TEKNIK PONDASI I
JENIS-JENIS PENGUJIAN TANAH SECARA LANGSUNG DI
LAPANGAN
KELOMPOK : 1 (SATU)
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah
Teknik Pondasi I dengan judul Jenis-Jenis Pengujian Tanah Secara Langsung di
Lapangan ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan membantu
meyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah ini agar dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya untuk para pembaca
semua.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
4
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan........................................................................................................................
7
2.2 SPT
....................................................................................................................................
26
2.3 PMT
....................................................................................................................................
42
2.4 DMT
....................................................................................................................................
49
5
2.5 VST
....................................................................................................................................
60
2.6 DCT
....................................................................................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA
6
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
2 Rumusan Masalah
7
1 Apa kegunaan penyelidikan tanah di lapangan?
3 Tujuan
8
BAB II
PENGUJIAN LANGSUNG DI LAPANGAN
9
Gambar 2.1 Uji geoteknik di lapangan yang biasa digunakan untuk menentukan stratigrafi dan
karakteristik perlapisan tanah
Cone Penetration Test (CPT) atau lebih sering disebut uji sondir adalah salah
satu survey lapangan metode insitu yang umum digunakan di seluruh dunia. Tes
ini berguna untuk memperkirakan letak lapisan tanah keras. Tes ini baik
dilakukan pada lapisan tanah lempung.
Piezocone Penetration Test (CPTu) atau dikenal dengan pisokonus adalah
penetrometer konus dengan tambahan transduser untuk mengukur tekanan air
pori selama pemasukan probe. Tekanan air pori teruji dalam pasir murni hampir
sama dengan tekanan hidrostatik (urata-rata ~ uo), sebab kelulusan air dalam
pasir yang tinggi memungkinkan disipasi dengan cepat. Akan tetapi, penetrasi
tanpa drainase dalam lempung akan menimbulkan bacaan tekanan air pori
berlebih yang tinggi di atas tekanan hidrostatik.
Tekanan air pori berlebih (u) ini dapat bernilai positif atau negatif,
bergantung pada lokasi elemen porus (batu filter) dalam tanah sepanjang probe
konus. Jika penetrasi dihentikan, penurunan tekanan air pori dapat dipantau
10
sebagai fungsi dari waktu, yang dapat digunakan untuk menduga kecepatan
konsolidasi dan kelulusan air tanah.
2.1.3 Jenis-jenis Cone Penetration Test (CPT)/ Piezocone Penetration Test (CPTu)
11
Gambar 2.2 Sondir Mekanis (ASTM D 3441)
12
b. Sondir Elektronik
Sondir elektrik mengukur tekanan konus dan friksi menerus dengan
tingkat akurasi yang jauh lebih baik.
2.1.4.2 Kerugian
Adapun kerugian menggunakan uji Cone Penetration Test (CPT)/ Piezocone
Penetration Test (CPTu), antara lain :
13
Jika terdapat batuan lepas biasa memberikan indikasi lapisan keras yang
salah.
Jika alat tidak lurus dan tidak bekerja dengan baik maka hasil yang diperoleh
diperoleh bisa merugikan.
Tidak dapat diketahui tanah secara langsung
Tidak dapat digunakan untuk kerikil, endapan padat, timbunan puing-puing
dan bebatuan.
Perlu dikalibrasi pada setiap pengujian, perlu diperiksa electronic drift dan
bising (noise)
14
tahanan ujung. Friction ratio (fr) ini dapat digunakan untuk memperkirakan
jenis tanah yang diselidiki yaitu membedakan tanah berbutir halus dengan
tanah berbutir kasar (Bowless, 1988), dimana:
a. Untuk Friction ratio (fr) < 1% termasuk tanah pasir.
b. Untuk Friction ratio (fr) > 1% termasuk tanah lempung.
c. Untuk Friction ratio (fr) > 5% atau 6% termasuk tanah gambut/organik.
2.1.5.1 Alat
Berikut ialah peralatan yang digunakan dalam proses penyelidikan CPT:
1) Mesin sondir ringan (2 Ton) atau mesin sondir berat (10 Ton).
2) Seperangkat alat penetrasi sondir lengkap dengan batang dalam, pipa sondir
sesuai dengan kebutuhan dengan panjang masing-masing 1 meter.
