Anda di halaman 1dari 32

4.

Perhitungan Konstruksi

4.1.1

Kondisi perencanaan
Konstruksi terowongan direncanakan sama mulai dari inlet sampai outlet.

Batasan kondisi yang digunakan dalam perencanaan terowongan adalah :

Kondisi tanah di atas terowongan adalah berupa tanah lepas (bukan berupa
batuan keras / hard rock) yang akan segera runtuh apabila terdapat rongga di
bawahnya, sehingga konstruksi terowongan didesain tidak hanya berfungsi
untuk mengalirkan air dalam terowongan, namun juga harus mampu menahan
beban tanah di atasnya.

Kondisi 1, Kondisi perencanaan normal sebelum terowongan beroperasi


Beban yang bekerja : beban tanah + beban mati + beban hidup + tekanan aktif
horizontal tanah (kondisi normal)

Kondisi 2, Perencanaan khusus (gempa) sebelum terowongan beroperasi


Beban yang bekerja : beban tanah + beban mati + beban hidup + tekanan aktif
horizontal tanah (kondisi gempa)

Kondisi 3, kondisi pada saat pengoperasian sebagai terowongan pengelak


(kondisi aliran bebas)
Beban bekerja : beban tanah + beban mati + beban hidup + tekanan aktif
horizontal tanah + tekanan air ketika belum penuh (separuh
penampang)

Kondisi 4, kondisi pada saat pengoperasian sebagai terowongan pengelak


(kondisi terowongan penuh air)
Beban bekerja : beban tanah + beban mati + beban hidup + tekanan aktif
horizontal tanah + tekanan air kondisi penuh

Kondisi 5, kondisi pada saat pengoperasian sebagai terowongan pengelak


(kondisi terowongan penuh air) ketika terjadi gempa
Beban bekerja : beban tanah + beban mati + beban hidup + tekanan aktif
horizontal tanah (kondisi gempa) + tekanan air kondisi penuh

4.1.2

Struktur Geometri Terowongan Pengelak


Elevasi Bendung Pengelak

Keterangan :

EL. + 122,00

El. puncak bendung

= +122,00

El. dasar terowongan rata-rata = +103,00


Tinggi bukaan tunnel

= 5,5 m

Luas bukaan tunnel

= 26,92 m2

Tebal dinding terowongan

= 0,8 m

12.7

EL. + 109,30
EL. + 108,50
5.5

sat tanah

wet tanah = 1,73 t/m3

concrete

steel = 7,85 t/m3

1 (sudut geser) = 20.8o

Ka =

7.1

= 1,79 t/m3

= 2,4 t/m3

0,4760

EL. + 103,00

EL. + 102,20
Kae =
5.5
Gambar 4.4 Struktur Geometri Terowongan Pengelak

4.1.3

Design section Terowongan Pengelak

2.75
5.5

7.1
2.75

0.8
0.8

5.5

0.8

Gambar 4.5 Design Section Terowongan Pengelak

0,611

4.1.4

Perhitungan pembebanan (design load)


Beban yang bekerja pada terowongan pada beberapa kondisi :

Kondisi I
a.

Beban tanah (Loosen Soil load) = q1


q1 sat hc 1 m

dimana :
sat = Unit Weight of Soil ( t/m3) ketika kondisi jenuh = 1,79 t/m3
Dari data lapangan didapatkan bahwa kondisi tanah masuk dalam klasifikasi
Terzaghi tipe IV (moderately blocky and seamy), sehingga faktor beban tanah
bernilai :
hc = Loosen Soil Height (m)
= 0,35 x (B+Ht)
= 0,35 (5,5+5,5) = 3,85 m
h

= jarak tinggi puncak bendung terhadap puncak terowongan = 12,7 m

karena h > hc, maka yang digunakan hc = 3,85 m


B = lebar terowongan (m)
H = tinggi terowongan (m)
q1 1,79 3,85 1
q1 6,8915 t/m
b.

Beban mati (Dead load) = q2


q2 c t B

dimana :
c = berat isi beton (Unit Weight of Concrete) = 2,4 t/m3
t

= tebal terowongan (m)

B = lebar terowongan per satu meter


q 2 2,4 0,8 1
q 2 1,92 t/m
c.

Beban hidup (Live Load) = q3


Beban hidup (q3) = 1 t/m

d.

Tekanan aktif horizontal tanah di samping terowongan (kondisi normal) = q4


h

= Elevasi puncak bendung pengelak Elevasi tertinggi terowongan


= 122,0 109,3 = 12,7 m

h1 = 12,7 m
h2 = 12,7 + 7,1
= 19,8 m
sat tanah

Ka = 0,4760

= 1,79 t/m3

Kae = 0,611
wet tanah = 1,73 t/m3
3
' sat wet 1,79 1,73 0,06 t/m
Dari data proyek didapatkan Ka dan sat
q1 Ka wet h1 Ka 'h1 water h1 1m

0,4760 1,73 12,7 0,4760 0,06 12,7 1,0 12,7 1


23,5209 t/m

q 2 Ka wet h2 Ka 'h2 water h2 1m

0,4760 1,73 19,8 0,4760 0,06 19,8 1,0 19,8 1


36,67 t/m
Elevasi Bendung Pengelak

EL. + 122,00

h1

h2
EL +109,30

q1

q1

EL +102.2
e.

