Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proyek konstruksi merupakan salah satu bentuk kegiatan yang berlangsung dalam
jangka waktu terbatas, dengan sumber daya tertentu, untuk mencapai hasil dalam bentuk
bangunan atau infrastruktur. Pada umumnya setiap proyek konstruksi mempunyai
rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan yang tertentu, kapan pelaksanaan proyek
tersebut harus dimulai, kapan harus diselesaikan, bagaimana proyek tersebut akan
dikerjakan, serta bagaimana penyediaan sumber dayanya. Suatu proyek konstruksi dapat
berjalan dan terealisasi dengan baik berdasarkan tujuan dan perencanaan yang matang.
Sehingga realisasi proyek diharapkan mencapai sasaran akhir yang mencakup Biaya,
Mutu, dan Waktu.
Perencanaan yaitu suatu tahapan dalam manajemen proyek yang mencoba
meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program teknis dan
administrative agar dapat di implementasikan. Tujuannya melakukan usaha untuk
memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang di tentukan dalam batasan biaya, mutu
dan waktu serta factor keselamatan
Perencanaan juga merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen
proyek. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses kegiatan yang ada didalamnya
dapat diimplementasikan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dengan
tingkat penyimpangan minimal serta hasil akhir maksimal.
Penjadwalan proyek mertupakan salah satu elemen hasil perencanaan yang dapat
memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja
sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi
proyek dan progress waktu untuk menyelesaikan proyek. Dalam proses penjadwalan,
penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat lebih terperinci dan sangat
detail. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan
atau scheduling adalah pengalokasian waktu yang tersedia melaksanakan masing
masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil
optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada.
Dari beberapa kasus yang ada, penjadwalan merupakan alat mutlak yang sangat
diperlukan guna menyelesaikan suatu proyek. Untuk proyek yang berskala kecil hanya
memiliki beberapa kegiatan, dan umumnya penjadwalan hanyalah dibayangkan saja
(dalam kepala atau pikiran), sehingga penjadwalan tidak begitu mutlak dilaksanakan.
Akan tetapi berbeda dengan proyek yang berskala besar, dimana jumlah kegiatannya
yang sangat besar serta rumitnya ketergantungan (keterkaitan) antara kegiatan sehingga
tidak mungkin lagi bila hanya diolah dalam pikiran. Penjadwalan dan kontrol menjadi
rumit dan sangat penting supaya kegiatan dapat dilaksanakan dengan efisien.
Pekerjaan suatu konstruksi tidak akan terlepas dari waktu pelaksanaan. Semua
orang pasti menginginkan proyek yang akan direncanakan cepat terselesaikan selain
rasa keberhasilan membangun atau mendirikan suatu kontruksi. Dalam merencanakan
jadwal suatu proyek muncul berbagai macam ide, sehingga ditemukan metode – metode
penjadwalan yang dapat dipergunakan dalam suatu proyek untuk mencari metode yang
mana lebih efisien.
Pada penjadwalan tersebut akan dapat kita ketahui waktu penyelesaian per item –
item pekerjaan. Harus diketahui juga kaitan – kaitan pekerjaan yang akan dilaksanakan,
pekerjaan berikutnya dapat dilaksanakan sebelum pekerjaan sebelumnya sudah selesai
serta dua atau lebih item pekejaan dapat dikerjakan secara bersamaan.
Waktu pelaksanaan juga tidak akan terlepas dari besar kecilnya volume pekerjaan
yang akan dilaksanakan. Namun pelaksanaan suatu pekerjaan akan sering terlambat
akibat tidak efisiennya pengunaan waktu pada pelaksanaan. Oleh karena itu sebelum
pekerjaan kontruksi dilaksanakan sebaiknya disusun suatu jadwal pekerjaan sesuai
dengan metode – metode yang ada. Karena penjadwalan akan dapat mempermudah dan
mengatur lamanya item pekerjaan – pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Sebuah kegiatan jasa konstruksi memiliki pekerjaan yang sangat banyak dan
kompleks maka kebutuhan perencanaan dan pengelolaan amat vital. Padahal di dalam
perencanaan,penjadwalan merupakan salah satu masalah yang dapat mempengaruhi
kinerja pelaksanaan proyek. Karena itu perlu ditentukan penggunaan metode mana yang
mempunyai waktu penyelesaian proyek paling pendek. Maka dari itu pemakaian metode
penjadwalan sangat berpengaruh dalam suatu proyek. Karena dapat mempengaruhi
waktu selesainya suatu proyek.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perencanaan dan penjadwalan dalam proyek?
2. Apa saja Siklus dan Tahapan perencanaan proyek?
3. Apa saja unsur unsur dalam perencanaan proyek?
4. Apa saja masalah yang dihadapi dalam perencanaan dan penjadwalan proyek?
5. Metode apa saja yang ada dalam penjadwalan proyek?

