Anda di halaman 1dari 21

Laboratorium Mekanika Tanah

Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

NAMA PRAKTIKAN : Khansa Salsabila 1806187493


Ratna Dewi Fajri 1806149974
Muhammad Rais Rahmatullah 1806203055
KELOMPOK : 02-L
TANGGAL PRAKTIKUM : 29-30 Februari 2020
JUDUL PRAKTIKUM : Hydrometer
ASISTEN : Irma Yulianti
PARAF DAN NILAI :

I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan dan Referensi
ASTM D 421 “Standard Practice for Dry Preparation of Soil
Samples for Particle-Size Analysis and Determination of Soil
Constants”
ASTM D 422 “Standard Test Method for Particle-Size Analysis
of Soils”
AASHTO T 88 “Standard method of test for particle size
analysis of soils”
SNI 3424:2008 “Cara uji analisis ukuran butir tanah”

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


Menentukan distribusi dari butiran tanah yang memiliki diameter
yang lebih kecil dari 0.074 mm (lolos saringan No. 200 ASTM)
dengan cara pengendapan (hydrometer analysis)

C. Alat – alat dan Bahan


a. Alat
 Hydrometer (tipe 152 H)
 Hydrometer jar (1000 ml)
 Gelas ukur
 Stopwatch

1
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Pengaduk mekanis (mixer)


 Oven
 Termometer Celcius
 Gelas belimbing
 Saringan No. 200 ASTM
 Timbangan (ketelitian 0.01 gram)
b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM, masing-
masing 50 gram (untuk 3 sampel)
 Larutan pendispersi 4%

Gambar I.1 Peralatan praktikum hydrometer: a) Gelas mixer; b)


Hydrometer jar; c) Termometer; d) Stopwatch); e) Gelas ukur; f)
Hydrometer 152H; g) Alat penyemprot; h) Waterglass; I) Gelas
Belimbing; j) Mixer

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


Praktikum ini didasarkan pada hubungan antara kecepatan jatuh
dari suatu butiran di dalam suatu larutan, diameter butiran, berat
jenis butiran, berat jenis larutan dan kepekaan larutan tersebut.
Hubungan tersebut dapat dijabarkan oleh hokum Stokes sebagai:

2
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2𝛾𝑠 − 𝛾𝑤 𝐷 2
𝑣= ( )
9𝜂 2
menjadi

9. 𝜂. 𝑣
𝐷 = 2√
2𝛾𝑠 − 𝛾𝑤

dengan:
V = kecepatan jatuh dari butiran (cm/s)
s = berat jenis butiran (gr/𝑐𝑚3 )
w = berat jenis larutan (gr/𝑐𝑚3 )
 = kepekatan larutan (dyne.s/𝑐𝑚2 )
D = diameter butiran (cm)

Batasan dari Hukum Stokes:


 Hukum ini hanya berlaku jika: 0.0002 mm < D < 0.2
mm.
 Butiran yang lebih besar dari 0.2 mm akan menyebabkan
turbulensi pada larutan, sedangkan butiran yang lebih
dari 0.0002 mm cenderung akan melakukan gerak
Brown (hal ini dipengaruhi oleh gaya tarik dan tolak
antar partikel).
 Jumlah sampel yang dipergunakan harus jauh lebih
sedikit dari pada butiran yang dipakai (5 %) ini
dilakukan agar tidak terjadi interferensi selama
pengendapan berlangsung. Menurut Bowles, hydrometer
tipe 152 H dikalibrasi untuk suspensi larutan yang
mengandung 60 gram dalam 1000 ml air.
 Butiran tanah diasumsikan bundar, walaupun asumsi ini
tidak 100% benar. Tanah-tanah yang akan dipakai harus
diuraikan dengan bahan dispersi berikut:

3
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Untuk tanah yang bersifat alkali/basa diberi


sodium metafosfat (NaPO3) dengan nama
dagang Calgon.
 Untuk tanah yang bersifat asam diberi sodium
silikat (Na2SiO3) dengan nama dagang Water
Glass.

