Anda di halaman 1dari 14

3.

2 UJI TRIAXIAL
3.2.1 Teori
Uji Triaksial adalah suatu uji yang menghasilkan
parameter – parameter tegangan geser dan data tegangan
regangan yang terbaik. Pada uji ini umumnya dipakai sebuah
sampel tanah yang telah ditutup dengan membran karet yang
tipis dan diletakkan di dalam sebuah bejana silinder dari
bahan plastik (atau juga gelas) yang kemudian bejana
tersebut diisi dengan air.
Ada 3 tipe standar dari uji triaxial yang biasanya
dilakukan :
1) Uji air teralirkan terkonsolidasi (Consolidated – Undrained
Test).
2) Uji air termampatkan terkonsolidasi (Consolidated –
Drained Test).
3) Uji air tak termampatkan tak terkonsolidasi
(Unconsolidated – Undrained Test).

Pada Triaxial CU dan CD yang mengacu pada standar


pengujian ASTM D4767 dan ASTM D7181, sampel uji yang
digunakan harus melalui tiga tahap pengujian yaitu :
1) Tahap Penjenuhan (Saturation Stage)
2) Tahap Konsolidasi (Consolidation Stage)
3) Tahap Penggeseran (Shear Stage)

Perbedaan CU dan CD itu sendiri terletak pada kondisi


penggeseran nya, yaitu geser Undrained pada CU dan geser
Drained pada CD. Kemudian untuk Triaxial UU yang mengacu
pada standar pengujian ASTM D2850, sampel uji yang
digunakan hanya melalui tahap penggeseran saja (Shear
Stage) pada kondisi Undrained tanpa melalui tahap

19
20

konsolidasi (Consolidation Stage), sehingga diberi nama


Unconsolidated Undrained.

3.2.2 Maksud dan Tujuan


Maksud percobaan adalah untuk menentukan parameter
geser tanah dengan alat triaxial pada kondisi “Unconsolidated
– Undrained” tanpa pengukuran tekanan pori.

3.2.3 Ruang Lingkup


Uji triaksial untuk memperoleh parameter – parameter
kekuatan geser (sudut geser dalam dan kohesi) dan modulus
elastisitas (Modulus Young) pada kondisi tidak terkonsolidasi
dan tidak terdrainase. Parameter tersebut dapat dipergunakan
untuk menghitung regangan vertikal dan tegangan deviator
tanah dan bagian dari desain pondasi.

3.2.4 Alat dan Bahan


Alat :
1) Sel triaxial dengan dinding transparan dan
perlengkapannya.
2) Alat untuk memberikan tekanan yang konstan pada cairan
dalam sel dengan ketelitian 0,1 atau 0,05 – 7,5 mm/menit.
3) Alat kompresi untuk menekan benda secara axial, dengan
kecepatan yang dapat diatur antara 0,05 – 7,5 mm/menit.
4) Arloji ukur untuk mengukur pemendekan axial benda uji.
5) Membran karet yang sesuai dengan benda uji, alat
peregang membran dan gelang karet pengikat.
6) Cetakan tanah, gergaji, alat bubut tanah dan sebagainya.
7) Alat – alat pemeriksa kadar air tanah.
21

Benda uji :
1) Benda uji yang perlu disediakan sekurang – kurangnya 3
buah. Benda uji berupa silinder tanah dengan
perbandingan antara tinggi diameter yaitu 2 : 1 dan 3 : 1.
2) Diameter minimum benda uji adalah 3,3 cm.
3) Apabila diameter benda uji < 7,10 cm, butir tanah terbesar
yang diijinkan ada dalam benda uji adalah 1/10 kali
diameter benda uji, sedangkan bila diameter benda uji >
7,10 cm butir tanah terbesar yang diijinkan adalah 1/6
diameter benda uji.

3.2.5 Prosedur Pengujian


3.2.5.1 Persiapan Pengujian
Lakukan persiapan uji tekan triaksial dengan
tahapan sebagai berikut :
1) Tempatkan bagian dasar sel pada dudukan sel
dari alat pembeban.
2) Bersihkan permukaan bantalan pelat bagian atas
dan bagian bawah.
3) Bersihkan benda uji dan tempatkan benda uji
pada pelat bawah.
4) Tempatkan pelat atas pada benda uji dan atur
serta luruskan sebaik – baiknya.
5) Bungkus benda uji dan plat – platnya dengan
membran karet dan ikat membran dengan karet
gelang pada plat bagian bawah agar oli sel tidak
dapat merembes masuk ke benda uji.
6) Pasang benda uji di dalam silinder sel dan pasang
karet gelang yang cocok di sekeliling bagian dasar
sel agar tidak terjadi bocoran.
7) Hubungkan kabel atau pipa tekanan hidraulik.
22

8) Pasang dan atur alat ukur deformasi dan isi sel


dengan oli.

