Anda di halaman 1dari 29

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Proyek Konstruksi

Menurut Dipohusodo (1995), proyek adalah serangkaian kegiatan yang

berkaitan satu sama lain, memiliki titik awal dan akhir yang jelas, serta menghasilkan

output tertentu. Proyek ini biasanya melibatkan berbagai fungsi dalam organisasi dan

memerlukan beragam keterampilan dari berbagai profesi dan entitas organisasi yang

berbeda. Setiap proyek memiliki karakteristik yang unik, dan tidak ada dua proyek

yang identik. Sebuah proyek adalah usaha yang mengharuskan penggunaan sumber

daya yang tersedia, yang diatur dengan baik untuk mencapai tujuan, target, dan harapan

yang signifikan dalam batas waktu yang telah disepakati.

Sementara itu, menurut Cleland dan King (1987), proyek adalah hasil dari

penggabungan berbagai sumber daya yang dikumpulkan dalam sebuah struktur

organisasi sementara dengan tujuan mencapai target tertentu. Aktivitas atau tugas yang

dilaksanakan dalam proyek dapat berupa pembangunan atau perbaikan infrastruktur

seperti gedung, jalan, jembatan, bendungan, atau mungkin juga melibatkan kegiatan

penelitian dan pengembangan.

Dari definisi-definisi tersebut, kita dapat merangkum beberapa karakteristik

proyek sebagai berikut:

1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir, atau hasil kerja yang ditargetkan.
2. Terbatas dalam waktu, artinya proyek memiliki batasan waktu awal dan akhir yang

sudah ditentukan.

3. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan

diatas telah ditentukan.

4. Hasilnya bersifat unik, bukan produk berulang atau rutin.

5. Melibatkan berbagai tahapan kegiatan yang berbeda, dengan pola pertumbuhan

aktivitas dari awal yang terbatas, kemudian semakin bertambah, merosot, dan

akhirnya berakhir.

2.2 Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan

keterampilan, cara teknik yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk

mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang

optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja

(Husen,2009).

Manajemen proyek konstruksi ialah penerapan fungsi-fungsi manajemen pada

suatu proyek dengan menggunakan sumber daya efektif dan efisien agar tujuan dapat

tercapai. Menurut Ervianto (2002), Manajemen konstruksi meliputi cara bagaimana

agar sumber daya yang terlibat dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat.

Sumber daya yang dimaksud disini ialah meliputi manpower, material, machine,

money, dan method. Menurut Suharto (1995 : 18), Manajemen proyek ialah bagaimana
cara merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya

perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan.

Soeharto (1995:48) menyatakan bahwa manajemen proyek harus memenuhi

empat fungsi dasar, yaitu:

1. Pengelolaan Lingkup Proyek

Ini melibatkan total kegiatan yang diperlukan untuk mencapai produk yang

diinginkan dalam proyek. Dalam mengelola lingkup proyek, penting untuk

memperhatikan batasan-batasan yang mencakup kuantitas, kualitas, dan spesifikasi

agar tidak terjadi kesalahan interpretasi di antara pihak-pihak yang terlibat.

2. Pengelolaan Waktu dan Jadwal

Waktu dan jadwal merupakan fokus utama dalam pelaksanaan proyek.

Keterlambatan dapat berdampak pada kerugian seperti peningkatan biaya.

Pengelolaan waktu mencakup perencanaan, penyusunan, dan pengendalian jadwal.

3. Pengelolaan Biaya

Hal ini mencakup semua aspek yang berkaitan antara dana dan aktivitas proyek.

Untuk pengelolaan yang efektif, diperlukan berbagai metode dan teknik seperti

penyusunan anggaran biaya, konsep nilai hasil, dan lainnya.

4. Mengelola Kualitas dan Mutu


Supaya kegiatan proyek dapat memenuhi persyaratan yang telah direncanakan,

diperlukan proses yang melibatkan evaluasi persyaratan pelaksanaan, penjabaran

persyaratan tersebut menjadi spesifikasi, dan menggambar kerja yang sesuai.

