisapan pada membran, dan B diperoleh dengan
memberi tekanan pada membran di udara (keduanya dicatat sebagai nilai positif). Untuk
tanah kaku persamaan (11) dan (12) biasanya akan menambah hasil perhitungan tekanan
kontak p0 dan tekanan pengembangan p1.

54
Akan tetapi untuk lempung lunak dan lanau, prosedur koreksi yang lebih akurat
diberikan dengan persamaan berikut (Schmertmann, 1986).
p0 = 1,05 (A + A zm) 0,05 (B - B zm) ............................ (13)
p1 = B - B zm ................................................ (14)
dengan zm adalah penyeimbang (offset) alat ukur tekanan (pembacaan nol adalah zero
reading). Biasanya untuk alat ukur baru zm = 0. Persamaan (13) dan (14) lebih banyak
digunakan secara umum daripada persamaan sebelumnya (11) dan (12). Sistem
peralatan dilatometer datar diperlihatkan dalam Gambar 15a, 15b dan 15c

Gambar 2.33 Peralatan dilatometer (a), sistem alat ukur tekanan rangkap (b) alat ukur tekanan tunggL
(C), sistem data sirkulasi dengan komputer

Manfaat pembacaan dan evaluasi Dua buah pembacaan DMT (p0 dan p1 ) yang
digunakan untuk memberikan tiga petunjuk yang dapat memberikan informasi
perlapisan, jenis tanah dan evaluasi parameter tanah, adalah
1) indeks material ID = (p1 p0)/(p0 - u0) .......................................... (15)
2) modulus dilatometer ED = 34,7 (p1 p0) .......................................... (16)
3) indeks tegangan horisontal KD = (p0 u0)/vo ............................................ (17)
dengan u0 adalah tekanan air pori hidrostatik dan vo adalah tegangan overburden
vertikal efektif. Untuk klasifikasi perilaku tanah, lapisan tanah diinterpretasikan sebagai
lempung jika ID < 0,6, lanau jika 0,6 < ID < 1,8 dan pasir jika ID > 1,8.

55
Gambar 2.34 Contoh Hasil uji DMT pada tanah residual (CL-ML)

Contoh hasil uji DMT yang dilakukan pada tanah residual diperlihatkan dalam Gambar
2.34, meliputi pencatatan tekanan angkat (p0) dan tekanan pengembangan (p1), indeks
material (ID), modulus dilatometer (ED), dan indeks tegangan horisontal (KD) versus
kedalaman. Tanah lempung pasiran halus dan lanau pasiran dihasilkan dari pelapukan
setempat terhadap batuan dasar schistose dan gneissic.
Berat volume total tanah (T) dapat dievaluasi dari indeks material dan modulus
dilatometer. Untuk penggunaan secara terpisah, dapat digunakan pendekatan berikut ini.
T = 1,12 w (ED/atm)0,1 (ID)-0,05 .................................................. (18)
dengan w adalah berat volume air dan atm adalah tekanan atmosfir. Untuk setiap
lapisan berurutan, dapat dihitung kumulatif tegangan overburden total (vo), karena
diperlukan untuk menentukan tegangan overburden vertikal efektif (vo = vo uo)
dan evaluasi parameter KD.
Modifikasi peralatan dasar uji DMT dapat dilakukan sebagai berikut. 1) pembacaan C
(atau p2) yang sesuai dengan posisi A selama pengempesan membran, 2) pengukuran
gaya batang selama interval uji yang berurutan, 3) pembacaan disipasi versus waktu, 4)
tambahan geofon untuk membantu pengukuran kecepatan gelombang geser ke bawah

56
lubang. Metode interpretasi umum parameter tanah dari uji DMT diuraikan dalam buku
pedoman volume III.

57
2.5 Vane Shear Test (VST)
2.5.1 Definisi Vane Shear Test (VST)
Metode Vane Shear Test (VST) atau uji geser baling adalah salah satu metode yang
digunakan untuk memperkirakan kekuatan geser suatu tanah berkohesi. Metode ini
tidak berlaku untuk pasir, kerikil, atau tanah permeable. Uji Geser baling atau lapangan
baling-baling digunakan untuk mengevaluasi korelasi kekuatan geser undrained (tidak
terdrainase) pada tanah liat kaku dan lumpur pada jarak kedalaman 1 meter atau 3,28
kaki.

