Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENGAMBILAN CONTOH TANAH

1.1. Maksud dan Tujuan


Untuk memperoleh contoh tanah pada kedalaman tertentu guna penyelidikan
dilaboratorium, sehingga dapat diketahui sifat-sifat fisis dari tanah tersebut.
1.2. Cara pengambilan
Sampler ditekan masuk ke dalam tanah dengan kecepatan yang besar dan konstan,
sampler dipukul masuk ke dalam tanah dengan hummer.
1.3. Peralatan
Sama seperti penyondiran, bedanya hanya tidak diperlukan manometer dengan mantle
tube yang pertama disambungkan dengan sampernya.
1.4. Langkah – langkah percobaan
a. Setelah diperoleh suatu lubang tanah hasil dari penyodiran, alat sondir dipasang tepat
diatasnya, dan diikatkan pada angker-angker yang telah dipasang sebelumnya.
b. Tabung pengamilan contoh tanah disambung dengan mantle tube lalu dimasukkan ke
dalam lubang hasil boring tadi.
c. Untuk mencapai kedalaman yang diinginkan maka mantle tube dimasukkan ke dalam
mantle yang lainnya.
d. Agar tabung contoh tanah terisi penuh, mantle tube ditekan sejauh ukuran yang sama
atau lebih besar dari samping tube dengan cara memutar alat pemutar.
e. Tabung contoh tanah ditarik keluar dan kemudian dilepaskan dari mantle tube, setelah
sisinya dibersihkan contoh tanah ditutup dengan plastik untuk selanjutnya diperiksa
dilaboratorium. Jika hendak tidak terganggu lagi maka contoh tanah ditutup dengan
farapin.

Dalam pengambilan contoh tanah agar tidak terganggu maka harus diperhatikan hal – hal sebagai
berikut :
a. Percepatan penetrationnya
b. Cara yang dipakai yaitu dengan cara ditekan atau dipukul kedalam tanah kerena
derajat gangguan dengan ditekan lebih kecil daripada dipukul.
c. Ada atau tidak mengandung kerikil
d. Dari sampling yang digunakan, dapat dihitung berdasarkan area ratio.

De  Di
Ar (%) = 100
Di

Dimana : Ar = area (%) yang menunjukkan besarnya derajat gangguan


De = external diameter of sampler
Di = internal diameter of sampler
(JE BOWLES) : Foundation analysis and desing
Sample tube yang baik mempunyai area ratio kurang dari 10 %
BAB II
PEMERIKSAAN BERAT JENIS TANAH

2.1. Maksud dan Tujuan

Menentukan berat jenlis tanah yang mempunyai butiran lewat saringan nomor 10 dengan
piknometer. Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat butir tanah dan berat air
suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.
2.2. Peralatan

a. Piknometer dengan kapasitas minimum 100 ml atau botol ukur dengan kapasitas
minimum 50 ml
b. Desikator
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 110 - 115°C
d. Neraca dengan ketelitan 0,01 grain
e. Termometer ukuran 0 – 50o C dengan ketelitian pembacaan 1o C
f. Saringan no.4 , no. 1 0 dan no.40 serta penadahnya
g. Botol berisi air suling
h. Bak perendam
i. Pompa hampa udara (vakum 1 — 1 ,5 PM) atau tungku listrik
2.3. Benda uji

a. Benda uji dipersiapkan dan di oven sampai kering dengan berat tidak boleh kurang
dari 50 gram
b. Contoh didapat dengan menyaring tanah dengan saringan no.4
c. Benda uji dikeringkan dalam oven pada suhu 105 - 1100 C
2.4. Cara melakukan

a. Cuci piknometer dengan air suling dan keringkan. Timbang piknometer dan tutupnya
dengan ketelitian 0,01 gram (W1)
b. Masukkan benda uji ke dalam piknometer dan timbang bersama tutupnya dengan
ketelitian 0,01 gram (W2)
c. Tambahkan air suling sehingga piknometer terisi 2/3 untuk bahan yang mengandung
lembung diamkan benda uji terendam selama sedikitnya 24 jam.
d. Didihkan piknometer dengan hati - hati selama minimal 10 menit, ketika pemanasan
sedang berlangsung miringkan botol sekali - sekali untuk mempercepat pengeluaran
udara yang tersekap.
e. Isi piknometer dengan air suling, biarkan piknometer beserta isinya untuk mencapai
suhu konstan (24 jam) didalam bejana air atau dalam kamar.
f Sesudah suhu konstan tambahkan air suling seperlunya sampai tanda batas, tutuplah
piknometer, keringkan bagian luarnya dan timbang dengan ketelitian 0,01 gram (W3),
ukur suhu dan piknometer dengan ketelitian 10 Celcius.
f. Bila isi piknometer belum diketahui maka tentukan isinya sebagai berikut Kosongkan
piknometer dan bersihkan, isi piknometer dengan air suling yang suhunya sama
dengan suhu pada C dengan ketelitian 10 C dan pasang tutupnya. Keringkan bagian
luarnya dari piknometer dan timbang dengan ketelitian 0,01 gram dan koreksi
terhadap suhu.

2.5. Perhitungan

Berat jenis dihitung dengan rumus :


W2  W1
G =
(W4  W1 )  (W3  W2 )
Dimana
W1 = berat piknometer kosong (gram)
W2 = berat piknometer tanah kering (gram)
W3 = berat piknometer + tanah + air (gram)
W4 = berat piknometer + air (gram)
Bila hasil kedua pemeriksaan berbeda lebih dari 0,03 pemeriksaan harus diulang
(pemeriksaan dilakukan double). Hasil kedua pemeriksaan diambil rata - ratanya.

Kalibrasi Piknometer
a. Piknometer dibersihkan, dikeringkan dan ditimbang, dicatat beratnya (W4) Kemudian
piknometer diisi air suling dan dimasukkan kedalam bejana air pada suhu 25° C,
tutupnva dipasang. Bersihkan bagian luar piknometer dan keringkan, setelah itu
ditimbang beserta isinya (W25).
b. Dari nilai W2 yang ditentukan pada 250 C, susun table W4. untuk suatu urutan suhu kira -
kira antara 18 – 31o C.
Harga W4 dihitung sebagai berikut :
W4 = W25 x K
Dimana:
W4 = berat piknometer + air yang te!ah dikoreksi
W25 = berat piknometer + air pada suhu 25o C
K = faktor koreksi, seperti yang tercantum dibawah ini

Faktor koreksi = K, temperatur = T

T : 18 19 20 21 22
K : 1,00016 1,0014 1,0012 1,0010 1,0007

T : 23 24 25 26 27
K : 1,0005 1,0003 1,0000 0,9997 0,9995

T : 28 29 30 31 -
K : 0,9992 0,9989 0,986 0,9983 -
2.6. Tabel Perhitungan

SPESIFIC GRAVITY TEST (PENGUJIAN BERAT JENIS)


ASTM. D 854-58 (Reapproved 1993)
1 Piknometer no.
2 Mass of piknometer M1 gram

3 Mass of dry soil + piknometer M2 gram

4 Mass of dry soil + water + piknometer M3 gram

5 Mass of water + piknometer M4 gram

6 Temperature toC
7 A = M2 - M1
8 B = M3 - M4
9 C=A-B
10 Specific Gravity, G1 = A/C
11 Average specific gravity, G1
12 Gwater at toC
13 G for 27,5 oC = G = (Gwater at toC)/(Gwater at 27.5oC)
BAB III
PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN
AGREGAT HALUS DAN KASAR

3.1. Maksud dan Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus
dan agregat kasar dengan mengggunakan saringan.
3.2. Peralatan

a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
b. Satu set saringan 76,2 mm (3‖) ; 63,5 mm (2,5‖) ; 50,8 mm (2‖) ; 37,5 mm (1,5‖) ;
25 mm (1 ―) ; 19,1 mm (3/4‖) ; 12,5 mm (1/2‖) ; 9,5 mm (3/8‖) ;no. 4 ; no. 50 ; no.
50 ; no. 100 ; no. 200 (standar ASTM).
c. Oven, yang dilekngkapi dengan pengatur suhu memanasi sampai 110 + 115oC.
d. Alat pemisah contoh
e. Mesi pengguncang saringan
f. Talam-talam
g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat laoinnya.
3.3. Benda Uji