Kecepatan jatuh butiran:


𝐿
𝑣=
𝑡
𝑉𝑏⁄
𝐿 = 𝐿1 + 0.5 (𝐿2 − 𝐴)
Dengan:
v = kecepatan jatuh dari butiran.
L = tinggi jatuh butiran
T = waktu
Vb = volume Bulb Hydrometer
A = luas penampang Hydrometer
L1 = dapat dilihat pada tabel I.5 sesuai
pembacaan hydrometer tipe 152 H dan
dikoreksi terhadap miniskus

Untuk yang sudah dikoreksi:


𝑅𝑐 = 𝑅𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 + 𝑍𝑒𝑟𝑜 𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 + 𝐶𝑟
dengan:
Cr = koreksi terhadap temperature yang dapat dilihat pada
tabel I.4

untuk GS = 2.65 rumus yang digunakan:


𝑅𝑐
% 𝑓𝑖𝑛𝑒𝑟 = 𝑥 100%
𝑊𝑠
sedangkan untuk Gs ≥ 2.65:

4
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

𝑅𝑐 𝑥 𝑎
% 𝑓𝑖𝑛𝑒𝑟 = 𝑥 100%
𝑊𝑠
𝐺𝑠 . 1.65
𝑎=
(𝐺𝑠 − 1) 2.65
atau harga a dapat dilihat dalam tabel I.3

Untuk memudahkan perhitungan:

30. 𝜂. 𝐿
𝐷=√
(𝐺𝑠 − 𝐺𝑤 )980. 𝑡

menjadi

𝐿
𝐷=𝐾√
𝑡

keterangan:
- satuan dalam L (cm) dan t (menit)
- koefisien K dapat dilihat pada tabel I.3

Setelah % finer dan D yang saling terkait telah dihitung, maka


didapat suatu grafik distribusi butiran. Dari grafik ini akan didapat
D10 , D30 , dan D60 .
 D10 = diameter yang koresponding dengan lolosnya
butiran sebanyak 10% (%finer = 10%)
 D30 = diameter yang koresponding dengan lolosnya
butiran sebanyak 30% (%finer = 30 %)
 D60 = diameter yang koresponding dengan lolosnya
butiran sebanyak 60% (%finer = 60%)

Sehingga koefisien keseragaman (Cu ) kita bisa dapatkan dengan


rumus:
𝐷60
𝐶𝑢 =
𝐷10
Definisi koefisien keseragaman untuk beberapa nilai:
Cu = 1 , tanah yang hanya memiliki satu ukuran butiran

5
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2 < Cu < 3 , tanah yang gradasinya sangat buruk


Cu > 15 , tanah bergradasi baik

Selain itu koefisien curvature (kelengkungan) Cc kita bisa dapatkan


dengan rumus:
𝐷30 2
𝐶𝑐 =
𝐷10 𝑥 𝐷60
1 < Cc < 3, dapat dianggap suatu range untuk tanah yang bergradasi
baik.

Berikut merupakan tabel yang digunakan pada perhitungan analisis


butiran metode hidrometer. Semua tabel (3.1-3.5) bersumber dari
“Engineering Properties of Soil and Their Measurement” (Bowles,
2001)

Tabel I.2 Properti dari Tabel I.3 Faktor koreksi Tabel I.4 Faktor koreksi
air suling ( = absolut)  untuk Gs tanah temperatur, Ct

6
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel I.5 Nilai K* untuk beberapa nilai Gs tanah dan temperaturnya

Tabel I.6 Nilai L (kedalaman efektif) yang digunakan pada rumus Stokes untuk diameter
partikel pada alat hydrometer 152 H berdasarkan ASTM

E. Teori Tambahan
Hydrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat
jenis (atau kepadatan relatif) suatu cairan, yaitu rasio kepadatan
cairan dengan densitas air. Hydrometer biasanya terbuat dari kaca

7
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dan terdiri dari sebuah batang silinder dan bola pembobotan


dengan merkuri (raksa) untuk membuatnya mengapung tegak.

Cara kerja hydrometer didasarkan pada prinsip Archimedes


dimana benada padat yang tersuspensi pada fluida (dalam
praktikum ini, benda padat yang dimaksud adalah tanah) akan
terkena gaya ke atas sebesar gaya berat fluida yang dipindahkan.
Dengan demikian, semakin rendah kerapatan zat tersebut,
semakin jauh hydrometer tenggelam. Seberapa jauh hydrometer
tersebut tenggelam dapat dilihat dari skala pembacaan yang
terdapat dalam hydrometer itu sendiri.

Gambar I.2 hydrometer dalam cairan

Dasar tes ini adalah hokum stokes untuk jatuhnya bola dalam
cairan kental dimana kecepatan terminal jatuh tergantung dari
diameter butir dan kepadatan tanah dalam suspensi dan cairan
sehingga diameter butir dapat dihitung dari data tentang jarak
dan waktu jatuh. Hydrometer juga dapat menentukan berat jenis
dari suspense dan jika memungkinkan presentase partikel dan
diameter partikel tententu setara untuk dihitung.

