Anda di halaman 1dari 13

NAMA PRAKTIKAN : Khansa Salsabila 1806187493

Ratna Dewi Fajri 1806149974


Muhammad Rais Rahmatullah 1806203055
KELOMPOK : 07 - F
TANGGAL PRAKTIKUM : 29 Februari 2020
JUDUL PRAKTIKUM : Specific Gravity
ASISTEN : Kannaya Shania
PARAF DAN NILAI :

I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan dan Referensi

ASTM D 854 "Standard Test Methods for Specific Gravity of Soil Solids by
Water Pycnometer"
AASHTO T 100 "Specific Gravity of Soils"
SNI 1964:2008 "Cara Uji Berat Jenis Tanah"

B. Maksud dan Tujuan Percobaan

Mendapatkan nilai specific gravity dari butiran tanah, yaitu perbandingan berat isi
tanah dan berat isi air suling pada suhu 20°C.

Specific gravity pada tanah dapat digunakan untuk menghitung hubungan pada fase
tanah, seperti angka pori (void ratio), derajat kejenuhan (degree of saturation), serta
densitas dari tanah.

C. Alat – alat dan Bahan


a. Alat
 Pycnometer dengan volume 500 ml
 Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
 Oven
 Kompor Listrik
 Termometer
 Can
 Alat Penyemprot
b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 4 sebanyak 500 gram, kering oven
 Air suling

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


Specific gravity pada tanah didefinisikan sebagai berat jenis tanah dibandingkan
dengan berat jenis air suling pada suhu 4°C, dengan persamaan sebagai berikut:
γs
Gs=
γw

Dimana:
Gs = specific gravity
𝛾𝑠 = berat jenis tanah
𝛾𝑤 = berat jenis air

Untuk tanah, berat jenisnya merupakan perbandingan antara berat tanah dengan
volume tanah:
Ws
γs=
Vw

Dimana:
ws = berat tanah
Vs = volume tanah

Untuk air, berat jenisnya didefinisikan sebagai berikut:

Ww
γw=
Vw

Dimana:
𝑤𝑤 = berat air
𝑉𝑤 = volume air

Dalam percobaan, volume tanah (Vs) selalu harus diusahakan sama dengan volume
air (Vw), sehingga Vw = Vs dan persamaan 2.1. menjadi sebagai berikut:
Ws
Gs=
Ww
Percobaan specific gravity ini dilakukan pada kondisi suhu T°C, sehingga nilai
tersebut harus dikoreksi dengan faktor koreksi α, sehingga rumus 2.4 tersebut
menjadi:
Ws
Gs=α
Ww
Dimana:
Ws = Berat tanah
Ww = Berat air
 = Faktor koreksi suhu yang berhubungan dengan temperatur ruangan pada saat
percobaan

Tabel D.1 berikut merupakan faktor koreksi suhu (𝛼) yang digunakan berdasarkan
acuan standar SNI 1964:2008.

Tabel D.1 Hubungan kerapatan relatif air dan faktor koreksi suhu

Temperatu Hubungan Kerapatan Faktor


No.
r Relatif Air Koreksi
(°C) Suhu, α
1 18 0.9986244 1.0004
2 19 0.9984347 1.0002
3 20 0.9982343 1.0000
4 21 0.9980233 0.9998
5 22 0.9978019 0.9996
6 23 0.9975702 0.9993
7 24 0.9973286 0.9991
8 25 0.9970770 0.9989
9 26 0.9968156 0.9986
10 27 0.9965451 0.9983
11 28 0.9962652 0.9980
12 29 0.9959761 0.9977
13 30 0.9956780 0.9974
Sumber: SNI 1964:2008

Nilai Gs pada umumnya yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah hasil
percobaan benar atau tidak adalah sebagai berikut:
Tabel D.2 Nilai Gs beberapa jenis tanah

TIPE TANAH GS
Pasir 2.65 - 2.67
Pasir kelanauan 2.67 - 2.70
Lempung anorganik 2.70 - 2.80
Tanah dengan mika dan besi 2.75 - 3.00
Tanah organik 1.0+ - 2.60
Sumber: Bowles (2001)