1.3 Tujuan
1. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan Perencanaan dan penjadwalan.
2. Dapat mengetahui tahapan perencanaan proyek.
3. Dapat mengetahui unsur unsur dalam perencanaan proyek.
4. Dapat mengetahui masalah dalam perencanaan dan penjadwalan proyek.
5. Dapat mengetahui metode apa saja yang ada di dalam penjadwalan proyek

1.4 Metode Penulisan


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perencanaan dan Penjadwalan Proyek


2.1.1 Perencanaan Proyek
Perencanaan merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen
proyek. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses kegiatan yang ada
didalamnya dapat diimplementasikan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dengan tingkat penyimpangan minimal serta hasil akhir maksimal.
Perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek yang mencoba
meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program teknis
dan administrative agar dapat di implementasikan. Tujuannya melakukan usaha
untuk memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang di tentukan dalam batasan
biaya, mutu dan waktu serta factor keselamatan.

2.1.2 Penjadwalan Proyek


Penjadwalan proyek adalah kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan
proyek yang harus diselesaikan, bahan baku, tenaga kerja serta waktu yang
dibutuhkan oleh setiap aktivitas. Penjadwalan proyek merupakan salah satu
elemen hasil perencanaan. Yang dapat memberikan informasi tentang jadwal
rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga
kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk
menyelesaikan proyek. Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan
hubungan antar kegiatan dibuat lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan atau
scheduling adalah pengalokasian waktu yang tersedia melaksanakan masing –
masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hinggah tercapai
hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan – keterbatasan yang ada.

2.2 Siklus dan Tahapan Perencanaan Proyek


2.2.1 Siklus Perencanaan Proyek
Dalam mengelola sebuah proyek, manajer proyek harus memperhatikan
siklus hidup proyek. Siklus hidup proyek menyatakan rentang waktu yang terdiri
dari tahapan tahapan yang akan dilalui dalam sebuah proyek. Siklus hidup proyek
minimal memiliki empat tahap yang harus dilalui, yaitu:

1. Tahap Inisiasi
Proyek
Tujuan
dari tahap inisiasi
adalah proses
identifikasi terhadap
segala hal yang harus
dilakukan, serta memahami lingkup proyek. Pada tahap ini, seorang manajer
proyek akan dipilih dan diberi wewenang untuk membentuk tim yang akan
menjalankan proyek.

2. Tahap Perencanaan proyek


Perencanaan proyek merupakan proses pengembangan detail atas
perencanaan suatu proyek, yang meliputi daftar semua tugas, pengalokasian
sumberdaya, penjadwalan, perencanaan anggaran / budget, manajemen resiko,
dan lain-lain. Proses perincian ini sangat bermanfaat agar dapat memahai
rangkaian tugas yang akan dilakukan, yang meliputi pihak pihak yang
bertanggung jawab, batasan waktu tugas, dan lain-lain.

3. Tahap Pengontrolan Proyek


Pada tahap ini tugas-tugas mulai dilaksanakan. Secara teknis, Project
baseline dijadikan sebagai pedoman / acuan tugas yang dilaksanakan. Seorang
manajer proyek harus memantau tugas agar proyek dapat berjalan tepat waktu,
sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dan berada pada budget yang telah
ditetapkan.

