Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perencanaan merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen
proyek. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses kegiatan yang ada di
dalamnya dapat diimplementasikan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dengan tingkat penyimpangan minimal serta hasil akhir maksimal.

Perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek yang


mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala
program teknis dan administratif agar dapat diimplementasikan. Tujuannya
melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang ditentukan
dalam batasan biaya, mutu dan waktu serta faktor keselamatan.

Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan yang


dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam
hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta
rencana durasi proyek dan progres waktu untuk menyelesaikan proyek. Dalam
proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat
lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan atau scheduling adalah pengalokasian
waktu yang tersedia melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam rangka
menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil optimal dengan
mempertimbangkan keterbatasan yang ada.

Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti


perkembangan proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring serta
updating selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis
agar alokasi sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan
tujuan proyek.

1
B. Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana siklus dan tahapan perencanaan proyek ?


2. Mengapa “perencanaan” ?
3. Bagaimana asumsi dan kemampuan dasar dalam perencanaan proyek?
4. Apa saja keahlian yang dibutuhkan dalam manajemen proyek?
5. Masalah dasar apa saja yang dihadapi dalam perencanaan dan penjadwalan
proyek?
6. Apa saja fungsi penjadwalan proyek?
7. Apa saja metode-metode penjadwalan proyek?
.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pokok masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:

1. Mengetahui siklus dan tahapan perencanaan proyek.


2. Mengetahui mengapa perencanaan dibutuhkan.
3. Mengetahui asumsi dan kemampuan dasar dalam perencanaan proyek.
4. Mengetahui keahlian yang dibutuhkan dalam manajemen proyek.
5. Mengetahui masalah dasar yang dihadapi dalam perencanaan dan
penjadwalan proyek.
6. Mengetahui fungsi penjadwalan proyek.
7. Mengetahui metode-metode penjadwalan proyek.

2
BAB II

ISI

A. SIKLUS DAN TAHAPAN PERENCANAAN PROYEK


Dalam mengelola sebuah proyek, manajer proyek harus memperhatikan
siklus hidup proyek. Siklus hidup proyek menyatakan rentang waktu yang terdiri
dari tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam sebuah proyek. Siklus hidup proyek
minimal memiliki empat tahap yang harus dilalui, yaitu:

Tahap Inisiasi

Tahap Perencanaan

Tahap Pengontrolan
Pelaksanaan Pengontrolan

Tahap Penutupan

Siklus Hidup Proyek

1. Tahap Inisiasi Proyek 


Pertanyaan sederhana yang tertuju pada tahap inisiasi proyek adalah
apakah menemukan tantangan dan masalah? Tujuan dari tahap inisiasi adalah
proses identifikasi terhadap segala hal yang harus dilakukan, serta memahami
lingkup proyek. Pada tahap ini, seorang manajer proyek akan dipilih dan
diberi wewenang untuk membentuk tim yang akan menjalankan proyek.

3
2. Tahapan Perencanaan Proyek
Pertanyaan sederhana yang tertuju pada tahap perencanaan proyek adalah
bagaimanakah langkah penyelesaiannya? Perencanaan proyek merupakan
proses pengembangan detail atas perencanaan suatu proyek, yang meliputi
daftar semua tugas, pengalokasian sumber daya, penjadwalan, perencanaan
anggaran / budget, manajemen resiko, dan lain-lain.

Proses perincian ini sangat bermanfaat agar dapat memahami rangkaian


tugas yang akan dilakukan, yang meliputi pihak-pihak yang bertanggung
jawab, batasan waktu tugas, dan lain-lain. Perencanaan proyek yang telah
disetujui sponsor disebut project baselin. Project baseline tersebut digunakan
sebagai kerangka acuan pengendalian proyek.

3. Tahap Pengontrolan Proyek


Pertanyaan sederhana yang tertuju pada tahap pengontrolan proyek adalah
apakah kita pada jalur yang benar? Pada tahap ini tugas-tugas mulai
dilaksanakan. Secara teknis, project baseline dijadikan sebagai pedoman /
acuan tugas yang dilaksanakan. Seorang manajer proyek harus memantau
tugas agar proyek dapat berjalan tepat waktu, sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan dan berada pada budget yang telah ditetapkan.

4. Tahap Penutupan Proyek


Tahap ini memiliki tiga sub tahap penting, yaitu: pertanggungjawaban,
pembelajaran proyek dan perayaan. Setelah proyek selesai, manajer proyek
mempertanggungjawabkan hasil proyek kepada sponsor (pemilik proyek) dan
recipient (pihak yang akan menggunakan / menerima hasil proyek). Pada
umumnya, pihak sponsor lah yang akan memberikan pernyataan resmi
mengenai selesainya proyek tersebut.

Setiap proyek pasti memiliki keunikan yang dapat dipelajari. Tidak ada
proyek yang identik walaupun memiliki tema yang sama, namun masalah
yang dihadapi, persyaratan, maupun sumber dayanya (termasuk teknologi)

4
pastilah berbeda. Hal ini yang menimbulkan keunikan pada setiap proyek.
Mengadakan pertemuan evaluasi selama berlangsungnya proyek bagi seluruh
tim merupakan pembelajaran yang berharga.

Hal umum yang biasa terjadi dalam dunia kerja adalah dinamika proyek
yang cukup aktif, munculnya proyek baru begitu sebuah proyek selesai
dilaksanakan. Oleh karena itu, seorang manajer proyek memiliki peran aktif
yang sangat penting untuk memastikan berhasilnya penyebaran proses
pembelajaran proyek dalam tim yang dipimpinnya.

Tahap yang terakhir adalah tahap perayaan, janganlah meremehkan sebuah


acara perayaan, karena hal tersebut merupakan salah satu bentuk penghargaan
atas usaha-usaha yang telah dilakukan. Di samping itu, perayaan dapat
mempererat kebersamaan dalam sebuah tim hingga menjadi sebuah tim yang
solid. (Trihendradi. 2007)

Siklus Perencanaan Proyek

5
Tahap Perencanaan Proyek melibatkan penciptaan seperangkat rencana
untuk membantu membimbing tim proyek melalui tahap pelaksanaan dan
penutupan proyek. Rencana yang dibuat pada tahap ini akan membantu tim
proyek untuk mengatur waktu, biaya, kualitas, perubahan, risiko dan isu-isu.