8
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum
1. Menyiapkan sampel tanah sebanyak 50 gram kering oven.
2. Menimbang 40 gram water glass sebagai bahan dispersi dan
memasukkan water glass ke dalam hydrometer jar, kemudian
mencampur dengan air suling hingga mencapai 1000 ml,
mengaduknya hingga homogen. Campuran ini kemudian
disebut sebagai larutan dispersi.
3. Menuang larutan dispersi sebanyak 125 ml ke dalam gelas
belimbing yang sudah berisi tanah sebanyak 50 gram dan
mendiamkannya selama  18 jam.
4. Menyiapkan satu tabung silinder (1000 ml), kemudian
memasukkan 125 ml larutan dispersi dan menambahkan air
suling hingga 1000 mlke dalam tabung silinder, tabung ini
berfungsi sebagai tabung kontrol.

B. Jalannya Praktikum
1. Memeriksa koreksi miniskus dan koreksi nol pada alat
hydrometer tipe 152 H dengan jalan memasukkannya ke
dalam tabung kontrol dan catat pembacannya.
2. Memasukkan campuran tanah dan larutan dispersi yang telah
direndam selama  18 jam ke dalam mixer cup dan kemudian
menambahkan sejumlah air suling dengan pipet sehingga
mencapai kurang lebih 2/3 dari mixer cup. Kemudian aduk
selama kurang lebih 10 menit.
3. Memindahkan campuran dari mixer cup ke dalam hydrometer
jar lalu menambahkan air suling hingga mencapai 1000 ml.
4. Menutup tabung dengan karet penutup dan mengocoknya
secara horizontal selama kurang lebih satu menit, sampai
homogen (gambar 3.1).

9
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar II.1 Proses pengadukan hydrometer


jar
5. Segera setelah meletakkan tabung, memasukkan hydrometer
tipe 152 H kedalam hydrometer jar. Kemudian membaca
suhu pada tabung kontrol dengan termometer.

Gambar II.2 Cara memasukkan hydrometer yang benar (tidak dilepas


tiba-tiba)
6. Melakukan pembacaan hydrometer dan suhu pada tabung
kontrol pada menit ke-1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 120, 240, dan
1440.

10
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

7. Setelah mencatat seluruh sampel, lalu menuang larutan setiap


sampel ke saringan No. 200 ASTM. Butiran tanah yang
tertahan pada saringan ini selanjutnya akan dipakai pada
percobaan Sieve Analysis.

III. PENGOLAHAN DATA


A. Data Hasil Praktikum
Specific Gravity Gs = 2.645
Berat tanah Ws = 50 gram
Koreksi nol = -2
Koreksi miniskus = 2

t (menit Waktu Temp. Actual Hyd.


ke-) Pembacaan (C) Reading (Ra)
0 11.25 28
1 11.26 28 20
2 11.27 28 17
4 11.29 28 16
8 11.33 27 15
15 11.40 27 13
30 11.55 27 12
60 12.25 27 10
120 13.25 27 10
1440 11.25 27 5
Tabel III.1 Data pengamatan praktikum Hydrometer

B. Perhitungan
a. Mencari nilai 𝛼 (faktor koreksi tanah)
Berdasarkan interpolasi dari tabel I.3 yaitu faktor koreksi 𝛼
untuk Gs didapat nilai 𝛼 sebagai berikut:
𝐺𝑠 − 𝐺𝑠1 𝛼 − 𝛼1
=
𝐺𝑠2 − 𝐺𝑠1 𝛼2− 𝛼1

11
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

𝛼 = 0.99
b. Mencari nilai CT (faktor koreksi Temperatur)
Berdasarkan interpolasi dari tabel I.4 yaitu faktor koreksi
temperatur didapat nilai CT sebagai berikut:
𝑇3 − 𝑇1 𝐶3 − 𝐶1
=
𝑇2 − 𝑇1 𝐶2 − 𝐶1
Berikut adalah perhitungan keseluruhan dari faktor koreksi
yang telah dicari dengan interpolasi dari tabel I.4:
t (menit) Actual Koreksi 𝐂𝐓
Hyd. nol
Reading
(Ra)
1 20 -2 +2,50
2 17 -2 +2,50
4 16 -2 +2,50
8 15 -2 +2,00
15 13 -2 +2,00
30 12 -2 +2,00
60 10 -2 +2,00
120 10 -2 +2,00
1440 5 -2 +2,00
Tabel III.2 Nilai Ct

c. Mencari nilai Rc (Correction Reading)