15
Batang dalam mempunyai penampang melintang yang dapat
menyalurkan perlawanan konus tanpa mengalami tekuk atau kerusakan
lain;
Jarak ruangan antara batang dalam dan pipa dorong harus berkisar antara
0,5 mm dan 1,0 mm;
Pipa dorong dan batang dalam harus dilumasi dengan minyak pelumas
untuk mencegah korosi;
Pipa dorong dan batang dalam harus bersih dari butiran-butiran untuk
mencegah gesekan antara batang dalam dan pipa dorong.
16
Gambar 2.5 Seperangkat Alat Penetrasi Konus
17
Gambar 2.5 Konus
18
2.1.5.2 Metode Kerja
Sebelum melakukan pengujian perlu diketahui beberapa persyaratan. Persyaratan
yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Ketelitian peralatan ukur dengan koreksi sekitar 5 %;
Deviasi standar pada alat penetrasi secara mekanik:
1) untuk perlawanan konus (qc) adalah 10 %;
2) untuk perlawanan geser (fs) adalah 20 %;
a. Proses Persiapan
Dalam proses persiapan pengujian CPT dilapangan, dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali
dengan linggis sedalam sekitar 65 cm;
2. Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat sesuai
dengan letak rangka pembeban;
3. Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal;
4. Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPa untuk
penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan
manometer 0 MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;
5. Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan
kunci piston, jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung
udara dalam sistem;
6. Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di
atasnya;
7. Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan memutar
baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan terikat kuat
pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian,
tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit;
8. Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta kepala
pipa
dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar sekitar 8
cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa ditambah
dengan potongan besi berdiameter sama dengan batang dalam.
b. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian CPT dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
19
1. Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada
kedudukan yang tepat;
2. Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan
hidraulik hanya akan menekan pipa dorong;
3. Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik
bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20 cm
sesuai interval pengujian;
4. Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik
kunci pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang dalam
saja;
5. Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus
berkisar antara 10 mm/s sampai 20 mm/s 5. Selama penekanan batang pipa
dorong tidak boleh ikut turun, karena akan mengacaukan pembacaan data.
c. Pembacaan Hasil Pengujian
Lakukan pembacaan hasil pengujian penetrasi konus sebagai berikut:
1. Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam sedalam kira-kira 4
cm pertama (kedudukan 2, lihat Gambar 2.) dan catat pada formulir
(Lampiran C) pada kolom Cw ;
20
2. Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan konus pada penekan
batang sedalam kira-kira 4 cm yang ke-dua (kedudukan 3, lihat Gambar 4)
dan catat pada formulir (Gambar 2.) pada kolom Tw.
21
20 m s.d 40 m tercapai atau sesuai dengan kebutuhan. Hal ini berlaku baik
untuk sondir ringan ataupun sondir berat.
e. Penyelesaian Pengujian
1. Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan
mendorong/menarik kunci pengatur pada posisi cabut dan putar engkol
berlawanan arah jarum jam;
2. Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian.
2.1.6.1 Perhitungan
Parameter-parameter yang diperoleh beserta rumus, antara lain :
a. Perlawanan konus (qc)
Nilai perlawanan konus (qc) dengan ujung konus saja yang terdorong, dihitung
dengan
menggunakan persamaan :
Pkonus = P piston ................................................................................. (1)
qc x Ac = Cw x Api
qc = Cw x Api / Ac ........................................................................... (2)
Api = (Dpi )2 / 4 ................................................................................ (3)
Ac = (Dc)2 / 4 ................................................................................. (4)
22
c. Angka banding geser (Rf)
Angka banding geser diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai perlawanan
geser local (fs) dengan perlawanan konus (qs), dan dihitung dengan
menggunakan persamaan:
Rf = (fs / qs ) x 100 ............................................................................ (9)
23
2.1.6.2 Pembuatan Grafik Hasil Uji Sondir
Gambar 2.10 Grafik Hasil Uji Sondir
24
2.2 Standart Penetration Test (SPT)
2.2.1 Definisi Standart Penetration Test (SPT)
Standart Penetration Test (SPT) merupakan suatu pengujian terhadap lapisan tanah
secara langsung (dilapangan) yang dilakukan untuk mengestimasi kerapatan relatif
dari tanah yang diuji.
Untuk menentukan hasil pengukuran energi pada berbagai sistem SPT selanjutnya
diilustrasikan pada tabel 1 berdasarkan teori Skempton (1986) dan Carter& Bently
(1991).