Perencanaan akan menghasilkan keuntungan-keuntungan apabila


memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Menentukan Lingkup dari Proyek. Unit organisasi, kegiatan atau sistem


yang mana akan terlibat? Mana yang tidak? Informasi ini memberikan
perkiraan awal dari skala sumber daya manusia yang diperlukan.
Mengenali Berbagai Area Permasalahan Potensial. Perencanaan akan
menunjukkan hal-hal yang mungkin salah sehingga hal-hal ini dapat
dicegah.
 Mengatur Urusan Tugas. Banyak tugas-tugas terpisah yang diperlukan
untuk mencapai sistem. Tugas-tugas ini diatur dalam urutan logis
berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan untuk efisiensi.
 Memberikan Dasar untuk Pengendalian. Tingkat kinerja dan metode
pengukuran tertentu harus dispesifikasikan sejak awal. 

Menurut Raymond McLeod Jr dalam bukunya Sistem Informasi


Manajemen. Langkah-langkah dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut: 

1. Menyadari Masalah Kebutuhan akan proyek biasanya dirasakan oleh


manajer perusahaan, non manajer, dan elemen-elemen dalam lingkungan
perusahaan.

2. Mendefinisikan Masalah Setelah manajer menyadari adanya masalah, ia


harus memahaminya dengan baik agar dapat mengatasi permasalahan
tersebut. Sebaiknya manajer hanya mencari untuk mengidentifikasikan
dimana letak permasalahannya dan apa kemungkinan penyebabnya.

6
3. Menentukan Tujuan Sistem Manajer dan analis sistem mengembangkan
suatu daftar tujuan sistem yang harus dipenuhi oleh sistem untuk
memuaskan pemakai. Namun tujuan dinyatakan secara umum lalu tujuan-
tujuan ini akan dibuat lebih spesifik.

4. Mengidentifikasi Kendala-Kendala Sistem Sistem baru tidak akan


beroperasi bebas dari kendala. Kendala-kendala ini penting untuk
diidentifikasi sebelum sistem benar-benar dikerjakan. Dengan cara ini,
baik rancangan sistem maupun kegiatan proyek akan berada di antara
kendala-kendala ini.

5. Membuat Studi Kelayakan Studi kelayakan adalah suatu tinjauan sekilas


pada faktor-faktor utama yang akan mempengaruhi kemampuan sistem
untuk mencapai tujuan- tujuan yang diinginkan. Ada enam dimensi
kelayakan:
 Teknis
Dalam dimensi teknis yang perlu dipertimbangkan adalah, tersediakan
hardware dan software untuk melaksanakan pemrosesan yang
diperlukan? 
 Pengembangan Ekonomis
Dalam dimensi Pengembangan Ekonomis yang perlu dipertimbangkan
adalah, dapatkah sistem yang diajukan dinilai secara keuangan dengan
membandingkan kegunaan dan biayanya?
 Pengembalian non Ekonomis
Dalam dimensi Pengembalian non Ekonomis yang perlu
dipertimbangkan adalah, dapatkah sistem yang diajukan dinilai
berdasarkan keuntungan-keuntungan yang tidak dapat diukur dengan
uang? 
 Hukum dan Etika
Dalam dimensi Hukum dan Etika yang perlu dipertimbangkan adalah,
akankah sistem yang diajukan beroperasi dalam batasan hukum dan
etika?

7
 Operasional
Dalam dimensi Operasional yang perlu dipertimbangkan adalah
apakah rancangan sistem akan didukung oleh orang-orang yang akan
menggunakannya?
 Jadwal
Dalam dimensi Jadwal yang perlu dipertimbangkan adalah
mungkinkah penerapan sistem dalam kendala waktu yang ditetapkan?\

6. Mempersiapkan Usulan Penelitian Sistem


Jika sistem dan proyek tampak layak, diperlukan penelitian sistem yang
menyeluruh. Penelitian Sistem (system study) akan memberikan dasar
yang terinci untuk rancangan sistem baru mengenai apa yang harus
dilakukan sistem itu dan bagaimana sistem itu melakukannya. Analis akan
menyiapkan usulan penelitian sistem yang memberikan dasar bagi manajer
untuk menentukan perlu tidaknya pengeluaran untuk analisis. Hal penting
yang harus diingat tentang usulan tersebut adalah bahwa sebagian besar
isinya didasarkan pada perkiraan. Analis sistem memberikan salinan
tertulis dari usulan kepada komite pengarah SIM, dan kadang-kadang
memberikan penyajian lisan. 

7. Menyetujui atau Menolak Penelitian Proyek


Manajer dan komite pengarah menimbang pro dan kontra dari proyek dan
rancangan sistem yang diusulkan serta menentukan apakah perlu
diteruskan atau dihentikan. Jika keputusannya adalah diteruskan, proyek
akan berlanjut ke tahap penelitian. Jika keputusannya adalah dihentikan,
semua pihak mengalihkan perhatiannya ke masalah-masalah lain. 

8. Menetapkan Mekanisme Pengendalian


Sebelum penelitian sistem dimulai, komite pengarah SIM (Sistem
Informasi Manajemen) menetapkan pengendalian proyek dengan
menentukan apa yang harus dikerjakan, siapa yang melakukannya, dan
kapan akan dilaksanakan. 

8
9. Memonitor Kemajuan Proyek
Setelah jadwal proyek ditetapkan, jadwal itu harus didokumentasikan
dalam bentuk yang memudahkan pengendalian.