Reaksi pondasi = q5

q2

q2

Reaksi pondasi (q5) = 6,8915 t/m + 1,92 t/m + 1 t/m = 9,8115 t/m

Kondisi II
Beban tanah (Loosen Soil load) = q1

a.

q1 sat hc 1 m

dimana :
sat = Unit Weight of Soil ( t/m3) ketika kondisi jenuh = 1,79 t/m3
hc = Loosen Soil Height (m)
= 0,35 x (B+Ht)
= 0,35 (5,5+5,5) = 3,85 m
h

= jarak tinggi puncak bendung terhadap puncak terowongan = 12,7 m

karena h > hc, maka yang digunakan hc = 3,85 m


B = lebar terowongan (m)
H = tinggi terowongan (m)
q1 1,79 3,85 1
q1 6,8915 t/m

Beban mati (Dead load) = q2

b.

q2 c t B

dimana :
c = berat isi beton (Unit Weight of Concrete) = 2,4 t/m3
t

= tebal terowongan (m)

B = lebar terowongan per satu meter


q 2 2,4 0,8 1
q 2 1,92 t/m

Beban hidup (Live Load) = q3

c.

Beban hidup (q3) = 1 t/m


Tekanan aktif horizontal tanah di samping terowongan (kondisi gempa) = q4

d.

= Elevasi puncak bendung pengelak Elevasi tertinggi terowongan


= 122,0 109,3 = 12,7 m

h1 = 12,7 m
h2 = 12,7 + 7,1
= 19,8 m

sat tanah

Ka = 0,4760

= 1,79 t/m3

Kae = 0,611
wet tanah = 1,73 t/m3
3
' sat wet 1,79 1,73 0,06 t/m
Dari data proyek didapatkan Ka dan sat
q1 Ka e wet h1 Ka e 'h1 water h1 1m

0,611 1,73 12,7 0,611 0,06 12,7 1,0 12,7 1


26,5 t/m

q 2 Ka e wet h2 Ka e 'h2 water h2 1m

0,611 1,73 19,8 0,611 1,73 19,8 1,0 19,8 1


41,19 t/m
Elevasi Bendung Pengelak

EL. + 122,00

h1

h2
EL +109,30

q1

q1

EL +102,20

e.

Reaksi pondasi = q5

q2

q2

Reaksi pondasi (q5) = 6,8915 t/m + 1,92 t/m + 1 t/m = 9,8115 t/m

Kondisi III
a.

Beban tanah (Loosen Soil load) = q1


q1 sat hc 1 m

dimana :
sat = Unit Weight of Soil ( t/m3) ketika kondisi jenuh = 179 t/m3
hc = Loosen Soil Height (m)
= 0,35 x (B+Ht)
= 0,35 (5,5+5,5) = 3,85 m
h

= jarak tinggi puncak bendung terhadap puncak terowongan = 12,7 m

karena h > hc, maka yang digunakan hc = 3,85 m


B = lebar terowongan (m)
H = tinggi terowongan (m)
q1 1,79 3,85 1
q1 6,8915 t/m
b.

Beban mati (Dead load) = q2


q2 c t B

dimana :
c = berat isi beton (Unit Weight of Concrete) = 2,4 t/m3
t

= tebal terowongan (m)

B = lebar terowongan per satu meter


q 2 2,4 0,8 1
q 2 1,92 t/m
c.

Beban hidup (Live Load) = q3


Beban hidup (q3) = 1 t/m

d.

Tekanan aktif horizontal tanah di samping terowongan (kondisi normal) = q4


h

= Elevasi puncak bendung pengelak Elevasi tertinggi terowongan


= 122,0 109,3 = 12,7 m

h1 = 12,7 m
h2 = 12,7 + 7,1
= 19,8 m
sat tanah

= 1,79 t/m3

Ka = 0,4760

Kae = 0,611
wet tanah = 1,73 t/m3
3
' sat wet 1,79 1,73 0,06 t/m
Dari data proyek didapatkan Ka dan sat
q1 Ka wet h1 Ka 'h1 water h1 1m

0,4760 1,73 12,7 0,4760 0,06 12,7 1,0 12,7 1


23,5209 t/m

q 2 Ka wet h2 Ka 'h2 water h2 1m

0,4760 1,73 19,8 0,4760 0,06 19,8 1,0 19,8 1


36,67 t/m
Elevasi Bendung Pengelak

EL. + 122,00

h1

h2
EL +109,30

q1

q1

EL +102,20

q2
e.

q2

Gaya tekan air internal (kondisi air separuh terowongan)


I water hair

= 1,0 x 2,75 x 1m
= 2,75 t/m
f.