2.2.1 Manajemen Waktu Proyek

Standar kinerja waktu mengacu pada semua aspek tahapan kegiatan dalam

sebuah proyek, termasuk estimasi durasi dan alokasi sumber daya. Waktu pelaksanaan

proyek merupakan bagian dari rencana proyek yang mencantumkan perkiraan waktu

yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas. Pengelolaan waktu dalam proyek

memiliki peran penting dalam menyelesaikan dan mengendalikan proyek.

Keberhasilan proyek akan dinilai berdasarkan apakah waktu penyelesaian

proyek lebih cepat daripada yang direncanakan. Jika proyek berlangsung lebih lama

dari yang direncanakan, maka bisa dikatakan sebagai keterlambatan proyek.Selain itu,

beberapa masalah juga dapat menghambat kinerja waktu dalam proyek, seperti:

1. Penempatan sumber daya yang tidak efisien dan efektif karena distribusinya yang

tidak stabil dan ketersediaan yang kurang memadai. Untuk mengatasi masalah ini,

perlu dilakukan penyebaran sumber daya yang lebih merata, penjadwalan ulang, dan

penataan ulang sumber daya untuk meningkatkan efektivitas.

2. Keterlambatan proyek akibat berbagai faktor seperti keterbatasan tenaga kerja,

cuaca buruk, kesalahan metode kerja, dan lainnya.Untuk mengatasi ini, bisa

dilakukan penambahan tenaga kerja dan peralatan, meskipun ini dapat

mengakibatkan peningkatan biaya, tetapi akan mempercepat durasi proyek.


3. Faktor-faktor alam yang tidak terduga dapat mempengaruhi jadwal kerja yang telah

direncanakan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan antisipasi terhadap kondisi

tak terduga ini.

2.2.2 Penjadwalan Proyek

Penjadwalan (scheduling) dalam bidang konstruksi adalah salah satu sarana

yang paling penting untuk mengelola proyek konstruksi.Penjadwalan merupakan salah

satu elemen hasil dari perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal

rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya yang berupa tenaga kerja,

biaya, peralatan, material, serta rencana durasi proyek dan progres waktu.Jadwal

perencanaan yang baik mampu mengatur bermacam – macam kegiatan konstruksi, dan

mampu memberikan tanda – tanda ketika proyek menghadapi masalah.Sehingga

dengan jadwal perencanaan yang baik, proyek konstruksi dapat berjalan dengan lancar.

Penjadwalan adalah proses mengatur alokasi waktu yang tersedia untuk setiap

tugas dengan maksud mencapai hasil yang optimal, sambil tetap mempertimbangkan

kendala yang ada. Penjadwalan selalu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi

dalam proyek, dengan pemantauan dan pembaruan yang dilakukan secara

berkelanjutan. Tujuan dari pemantauan adalah untuk memastikan bahwa jadwal tetap

realistis, sesuai dengan sumber daya yang tersedia, dan sesuai dengan tujuan proyek

yang telah ditetapkan.Dengan demikian, proses pemantauan diharapkan dapat

mengendalikan jalannya proyek agar tetap sesuai dengan rencana yang telah
disusun.Berikut ini merupakan beberapa manfaat dari penjadwalan proyek secara

umum, yaitu :

1. Memberikan sarana bagi manajemen untuk melakukan koordinasi secara

sistematis dalam menentukan alokasi prioritas sumber daya dan waktu.

2. Memberikan pedoman terhadap unit kegiatan dan pekerjaan mengenai batas waktu

untuk memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan.

3. Sebagai sarana menilai kemajuan pekerjaan.

4. Sarana penting dalam mengendalikan proyek.

5. Menghindari pemakaian sumber daya secara berlebihan denga harapan proyek

dapat segera selesai sebelum waktu yang ditentukan.

6. Dapat memberikan rencana dasar untuk berbagai macam perubahan yang terjadi

karena hal – hal yang tidak terduga seperti delay, perubahan desain oleh owner,

dan pekerjaan tambahan.