B. MENGAPA “PERENCANAAN” ?
Suatu proyek dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan membutuhkan suatu sistem yang dapat menjaga agar kerjasama
dalam suatu proyek berjalan dengan baik. Untuk menciptakan suatu kerjasama
yang baik dibutuhkan suatu sistem yang disebut manajemen proyek. Manajemen
proyek bertugas merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan
sumber daya perusahaan agar dapat mencapai tujuan proyek. Secara garis
besarnya konsep manajemen proyek bertujuan untuk menciptakan keterkaitan
yang erat antara perencanaan dan pengendalian. Perencanaan proyek
merupakan unsur yang sangat penting dari konsep manajemen proyek
karena perencanaan merupakan suatu usaha untuk meletakan dasar dan
tujuan serta menyusun langkah-langkah kegiatan untuk melaksanakan
proyek.

 Perencanaan mengarahkan keputusan yang dibutuhkan dalam memulai


suatu proyek. Perencanaan yaitu memilih dan menentukan langkah-langkah
kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Dalam
perencanaan penyelenggaraan proyek, tahap dan kegunaan perencanaan dapat
dibedakan menjadi perencanaan dasar dan perencanaan pengendalian.
Perencanaan dasar dimaksudkan untuk meletakkan dasar-dasar dari suatu
penyelenggaraan proyek, sedangkan perencanaan pengendalian merupakan
kegiatan menganalisis dan membandingkan hasil pelaksanaan yang diperlukan. 

Perencanaan yang tepat disusun secara sistematis akan dapat berfungsi


sebagai berikut:

9
1. Sarana komunikasi bagi semua pihak penyelenggara proyek.
2. Dasar pengaturan alokasi sumber daya.
3. Alat untuk mendorong perencana dan pelaksana melihat kedepan dan
menyadari pentingnya unsur waktu.
4. Pegangan dan tolak ukur fungsi pengendalian.

Unsur-unsur dalam perencanaan proyek sekurang-kurangnya meliputi:


1. Sasaran
Sasaran merupakan target dimana semua kegiatan diarahkan dan
diusahakan untuk mencapainya. Pada umumnya, sasaran proyek
dinyatakan dalam bentuk waktu, biaya, dan mutu. Disamping sasaran
proyek secara keseluruhan, sasaran dari masing-masing tugas sebaiknya
juga dibuat, sehingga akan memudahkan dalam mengendalikan proyek.
Sasaran dari masing-masing kegiatan ini merupakan milestone (tonggak
kemajuan), yang menjadi patokan dalam memantau dan mengendalikan
perkembangan proyek.

2. Organisasi
Organisasi merupakan sarana dimana para anggota bekerja sama untuk
mencapai tujuan proyek. Organisasi proyek harus diusahakan efisien serta
memiliki pembagian tugas dan wewenang yang jelas.

3. Jadwal
Jadwal merupakan salah satu perencanaan yang paling penting yang
mencakup urutan langkah kegiatan yang sistematis untuk mencapai
sasaran. Penjadwalan berguna sebagai sarana koordinasi dan integrasi bagi
kegiatan para peserta proyek menjadi suatu rangkaian yang berurutan,
pengendalian yang dipakai sebagai tolak ukur dalam mengkaji waktu
penyelesaian yang perlu mendapatkan prioritas supaya penyelesaian
proyek sesuai dengan waktu yang ditentukan.

4. Anggaran
Anggaran merupakan salah satu bentuk perencanaan yang harus
ditentukan sejak awal. Anggaran menunjukkan perencanaan penggunaan
dana untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. 

10
Persyaratan Perencanaan (Planning Requirements): 
1. Faktual dan Realistis.
2. Logis dan Rasional.
3. Fleksibel.
4. Komitmen.
5. Komprehensif atau menyeluruh.

C. ASUMSI & KEMAMPUAN DASAR DALAM PERENCANAAN


PROYEK
Asumsi perencanaan:
1. Bersifat POSITIF

Faktor penunjang keberhasilan


2. Bersifat NEGATIF

Faktor penghambat keberhasilan


Kemampuan dasar dalam perencanaan proyek, adalah kemampuan
forecasting (meramalkan apa yang terjadi dimasa depan) dan kemampuan
untuk menuliskan rencana agar realistis, yang meliputi tahapan kerja
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi proyek pengembangan sistem.
2. Mengidentifikasi sasaran proyek sistem.
3. Mengidentifikasi kendala proyek sistem .
4. Mengidentifikasi prioritas proyek sistem.
5. Menyusun laporan perencanaan proyek sistem.
6. Meminta persetujuan manajemen.

D. KEAHLIAN YANG DIBUTUHKAN DALAM MANAJEMEN


PROYEK
Dalam proses perencanaan proyek, kemampuan seorang manajer proyek
harus mencakup sembilan knowledge area yang tujuannya adalah sebagai
panduan dalam pelaksanaan proyek. Sembilan knowledge area tersebut adalah :

11
1. Project integration management: memastikan bahwa unsur-unsur berbagai
proyek secara efektif dikoordinasikan.
2. Project scope management: untuk memastikan semua pekerjaan yang
diperlukan dimasukkan.
3. Project time management: menyediakan jadwal proyek yang efektif.
4. Project cost management: untuk mengidentifikasi sumber daya yang
dibutuhkan dan mengontrol anggaran
5. Project quality management: untuk memastikan bahwa persyaratan
fungsional sudah terpenuhi.
6. Project human resource management: mengembangkan dan
mempekerjakan personil yang efektif.
7. Project communications management: untuk memastikan komunikasi
internal dan eksternal yang efektif.
8. Project risk management: untuk menganalisa dan mengurangi risiko
potensial.
9. Project procurement management: untuk memperoleh sumber daya yang
diperlukan dari sumber eksternal. 

Sedangkan skill atau keahlian dalam manajemen proyek meliputi:


1. The project management body of knowledge
Seorang manajer yang baik harus memiliki skill ini karena ini merupakan
implementasi dari nine project management knowledge sehingga seorang manajer
yang baik dapat menggunakan itu termasuk teknik dan alat-alat yang mendukung
kemajuan suatu proyek.

2. Application area knowledge, standard and regulation


Manajer yang memiliki skill ini mempunyai pengetahuan tentang proyeknya ini,
misalnya dia seorang manajer pada proyek IT maka dia mengetahui apa standar
dan regulasi dari sebuah proyek IT tersebut.

