Anda di halaman 1dari 26

PERENCANAAN PENJADWALAN PROYEK DAN

ANALISIS JARINGAN KERJA (Network Planning)

A. PERENCACAAN PENJADWALAN PROYEK


1. Pendahuluan
Proyek merupakan suatu rangkaian/gabungan dari suatu kegiatan
(activities) yang saling berkaitan anatara satu dengan yang lainnya dan
dikerjakan/dilaksanakan dengan mengikuti dan/atau sesuai urutan
tertentu sampai pekerjaan proyek tersebut selesai.
Pada umumnya suatu proyek dikerjakan dalam satu waktu (one-time
effort), artinya urutan kegiatan-kegiatan yang sama dan/atau sejenis
mungkin tidak terulang lagi di waktu yang akan datang.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas di perlukan suatu perencanaan
(planning) untuk menentukan mengenai apa yang harus dicapai, kapan
dan bagaimana proyek/pekerjaan tersebut itu dilaksanakan.
Perencanaan (planning) merupakan salah satu fungsi manajemen dan
bertujuan untuk memecahkan persoalan.
a. Macam perencanaan penjadwalan meliputi:
 Perencanaan pembangunan nasional
 Regional
 Sektoral
 Perncanaan personalia/tenaga kerja
 Perencanaan peralatan
 Perencanaan keuangan
 Perencanaan produksi
 Perencanaan pemasaran/penjualan

b. Pokok-pokok perencanaan penjadwalan meliputi:


 Menentukan target perencanaan, tanpa adanya target sukar untuk
membuat evaluasi.
 Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan.
 Urutan kegiatan.

1
 Jangka waktu yang diperlukan oleh masing-masing.
 Tersedianya alat ukuran/standar.
 Memperhatikan contingency factor.

c. Teknik Perencanaan Penjadwalan


Untuk penyusunan perencanaan, penjadwalan dan
pengawasan/pengontrolan proyek dapat digunakan metode:
1. CPM (Critical Path Method)
2. PDM (Preseden Diagram Method)
3. PERT (Project Evaluation and Review Technique)

PERT dan CPM pada dasarnya merupakan metode yang


berorientasikan kepada waktu, dimana kedua metode tersebut pada
akhirnya akan mentukan jadwal akhir dari waktu pelaksanaan suatu
proyek (a time schedule).
Di dalam teknik penjadwalan proyek (project Shedulling technique),
perbedaannya terdapat di dalam menentukan perkiraan waktu yang
diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan dimana didalam CPM
digunakan waktu “deterministic” yaitu menggunakan angka perkiraan
tunggal, sedangkan di dalam PERT digunakan waktu “probabilistic”
yaitu menggunakan tiga angka perkiraan waktu.
Dalam teknik penjadwalan proyek (project Shedulling technique)
terdapat tiga tahapan yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
2. Penjadwalan (Schedulling)
3. Pengontrolan/pengawasan (Controling)
c.1. Tahapan PERENCANAAN (Planning) Penjadwalan
Dalama tahap perencanaan untuk penjadwalan dimulai dengan:
 Menyusun/menguraikan proyek menjadi bagian-bagian
paket kegiatan pekerjaan (work packet) atau menjadi suatu
aktifitas (activities).
 Perkiraan waktu.

2
 Menentukan diagram jaringan kerja (network diagram) yang
keterkaitan satu sama lainnya dinyatakan dengan anak
panah (arrow). Diagram anak panah menunjukan suatu
representasi grafis mengenai keterkaitan antara berbagai
kegiatan atau aktifitas dari suatu kegiatan proyek.
Pembentukan diagram anak panah merupakan suatu tahapan
perencanaan yang memiliki tujuan untuk mempelajari jenis pekerjaan
yang berbeda secara rinci, sehingga memungkin untuk melakukan
perbaikan atau saran sebelum proyek tersebut dilaksanakan. Atau
dengan kata lain untuk mengembangkan suatu jadwal waktu
pelaksanaan suatu proyek (project schedulling).

c.2.Tahapan PENJADWALAN
Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil
perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal
rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa
biaya, tenaga kerja, peralatan, material, rencana durasi/waktu
pelaksanaan pekerjaan dan progres waktu untuk menyelesaikan
proyek. Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan
hubungan antar kegiatan dibuat lebih terperinci dan sangat detail. Hal
ini dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek.
Penjadwalan atau scheduling adalah pengalokasian waktu yang
tersedia untuk melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam
rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil yang
optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang
ada.
Pada tahap penjadwalan proyek Jadwal waktu pelaksanaan
harus mampu menunjukkan dan memperlihatkan kegiatan-kegiatan
yang sifatnya kritis terutama dari segi waktu sehingga diperlukan
perhatian khusus bila proyek tersebut harus selesai tepat pada
waktunya. Jadwal harus menunjukkan banyaknya waktu yang
mengambang (slack/fload time) yang dapat dipergunakan ketika