Gambar 2.35 Vane Shear Test Equipment dan Prosedur ( setelah Mayne et al . , 2002)

2.5.2 Kegunaan dari Vane Shear Test (VST)


- Digunakan untuk memperkirakan kekuatan geser suatu tanah berkohesi

- mengevaluasi korelasi kekuatan geser undrained (tidak terdrainase) pada tanah


liat kaku dan lumpur pada jarak kedalaman 1 meter atau 3,28 kaki.

- untuk uji sensitivitas lempung di lapangan

58
2.5.3 Jenis-jenis Vane Shear Test (VST)
Jenis-jenis Vane Shear Test (VST) atau Uji Geser Baling, yaitu:
- Tappered Vane, untuk tipe tapered vane, pada bagian sisi tepi baling-baling
memiliki ukuran sudut 90. Tinggi baling-baling sebaiknya berukuran 2D di
mana D adalah diameter dari baling-baling. Diameter (D) = 7.3 cm, tinggi (H) =
14.5 cm.
- Rectangular Vane, untuk tipe rectangular vane diameter (D) = 9.9 cm, tinggi (H)
= 19.8 cm.

Perhitungan Pada Tipe Tipe Vane Shear Test (VST)


- Tipe Tappered

- Tipe Rectangular

Keterangan:
Di mana (Su)fv adalah kuat geser tak terdrainase dari VST, max adalah nilai torsi
maksimum, D adalah diameter baling-baling, H adalah tinggi baling-baling, BT adalah
sudut dari baling-baling bagian atas, dan adalah sudut dari baling-baling bagian
bawah.

59
Gambar 2.36 Tipe tipe Vane Shear Test.
Sumber : Widjaja, Budijanto. 2014. Parameter Reologi Tanah Menggunakan Uji Geser Baling-Baling
untuk Menjelaskan Pergerakan Mudflow. Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan : Bandung.

2.5.4 Keuntungan dan kerugian dari Vane Shear Test (VST)


2.5.4.1 Keuntungan dari Vane Shear Test (VST)
- Peralatan uji yang sederhana atau simple.

- Dapat menghitung sensitivitas dari tanah liat atau lempung.

- Uji tes ini merupakan sejarah panjang.

2.5.4.2 Kerugian dari Vane Shear Test (VST)


- Aplikasi penggunaannya masih terbatas pada tanah liat atau lempung kaku.

- Lambat dan memakan waktu.

- Nilai perhitungan dari kekuatan geser membutuhkan koreksi empiris.

- Dapat dipengaruhi oleh lensa pasir.

2.5.5 Prosedur Pelaksanaan Vane Shear Test (VST)


1. Bor tanah sampai Kedalam yang akan di uji

60
2. Ambil Contoh Tanah

3. Pasang Baling Pada rangka

4. Masukan baling pada lubang dengan cara ditekan supaya masuk kedalam tanah pada
dasar lubang bor

5. Sambung Pipa Pelindung batang pemuntir dengan alat pemuntir

61
6. Pasang Alat geser baling

7. Lakukan Pengujian geser baling dengan cara memutar baling dengan kecepatan
pemuntiran 0,1 detik

8. Untuk mendapatkan nilai kuat geser contoh terganggu lakukan pemutaran dengan
cepat minimal 10 putaran
7. Pengujian langkah 1,2,4,5 diulang sampai 3 kali. Ambil harga rata-rata dari ketiga
data tersebut untuk di pakai dalam analisa.
8. Ambil sedikit tanahnya untuk mengetahui kadar air.

62
2.5.6 Perhitungan dari Vane Shear Test (VST)

63
Contoh Soal

64
65
2.6 Dynamic Cone Test(DCT)
2.6.1 Definisi Dynamic Cone Test(DCT)

Pengujian dengan alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP) ini pada dasarnya sama
dengan cone penetrometer (CP) yaitu sama-sama mencari nilai CBR dari suatu
lapisan tanah langsung di lapangan. Hanya saja pada alat Cone Penetrometer
dilengakapi dengan poving ring dan arloji pembacaan, sedangkan pada alat
Dynamic Cone Penetrometer adalah melalui ukuran(satuan) dengan menggunakan
mistar.