12
3. Project environmental knowledge
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita tidak hanya berhadapan dengan situasi,
tempat dan kondisi yang sama terus ada saatnya kita mengalami sebuah
perbedaan, baik itu kondisi, situasi dan tempat. Dari sana kita diperlukan
kemampuan kita untuk bisa beradaptasi dengan baik begitu juga dengan seorang
manajer proyek. Seorang manajer proyek tidak hanya akan menjadi seorang
manajer tidak hanya bekerja dengan organisasi yang sama setiap saat begitu juga
tipe proyek yang sama. Maka dari itu dibutuhkan kemampuan untuk beradaptasi
dengan perbedaan tersebut dan mengetahui berbagai macam aspek / pengetahuan
dalam kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial, politik dan lain-lain.

4. General management knowledge and skill


Seorang manajer yang baik tidak hanya menguasai salah satu aspek / bidang
pengetahuan tetapi dia harus menguasai berbagai macam ilmu karena dengan
menguasai berbagai macam ilmu tersebut dia bisa mengambil keputusan,
memberikan arahan menyelesaikan masalah yang berbeda dari bidang ilmu yang
dia sangat kuasai.
Untuk bisa menguasai berbagai macam bidang / aspek pengetahuan itu sangat sulit
tetapi bukan berarti tidak bisa. Manajer yang baik tidak harus menguasai bidang
ilmu sampai 100% tetapi separuhnya saja sudah cukup namun dia tetap harus
belajar dan memutuskan ilmu pengetahuan mana yang penting bagi proyeknya
tersebut

5. Soft skill or human relation skill


Untuk meraih nilai yang tinggi pada suatu proyek diperlukan Soft skill or human
relation skill. Soft skill yang bagus diperlukan / penting karena seorang manajer
proyek memerlukannya untuk mengetahui, mengarahkan, memenuhi permintaan
stakeholder, memimpin tim, memotivasi bernegosiasi dan menyelesaikan
masalah.
Soft skill yang baik dapat membantu kerja manajer proyek dalam
menyelesaikan masalahnya, selain itu seorang manajer proyek memerlukan
human relation skill yang baik pula karena seorang manajer proyek tidak bekerja

13
sendirian, dia bekerja secara tim. Apabila seorang manajer tidak memiliki skill
tersebut maka kerja tim pada proyek akan buruk dan itu tidak baik dalam
menjalankan suatu proyek
Selain skill yang berjumlah 5 di atas, ada skill lain yang juga penting untuk
dimiliki seorang manajer proyek yaitu skill dalam memilih dan menggunakan
Teknologi informasi serta skill kepemimpinan. Seorang manajer proyek sering
dihadapkan dalam mengambil keputusan yang sulit, setiap keputusan yang
diambil dapat membahayakan suatu proyek. Maka diperlukan sebuah tim yang
solid serta kemampuan diri dalam menguasai teknologi informasi untuk
membantu menyelesaikan masalahnya dengan efektif.
Seorang manajer proyek juga harus memiliki skill kepemimpinan yang baik,
walaupun pemimpin dan manajer merupakan posisi yang berbeda dan spesifikasi
yang berbeda pula, tetapi seorang manajer proyek yang baik diharuskan memiliki
nya. Seorang manajer bekerja secara tim dan dia sebagai pemimpin sebuah proyek
sehingga dia harus mempunyai visi yang jelas, dapat mengambil keputusan secara
cepat dan tepat serta dapat menjadi contoh atau menginspirasi anggota timnya

E. MASALAH DASAR YANG DIHADAPI DALAM PERENCANAAN


DAN PENJADWALAN PROYEK.
Masalah dasar yang sering ditemui dalam manajemen proyek ada berbagai
macam. Diantaranya adalah:
1. Keinginan klien berubah-ubah atau tidak jelas.
Keinginan klien yang tidak pasti dapat menjadi masalah besar. Penting untuk
memiliki alur yang jelas dari awal hingga akhir proyek sehingga klien akan bisa
lebih spesifik terhadap persyaratan yang dimilikinya.

2. Tidak menempatkan orang yang tepat untuk mengatur proyek


Biasanya, dalam pengalokasian sumber daya, sebagian besar usaha dikerahkan
untuk fokus mencari sumber daya yang tepat dibandingkan mencari manajer
proyek yang tepat. Kadangkala pula seorang manajer proyek dipilih berdasarkan
ketersediaan tenaga kerja yang ada, bukan berdasarkan skill nya. Sehingga untuk

14
menghindari masalah tersebut perlu dipilih seorang manajer proyek yang memang
sesuai dengan bidangnya.

3. Gagal untuk mendapatkan dukungan


Seringkali, sebuah proyek gagal karena mereka tidak mendapat support yang
cukup dari departemen atau orang-orang yang tergabung dalam proyek tersebut,
termasuk manajer. Hal ini bisa saja dikarenakan oleh beberapa hal diantaranya:
a. Tidak membuat jobdesk atau role yang jelas untuk seluruh tim.
b. Kedua karena tidak menjelaskan “personal payoff” dari masing- masing
orang ketika proyek berhasil.
c. Tidak menjelaskan bagaimana evaluasi dari kontribusi setiap orang.
d. Gagal untuk membuat “sense of urgency” mengenai proyek.

4. Kurangnya Komunikasi
Komunikasi menjadi faktor terpenting kesuksesan sebuah proyek manajemen.
Komunikasi antar tim, tim dengan manajer proyek, tim dengan klien harus selalu
dijaga. Untuk menghindari masalah komunikasi, manajer proyek dapat
menentukan hari dan waktu untuk bertemu tim secara berkala untuk membantu
menjaga seluruh tim tetap bekerja di jalurnya yang tepat.

5. Kurang spesifik terhadap bidangnya


Proyek yang tidak memiliki “ultra-clear goal” akan gagal. Bidang atau jangkauan
yang berubah adalah hal yang paling berbahaya yang dapat terjadi dalam sebuah
proyek. Jika tidak ditangani dengan baik maka akan menghabiskan dana dan
waktu yang banyak. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, definisikan bidang dari
sebuah proyek dan monitor proyek tersebut secara berkala untuk memastikan
bahwa seluruh tim bekerja sesuai jalurnya.