E. Teori Tambahan

Berat jenis partikel, 𝜌s, adalah perbandingan antara massa total fase padat tanah Ms dan
volume fase padat Vs. Massa bahan organic dan anorganik diperhitungkan sebagai
massa padatan tanah dalam penentuan berat jenis partikel tanah. Berat jenis partikel
mempunyai satuan Mg m-3 atau g cm-3 (Hillel, 1982). Akan tetapi, sebenarnya berat
jenis partikel tanah sangat bervariasi tergantung kepada komposisi mineral tanah
tersebut. Penentuan berat jenis partikel tanah penting dilakukan untuk mengetahui sifat
fisik tanah dan sebagai informasi dalam pengolahan tanah lebih lanjut serta penentuan
jenis tanaman apa saja yang ditanam pada lahan tersebut.
Berikut ini diberikan pembagian jenis tanah berdasarkan berat jenis:
Tabel E.1 Nilai Gs beberapa jenis tanah

a. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari
batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil. Pasir (sand)
adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm, yang berkisar dari
kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm sampai bahan halus yang berukuran < 1 mm.
Pasir sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar. Tanah pasir termasuk
tanah berbutir kasar (coarse-grained-soil), dimana kurang dari 50% berat total contoh
tanah lolos saringan no. 200. Tanah pasir memiliki range specific gravity 2.65 – 2.67.
b. Tanah Pasir Berlanau
Pasir berlanau adalah termasuk tanah berbutir kasar, dimana kurang dari 50% butiran
lolos saringan no. 200 dan lebih dari 50% butiran lolos saringan no. 4. Menurut
AASHTO, pasir dibagi menjadi dua yaitu pasir bersih dan pasir dengan butiran halus.
Tanah pasir berlanau masuk kedalam klasifikasi pasir dengan butiran halus. Pasir
berlanau terdiri dari campuran pasir dengan lanau. Tanah pasir berlanau memiliki
range specific gravity 2.67 – 2.70.
c. Tanah Lempung Inorganik
Lempung Inorganik termasuk tanah berbutir halus, dimana lebih dari 50% butiran lolos
saringan No. 200. Tanah lempung inorganik memiliki batas cair lebih dari 50% dan
mempunyai plastisitas yang tinggi. Tanah lempung inorganik memiliki range specific
gravity 2.70– 2.80.

d. Tanah gambut
Gambut adalah tanah organic (organic soils). Tanah gambut merupakan agregat agak
berserat yang berasal dari serpihan makroskopik dan mikroskopik tumbuh- tumbuhan.
Warnanya cokelat terang dan hitam, memiliki kadar air yang sangat tinggi,
kompresibilitas atau kemampumampatan yang tinggi sehingga bersifat lunak dan mudah
ditekan, sehingga jika dikaitkan dengan konstruksi bangunan yang berada diatas tanah
gambut, maka dikhawatirkan akan terjadi kegagalan konstruksi dimana pondasi
bangunan tersebut nantinya tidak cukup kuat menahan beban bangunan keseluruhan
akibat daya dukung yang rendah. Tanah gambut yang telah mengalami perombakan
secara sempurna sehingga bagian tumbuhan aslinya tidak dikenali lagi dan kandungan
mineralnya tinggi disebut tanah bergambut. Tanah gambut memiliki specific gravity
kurang dari 2.
e. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang
pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Tanah humus memiliki specific gravity kurang
dari 1.37.

f. Tanah kerikil
Kerikil termasuk tanah berbutir kasar, dimana kurang dari 50% lolos saringan No. 200
dan juga kurang dari 50% lolos saringan No. 4. Kerikil memiliki ukuran 5 mm sampai
150 mm. Tanah kerikil diklasifikasikan lagi menjadi dua kelompok yaitu kerikil bersih
dan kerikil halus. Kerikil bersih terdiri dari kerikil bergradasi baik dan kerikil
bergradasi buruk. Sedangkan kerikil dengan butiran halus terdiri dari kerikil berlanau
dan kerikil berlempung. Tanah kerikil memiliki specific gravity lebih dari 2.7.
II. PRAKTIKUM
A. Persiapan Praktikum

1. Menyiapkan pycnometer yang telah dibersihkan dan dikeringkan.


2. Untuk bahan uji digunakan sampel tanah sebanyak 500 gram lolos saringan No. 4
ASTM dan sudah dikeringkan dalam oven selama ± 24 jam dengan temperatur
110° ± 5°C (230 ± 9° F).