7. Dapat menjadi dokumen resmi kegiatan konstruksi jika terjadi perselisihan antara

owner dan kontraktor

Dalam menyusun sebuah penjadwalan proyek, terdapat beberapa faktor yang

harus dipertimbangkan agar sesuai dengan kriteria pekerjaan yang dilaksanakan. Syah

(2004 : 85) menggolongkan faktor-faktor tersebut ke dalam beberapa poin. Faktor-

faktor tersebut diantaranya :

1. Keterjangkauan lokasi proyek ditinjau daru fasilitas perhubungannya.

2. Kebutuhan dan fungsi proyek.


3. Kondisi alam dan lokasi proyek.

4. Keterkaitan antara proyek sekarang dengan proyek selanjutnya.

5. Ketersediaan sumber daya.

Ada beberapa jenis time schedule iyalah metode penjadwalan yang akan dipilih

untuk membuat time schedule diantaranya.

1. Bar-chart & Curva S

2. Line balanced diagram

3. Network planning diagram:

4. Program Evaluation And Review Tecnique (PERT)

5. Critical Path Method (CPM)

6. Precedence Diagram Method (PDM)

2.2.3 Metode Penjadwalan Proyek

Penjadwalan merupakan aspek yang sangat krusial dalam pelaksanaan suatu

proyek. Proses penjadwalan melibatkan perencanaan berbagai aktivitas yang terjadi

dalam proyek yang sedang berlangsung. Dalam proses penjadwalan, pertimbangan

tentang keterbatasan-keterbatasan dalam proyek dan pengalokasian waktu menjadi hal

yang sangat penting agar proyek bisa diselesaikan secara efisien. Penjadwalan

memberikan pemahaman apakah proyek tersebut sedang berjalan dengan baik atau

menghadapi masalah.
Karena setiap proyek memiliki karakteristik yang berbeda, maka penjadwalan

harus selalu mengikuti perkembangan proyek. Tujuannya adalah untuk memastikan

bahwa alokasi sumber daya sesuai dengan situasi yang ada dan realistis sesuai dengan

kondisi proyek. Dalam proses pembuatan jadwal proyek, rincian kegiatan dibuat

dengan cermat untuk membantu evaluasi proyek.

Terdapat berbagai metode penjadwalan yang umumnya digunakan dalam

manajemen waktu dan sumber daya proyek. Masing-masing metode memiliki

kelebihan dan kelemahan, dan pilihan metode biasanya didasarkan pada kebutuhan dan

tujuan yang ingin dicapai dalam proyek tertentu. Keputusan dalam menggunakan

metode penjadwalan tertentu dipengaruhi oleh kebutuhan khusus dan hasil yang

diinginkan dalam konteks masing-masing proyek.

2.2.4 Diagram Balok (Bar Chart)

Diagram balok pertama kali diperkenalkan oleh Hendri Lawrence Gantt pada

tahun 1917. Diagram ini merupakan grafik yang menggunakan batang-batang sebagai

representasi visual dari durasi setiap kegiatan dalam proyek. Tujuan dari diagram ini

adalah untuk mengidentifikasi urutan dan waktu pelaksanaan kegiatan yang mencakup

waktu mulai, waktu selesai, dan pelaporan. Secara sederhana, diagram ini mampu

menampilkan informasi mengenai jadwal rencana proyek dan lamanya setiap kegiatan,

yang nantinya bisa dibandingkan dengan perkembangan aktual proyek untuk menilai

apakah proyek berjalan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan atau tidak.
Diagram jenis balok merupakan rencana pekerjan yang paling mudah dan

paling banyak digunakan di dalam proyek karena mudah dipahami oleh banyak orang

dengan menggunakan representasi visual yang sederhana, yaitu batang. Ini

membuatnya menjadi alat komunikasi yang efektif dalam berbagai konteks. Namun

kelemahannya informasi yang disampaikan menjadi terbatas. Hal tersebut akan

menyulitkan jika terjadi keterlambatan proyek karena kegiatan akan sulit untuk di

koreksi.

Gambar 2. 1 Bar Chart


2.2.5 Kurva S

Pada awalnya, grafik kurva S dkembangkan oleh Jendral Warren Hannum. Di

dalam pengaplikasiannya, kurva S dapat digunakan sebagai :

1. Pengarah penilaian atas progres pekerjaan.


2. Pada permulaan kegiatan menunjukkan progras yang kecil. Maka, rencana juga

harus sesuai dengan kemampuan dan kondisi persiapan pekerjaan.

3. Kurva S sangat membantu seorang perencana proyek. Suatu proyek umumnya

dimulai dengan rencana program yang kecil dan kemudian meningkat pada

beberapa waktu kemudian. Kurva S dapat berfungsi sebagai pengkoreksi jadwal

yang telah dibuat.

Kurva S adalah salah satu metode perhitungan yang populer digunakan dalam

dunia konstruksi. Melansir dari Wrike, dalam istilah manajemen proyek, kurva satu ini

adalah sebuah grafik matematis yang menggambarkan data kumulatif sebuah proyek.

Seperti biaya atau durasi waktu kerja (man hours) yang telah digunakan, ataupun

persentase (%) waktu pekerjaan diselesaikan.

Gambar 2. 2 Kurva S
2.2.6 Durasi Kegiatan

Perkiraan durasi kegiatan dalam metode jaringan kerja adalah lama waktu yang

diperlukan dalam melakukan kegiatan dari awal hingga akhir. Soeharto (1995: 193)

menjelaskan durasi kegiatan dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

volume
Perkiraan durasi =
produktivitas perhari

Dalam memeperkirakan durasi pekerjaan, Soeharto (1995:193)

mengelompokkan beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut

adalah:

1. Angka yang digunakan sebagai perkiraan hendaklah bebas dari pertimbangan

pengaruh kurun waktu kegiatan yang mendahului. Contohnya kegiatan

pemasangan batu bata bergantung pada tersedianya semen, namun dalam

memperkirakan waktunya jangan dimasukkan faktor kemungkinan terlambatnya

penyediaan semen.

2. Angka perkiraan kurun waktu kegiatan dihasilkan dari asumsi bahwa sumber daya

tersedia dalam jumlah yang normal.

3. Digunakan hari kerja normal, bukan diasumsikan kerja lembur, terkecuali apabila

hal tersebut telah direncanakan khusus pada proyek yang bersangkutan.


4. Bebas dari pertimbangan pencapaian target jadwal penyelesaian proyek karena

dikhawatirkan mendorong untuk menentukan angka yang disesuaikan dengan

target tersebut.

5. Tidak memasukkan angka kontigensi untuk hal-hal seperti bencana alam,

pemogokan, dan sebagainya.

2.3 Pengertian SMKK

SMKK adalah singkatan dari Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.

SMKK adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi untuk

menjamin terwujudnya Keselamatan Konstruksi. Peraturan Menteri PUPR Nomor

10/PRT/M/2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi telah

mengamanatkan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi SMKK

kepada setiap pengguna jasa dan penyedia jasa penyelenggaraan konstruksi. SMKK

dimaksud harus memenuhi standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan

keberlanjutan. Maka harus diperhatikan keselamatan keteknikan konstruksi,

keselamatan dan kesehatan kerja, keselamatan publik, dan keselamatan lingkungan.


2.3.1 Komponen Alat Pelindung Diri

Gambar 2. 3 Alat Pelindung Diri Proyek Konstruksi

1. Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala menjadi komponen terpenting yang harus digunakan oleh

setiap orang di lokasi proyek konstruksi. Alat pelindung kepala digunakan untuk

melindungi kepala dari benturan benda yang terjatuh, uap panas atau dingin,
hingga potensi kebakaran dan korosif. Alat pelindung kepala terdiri dari beberapa

kategori yang dibagi berdasarkan fungsi identitas pegawai.

Gambar 2. 4 Macam-macam Helm Konstruksi

2. Alat Pelindung Mata dan Wajah

Alat pelindung mata dan wajah diperlukan oleh setiap orang pada proyek

konstruksi untuk melindungi dari lemparan benda kecil, pengaruh cahaya,

pengaruh radiasi tertentu dan percikan cairan. Contoh alat pelindung mata adalah

googles, dan kacamata.Sedangkan, contoh alat pelindung wajah adalah visor,

masker full face, topeng las.

3. Alat Pelindung Telinga

Alat pelindung telinga terkadang dibutuhkan di lokasi proyek konstruksi ketika

terdapat suara bising yang dapat menganggu kesehatan telinga. Sumbat telinga

atau ear plug dapat mengurangi intensitas suara 10 sampai dengan 15 dB dan tutup
telinga (ear muff) dapat mengurangi intensitas suara 20 sampai dengan 30 dB. Ear

plug yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk

bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu.

4. Alat Pelindung Pernapasan

Pernafasan merupakan salah satu sistem organ pekerja proyek konstruksi yang

juga harus dilindungi dengan mencegah potensi kerusakan organ pernafasan.

Sumber bahaya seperti pencemaran di udara yang disebabkan oleh virus, bakteri,

partikel debu, kabut, asap atau uap logam terkadang ada pada lokasi proyek

konstruksi. Penentuan kebutuhan pelindung pernapasan tergantung pada jenis

gangguan pernafasan. Contoh pertama alat pelindung pernapasan adalah masker

yang digunakan untuk melindungi pernapasan dari asap, debu, dan bau bahan

kimia ringan. Sedangkan alat pelindung pernapasan respirator melindungi

pernapasan dari uap dan gas berbahaya, partikel mist, atau partikel fume.

5. Alat Pelindung Tangan

Sarung tangan merupakan alat pelindung tangan pada proyek konstruksi. Sarung

tangan melindungi tangan dari bahaya paparan cairan tubuh, menghindari luka

lecet, luka teriris, luka terkena bahan kimia dan terhadap temperatur ekstrim.

Beberapa jenis sarung tangan yang digunakan di tempat kerja konstruksi sebagai

berikut :

a. Sarung Tangan Kulit, digunakan untuk pekerjaan pengelasan, pekerjaan

pemindahan pipa dll. Berfungsi untuk melindungi tangan dari permukaan

kasar.
b. Sarung Tangan Katun, digunakan pada pekerjaan besi beton, pekerjaan

bobokan dan batu, pelindung pada waktu harus menaiki tangga untuk

pekerjaan ketinggian.

c. Sarung Tangan Karet, digunakan untuk pekerjaan listrik yang dijaga agar tidak

ada yang robek supaya tidak terjadi bahaya kena arus listrik.

d. Sarung Tangan Asbes/Katun/Wool, digunakan untuk melindungi tangan dari

panas dan api..

6. Alat Pelindung Kaki

Sepatu keselamatan kerja merupakan alat pelindung kaki yang melindungi kaki

dari bahaya kejatuhan benda-benda berat, percikan cairan, tertusuk oleh benda-

benda tajam atau resiko terpleset. Contoh alat pelindung kaki antara lain boot,

sepatu anti listrik, sepatu anti licin, dan Steel Toe Boots (sepatu khusus yang diberi

pelat besi untuk melindungi jari-jari kaki dari kejatuhan dan benturan benda-benda

bahan bangunan).

7. Pakaian Pelindung

Pakaian pelindung juga digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh

dari percikan cairan tubuh dan suhu panas atau dingin. Contoh pakaian pelindung

adalah baju, rompi, dan celemek yang biasanya terbuat dari bahan-bahan bersifat

kedap terhadap cairan dan bahan kimia, seperti bahan plastik atau karet.

Klasifikasi pakaian pelindung dapat dilihat dari warna pakaian pelindung. Pakaian

pelindung dibedakan berdasarkan banyak kategori, seperti jenis proyek, jenis

identitas pegawai, dan lainnya.


8. Alat Pelindung Jatuh Perorangan

Sabuk pengaman merupakan alat pelindung jatuh perorangan yang digunakan pada

lokasi proyek konstruksi. Sabuk pengaman berfungsi untuk melindungi tubuh dari

kemungkinan terjatuh. Sabuk pengaman biasanya digunakan pada pekerjaan

konstruksi di ketinggian dan pekerjaan memanjat. Ada beberapa macam safety

harness atau sabuk pengaman, yaitu penunjang dada (chest harness), penunjang

dada dan punggung (chest waist harness) dan penunjang seluruh tubuh (full body

harness). Harness yang digunakan pada tubuh akan dihubungkan dengan tali

pengaman yang dikaitkan pada besi penopang beban.

2.3.2 Penerapan SMKK

Ada beberapa dokumen yang diperlukan Ketika Menyusun SMKK yaitu diantaranya:

1. Rancangan Konseptual SMKK

Rancangan konseptual SMKK terlampir pada Peraturan Menteri Pekerjaan umum

dan Perumahan RakyatNo.10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen

Keselamatan Konstruksi pasal 3-5 dan Sublampiran C.Hal ini berisikan bahwa

dalam menyusun rancangan konseptual SMKK, penyedia jasa konsultansi

konstruksi dan pekerjaan konstruksi terintegrasi harus memiliki ahli keselamatan

dan kesehatan kerja konstruksi, atau ahli keselamatan konstruksi. Untuk pekerjaan

pengkajian, perencanaan, dan perancangan dengan pengadaan langsung jasa

konsultansi, tenaga ahli yang dilibatkan merangkap sebagai ahli keselamatan dan

kesehatan kerja konstruksi dan/atau ahli keselamatan konstruksi.Dalam hal


pekerjaan perancangan memiliki besaran kurang dari Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah), rancangan konseptual SMKK hanya memuat IBPRP.

2. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

Dalam hal pekerjaan konsultansi pengawasan memiliki besaran kurang dari

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), RKK pengawasan hanya memuat:

a. prosedur dan/atau instruksi kerja pengawasan

b. formulir izin kerja yang telah ditandatangani

c. laporan penerapan RKK pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi.

Untuk pekerjaan pengawasan dengan pengadaan langsung jasa konsultansi, tenaga

ahli yang dilibatkan merangkap sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja

konstruksi dan/atau ahli keselamatan konstruksi. Dalam hal pelaksanaan pekerjaan

konstruksi dengan risiko keselamatan konstruksi kecil melalui pengadaan langsung

disusun RKK sederhana paling sedikit memuat:

a. kebijakan Keselamatan Konstruksi

b. pengadaan alat pelindung diri dan alat pelindung kerja

c. IBPRP sederhana;

d. rambu keselamatan sesuai identifikasi bahaya

e. jadwal inspeksi.

3. Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL) dan Rencana

Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP)


Gambar 2. 5 RKPPL dan RMLLP pada Penerapan SMKK

4. Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) dan Program Mutu

Gambar 2. 6 RMPK dan Program Mutu pada Penerapan SMKK

5. Ketentuan Lain dalam Dokumen SMKK

2.3.3 Ketentuan SMKK pada Tahap Pembangunan

Ada beberapa ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan pada Sistem

Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK),yaitu diantaranya :

1. Ketentuan pada tahap pemilihan


a. Menyusun dokumen pemilihan yang memuat: manajemen Risiko

Keselamatan Konstruksi yang paling sedikit memuat uraian pekerjaan,

identifikasi bahaya, dan penetapan tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi

pada Pekerjaan Konstruksi; dan Biaya Penerapan SMKK pada HPS.

b. Mensyaratkan dan mengevaluasi personel manajerial keselamatan konstruksi

sesuai dengan risiko keselamatan konstruksi.

c. Menilai RKK penawaran

d. Memberikan penjelasan terkait SMKK saat aanwyzing

e. Pengguna jasa konstruksi Menetapkan uraian pekerjaan, identifikasi bahaya,

dan penetapan tingkat risiko keselamatan konstruksi dalam dokumen

pemilihan dengan mengacu hasil dokumen pekerjaan jasa konsultansi

konstruksi perancangan dan/atau berkonsultasi dengan ahli keselamatan dan

kesehatan kerja konstruksi dan/atau ahli Keselamatan Konstruksi dan/atau

tenaga ahli yang membidangi Keselamatan Konstruksi

f. Menyusun dokumen pemilihan yang memuat: identifikasi bahaya dan

pengendalian risiko terhadap aktivitas pengawasan atau manajemen

penyelenggaraan pekerjaan sesuai tahapan Pekerjaan Konstruksi; dan Biaya

Penerapan SMKK pada HPS.