6. Tidak memiliki ukuran untuk mendefinisikan keberhasilan


Hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang manajer proyek adalah ia harus
mengerti dan paham apa arti kesuksesan proyeknya, apa yang membuat proyeknya
berhasil, kapan proyek akan selesai dilaksanakan dan sebagainya.

15
F. FUNGSI PENJADWALAN PROYEK.
Penjadwalan merupakan tahapan menerjemahkan suatu perencanaan ke
dalam suatu diagram-diagram yang sesuai dengan skala waktu. Penjadwalan
menentukan kapan kegiatan-kegiatan akan dimulai, ditunda, dan diselesaikan,
sehingga pengendalian sumber-sumber daya akan disesuaikan waktunya menurut
kebutuhan yang ditentukan. Dalam proyek, penjadwalan sangat penting dalam
memproyeksikan keperluan tenaga kerja, material, dan peralatan. Menjadwalkan
adalah berpikir secara mendalam melalui berbagai persoalan- persoalan, menguji
jalur-jalur yang logis, serta menyusun berbagai macam tugas, yang menghasilkan
suatu kegiatan lengkap, dan menuliskan bermacam-macam kegiatan dalam
kerangka yang logis dan rangkaian waktu yang tepat. (Luthan & Syafriandi,
2006) 

Fungsi penjadwalan dalam suatu proyek antara lain :


1. Menentukan durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.
2. Menentukan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan.
3. Menentukan kegiatan-kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda
pelaksanaannya dan menentukan jalur kritis.
4. Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek.
5. Sebagai dasar perhitungan cash flow proyek.
6. Sebagai dasar bagi penjadwalan sumber daya proyek, seperti tenaga kerja,
material, dan peralatan.
7. Sebagai alat pengendalian proyek. 

Penjadwalan proyek juga merupakan sesuatu yang lebih spesifik dan


menjadi bagian dari perencanaan proyek (Tampubolon, 2004). Penjadwalan
memiliki dua tugas penting, yaitu (Prawirosentono, 2007):
1. Memutuskan proses yang harus berjalan, dan
2. Memutuskan kapan dan selama berapa lama proses itu berjalan.

Penjadwalan suatu proyek dapat membantu dalam beberapa hal,


diantaranya (Heizer, Jay dan Render, Barry, 2006) : 

16
1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainnya dan terhadap
keseluruhan proyek.
2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.
3. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan .
4. Membantu mengetahui hal-hal yang mungkin menghambat suatu proyek. 

G. METODE-METODE PENJADWALAN PROYEK.


Penjadwalan merupakan pengalokasian waktu yang tersedia untuk
melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu
proyek hingga tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-
keterbatasan yang ada (Husen, 2009).

Penjadwalan menentukan kapan aktivitas itu dimulai, ditunda dan


diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya bisa disesuaikan
waktunya menurut kebutuhan yang telah ditentukan. Untuk menyelenggarakan
proyek, salah satu sumber daya yang menjadi faktor penentu keberhasilan adalah
tenaga kerja (Mertha Jaya dkk, 2007).

1. Gantt Chart (diagram balok)


Gantt Chart (diagram balok) merupakan penjadwalan menggunakan suatu
bagan batang atau bagan kejadian penting (Milestone chart). Dalam tiap
kasus, lama kegiatan diperlihatkan dalam bagan oleh balok atau garis.
Bagan ini memperlihatkan kapan suatu kegiatan dijadwalkan mulai dan
kapan ia selesai. Diagram balok disusun dengan maksud mengidentifikasi
unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri
dari waktu mulai, waktu penyelesaian, dan pada saat pelaporan (Nugraha,
1985).

17
Penggambaran diagram balok seperti terlihat pada gambar diatas terdiri
dari kolom (sumbu vertikal) dan baris (sumbu horizontal). Kolom pertama
berisi daftar atau uraian pekerjaan dalam suatu proyek. Kolom selanjutnya
dipergunakan sebagai tempat melukiskan balok sesuai dengan durasi
waktu yang diperlukan dari masing-masing pekerjaan. Satuan waktu
misalnya hari, minggu, atau bulan ditempatkan pada sumbu horizontal.
Waktu mulai dan waktu akhir masing-masing kegiatan ditunjukkan oleh
ujung kiri dan ujung kanan dari balok-balok yang bersangkutan.

Pada pembuatan diagram balok telah diperhatikan urutan kegiatan,


meskipun belum terlihat hubungan ketergantungan antara satu aktivitas
dengan yang lain. Format penyajian diagram balok yang lengkap berisi
perkiraan urutan pekerjaan, skala waktu dan analisis kemajuan pekerjaan
pada saat pelaporan.

Keuntungan penjadwalan dengan Gantt Chart:

a. Sederhana, mudah dibuat dan dipahami, sehingga sangat


bermanfaat sebagai alat komunikasi dalam penyelenggaraan
proyek.
b. Dapat menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan
kemajuan sesungguhnya pada saat pelaporan. 

18
Kerugian penjadwalan dengan Gantt Chart:

a. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan


antara satu kegiatan dan kegiatan yang lain, sehingga sulit untuk
mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan satu
kegiatan terhadap jadwal keseluruhan proyek.
b. Sulit mengadakan penyesuaian atau perbaikan / pembaharuan bila
diperlukan, karena pada umumnya ini berarti membuat bagan
balok baru.