Reaksi pondasi = q5
Reaksi pondasi (q5) = 6,8915 t/m + 1,92 t/m + 1 t/m +2,75 t /m = 12,5615 t/m

Kondisi IV
Beban tanah (Loosen Soil load) = q1

a.

q1 sat hc 1 m

dimana :
sat = Unit Weight of Soil ( t/m3) ketika kondisi jenuh = 179 t/m3
hc = Loosen Soil Height (m)
= 0,35 x (B+Ht)
= 0,35 (5,5+5,5) = 3,85 m
h

= jarak tinggi puncak bendung terhadap puncak terowongan = 12,7 m

karena h > hc, maka yang digunakan hc = 3,85 m


B = lebar terowongan (m)
H = tinggi terowongan (m)
q1 1,79 3,85 1
q1 6,8915 t/m

b .Beban mati (Dead load) = q2


q2 c t B

dimana :
c = berat isi beton (Unit Weight of Concrete) = 2,4 t/m3
t

= tebal terowongan (m)

B = lebar terowongan per satu meter


q 2 2,4 0,8 1
q 2 1,92 t/m
c.

Beban hidup (Live Load) = q3


Beban hidup (q3) = 1 t/m

d.

Tekanan aktif horizontal tanah di samping terowongan (kondisi normal) = q4


h

= Elevasi puncak bendung pengelak Elevasi tertinggi terowongan


= 122,0 109,3 = 12,7 m

h1 = 12,7 m
h2 = 12,7 + 7,1
= 19,8 m
sat tanah

= 1,79 t/m3

Ka = 0,4760

Kae = 0,5646
wet tanah = 1,73 t/m3
3
' sat wet 1,79 1,73 0,06 t/m
Dari data proyek didapatkan Ka dan sat
q1 Ka wet h1 Ka 'h1 water h1 1m

0,4760 1,73 12,7 0,4760 0,06 12,7 1,0 12,7 1


23,5209 t/m

q 2 Ka wet h2 Ka 'h2 water h2 1m

0,4760 1,73 19,8 0,4760 0,06 19,8 1,0 19,8 1


36,67 t/m

Elevasi Bendung Pengelak

EL. + 122,00

h1

h2
EL +109,30

q1

q1

EL +102,20

q2

e.

q2

Gaya tekan air internal (kondisi air memenuhi terowongan)


I water hair

= 1,0 x 5,5 x 1m
= 5,5 t/m
f Reaksi pondasi = q5
Reaksi pondasi (q5) = 6,8915 t/m + 1,92 t/m + 1 t/m +5.5 t /m = 15,3115 t/m

Kondisi V

a Beban tanah (Loosen Soil load) = q1


q1 sat hc 1 m

dimana :
sat = Unit Weight of Soil ( t/m3) ketika kondisi jenuh = 1,79 t/m3
hc = Loosen Soil Height (m)
= 0,35 x (B+Ht)
= 0,35 (5,5+5,5) = 3,85 m
h

= jarak tinggi puncak bendung terhadap puncak terowongan = 12,7 m

karena h > hc, maka yang digunakan hc = 3,85 m


B = lebar terowongan (m)
H = tinggi terowongan (m)
q1 1,79 3,85 1
q1 6,8915 t/m

b. .Beban mati (Dead load) = q2


q2 c t B

dimana :
c = berat isi beton (Unit Weight of Concrete) = 2,4 t/m3
t

= tebal terowongan (m)

B = lebar terowongan per satu meter


q 2 2,4 0,8 1
q 2 1,92 t/m

c. .Beban hidup (Live Load) = q3


Beban hidup (q3) = 1 t/m
d.Tekanan aktif horizontal tanah di samping terowongan (kondisi gempa) = q4
h

= Elevasi puncak bendung pengelak Elevasi tertinggi terowongan


= 122,0 109,3 = 12,7 m

h1 = 12,7 m
h2 = 12,7 + 7,1
= 19,8 m

sat tanah

= 1,79 t/m3

Ka = 0,4760

Kae = 0,611
wet tanah = 1,73 t/m3
3
' sat wet 1,79 1,73 0,06 t/m
Dari data proyek didapatkan Ka dan sat
q1 Ka e wet h1 Ka e 'h1 water h1 1m

0,611 1,73 12,7 0,611 0,06 12,7 1,0 12,7 1


26,5 t/m

q 2 Ka e wet h2 Ka e 'h2 water h2 1m

0,611 1,73 19,8 0,611 1,73 19,8 1,0 19,8 1


41,9 t/m
Elevasi Bendung Pengelak

EL. + 122,00

h1

h2
EL +109,30

q1

q1

EL +102,20

q2

q2

d. Gaya tekan air internal (kondisi air memenuhi terowongan)