25
Tabel 2.1 Hasil Pengukuran energi pada berbagai sistem SPT kempton (1986) dan Carter& Bently
(1991).
26
- hasil dari penyelidikan ini bersifat empiris dan memiliki ketergantungan
terhadap operator dalam menghitung sehingga diperlukan ketelitian dalam
pelaksanannya baik dalam proses pelaksanaan dilapangan maupun dalam
proses perhitungan.
27
Gambar 2.11 Alat pengambilan contoh tabung belah
Dalam pelaksanaan uji SPT diberbagai Negara, digunakan tiga jenis palu yaitu donut
hammer, safety hammer dan otomatik serta ada empat jenis batang bor yaitu N, NW, A
dan AW. Berikut ialah contoh gambar dari jenis-jenis palu.
28
Gambar 2.12 Contoh palu yang biasa digunakan dalam uji SPT
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengujian penetrasi dengan SPT ialah sebagai
berikut:
1) Peralatan harus lengkap dan layak pakai
2) Pengujian dilakukan dalam lubang yang telah dibor terlebih dahulu
3) Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,5 - 2 m untuk lapisan tanah
tidak seragam ataupun pada kedalaman 4 m untuk lapisan tanah seragam
4) Pada kondisi tanah halus, digunakan ujung split barrel berbentuk konus terbuka
sedangkan pada lapisan pasir dan kerikil digunakan ujung split barrel berbentuk
konus tertutup.
5) Contoh tanah tidak asli diambil dari Split barrel sampler
6) Sebelum pengujian dilakukan, dasar lubang bor harus dibersihkan terlebih dahulu
7) Jika ada air tanah, harus dicatat volumenya.
8) Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk menghindari terjadinya
gesekan antara palu dengan pipa
9) Formulir hasil pengujiann
10) Semua peralatan harus dikalibrasi minimum 1 kali dalam 3 tahun.
Metode pengujian yang dilakukan pada proses penyelidikan SPT umumnya dilakukan
dalam 3 tahap yaitu proses persiapan, proses pengujian dilapangan serta koreksi hasil uji
SPT yang dilakukan secara empiris. Berikut ialah penjelasan untuk tahapan persiapan
serta prose pengujian dilapangan, sedangkan untuk tahapan koreksi hasil uji akan
dijelaskan pada subbab berikutnya.
29
a. Proses Persiapan
Dalam proses persiapan pengujian SPT dilapangan, dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Lakukan pengeboran tanah sampai pada kedalaman yang diingankan yang
dilengkapi dengan pemasangan pipa pelindung (casing)
2. Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor
3. Beri tanda pada ketinggian sekitar 75cm pada pipa bor yang berada diatas
penahan
4. Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian dari
bekas-bekas pengebiran
5. Pasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung lainnya yang
kemudian disambungan dengan pipa bor yang telah dipasangi blok penahan
6. Masukan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman
pengukian yang diinginkan.
7. Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15cm,
30cm dan 45cm.
b. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian SPT dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah ataupada interval
sekitar 1,5 m 2 m atau sesuai keperluan
2. Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai ppada tanda yang telah dibuat
sebelumnya (kira-kira 75 cm)
3. Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan
4. Ulangi tahapan 2 dan 4 berkali-kali hingga mencapai penetrasi 15 cm.
5. Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm pertama
6. Ulangi tahapan 2-5 hingga penetrasi 15 cm yang kedua dan ketiga.
7. Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15cm
a. 15 cm pertama dicatat N1
b. 15 cm kedua dicatat N2
c. 15 cm ketiga dicatat N3
Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. Nilai N1 tidak diperhitungakan
karena masih kotor akibat bekas pengeboran
8. Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulanm hentikan pengujian dan tambah
pengujian sampai minimum 6 meter.
9. Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5cm untuk jenis tanah batuan
Berikut ialah ilustrasi dari proses persiapan dan proses penyelidikan SPT dilapangan.
30
Gambar 2.13 Kondisi alat dalam tahap persiapan pengujian SPT
31
Gambar 2.14 Ilustrasi Pengujian SPT dilapangan
32
Gambar 2.15. Skema urutan uji penetrasi standar (SPT)
Ketika digambarkan dalam skema, penggambaran dalam proses uji penetrasi lapangan
dengan SPT digambarkan dalam bagan aliran berikut.