B. Jalannya Praktikum

1. Mengisi pycnometer dengan air suling sebanyak 500 ml dan menimbang beratnya
sehingga didapatkan berat air dan berat pycnometer (wbw).
2. Mencatat suhu air dalam pycnometer dengan menggunakan termometer.
3. Mengembalikan air dalam pycnometer ke dalam wadah awalnya, kemudian
membersihkan dan mengeringkan kembali pycnometer.
4. Memasukkan sampel tanah sebanyak 100 gram ke dalam pycnometer secara hati-
hati (diusahakan tidak ada butiran tanah yang menempel pada dinding leher
pycnometer karena akan mengurangi volume tanah).
5. Mengisi kembali pycnometer dengan air suling hingga ±2/3 bagian volumenya.
6. Mendiamkan pycnometer berisi tanah yang sudah terendam dengan air suling
selama 24 jam atau lebih
7. Memanaskan pycnometer untuk menghilangkan udara yang terperangkap dalam
tanah pada pyconemeter dengan cara mendidihkannya selama ±10 menit dengan
menggunakan kompor listrik.
8. Mendiamkan pycnometer selama ±15 jam agar suhu air akhir diharapkan sama
dengan suhu air awal. Setelah didiamkan, praktikan menambahkan air hingga
mencapai batas pycnometer.
9. Mencatat kembali suhu yang terjadi setelah didiamkan selama ±15 jam dengan
menggunakan thermometer. Ketika suhu akhir sudah sama dengan suhu awalnya,
praktikan menimbang kembali pycnometer berisi air dan tanah tersebut sehingga
didapatkan berat pycnometer + berat air +berat tanah.
III. PENGOLAHAN DATA
A. Data Hasil Praktikum
Tabel A.1 Data Hasil Praktikum
  Ws Wbw Wbws Wbs suhu α
Sampe
100 668.5 768.5 272.6 29°C 0.9977
l1
Sampe
100 665.4 765.4 268.9 29°C 0.9977
l2

B. Perhitungan
Ww=Ws+Wbw−Wbws
Ws = Berat tanah
Wbw = Berat pycnometer + berat air
Wbs = Berat pycnometer + berat tanah
Wbws = Berat pycnometer + berat air + berat tanah

Sampel 1
Ww=Ws+Wbw−Wbws
Ww = 100 + 668.5 – 731.6
Ww = 36.9 gr

Ws
Gs=α
Ww
100
Gs=0.9977
36.9
Gs=2.7
Sampel 2
Ww=Ws+Wbw−Wbws
Ww = 100 + 665,4 – 727
Ww = 38.4 gr

Ws
Gs=α
Ww
100
Gs=0.9977
38.4
Gs=2.59

Nilai Specific Gravity rata-rata


∑ Gs 2.70+ 2.59
= =2.645
n 2
Tabel B.1 Tipe Tanah Hasil Praktikum

TIPE TANAH GS
Pasir 2.65 - 2.67
Pasir kelanauan 2.67 - 2.70
Lempung anorganik 2.70 - 2.80
Tanah dengan mika dan besi 2.75 - 3.00
Tanah organik 1.0+ - 2.60

Sampel tanah yang diuji mempunyai nilai specific gravity 2.645. Berdasarkan Tabel
B.1 sampel tanah yang diuji bertipe pasir