4. Tahap Penutupan Proyek


Tahap ini memiliki tiga sub tahap penting, yaitu: peryanggungjawaban,
pembelajaran proyek dan perayaan. Setelah proyek selesai, manajer proyek
mempertanggungjawabkan hasil proyek kepada sponsor(pemilik proyek) dan
recipient (pihak yang akan menggunakan / menerima hasil dari proyek). Pada
umumnya, pihak sponsor lah yang akan memberikan pernyataan resmi
mengenai selesainya proyek tersebut.

2.2.2 Tahap Perencanaan Proyek


Tahap perencanaan proyek diawali dengan mengidentifikasi gagasan atau ide
dan merumuskan dalam bentuk yang lebih jelas dan kongkrit dalam suatu acuan,
serta mengadakan studi pendahuluan dan kelayakan terhadap gagasan itu, serta
mengevaluasi dari aspek-aspek pasar, teknis, ekonomi, keuangan, sosial politik
dan lingkungan.

Secara lebih rinci dalam siklus perencanaan proyek yaitu sebagai berikut:

Tahapan Perencanaan Proyek

Orang yang bertanggung jawab dalam hal perencanaan dan penjadwalan


proyek dengan demikian perlu memahami semua faktor yang melatar belakangi
pembuatan jadwal proyek. Menurut AGCA (1994) dalam Adrianus (2011)
pemahaman faktor-faktor tersebut dilakukan dengan mengkaji lima tahapan yang
ada dalam proses menjadwal tersebut, yakni :
1. Identifikasi aktivitas
Bertujuan untuk mengetahui secara rinci kegiatan-kegiatan yang akan
ada dalam pelaksanaan proyek. Pengidentifikasian aktivitas yang baik dan
lengkap diperoleh dari peninjauan, pemahaman dan analisis yang cermat atas
semua dokumen kontrak proyek yang ada, karena itu dokumen kontrak harus
benar-benar lengkap menginformasikan lingkup pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
2. Estimasi durasi aktivitas
Adalah memperkirakan panjang waktu yang perlu untuk menyelesaikan
aktivitas tersebut. Durasi aktifitas adalah fungsi dari jumlah (kuantitas)
pekerjaan yang harus diselesaikan dan produk kerja tiap satuan waktu
(Production Rate) kuantitas pekerja dapat diketahui dari data dan pengalaman
dengan memperhatikan ketersediaan semua sumberdaya (bahan, alat, tenaga
kerja) dan kendala-kendala yang mungkin mempengaruhi produktivitas.
3. Penyusunan rencana kerja proyek
Dimaksudkan untuk menentukan tahapan/urutan aktivitas kerja dalam
melaksanakan proyek. Urutan aktivitas ini diperlukan untuk menggambarkan
hubungan antara berbagai aktivitas yang ada dalam proses pelaksanaan proyek.
4. Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek
Pada dasarnya adalah menentukan pada saat kapan suatu aktivitas harus
mulai dan berakhir. Rangkaian aktivitas- aktivitas dengan durasinya masing-
masing yang telah diurutkan akan membentuk rangkaian penjadwalan aktivitas
yang menjadi jadwal pelaksanaan proyek.
5. Peninjauan kembali jadwal
Bertujuan menjamin bahwa jadwal proyek adalah masuk akal dan
lengkap, sedangkan analisis jadwal bermaksud menjamin bahwa jadwal
tersebut merupakan rencana yang dapat dikerjakan dengan pertimbangan
sumberdaya produksi dan menajerial yang ada.