33
1. Pengeboran dan pemasangan alat uji SPT
a) Lakukan pengeboran tanah sampai kedalaman yang diinginkan yang dilengkapi pemasangan
pipa lindung (casing).
b) Pasang landasan penahan (knocking block) pada pipa bor.
c) Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada di atas penahan.
d) Bersihkan lubang bor pada kedalaman pengujian dari bekas-bekas pengeboran.
e) Pasang split barrel sampler pada pipa bor dan pada ujung lainnya disambungkan dengan pipa
bor yang telah dipasangi blok penahan.
f) Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman yg diinginkan.
g) Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15 cm, 30 cm dan 45 cm.
2. Pengujian SPT
a) Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang telah dibuat sebelumnya
( 75 cm).
b) Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan.
c) Ulangi a) dan b) berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm.
d) Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm yang pertama.
e) Ulangi a), b), c) dan d) sampai pada penetrasi 15 cm yang ke-dua dan ke-tiga.
f) Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm :
15 cm pertama dicatat N1;
15 cm ke-dua dicatat N2;
15 cm ke-tiga dicatat N3.
g) Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. N1 tidak diperhitungkan karena
masih kotor bekas pengeboran.
h) Bila N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan tambahkan
pengujian sampai minimum 6 meter.
i) Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah batuan.
Selesai
Menurut ASTM D-4633 setiap alat uji SPT yang digunakan harus dikalibrasi tingkat
efisiensi tenaganya dengan menggunakan alat ukur strain gauges dan aselerometer,
untuk memperoleh stander efisiensi tenaga yang lebih teliti. Didalam praktek,
efisiensi tenaga sistem balok derek dengan palu donat (donut hammer) dan palu
pengaman (safety hammer) berkisar antara 35% - 85% semetara efisiensi tenaga palu
otomatik ((automatic hammer) berkisar antara 80% - 100%. Jika efisiensi yang
35
diukur (Ef) diperoleh dari kalibrasi alat, nilai N terukur harus dikoreksi terhadap
efisiensi sebesar 60% dan dinyatakan dalam rumus (1).
Ef
N 60= ( ) N
60 M .........................................................................................................
(1)
Ef
N es = N M ( ) ..................................................................................................
Es
(2)
Dimana:
N 60
= efisiensi 60%
Ef
= efisiensi yang terukur
NM
= nilai SPT yang diperoleh saat pengujian dengan alat SPT tertentu
= faktor koreksi lubang bor
Berdasarkan Skemton (1986), faktor koreksi panjang batang antara pelapis dan
lubang bor diilustriasikan pada tabel berikut.
36
Tabel 2.2 Faktor koreksi panjang batang, pelapis dan lubang bor (Skemton; 1986).
N 60
Nilai N terukur yang harus dikoreksi pada untuk semua jenis tanah. Besaran
koreksi pengaruh efisiensi tenaga biasanya bergantung pada lining tabung, panjang
batang, dan diameter lubang bor (Skempton (1986) dan Kullhawy & Mayne (1990)).
Oleh karena itu, untuk mendapatkan koreksi yang lebih teliti dan memadai terhadap
N 60 Ef
, harus dilakukan uji tenaga
N 60
Dalam beberapa hubungan korelatif, nilai tenaga terkoreksi yang
N N
dengan . Nilai menggambarkan evaluasi pasir murni untuk interpretasi
N
............................................................................................................................
(2)
2,2
CN= '
1,2+ vo
Pa ( ) .......................................................................................................
(3)
37
Dengan:
N
= nilai SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh efisiensi tenaga 60%
NM
= hasil uji SPT dilapangan
CN
= faktor koreksi terhadap tegangan vertikal efektif (nilai kurang atau
samadengan 1,7)
CE
= faktor koreksi terhadap rasio tenaga palu
CB
= faktor koreksi terhadap diameter bor
CR
= faktor koreksi untuk panjang batang
CS
= koreksi terhadap tabung contoh (samplers) dengan atau tanpa pelapis (liner)
Pa = 100 kPa
38
Panjang batang 34m CR 0,8
lubang bir = 150 mm (tabel 2 diperoleh nilai = 1.05 dan proses pengujian SPT
Penyelesaian:
N es = N M ( EsE ) ;
f
N 60=( 60E ) N
f
M
Perhitungan diatas menyatakan bahwa tanah yang diuji berjenis pasir dengan tingkat
kepadatan relatihnya sedang.
