Anda di halaman 1dari 34

4.

Penambahan atau Pergantian Peralatan


Penambahan atau pergantian peralatan dimaksudkan untuk menambah
produtivitas kerja, mencegah keletihan kerja yang lebih, dan mengurangi
jumlah tenaga kerja manusia.
5. Penggantian atau Perbaikan Metode Kerja
Penggantian atau perbaikan metode kena dilakukan jika metode yang
telah dilakukan terlalu terlambat atau tidak efisien.
6. Konsentrasi pada A ktivitas Tertentu
Konsentrasi ini berarti penambahan/pemindahan tenaga kerja atau
peralatan pada suatu aktivitas tertentu
7. Kombinasi dari Alternatif yang Ada
Dalam perencanaan, percepatan durasi dapat dilakukan dengan
mengombinasikan alternatif-alternatif yang ada sehingga menghasilkan suatu
cara yang sesuai dengan proyek tersebut, terutama pada proyek yang berskala
besar dan mempunyai banyak aktivitas.
8. Perencanaan Penjadwalan dengan Menggunakan Program Primavera 6.0
Primavera Sistem Inc. adalah perusahaan yang bergerak di bidang
program (software) manajemen konstruksi. Perusahaan ini menyediakan
produk-produk program dengan ruang lingkup yang leng terukur, dan
terintegrasi untuk perencanaan (planning) pengaturan (organizing),
pengawasan (controlling), dan koordinasi (coordinating) proyek.
Primavera 6.0 adalah program untuk perencanaan dan pengangwasan
proyek tingkat tinggi, memberikan perencanaan proyek, sumber daya, daftar
kontrol biaya proyek secara luas.
Adapun keistimewaan dari program ini antara lain sebagai berikut:
a. Pengoprasian
Dapat mengatur informasi proyek dengan menggunakan kode- kode
aktivitas, sumber daya, dan tanggal sebagai kerangka struktural.
Dapat bekerja sama dengan program lainnya.
b. Pemaknian dalam proyek
Dapat dipakai pada proyek dengan 1 sampai 100.000 kegiatan per
proyek.
Dapat dipakai pada single project atau multi project.
Dapat mengontrol dan membuat jadwal pekerjaan proyek yang
kompleks.
c. Sumber daya
Dapat mengendalikan kegiatan pada setiap sumber daya dan durasi
pada setiap sumber daya
Perataan sumber daya (levelling).
d. Biaya
Dapat menghitung biaya per jenis pekerjaan dan biaya total proyek.
Dapat mengendalikan biaya dan jadwal.
Tahapan perencanaan pada sebuah proyek konstruksi yang dapat
dibuat menggunakan program Primavera 6.0 adalah:
membuat jadwal baru;
input kalender kerja proyek;
masukan data kegiatan;
input durasi kegiatan;
mengatur hubungan kebergantungan antaraktivitas;
melakukan schedule pekerjaan;
input daftar harga satuan bahan dan upah;
alokasi sumber daya pada setiap pekerjaan;
pengaturan kegiatan
Data-data yang diperoleh dimasukkan sebagai data program dan
dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas. Dari keluaran yang
dihasilkan, dapat dilihat beberapa data, yaitu:
1) Lay Out Gantt Chart (Diagram Batang);
2) Budgeted Cost (Anggaran Biaya Proyek);
3) Resource Profile (Profil Sumber Daya);
4) Resource Table (Tabel Sumber Daya).
BAB 14
PERCEPATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (CRASH
PROGRAM KONSTRUKSI

Proyek dapat diartikan sebagai kegiatan sementara yang berlangsung dalam


jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu, dan dimaksudkan
untuk menghasilkan produk atau deliverable, yang kriteria mutunya telah
digariskan dengan jelas (Soeharto, 1995). Lingkup tugas tersebut dapat berupa
pembangunan pabrik, pembuatan produk baru, atau pelaksanaan penelitian dan
pengembangan.
Dari pengertian tersebut, ciri pokok proyek adalah: (a) bertujuan
menghasilkan lingkup tertentu berupa produk akhir atau hasil kera akhir, (b)
dalam proses mewujudkan lingkup di atas, ditentukan jumlah biaya, jadwal, serta
kriteria mutu; (c) bersifat sementara dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya
tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas; (d) non rutin, tidak berulang-
ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.
Salah satu jenis proyek dilihat dari kegiatan utamanya adalah proyek
engineering konstruksi Komponen kegiatan utama proyek jenis ini terdiri atas
pengkajian kelayakan, design engineering, pengadaan, dan konstruksi. Proyek
konstruksi dewasa ini semakin kompleks dan canggih serta melibatkan
penggunaan sumber daya dalam benluk tenaga manusia, material, peralatan, dan
dana yang cosi tra jumlahnya bertambah besar.
Dalam mewujudkan sebuah gagasan dari suatu proyek konstruksi, terdapat
beberapa pihak yang terlibat didalamnya. Pihak-pihak yang terlibat tersebut secara
garis besar dapat dikategorikan atas pemilik proyek (owner), konsultan proyek,
dan pelaksanaan (kontraktor).
Pemilik proyek bertindak sebagai badan atau orang yang meng mempunyai
gagasan dan berkewajiban membiayai proyek secara keseluruhan. Konsultan
berfungsi sebagai penasihat terhadap pemilik proyek dan mewujudkan gagasan
tersebut. Pelaksana mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan gagasan
tersebut menjadi nyata. Ketiga pihak yang terlibat berdiri sendiri dan bertindak
pada sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati bersama.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, berbagai hal dapat pada terjadi yang
dapat menyebabkan bertambahnya waktu pelaksanaan sehingga penyelesaian
proyek menjadi terlambat. Penyebab keterlambatan yang sering terjadi adalah
perbedaan kondisi lokasi, waktu perubahan desain, pengaruh cuaca, kurang
terpenuhinya kebutuhan pekerja, kurangnya material atau peralatan, kesalahan
dapa perencanaan atau spesifikasi, dan pengaruh keterlibatan pemilik proyek
(owner).
Keterlambatan pekerjaan proyek dapat diantisipasi dengan melakukan
percepatan dalam pelaksanaannya, tetapi harus tetap memerhatikan faktor biaya.
Oleh karena itu, pertambahan biaya yang yang dikeluarkan diharapkan
seminimum mungkin, tetapi tetap memerhatikan standar mutu. Percepatan dapat
dilakukan dengan mengadakan penambahan jam kerja, alat bantu yang lebih
produktif penambahan jumlah pekerja, menggunakan material yang lebih cepat
pemasangannya, dan metode konstruksi yang lebih cepat.
Percepatan penyelesaian proyek harus dilakukan dengan perencanaan yang
baik. Dengan adanya keterbatasan tenaga kerja, alternatif yang biasa digunakan
untuk menunjang percepatan aktivitas adalah dengan menambah jam kerja
sehingga berpengaruh pada biaya total proyek. Untuk mengetahui hal ini, perlu
dipelajari tentang jaringan kerja yang ada, dan hubungan antara waktu dan biaya
disebut sebagai analisis pertukaran waktu dan biaya (time cost trade of analysis).
Pada pembangunan proyek konstruksi diperlukan perencanaan yang
realistis dan pengendalian yang efektif. Perencanaan yang realistis diharapkan
dapat menjamin waktu penyelesaian suatu proyek konstruksi sesuai dengan
rencana. Karena, apabila waktu penyelesaian proyek melebihi waktu yang
direncanakan, akan mengakibatkan total biaya proyek meningkat, bahkan proyek
mengalami kerugian. Demikian juga, apabila penyelesaian waktu proyek lebih
cepat dari rencana, biaya total proyek juga akan meningkat.
Proses pengurangan durasi proyek atau biasa disebut cresh program
biasanya dilakukan untuk mengejar prestasi yang tertinggal pada waktu-waktu
sebelumnya karena terjadinya perubahan atau penyimpangan. Akan telapi, crash
program juga dapat dilakukan pada suatu penjadwalan karena memang dinginkan
agar waktu penyelesaian suatu proyek lebih cepat dari yang direncanakan.
Sebelum melakukan crash program , dilakukan analisis biaya dan waktunya, yaitu
dengan menetapkan waktu aktivitas mana dan berapa besar biaya aktivitas
tersebut agar peningkatan yang terjadi dapat diperhitungkan. Waktu suatu
kegiatan dapat dipersingkat, salah satunya dengan penambahan sumber daya yang
berbentuk tenaga kerja atau waktu kerja. Penambahan tenaga kerja dapat
dilakukan terhadap terlentu yang memungkinkan penambahan tenaga kerja atau
waktu kerja karena ada kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilakukan penambahan
sumber daya yang disebabkan keterbatasan jenis pekerjaan dan tempat tersebut
berlangsung.
Penambahan tenaga kerja atau waktu kerja pada suatu kegiatan juga berarti
peningkatan biaya pada kegiatan tersebut yang juga berpengaruh pada total biaya
proyek perlu diperhatikan dalam melakukan crash program , yaitu apabila terjadi
pengurangan durasi proyek akan biaya pada proyek mengalami peningkatan. Pada
proyek yang penjadwalannya menggunakan bar chart apabila diinginkan
penerapan cresh program terlebih dahulu penjadwalan diubah ke dalam bentuk
precedence diagram method, apalagi untuk proyek yang berskala besar. Crash
program hanya dapat dilakukan pada penjadwalan yang berbentuk precedence
diagram method.
Keuntungan penjadwalan proyek dengan precedence daugrant method,
yaitu hubungan keterkaitan antar kegiatan lebih spesifik dan penyajiannya lebih
sistematis sehingga apabila dilakukan crash program akan lebih mudah.
Precedene diagram meethod juga memperlihatkan kegiatan-kegiatan mana yang
berada pada lintasan kritis proyek Kegiatan-kegiatan pada lintasan kritis itulah
yang dapat dilakukan crash program