2.3 Unsur-Unsur dalam Merencanakan Proyek


Perencanaan yang baik memerlukan keterangan-keterangan yang jelas mengenai
hubungan antara unsur-unsur yang menjadi bagian dari perencanaan, sehingga seluruh
bagian organisasi dan personel yang terlibat mengetahui arah tindakan yang dituju.
a. Jadwal
Jadwal adalah penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkah-langkah
kegiatan yang sistematis untuk mencapai sasaran.
b. Prakiraan
Prakiraan adalah usaha yang dilakukan secara sistematis untuk melihat keadaan
masa depan dengan data-data yang tersedia. Tujuan prakiraan adalah memberikan
informasi untuk dipakai sebagai salah satu dasar perencanaan dan pengendalian.
c. Sasaran
Sasaran adalah tujuan yang spesifik dimana semua kegiatan diarahkan dan
diusahakan untuk mencapainya.
d. Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan dapat diartikan sebagai pernyataan yang memberikan petunjuk
dalam masalah pengambilan keputusan. Kebijakan juga memberikan batasan-batasan
kegiatan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam suatu masalah tertentu.
e. Anggaran
Anggaran adalah suatu bentuk perencanaan yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan proyek khususnya dan perusahaan pada umumnya. Suatu anggaran
menunjukkan perencanaan penggunaan dana untuk melaksanakan pekerjaan dalam
kurun waktu tertentu.

2.4 Masalah Dasar yang Dihadapi dalam Perencanaan dan Penjadwalan Proyek
Menurut Ir.Iman Soeharto (1999), menyatakan bahwa dalam proses mencapai
tujuan dari suatu proyek, ada batasan yang harus dipenuhi yaitu besar biaya (anggaran)
yang dialokasikan, jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut
merupakan parameter penting bagi penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan
sebagai sasaran proyek. Ketiga batasan ini sering disebut sebagai tiga kendala (triple
constraint).
1. Biaya / Anggaran (Cost/Budget)
Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran yang
telah direncanakan. Untuk proyek- proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar
dan jadwal yang bertahun-tahun, anggaranya bukan hanya ditentukan untuk total
proyek tetapi dipecah bagi komponen- komponennya, atau per periode tertentu yang
jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaikan bagian-
bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode.
2. Waktu / jadwal (Time/Schedule)
Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang
telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak
boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.
3. Scope (Ruang Lingkup)
Banyak proyek gagal karena ruang lingkup yang tidak terdefenisi secara jelas
dari awal dimulainya suatu proyek sehingga berpotensi terjadinya penambahan ruang
lingkup proyek. Akibatnya, terjadi penambahan biaya dan berpotensi proyek
mengalami keterlambatan. Sumber daya bisa saja bertambah dengan kurang
memperhatikan risiko-risiko yang mungkin terjadi sehingga berdampak pada
penurunan kualitas dari proyek itu sendiri
4. Mutu (Quality)
Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kreteria
yang dipersyaratkan. Memenuhi persyaratan mutu berarti memenuhi tugas yang
dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the intended use. Mutu menentukan
keberhasilan penyampaian dari suatu proyek. Kualitas proyek yang baik ditentukan
oleh analisis risiko yang baik, ketersediaan sumber daya manusia yang handal dan
memadai, kesesuaian ruang lingkup yang sudah didefenisikan bersama pemangku
kepentingan, kesesuaian dengan bujet, dan tepat waktu penyelesaian proyek.
5. Risk (Risiko)
Setiap proyek pasti memiliki risiko. Sebisa mungkin setiap risiko yang ada
diminimalkan. Semakin minim risiko yang diinginkan dari suatu proyek, maka
semakin besar biaya yang dikeluarkan dan semakin lama waktu pengerjaan proyek.
Seiring dengan itu, ruang lingkup akan semakin bertambah.
6. Resources (Sumber Daya)
Merupakan hal penting dalam mengelola suatu proyek. Tanpa sumber daya
yang berkualitas dan memadai, suatu proyek akan sulit memenuhi kualitas yang baik.
Begitu juga waktu penyelesaian suatu proyek akan cenderung berpotensi mengalami
keterlambatan. Analisis risiko suatu proyek bukan lagi menjadi prioritas.
Ketiga batasan antara scope, schedule,dan budget; bersifat tarik-menarik, yang
artinya jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak
maka umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya
berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya bila ingin
menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau jadwal. Dari
segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran
tersebut dapat dipenuhi.