I water hair

= 1,0 x 5,5 x 1m
= 5,5 t/m
e Reaksi pondasi = q5
Reaksi pondasi (q5) 6,8915 t/m + 1,92 t/m + 1 t/m +5.5 t /m = 15,3115 t/m

Diagram Pembebanan Terowongan Pengelak


6,8915 t/m Beban Tanah
1,9 t/m

Beban Mati

1,0 t/m

Beban Hidup

23,5209 t/m

23,5209 t/m

Tekanan Tanah

Tekanan Tanah

36,62 t/m

36,63 t/m

9,8115 t/m Reaksi Pondasi

Gambar 4.6 Diagram Pembebanan Pada Kondisi I

6,8915 t/m Beban Tanah

26,5 t/m

1,92 t/m

Beban Mati

1,0 t/m

Beban Hidup
26,5 t/m

Tekanan Tanah

Tekanan Tanah

41,9 t/m

41,9 t/m

9,8115 t/m Reaksi Pondasi

Gambar 4.7 Diagram Pembebanan Pada Kondisi II

4,092 t/m Beban Tanah


1,2 t/m

Beban Mati

1,0 t/m

Beban Hidup

15,787 t/m

15,787 t/m

Tekanan Tanah

22,891 t/m

Tekanan Tanah

1,75 t/m

22,891 t/m

1,75 t/m

8,042 t/m Reaksi Pondasi

Gambar 4.8 Diagram Pembebanan Pada Kondisi III

4,092 t/m Beban Tanah

15,787 t/m

Tekanan Tanah

22,891 t/m

1,2 t/m

Beban Mati

1,0 t/m

Beban Hidup
15,787 t/m

1,75 t/m

3,5 t/m

1,75 t/m

3,5 t/m

9,792 t/m Reaksi Pondasi

Gambar 4.9 Diagram Pembebanan Pada Kondisi IV

Tekanan Tanah

22,891 t/m

4,092 t/m Beban Tanah

18,093 t/m

Tekanan Tanah

26,235 t/m

1,2 t/m

Beban Mati

1,0 t/m

Beban Hidup
18,093 t/m

1,75 t/m

3,5 t/m

1,75 t/m

3,5 t/m

Tekanan Tanah

26,235 t/m

9,792 t/m Reaksi Pondasi

Gambar 4.10 Diagram Pembebanan Pada Kondisi V


Untuk mengantisipasi gaya reaksi dan momen struktur maksimum yang
mungkin terjadi, maka divariasikan pemodelan struktur dengan pembebanan tidak
simetris terhadap konstruksi terowongan, seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.11 Diagram Pembebanan Pada Kondisi VI

Gambar 4.12 Diagram Pembebanan Pada Kondisi VII

Gambar 4.13 Diagram Pembebanan Pada Kondisi VIII

Gambar 4.14 Diagram Pembebanan Pada Kondisi IX

Gambar 4.15 Diagram Pembebanan Pada Kondisi X

4.1.5

Kontrol Stabilitas Konstruksi Terowongan

hc = 0,35 x (B+Ht) = 0,35 (3,5+3,5) = 2,45 m


h = jarak tinggi puncak bendung terhadap puncak terowongan = 10 m
karena h > hc, maka yang digunakan hc = 2,45 m
Gaya pembebanan terowongan untuk menghitung daya dukung tanah / batuan
W1 = berat tanah / batuan yang membebani dinding terowongan bagian atas
= sat tanah x hc x b x 1
= 1,67 x 2,45 x 4,5 x 1
= 18,412 t
W2 = berat sendiri konstruksi
= c x Ac x 1
= 2,4 x (18,08 10,938) x 1
= 17,143 t
W3 = berat air kondisi penuh
= w x Aw x 1
= 1 x 10,938 x 1
= 10,938 t
4.1.5.1 Perhitungan Stabilitas Terowongan Pada Kondisi Kosong
Gaya yang terjadi adalah akibat berat tanah / batuan yang membebani dinding
terowongan bagian atas dan berat sendiri konstruksi, yang besarnya adalah :
W = W1 + W2
= 18,412 + 17,143
= 35,555 t
Tegangan tanah yang terjadi adalah :

35,555
4,5 1

= 7,901 t/m2 = 0,7901 kg/cm2

<

= 8 kg/cm2 (tabel 2.5)

dari perhitungan di atas, diperoleh bahwa tegangan tanah ketika memikul beban pada
kondisi kosong masih lebih kecil dari tegangan ijin tanah, sehingga konstruksi masih
aman.