3
suatu kegiatan tertunda dan/atau kondisi sumberdaya yang
diperlukan terbatas sehingga waktu yang tersedia dapat digunakan
secara efektif untuk mencapai sasaran/tujuan proyek yang
dikehendaki.
Tujuan akhir dari tahap penjadwalan adalah untuk membentuk
sebuah jangka waktu (a time chart) yang dapat menunjukkan waktu
mulai dan selesainya setiap kegiatan yang berhubungan antara satu
sama lain dalam suatu kegiatan proyek.
Tiga tahapan penjadwalan suatu proyek yaitu:
1. Pembentukan network diagram (diagram anak panah).
2. Penyajian data untuk grafik waktu.
3. Mengalokasikan sumber yang terbatas berbagai kegiatan/aktifitas.
Secara umum penjadwalan mempunyai manfaat-manfaat
sebagai berikut:
1. Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai
batas waktu untuk mulai dan berakhir nya dari masing – masing
kegiatan.
2. Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara
sistematis dan relistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap
sumber daya dan waktu.
3. Memberikan saran untuk menilai kemajuan pekerjaan.
4. Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan
harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang di tetapkan.
5. Memberikan kepastian waktu penyelesaian pelaksanaan
pekerjaan.
6. Merupakan sarana penting dalam pengendaliaan proyek.
Kompleksitas penjadwalan proyek sangat dipengaruhi oleh
faktor- faktor sbb:
1. Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master
schedule.
2. Dana yang di perlukan dan dana yang tersedia.

4
3. Waktu yang di perlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan
waktu yang hilang dan hari – hari libur.
4. Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan di
antaranya.
5. Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk mempercepat
proyek.
6. Sumber daya yang di perlukan dan sumber daya yang tersedia.
7. Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas.
8. Makin besar skala proyek, semakin kompleks pengelolaan
penjadwalan karena dana yang di kelolah sangat besar,
kebutuhan dan penyediaan sumber daya juga besar, kegiatan
yang di lakukan sangat beragam serta durasi proyek menjdi
sangat panjang.

d. Metode Penjadwalan Proyek


Terdapat beberapa metode penjadwalan proyek yang digunakan untuk
mengelola waktu dan sumberdaya proyek. Masing – masing metode
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pertimbangan penggunaan
metode – metode tersebut didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang
ingin di capai terhadap kinerja penjadwalan. Kinerja waktu akan
berimplikasi terhadap kinerja biaya, sekaligus kinerja proyek secara
keseluruhan. Oleh karena itu, variabel –variabel yang mempengaruhinya
harus di monitor, misalnya mutu, keselamatan kerja, ketersediaan
peralatan dan material, serta stakeholder yang terlibat. Bila terjadi
penyimpangan terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi dan
tindakan koreksi agar proyek tetap pada kondisi yang di inginkan.
1. Waktu dan Durasi Kegiatan
Dalam konteks penjadwalan, terdapat dua perbedaan, yaitu waktu
(Time) dan kurun waktu (duration). Bila waktu menyatakan
siang/malam, sedangkan kurun waktu atau durasi menunjukan lama
waktu yang dibutuhkan dalam melakukan suatu kegiatan, seperti
lamanya waktu kerja dalam satu hari adalah 8 Jam. Melakukan durasi

5
suatu kegiatan bisanya dilandasi volume pekerjaan dan produktivitas
crew/kelompok pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Produktivitas didapat dari pengalaman crew melakukan suatu
kegiatan yang telah dilakukan sebelum atau database perusahaan.

2. Bagan Balok (Barchart)


Barchart ditemukan oleh Gantt dan Fredick W. Tailor dalam bentuk
bagan balok, dengan panjang balok sebagai representasi dari durasi
setiap kegiatan. Format bagan baloknya informatif, mudah dibaca dan
efektif untuk dikomunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan
sederhana.
Bagan balok terdiri atas sumbu-Y yang dinyatakan kegiatan atau
paket kerja dari lingkup proyek, sedangkan sumbu-X menyatakan
satuan waktu dalam hari, minggu, atau bulan sebagai durasi.
Pada bagan ini juga dapat ditentukan Milestone/Baseline sebagai
bagian target yang harus diperhatikan guna kelancaran produktifitas
proyek secara keseluruhan.
a. Kelebihannya:
 Umum digunakan dan untuk proses updating dapat
diperpendek atau diperpanjang dengan memperhatikan total
floatnya, yang menunjukan bahwa durasi kegiatan akan
bertambah atau berkurang sesuai kebutuhan dalam perbaikan
jadwal.
 Menyediakan representasi grafis yang mudah dipahami.
 cocok untuk proyek sederhana
b. Kekurangan:
 Sukar untuk mengadakan perbaikan
 Untuk proyek berukuran besar dan bersifat kompleks,
penggunaan bagan balok tidak efekti
 Penyajian informasi bagan balok agak terbatas, misal
hubungan antar kegiatan tidak jelas dan lintasan kritis kegiatan
proyek tidak dapat diketahui.