2.5 Metode Penjadwalan Proyek


Metode penjadwalan proyek, antara lain adalah :
1. Waktu dan durasi kegiatan
Dalam konteks penjadwalan, terdapat dua perbedaan, yaitu waktu (time) dan
kurun waktu (duration). Bila waktu menyatakan siang atau mala sedangkan kurun
waktu menunjukkan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam melakukan suatu
kegiatan.
2. Bagan balok atau barchart
Bagan balok dengan panjang balok sebagai representasi dari durasi setiap
kegiatan. Format bagan baloknya informatif, mudah dibaca dan efektif untuk
komunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana. Bagan balok terdiri
atas sumbu y yang menyatakan kegiatan atau paket kerja daari lingkup proyek,
sedangkan sumbu x menyataan satuan waktu dalam hari, minggu, bulan dan
seterusnya.

Secara garis besar, ada dua jenis teknik penjadwalan proyek, yaitu (Ma’arif, 2003):
Gantt Chart dan metode Network (jaringan).
a. Gantt Chart
Gantt Chart merupakan diagram perencanaan yang digunakan untuk
penjadwalan sumber daya dan alokasi waktu (Heizer, 2006). Gantt Chart adalah
contoh teknik non-matematis yang banyak digunakan dan sangat popular di kalangan
para manajer karena sederhana dan mudah dibaca. Gantt Chart dapat membantu
penggunanya untuk memastikan bahwa (Heizer, 2006):
1. Semua kegiatan telah direncakan
2. Urutan kinerja telah diperhitungkan
3. Perkiraan waktu kegiatan telah tercatat, dan
4. Keseluruhan waktu proyek telah dibuat

Berikut merupakan contoh Gantt chart dari suatu proyek Perancangan dan
Implementasi Statistical Process Control di suatu perusahaan manufaktur (Santosa,
2003).

Kelebihan penggunaan Gantt Chart, diantaranya :

- Dapat menunjukkan waktu, kegiatan dan urutan kegiatan


- Jika jumlah kegiatan tidak terlalu banyak atau hanya sekedar jadwal induk, maka
metode Gantt Chart menjadi pilihan pertama dalam proses perencanaan dan
pengendalian kegiatan, karena mudah dipahami oleh semua lapisan pelaksana
proyek.

Dari kelebihan diatas Gantt Chart juga memiliki kelemahan, antara lain
(Murahartawaty dalam Dwinovi, 2012) :

- Tidak memperlihatkan saling ketergantungan dan hubungan antar kegiatan


sehingga sulit diantisipasi jika terjadi keterlambatan suatu kegiatan terhadap
jadwal keseluruhan proyek.
- Tidak mudah dilakukan perbaikan dan pembaharuan (updating) disebabkan Gantt
Chart baru harus dibuat kembali (tidak efesien), padahal pembuatan ulang akan
memakan waktu dan jika tidak dilakukan segera maka peta tersebut akan menurun
daya gunanya.
- Untuk proyek yang berukuran sedang dan besar serta kompleks, maka Gantt Chart
tidak mampu menyajikan jadwal secara sistematis dan mengalami kesulitan dalam
menentukan keterkaitan antar kegiatan.
b. Metode Network (Jaringan)
Jaringan adalah kerangka dari sistem informasi proyek yang akan digunakan
dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan waktu biaya, dan performansi
(Nurhayati, 2010). Jaringan berisi tampilan grafis dari aliran dan urutan tiap
pekerjaan. Komponen yang digunakan dalam model network mempunyai pengertian-
pengertian standar, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Aktivitas, merupakan bagian dari keseluruhan pekerjaan yang dilaksanakan,
aktivitas mengkonsumsi waktu dan sumber daya serta mempunyai waktu mulai
dan waktu berakhirnya (Handoko, 2000). Biasanya berbentuk simbol anak panah,
panjang pendeknya garis anak panah tidak menunjukkan atau tidak identik dengan
jangka waktu yang digunakan oleh aktivitas tersebut (Gitosudarmo, 2002). Maka
dari itu tidak perlu menggunakan skala dalam menggambarkan garis anak panah
tersebut. Kepala anak panah menunjukkan arah jalur rangkaian/urutan proses.
b) Kejadian/ event, menandai permulaan dan akhir suatu kegiatan. Biasanya
kejadian/ event digambarkan dengan suatu lingkaran atau nodes dan diberi nomor,
dengan nomor-nomor yang lebih kecil bagi kejadian-kejadian yang
mendahuluinya. Dalam jaringan, setiap aktivitas menghubungkan dua kejadian
(Handoko, 2000).