4.1.5.2 Perhitungan Stabilitas Terowongan Pada Kondisi Penuh


Gaya yang terjadi adalah akibat berat tanah / batuan yang membebani dinding
terowongan bagian atas, berat air, dan berat sendiri konstruksi, yang besarnya adalah :
W = W1 + W2 + W3
= 18,412 + 17,143 + 10,938
= 46,493 t
Tegangan tanah yang terjadi adalah :

46,493
4,5 1

= 10,332 t/m2 = 1,033 kg/cm2

<

= 8 kg/cm2 (tabel 2.5)

dari perhitungan di atas, diperoleh bahwa tegangan tanah ketika memikul beban pada
kondisi penuh masih lebih kecil dari tegangan ijin tanah, sehingga konstruksi masih
aman.

4.1.6

Hasil perhitungan StaadPro 2004


Tabel 4.7 Tabel Ringkasan Maksimum dan Minimum Gaya Geser, Gaya Normal dan Momen Terowongan Pengelak
(Kondisi Beban Simetris Kondisi I s/d Kondisi V)
Plate Centre Stress Summary
Geser

Aksial

Momen

STRESS

Plate

L/C

Qx
(kN/m2)

Qy
(kN/m2)

Fx
(kN/m2)

Fy
(kN/m2)

Fxy
(kN/m2)

Mx
(kNm/m)

My
(kNm/m)

Mxy
(kNm/m)

Max Qx
Min Qx
Max Qy
Min Qy
Max Sx
Min Sx
Max Sy
Min Sy
Max Sxy
Min Sxy
Max Mx
Min Mx
Max My
Min My
Max Mxy
Min Mxy

1
10
6
4
12
6
2
1
12
9
6
12
2
1
7
4

2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
5:KONDISI 5
2:KONDISI 2
3:KONDISI 3
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2

9.360
-9.328
-1.485
4.608
-0.101
-1.485
8.611
9.360
-0.101
-7.590
-1.485
-0.101
8.611
9.360
-4.427
4.608

0.000
0.000
60.009
-44.152
-0.000
60.009
-0.001
0.000
-0.000
-0.001
60.009
-0.000
-0.001
0.000
-44.142
-44.152

-1.688
-1.888
-10.240
-9.043
8.562
-10.240
-4.539
-1.688
8.562
-4.167
-10.240
8.184
-4.539
-1.688
-9.135
-9.043

-4.6E 3
-4.58E 3
8.230
-778.211
-0.455
8.230
10.7E 3
-4.6E 3
-0.455
10.1E 3
8.230
-0.212
10.7E 3
-4.6E 3
-776.689
-778.211

-0.000
-0.000
-0.000
-0.000
0.000
-0.000
-0.000
-0.000
0.000
-0.000
-0.000
0.000
-0.000
-0.000
-0.000
-0.000

9.07E 3
9.24E 3
16.1E 3
15.3E 3
14.233
16.1E 3
11.5E 3
9.07E 3
14.233
10.4E 3
16.1E 3
0.898
11.5E 3
9.07E 3
15.3E 3
15.3E 3

-9.67E 3
-9.34E 3
55.5E 3
50.6E 3
694.416
55.5E 3
167E 3
-9.67E 3
694.416
155E 3
55.5E 3
688.959
167E 3
-9.67E 3
50.6E 3
50.6E 3

-0.014
0.024
8.21E 3
-12.2E 3
-0.049
8.21E 3
-0.133
-0.014
-0.049
0.124
8.21E 3
-0.043
-0.133
-0.014
12.2E 3
-12.2E 3

Tabel 4.8 Tabel Ringkasan Maksimum dan Minimum Gaya Geser, Gaya Normal dan Momen Terowongan Pengelak

(Kondisi Beban Tidak Simetris Kondisi VI s/d Kondisi X)


Plate Centre Stress Summary
Geser

Aksial

Momen

STRESS

Plate

L/C

Qx
(kN/m2)

Qy
(kN/m2)

Fx
(kN/m2)

Fy
(kN/m2)

Fxy
(kN/m2)

Mx
(kNm/m)

My
(kNm/m)

Mxy
(kNm/m)

Max Qx
Min Qx
Max Qy
Min Qy
Max Sx
Min Sx
Max Sy
Min Sy
Max Sxy
Min Sxy
Max Mx
Min Mx
Max My
Min My
Max Mxy
Min Mxy

13
10
6
7
12
5
9
1
1
12
5
12
9
1
7
4

2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
5:KONDISI 5
5:KONDISI 5
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
5:KONDISI 5
4:KONDISI 4
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
2:KONDISI 2
5:KONDISI 5
2:KONDISI 2

8.247
-7.286
-1.829
-3.890
-0.332
0.548
-6.933
7.986
7.429
-0.264
0.548
-0.332
-6.933
7.986
-3.890
3.014

0.000
0.000
33.318
-23.976
-0.000
28.492
-0.001
0.000
0.000
-0.000
28.492
-0.000
-0.001
0.000
-23.976
-22.187