Kepadatan Relatif Dr N
39
Sangat lepas <0,15 <4
Lepas 0,15-0,35 4-10
Sedang 0,35-0,65 10-30
Padat 0,65-0,85 30-50
Sangat Padat 0,85-1,00 >50
40
2.3 Pressuremeter Test (PMT)
2.3.1 Definisi Pressuremeter Test (PMT)
Pressuremeter Test (PMT) adalah alat in-situ yang digunakan untuk mengevaluasi
sifat tanah dan batuan. Pressuremeter memberi tekanan lateral kepada tanah, dan
kekuatan geser tanah dan kompresibilitas ditentukan oleh hubungan tekanan
volume. Test tersebut memungkinkan penentuan dari karakteristik beban-
deformasi tanah dalam kondisi axi-simetris. Deposito seperti lempung lunak,
lempung pecah, pasir, krikil, dan batu lunak dapat di tes dengan pressuremeter.
Sebuah pressuremetere test menghasilkan informasi tentang modulus elastisitas
sebuah tanah juga dengan tekanan horizontal, tekanan merayap, dan batas tekan
tanah. Skema dari pressuremeter test terdapat pada gambar 2.
41
Untuk mengevaluasi sifat tanah dan batuan,
Menghasilkan informasi tentang modulus elastisitas sebuah tanah juga
dengan tekanan horizontal, tekanan merayap, dan batas tekan tanah.
2.3.5.1 Alat
43
Gambar 2.19 Foto alat uji pressuremeter, terdiri atas panel tekanan tipe Menard, probe SBP, gigi
pemotong SBP, dongkrak hidraulik, dan probe tipe sel tunggal
Prinsip dasar dari pengukuran ini adalah untuk menghasilkan tekanan radial terhadap
sisi lubang dengan menggunakan tekanan di measuring cell padaprobe dan pembacaan
volume terekam di volumeter.Membran (selaput) dikembangkan berlawanan dengan
tanah dengan air dangas minyak dibawah tekanan. Maksud dari pengujian ini adalah
untuk mendapatkan hubungan antara tekanan yang digunakan dengan deformasi tanah. Deformasi
tanah dapat diperoleh dari pencatatan volume fluida yang dimasukkan ke tengah
pressuremeter.Tekanan dan perpindahan volume akan dipertahankan selama pengukuran. Adapun
prosedur pekerjaannya, antara lain :
Sebuah lubang tes pressuremmeter disiapkan dengan melakukan pengeboran
lubang, atau dengan membuat beberapa jenis sampel,
Dalam keadaan tertentu, pressuremmeter probe dibawa ke tempat pengujian,
biasanya dalam casing,
Tempatkan inflatable cylindrical probe di lubang predrilled
Perdalam probe ini ketika mengukur perubahan volume dan tekanan di probe.
Probe mengembang dalam kenaikan tekanan yang konstan atau penambahan
volume yang konstan,
Tes diakhiri ketika tanah tidak lagi mengasilkan kenaikan tekanan dan volume
yang proporsional.
44
2.3.6 Pengolahan Data Pressuremeter Test (PMT)
Alat uji pressuremeter memberikan empat pengukuran yang tidak saling bergantung
sebagai berikut :
1) Tegangan luncur (lift off stress) bergantung pada tegangan horisontal total, ho = Po
2) Pada waktu pembebanan awal daerah elastis yang diinterpretasi sesuai dengan
modulus Young ekivalen (EPMT) akan menurun. Siklus penurunan (unload) dan
pembebanan balik (reload) akan mengurangi efek pengaruh gangguan dan memberikan
nilai E yang lebih kaku. Secara tradisional modulus elastis dihitung dengan persamaan
dengan V = Vo+ V adalah volume probe akhir, Vo adalah volume probe awal, P
adalah perubahan tekanan dalam daerah elastis, V adalah perubahan volume yang
terukur, dan
adalah angka Poisson. Prosedur alternatif yang cocok untuk interpretasi langsung
modulus geser (G) diberikan dalam Clark (1995).
3) Daerah plastis berkaitan dengan kuat geser (misal kuat geser tidak terdrainase suPMT
untuk lempung dan lanau atau sudut geser efektif untuk pasir).