6
 Karena urutan kegiatan kurang terinci, maka bila terjadi
keterlambatan proyek, prioritas kegiatan yang akan dikoreksi
menjadi sukar untuk dilakukan,
 Tidak merepresentasikan relasi antar aktivitas atau pekerjaan.
 Tidak memberi gambaran kemajuan yang jelas.
 Tidak memberikan informasi mengenai waktu pengerjaan
tercepat dan terlama. Tidak menunjukkan secara spesifik
hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dengan
kegiatan lainnya.

3. Kurva S atau HANUMM CURVE


Kurva s adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T.
Hanumm atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek
sejak awal hingga akhir proyek. Kurva S dapat menunjukan kemajuan
proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang
direpresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan
proyek. Visualisasi Kurva S dapat memberikan informasi mengenai

7
kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal
rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau
percepatan jadwal proyek. Indikasi tersebut dapat menjadi informasi
awal guna melakukan tindakan koreksi dalam proses pengendalian
jadwal. Tetapi informasi tersebut tidak detail dan hanya terbatas
untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih lanjut dapat
menggunakan metode lain hyang dikombinasikan, misal dengan
metode bagan balok yang dapat digeser –geser dan network plaining
dengan memperbaharui suber daya maupun waktu pada masing –
masing kegiatan. Untuk membuat kurva S, jumlah persentase
kumulatif bobot masing – masing kegiatan pada suatu periode
diantara durasi proyek diplotkanterhadap sumbu vertikal sehingga
bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva S.
Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal
biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat
dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan
kembali mengecil. Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan
yang dilakukan dapat berupa perhitungan persentase berdasarkan
biaya per item pekerjaan / kegiatan dibagi nilai anggaran, karena
satuan biaya dapat dijadikan bentuk persentase sehingga lebih
PEKERJAAN ROAD & DRAINAGE JALAN UTAMA ROW 28.5 SITE C
PROYEK JAKARTA GARDEN CITY
TIME SCHEDULE
mudah untuk menghitungnya.
PT. BAKOMINDO UTAMA

BOBOT TAHUN 2016 TAHUN 2017


NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI
MARET
NO. URAIAN PEKERJAAN KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
(%) 10-16 17-23 24-30 1-7 8-14 15-21 22-28 29-04 05-11 12-18 19-25 26-01 02-08 09-15 16-22 23--29 31-09

BILL NO. 1 PRELIMINARIES 0.31% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.31% 0.63%

BILL NO. 2 ROAD AND DRAINAGE 0.00%

2.1 ROADWORKS 50.14% 4.18% 4.18% 4.18% 4.18% 4.18% 4.18% 4.18% 4.18% 4.18% 4.18% 4.18% 4.18% 50.14% 100.27%
2.2 ROAD DRAINAGE 37.26% 3.73% 3.73% 3.73% 3.73% 3.73% 3.73% 3.73% 3.73% 3.73% 3.73% 37.26% 74.52%
2.3 BOX CULVERT 1.14% 1.14% 1.14% 2.28%

BILL NO. 3 JEMBATAN 0.00%


3.1 PEKERJAAN JEMBATAN 4, 5, dan 7 11.15% 1.86% 1.86% 1.86% 1.86% 1.86% 1.86% 11.15% 22.30%
3.2 PEKERJAAN JEMBATAN 6 0.00%

BILL NO. 4 PROVISIONAL SUM 0.00%


0.00%
BILL NO. 5 ADDITIONAL 0.00%

JUMLAH TOTAL 100.00%


RENCANA PRESTASI MINGGUAN % 0.02% 3.74% 3.74% 3.74% 3.74% 7.92% 9.78% 9.78% 9.78% 9.78% 9.78% 7.19% 4.20% 4.20% 4.20% 4.20% 4.20% 100.00%

RENCANA PRESTASI KUMULATIF % 0.02% 3.76% 7.51% 11.25% 15.00% 22.92% 32.70% 42.48% 52.26% 62.04% 71.83% 79.02% 83.21% 87.41% 91.61% 95.80% 100.00%

REALISASI PRESTASI MINGGUAN % `

RENCANA PRESTASI KUMULATIF % #REF!

DEVIASI %

Diperiksa dan disetujui oleh, Dibuat oleh,

PT. MODERNLAND REALTY TBK PT. BAKOMINDO UTAMA


Engineering Contruction
8
ttd

Hartanto AGUS Sasmita


Project Manager Project Manager
4. Metode Penjadwalan NETWORK PLANNING
Network planning diperkenalkan pada tahun 50-an oleh tim
perusahaan Du-pont dan rand corporation untuk mengembangkan
sistem kontrol manajemen. Metode ini dikembangkan untuk
mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki
ketergantungan yang kompleks. Metode ini relatif lebih sulit,
hubungan antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan
kritis. Dari informasi network planning-lah monitoring serta tindakan
koreksi kemudian dapat dilakukan, yakni dengan memperbaharui
jadwal. Akan tetapi, metode ini perlu dikombinasikan dengan metode
lainnya agar lebih informatif.

KEGIATAN/AKTIFIY
i ES j EF
LS DURASI LF

KEJADIAN KEJADIAN

a. Tahapan penyusunan network SCHEDULING :


 Menginfentarisasi kegiatan – kegiatan dari paket WBS
berdasarkan item pekerjaan, lalu diberi kode kegiatan untuk
memudahkan identifikasi.
 Memperkirakan durasi setiapkan dengan mempertimbangkan
dengan janis pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah
sumberdaya, lingukungan kerja, serta produktifitas pekerja.

9
 Penentuan logika ketergantungan antara kegiatan dilakukan
dengan tiga kemungkinan hubungan, yaitu kegiatan yang
mendahului (predecessor), kegiatan yang didahului
(successor), serta bebas.
 Perhitungan analisis waktu serta alokasi sumber daya,
dilakukan setelah langkah – langkah diatas dilakukan dengan
akurat dan teliti.

b. Manfaat penerapan network scheduling.


 Penggambaran logika hubungan antar kegiatan, membuat
perencanaan proyek menjadi lebih rinci dan detail.
 Dengan memperhitungkan dan mengetahui waktu terjadinya
setiap kejadian yang ditimbulkan oleh satu atau beberapa
kegiatan, kesukaran – kesukaran yang bakal timbul dapat
diketahui jauh sebelum terjadi sehingga tindakann pencegahan
yang diperlukan dapat dilakukan.
 Dalam network planning dapat terlihat jelas waktu
penyelesaian yang dapat ditunda atau harus disegerakan.
 Membantu mengomunikasikan hasil network yang ditampilkan.
 Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis
dari segi biaya langsung (direct cost) serta penggunaan
sumber daya.
 Berguna untuk menyelesaikan klaim yang diakibatkan oleh
keterlambatan dalam menentukan pembayaran kemajuan
pekerjaan, menganalisis cashflow, dan pengendalian biaya.
 Menyediakan kemampuan analisis untuk mencoba mengubah
sebagian dari proses, lalu mengamatai efek terhadap proyek
secara keseluruhan.
 Terdiri atas metode Activity On Arrow (Critical Part Method)
dan Activity On Node (precedence Diagram Method).

10
5. Metode Penjadwalan LINIER (DIAGRAM VEKTOR)
Metode ini biasanya sangat efektif dipakai untuk proyek dengan
jumlah kegiatan relatif sedikit dan banyak digunakan untuk
penjadwalan dengan kegiatan yang berulang seperti pada proyek
konstruksi jalan raya, runway bandar udara, terowongan / tunnel atau
proyek industri manufaktur. Metode ini sangat memuaskan untuk
diterapkan pada proyek – proyek tersebut karena menggunakan
sumber daya manusia yang relatif lebih kecil dan variasi keterampilan
pada suatu pekerjaan/kegiatan tidak sebanyak pada proyek yang lain.
Metode ini juga cukup efektif untuk digunakan pada proyek bangunan
gedung bertingkat dengan keragaman masing – masing tingkat
bangunan relatif sama. Pada proyek yang cukup besar, metode ini
membantu memonitor progres beberapa kegiatan tertentu yang
berada dalam suatu penjadwalan keseluruhan proyek. Hal ini dapat
dilakukan bila metode ini dikombinasikan dengan metode network,
karena metode penjadwalan linier dapat memberikan informasi
tentang kemajuan proyek yang tidak dapat di tampilkan oleh metode
network.

6. Penjadwalan SUMBER DAYA


Penjadwalan sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, material
dan modal / biaya dapat merupakan bagian dari master schedule
atau dapat juga sebagai bagian yang terpisah darinya sebagai
subschedul. Untuk proyek yang cukup kompleks, pemilihan schedule
sumber daya dari master schedule, dengan detailnya dilakukan pada
subschudele adalah langkah terbaik untuk memudahkan monitoring,
tujuan penjadwalan sumber daya adalah memastikan jumlah atau
jenis sumber daya dapat diketahui sejak awal dan tersedia bila
dibutuhkan. Tetapi bila ketersediaan sumber daya terbatas, maka
biasanya durasi proyek menjadi lebih lambat dari yang direncanakan.
Sebaliknya, dengan menambah jumlah sumber daya, durasi proyek
dapat di percepat. Bila ketersediaan sumber daya cukup tetapi

11
distribusi selama berlangsungnya proyek berfluktuasi, maka hal ini
akan mengurangi tingkat efektifitas dan efesiensi pengguna
sumberdaya. Bila jumlah sumber daya dimiliki terbatas dan
ketersediaanya tidak mencukupi, sedangkan durasi adalah batasan
kurun waktu proyek, maka penjadwalan dapat dilakukan dengan
perataan sumber daya (resources leveling).

a. Penjadwalan SUMBER DAYA YANG TERBATAS


Sumber daya yang terbatas adalah salah satu alasan mengapa
penjadwalan diperlukan. Penjadwalan dimaksudkan supaya
pelaksanaan proyek tetap dapat berlangsung, caranya dengan
mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang terbatas tersebut
yang diusahakan juga durasi proyeknya tidak menjadi terlalu
lambat.
Sumber daya yang terbatas karena ketersediaannya yang
memang langkah dapat membuat masalah besar bagi
pelaksanaan proyek, karena hal ini akan memengaruhi durasi
proyek. Makin sedikit jumlah ketersediaannya, durasi proyek akan
semakiN lama karena banyak kegiatan yang tidak dapat
dilakukan. Akibatnya adalah adanya sangsi dari pemilik proyek
yang berupa denda atau pemutusan hubungan kerja sepihak
karena keterlambatan proyek. Oleh karena itu, perencanaan
sumberdaya yang langkah seperti peralatan / mesin dengan
teknologi tinggi, tukang khusus ukir/pahat, dan material yang
harus di impor, peralatan yang memerlukan impor dari luar negeri,
harus dibuat sebaik mungkin agar durasi kegiatannya tidak
terganggu.
Ada dua jenis batasan yang harus di perhatikan dalam
penjadwalan proyek, karena batasan tersebut berpengaruh
terhadap waktu kerja dari suatu kegiatan. Dua batasan tersebut
adalah :

12
1. Batasan hungungan kegiatan, batasan yang diakibatkan oleh
hubungan antar kegiatan pada beberapa kegiatan.
2. Batasan kondisi sumber daya, batasan yang diakibatkan oleh
ketidaktersediaan sumber daya.
Selain itu, ada empat aturan yang dapat diterapkan pada
penjadwalan proyek dalam hubungannya dengan alokasi sumber
daya yang terbatas, yaitu :
1. Memprioritaskan kegiatan yang mempunyai batasan kegiatan
– kegiatan dengan sumber daya maksimum, lalu dilakukan
penjadwalan terhadap kegiatan tersebut dengan basis
kontinyu.
2. Memprioritaskan pada kegiatan kritis atau mendekati kritis
dengan total float paling rendah, lalu dilakukan penjadwalan
terhadap kefitan tersebut dengan cara basis kontinyu.
3. Memprioritaskan pada kegiatan yang mempunyai durasi paling
pendek, lalu dilakukan penjadwalan terhadap kegiatan tersebut
dengan cara basis kontinyu.
4. Setelah salah satu dari tiga aturan diatas terpenuhi, dilakukan
pada kegiatan dengan prioritas rendah dengan cara basis
terputus, kemudian dilakukan interupsi oleh kegiatan yang
lebih tinggi prioritasnya.

b. Perataan SUMBER DAYA


Perataan sumber daya adalah meratakan frekuensi alokasi
sumber daya dengan memastikan bahwa jumlah / jenis sumber
daya dapat diketahui dari awal dan tersedia bila dibutuhkan.
Biasanya bila jumlah sunber daya di kurangi, durasi akan
bertambah, sebaiknya bila jumlah sumber daya ditambah, durasi
akan berkurang. Tujuan dari perataan sumber daya adalah untuk
menjadwalkan kegiatan pada proyek yang disesuaikan dengan
ketersediaan sumber daya dan pola penyebaran yang logis
sehingga durasi proyek tidak melampaui batas berlebihan. Variasi

13
penyebaran sumber daya dari suatu periode ke periode lainnya
diusahakan dapat tetap pada suatu batas minimum
kebutuhannya, sehingga hasil yang dicapai dapat memenuhi
sesuai dengan kemampuan dan ketersediaan sumber daya yang
ada. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam perataan sumber
daya adalah mengidentifikasi sumber daya yang terbatas dan
yang dibutuhkan untuk seluruh jumlah durasi dari suatu proyek. Ini
karena alokasi sumber daya yang langkah dan ketersediaannya
terbatas harus di prioritaskan. Bila ketersediaannya tidak
mencukupi, pengadaannya akan menimbulkan biaya yang lebih
tinggi. Perataan sumberdaya dimaksudkan agar alokasi tingkat
pemakaian sumber daya dapat di ketahui sehinggah penyelesaian
proyek menjadi laebih logis. Dalam perataan sumber daya,
biasanya durasi proyek dianggap tetap, sedangkan jumlah sumber
daya diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
ketersediaan.
Metode perataan sumber daya bertujuan mendapatkan pola
kebutuhan sumber daya yang sesuai. Metode ini dapat dilakukan
dengan cara :
 Memulai seluruh kegiatan proyek berada diantara waktu mulai
awal dan waktu mulai paling lambat, sehingga durasi proyek
tidak bertambah.
 Berdasarkan ketersediaan waktu yang dibatasi dengan
mengatur sumber daya yang dibutuhkan yang jumlah dan pola
penyebarannya diatur sedemikian rupa.
 Berdasarkan ketersediaan sumber daya yang terbatas karena
kelangkaan dengan menambah durasi proyek sehinggah
proyek dapat menjadi lebih lambat dari yang dirancanakan.
 Berdasarkan penjadwalan dengan membuat diagram batang
non kontinyu dengan mengintrupsi suatu kegiatan oleh
kegiatan yang lainnya.

14
Dari semua hal diatas, perataan sumber daya dimaksudkan untuk
meningkatkan produktifitas, efektifitas dan efesiensi dan
penggunaannya, menjaga pola penyebaran yang logis dari segi
kuantitas serta menempatkan kualitas sumber daya yang sesuai
dengan kebutuhan proyek dan diharapkan dengan durasi yang
tidak berubah. Dengan demikian alokasi distribusi sumber daya
yang proporsional akan memberikan keuntungan bagi proyek
sehingga pemanfaatan sumber dayanya terencana dengan baik
dan hal ini akan mempengaruhi juga sebagi kinerja proyek secara
keseluruhan.

c. Mengukur Kinerja Biaya dan Waktu dengan METODE EARNED


VALUE
Dalam penentuan kinerja proyek dengan cara earned value atau
nilai hasil, informasi yang diberikan berupa indikator dalam bentuk
kuantitatif, yang menampilkan informasi progress biaya dan jadwal
proyek. Indikator ini menginformasikan posisi kemajuan proyek
dalam jangka waktu tertentu serta dapat memperkirakan proyeksi
kemajuan proyek pada periode selanjutnya. Indikator – indikator
tersebut adalah sebagai berikut :
1. BCWS (Budgeted Cost of Work Shedule), menggambarkan
anggaran rencana sampai pada periode tertentu terhadap
volume rencana proyek yang akan dikerjakan.
2. BCWP (Budgeted Cost of Work Performed), menggambarkan
anggaran rencana proyek pada periode tertentu terhadap apa
yang telah dikerjakan pada volume pekerjaan aktual.
3. ACWP (Actual Cost of Work Performed) menggambarkan
anggaran aktual yang dihabiskan untuk pelaksanaan
pekerjaan pada keadaan volume pekerjaan aktual.
Berbekal ketiga indikator tersebut, pengukuran kinerja biaya dan
waktu untuk metode Earned Value menggunakan 3 jenis kurva S
sebagai nilai kumulatif biaya dengan fungsi waktu, yang

15
terintegrasi dalam satu tampilan yang terdiri atas nilai kumulatif
biaya : BCWS, BCWP dan ACWP.
Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi
pada biaya dan waktu/jadwal dengan cara mengukurnya,
diuraikan di bawah ini.
 Penyimpangan Jadwal/Waktu
 SV (Scheduling Variance) = BCWP – BCWS
SV > 0, progres aktual > rencana : terjadi percepatan
proyek terhadap rencana (schedule underrun)
SV < 0 , progres aktual < rencana : terjadi keterlambatan
proyek terhadap rencana(schedule overrun)
 SPI (Schedule Performance Index) = BCWP / BCWS
SPI > 1, progres aktual > rencana: terjadi percepatan
proyek terhadap rencana (Schedule underrun)
SPI < 1, progres aktual < rencana : terjadi keterlambatan
proyek terhadap rencana (Schedule overrun)
 Penyimpangan Biaya
 CV (Cost Variace) = BCWP – ACWP
CV > 0, biaya volume aktual > biaya aktual (Cost
underrun)
CV < 0, biaya volume aktual < biaya aktual (cost overrun)
 CPI (Cost Performance Index) = BCWP / ACWP
CPI > 1, biaya volume aktual > biaya aktual (Cost
underrun)
CPI < 1, biaya volume aktual < biaya aktual (cost overrun)
Dengan menghitung indeks – indeks seperti diatas akan terlihat
bahwa proyek akan terlambat atau lebih cepat dan biaya yang
harus dikeluarkan akan berlebih atau kurang dari yang
dianggarkan, maka kemajuan proyek untuk waktu yang akan
datang perlu diramalkan dengan cara seprti di bawah ini.
a. Perkiraan penyelesaian proyek (Estimated Completion Date)
ECD = (Sisa waktu / SPI) + Waktu terpakai

16
Persentase keterlambatan/percepatan = 100% – ECD/Jadwal
Rencana x 100%
b. Perkiraan Biaya Penyelesaian Proyek (Estimate at
Completion)
EAC = Sisa Anggaran/CPI + ACWP
= (Total Biaya – BCWP) / CPI + ACWP
Persentase biaya penambahan/penurunan biaya aktual
terhadap anggaran biaya = 100% – EAC/Total Biaya x 100%
c. Earned Value (nilai hasil) = BCWPnth (biaya penyelesaian
volume pekerjaan pada periode tertentu)
Ketiga hal diatas adalah indikator yang dihitung pada
baseline/milestone yang telah ditentukan, sehingga nilai – nilai
yang didapat menunjukan progres proyek yang pada periode
tersebut dan progres proyek dari segi biaya dan waktu untuk
penyelesaian pada masa yang akan datang.

17
B. ANALISA PENJADWALAN PROYEK DENGAN METODA JARINGAN
KERJA (Network Diagram)

Jaringan kerja merupakan metode atau teknik dasar untuk menentukan


urutan/tahapan dan kurun waktu kegiatan dalam suatu kegiatan proyek.
Jaringan kerja dapat digunakan juga untuk memperkirakan waktu
penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Keuntungan Jaringan Kerja(Network Diagram) yaitu :


1. Dapat Menentukan time schedule yang efisien.

2. Dapat menentukan urutan pekerjaan secara logis


3. Dapat digunakan untuk rescheduling bila ada keterlambatan

pekerjaan

4. Dapat digunakan untuk menetukan kemungkinan/probabilitas


terhadap penyelesaian proyek
5. Dapat digunakan untuk merencanakan pembagian waktu, tenaga dan
biaya (scheduling, updating, leveling SDM dan crashing serta
alternatif-alternatif lain dalam penyelesaian proyek dengan alokasi
dana yang ada)
6. Dapat diketahui jalur kritis (critical path) dari suatu kegiatan
pekerjaan.

Dalam menyusun diagram jaringan kerja (network diagram) dikenal


dengan metoda ADM (Arrow Diagram Method) yang terdiri dari dua cara
atau metoda yaitu metoda AON (Activity On Node) dan metoda AOA
(Activity On Arrow).
1. AON (Activity On Node) yaitu kegiatan/acitivity di gambarkan dengan
simpul node/kotak, sedangkan anak panah hanya menunjukan
ketergantungan diantara kegiatan tersebut dan biasa digunakan
dalam metoda jaringan PDM.

18
Keterangan :
Kegiatan A dan B dilaksanakan secara bersamaan.
Kegiatan C bisa laksanakan setelah kegiatan A dan B selesai.
Kegiatan E bisa dilaksanakan setelah kegiatan B selesai.
Kegiatan F bisa dilaksanakan setelah kegiatan E selesai.
Kegiatan D bisa dilaksanakan setelah kegiatan C selesai.

2. AOA (Activity On Arrow ) yaitu kegiatan/activity di gambarkan dengan


anak panah sedangkan untuk peristiwa/kejadian di gambarkan
dengan simpul atau lingkaran dan biasa digunakan dalam metoda
jaringa CPM.

KEGIATAN/AKTIFIY
i ES j EF
LS DURASI LF

KEJADIAN KEJADIAN

Keteranagn :
i dan j = Nomor kejadian
ES = Early Start (waktu mulai paling awal)
EF = Early Finish ( waktu selesai paling awal)
LS = Late Start (waktu mulai paling akhir)
LF = Late Finish (waktu selesai paling akhir)

19
Contoh :

Keterangan:
Kegiatan B baru bisa dikerjakan kalau A sudah selesai. Jadi A harus
dikerjakan terlebih dahulu sebelum kegiatan B.
Kegiatan C baru bisa dikerjakan kalau A dan B sudah selesai. Jadi A
dan B harus diselesaikan dahulu, kemudian baru C dimulai.
Kegiatan B dan C baru bisa dimulai kalau A sudah selesai.

Metoda yang umum yang digunakan untuk menetukan jaringan kerja


yaitu:
1. CPM (Critical Path Method)
2. PDM (Preseden Diagram Method)
3. PERT (Project Evaluation and Review Technique)

1. Metode CPM (Critical Path Method)

Definisi atau pengertian CPM


Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical
Path Method) yakni metode untuk merencanakan, memonitor dan
mengawasi kegiatan suatu proyek.
Critical Path Method (CPM) adalah teknik menganalisis jaringan
kegiatan/aktivitas untuk menentukan waktu tercepat yang mungkin
agar proyek dapat diselesaikan dengan baik.

20
CPM merupakan metoda yang paling banyak digunakan diantara
semua metode untuk menetukan jaringan kerja.
Di dalam metoda CPM, jumlah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan setiap tahap kegiatan pekerjaan sudah pasti,
demikian pula hubungan antara sumber daya yang digunakan dan
waktu yang diperlukan.
Hubungan ketergantungan antara aktivitas satu dan yang lainnya
yang digambarkan dalam bentuk diagram network, hal ini disebut
juga jaringan kerja (network planning ).

2. Istilah Dalam CPM

a. EET (Earliest event time ) = E : Waktu tercepat terjadinya


peristiwa dari suatu aktivitas.
b. LET (Latest event time) = L : Waktu paling lambat yang masih
diperbolehkan bagi suatu peristiwa dari suatu aktivitas.
c. ES (earliest start time): Waktu Mulai paling awal suatu
kegiatan/aktivitas. Bila waktu mulai dinyatakan dalam jam, maka
waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.
d. EF (Earliest finish time): Waktu Selesai paling awal suatu
kegiatan/aktivitas. EF suatu kegiatan terdahulu = ES kegiatan
berikutnya.
e. LS (latest start) Waktu paling lambat kegiatan/aktivitas boleh
dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.
f. LF (latest finish) Waktu paling lambat aktivitas diselesaikan tanpa
memperlambat penyelesaian proyek.
g. D ( duration) Durasi waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas .
h. TF (Total Float) yaitu selisih anatara waktu yang tersedia untuk
melakukan kegiatan dengan waktu yang di perlukan untuk
melakukan kegiatan tersebut. Atau waktu selesai paling akhir,
dikurangi waktu selesai paling awal, atau waktu paling akhir
dikurangi waktu mulai paling awal dari kegiatan tersebut.

21
TF = LF- EF = LS – ES

Atau Total Float sama dengan waktu paling akhir terjadinya node
berikutnya L (j) dikurangi waktu paling awal terjadinya node
terdahulu Ei), dikurangi kurun waktu kegiatan yang bersangkutan
D(i-j)

TF = L(j) – E(i) – D(i-j)

i. FF (Free Float) float bebas yaitu waktu yang tersisa bila suatu
kegiatan dilaksanakan pada waktu yang paling awal, begitu juga
kegiatan yang mengikutinya atau waktu mulai paling awal (ES)
dari kegiatan berikutnya dikurangi waktu selesai paling awal (EF)
kegiatan yang dimaksud. Missal suatu kegiatan A(1-2) dan
kegiatan B (2-3) dengan node 1,2 dan 3 maka kegiatan A
mempunyai Free Float (Float Bebas) sebesar:

FF(1-2) = ES(2-3) – EF(1-2)

3. Asumsi Dasar dalam menghitung critical path method:

a. Proyek hanya memiliki satu initial event (start) dan satu terminal
event (finish).
b. Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol.
c. Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah LS = ES

22
4. Teknik Menghitung critical path method:

a. Hitungan Maju (Forward Pass)


Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event)
untuk menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan
(EF), waktu tercepat terjadinya kegiatan (ES) dan saat paling
cepat dimulainya suatu peristiwa (E).
Aturan Hitungan Maju (Forward Pass)
 Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai
bila kegiatan yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai.
 Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu
mulai paling awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan
yang mendahuluinya.
EF(i-j) = ES(i-j) + D (i-j)
 Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan
terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal
(ES) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai
paling awal (EF) yang terbesar dari kegiatan terdahulu.
b. Hitungan Mundur (Backward Pass)
Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling
lambat terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat
terjadinya suatu kegiatan (LS) dan saat paling lambat suatu
peristiwa terjadi (L).
Aturan Hitungan Mundur (Backward Pass)
 Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu
selesai paling akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya
kegiatan yang bersangkutan.
LS(i-j) = LF(i-j) – D(i-j)
 Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih,
maka waktu paling akhir (LF) kegiatan tersebut sama dengan
waktu mulai paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.

23
Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat
diperoleh nilai Slack atau Float yang merupakan jumlah waktu
longgar dan elastisitas dalam sebuah jaringan kerja.

5. Langkah-langkah yang perlu di perhatikan dalam membuat jaringan

CPM yaitu :

a. Tentukan tujuan dari kegiatan pekerjaan (determine of work


activity)
b. Susun/tentukan kegiatan/aktifitas pekerjaan yang harus dilakukan
(determine of work activity)
c. Tentukan jangka waktu yang diperlukan oleh masing- masing
kegiatan/aktifitas (determine of duration activity)
( Duration = Total Quantity / Crew Productivity )
d. Susun/tentukan urutan logika ketergantungan antar
kegiatan/aktifitas (determine of logical relationships), mana yang
lebih dahulu diselesaikan dan kegiatan/aktivitas mana yang
menyusul/mengkuti.
e. Jaringan kerja/network diagram harus jelas dan mudah di baca.
f. Kegiatan di simbolkan dengan anak panah dengan garis lurus
dan anak panah putus-putus untuk kegiatan semu (dummy).
g. Harus di mulai dari kejadian/event dan di akhiri pada
kejadian/event.
h. Dihindari terjadinya perpotongan antar anak panah.
i. Tidak boleh ada dua kegiatan dalam satu kejadian atau dalam
anak panah yang sama. Dalam hal ini harus di tambah dengan
kegiatan semu (dummy arrow), yaitu kegiatan yang tidak memiliki
durasi dan di lukiskan dengan anak panah putus-putus.

24
Contoh:

6. Menentukan nilai dari :

a. ESj = EFi (max)


b. EFj = ESj + Dur (j)
c. LFj = LS (min)
d. LSj = LFj – Dur (j)
e. TF = LS – ES atau TF = LF – EF atau TF = LF – Dur – ES
f. FFi = ESi (min) – EF (apabila ada dua sumber kegiatan ES diambil
yg paling maksimum).
7. Syarat umum jalur kritis:
a. Pada kegiatan pertama ES = LS = 0 atau E (1) = L (1) = 0
b. Pada kegiatan terakhir atau terminal LF = EF
c. Total Float = 0

25
Contoh

Kegiatan Durasi
NO Aktivitas Deskripsi
mendahului Minggu
1 1-2 A - 4
2 1-3 B - 5
3 1-4 C - 10
4 2-5 D A 12
5 3-5 E B 9
6 3-6 F B 20
7 4-6 G C 2
8 5-7 H D,E 7
9 6-7 I G,F 10

26

Anda mungkin juga menyukai