-1.056
-0.735
-7.385
-6.311
8.247
-8.263
-2.993
-2.299
-2.169
7.319
-8.263
8.247
-2.993
-2.299
-6.311
-7.720

-2.18E 3
-3.36E 3
1.93E 3
1.54E 3
2.406
322.917
10.2E 3
-5.4E 3
-5.01E 3
2.095
322.917
2.406
10.2E 3
-5.4E 3
1.54E 3
-806.183

0.001
0.001
0.002
0.002
0.000
0.001
0.001
0.001
0.002
0.000
0.001
0.000
0.001
0.001
0.002
0.001

2.89E 3
6.8E 3
11.8E 3
11E 3
-425.585
12.9E 3
8.75E 3
7.59E 3
7.07E 3
-363.187
12.9E 3
-425.585
8.75E 3
7.59E 3
11E 3
12.4E 3

1.08E 3
-8.07E 3
55.3E 3
50.3E 3
-1.68E 3
43E 3
146E 3
-9.44E 3
-8.84E 3
-1.33E 3
43E 3
-1.68E 3
146E 3
-9.44E 3
50.3E 3
39.1E 3

-0.044
0.019
4.56E 3
6.83E 3
-0.020
-3.9E 3
0.063
-0.004
-0.003
-0.017
-3.9E 3
-0.020
0.063
-0.004
6.83E 3
-5.61E 3

4.2

Penulangan Konstruksi Terowongan


Dalam perhitungan penulangan konstruksi terowongan ini, digunakan pedoman

standar perencanaan beton bertulang Indonesia (SNI03-2847-2002). Perhitungan ditinjau


berdasarkan momen yang terjadi, yaitu pada momen maksimum.
Beberapa parameter yang digunakan dalam perencanaan penulangan konstruksi
terowongan adalah sebagai berikut :
a. Data Terowongan
Bentang Terowongan (b)

= 1 m = 1000 mm

Tebal dinding Terowongan (h) = 500 mm


Tebal selimut beton (d)

= 100 mm

b. Modulus Elastisitas dan Rasio Poisson


Poisson Ratio Beton, C

= 0.3

Modulus Elastisitas Beton, Ec = 4700 fc


= 4700 17.5 MPa
= 19661.51 Mpa = 196615.1 kg/cm2
Poisson Ratio Baja, S

= 0.25

Modulus Elastisitas Baja, Es

= 2.1 .106 kg/cm2

c. Tegangan Izin Beton


Mutu beton fc

= 17,5 MPa= 175 kg/cm2

Tegangan tekan leleh beton

= 175 kg/cm2

Tegangan geser leleh beton

= 1/6 fc = 0.6972 Mpa


= 6.972 kg/cm2

Tegangan torsi leleh beton

= 1/24 fc = 0.1743 Mpa


= 1.743 kg/cm2

d. Tegangan Izin Baja


Mutu baja fy (deform/ulir)

= 400 Mpa = 4000 kg/cm2

Mutu baja fy (polos)

= 240 Mpa = 2400 kg/cm2

Tegangan leleh baja polos

= 2400 kg/cm2

Tegangan ijin tarik baja

= 0.667 fy = 0.667 . 240 Mpa

= 160 Mpa = 1600 kg/cm2


= 1600 kg/cm2

Tegangan ijin tekan baja


4.2.1

Penulangan Terowongan Pengelak Kondisi Beban Simetris


Pelat/cangkang yang menerima aksial dan lentur didesain menggunakan desain analogi

kolom.
Penulangan Arah Vertikal Terowongan
Dari hasil perhitungan StaadPro diperoleh gaya aksial dan momen yang terjadi untuk semua
kondisi pembebanan :
Mu = My max. = 1,67.105 KNm = 1,67.107 kgm
Pu = Fx max. =

10,24 KN

= 1024 kg

fc = 17,5 MPa

b = 453000 mm

fy = 400 MPa

h = 500 mm

d = 100 mm
d = h d = 500 100 = 400 mm
Berdasarkan SNI03-2847-2002 luas tulangan longitudinal komponen struktur tekan nonkomposit tidak boleh kurang 1% atau lebih dari 8% kali luas bruto penampang.
Digunakan = 0,02, maka:
Ast = .b.h = 0,02.453000.500 = 4530000 mm2
Direncana memakai tulangan D 22, maka jumlah tulangan :
n=

4530000 mm 2
= 11704 11704-D22
387.1 mm 2

Digunakan tulangan 2 sisi, sehingga :


Tulangan tarik

= 5852 - D22 (2265309 mm2 )

Tulangan tekan

= 5852 - D22 (2265309 mm2 )