2. Jaringan PERT
Teknik tinjauan Evaluasi Program (PERT = program review
technique) adalah metode jaringan untuk penjadwalan proyek yang
pertama kali dikembangkan pada pertengahan 1950 an untuk proyek kapal
selam Polaris. Teknik ini digunakan untuk menjadwalkan lebih dari 3000
kontraktor, pemasok, dan agen, serta mendapat penghargaan karena
berhasil membawa proyek kapal selam Polaris maju dari jadwal hingga 2
tahun.
Jaringan PERT adalah salah satu metode grafis yang digunakan
untuk memvisualisasikan jadwal proyek ke dalam rangkaian aktivitas,
lengkap dengan urutan pekerjaan dan hubungan ketergantungan antar
aktivitas. Dalam diagram PERT, aktivitas-aktivitas dinyatakan dalam
bentuk panah, yang menghubungkan event - event yang dinyatakan dalam
bentuk lingkaran. 
Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
jaringan PERT (Nugraha, 1986):
a. Event (kejadian)

19
Titik pangkal dan titik akhir dari suatu aktivitas yang dinyatakan
dalam bentuk lingkaran. Sebuah event tidak memerlukan waktu
dan sumber daya karena event bukan sebuah aktivitas.

b. Aktivitas Nyata
Pelaksanaan kegiatan yang nyata dari suatu pekerjaan. Aktivitas ini
membutuhkan durasi dan sumber daya untuk pelaksanaannya.
Sebuah aktivitas nyata digambarkan dalam bentuk anak panah
disertai durasi pekerjaannya.

c. Aktivitas Dummy
Aktivitas ini tidak menyatakan sebuah kegiatan yang nyata,
melainkan hanya berfungsi untuk menyatakan ketergantungan
antar aktivitas. Aktivitas dummy digambarkan dengan anak panah
yang terputus-putus.
d. Duration (D)
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan suatu aktivitas.
Umumnya dengan satuan waktu : hari, minggu, bulan dan lain-lain.

e. Earliest Event Occurrence Time (TE)


Saat paling awal terjadinya suatu event / kejadian.

f. Latest Allowable Event Time (TL)


Saat paling lambat yang diijinkan untuk terjadinya suatu
event/kejadian.

g. Earliest Activity Start Time (ES)


Saat mulai paling awal suatu aktivitas.

h. Earliest Activity Finish Time (EF)


Saat berakhir paling awal suatu aktivitas

20
i. Latest Allowable Activity Start Time (LS)
Saat mulai paling lambat yang diijinkan untuk suatu aktivitas

j. Latest Allowable Activity Finish Time (LF)


Saat berakhir paling lambat yang diijinkan untuk suatu aktivitas

k. Total Activity Slack atau Total Float atau Float (TF)


Sejumlah waktu sampai kapan suatu aktivitas boleh diperlambat.
TE = TL – EF = LF – EF = LS – ES (1)

l. Free Slack (SF)


Waktu aktivitas bebas SF = TE – EF (2)

m. Aktivitas kritis
Aktivitas yang tidak memiliki keleluasaan dalam start time dan
finish time (Total Float sama dengan nol). Perubahan yang terjadi
pada durasi atau waktu pelaksanaan aktivitas kritis akan
mempengaruhi durasi proyek secara keseluruhan.

n. Lintasan kritis
Rangkaian aktivitas pada network diagram yang terdiri dari
aktivitas-aktivitas kritis. Durasi lintasan kritis juga menunjukkan
durasi proyek secara keseluruhan.

Dalam PERT durasi waktu penyelesaian suatu aktivitas diprediksi dengan


tiga estimasi waktu yaitu:

a. Waktu optimis (optimistic estimate = a):


 Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas
dengan asumsi jika pelaksanaan aktivitas berjalan dengan sangat
baik.

21
 Waktu tercepat yang mungkin dapat dicapai untuk menyelesaikan
suatu aktivitas.
b. Waktu normal (most likely estimate = m) :
 Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas
dengan asumsi jika pelaksanaan aktivitas berjalan dengan normal.
c. Waktu pesimis (pessimistic estimate = b) :
 Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas
dengan asumsi jika pelaksanaan aktivitas berjalan dengan sangat
buruk.
 Waktu terlambat yang mungkin terjadi dalam penyelesaian suatu
aktivitas.

Ketidakpastian dari dugaan waktu individual adalah ciri khas dari


jaringan PERT. Bila waktu kegiatan individual adalah acak, waktu proyek
juga akan acak. Oleh karena itu tidaklah tepat dalam kasus ini untuk
menetapkan waktu penyelesaian proyek secara konkrit. Setiap tanggal
penyelesaian akan mempunyai peluang tertentu untuk dapat dicapai, yang
merupakan fungsi dari ketidakpastian dari tiap kegiatan dan hubungan
mana yang harus didahulukan. Dari sudut pandang manajemen lebih baik
untuk mengakui ketidakpastian dalam tanggal penyelesaian daripada
memaksakan persoalan ke dalam kerangka waktu konstan.
Konsep lain yang muncul dari jaringan PERT adalah gagasan
tentang lintasan kritis probabilitas. Mengikuti logika PERT, di sini pun
tidak ada lintasan kritis yang pasti. Sebaliknya, setiap kegiatan mempunyai
peluang masuk ke dalam lintasan kritis, beberapa kegiatan mempunyai
peluang mendekati nol dan yang lainnya mendekati satu. Lintasan kritis itu
sendiri acak bila waktu kegiatan tidak pasti.
Perhitungan PERT telah diperluas untuk mengurangi asumsi yang
menjadi sifat dari metodologi PERT. Satu cara untuk melakukan ini adalah
mensimulasi jaringan dengan waktu contoh yang ditarik secara acak untuk

22
tiap kegiatan. Sebagai hasilnya, suatu sebaran yang pasti dari waktu
penyelesaian proyek dan peluang bahwa setiap kegiatan ada di lintasan
kritis dapat dihitung.

3. Metode Lintasan Kritis (CPM)


Metode lintasan kritis (CPM = critical path method) dikembangkan
oleh E.I.du Pont de Nemours & Co. sebagai suatu cara untuk menyusun
jadwal pengoperasian dan penghentian mesin di pabrik. Karena kegiatan
pabrik ini sering berulang waktunya cukup diketahui dengan baik. Namun,
waktu untuk tiap kegiatan dapat dipadatkan dengan mengeluarkan lebih
banyak uang. Dengan demikian, CPM menggunakan keseimbangan waktu
– biaya bukan waktu – probabilitas seperti yang digunakan dalam PERT.