Kesalahan Relatif
Sampel 1

Kr=|Gs 1−Gs Rata−rata


Gs Rata−rata |
x 100 %

2.7−2.645
Kr=|
2.645 |
x 100 % = 2.07%

Sampel 2

Kr= |Gs 2−Gs Rata−rata


Gs Rata−rata |
x 100 %

Kr= |2.59−2.645
2.645 |
x 100 % = 2.07%

2.07+2.07
Kr rata−rata= =2.07 %
2

IV. ANALISIS
A. Analisis Percobaan

Tujuan dari percobaan specific gravity adalah untuk mendapatkan nilai berat jenis dari butiran
tanah. Nilai specific gravity ini dapat digunakan untuk menghitung hubungan pada fase
tanah seperti air pori (void ratio), derajat kejenuhan (degree of saturation), serta densitas
tanah. Percobaan ini menggunakan alat berupa pycnometer sebagai wadah dan tempat
mengukur air, timbangan yang berguna untuk menimbang berat air, berat tanah, dan berat
pycnometer, kompor listrik yang berguna untuk memanaskan pycnometer sehingga udara dalam
tanah dapat keluar, oven yang berguna untuk mengeringkan sample tanah, thermometer untuk
mengukur suhu air dalam pycnometer, can berguna sebagai tempat mengeringkan sample tanah,
alat penyemprot yang berguna untuk memasukkan air dalam pycnometer dan membersihkan
leher pycnometer dari tanah yang menempel. Selain alat digunakan pula bahan berupa sampel
tanah yang lolos saringan No. 4 sebanyak 500 gram dalam kondisi kering oven ( oven dry) dan
air suling.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan pycnometer yang telah dibersihkan
dan dikeringkan dan juga menyiapkan sampel tanah sebanyak 500 gram lolos saringan
No. 4 ASTM. Kemudian menimbang pycnometer yang sudah dipastikan kosong dan
bersih, kemudian mengisi air suling sampai batas kalibrasi (calibration mark) untuk
mendapat data berat pycnometer + air pada suhu pengujian. Menimbang dan mengukur
suhu pycnometer dan air suling dengan termometer. Lalu, mengembalikan air suling ke
wadah awalnya kemudian mengeringkan bagian luar pycnometer dan juga di daerah
leher. Langkah selanjutnya, memasukkan tanah sebanyak 100 gram. Kemudian
praktikan memastikan tanah tidak ada yang menempel dibagian leher pycnometer karena
akan mempengaruhi volume tanah. Lalu mengisi kembali pycnometer dengan air
suling sampai 2/3 bagian volumenya. Kemudian pycnometer di diamkan selama 24 jam
sehingga tanah jenuh terhadap air. Kemudian pycnometer di panaskan dengan kompor
listrik selama 10 menit untuk menghilangkan udara yang terperangkap dalam tanah pada
pycnometer. Kemudian mendiamkan kembali pycnometer selama 15 jam agar suhu
akhir diharapkan sama dengan suhu air awal.
Setelah 15 jam, praktikan menambahkan air hingga melewati sedikit batas pada
pycnometer dan mencatat kembali suhu yang terjadi setelah didiamkan selama 15 jam
dengan menggunakan termometer. Menambahkan lebih dari batas pada pycnometer
berguna agar saat terjadi penyusutan tinggi air pada pycnometer akan tepat dengan batas
yang ada. Apabila suhu akhir sudah sama dengan suhu awal air, kemudian menimbang
kembali pycnometer yang berisi air dan tanah tersebut hingga didapatkan berat
pycnometer + berat air + berat tanah.

B. Analisis Data dan Hasil

Setelah melakukan percobaan didapat data pengamatan dari 2 sampel. Pengolahan data
yang pertama kali praktikan lakukan adalah mencari berat air dengan
menggunakan rumus berat air sama dengan berat tanah ditambah berat
pycnometer dikurangi total berat pycnometer,air,dan tanah setelah di dinginkan.
Setelah mendapat masing-masing berat air pada setiap sampel kemudian praktikan
mencari specific gravity setiap sampel menggunakan rumus faktor koreksi suhu
dikali berat tanah dibagi berat air.