2.6.2 Kegunaan Dynamic Cone Test(DCT)


- untuk mendapat kekuatan tanah timbunan pada pembuatan badan jalan
- Hasil yang diperoleh pada percobaan ini dapat dihubungkan dengan nilai CBR
(perbandingan antara beban penetrasi suatu lapisan tanah atau perkerasan
terhadap beban standart dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama)

2.6.3 Jenis-jenis Dynamic Cone Test(DCT)


Ada dua jenis penetrometer dinamis dengan poin kerucut, antara lain :
1. Jenis kerucut dinamis yang paling sering digunakan memiliki diameter poros
yang lebih kecil dari diameter kerucut. Secara teoritis, karena kerucut yang lebih
besar dari poros, langkah-langkah penetrometer hanya terletak pada titik
resistensi.
2. Sebuah tipe kerucut yang lebih rendah memiliki poros dan kerucut dengan
diameter yang sama. Jenis keurucut penetrometer ini mencatat gesekan kulit
dan resistance point, tetapi dua komponen tersebut tidak dapat dianalisis secara
independen.

2.6.4 Keuntungan dan Kerugian dari Dynamic Cone Test(DCT)


2.6.4.1 Keuntungan dari Dynamic Cone Test(DCT)
- mudah dipindahkan ke semua titik yang diperlukan
- cara pengujian tanpa merusak atau Non Destructive Testing (NDT)
- Menentukan kekakuan dalam mm/pukulan
- Perubahan lapisan tanah dapat diketahui melalui perubahan kemiringan
- Meminimalisir gangguan permukaan tanah
- Informasi kekuatan dan desain dapat dikorelasikan dengan uji lain (CBR)
- Biaya murah dan waktu yang dibutuhkan sedikit (cepat)

2.6.4.2 Kerugian dari Dynamic Cone Test(DCT)


- Letak lapisan yang diperiksa tidak sedalam pemeriksaan tanah dengan alat
sondir
- Tidak dapat digunakan pada batuan keras, aspal, maupun beton

66
- DCT dapat rusak bila dilakukan pada lapisan tanah keras secara berulang
ulang atau pembuangan lapisann yang tidak sempurna
- Tidak dapat mengukur kelembaban maupun kepadatan (hanya untuk mengukur
Kekakuan).

2.6.5 Prosedur Pelaksanaan Dynamic Cone Test(DCT)


a. Areal yang akan diperiksa dari rumput dan diratakan, usahakan untuk
mendapatkan tanah asli jangan sampai terganggu.
b. Periksa sambungan DCP dan kencangkan.
c. Tempatkan ujung DCP pada permukaan tanah dalam keadaan tegak lurus.
d. Baca mistar berapa kedalaman masuknya alat dari muka tanah.
e. Angkat palu pada ketinggian maksimum. Kemudian lepaskan sehingga jatuh
bebas. Baca dengan mistar berapa kedalamannya.
Gambar 2.37 Pengujian DC

f. Lakukan pemukulan sampai penetrasi 90 cm atau 30X tumbuhan.

67
2.6.6 Perhitungan Dynamic Cone Test (DCT)

DCP (Dynamic Cone Penetration) atau Dynamic Cone Test (DCT)


merupakan pengujian yang sederhana, terpercaya, dan metode yang efektif biaya
untuk mengevaluasi profil kekakuan in-situ tanah pada kedalaman sekitar tiga
kaki.

Alat ini sangat mudah dibawa, minim gangguan dari tanah dasar, dan
memiliki kemampuan untuk menghasilkan profil kedalaman yang berkelanjutan.

Persamaan sederhana berikut adalah cara tradisional yang digunakan


untuk memperlihatkan kekakuan material dari hasil tes DCP :

Kedalaman penetrasi
PR = Jumlah Pukulan

Jika anda baru terhadap pengujian DCP, anda mungkin bertanya apakah
nilai PR bisa digunakan untuk menghitung yang lain, parameter geoteknik yang
lebih familiar, dan apakah hasil pengujian DCP berhubungan baik dengan sistem
pengujian yang lain. Telah banyak diteliti dan ditulis tentang subjek ini, dan
jawaban singkatnya adalah iya (Pengujian DCP dapat dengan mudah dan
diulang pengukuran parameter yang sama dengan metode pengujian in-situ dan
pengujian tanah berbasis lab.