a. Benda uji diperoleh dari alat pemisa contoh atau cara perempat sebanyak:
i. Agregat halus :
Ukuran maksimum no. 4 : berat minimum 500 gram
Ukuran maksimum no. 8 : berat minimum 100 gram
ii. Agregat kasar :
Ukuran maksimum 3,5‖ : berat minimum 35 kg
Ukuran maksimum 3 ― : berat minimum 30 kg
Ukuran maksimum 2,5 ― : berat minimum 25 kg
Ukuran maksimum 2 ― : berat minimum 20 kg
Ukuran maksimum 1,5 ― : berat minimum 15 kg
Ukuran maksimum 1 ― : berat minimum 10 kg
Ukuran maksimum ¾ ― : berat minimum 5 kg
Ukuran maksimum ½ ― : berat sminmum 2,5 kg
Ukuran maksimum 3/8 ― : berat minimum 1 kg
b. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat tersebut
dipisahkan mejadi 2 bagia dengan saringan no. 4 selanjutnya agregat halus dan kasar
disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum diatas.
c. Benda uji disiapkan sesuai dengan PB-0208-76 kecuali apabila butiran ang melalui
saringan no. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syaratnya ketelitian tidak
menghendaki pencucian.
3.4. Cara malakukan

a. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu 110-115o C, sampai bertetap.
b. Saring benda uji lewat saringan dengan ukuran saringan paling besa ditempatkan
paling atas.; saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang salama 15
menit.
3.5. Perhitungan

Hitungan persentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan berat
total benda uji.
3.6. Pelaporan

Laporan :
a. jumlah persentase melalui masing-masing saringan atau jumlah persentase diatas
masing-masing saringan dalam bilangan bulat.
b. Grafik akumulatif .
Gambar Alat Dan Skema Pengujian Analisis Saringan
3.7. Tabel Perhitungan
TABEL PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN BENDA UJI
Berat Benda Uji : gr
Persentasi
Jumlah
Berat
Saringan Berat Cawan Berat Cawan + Berat tertahan Berat
Tertahan
Tertahan Tertahan Lewat

No.#4

No.#10

No.#20

No.#40

No.#80

No.#100

No.#200
BAB IV
PEMERIKSAAN BERAT ISI, ISI PORI DAN DERAJAT KEJENUHAN

4.1. Maksud dan Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi, isi pori dan derajat
kejenuhan dari suatu contoh tanah.
4.2. Peralatan

a. Alat timbangan
b. Ring cetakan
c. Alat pemotong contoh tanah.
4.3. Benda uji

a. Contoh tanah yang akan diperiksa dimasukkan dalam tabung sample dilapangan
dan ditutup dengan lilin pada ujung dari pangkalnya untuk menghindari
penguapan, kemudian contoh tanah dari lapangan dikeluarkan dari tabung contoh
dan ujungnya diratakan
b. Cincin diletakkan di depan tabung dan tengah dikeluarkan supaya langsung masuk
ke dalam cetakan. kemudian ujung dari cincin diratakan Dalam pemeriksaan ini
tercakup pemeriksaan kadar air dan berat jenis yang digunakan sebagai pelengkap
dalam perhitungan, sehingga perlu disiapkan benda uji untuk percobaan penentuan
besaran - besaran atas.
4.4. Cara melakukan percobaan

a. Ring / cincin ditimbang beratnya


b. Ukur diameter dan tinggi ring untuk menghitung volume tanah dalam cincin
c. Timbang berat ring yang berisi tanah basah dan beratnya dicatat
d. Kadar air berat jenis tanah ditentukan dengan percobaan pemeriksaan tersendiri.
4.5. Tabel Perhitungan

TABEL PEMERIKSAAN BERAT ISI PORI


DAN DERAJAT KEJENUHAN

No KETERANGAN I II

A No Ring / No Cawan

B No Contoh

C Kedalaman M

D Berat Ring gr

E Berat Cawan gr

F Berat ring + cawan + Tanah Basah gr

G Berat Tanah Basah (F-D-E) gr

H Volume Ring cm

I Berat isi tanah Basah (G/H) cm

J Berat Ring + Cawan + Tanah Kering gr

K Berat Tanah Kering (J-D-E) gr

L Berat Air (G-K) gr

M Kadar Air (L/K x 100%) %

N Berat tanah Kering (K/H) gr

O Berat Jenis ( data dari Bab IV) gr

P Volume Tanah kering (K/O) gr

Q Isi Pori (H-P) gr

R Derajat Kejenuhan (L/Q x 100%) %

S Porositas (Q/H x 100%) %


BAB V
PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH

5.1. Maksud dan Tujuan

Untuk menentukan kadar air tanah.


Yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah : perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut, dinyatakan dalam persen
(%).

5.2. Perlatan

a. Oven pemanas dengan suhu sampai (100-1150 C)


b. Cawan kedap udara dan tak berkarat.
c. Neraca dan desikator
5.3. Cara melakukan

a. Tanah yang akan diperiksa di tempatkan dalam cawan yang bersih, kering telah
diketahui beratnya.
b. Cawan dan isinya kemudian ditimbang dan beratnya dicatat.
c. Tutup cawan kemudian dibuka dan cawan ditempatkan di oven pengering hingga
berat contoh tanah konstan.
d. Cawan dan isinya ditutup kemudian didinginkan dalam desikator.
e. Setelah dingin, ditimbang dan beratnya dicatat.
5.4. Perhitungan

Kadar air dapat dihitung sebagai berikut :


Kadar air = W1 – W2 x 100%
W2 – W3
Dimana :
W1 = Berat cawan + tanah bersih (gram)
W2 = Berat cawan + tanah kering (gram)
5.5.Tabel Perhitungan

PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH

NO KETERANGAN SATUAN

A Berat Cawan Gr

B Berat Cawan + Tanah Basah Gr

C Berat Cawan + Tanah Kering Gr

D Berat Air ( B-C) Gr

E Berat Tanah Kering (C-A) Gr

F Kadar Air = (D/e x 100%) %

G Kadar Air Rata-rata

Kesimpulan :
- Kadar air diperoleh dari perbandingan berat air yang tergantung dalam tanah dengan
berat kering tanah yang telah di oven
- Semakin banyak air yang terkandung semakin besar kadar airnya, demikian juga
sebaliknya
BAB VI
PEMERIKSAAN BATAS CAIR

Batas cair adalah kadar air pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis (yaitu
batas atas dari daerah plastis). Batas cair adalah kadar air tanah pada 25 pukulan. Percobaan
ini dilakukan terhadap beberapa contoh tanah dengan beberapa kadar air berbeda, dan
banyaknya pukulan dihitung untuk masing-masing kadar air.
6.1. Maksud dan Tujuan

Untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas cair. Batas cair adalah
batas kadar air dimana suatu tanah berubah dari cair menjadi kadaan plastis.
6.2. Peralatan

a. Alat batas cair standar


b. Alat pembuat alur
c. Sendok dempul
d. Plat kaca 45 x 45 x 0,9 mm
e. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
f. Cawan kadar air minimal 4 buah
g. Spatula dengan panjang 12,5 cm
h. Botol tempat air suling
i. Air Suling
j. Oven, yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai (110 – 115
0
C)
6.3. Benda Uji
Jenis-jenis tanah yang tidak mengandung batu dan hampir semua butirannya lebih
halus dari saringan 0,42 mm (No. 40).
6.4. Cara Melakukan

a. 100 gram contoh tanah yang sudah dipersiapkan diletakkan diatas plat kaca
pengaduk.
b. Benda uji diaduk dengan mnggunakan spatula, dengan menambah air suling
sedikit-dikitnya sampai keadaan homogen
c. Setelah contoh tanah menjadi campuran homogen, ambil sebagian dan letakkan
diatas mangkok alat batas cair, diratakan permukaannya sedemikian sehingga
sejajar dengan dasar alat, bagian yang tebal harus ± 1 cm
d. Alur dibuat dengan membagi dua benda uji dalam mangkok dengan menggunakan
grooving tool melaui garis tengah pemegang mangkok dan simetris. Pada waktu
membuat alur, posisi grooving tool harus tegak lurus pada permukaan mangkok.
e. Alat diputar sedemikian rupa sehingga mangkok naik turun dengan kecepatan 2
putaran per detik
f. Pemutaran ini dilakukan samapai dasar alur contoh tanah bersinggungan dan catat
jumlah pukulannya pada waktu bersinggungan. Contoh tanah sedikit diambil dari
mangkok, kemudian dimasukkan ke dalam cawan yang telah disiapkan untuk
diperiksa kadar airnya, kadar air tersebut diambil dari alur bersinggungan.
g. Kembalikan benda uji ke atas kaca pengaduk dan mangkok alat batas cair
dibersihkann. Benda uji diaduk kembali dengan merubah kadar airnya. Kemudian
ulangi pekerjaan b s/d f dengan variasi kadar yang berbeda, sehingga akan
diperoleh perbedaan pukulan sebesar 8-10 pukulan.
6.5. Perhitungan

Hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang bersangkutan
kemudian digambarkan dalam bentuk grafik. Jumlah pukulan sebagai sumbu
horizontal dengan linier.
Membuat garis lurus melalui titik-titik itu, karena ternyata titik-titik yang
diperoleh tidak terletak pada satu garis lurus, maka garis lurus dibuat melalui titik
tersebut. Besarnya kadar air ditentukan pada jumlah pukulan 25 x , kadar air inilah
yang merupakan batas cair (liquit limit) dari contoh tanah tersebut.
Gambar Skema Alat Casagrande

\
6.6. Tabel Perhitungan

TABEL PENGUJIAN BATAS CAIR

No KETERANGAN I II III IV
A Nomor Cawan
B Banyak Pukulan
C Berat Cawan
D Berat Cawan + Contoh Basah
E Berat Cawan + Contoh Kering
F Bera Air (D- E)
G Beray Contoh Kering (E-C)
H Kadar Air (F/G x 100%)
BAB VII
PEMERIKSAAN BATAS PLASTIS

Batas plastis adalah kadar air pada batas bawah dengan plastis. Kadar air ini ditentukan
dengan menggilingkan tanah pada plat kaca sehingga diameter dari batang tanah yang
dibentuk mencapai 1/8 inci. Bila mana tanah mulai menjadi pecah pada saat diameter 1/8 inci
tersebut maka kadar air tanah itu adalah batas plastis.
Perhitungan untuk mencari berat tanah basah, tanah kering , berat air dan kadar air sama
dengan cara yang digunakan pada perhitungan analisa batas cair (LL).
7.1. Maksud danTujuan

Untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas - batas plastis, batas
plastis adalah kadar air minimum dimana suatu tanah masih dalam keadaan plastis.
7.2. Peralatan

a. Plat kaca ukuran 45 x 45 x 0,9 mm


b. Sendok dempul
c. Ratang pembanding dengan  3 mm pnang 10cm
d. Neraca dengan ketelitan 0,01 gram
e. Cawan untuk menentukan kadar air 2 buah
f. Botol tempat air suling
g. Oven pengering dengan pengatur suhu sampai 110 - 11 50 C’.
7.3. Cara melakukan

a. Letakkan contoh tanah sebanyak ± 20 gram diatas plat kemudian diaduk sehingga
kadar airnya rata
b. Setelah kadar airnya rata, buatlah bola - bola tanah dari contoh itu seberat ± 8
gram, kemudian bola - bola tadi digiling di atas kaca, dilakukan di telapak tangan
dengan kecepatan 80 - 90 gilingan/menit.
c, Penggilingan terus dilakukan sampai benda uji membentuk batang dengan
diameter 3 mm, bila penggilingan mencapai  3 mm benda uji sudah retak, maka
contoh disatukan kembai dan tambah air suling sedikit dan aduk lagi sampai
rata,jika penggilingan sudah mencapai 3 mm ternyata contoh tanah be1um juga
menunjukkan keretakan maka contoh tanah perlu dibiarkan beberapa saat di udara
bebas agar kadar airnya berkurang sedikit.
d. Berikan kadar air gilingan contoh tanah pada d dilakukan ganda. Kadar air rata -
rata dari 2 pengamatai diatas adalah merupakan batas plastisnya.
7.4. Tabel Perhitungan

TABEL PENGUJIAN BATAS PLASTIS

No KETERANGAN BATAS PLASTIS

A Nomor Cawan

B Berat Cawan

C Berat Cawan + Contoh Basah

D Berat Cawan + Contoh Kering

E Bera Air (C - D)

F Berat Contoh Kering (D-B)

G Kadar Air (E/F x 100%)

Kesimpulan :
- Batas cair diperoleh dari kadar air, dimana tanah yang mengandung air berubah
menjadi keadaan plastis.
- Semakin banyak air yang terkandung maka tanah akan semakin sulit menjadi plastis.

Anda mungkin juga menyukai