A. Hakikat Proses Mempercepat Kurun Waktu


1. Proses Menpercepat Kurun Waktu
Menurut Shtub dan F Bard 1994), crashing adalah cara
mempersingkat waktu dari aktivitas pekerjaan dengan menambah
sumber daya dan biaya langsung. Pada saat crashing harus ditetapkan
aktivitas mana dan berapa besar biaya aktivitas tersebut.
Dalam rangka percepatan waktu, setiap pekeryaan membutuhkan
informasi berikut:
a. Penaksiran biaya yang dibutuhkan tiap-tiap pekerjaan dalam situasi
normal;
b. penyelesaian waktu proyek dalam kondisi percepatan, yaitu waktu
paling singkat yang dapat dilakukan di bawah kondisi percepatan;
c. penaksiran biaya pekerjaan dalam kondisi percepatan.
Untuk menganalisis proses mempersingkat durasi, digunakan
asumsi berikut;
a. jumlah sumber daya yang tersedia tidak merupakan kendala. Hal ini
berarti dalam menganalisis program mempersingkat durasi,
alternatif yang akan dipilih tidak dibatasi oleh tersedianya sumber
daya;
b. apabila diinginkan waktu kegiatan lebih cepat dengan lingkup yang
sama, keperluan sumber daya akan bertambah. Sumber daya ini
dapat berupa tenaga kerja, material, peralatan, atau bentuk lain yang
dinyatakan dalam jumlah dana.
Jadi, tujuan utama dari program mempersingkat durasi adalah
memperpendek jadwal penyelesaian kegiatan atau proyek dengan
kenaikan biaya yang minimal.
Hendrickson (1998) menyatakan bahwa pelaksanaan konstruksi
yang dipercepat akan menghasilkan biaya yang besar dan kualilas yang
lebih rendah. Alasan biaya bertambah jika durasi dikurangi adalah pada
kerja lembur. Dengan menjadwalkan kerja pada hari libur dan malam
hari, waktu penyelesaian sesuai kalender akan berkurang. Akan tetapi,
upah lembur yang besarnya lebih dari upah biasa harus dibayarkan
sehingga biaya akan bertambah. Selain itu, kerja lembur rentan terhadap
kecelakaan dan masalah kualitas yang harus dikoreksi sehingga biaya
tidak langsung akan berlambah. Pada umumnya, tidak diharapkan
adanya hubungan linear antara durasi dan biaya langsung tetapi fungsi
parabola (conrer function), seperti kurva nonlinear atau fungsi bertingkat
(step funclion).
2. Pengenalan Proyek Konstruksi
Dalam mencapai sasaran dan tujuan proyek yang telah ditentukan
terdapat batasan-batasan dalam suatu proyek, yaitu triple constraint atau
tiga kendala yang terdiri atas biaya/anggaran (cost), waktu/jadwal (time),
dan mutu. Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan
sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu,
diperlukan pengaturan yang baik sehingga perpaduan antara ketiganya
sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dengan manajemen proyek
(Soeharto, 1997).

3. Tahap tahap Aplikasi Netuvork Planning


Network planning pada prinsipnya merupakan hubungan
kebergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan
dalam diagram network sehingga diketahui bagian-bagian pekenaan
mana yang harus didahulukan dan pekerjaan mana yang harus menunggu
selesainya pekeriaan yang lain (Soeharto, 1997).
Aplikasi atau penerapan network planning pada penyelenggaraan
proyek memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu adanya
kepastian tentang proyek yang harus dilaksanakan. Jika sudah ada
ketetapan mengenai proyek yang akan dilaksanakan selanjutnya
dilakukan tahap aplikasi network planning yang terdiri atas tiga
kelompok, yaitu pembuatan desain, pemakaian desain, dan perbaikan
desain.
Proses menyusun jaringan kerja dilakukan secara berulang- ulang
sebelum sampai pada suatu perencanaan atau jadwal dianggap cukup
realistis. Metode jaringan kerja memungkinkan aplikasi konsep
management by excrption karena metode tersebut dengan jelas
mengidentifikasikan kegiatan yang bersifat kritis bagi terutama dalam
aspek jadwal dan perencanaan. Umumnya kegiatan kritis tidak boleh
lebih dari 20% total kegiatan proyek dan dengan telah diketahuinya
bagian ini maka pengelola dapat memberikan prioritas perhatian
(Soeharto, 1997).
Sistematika proses menyusun jaringan kerja secara ringkas dapat
digambarkan seperti pada Gambar 14.1.