Dalam penjadwalan, penggambaran diagram jaringan, baik CPM maupun


PERT yang dibuat merupakan lanjutan dari diagram baris atau gantt chart (Bernard,
dalam Dwinovi, 2012). Teknik-teknik ini umumnya bertujuan menguraikan dan
menentukan hubungan-hubungan antara berbagai kegiatan dan berbagai penafsiran
waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan dalam rencana proyek secara
menyeluruh (Nurhayati, 2010).

CPM menggunkan AOA (Activity On Arrow), yang akan menggunakan anak


panah sebagai simbol dari kegiatan. Sedangkan PERT menggunakan pendekatan
AON (Activity On Node), yang menggunakan lingkaran (node) sebagai simbol
kegiatan.

a. Program Evaluation and Review Technique (PERT)


PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk
melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan
yang ada di dalam suatu proyek (Setianingrum, 2011). PERT juga merupakan
suatu metode yang bertujuan untuk (semaksimal mungkin) mengurangi adanya
penundaan kegiatan (proyek, produksi, dan teknik) maupun rintangan dan
perbedaan-perbedaan, mengkoordinasikan dan menyelaraskan berbagai bagian
sebagai suatu keseluruhan pekerjaan dan mempercepat selesainya proyek-proyek
(Nurhayati, 2010).
PERT memiliki asumsi bahwa proyek yang akan dilaksanakan adalah baru,
tidak ada contoh sebelumnya. Berdasarkan atas asumsi itu, maka orientasi dari
metode PERT adalah mengoptimalkan waktu penyelesaian proyek dan belum
menekankan soal minimisasi biaya.
Untuk setiap aktivitas, model biasanya mencakup tiga perkiraan waktu
(Soeharto, 2002):
1. Waktu Optimis, yaitu perkiraan waktu yang paling singkat bagi penyelesaian
aktivitas
2. Waktu Perkiraan Paling Mungkin, waktu penyelesaian yang memiliki
probabilitas tertinggi (berbeda dengan : waktu yang diharapkan), dan
3. Waktu Pesimis, yaitu waktu terpanjang yang mungkin diperlukan suatu
kegiatan.

PERT “menimbang” ketiga perkiraan waktu ini untuk mendapatkan waktu


kegiatan yang diharapkan (expected time) dengan rumusan :

Waktu Optimis+( 4 x Waktu Perkiraan Paling Mungkin)+Waktu Pesimis


6

Sebagai contoh, manajer proyek memperkirakan pekerjaan analisis sistem


akan dapat diselesaikan dalam waktu 8 hari kerja. Akan tetapi berdasarkan
pengalaman pada proyek sejenis, pekerjaan analisis sistem memerlukan waktu
hanya 10 hari pada kondisi normal dan membutuhkan waktu 24 hari pada kondisi
tidak normal. Maka waktu (durasi) pekerjaan analisis sistem dapat ditentukan :

Waktu estimasi aktivitas = (8+4*10+24)/6 = 12 hari


Keterbatasan dan kelemahan diagram PERT secara umum adalah bahwa
perkiraan atas waktu yang dibutuhkan bagi masing-masing kegiatan bersifat
subyektif dan tergantung pada asumsi. Sehingga secara umum PERT cenderung
terlalu optimis dalam menetapkan waktu penyelesaian sebuah proyek.

Berikut ilustrasi pembuatan network suatu proyek dalam PERT dapat


diberikan contoh, sebagai berikut.