Rc merupakan hasil pembacaan koreksi dari actual reading
(Ra) sehingga nilai Rc dihitung untuk setiap waktu
percobaan. Perhitungan Rc sebagai berikut:
𝑅𝑐 = 𝑅𝑎 − 𝑧𝑒𝑟𝑜 𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 + 𝐶𝑇
Berikut adalah seluruh perhitungan Rc:
t (menit) Actual Koreksi Rc
Hyd. nol

12
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Reading
(Ra)
1 20 -2 20,5
2 17 -2 17,5
4 16 -2 16,5
8 15 -2 15
15 13 -2 13
30 12 -2 12
60 10 -2 10
120 10 -2 10
1440 5 -2 5
Tabel III.3 Nilai correction reading (Rc)

d. Mencari persen finer (%)


Untuk menghitung % finer digunakan nilai Rc (correction
reading), Ws (weight of soil), dan 𝛼 (faktor koreksi tanah).
Persamaannya ditulis sebagai berikut:
𝑅𝑐 𝑥 𝛼
%𝑓𝑖𝑛𝑒𝑟 = 𝑥 100%
𝑊𝑠
Berikut merupakan seluruh perhitungan % finer yang ditulis
dalam tabel:
t (menit) Rc Ws %Finer
1 20,5 50 41%
2 17,5 50 35%
4 16,5 50 33%
8 15 50 30%
15 13 50 26%
30 12 50 24%
60 10 50 20%
120 10 50 20%
1440 5 50 10%
Tabel III.4 Hasil perhitungan %finer

13
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

e. Mencari nilai Rh (Hydrometer Correction Only for Reading)


𝑅ℎ = 𝑅𝑎 + 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑘𝑢𝑠
𝑅ℎ = 𝑅𝑎 + 2
Berikut merupakan seluruh perhitungan Hydrometer
Correction Only for Reading (Rh) yang ditulis dalam tabel:
t (menit) Actual Hyd. Koreksi Rh
Reading (Ra) meniskus
1 20 -2 18
2 17 -2 15
4 16 -2 14
8 15 -2 13
15 13 -2 11
30 12 -2 10
60 10 -2 8
120 10 -2 8
1440 5 -2 3
Tabel III.5 Hasil perhitungan % finer

f. Mencari nilai L (tinggi jatuh butiran)


Berikut merupakan seluruh nilai L yang didapat dari tabel I.6:
t (menit) Rh L (cm)
1 18 13,3
2 15 13,8
4 14 14
8 13 14,2
15 11 14,5
30 10 14,7
60 8 15
120 8 15
1440 3 15,8
Tabel III.6 Hasil perhitungan nilai L

14
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

g. Mencari nilai K
Nilai K didapat dengan cara interpolasi K dan temperature
pada tabel I.5.
Berikut merupakan seluruh perhitungan nilai K yang ditulis
dalam tabel:
t (menit) T (C) K
1 28 0.0123
2 28 0.0123
4 28 0.0123
8 28 0.0123
15 27 0.0124
30 27 0.0124
60 27 0.0124
120 27 0.0124
1440 27 0.0124
Tabel III.8 Hasil perhitungan K
h. Menghitung nilai D (diameter butiran tanah)

𝐿
𝐷=𝐾√
𝑡

Berikut merupakan seluruh perhitungan nilai D yang ditulis


dalam tabel:
t (menit) K L/t D
1 0.0123 13.3 0,0448
2 0.0123 6.9 0,0323
4 0.0123 3.5 0,0230
8 0.0123 1.775 0,0165
15 0.0124 0.966667 0,0121
30 0.0124 0.49 0,0086
60 0.0124 0.25 0,0062
120 0.0124 0.125 0,0043
1440 0.0124 0.010972 0,0012