g. Mengevaluasi tenaga ahli keselamatan konstruksi


Beberapa ketentuan diatas merupakan ketentuan yang harus dilaksanakan oleh

pengguna jasa,konsultan,dan pekerjaan konstruksi.Sementara ketentuan yang harus

dilaksanakan oleh penyedia jasa adalah:

a. Menyusun dokumen penawaran administrasi, teknis dan harga sesuai

dokumen pemilihan.

b. Menyediakan personel manajerial atau tenaga ahli keselamatan konstruksi

sesuai ketentuan.

c. Menyusun RKK penawaran dan melengkapi RKK pada rapat preaward

meeting (untuk kontraktor).

d. Menyampaikan biaya penerapan SMKK :

 untuk kontraktor pada daftar kuantitas dan harga dengan besaran biaya

sesuai kebutuhan berdasarkan pengendalian dalam RKK.

 untuk konsultansi dengan kontrak lumsum pada keluaran komponen

penerapan SMKK dan daftar keluaran dan harga.

 untuk konsultan dengan kontrak waktu penugasan dalam biaya langsung

non-personel

2. Ketentuan pada tahap pelaksanaan

Dalam melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan RKK, RMPK, RKPPL,

dan RMLLP, Pengguna Jasa dapat dibantu oleh ahli keselamatan dan kesehatan

kerja Konstruksi, ahli Keselamatan Konstruksi, tenaga ahli yang membidangi


Keselamatan Konstruksi dan/atau petugas keselamatan konstruksi.RKK,

RMPK/Program Mutu, RKPPL dan RMLLP diperbaharui dalam hal terjadi:

a. Perubahan instruksi kerja, prosedur kerja, termasuk perubahan organisasi

b. Perubahan pekerjaan atau pekerjaan baru serta perubahan lingkup pekerjaan

pada kontrak, termasuk pekerjaan tambah/kurang

c. Kecelakaan Konstruksi yang mengakibatkan kehilangan harta benda, waktu

kerja, kematian, cacat tetap dan/atau kerusakan lingkungan.

3. Ketentuan pada tahap serah terima

Gambar 2. 7 Ketentuan pada Tahap Serah Terima

2.3.4 Strategi dan Pendekatan SMKK

Setiap perusahaan sewajarnya memiliki strategi memperkecil atau bahkan

menghilangkan kejadian kecelakaan dan penyakit kerja di kalangan karyawan sesuai


dengan kondisi perusahaan (Ibrahim J.K., 2010:45). Strategi yang perlu diterapkan

perusahaan meliputi:

a. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam

menghadapi kejadian kecelakaan dan penyakit kerja. Misalnya terlihat keadaan

finansial perusahaan, kesadaran karyawan tentang keselamatan dan kesehatan

kerja, serta tanggung jawab perusahaan dan karyawan, maka perusahaan bisa jadi

memiliki tingkat perlindungan yang minimum bahkan maksimum.

b. Pihak manajemen dapat menenctuomkamniat ptoakuasherperaturan tentang

keselamatan dan kesehatan kerja bersifat formal ataukah informal. Secara formal di

maksudkan setiap peraturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan, dan dikontrol

sesuai dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau

konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan – kesepakatan.

c. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan

rencana tentang keselamtan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti pihak

manajemen perlu memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana sesuai dengan

kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sementara reaktif, pihak manajemen perlu

segera mengatasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu kejadian

timbul.

d. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat derajat keselamatan dan kesehatan

kerja yang tinggi sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak luas. Artinya
perusahaan sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan kerja para

karyawannya

2.3.5 Tujuan SMKK

1. Mengatur keselamatan konstruksi yang meliputi standar keamanan,

keselamatan, Kesehatan, dan keberlanjutan termasuk penjaminan mutu dan

pengendalian mutu pekerjaan konstruksi, termasuk pengelolaan lingkungan

dan lalu lintas.