Metode CPM dalam penjadwalan proyek menggunakan fungsi


waktu – biaya. Kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu secara
proporsional, lebih sedikit waktu jika lebih banyak uang dikeluarkan.
Untuk mengungkapkan hubungan waktu – biaya linear yang diasumsikan
ini, ada empat angka yang dipasang untuk tiap kegiatan: waktu normal,
biaya normal, waktu pintas, dan biaya pintas.

Jaringan proyek mula- mula diselesaikan dengan menggunakan


waktu normal dan biaya normal untuk semua kegiatan. Jika waktu dan
biaya penyelesaian proyek yang terjadi memuaskan, semua kegiatan
dijadwalkan pada waktu normal. Jika waktu penyelesaian proyek terlalu
panjang, proyek dapat diselesaikan dalam waktu lebih sedikit dengan
biaya yang lebih besar.

Untuk suatu waktu penyelesaian proyek yang diketahui lebih


sedikit dari waktu normal, ada sejumlah besar kemungkinan jaringan,
masing-masing pada biaya total yang berbeda. Hal ini terjadi karena
berbagai waktu kegiatan yang berbeda dapat diturunkan untuk memenuhi
waktu penyelesaian proyek yang ditetapkan. Semua kemungkinan ini
dapat dievaluasi melalui persoalan pemrograman linear. Persoalan
pemrograman linear digunakan untuk mencari jawaban yang menunjukkan

23
biaya total proyek minimum untuk suatu waktu penyelesaian proyek yang
diketahui.

4. Precedence Diagram Method (PDM)


Precedence Diagram Method adalah metode jaringan kerja yang
termasuk dalam klasifikasi AON (Activity On Node). Dalam Metode ini
kegiatan dituliskan di dalam node yang umumnya berbentuk segi empat,
sedangkan anak panahnya sebagai penunjuk hubungan antara kegiatan-
kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian dummy yang merupakan
tanda penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, di dalam
PDM tidak diperlukan (Soeharto, 1995).

PDM pada dasarnya menitikberatkan pada persoalan keseimbangan


antara biaya dan waktu penyelesaian proyek. PDM menekankan pada
hubungan antara pemakaian sejumlah tenaga kerja atau sumber-sumber
daya untuk mempersingkat waktu pelaksanaan suatu proyek dan kenaikan
biaya sebagai akibat penambahan sumber-sumber daya tersebut. 

Dalam PDM, jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan


berbagai tahapan dari proyek konstruksi dianggap diketahui dengan pasti.
Selain itu juga hubungan antara jumlah sumber-sumber daya yang
dipergunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek
juga dianggap diketahui.

Seperti halnya metode jaringan kerja yang lain, dalam PDM juga
terdapat bagian vital, yaitu analisis jalur kritis (critical path analysis). Jalur
kritis adalah rangkaian aktivitas yang tidak memiliki keleluasan dalam
start time dan finish time. Dengan kata lain, aktivitas kritis adalah aktivitas
yang tidak memiliki float time. Setiap aktivitas kritis harus dilaksanakan
sesuai jadwal yang telah ditentukan. Adanya perubahan waktu pelaksanaan
dari aktivitas kritis, percepatan atau perlambatan, akan mengakibatkan
perubahan durasi proyek secara keseluruhan.

Penjadwalan pada PDM mempertimbangkan hubungan


ketergantungan antar aktivitas dan durasi setiap aktivitas. Bila terjadi

24
kondisi keterbatasan tenaga kerja, maka dilakukan penjadwalan ulang
yang meliputi proses alokasi dan perataan sumber daya, dan metode yang
digunakan adalah Resource Scheduling Method.

Terdapat dua cara analisis dalam Resource Scheduling Method


untuk menentukan aktivitas mana yang akan diprioritaskan untuk
dijadwalkan bila terjadi konflik sumber daya, yaitu:

a. Analisis float time: Aktivitas yang memiliki float time paling kecil
akan diprioritaskan untuk dijadwalkan.
b. Analisis nilai Pertambahan Durasi Proyek (PDP): Dengan cara ini
selalu dipilih 2 aktivitas yang mengalami konflik untuk dianalisis.
Misalnya aktivitas A dan B. Bila A dijadwalkan lebih dulu
daripada B, maka besarnya PDP akibat hal itu adalah: PDPAB =
EFA –LSB
Prioritas diberikan kepada pasangan aktivitas yang memiliki nilai
PDP minimum. Agar diperoleh nilai PDP minimum, maka harus dipilih
aktivitas A dengan nilai EF terkecil dan aktivitas B dengan nilai LS yang
terbesar.

Masalah akan timbul bila terdapat lebih dari satu alternatif yang
memiliki nilai minimum float time atau PDP yang sama. Pada project
management software yang biasa digunakan, seperti Microsoft Project
2007, bila ditemui kondisi serupa, prioritas otomatis akan jatuh kepada
aktivitas dengan kode aktivitas yang terkecil. Hal ini tentu saja tidak dapat
dipertanggungjawabkan karena nilai kode aktivitas tidak
mempersentasekan fungsi apapun dan sepenuhnya tergantung pada
keinginan operator / perencana.

Penjadwalan aktivitas proyek dengan RPWM akan melalui


tahapan- tahapan kegiatan yang dimulai dengan tahap pertama yaitu tahap
mengidentifikasi jenis-jenis aktivitas proyek beserta karakteristiknya
(durasi dan volume). Tahap kedua membuat precedence diagram dari
aktivitas-aktivitas tersebut. Tahap ketiga dilakukan penentuan tingkat
ketersediaan sumber daya selama proyek berlangsung.

25
Pada tahap keempat ditentukan bobot posisi (positional weight)
dari setiap aktivitas, kemudian aktivitas-aktivitas tersebut disusun dengan
urutan, menurut aktivitas-aktivitas dengan bobot posisi terbesar dan tahap
kelima adalah tahap untuk menjadwalkan aktivitas dengan pedoman
sebagai berikut: Aktivitas dengan bobot posisi tertinggi dilaksanakan pada
hari pertama proyek. Sumber daya per hari yang tidak dipekerjakan
(sumber daya yang tersisa) didapat dengan mengurangi jumlah maksimal
sumber daya yang telah terpakai. Aktivitas dengan bobot tertinggi
berikutnya dipilih, kemudian dilakukan dua pemeriksaan yaitu
pemeriksaan Precedence dimana suatu aktivitas hanya bisa dijadwalkan
bila semua aktivitas yang mendahului telah dijadwalkan dan pemeriksaan
Kebutuhan Sumber Daya untuk memastikan suatu aktivitas harus lebih
kecil atau minimal sama dengan jumlah sumber daya yang tersisa pada
saat itu. Jika kondisi precedence dan kebutuhan sumber daya terpenuhi,
aktivitas tersebut dapat dijadwalkan pada hari tersebut dan tahap kedua
dan ketiga diulangi untuk aktivitas dengan bobot posisi tertinggi
berikutnya.

Jika salah satu atau keseluruhan kondisi tersebut tidak terpenuhi,


maka aktivitas yang dimaksud tidak dapat dijadwalkan pada hari tersebut
(dilewati). Kemudian dipilih aktivitas berikutnya dengan bobot posisi
terbesar dan pengecekan kondisi precedence dan kebutuhan sumber daya
diulang untuk aktivitas ini.

Langkah kedua dan ketiga diulang untuk hari pertama (hari proyek
yang sama) sampai terjadinya kondisi. Kondisi pertama adalah kondisi
yang menunjukkan jumlah sumber daya total dari aktivitas-aktivitas yang
telah dijadwalkan sama dengan jumlah maksimal sumber daya yang
tersedia. Kondisi kedua adalah tidak ada lagi aktivitas yang dapat
dijadwalkan akibat batas dalam pemeriksaan precedence, dan yang ketiga
aktivitas selanjutnya memerlukan sumber daya yang tersedia pada saat itu.

Penjadwalan untuk hari berikutnya dimulai dengan memilih


aktivitas yang memiliki bobot posisi terbesar selanjutnya. Harus

26
diperhatikan bahwa setiap aktivitas yang telah dijadwalkan sebelumnya
tidak dapat dihentikan sebelum aktivitas itu selesai, dan sumber daya yang
masih digunakan tidak dapat dipakai untuk aktivitas yang lain. Pedoman
sesuai langkah kedua sampai dengan kelima di atas diulang terus menerus
sampai semua aktivitas selesai dijadwalkan. Jalur kritis diperoleh dari
network diagram yang telah dilengkapi dengan penjadwalan semua
aktivitas.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Siklus hidup proyek minimal memiliki empat tahap yang harus dilalui,
yaitu inisiasi proyek, perencanaan, pengontrolan dan penutupan
2. Perencanaan proyek merupakan unsur yang sangat penting dari
konsep manajemen proyek karena perencanaan merupakan suatu
usaha untuk meletakan dasar dan tujuan serta menyusun langkah-
langkah kegiatan untuk melaksanakan proyek
3. Asumsi perencanaan bersifat positif dan negatif
4. Kemampuan dasar dalam perencanaan proyek, adalah kemampuan
forecasting dan kemampuan untuk menuliskan rencana agar realistis
5. Skill atau keahlian dalam manajemen proyek yang meliputi: The
project management body of knowledge, Application area knowledge,
standard and regulation, Project environmental knowledge, General
management knowledge and skill, Soft skill or human relation skill
6. Masalah dasar yang sering ditemui dalam manajemen proyek:
Keinginan klien berubah-ubah atau tidak jelas, Tidak menempatkan

27
orang yang tepat untuk mengatur proyek, Gagal untuk mendapatkan
dukungan, Kurangnya Komunikasi, Kurang spesifik terhadap
bidangnya, Tidak memiliki ukuran untuk mendefinisikan keberhasilan
7. Fungsi penjadwalan dalam suatu proyek antara lain: Menentukan
durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek,
Menentukan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan, Sebagai
alat pengendalian proyek.
8. Metode penjadwalan: Gantt Chart (diagram balok), Jaringan PERT,
Metode Lintasan Kritis (CPM), Precedence Diagram Method (PDM)

B. Saran
Penjadwalan dan perencanaan proyek harus sangat diperhatikan dan
dilakukan sebaik-baiknya karena menentukan keberhasilan suatu proyek.

DAFTAR PUSTAKA

 Husen, A. 2009. Manajemen Proyek Perencanaan, Penjadwalan &


Pengendalian Proyek, C.V Andi Offset, Yogyakarta.
 Information Technology Project Management 4th edition by Kathy
Schwalbe (halaman 1-31)
 Luthan, Putri Lynna A., Syafriandi. “Aplikasi Microsoft Project Untuk
Penjadwalan Kerja Proyek Teknik Sipil ”. CV. Andi Offset. Yogyakarta.
2006
 Mahanavami, Gusti A. 2008. Perencanaan Waktu Pelaksanaan Proyek
dengan Metode PERT (Studi Kasus Graha Miracle Denpasar).
 Mertha Jaya, N., Diah Parami Dewi, A. A. 2007. Analisa Penjadwalan
Proyek Menggunakan Rangked Positional Weight Method (Studi Kasus :
Proyek Pembangunan Pasar Mumbul di Kabupaten Buleleng), Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 11 No. 2, Juli, pp. 100 – 108.
 Nugraha, P., Natan, I., Sutjipto, R. 1985. Manajemen Proyek Konstruksi 1,
Kartika Yudha, Surabaya.

28
 Nugraha, P., Natan, I., Sutjipto, R. 1986. Manajemen Proyek Konstruksi 2,
Kartika Yudha, Surabaya.
 Raymond McLeod Jr. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : PT
Prenhallindo. 1995
 Somantri, Agus. 2005. Studi Tentang Perencanaan Waktu dan Biaya
Proyek Penambahan Ruang Kelas Di Politeknik Manufaktur Pada PT.
Hatyang Kuning. Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama
 Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai
Operasional, Erlangga, Jakarta.
 Trihendradi. 2007. Mastering Microsoft Project 2007 - Konsep &
Aplikasi. Yogyakarta : CV. Andi Offset

29

Anda mungkin juga menyukai