3.2.5.2 Persiapan Koreksi Peralatan


Lakukan koreksi deformasi peralatan dengan
tahapan sebagai berikut :
1) Masukkan silinder baja yang bersifat elastis ke
dalam peralatan.
2) Amati perbedaan deformasi antara yang
terpasang dan pada alat pembeban.
3) Kurangi deformasi total pada setiap pembebanan
dengan deformasi alat, untuk mendapatkan
deformasi benda uji.
4) Hitung regangan aksial benda uji.

3.2.5.3 Pengujian
Lakukan pengujian tekan triaksial pada batu
dengan tahapan sebagai berikut :
1) Beri beban kecil kira – kira 110 N pada sel triaksial
tekan dengan menggunakan alat pembeban untuk
mengatur posisi bagian-bagian bantalan
peralatan;
2) Catat pembacaan awal pada alat ukur deformasi;
apabila deformasi total dicatat selama pengujian,
harus dibuat koreksi deformasi peralatan yang
tepat seperti yang diuraikan pada subbab 5.2 di
atas;
3) Tingkatkan tekanan oli lateral perlahan-lahan
hingga batas uji yang ditentukan semula, dan
secara bersamaan beri beban aksial secukupnya
23

untuk menghindari penyimpangan alat ukur


deformasi terhadap hasil pembacaan awal;
4) Apabila batas uji tekanan oli yang ditentukan
semula tercapai, baca dan catat beban aksial
pada alat pembeban;
5) Gunakan beban ini sebagai beban nol atau
sebagai beban awal untuk pengujian;
6) Beri beban aksial secara menerus tidak secara
tiba-tiba hingga beban konstan atau berkurang
atau besar regangan yang ditentukan semula
tercapai;
7) Beri beban dengan cara menjaga kecepatan
regangan tetap konstan pada waktu pengujian;
8) Jaga tekanan keliling yang ditentukan semula
agar tetap konstan pada waktu pengujian, dan
baca serta catat hasil pengukuran deformasi yang
diinginkan;
9) Lakukan minimum 3 kali pengujian triaksial tekan
untuk mendapatkan tekanan keliling yang berbeda
pada benda uji yang sama.

3.2.6 Perhitungan
1) Hitung Regangan Axial untuk setiap beban yang di baca,
yaitu :

∆L
ε=
Lo

Dimana :
ΔL = perpendekan benda uji yang terbaca pada arloji
ukur.
Lo = panjang/ tinggi benda uji semula
24

2) Hitunglah luas rata – rata penampang tanah (A) pada


setiap beban, yaitu :

Ao
A '=
(1−ε)

Dimana:
Ao = luas penampang benda uji
3) Hitung tegangan deviator pada setiap beban (σ1 – σ3)
yaitu :

P
(σ 1 – σ 3)=
A'
Dimana:
P = beban yang bekera
4) Gambarkan hubungan antara tegangan deviator dan
regangan, dengan tegangan deviator sebagai ordinat dan
regangan sebagai absis. Cari dari grafik ini tegangan
deviator dan regangan yang memecahkan benda uji, yaitu
tegangan deviator pada regangan 20%, dimana yang lebih
dahulu terjadi pada penerksaan.
5) A. Hitunglah tegangan utama mayor dan minor pada saat
pecah, yaitu :
Tegangan utama minor : σ3 = tekanan sel

P
Tegangan utama mayor :σ 1= +σ 3
A
B. Gambarkan lingkaran Mohr dari tegangan pada saat
pecah pada salib sumbu dengan tegangan geser
sebagai ordinat dan tegangan normal sebagai absis,
sebagai berikut :
25

Buatlah setengah lingkaran dengan pusatnya terletak

pada sumbu tegangan normal dengan absis = ( σ 1+σ2 3 )


dan jari – jari = ( σ 1−σ
2
3
).
6) Gambarkan lingkaran – lingkaran mohr dengan cara yang
sama bagi benda – benda uji lainya yang telah diperiksa.
7) Gambarkan garis singgung persekutuan yang meyinggung
lingkaran Mohr. Garis ini disebut garis selubung (Strength
envelope atau Failure envelope). Perpotongan selubung
dengan sumbu vertikal (sumbu tegangan geser)
nerupakan nilai kohesi semu (Cu) dan sudut garis
selubung dengan sumbu mendatar adalah sudut geser
intern semu (θu).
8) Untuk mendapatkan nilai Cu dan u dapat pula di peroleh

dengan menggunakan grafik ordinat ( σ 1−σ


2
3
) dan absis

( σ 1+σ2 3 ). Data pemeriksaan pada masing – masing

benda uji memberikan satu titik pada grafik ini . Tarik garis
lurus penghubung terbaik pada titik – titik tersebut. Apabila
garis ini nemotong sunbu vertikal pada jarak b (dari 0,0)
dan membentuk sudut dengan sunbu mendatar, maka
nilai Cu dan θu dapat di hitung dari hubungan di bawah ini
:
Sin θu = tan α
Cu = b/ cos θu

3.2.7 Contoh Perhitungan


Diketahui :
26

σ1, σ2, σ3 = (0,5) , (1) , (2)


A = ΔL x 10-3 = 50 x 10-3
Tinggi (L0) = 6,75
Luas (A0) = 64,203
Pemb. Dial (σ1, σ2, σ3) = (4) , (14) , (11)

Perhitungan :
1) Regangan Axial
∆L
ε=
Lo
50 x 10−3
ε=
6,75
ε =0,0074

2) Luas rata – rata penampang tanah


Ao
A=
(1−ε)
64,203
A=
(1−0,0074)
A=64,682
3) Tegangan Deviator
P
∆ σ=
A'
 σ1 = 0,5
4
∆ σ 1=
64,682
∆ σ 1=0,062

 σ2 = 1
14
∆ σ 2=
64,682
∆ σ 2=0,216
27

 σ3 = 2
11
∆ σ 3=
64,682
∆ σ 3=0,170
28

UJI TRIAXIAL

Tabel 3.2 Data hasil praktikum Uji Tiaxial


PERCOBAAN TRIAXIAL (TRIAXIAL TEST)
Pada Kondisi "UNCONSOLIDATED - UNDRAINED"
Proyek : Praktikum Kalibrasi : 0.08
No. Contoh : 1, 2, 3 Diameter : 3.48
Kedalaman :- Tinggi (H0/L0) : 6.75
Tanggal : Luas (A0) : 64.203
Tekanan Sel σ = 0.5 σ=1 σ=2
B. Tanah Basah (W0) 92.84 93.2 93.62
B. Tanah Kering (W3) 47.83 50.09 48.42
Kadar Air (W) 94.1 86.07 93.35
Pemb. B. T. Pemb. T. Pemb. T.
A = ∆L A= B. Piston A= B. Piston A=
ε = ∆L/L0 Dial Piston Deviator Dial Deviator Dial Deviator
A0/1-ε A0/1-ε A0/1-ε
(x10^-3) (kN) (kg) ∆σ = P/A (kN) (kg) ∆σ = P/A (kN) (kg) ∆σ = P/A
0 0.000 0 0.000 64.203 0.000 0 0.000 64.203 0.000 0 0.000 64.203 0.000
25 0.004 3 0.240 64.442 0.047 12 0.960 64.442 0.186 9 0.720 64.442 0.140
50 0.007 4 0.320 64.682 0.062 14 1.120 64.682 0.216 11 0.880 64.682 0.170
75 0.011 5 0.400 64.924 0.077 15 1.200 64.924 0.231 12 0.960 64.924 0.185
100 0.015 5 0.400 65.168 0.077 16 1.280 65.168 0.246 14 1.120 65.168 0.215
150 0.022 8 0.640 65.662 0.122 18 1.440 65.662 0.274 16 1.280 65.662 0.244
200 0.030 9 0.720 66.163 0.136 19 1.520 66.163 0.287 18 1.440 66.163 0.272
250 0.037 9 0.720 66.672 0.135 20 1.600 66.672 0.300 19 1.520 66.672 0.285
300 0.044 10 0.800 67.189 0.149 20 1.600 67.189 0.298 21 1.680 67.189 0.313
350 0.052 11 0.880 67.714 0.162 20 1.600 67.714 0.295 22 1.760 67.714 0.325
400 0.059 12 0.960 68.247 0.176         23 1.840 68.247 0.337
450 0.067 12 0.960 68.789 0.174         24 1.920 68.789 0.349
500 0.074 13 1.040 69.339 0.187         25 2.000 69.339 0.361
550 0.081                 26 2.080 64.898 0.372
600 0.089                 27 2.160 70.467 0.383
29

Hubungan Regangan dengan Tegangan Deviator


0.400

0.350

0.300

0.250
Teg. Deviator (kg/cm2)

σ = 0.5
0.200 σ=1
σ=2

0.150

0.100

0.050

0.000
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070 0.080

Regangan (%)

Grafik 3.2 Hubungan antara Regangan dengan Tegangan Deviator


30

Table 3.3 Perhitungan Lingkaran Mohr

σ3 P/A σ1 X Y
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
0.5 0.187 0.687 0.594 0.094
1 0.300 1.300 1.150 0.150
2 0.383 2.383 2.192 0.192

Grafik Diagram Mohr


0.500
0.450
0.400 σ = 0.5 σ = 1.0 σ = 2.0
0.350
0.300
σ1 - σ3

0.250
0.200
0.150 2,5
2

0.100
0.050 °
0.000
0.000 0.250 0.500 0.750 1.000 1.250 1.500 1.750 2.000 2.250 2.500 2.750
σ1 + σ3
2

Grafik 3.3 Grafik Diagram Mohr


31

3.2.8 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1) Pada diagram Mohr garis singgung persekutuan disebut
garis selubung.
2) Perpotongan garis selubung dengan sumbu vertikal
(sumbu tegang geser) merupakan nilai kohesi semu (Cu)
dan garis sudut selubung dengan sumbu mendatar adalah
sudut dalam intern semu (ϕ).
3) Dari diagram Morh, didapatkan sudut geser (θ) sebesar
2,50 dan nilai kohesi (c) = 0,1.

3.2.9 Gambar

Gambar 3.3 Batu Poros dan Seal


32

Gambar 3.4 Meletakkan benda uji pada sel


triaxial

Anda mungkin juga menyukai