Faktor koreksi suhu didapat dari acuan standar SNI 1964:2008 yang terdapat pada tabel
Pada suhu 26oC nilai faktor koreksi suhunya sebesar 0.9977.
Setelah melakukan pengolahan data kemudian praktikan mendapat specific gravity dari
sample 1 sebesar 2.7 dan sample 2 sebesar 2.59
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Specific Gravity rata-rata yang didapat dari percobaan kali ini sebesar 2.645 Berdasarkan
tabel hubungan tanah dengan specific gravity-nya tanah yang diuji bertipe pasir. Pasir
termasuk tanah berbutir kasar, dimana kurang dari 50% butiran lolos saringan no. 200
dan lebih dari 50% butiran lolos saringan no. 4. Menurut AASHTO, pasir dibagi
menjadi dua yaitu pasir bersih dan pasir dengan butiran halus. Tanah pasir memiliki
range specific gravity 2.65 – 2.67.

Setelah nilai specific gravity didapat kemudian hasil tersebut akan dihitung
keakuratannya. Kemudian, praktikan mendapat nilai kesalahan relatif rata-rata
sebesar 2.07%.
C. Analisis Kesalahan

Dari percobaan kali ini, kelompok kami mendapat kesalahan relatif sebesar 2.07%.
Faktor yang mungkin menyebabkan kesalahan relatif tersebut diantaranya:
1. Kurangnya ketelitian praktikan dalam penimbangan sampel
yang mempengaruhi berat air sehingga nilai Gs yang di
dapat kurang akurat
2. Kurangnya ketelitian praktikan pada saat memastikan
butiran tanah yang menempel pada dinding leher
pycnometer karena akan mempengaruhi volume tanah.
3. Praktikan kurang lama atau kurang panas mendidihkan
sampel yang diuji, sehingga masih ada sedikit udara yang
terperangkap.
4. Kurangnya ketelitian praktikan dalam mengukur suhu
sehingga nilai koreksi suhu mempengaruhi nilai Gs
5. Kurangnya ketelitian praktikan dalam mengurangi air pada
pycnometer setelah di diamkan selama 15 jam yang
menyebabkan berat gabungan pycnometer+air+tanah
mempengaruhi nilai Gs
V. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Specific Gravity pada tanah adalah perbandingan antara berat
butir tanah dan berat air suling yang mempunyai berat yang
11
Specific Gravity
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

sama pada suhu tertentu.


2. Nilai Specific Gravity rata-rata yang didapat dari percobaan
kali ini sebesar 2.645.
3. Jenis sampel tanah yang diuji tergolong kedalam tanah pasir.
4. Kesalahan Relatif rata-rata dari percobaan yang kami lakukan
sebesar 2.07 %.
VI. APLIKASI

Pemeriksaan Specific Gravity pada tanah dapat digunakan untuk:

- Menentukan tipe tanah di lahan yang ingin diperiksa sehingga dapat


disesuaikan pemanfaatan lahan tersebut dengan tipe tanahnya.
- Dapat digunakan untuk menghitung hubungan pada fase tanah, seperti
angka pori , derajat kejenuhan serta densitas tanah.
- Dapat dimanfaatkan pada bidang pertanian. Diantaranya untuk pengeringan
dan penyimpanan biji-bijian, stabilitas makanan ringan, penentuan
kemurnian biji, sortasi dan grading, evaluasi kemasakan buah, tekstur
dankemasakan buah, estimasi ruang udaradi dalam jaringan tanaman, serta
evaluasi kualitas produk seperti pada jagung manis, kacang-kacangan,
kentang dan lain-lain.

VII. REFERENSI
 SNI 1964:2008 “Cara Uji Berat Jenis Tanah”
 Laboratorium Mekanika Tanah (2017). Buku Panduan Praktikum Mekanika
Tanah. Civil Engineering Department, Universitas Indonesia. BAB 2
Specific Gravity.

VIII. LAMPIRAN

12
Specific Gravity
Laboratorium Mekanika Tanah
Departmen Teknik Sipi; – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

13
Specific Gravity

Anda mungkin juga menyukai