Sebagai contoh, pengujian California Bearing Ratio (CBR) merupakan


pengujian penetrasi lain yang umum digunakan untuk mengukur kapasitas beban
bantalan jalan. Mungkin anda ingin tahu nilai CBR untuk pengujian lapangan,
tetapi anda mempunyai pilihan untuk sistem DCP, mengingat kesederhanaannya
dan biaya yang murah. Nilai PR bisa dikonveersikan ke nilai CBR dengan
menggunakan persamaan. Secara luas digunakan konversi yang dikembangkan
oleh U.S. Army Corps of Engineers dan digunakan oleh banyak negara DOTs
dan agen federal :

68
Log (CBR) = 2,465 1,12 Log (PR)

Secara singkat, DCP adalah alat pengujian yang sangat fleksibel yang
bisa di skalakan dan diubah untuk aplikasi anda, memungkinkan ada untuk
memperoleh fungsi yang sama dengan sistem pengujian yang lain untuk pecahan
terhadap biaya dan pekerja.

69
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Adapun tujuan dari penyelidikan tanah yaitu :

Menentukan kapasitas dukung tanah menurut tipe fondasi yang dipilih


Menentukan tipe dan kedalaman fondasi
Untuk mengetahui posisi muka air tanah
Untuk mengetahui besarnya penurunan
Menentukan besarnya tekanan tanah terhadap dinding penahan tanah atau
pangkal jembatan ( abutment )
Menyelidiki keamanan suatu struktur bila penyelidikan dilakukan pada
bangunan yang telah ada sebelumnya
Pada proyek jalan raya dan irigasi, penyelidikan tanah berguna untuk
menentukan letak-letak saluran, gorong-gorong, pennetuan lokasi dan maca
bahan timbunan

3.1.2 Adapun jenis-jenis pengujian untuk penyelidikan tanah secara langsung yaitu :

- Cone Penetration Test (CPT) dan Piezocone Penetration Test (CPTu)

- Standart Penetration Test (SPT)


- Pressuremeter Test (PMT)

- Dilatometer Test (DMT)


- Vane Shear Test (VST)
- Dynamic Cone Test (DCT)

70
DAFTAR PUSTAKA

FHWA-NHI-05-042-043FHWA-NHI-05-042-043_Design and Constrution Driven Pile


Foundations-Reference Manual Volume I

FHWA NHI-01-031 - Subsurface Investigations Geotechnical Site Characterization

P.J. Hannigan, G.G. Goble, G.E. Likins and F. Rausche. 2006. Design and Construction
of Driven Pile Foundations Volume I. National Highway Institute. Washington,
D.C.

SNI 4153:2008. 2008. Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan SPT. Badan Standarisasi
Nasional.

http://documentslide.com/documents/makalah-kelompok-1-dilatometer-test.html.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2017 pukul 20.18 WITA

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/380/jbptunikompp-gdl-irailraswa-18984-1-bab1-so-
r.pdf. Diakses pada tanggal 22 Februari 2017 pukul 22.38 WITA

http://labmektansipilusu.blogspot.co.id/2011/02/pemeriksaan-kekuatan-tanah-
dengan.html. Diakses pada tanggal 25 Februari 2017 pukul 16.09 WITA

http://luiheisei.blogspot.co.id/2012/04/alat-uji-kelayakan-tanah.html. Diakses pada


tanggal 15 Februari 2017 pukul 15.18 WITA
https://multisite.itb.ac.id/wp-content/uploads/sites/8/2011/04/8.-Hadi-U-Moeno-Vol.18-
No.1.pdf. Diakses pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 21.45 WITA

https://ronymedia.wordpress.com/2010/08/15/standard-penetration-test-spt/. Diakses
pada tanggal 15 Februari 2017 pukul 15.15 WITA

71

Anda mungkin juga menyukai