4) Tekanan batas (limit pressure) PL (sesuai dengan pengukuran daya dukung) adalah
nilai ekstrapolasi tekanan yang volume probe nya sama dengan dua kali volume awal
(V = 2Vo), berarti analog dengan V = Vo. Beberapa metode grafik disarankan
digunakan untuk menentukan PL dari data uji yang terukur. Salah satu pendekatan
ekstrapolasi umum memberikan grafik tekanan dalam bentuk log-log versus regangan
volumetrik (V/ Vo) dan bila log (V/ Vo) = 0 diperoleh P = PL
45
Gambar 2.20 Contoh Hasil Uji Pressuremeter Tipe Menard
sehingga keempat pengukuran saling berhubungan dengan rumus sederhana ini. Selain
itu, zona tanah yang dipengaruhi pengembangan ini sesuai dengan indeks kekakuan
tanah (IR = G/su). Ukuran daerah yang mengalami plastis akibat kegagalan dinyatakan
dengan rumus
rp = ro Ir ............................................................................ (21)
dengan ro adalah jari-jari probe awal, dan rp adalah jari-jari silinder besar.
46
2.4 Dilatometer Test (DMT)
2.4.1 Definisi Dilatometer Test (DMT)
47
pada sumbu membran akan memantau perpindahan dan meneruskan (relay) pada
bel listrik/galvanometer dari alat ukur baca. Untuk pengujian biasanya
digunakan gas nitrogen sebab kadar airnya rendah, walaupun karbon dioksida
atau udara dapat juga digunakan.
48
Gambar 2.21 Susunan dan Urutan Prosedur Uji Dilatometer pelat datar
Sebelum melakukan metode pengujian, dipastikan terlebih dahulu kondisi alat yang
digunakan. Adapun peralatan yang digunakan dalam uji DMT terdiri dari:
1. Mata pisau nirbaja yang meruncing dengan baji bersudut 180 derajat
2. Mata pisau yang umumnya memiliki ukuran panjang 240 mm, lebar 95 mm dan
tebal 15 mm.
3. Barang bor (drill rod)
4. Batang konus (cone rod)
5. kabel kawat
6. Serta peralatan tambahan seperti tabung gas dan mobil alat.
Berikut ialah gambaran alat yang digunakan pada proses pengujian DMT.
49
Gambar 2.22 A) Mata pisau nirbaja B) Membran baja Fleksibel alat DM
Gambar 2. Peralatan Dilatometer datar, A) Sistem alat ukur tekanan rangkap, B) Alat ukur tekanan
tunggal, C) Sistem data akuisisi dengan komputer
50
Gambar 2.24. A) Tabung gas sumber tekanan dan B) Mobil alat.
Secara sederhana, perlengkapan yang dibutuhkan dalam proses uji DMT selanjutnya
digambarkan dalam diagram skematik alat uji pada gambar 5.
Secara garis besar, jalannya pengujian dengan dilatometer adalah sebagai berikut:
51
1. Lakukan proses kalibrasi pada alat yang akan digunakan sebelum melakukan
pendugaan. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan koreksi kekakuan membran
diudara.
2. Persiapkan alat seperti mobil alat diatas lokasi tanah yang akan diuji.
Gambar 2.26 Persiapan mobil alat diatas lokasi tanah yang akan diuji
52
4. Sambungkan dilatometer kebatang konus
7. Lakukan proses penekanan kebatang konus dengan mesin alat hingga kedalaman
tertentu.
53
Gambar 2.31 Alat dilatometer yang masuk kedalam tanah
54
Akan tetapi untuk lempung lunak dan lanau, prosedur koreksi yang lebih akurat
diberikan dengan persamaan berikut (Schmertmann, 1986).
p0 = 1,05 (A + A zm) 0,05 (B - B zm) ............................ (13)
p1 = B - B zm ................................................ (14)
dengan zm adalah penyeimbang (offset) alat ukur tekanan (pembacaan nol adalah zero
reading). Biasanya untuk alat ukur baru zm = 0. Persamaan (13) dan (14) lebih banyak
digunakan secara umum daripada persamaan sebelumnya (11) dan (12). Sistem
peralatan dilatometer datar diperlihatkan dalam Gambar 15a, 15b dan 15c
Gambar 2.33 Peralatan dilatometer (a), sistem alat ukur tekanan rangkap (b) alat ukur tekanan tunggL
(C), sistem data sirkulasi dengan komputer
Manfaat pembacaan dan evaluasi Dua buah pembacaan DMT (p0 dan p1 ) yang
digunakan untuk memberikan tiga petunjuk yang dapat memberikan informasi
perlapisan, jenis tanah dan evaluasi parameter tanah, adalah
1) indeks material ID = (p1 p0)/(p0 - u0) .......................................... (15)
2) modulus dilatometer ED = 34,7 (p1 p0) .......................................... (16)
3) indeks tegangan horisontal KD = (p0 u0)/vo ............................................ (17)
dengan u0 adalah tekanan air pori hidrostatik dan vo adalah tegangan overburden
vertikal efektif. Untuk klasifikasi perilaku tanah, lapisan tanah diinterpretasikan sebagai
lempung jika ID < 0,6, lanau jika 0,6 < ID < 1,8 dan pasir jika ID > 1,8.
55
Gambar 2.34 Contoh Hasil uji DMT pada tanah residual (CL-ML)
Contoh hasil uji DMT yang dilakukan pada tanah residual diperlihatkan dalam Gambar
2.34, meliputi pencatatan tekanan angkat (p0) dan tekanan pengembangan (p1), indeks
material (ID), modulus dilatometer (ED), dan indeks tegangan horisontal (KD) versus
kedalaman. Tanah lempung pasiran halus dan lanau pasiran dihasilkan dari pelapukan
setempat terhadap batuan dasar schistose dan gneissic.
Berat volume total tanah (T) dapat dievaluasi dari indeks material dan modulus
dilatometer. Untuk penggunaan secara terpisah, dapat digunakan pendekatan berikut ini.
T = 1,12 w (ED/atm)0,1 (ID)-0,05 .................................................. (18)
dengan w adalah berat volume air dan atm adalah tekanan atmosfir. Untuk setiap
lapisan berurutan, dapat dihitung kumulatif tegangan overburden total (vo), karena
diperlukan untuk menentukan tegangan overburden vertikal efektif (vo = vo uo)
dan evaluasi parameter KD.
Modifikasi peralatan dasar uji DMT dapat dilakukan sebagai berikut. 1) pembacaan C
(atau p2) yang sesuai dengan posisi A selama pengempesan membran, 2) pengukuran
gaya batang selama interval uji yang berurutan, 3) pembacaan disipasi versus waktu, 4)
tambahan geofon untuk membantu pengukuran kecepatan gelombang geser ke bawah
56
lubang. Metode interpretasi umum parameter tanah dari uji DMT diuraikan dalam buku
pedoman volume III.
57
2.5 Vane Shear Test (VST)
2.5.1 Definisi Vane Shear Test (VST)
Metode Vane Shear Test (VST) atau uji geser baling adalah salah satu metode yang
digunakan untuk memperkirakan kekuatan geser suatu tanah berkohesi. Metode ini
tidak berlaku untuk pasir, kerikil, atau tanah permeable. Uji Geser baling atau lapangan
baling-baling digunakan untuk mengevaluasi korelasi kekuatan geser undrained (tidak
terdrainase) pada tanah liat kaku dan lumpur pada jarak kedalaman 1 meter atau 3,28
kaki.
Gambar 2.35 Vane Shear Test Equipment dan Prosedur ( setelah Mayne et al . , 2002)
58
2.5.3 Jenis-jenis Vane Shear Test (VST)
Jenis-jenis Vane Shear Test (VST) atau Uji Geser Baling, yaitu:
- Tappered Vane, untuk tipe tapered vane, pada bagian sisi tepi baling-baling
memiliki ukuran sudut 90. Tinggi baling-baling sebaiknya berukuran 2D di
mana D adalah diameter dari baling-baling. Diameter (D) = 7.3 cm, tinggi (H) =
14.5 cm.
- Rectangular Vane, untuk tipe rectangular vane diameter (D) = 9.9 cm, tinggi (H)
= 19.8 cm.
- Tipe Rectangular
Keterangan:
Di mana (Su)fv adalah kuat geser tak terdrainase dari VST, max adalah nilai torsi
maksimum, D adalah diameter baling-baling, H adalah tinggi baling-baling, BT adalah
sudut dari baling-baling bagian atas, dan adalah sudut dari baling-baling bagian
bawah.
59
Gambar 2.36 Tipe tipe Vane Shear Test.
Sumber : Widjaja, Budijanto. 2014. Parameter Reologi Tanah Menggunakan Uji Geser Baling-Baling
untuk Menjelaskan Pergerakan Mudflow. Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan : Bandung.
60
2. Ambil Contoh Tanah
4. Masukan baling pada lubang dengan cara ditekan supaya masuk kedalam tanah pada
dasar lubang bor
61
6. Pasang Alat geser baling
7. Lakukan Pengujian geser baling dengan cara memutar baling dengan kecepatan
pemuntiran 0,1 detik
8. Untuk mendapatkan nilai kuat geser contoh terganggu lakukan pemutaran dengan
cepat minimal 10 putaran
7. Pengujian langkah 1,2,4,5 diulang sampai 3 kali. Ambil harga rata-rata dari ketiga
data tersebut untuk di pakai dalam analisa.
8. Ambil sedikit tanahnya untuk mengetahui kadar air.
62
2.5.6 Perhitungan dari Vane Shear Test (VST)
63
Contoh Soal
64
65
2.6 Dynamic Cone Test(DCT)
2.6.1 Definisi Dynamic Cone Test(DCT)
Pengujian dengan alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP) ini pada dasarnya sama
dengan cone penetrometer (CP) yaitu sama-sama mencari nilai CBR dari suatu
lapisan tanah langsung di lapangan. Hanya saja pada alat Cone Penetrometer
dilengakapi dengan poving ring dan arloji pembacaan, sedangkan pada alat
Dynamic Cone Penetrometer adalah melalui ukuran(satuan) dengan menggunakan
mistar.
66
- DCT dapat rusak bila dilakukan pada lapisan tanah keras secara berulang
ulang atau pembuangan lapisann yang tidak sempurna
- Tidak dapat mengukur kelembaban maupun kepadatan (hanya untuk mengukur
Kekakuan).
67
2.6.6 Perhitungan Dynamic Cone Test (DCT)
Alat ini sangat mudah dibawa, minim gangguan dari tanah dasar, dan
memiliki kemampuan untuk menghasilkan profil kedalaman yang berkelanjutan.
Kedalaman penetrasi
PR = Jumlah Pukulan
Jika anda baru terhadap pengujian DCP, anda mungkin bertanya apakah
nilai PR bisa digunakan untuk menghitung yang lain, parameter geoteknik yang
lebih familiar, dan apakah hasil pengujian DCP berhubungan baik dengan sistem
pengujian yang lain. Telah banyak diteliti dan ditulis tentang subjek ini, dan
jawaban singkatnya adalah iya (Pengujian DCP dapat dengan mudah dan
diulang pengukuran parameter yang sama dengan metode pengujian in-situ dan
pengujian tanah berbasis lab.
68
Log (CBR) = 2,465 1,12 Log (PR)
Secara singkat, DCP adalah alat pengujian yang sangat fleksibel yang
bisa di skalakan dan diubah untuk aplikasi anda, memungkinkan ada untuk
memperoleh fungsi yang sama dengan sistem pengujian yang lain untuk pecahan
terhadap biaya dan pekerja.
69
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Adapun tujuan dari penyelidikan tanah yaitu :
3.1.2 Adapun jenis-jenis pengujian untuk penyelidikan tanah secara langsung yaitu :
70
DAFTAR PUSTAKA
P.J. Hannigan, G.G. Goble, G.E. Likins and F. Rausche. 2006. Design and Construction
of Driven Pile Foundations Volume I. National Highway Institute. Washington,
D.C.
SNI 4153:2008. 2008. Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan SPT. Badan Standarisasi
Nasional.
http://documentslide.com/documents/makalah-kelompok-1-dilatometer-test.html.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2017 pukul 20.18 WITA
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/380/jbptunikompp-gdl-irailraswa-18984-1-bab1-so-
r.pdf. Diakses pada tanggal 22 Februari 2017 pukul 22.38 WITA
http://labmektansipilusu.blogspot.co.id/2011/02/pemeriksaan-kekuatan-tanah-
dengan.html. Diakses pada tanggal 25 Februari 2017 pukul 16.09 WITA
https://ronymedia.wordpress.com/2010/08/15/standard-penetration-test-spt/. Diakses
pada tanggal 15 Februari 2017 pukul 15.15 WITA
71