2. Mengatur pekerjaan konstruksi dan konsultansi konstruksi, dengan

mendetailkan pekerjaan konsultansi konstruksi dan pekerjaan sederhana

3. Untuk meningkatkan kualitas proyek

2.3.6 Manfaat SMKK

Menurut Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat

melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka

perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:

a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

b. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.

c. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena

menurunnya pengajuan klaim.

e. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan

rasa kepemilikan.
f.Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra perusahaan.

g. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

2.3.7 Dasar Hukum SMKK

Dalam pelaksanaan manajemen konstruksi dasar hukum Sistem Manajemen

Keselamatan Konstruksi (SMKK) adala sebagai berikut :

1. UU No. 2 Tahun 2017 tentang jasa kosntruksi

Pasal 4 ayat (1) huruf C menyatakan bahwa pemerintah pusat bertanggung jawab

atas terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai dengan Standar Keamanan,

Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan

2. UU No.11 tahun 2020 tentang cipta kerja merubah ketentuan UU No. 2

Tahun 2017 Pasal 5 ayat (3)

Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c,

Pemerintah Pusat memiliki kewenangan a. mengembangkan Standar Keamanan,

Keselamatan, Kesehatan, dan Keberianjutan dalam penyelenggaraan Jasa

Konstruksi b. menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan,

Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan

pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi;

3. PP No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

4. PP Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan PP Nomor 22 Tahun 2020

a. Pasal 84F menyatakan bahwa


 Penyelenggaraan usaha jasa konstruksi harus menerapkan prinsip

konstruksi berkelanjutan

 Setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi,Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa

wajib memenuhi standar K4

b. Pasal 84G Ayat (1) menyatakan bahwa pengesahan atau persetujuan atas :

 Hasil pengkajian,perencanaan,dan/atau perancangan

 Rencana teknis proses pembangunan,pemeliharaan,pembongkaran,dan/atau

Pembangunan kembai

 Pelaksaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran,

dan/atau pembangunan kembali

 Penggunaan material,peralatan dan/atau teknologi: dan/atau,

 Hasil layanan Jasa Konstuksi

c. Pasal 84G Ayat (6) menyatakan bahwa standar K4 paling sedikit meliputi:

 Mutu bahan

 Mutu Peralatan

 K3

 Prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi

 Mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi

 Operasional dan pemeliharaan

 Perlindungan sosial tenaga kerja

 Pengelolaan lingkungan hidup


d. Pasal 84H Ayat (1) menyatakan bahwa pemenuhan standar

Keselamatan,Keselamatan,Kesehatan,dan Keberlanjutan diatur oleh menteri

teknis terkait.

e. Pasal 84H Ayat (2) menyatakan bahwa dalam Menyusun standar K4 untuk

setiap prosuk Jasa Konstruksi, Menteri teknsi terkait memperhatikan kondisi

geografis yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun

5. PP Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan PP Nomor 22 Tahun 2020

(rancangan konseptual SMKK)

 Pasal 1 Rancangan Konseptual SMKK adalah dokumen telaah tentang

Keselamatan Konstruksi yang disusun pada tahap pengkajian, perencanaan

dan/atau perancangan

 Pasal 84L Untuk pekerjaan pengkajian, perencanaan, dan perancangan,

produk yang dihasilkan yang tercantum dalam uraian pekerjaan, termasuk

menyusun dokumen Rancangan Konseptual SMKK sesuai dengan format

untuk mendukung penerapan SMKK.

6. PERMEN PUPR No.10 Tahun 2021 Tentang pedoman Sistem Manajemen

Keselamatan Konstruksi (SMKK)


Pasal 2

a. Setiap Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa

Konstruksi harus menerapkan SMKK

b. Penerapan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

berdasarkan tugas, tanggung jawab, dan wewenang sebagaimana tercantum

dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini

c. Penyedia Jasa yang harus menerapkan SMKK sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan penyedia yang memberikan layanan:

 konsultasi manajemen penyelenggaraan konstruksi

 Konsultansi Konstruksi pengawasan

 Pekerjaan Konstruksi

 Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi.

d. Selain layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Penyedia Jasa juga harus

menerapkan SMKK dalam memberikan layanan:

 Pengkajian

 Perencanaan

 Perancangan.

e. enerapan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi

Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.


7. Peraturan LKPP No. 12 Tahun 2021 3 Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa

Konstruksi Melalui Penyedia Amanat Perpres No. 12 Tahun 2021

8. Permen PUPR No. 1 Tahun 2022 Amanat PP No. 14 Tahun 2021 Pedoman

Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang PUPR

Anda mungkin juga menyukai