4. Penyusunan Network Planning dengan Metode Preseden Diagram


Metode diagram preseden/Preceden Diagram Method (PDM)
merupakan penyempurnaan dari CPM karena pada prinsipnya CPM
hanya menggunakan satu jenis hubungan aktivitas, yaitu hubungan akhir
awal dan sebuah kegiatan dapat dimulai apabila kegiatan yang
mendahuluinya selesai. Metode preseden diagram adalah jaringan kerja
yang termasuk klasifikasi AON (Activity on Node).
Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis
dalam node yang berbentuk kotak segi empat. Kotak-kotak tersebut
menandai suatu kegiatan dan harus dicantumkan identitas kegiatan dan
kurun waktunya. Adapun peristiwa merupakan akhir kegiatan. Setiap
node memiliki dua peristiwa, yaitu awal dan akhir.
Pada preseden diagram hubungan antar-kegiatan berkembang
menjadi beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain
menunjukkan hubungan antar-kegiatan dengan satu garis dari node
terdahulu ke node berikutnya, Satu konstrain hanya dapat
menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu
ujung awal atau mulai (S) dan ujung akhir (F), ada empat macam
konstrain, yaitu awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), dan akhir ke awal
(FS) Pada garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu
mendahului (lend) atau terlambat/tertunda (lag). Apabila kegiatan (i)
mendahului kegiatan (j) dan satuan waktu adalah hari.
Gambar 14.1 Ringkasan Langkah-langkah dalam Menyusun Jaringan Kerja
(Sumber: Soeharta, 1997)

B. Perhitungan Metode Preseden Diagram


Parameter yang digunakan dalam perhitungan metode diagram
dijelaskan sebagai berikut;
1. TE-E, adalah waktu paling awal peristiwa (node/event) dapat terjadi
(earliest time of occurrence).
2. TL L adalah waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi (latest allowable
event occurrence time).
3. ES adalah waktu mulai paling awal suatu kegiatan (earliest start time).
4. EF adalah waktu selesai paling awal suatu kegiatan (earliest finish time).
5. LS adalah waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai (latest allowable
start time).
6. LF adalah waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (latesl ullowable
finish time).
7. D = Durasi, adalah kurun waktu suahu kegiatan, umumnya dengan
satuan waktu hari, minggu, bulan, dan lain-lain.
Tenggang waktu total (totel float) adalah jumlah waktu tenggang yang
didapat apabila semua kegiatan yang mendahuluinya dimulai pada waktu
sedini mungkin dan semua kegiatan yang mengikutinya terlaksana pada
waktu yang paling lambat. Rumusan yang akan dipakai dalam perhitungan
waktu pada penyusunan network planning dengan metode preseden diagram
adalah sebagai berikut.

1. Hilungan Maju
Rumusan perhitungan waktu maju adalah sebagai berikut.
a. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j),
adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan yang
terdahulu ES (i) atau EF (i) ditambah konstrain yang bersangkutan.
b. Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau WF
(j), adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan
tersebut ES ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D
(j).

2. Hitungan Mundur
Rumusan perhitungan waktu mundur adalah sebagai berikut.
a. Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang ditinjau,
yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF
ditambah konstrain yang bersangkutan.
b. Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau Ls (i),
adalah sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF
(i) dikurangi kurun waktu yang bersangkutan.
Jalur dan kegiatan kritis jalur dan kegiatan kritis metode preseden
diagram sebagai berikut.
1) Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama (ES=LS).
2) Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama (EF=LF).
3) Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai
paling akhir dengan waktu mulai paling awal (LE-ES=D).
4) Jika hanya sebagian kegiatan bersifat krilis, kegiatan tersebut secara
utuh dianggap kritis.

3. Biaya Prayek
Ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan
suatu proyek konstruksi, yang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
sebagai berikut.
a. Biaya langsung (direct cost), adalah biaya biaya yang langsung
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan,
seperti biaya bahan/ material, pekerja/upah, dan peralatan.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost), adalah semua biaya proyek
yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi di
lapangan, tetapi biaya ini harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari
proyek tersebut, seperti biaya overhead, biaya tidak terduga, dan
keuntungan/profit.

C. Mempercepat Waktu Penyelesaian Proyek


Mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah suatu usaha
menyelesaian proyek lebih awal dari penyelesaian dalam keadaan normal
Dengan diadakannya percepatan proyek ini akan terjadi pengurangan durasi
kegiatan yang akan diadakan crash program.
Durasi crashing maksimum suatu aktivitas adalah durasi tersingkat
untuk menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih mungkin
dengan asumsi sumber daya bukan merupakan hambatan (Soeharto, 1997).
Durasi percepatan maksimum dibatasi oleh luas proyek atau lokasi
kerja, namun ada empat faktor yang dapat dioptimumkan untuk
melaksanakan percepatan pada suatu aktivitas, yaitu penambahan jumlah
tenaga kerja, penjadwalan kerja lembur penggunaan peralatan berat, dan
pengubahan metode konstruksi di lapangan.
1. Pelaksanaan Penambahan Jam Keria (Lembur)
Adapun rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat
durasi sebuah pekerjaan dengan metode jam kerja lembur adalah:
Waktu keja normal adalah 8 jam (08.00 - 16.00), sedangkan lembur
dilakukan setelah waktu kerja normal.
Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 pasal 11
diperhitungkan sebagai berikut:
Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur
sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah satu jam.
Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah
lembur sebesar 2 (dua) kali upah satu jam.
Dari uraian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Biaya lembur per hari = (jam kerja lembur pertama x 1,5 x upah satu jam
normal) + jam kerja lembur berikutnya x 2 upah satu jam normal) (1)

2. Produktivitas Kerja Lembur


Secara umum, produktivitas merupakan perbandingan antara
output dan input. Di bidang konstruksi, output dapat dilihat dari kuantitas
pekerjaan yang telah dilakukan, seperti meter kubik galian atau
timbunan, ataupun meter persegi untuk plesteran. Adapun input-nya
merupakan jumlah sumber daya yang dipergunakan, seperti tenaga kerja,
peralatan, dan material. Karena peralatan dan material biasanya bersifat
standar, tingkat keahlian tenaga kerja merupakan salah satu faktor
penentu produktivitas.
Apabila dilakukan kerja lembur, akan terjadi penurunan
produktivitas yang dapat dilihat pada Gambar 14.2.
Gambar 14.2 Grafik Indikasi Menurunnya Produktivitas Karena Kerja Lembur
(Sumber: Soeharto, 1997)

Dari uraian tersebut dapat ditulis sebagai berikut:


Volume
= ............................................................................(2)
Durasi normal
Produktivitas harian
Produktivitas harian
= .....................................................................(3)
8 jam

= (a x b x produksi tiap jam) ........................................................(4)


Keterangan:
a = jumlah jam kerja lembur;
b = koefisien penurunan produktivitas kerja lembur

3. Crashing
Terminologi proses crashing adalah merduksi suatu pekerjaan
yang akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek. Crashing
adalah suatu proses disengaja, sistematis dan analitik dengan cara
melakukan pengujian dari semua kegiatan dalam suatu proyek yang
dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis. Proses crashing
adalah cara melakukan perkiraan dari variabel cost dalam menentukan
pengurangan durasi yang paling maksimal dan paling ekonomis dari
suatu kegiatan yang masih mugkin untuk direduksi (Ervianto, 2004)
Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara biaya dengan
waktu dan suatu kegiatan, digunakan beberapa istilah, yaitu: kurun
waktu normal/Normal Duration (ND), kurun waktu dipersingkat/Crash
Duration (CD), biaya normal/Normal cost (NC), dan biaya untuk waktu
dipersingkat/Crash cost (CC).
Menghitung Cost Slope masing-masing komponen kegiatan.
Mempersingkat kurun waktu kegiatan, dimulai dari kegiatan kritis
yang mempunyai Cost Slope terendah.
Apabila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur
kritis baru, mempercepat kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai
kombinasi slope biaya terendah.
Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai titik proyek
dipersingkat (TPD).
Buat tabulasi biaya versus waktu, gambarkan dalam grafik dan
hubungan titik normal (biaya dan waktu normal), titik yang
terbentuk setiap kali mempersingkat kegiatan, sampai dengan titik
TPD.
Hitung biaya tidak langsung proyek dan gambarkan pada grafik
diatas.
Jumlah biaya langsungdan biaya tidak langsung untuk mencari biaya
total sebelum kurun waktu yang diinginkan.
Periksa pada biaya grafik total untuk mencapai waktu optimum,
yaitu kurun waktu penyelesaian proyekdengan biaya terendah
(Soeharto, 1997)

Gambar 14.3 Grafik Hubungan Waktu Biaya Normal dan Dipesingkat untuk
Satu Kegiatan
(Sumber: Soeharto, 1997)
Titik A pada Gambar 14.3 menunjukkan titik normal, sedangkan
titik B adalah titik dipersingkat. Garis yang menghubungkan titik A dan
B disebut kurva waktu-biaya. Pada umumnya, garis ini dapat dianggap
sebagai garis lurus, jika tidak ( misalnya, cekung), diadakan
diperhitungan per segmen yang terdiri atas beberapa garis lurus.
Seandainya diketahui bentuk kurva waktu-biaya suatu kegiatan, artinya
dengan mengetahui berapa slope atau sudut kemiringannya, dapat
dihitung jumlah biaya untuk mempersingkat waktu satu hari.
Penambahan biaya langsung (direct cost) untuk mempercepat
suatu aktivitas per satuan waktu disebut cost slope.
Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut:
Produktivitas harian sesudah crash
= (8 jam prod. tiap jam) (a x b x prod. tiap jam) ...................................(5)
Keterangan:
a = jumlah jam kerja lembur
b = koefisien penurunan produktivitas kera lembur

Crush duration=Volume
Prod. Hernan sesudah crash

Normal cost pekerja per jam = harga per satuan pek x prod.
setiap jam................................................................................................(7)
Normal cost pekerja per hari = 8 jam x normal cost setiap jam....(8)
Normal cost = normal duration x Normal cost pekerja per hari .......(9)
Crash cost pekerja = Normal cost pekerja per hari + biaya lembur per
hari .......................................................................................................(10)
Crash cost = crash duration x Crash cost pekerja per hari.................(11)
Crash cost-Normal cost
Cost Slope = ...........................................(12)
normal duration-crash duration
Hubungan biaya terhadap waktu-biaya total proyek adalah
penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tidak langsung yang
digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat
bergantung pada lamanya waktu (durasi) penyelesaian proyek, keduanya
berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak
dapat diperhitungkan dengan rumus tertentu, pada umununya semakin
lama proyek berjalan semakin tinggi komulatif biaya tidak langsung
yang diperlukan (Soeharto, 1997). Pada Gambar 14.4 ditunjukkan
hubungan biaya langsung, biaya tidak langsung dan biaya total dalam
suatu grafik serta terlihat bahwa biaya optimum didapat dengan mencari
total biaya proyek yang terkecil.

Gambar 14.4 Grafik Hubungan Waktu dengan Biaya Total, Biaya Langsung, dan
Biaya Tidak Langsung
(Sumber: Soeharto, 1997)

D. Pertukaran Biaya dan Waktu (Time Cost Trade Off)


1. Penyelesaian Aktivitas dalam Suatu Proyek
Penyelesaian aktivitas dalam suatu proyek memerlukan
penggunaan sejumlah sumber daya minimum dan waktu penyelesaian
yang optimum sehingga aktivitas akan dapat diselesaikan dengan biaya
normal dan durasi normal. Jika suatu saat diperlukan penyelesaian yang
lebih cepat, penambahan sumber daya memungkinkan pengurangan
durasi proyek dari suatu normalnya, tetapi biaya yang dikeluarkan akan
lebih besar lagi.
Dalam mempercepat penyelesaian suatu proyek dengan
melakukan kompresi durasi aktivitas, harus tetap diupayakan agar
penambahan dari segi biaya seminimal mungkin. Pengendalian biaya
yang dilakukan adalah biaya langsung karena biaya inilah yang akan
bertambah apabila dilakukan pengurangan durasi. Kompresi ini
dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang berada pada dan Cost Slope
terendah. Menyusun jaringan kerja. Mengulangi langkah kedua, di mana
langkah kedua akan terjadi penambahan lintasan apabila terdapat lebih
dari satu lintasan, langkah kedua dilakukan serentak pada semua lintasan
kritis perhitungan cos slope dijumlahkan. Langkah dihentikan jika
lerdapat lintasan kritis ketika aktivitas-aktivitasnya telah jenuh
seluruhnya (tidak mungkin dikompres lagi) sehingga pengendalian biaya
telah optimum.

2. Prosedur Mempersingkat Waktu


Prosedur mempersingkal waktu menurut Soeharto (1997), adalah
sebagai berikut:
a. Menghitung waktu penyelesaian proyek.
b. Menentukan biaya normal setiap kegiatan.
c. Menentukan biaya dipercepat setiap kegiatan.
d. Menghitung Cost Slope setiap komponen kegiatan.
e. Mempersingkat kurun waktu kegiatan, dimulai dari kegiatan kritis
yang mempunyai cost slope terendah.
f. Apabila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur
kritis baru, mempercepat kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai
kombinasi slope biaya terendah.
g. Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai titik proyek
dipersingkat (TPD).
h. Buat tabulasi biaya versus waktu, gambarkan dalam grafik dan
hubungan titik normal (biaya dan waktu normal), titik yang
terbentuk setiap kali mepersingkat kegiatan, sampai dengan titik
TPD.
i. Hitung biaya tidak langsung proyek dan gambarkan pada grafik di
atas.
j. Jumlahkan biaya langsung dan biaya tidak langsung untuk mencari
biaya total sebelum kurun waktu yang diinginkan.
k. Periksa pada grafik biaya total untuk mencapai waktu optimum,
yaitu kurun waktu penyelesaian proyek dengan biaya terendah.

3. Analisis Time Cost Trade Off


Dalam penyusunan sebuah schedule proyek konstruksi diharapkan
menghasilkan schedule yang realistis berdasarkan estimasi yang wajar.
Salah satu cara mempercepat durasi proyek adalah dengan analisis time
cost trade off.
Dengan mereduksi suatu pekerjaan yang akan berpengaruh
terhadap waktu penyelesaian proyek. Time cost trade off menurut
Ervianto (2004), adalah suatu proses yang disengaja, sistematis dan
analitik dengan cara melakukan pengujian dari semua kegiatan dalam
suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur
kritis. Selanjutnya, melakukan kompresi dimulai pada lintasan kritis
yang mempunyai nilai Cost Slope terendah. Kompresi terus dilakukan
sampai lintasan kritis mempunyai aktivitas-aktivitas yang telah jenuh
seluruhnya.
Dengan dipercepatnya durasi suatu proyek, pasti akan terjadi
perubahan biaya dan waktu. Terdapat dua nilai waktu yang akan
ditunjukkan setiap aktivitas dalam suatu jaringan kerja saat terjadi
percepatan, yaitu sebagai berikut.
a. Nonnal Duration
Normal duration adalah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu aktivitas atau kegiatan dengan sumber daya
normal yang ada, tanpa adanya biaya tambahan lain dalam sebuah
proyek.
b. Crash Duration
Crash duration adalah waktu yang akan dibutuhkan suatu
proyek dalam usahanya mempersingkat waktu, yang durasinya lebih
pendek dari normal duration.
Proses percepatan juga menyebabkan perubahan pada elemen
biaya, yaitu sebagai berikut.
1) Normal cost
Biaya yang dikeluarkan dengan penyelesaian proyek
dalam waktu normal. Perkiran biaya ini adalah pada saat
perencanaan dan penjadwalan bersamaan dengan penentuan
waktu normal.
2) Crash cost
Biaya yang dikeluarkan dengan penyelesaian proyek
dalam jangka waktu besar durasi crash-nya. Biaya setelah di-
crashing akan menjadi lebih besar dari biaya normal.

Gambar 14-5 Grafik Hubungan antara Waktu dan Biaya


(Sumber: Soeharto, 1995: 219)
Dengan menggunakan variabel waktu dan biaya pada
saat normal ataupun dipercepat, didapatkan pertambahan biaya
untuk mempercepat suatu aktivitas per satuan waktu yang
disebut Cost Slope. Menggambarkan titik-titik dari suatu
kegiatan yang dihubungkan oleh segmen-segmen garis yang
dapat berfungsi untuk menganalisis kegiatan apa masih layak
untuk diadakan crashing. Cara yang digunakan adalah meninjau
slope (kemiringan) dari setiap segmen garis yang dapat
memberikan identifikasi mengenai pengaruh biaya terhadap
pengurangan waktu penyelesaian suatu proyek.
Cost Slope = perbandingan antara perlambalan biaya
dan percepatan waktu penyelesaian proyek.
Perumusan Cost Slope sebagai berikut:
Cost Slope = C/t

Crash Cost-Normal Cost


Cost Slope =
Normal Duration-Crush Duration

Dalam proses penyelesaian proyek dengan melakukan


penekanan (kompresi diusahakan agar penambahan biaya yang
teriadi seminimum mungkin Kompresi dilakukan pada jalur
lintasan kritis dimulai dengan aktivitas yang memiliki Cost
Slope terendah.
Contoh analisis Time Cost Trade dapat dilihat
berdasarkan Tabel 14.1 berikut.
Tabel 14.1 Data Durasi dan Cost Proyek

Network dari kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar


14.6 berikut.

Gambar 14.7 Network Normal


(Sumber: Emianto, 2004)
Dari 6 kegiatan tersebut dapat dihitung Cost Slope masing-
masing kegiatan sebagai berikut: SA = (CC-NC)/(ND-CD) =
Rp14.000-Rp12.000/120-100 = Rp100/hari.

SB = (CC-NC)/(ND-CD) = Rp2.800-Rp1.800/20-15 = Rp200/hari.


SC = (CC-NC)/(ND-CD) = Rp22.000- Rp6.000/40-30 =Rp600 hari.
SD = (CC-NC)/(ND-CD) = Rp2.000-RP1.400/30-20 =Rp60/ hari.
SE = (CC-NC)/ (ND-CD) = Rp4.800-Rp3.600/50-40= Rp120/hari.
SF = (CO-NC)/ (ND-CD) = Rp18.000-13.500/60-45 = Rp300/hari.
Normal cost pekerjaan tersebut adalah = Rp48.300.
Normal Duration pekerjaan tersebut 140 hari.
BAB 15
APLIKASI MANAJEMEN KUALITAS DALAM
PELAKSANAAN PROYEK

Gelombang globalisasi ekonomi akibat AFTA, GATTS, APEC. WTO, dan


sebagainya telah menciptakan kancah kompetisi yang semakin bebas dan ketat.
Proteksi yang sebelumnya menjadi benteng bagi produk barang dan jasa dalam
negeri akan hilang diterjang arus liberalisasi. Produk barang dan jasa luar negeri
akan bebas masuk ke pasar domestik.
Menghadapi situasi tersebut, ada dua pilihan bagi para pelaku usaha jasa
konstruksi dan jasa konsultansi, yaitu masuk dalam arena kompetisi atau keluar
arena kompetisi. Kedua keputusan tersebut memiliki yang sama beratnya.
Memasuki arena kompetisi tanpa kekuatan dan strategi sama saja dengan bunuh
diri. Adapun keluar dari arena kompetisi tidak berarti luput dari hempasan
gelombang globalisasi, bahkan boleh jadi dampaknya lebil dahsyat daripada ikut
bertarung pada era kompetisi tersebut. Strategi kompetisi yang paling dapat
diandalkan adalah "strategi kualitas". Oleh karena itu, para pelaku usaha jasa
konstruksi dan konsultansi harus terus berusaha untuk mengembangkan konsepsi
dan teknologi kualitas, sejalan dengan kecenderungan globalisasi.
Di antara alternatif pilihan yang ada, sistem manajemen kualitas ISO 9000
dan Tolal Quality Management (TQM) adalah pilihan yang tepat dan efektif.
TOM mengembangkan konsep kualitas dari udut pandang pengguna jasa
konstruksi dan jasa konsultansi yang mengartikan kualitas sebagai kesesuaian.
Apabila suatu konstruksi prasarana atau infrastruktur dibangun, dibiayai, dan
digunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna jasa (pemerintah dan masyarakat)
sesuai dengan persyaratan, dapat dikatakan berkualitas.
Persyaratan yang dimaksudkan adalah sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan pengguna jasa. Oleh karena itu, dalam konsep TOM, pengguna jasa
tidak hanya diarlikan sebagai pembeli bangunan, letapi diartikan juga sebagai
proses berikutnya dan pihak yang menentukan persyaratan.
Usaha-usaha peningkatan dan pengendalian kualitas pada awalnya hanya
dalam lingkup penyedia jasa dan pengguna jasa sehingga memerlukan pihak
ketiga yang bersifat independen. Kehadiran pihak ketiga ini dianggap lebih
objektif dan dapat diterima kedua belah pihak. Hal ini pula yang memunculkan
lembaga akreditasi di beberapa negara dengan menggunakan produk standar
seperti ASTM, JIS, BS, dan sebagainya.

A. Hakikat Manajemen Kualitas (Quality Management)


1. Filosofi Total Quality Management (TQM)
Istilah kualitas mengandung berbagai makna yang berlainan
Gotech dan Davis (994) merumuskan konsep holistik mengenai kualitas
sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia,
proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pengguna
produk/jasa.
Menurut Tjiptono dan Diana (1996), secara garis besar ada tiga
tahap perkembangan konsep kualitas. Pertama, era Craftrmanship yaitu
individu sangat terampil mengerjakan semua tugas yang dibutuhkan
untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas. Dengan
demikian, peranan pimpinan, petugas operasional, dan pengendali
kualitas ditumpuk pada satu orang. Pendekatan ini mulai ditinggalkan
seiring dengan berkembangnya studi waktu dan gerak yang
dikembangkan oleh bapak manajemen ilmiah adalah perlunya pemisahan
antara perencanaan dan implementasi. Pendekatan Taylor mengganti
Craftmanship dengan pembagian tugas (division of labor). Manajemen
diberi tanggung jawab perencanaan, sedangkan bagian operasi ditangani
oleh tenaga kerja atau buruh. Untuk menjaga kualitas, dibentuk
departeman kulaitas yang terpisah.
Sejalan dengan meningkatnya volume dan kompleksitas operasi,
kualitas juga berkembang menjadi isu yang semakin rumit. Pendekatan
tradisional ofter-the-facu yang sarat diwamai inspeksi tidak lagi
memadai. Hasil inspeksi tidak lebih dari sekadar menyisihkan komponen
produk cacat. Cara-cara seperti ini tidak menyelesaikan masalah, karena
tanggung jawab kualitas dibebankan semata-mata pada departemen
kualitas. Penyebab produk cacat tetap ada dan biaya akibat produk cacat
tetap tinggi. Pada pihak lain, muncul masalah besar mengenai 3K
(komunikasi, koordinasi, dan kerja sama) akibat pemisahan think (yang
dilakukan oleh pihak manajemen) dan Act (yang dilaksanakan oleh pihak
pegawai lapangan). Kenyataan ini mendorong munculnya pendekatan
kualitas total (total quality approach) yang dalam perkembangannya
dikenal dengan istilah total quality management.
Konsep total quality management pertama kali dikemukakan oleh
Nancy Warren, seorang behavioral scientist di United States Navy
Walton (Bounds, et al., 1994), Istilah ini mengandung makna every
process, every job, dan ette aspec (Goetsch dan Davis, 1994).
Aspek pertama menguraikan apa TOM. TOM didefinisikan
sebagai pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupaya
memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan terus menerus atas
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi.
Aspek kedua menyangkut cara mencapainya dan berkaitan dengan
sepuluh karakteristik TOM yang terdiri atas: fokus pada pelanggan
(internal dan eksternal), (b) berorientasi pada kualitas, (c)menggunakan
pendekatan ilmiah, (d) memiliki komitmen jangka panjang, (e) kerja
sama tim, (f) menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan, (g)
pendidikan dan pelatihan, (h) menerapkan kebebasan yang terkendali, (i)
memiliki kesatuan tujuan, dan (j) melibatkan dan memberdayakan
karyawan.

2. Pilar Total Quality Management (TQM)


Bill Creech, seorang mantan jendral bintang empat, berhasil
menerapkan berbagai prinsip TQM pada United States Air Force semasa
perang teluk. Prinsip yang digunakannya dikenal dengan istilah Lima
Pilar TOM yang terdiri atas produk, proses, organisasi, pemimpin, dan
komitrmen (Creech, 1996).
Menurut Creech, produk atau jasa merupakan titik pusat bagi
tujuan dan prestasi organisasi yang tepat. organisasi akan menentukan
kesehatan dan vilalitas organisasi yang lepat organisasi akan menentukan
kesehatan dan vitalitas keseluruhan sistem manajemen. Oleh karena itu,
ditempatkan di tengah-tengah kelima pilar TQM. Organisasi yang tepat
tidak ada artinya tanpa kepemimpinan yang memadai. Komitmen yang
kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung mernadai.
Komitmen ini merupakan pilar pendukung bagi pilar-pilar lain. Setiap
pilar tersebut tersebut bergantung pada empat pilar yang lain dan apabila
ada salah satu pilar yang lemah, semuanya akan turut lemah.
Lebih lanjut, Creech menegaskan bahwa program TQM harus
memenuhi empat kriteria untuk mencapai kesuksesan dalam
implementasinya. Pertama, program tersebut harus didasarkan pada
kesadaran akan kualitas dan berorientasi pada kualitas dalam
aktivitasnya, termasuk dalam setiap proses dan produk/jasa. Kedua,
program tersebut harus memiliki sifat kemanusiaan yang kuat untuk
menerjemahkan kualitas dalam cara memperlakukan karyawan selalu
diikutsertakan dan diberi inspirasi. Ketiga, program TQM harus
didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan wewenang
pada semua tingkatan, terutama pada lini depan sehingga antusias
keterlibatan dan tujuan bersama menjadi kenyataan dan bukan sekadar
slogan. Keempat, TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga
semua prinsip, kebijakan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan
celah-celah organisasi.

3. Pengertian Mutu (Kualitas): ISO 9000


Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai
ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang
memengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan
tertentu. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri
dan karakter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian
membuat suatu dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya.
Definisi ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau
pemakai produk. Dalam suatu proyek gedung, pelanggan dapat berarti
pemberi tugas, penyewa gedung, atau masyarakat pemakai. Misalnya
dari segi desain, kepuasan diukur dari segi estetika, pemenuhan fungsi,
keawetan bahan, keamanan, dan ketepatan waktu. Dari segi pelaksanaan,
ukurannya adalah pada kerapian penyelesaian, integritas (sesuai dengan
gambar dan spesifikasi) pelaksanaan, tepatnya waktu penyerahan dan
biaya, serta bebas cacat.
Adapun manajemen mutu adalah aspek-aspek dari fungsi
manajemen keseluruhan yang menetapkan dan menjalankan kebijakan
mutu suatu perusahaan/organisasi. Untuk mencukupkan kebutuhan
pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan
ekonomis, manajer proyek harus memasukkan dan mengadakan
pelatihan manajemen kualitas. Hal-hal yang menyangkut kualitas adalah:
a. produk/pelayanan/ proses pelaksanaan;
b. proses manajemen proyek itu sendiri

4. Manajemen Kualitas Proyek


Bagian ini difokuskan pada proses manajemen proyek. Ada dua
model atau teknik yang telah sukses digabungkan dan diterapkan dalam
pelatihan konsultan konstruksi dalam meningkatkan kinerja proses dari
manajemen proyek, yaitu Continuous Quality Model dan Process
Quality Management Model.
a. Continuous Quality Management
Model atau cara ini digunakan sebuah perusahaan untuk
meningkatkan proses bisnis mereka. Hal ini merupakan cara hidup
dari semua organisasi yang ingin mencapai posisi yang kompetitif
dalam arus industrisasi yang cepat.
b. Process Management Model
Model atau cara ini digunakan untuk menghubungkan faktor
kesuksesan yang kritis pada proses bisnis. Model ini membangun
dasar fondasi untuk menerus suatu analisis langkah-langkah dan
proses dalam meningkatkan dan memanfaalkan kesempatan yang
ada.
5. Penggunaan Kualitas dalam Proyek Konstruksi
Manajemen kualitas yang terpadu merupakan pendekatan yang
umum digunakan untuk mendapatkan kualitas yang diinginkan. Kualitas
proyek adalah masalah khusus yang memerlukan penafsiran khusus pula.
Ada enam lingkup dari pekerjaan proyek untuk menguji dan memeriksa
kualitas, yaitu:
a. kualitas penerangan dan keputusan dari klien;
b. kualitas proses desain;
c. kualitas material dan komponen;
d. kualitas kumpulan proyek;
e. kualitas kegiatan manajemen proyek;
f. manajemen proyek sebagai rata-rata dari peningkatan kualitas
proyek.

B. Sistem Manajemen Kualitas


1. Pengertian Sistem
Dari segi etimologi, kata 'sistem" berasal dari bahasa Yunani,
yaitu "systema" yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan "system yang
mempunyai satu pengerban, yaitu sehimpunan bagian atau komponen
yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan
yang tidak terpisahkan. Berikut ini pengertian sistem yang diberikan oleh
para ahli.
Buckley (1997) mendefinisikan sistem sebagai kebulatan atau
berfungsi secara utuh, disebabkan adanya saling kebergantungan antar-
bagiannya (a whole that functions as a wholeby virtue of
interdependence of its parts), sistem adalah sekelompok komponen yang
terdiri atas manusia da bukan manusia sehingga yang diorganisasikan
dan dialur sedemikian rupa dapat sebagai satu kesatuan dalam mencapai
tujuan, sasaran bersama, atau hasil akhir. Pengertian ini mengandung arti
pentingnya aspek pengalutan clan pengorganisasian komponen dari suatu
sistem untuk mencapai sasaran bersama, karena apabila tidak ada
sinkronisasi dan koordinasi yang tepat, kegiatan tiap-tiap komponen,
subsistem, atau bidang dalam suatu organisasi tidak saling mendukung.
Pemakaian sistem dapat digolongkan secara garis besar dalam dua
golongan pemakaian, yaitu:
a. bentuk fisik, suatu wujud benda, abstrak ataupun konkret, termasuk
juga konsepsi yang dikenal dengan deskriptif,
b. metode atau tata cara yang dikenal dengan preskriptif.
Sistem paling sering digunakan untuk menunjukkan pengerti
metode atau cara dan himpunan unsur atau komponen yang saling
berhubungan satu sama lain menjadi satu kesatuan.
Bagaimana dengan pengertian sistem yang dikaitkan dengan
konstruksi, yang sering ditulis dengan sistem konstruksi? Sebenamya
kata "konstruksi" menurut bahasa Indonesia lebih dekat dengan kata dari
bahasa Belanda "Konstruktie karena dimaksudkan sebagai wujud
bangunan. Konstruksi di sini bukan terjemahan langsung dari bahasa
Inggris, yaitu dari kata construction, yang berarti pembangunan.
Construction system menurul bahasa Inggris lebih tepat diterjemahkan
menjadi sistem pembangunan yang dekat dengan pengertian construction
management. Jadi, yang dimaksud dengan sistem konstruksi adalah
sistem bangunan atau jenis-jenis bangunan atau dalam bahasa Inggris
lebih tepat disebut dengan structural system.
Dengan menggunakan konsep di atas, sistem konstruksi dapat
diartikan sebagai sekelompok orang, pedoman dan peraturan fasilitas,
alat perlengkapan pengolah data untuk melakukan kegiatan atau bekerja
untuk menghasilkan jumlah dan jenis konstruksi tertentu. Caranya adalah
dengan mendayagunakan atau memberlakukan persyaratan teknis,
sumber daya alam, sumber daya manusia untuk menghasilkan hasil karya
dan informasi yang telah direncanakan atau ditetapkan pada saat
diperlukan. Selanjutnya, sistem konstruksi juga mengandung arti sebagai
gabungan dan kerja sama dari semua unsur konstruksi sehingga
membentuk satu kesatuan yang kompak dan terpadu menjadi suatu
bangunan untuk suatu manfaat tertentu.
Dalam hal konstruksi bangunan sipil, khususnya konstruksi
jembatan, yang dimaksud dengan sistem konstruksi adalah suatu
konstruksi yang disusun oleh atau terdiri atas subsistem, yaitu bangunan
atas jembatan, bangunan bawah dan dilengkapi dengan bangunan
pelengkap jembatan Selanjutnya, nka bahasan analisis kita turunkan satu
level di bawahnya, yaitu dengan memenn unsur subsistem bangunan atas
jembatan, dapat diuraikan lebih jauh bahwa bangunan atas tersebut
tersusun dari gelagar utama, diafragma, lantai jembatan, trotoar, railing
post, dan hand-railing. Dengan memerhatikan uraian tersebut, dapatlah
disimpulkan bahwa setiap suatu sistem dapat diuraikan dalam bentuk
subsistem pada evel di bawahnya. Secara umum, suatu sistem dapat
dijabarkan dalam bentuk suatu hierarki dengan berbagai levelnya.

2. Sistem Manajemen Kualitas Berdasarkan ISO 9000


ISO 9000 series adalah standard quality management yang
dibentuk berdasarkan konvensi ISO/TC 176 (ISO Technical Committee
176) pada 1979, ISO 9000 dibentuk sebagai dasar dari uatu seri sandard
quality management, yang disusun secara lengkap pada 1982 dan
dikenalkan secara umum pada 1983. LSO 9000 seri standar
memperkenalkan persyaratan penting yang dibutuhkan perusahaan untuk
menjamin konsistensi produksi dan pengiriman yang tepat waktu
terhadap barang dan jasa pada pasar.
Persyaratan tersebut dapat dipenuhi dengan cara unembangun
standar yang tersusun sebagai sistem manajemen kualitas. Konsistensi
terhadap semua kebutuhan dan persyaratan konsumen setiap waktu
adalah sangat penting untuk menjaga kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Jika perusahaan kita tidak melaksanakan hal tersebut akan membuat
pasar dan pelanggan berpaling dan berpindah kepada saingan.
ISO 9000 seri mampu memberikan keuntungan dalam manajemen
kualitas bagi semua organisasi, baik organisasi besar maupun kecil,
organisasi masyarakat atau swasta, tanpa terlalu mencampuri bagaimana
organisasi itu harus beralan.
ISO 9000 menerangkan persyaratan yang harus dipenuhi, bukan
cara memenuhi persyaratan tersebut. Hal ini memungkinkan adanya
persamaan standar bagi semua organisasi atau perusahaan, tetapi
memberikan celah bagi organisasi tersebut untuk menyesuaikan
organisasinya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi
tersebut yang berbeda dengan organisasi lainnya.
Dengan penerapan ISO 9000 dengan benar, organisasi mampu
membangun perusahaannya sehingga mempunyai kemampuan
penyediaan barang dan pelayanan yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan. Hal ini akan membuat perusahaan lebih pelanggan, baik
pelanggan lama maupun baru dan meningkatkan kepercayaan mereka
bahwa mampu memenuhi harapan atau tuntutan mereka.
Perlu diketahui ISO-9000 merupakan standar manajemen mutu
bukan standar produk sehingga perusahaan yang telah mendapatkan
sertifikat ISO 9000 tidak dapat memublikasikan atau mengiklankan
bahwa produknya telah memenuhi standar internasional.
Selain itu, untuk menjamin bahwa LSO 9000 dapat menyesuaikan
dengan perkembangan zaman, setiap 6 tahun akan diadakan revieto dan
revisi terhadap standar ISO. Saat ini, ISO 9000-2000 adalah yang terbaru
dengan revisi dan pengurangan pada beberapa poin. ISO 9000 seri
mempunyai tiga standar, yaitu ISO 9001, ISO 9002, dan ISO 9003.

C. Syarat Penggunaan dalam Quality Management


Ada beberapa bagian yang digunakan dalam manajemen kualitas,
Dalam konteks konstruksi beberapa bagian yang akan dijelaskan adalah
sebagai berikut.
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan alat untuk mengukur kegiatan proses
konstruksi untuk memeriksa apakah standar spesifikasi telah dicapai.
2. Quality Control
Pengendalian mutu (quality control) adalah teknik dan aktivitas
operasi yang digunakan agar mutu tertentu yang dikehendaki dapat
dicapai. Aktivitasnya mencakup monitoring, mengeliminasi problem
yang diketahui, mengurangi penyimpangan/perubahan yang tidak perlu
serta usaha-usaha untuk mencapai efektivitas ekonomi.
Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO-9000 didefinisikan sebagai
ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang
memengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan
tertentu. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri
dan karakter produk yang berhubungan dengan mutu, kemudian
membuat dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya
3. Quality Assurance
Pemastian mutu (quality assurance) adalah seluruh tindakan yang
sistematis dan terencana yang diperlukan agar terjadi kepastian dan
kepercayaan terhadap mutu produk/jasa yang diberikan. Aktivitasnya
mencakup kegiatan proses, baik internal maupun eksternal, termasuk
merumuskan kebutuhan pelanggan, Quality assurance dimaksudkan
mengidentifikasi kemajuan dari kualitas Quality assurance mengevaluasi
biaya dari proyek secara keseluruhan ecara teratur untuk menetapkan
anggaran yang keluar esuai dengan standar kualitas.

D. Aplikasi Total Quality Management (Manajemen Kualitas Terpadu)


Pada saat ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas dari produk
yang dihasilkan. Tekanan ini datang dari perusahaan besar internasional,
seperti perusahaan mobil dan komputer. Persaingan antar-perusahaan lebih
memaksa untuk lebih lagi meningkatkan kualitas produk yang dthasilkan agar
mendapatkan kepercayaan pasar.
Semua sistem manajemen yang menjunjung tinggi kemanusiaan
diperlukan untuk menyatukan prinsip-prinsip lotal quality ke dalam setiap
aspek organisasi. Bill Creech, salah seorang dari tim impian tahun 90 an di
Amerika, telah lama menggunakan lima pilar sebagai suatu cara untuk
memberikan gambaran akan perlunya dasar yang luas bagi TOM. Menurut
Bill Creech (1996), lima pilar tersebut, antara lain:
a. produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi;
b. mutu dalam produk tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses;
c. mutu di dalam proses tidak mungkin ada tanpa organisasi yang tepat;
d. organisasi yang tepat udak ada artinya tanpa pemimpin yang memadai;
e. komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi
semua yang lain.
Setiap pilar bergantung pada pilar lainnya dan jika salah satu lemah
sendirinya yang lain akan lemah.
1. Penerapan Lima Pilar TOM dalam Orgunisasi
Dalam lima pilar manajemen kualitas terpadu, organisasi
merupakan pilar di tengah.
2. Penilaian terhadap Sistem
Suatu sistem dapat dikatakan optiunum apabila semua unsur yang
mendukung sistem tersebut juga mencapai nilai optimum. Beberapa
unsur yang mendukung terwujudnya suatu sistem yang optimum, yaitu:
a. teknologi konstruksi;
b. keakhlian konstruksi;
c. kelembagaan konstruksi;
d. jasa konstruksi
Selain keempat unsur tersebut, ada beberapa unsur lain yang tidak
kalah penting untuk menjadi pertimbangan secara tersendiri meskipun
bahasan dari beberapa unsur tersebut dapat pula dibahas secara implisit
dalam masing-masing unsur tersebut. Unsur-unsur penting tersebut
adalah:
a. efektif efisien;
b. ekonomis;
c. financial vimble;
d. durability, kesesuaian dengan umur rencana;
e. asas manfaat, keberpihakan kepada publik;
f. sistem integrasi terhadap sistem lain di lingkungannya.
Keseluruhan unsur di atas harus menjadi pertimbangan untuk
melakukan penilaian terhadap sistem konstruksi, apakah sistem tersebut
optimum atau tidak. Masalah lebih lanjut adalah pemberian bobot
terhadap tiap-tiap unsur. Apakah akan diberi bobot yang sama ataukah
dengan bobot yang berbeda. Pada umumnya, bobot untuk tiap-tiap unsur
tersebut tidak sama, bergantung pada tingkat kepentingan dari setiap
unsur yang ditinjau. Jadi, hal tersebut sangat bergantung pada tingkat
intervention-volicy yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

A. Parasuraman, Zeithaml V.A., dan Berry L.L. 1991. Refinement and


Reassessment of the Sermiqual scale. Journal of Retailing.
Anonimous. 1998. Ilmu Manajemen Konstruksi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Universitas Tarumanegara
Anonimous. 2010. Program Microsoft Project Profesional.Manado:Fakultas
Teknik Unsrat.
Avrom Bendavid-Val, 1991. Regional and Loral Economic Analysis for
Practitioners. 4th Edition. New York Praeger Publisher
Barrie, Donald S. Paulson, Body C. sudinarto 1999. Manajemen Konstruksi
Profesional :Jakarta Erlangga.
Batan-Khnp 2004. Report, Report on the Joint Study for Program Preparation
dan Planning of the NPP Defelopment in Indonesia (PhaseI). Desember
2004.
Bonnie Biafore. 2006. Shortening Project Schedule. Microsoft Press.
Budi Santosa 2003 Manajemen Proyek. Surabaya: Guna Widya.
Buletin BAPEKIN. KIMPRASWIL. Edisi 4.
Curtin, Thomas J.1999. Principle and Practice of organizational Performance
Excellence

Anda mungkin juga menyukai