Diagram network pada di atas menunjukkan rangkaian kejadian untuk


aktivitas A, B, dan C, di mana penyelesaian aktivitas A merupakan saat
dimulainya aktivitas B dan C. Dalam diagram network ini setiap aktivitas harus
dimulai pada suatu kejadian di mana aktivitas sebelumnya berakhir. Sebagai
contoh, pada gambar diatas, aktivitas A dimulai pada kejadian 1. Akan tetapi,
karena kejadian 1 merupakan awal dari seluruh aktivitas dalam network, maka
tidak ada aktivitas yang mendahuluinya.

b. Critical Path Method (CPM)


Critical Path Method (CPM) merupakan diagram kerja yang memandang
waktu pelaksanaan kegiatan yang ada dalam jaringan bersifat unik (tunggal) dan
deterministic (pasti), dan dapat diprediksi (Haming, 2007). CPM dapat dipandang
sebagai metode yang menyempurnakan metode PERT, karena pada CPM telah
dilakukan penyederhanaan (Haming, 2007).
Teknik CPM menggambarkan suatu proyek dalam bentuk network dengan
komponen aktivitas-aktivitas yang ada di dalamnya. Agar teknik ini dapat
diterapkan, suatu proyek harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Pekerjaan-pekerjaan dalam proyek harus menandai saat berakhirnya proyek
2. Pekerjaan-pekerjaan dapat dimulai, diakhiri, dan dilaksanakan secara terpisah
dalam suatu rangkaian tertentu.
3. Pekerjaan-pekerjaan dapat diatur menurut suatu rangkaian tertentu

Selain ciri-ciri yang harus dimiliki oleh proyek tersebut, untuk membuat
suatu network dengan benar diperlukan sejumlah aturan. Berikut ini adalah
aturan-aturan tersebut :

1. Setiap aktivitas atau pekerjaan ditunjukkan dengan suatu cabang tertentu


2. Antara suatu cabang dengan cabang yang lainnya hanya menunjukkan
hubungan antara aktivitas atau pekerjaan yang berbeda
3. Bila sejumlah aktivitas berkahir pada suatu kejadian maka kejadian ini tidak
dapat dimulai sebelum sejumlah aktivitas yang berkahir pada kejadian ini
selesai
4. Aktivitas dummy digunakan untuk menggabungkan dua buah kejadian, bila
antara suatu kejadian dan kejadian yang mendahuluinya tidak dihubungkan
dengan suatu aktivitas tertentu. Aktivitas dummy ini tidak mempunyai biaya
dan waktu
5. Setiap kejadian diberikan angka, sedangkan setiap aktivitas diberikan tanda
huruf munurut kejadian awal dan kejadian yang mengakhirinya.

Persyaratan urutan pengerjaan harus diperhatikan, karena berbagai aktivitas


tidak dapat dimulai sebelum aktivitas-aktivitas lainnya yang dapat dilaksanakan
secara bersamaan dan/ atau tidak saling tergantung (Handoko, 2000). Aktivitas
mana saja yang harus diselesaikan lebih dahulu sebelum aktivitas selanjutnya
dapat mulai dikerjakan. CPM mengenal beberapa waktu mulai dan waktu
berakhir, antara lain (Handoko, 2000):

1. Earliest Start Time (ES) adalah waktu paling awal (tercepat) suatu aktivitas
dapat dimulai, dengan memperhatikan waktu aktivitas yang diharapkan dan
persyaratan ururtan pengerjaan.
2. Latest Start Time (LS) adalah waktu paling lambat untuk dapat memulai suatu
aktivitas tanpa penundaan keseluruhan proyek.
3. Earliest Finish Time (EF) adalah waktu paling awal (tercepat) suatu aktivitas
dapat diselesaikan, atau sama dengan ES + waktu aktivitas yang diharapkan.
4. Latest Finish Time (LF) adalah waktu paling lambat untuk dapat
menyelesaikan suatu aktivitas tanpa penundaan penyelesaian proyek secara
keseluruhan, atau sama dengan LS + waktu kegiatan yang diharapkan.
Berikut ilustrasi pembuatan network suatu proyek dalam CPM dapat,
sebagai berikut.