Cek Keadaan Seimbang


600d

600.400

Cb

= 600 fy 600 400 = 240

ab

= 0,85 . Cb = 0,85. 240 = 204 mm

Cb d '
240 100
. s
0,003 0,00175
Cb
240

fy
400

0,0019
Es 210000

Karena s y maka tulangan baja tekan belum meleleh, sehingga


fs s . Es = 0,00175 x 210000 = 367,5 MPa

Pu b

= 0,85. fc . ab . b
= 0,85 . 17,5 . 20,4. 45300
= 13746285 kg > Pu =1024 kg

Maka : kolom hancur diawali dengan lelehnya tulangan


Cek Momen Kapasitas Kolom

As = As y 1 h 25cm 250mm

c
600
600

c
.d
d 600 fy
600 fy

600
.400 240 cm
600 400

a = . c = 0,85 . 240 = 204 cm

T = As . fy = 2265309 . 400 = 90612368 kg

Cs = As . fy = 2265309. 400 = 90612368 kg

Cc = 0,85 fc . b . a = 0,85 . 17,5 . 453000 . 204 = 137462850 kg

Mn = Cs (d-d) + Cc (d a/2) T (d -

= 2265154400 (400 - 100) + 1374628500 (400204/2)


2265154400(400250)
= 5,455.1011 MPa
= 5455578,5 kg m
b.Mn = 0,85 x 54555785 = 4637241,683 kgm

Cek Penampang Kolom


e

Mu 1,67.10 7

16308,59375 m
Pu
1024

fy
400

26,89
0,85. f ' c
0,85.17,5

h
500

e' e d 16308593,75 400


16309243,75 mm
2
2

e'
16309243,7
1
40772,11
d
400

d'
100
1
0,75
d
400

= 0,05
Pn = Cs + Cc T
= 90612368 + 137462850 90612368
= 137462850 kg
Pn = 0,65 x 137462850 = 89350852,5 kg > Pu = 1024 kg

( penulangan tarik yang menentukan )


Kontrol :

eb

Mn 5455578,5

0,0396 m
Pn 137462850

Karena diperoleh hasil perhitungan Pn > Pu dan eb < e, maka digunakan persamaan
berdasarkan tarik :

e'
Pn 0,85. f ' c.b.d 1
d

0,85.17,5.453000.400

e'

d'

2.m. 1

d

40772,11

40772,11 2

2.26,89.0,02 0,75

= 26665,28 N
= 2666,528 kg
Pn = 0,65 x 2666,528 = 1733,24 kg > Pu = 1024 kg ..... OK !!!

Karena kontrol Pn > Pu, maka dinyatakan memenuhi dan penulangan tersebut dapat
digunakan. Penulangan yang digunakan :
Kebutuhan Jumlah Tulangan Geser per meter =

5852
= 13 buah
453

maka digunakan D22-80


Penulangan Arah Horizotal Terowongan
Penulangan arah horizontal terowongan diperhitungkan untuk menahan gaya geser yang
terjadi, komponen penahan gaya geser disumbangkan oleh dua bagian, yaitu berasal dari
tulangan geser dan juga beton itu sendiri. Dalam kasus ini, diasumsikan beton tidak memberi
kontribusi dalam menahan geser, sehingga gaya geser yang terjadi murni ditahan oleh tulangan

geser. Berikut ini perhitungan penulangan geser konstruksi terowongan. Dari hasil perhitungan
StaadPro diperoleh :
Vu max. = Fy max. = 1,07.104 KN = 10700000 N
s = jarak antar tulangan geser
Diambil section plat yang direncana gesernya, maka d = 453000 mm dan b = 500 mm
Perhitungan Kapasitas Geser yang Tersedia

(Vs + Vc) = Vu

(Vs + 0)

Vs =

Vu

= Vu
10700000
= 14266666,67
0,75

Vs s

As = fy d
As =

14266666,67 200
400 453000

As = 15,747 mm2
Digunakan tulangan geser 2D10-200 (357 mm2)

4.2.2

Penulangan Terowongan Pengelak Kondisi Beban Tidak Simetris


Pelat/cangkang yang menerima aksial dan lentur didesain menggunakan desain analogi

kolom.
Penulangan Arah Vertikal Terowongan
Dari hasil perhitungan StaadPro diperoleh gaya aksial dan momen yang terjadi untuk semua
kondisi pembebanan :
Mu = My max. = 1,46.105 KNm = 1,46.107 kgm
Pu = Fx max. =

8,26 KN

= 826 kg

fc = 17,5 MPa

b = 453000 mm

fy = 400 MPa

h = 500 mm

d = 100 mm
d = h d = 500 100 = 400 mm
Berdasarkan SNI03-2847-2002 luas tulangan longitudinal komponen struktur tekan nonkomposit tidak boleh kurang 1% atau lebih dari 8% kali luas bruto penampang.
Digunakan = 0,02, maka:
Ast = .b.h = 0,02.453000.500 = 4530000 mm2
Direncana memakai tulangan D 22, maka jumlah tulangan :
n=

4530000 mm 2
= 11704 11704-D22
387.1 mm 2

Digunakan tulangan 2 sisi, sehingga :


Tulangan tarik

= 5852 - D22 (2265309 mm2 )

Tulangan tekan

= 5852 - D22 (2265309 mm2 )

Cek Keadaan Seimbang


600d

600.400

Cb

= 600 fy 600 400 = 240

ab

= 0,85 . Cb = 0,85. 240 = 204 mm

Cb d '
240 100
. s
0,003 0,00175
Cb
240

fy
400

0,0019
Es 210000

Karena s y maka tulangan baja tekan belum meleleh, sehingga


fs s . Es = 0,00175 x 210000 = 367,5 MPa

Pu b

= 0,85. fc . ab . b
= 0,85 . 17,5 . 20,4. 45300
= 13746285 kg > Pu = 826 kg

Maka : kolom hancur diawali dengan lelehnya tulangan


Cek Momen Kapasitas Kolom

As = As y 1 h 25cm 250mm

c
600
600

c
.d
d 600 fy
600 fy

600
.400 240 cm
600 400

a = . c = 0,85 . 240 = 204 cm

T = As . fy = 2265309 . 400 = 90612368 kg

Cs = As . fy = 2265309. 400 = 90612368 kg

Cc = 0,85 fc . b . a = 0,85 . 17,5 . 453000 . 204 = 137462850 kg

Mn = Cs (d-d) + Cc (d a/2) T (d -

= 2265154400 (400 - 100) + 1374628500 (400204/2)


2265154400(400250)
= 5,455.1011 MPa
= 5455578,5 kg m
b.Mn = 0,85 x 54555785 = 4637241,683 kgm

Cek Penampang Kolom


e

Mu 1,46.10 7

17675,545 m
Pu
826

fy
400

26,89
0,85. f ' c
0,85.17,5

h
500

e' e d 17675,545 400


17676194,79 mm
2
2

e'
17676194,79
1
44189,487
d
400

d'
100
1
0,75
d
400

= 0,05
Pn = Cs + Cc T
= 90612368 + 137462850 90612368
= 137462850 kg
Pn = 0,65 x 137462850 = 89350852,5 kg > Pu = 826 kg

( penulangan tarik yang menentukan )


Kontrol :

eb

Mn 5455578,5

0,0396 m
Pn 137462850

Karena diperoleh hasil perhitungan Pn > Pu dan eb < e, maka digunakan persamaan
berdasarkan tarik :

e'
Pn 0,85. f ' c.b.d 1
d

0,85.17,5.453000.400

e'

d'

2.m. 1

d

44189,49

44189,49 2

2.26,89.0,02 0,75

= 24603,14 N
= 2460,314 kg
Pn = 0,65 x 2460,314 = 1599,204 kg > Pu = 826 kg ..... OK !!!

Karena kontrol Pn > Pu, maka dinyatakan memenuhi dan penulangan tersebut dapat
digunakan. Penulangan yang digunakan :
Kebutuhan Jumlah Tulangan Geser per meter =

5852
= 13 buah
453

maka digunakan D22-80


Penulangan Arah Horizotal Terowongan
Penulangan arah horizontal terowongan diperhitungkan untuk menahan gaya geser yang
terjadi, komponen penahan gaya geser disumbangkan oleh dua bagian, yaitu berasal dari
tulangan geser dan juga beton itu sendiri. Dalam kasus ini, diasumsikan beton tidak memberi
kontribusi dalam menahan geser, sehingga gaya geser yang terjadi murni ditahan oleh tulangan
geser. Berikut ini perhitungan penulangan geser konstruksi terowongan. Dari hasil perhitungan
StaadPro diperoleh :

Vu max. = Fy max. = 1,02.104 KN = 10200000 N


s = jarak antar tulangan geser
Diambil section plat yang direncana gesernya, maka d = 453000 mm dan b = 500 mm
Perhitungan Kapasitas Geser yang Tersedia

(Vs + Vc) = Vu

(Vs + 0)

Vs =

Vu

= Vu
10200000
= 13600000
0,75

Vs s

As = fy d
As =

13600000 200
400 453000

As = 15,011 mm2
Digunakan tulangan geser 2-D10 (713 mm2)

4.2.3

Gambar Penulangan Terowongan Pengelak


Setelah dilakukan perhitungan penulangan maka didapatkan dimensi dan jarak tulangan

yang akan dipasang dalam konstruksi terowongan, berikut ini disajikan gambar penulangan
terowongan pengelak berbentuk tapal kuda.
D22 - 100

0.5

D10 - 200
3.5

D10 - 200

D22 - 100
LANTAI KERJA
0.5

4.5

Gambar 4.16 Gambar Penulangan Terowongan Pengelak

Anda mungkin juga menyukai