15
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel III.9 Hasil perhitungan D

t Waktu T Actual Correction % finer Rh L Ct K D


(menit Pembacaan (C) Hyd. Hyd. (cm)
ke-) Reading Reading
(Ra) (Rc)
1 11.25 28 20 20,5 41% 18 13,3 +2,50 0.0123 0,0448
2 11.26 28 17 17,5 35% 15 13,8 +2,50 0.0123 0,0323
4 11.27 28 16 16,5 33% 14 14 +2,50 0.0123 0,0230
8 11.29 28 15 15 30% 13 14,2 +2,00 0.0123 0,0165
15 11.33 27 13 13 26% 11 14,5 +2,00 0.0124 0,0121
30 11.40 27 12 12 24% 10 14,7 +2,00 0.0124 0,0086
60 11.55 27 10 10 20% 8 15 +2,00 0.0124 0,0062
120 12.25 27 10 10 20% 8 15 +2,00 0.0124 0,0043
1440 11.25 27 5 5 10% 3 15,8 +2,00 0.0124 0,0012
Tabel III.10 Hasil seluruh perhitungan

Berdasarkan hasil pengolahan data maka dapat diperoleh


grafik hubungan antara % finer dan diameter

Grafik I.1 Hubungan % finer dan diameter


y = 605,65x + 16,529

16
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Dari persamaan y yang diperoleh pada grafik maka dapat diketahui


D10 = 0,0012 mm
D30 = 0,0165 mm
D60 = 0,0717 mm

Nilai Cu (Koefisien Keseragaman) dan Cc (Koefisien Kelengkungan)


𝐷60 0,0717
𝐶𝑢 = = = 59,75
𝐷10 0,0012

𝐷30 𝑥 𝐷30 0,0165 𝑥 0,0165


𝐶𝑐 = = = 3,16
𝐷10 𝑥 𝐷60 0,0012 𝑥 0,0717

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan
Percobaan hydrometer bertujuan untuk menentukan distribusi
dari butiran tanah yang memiliki diameter yang lebih kecil dari
0.074 mm (lolos saringan No. 200 ASTM) dengan cara
pengendapan (hydrometer analysis). Percobaan ini dilakukan
menggunakan prinsip dari pengendapan yakni butiran yang lebih
besar diameternya akan lebih cepat mengendap sedangkan untuk
butiran yang lebih kecil akan membutuhkan waktu yang lama
untuk mengendap, selain itu dikarenakan ukuran butiran yang
sangat kecil maka percobaan hydrometer ini juga dilakukan
percobaan sieve analysis setelah percobaan hydrometer selesai,
fungsinya untuk mengidentifikasi gradasi butiran dari bahan yang
diuji. Praktikum ini menggunakan alat hydrometer, hydrometer
jar, gelas ukur, stopwatch, mixer, mixer cup, oven, termometer,
gelas belimbing, saringan No. 200 ASTM, dan timbangan
(ketelitian 0.01 g). Bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM, sebanyak 50 g
kering oven dan larutan pendispersi 4%.

17
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Hal yang pertama dilakukan adalah melakukan persiapan.


Persiapan yang dilakukan adalah menyiapkan sampel tanah
sebanyak 50 gram kering oven kemudian praktikan membuat
larutan pendispersi yang dibuat dari campuran 40 gram
waterglass dengan 125 ml air, kedua bahan dituang ke dalam
wadah yang kemudian diaduk dengan menggunakan mixer.
Selanjutnya praktikan menempatkan larutan pendispersi tersebut
ke dalam gelas belimbing yang telah berisi tanah sampel yang
kemudian didiamkan  18 jam. Lalu praktikan menyiapkan satu
tabung silinder (1000 ml), kemudian memasukkan 125 ml larutan
pendispersi dan tambahkan air suling hingga 1000 ml ke dalam
tabung silinder, tabung ini berfungsi sebagai tabung kontrol.
Kemudian praktikan memeriksa koreksi miniskus dan koreksi nol
pada alat hydrometer tipe 152 H dengan jalan memasukannya ke
dalam tabung kontrol dan catat pembacaannya. Langkah
selanjutnya praktikan memasukkan campuran tanah dan larutan
dispersi yang telah direndam selama  18 jam ke dalam mixer cup
dan kemudian praktikan menambahkan sejumlah air suling
dengan pipet sehingga mencapai kurang lebih 2/3 dari mixer cup.
Kemudian mengaduknya selama kurang lebih 10 menit. Lalu
memindahkan campuran dari mixer cup ke dalam hydrometer jar
lalu menambahkan air suling hingga mencapai 1000 ml.
Selanjutnya praktikan menutup tabung dengan karet penutup dan
mengocoknya sebanyak 25 kali, sampai homogen. Kemudian
praktikan memasukkan hydrometer tipe 152 H dan membaca
hydrometer tepat pada menit pertama, lalu pada menit kedua
kembali membaca hydrometer kemudian praktikan kembali
melakukan pembacaan hydrometer untuk menit ke-1, 2, 4, 8, 15,
30, 60, 120, dan 1440. Setiap praktikan melakukan pembacaan
pada hydrometer, suhu pada tabung control juga selalu dibaca.

B. Analisis Data dan Hasil

18
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan nilai


gradasi dari bahan sampel yang diuji dan lolos saringan No. 200
ASTM. Percobaan kali ini memperoleh data berupa berat tanah,
koreksi nol, koreksi meniscus, waktu, suhu, dan Ra. Pada
percobaan sebelumnya diketahui nilai specific gravity-nya
sebesar 2.645, koreksi nol sebesar -2 dan koreksi miniskus
sebesar -2. Pertama-tama praktikan mencari faktor koreksi tanah
dengan cara menginterpolasi nilai specific gravity dan faktor
koreksi tanah dari tabel I.3 kemudian mencari faktor koreksi
temperatur dengan cara menginterpolasi temperatur dan faktor
koreksi temperatur dari tabel I.4. Lalu praktikan mencari
correction reading yang merupakan hasil pembacaan koreksi dari
actual reading sehingga nilai correction reading dihitung untuk
setiap waktu percobaan. Correction reading, weight of soil, dan
faktor koreksi tanah yang didapat berguna untuk menghitung
%finer setiap waktu percobaan. Kemudian praktikan mencari
nilai L (tinggi jatuh butiran) yang didapat dari tabel I.6 dari nilai
Rh-nya. Lalu, menghitung nilai L/t, nilai ini adalah perbandingan
tinggi jatuh butiran dengan waktu. Kemudian mencari nilai K
didapat dengan cara interpolasi K dan temperatur dari tabel I.5.
Selanjutnya praktikan mencari diameter butiran tanah setiap
waktu percobaan. Praktikan kemudian mencari distribusi butiran
tanah dengan menggunakan proyeksi grafik dengan data
perbandingan diameter dengan %finer dan didapatkan persamaan
y=605,65x+16,529. Hasil yang di peroleh dari grafik adalah jenis
tanah yang digunakan pada percobaan ini merupakan tanah lanau
kelempungan. Hasil lainnya yang diperoleh dari grafik adalah
D10, D30, D60 dimana dari hasil ini dapat digunakan untuk
mencari koefisien keseragaman (Cu) dan juga koefisien
kelengkungan (Cc). Hasil Cu yang didapatkan adalah 59,75 dan
Cc yang didapatkan sebesar 3,16. Analisa yang didapatkan dari

19
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

hasil Cu dan Cc menyatakan bahwa sampel tanah yang digunakan


oleh praktikan memiliki gradasi yang baik.

C. Analisis Kesalahan
Faktor yang mungkin menyebabkan kesalahan yang
mengakibatkan ketidakakuratannya percobaan tersebut
diantranya:
- Pembacaan alat hydrometer dan termometer oleh praktikan
tidak akurat sehingga mempengaruhi perhitungan
pengolahan data.
- Ketidak hati-hatian praktikan ketika memindahkan sampel
tanah dari satu alat uji ke alat uji lainnya yang mengakibatkan
pengurangan jumlah massa tanah sehingga berpengaruh pada
%finer.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, pengolahan data, dan analia maka
diperoleh kesimpulan bahwa:
- Nilai koefisien keseragaman (Cu) dari percobaan ini adalah 59,75
- Nilai Cc percobaan ini adalah 3,16
- Dari hasil Cu dan Cc hasil sampel tanah memiliki gradasi yang baik
- Apabila % finer menurun maka diameter butiran tanah juga
menurun.
- Tanah sampel praktikum merupakan tanah lanau kelempungan

VI. APLIKASI
- Pembuatan pondasi dan letak bangunan: untuk mengetahui letak
bangunan dan pondasi yang sesuai maka uji hydrometer ini berguna
untuk mengetahui karakteristik gradasi tanah serta mengetahui jenis
tanah pada daerah tempat pembangunan.

VII. REFERENSI

20
Hydrometer
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

- Laboratorium Mekanika Tanah (2017). Buku Panduan Praktikum


Mekanika Tanah. Civil Engineering Department, Universitas
Indonesia. BAB 3 Hydrometer.
- SNI 03-3423-1994: “Grainsize Analysis Hydrometer”

VIII. LAMPIRAN

Gambar VIII.1 hydrometer jar sedang di kocok


oleh praktikan

21
Hydrometer

Anda mungkin juga menyukai