Jalur 1 : A-D-H-J, Total waktu = 1 + 4 + 6 + 3 = 14 hari


Jalur 2 : B-E-H-J, Total waktu = 2 + 5 + 6 + 3 = 16 hari
Jalur 3 : B-F-J, Total waktu = 2 + 4 + 3 = 9 hari
Jalur 4 : C-G-I-J,Total waktu = 3 + 6 + 2 + 3 = 14 hari
Berarti jalur kritisnya adalah B-E-H-J dengan total waktu proyek 16 hari

Free Float adalah total waktu tunda aktivitas tanpa menunda mulainya
aktivitas berikutnya.Total Float adalah total waktu tunda aktivitas tanpa menunda
berakhirnya proyek. Free float dan Total float dapat dihitung dengan
menggunakan metode penelusuran arah depan atau penelusuran arah belakang.
Jika dihitung menggunakan penelusuran arah belakang (backward) maka harus
mempertimbangkan waktu paling lambat mulainya aktivitas (late start, LS) dan
waktu paling lambat selesainya aktivitas (late finish, LF). Jika menggunakan
penelusuran arah depan (forward) maka harus mempertimbangkan waktu paling
cepat mulainya aktivitas (early start, ES) dan waktu paling cepat selesainya
aktivitas (early finish, EF).
Berikut contoh menghitung free float dan total float menggunakan
penelusuran arah depan (forward) dan arah belakang (backward). Untuk
memudahkan perhitungan, setiap node kita modifikasi menjadi 3 komponen :

Penjadwalan dalam CPM dapat menggunakan proses two-pass, untuk


menentukan jadwal proyek yang terdiri dari forward pass dan backward pass
(Prasetya, 2009).

Pada node-node merger, waktu paling cepat selesai (early finish) merupakan
nilai maksimum dari akhir masing-masing aktivitas yang berakhir pada node
merger. Hal ini dimaksudkan agar selesainya aktivitas tersebut tidak mengganggu
dimulainya aktivitas berikutnya. Contoh aktivitas D berdurasi 4 hari, apabila
dikerjakan mulai hari ke-1 semestinya akan berakhir pada hari ke-5. Akan tetapi
aktivitas D baru dianggap berakhir pada hari ke-7. Hal ini disebabkan karena :
jikalau D berakhir pada hari ke-5, aktivitas berikutnya yaitu aktivitas H tetap saja
tidak dapat dimulai karena harus menunggu aktivitas E. Sebab pekerjaan H harus
menunggu D dan E selesai semuanya. Ini artinya bahwa D mempunyai
kelonggaran waktu (free float) selama 2 hari hingga aktivitas E selesai agar
aktivitas H tidak terganggu. Demikian juga pada node 6.

Node 3 dan node 1 merupakan merger node. Sehingga pada node 3, waktu
paling lambat selesainya E dan F (late finish) harus bersamaan. Akibatnya
aktivitas F mempunyai waktu kelonggaran (free float). Demikian juga pada node
1, aktivitas A, B dan C harus selesai secara bersamaan. Sehingga aktivitas A dan
C mempunyai waktu kelonggaran (free float).
Hasil penelusuran maju dan mundur dari umur proyek diringkas pada
gambar berikut :
Untuk masing-masing aktivitas :
Total Float = Late Finish –Early Start –Durasi
Free Float = Early Finish –Early Start –Durasi
Jalur Kritis adalah jalur yang melewati aktivitas dimana Total Float = Free Float =
0, artinya jalur dimana setiap aktivitas tidak memiliki waktu kelonggaran, baik
total float maupun free float.
Jalur kritis = B –E –H –J atau 1 –3–5 –6 –8 dengan umur proyek selama 16
hari. Jadi jika proyek dimulai tanggal 1 April 2006 maka akan selesai tanggal 16
April 2006
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

.
http://web.ipb.ac.id/~erizal/manpro/perencanaan%20pengendalian%20proyek.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/89564309.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/262530-analisa-penjadwalan-proyek-dengan-metode-
60fd2525.pdf

https://www.slideshare.net/AsadCungkring97/perencanaan-dan-penjadwalan-proyek

http://eprints.umm.ac.id/46974/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai