Anda di halaman 1dari 45

LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB II
METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1. Umum
Dalam bab ini akan dibahas tentang pendekatan metodologi pelaksanaan secara
umum. Metode pelaksanaan diuraikan sebagai dasar dan tata cara pelaksanaan
pekerjaan, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesalahan dan seluruh
kegiatan dapat dikoordinir dan dipantau dengan mudah.

2.2. MEKANIKA TANAH


Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan dalam Laboratorium Mekanika Tanah ini
Antara Lain :
2.2.1 Mekanikan Tanah (Mechanical Technic)
Pengujian mekanika tanah dilakukan pada laboratorium mekanika tanah, berupa
contoh tanah bahan timbunan dan contoh pasir batu, yang diperoleh dari uji test
pit. Standart test laboratorium mengacu atau sesuai dengan standart teknik test
berdasarkan SNI, Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971) dan standart
Amerika yaitu sebagai berikut:
 Physical Test
- Spesific gravity ASTM D.854
- Kadar air ASTM D.2216
- Analisa gradasi/Hidrometr ASTM D.422
- Atterberg limit ASTM D.421, D.423 dan D.424
 Mechanical Test
- Standart Proktor (Compaction) ASTM D.698/D.1557
- Directsheer ASTM D.3080
- Permeabilitas ASTM D.2434

2.2.1.1 Pemeriksaan Berat Jenis Tanah (Spesific Grafity)


A. Umum
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis tanah yang
mempunyai butiran lewat saringan no. 4 dengan piknometer. Berat jenis
tanah adalah perbandingan antara berat butir tanah dan berat air suling
dengan isi yang sama
pada suhu tertuntu. Berat jenis tanah diperlukan untuk menghitung indeks
properties tanah ( misalnya : angka pori, berat isi tanah, derajat

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 1


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

kejenuhan, karakteristik pemampatan) dan sifat-sifat penting tanah


lainnya.
Selain itu dari nilai berat jenis tanah dapat pula ditentukan sifat tanah
secara umummisalnya tanah organis memiliki berat jenis yang kecil,
sedangkan adanya kandungan mineral berat lainnya (misalnya besi)
ditunjukkan dari berat jenis tanah yang besar.

B. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Piknometer dengan kapasitas minimum 50 ml atau 100 ml.
2. Desikator
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5) °C
4. Neraca dengan ketelitian 0.01 gram
5. Termometer ukuran 0 - 50°C dengan ketelitian pembacaan 1°C
6. Saringan no.4, n.10, no.40 dan pan
7. Botol pipet berisi air suling
8. Pipet
9. Bak perendam
10. Pompa hampa udara atau tungku listrik (hot plate)

C. Benda Uji
Benda uji harus dipersiapkan sebagai berikut:
1. Keringkan uji pada suhu 100±5°C selama ± 24 jam dan dinginkan
dalam desikator. Benda uji dalam keadaan kering oven tidak boleh
kurang dari 10 gram untuk piknometer 50 ml,dan 50 gram untuk
piknometer 100 ml.

D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian sebagai berikut:
1. Cuci piknometer dengan air suling dan keringkan. Timbang
piknometer dan tutupnya dengan ketelitian 0.01 gram ( )
2. Tumbuk benda uji didalam cawan porselin dimana ukuran butiran
bias masukkedalam lubang piknometer, masukkan benda uji kedalam
piknometer dan timbang bersama tutupnya dengan ketelitian
0.01 gram ( )
3. Tambahkan air suling sehingga piknometer terisi dua pertiga. Untuk
bahan yang mengandung lempung diamkan benda uji terendam
selama paling sedikit 24 jam.
4. Didihkan piknometer dengan hati – hati selama minimal 10 menit,dan
miringkan ataugoyang – goyang botol sekali – sekali untuk
membantu mempercepat pengeluaran udara yang tersekap dalam
tanah.

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 2


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

5. Untuk mengeluarkan gelembung – gelembung udara yang tersekap


dapat juga digunakan pompa vacum, sampai gelembung udara tidak
terlihat lagi.
6. Tambahkan air suling kedalam piknometer dan biarkan piknometer
beserta isinya untuk mencapai suhu konstan didalam bejana air atau
dalam kamar.
7. Sesudah suhu konstan tambahkan air suling seperlunya sampai
tanda batas atau sampai penuh.Tutuplah piknometer, keringkan
bagian luarnya dan timbang dengan
ketelitian 0.01 gram ( ). Ukur suhu dari isi piknometer dengan
ketelitian 1°C.
8. Piknometer dibersihkan, diisi dengan air suling yang suhunya sama
dengan suhu pada langkah 6 dengan ketelitian 1°C sampai tanda
batas atau sampai penuh dan pasang tutupnya. Masukkan kedalam
bejana air atau kamar untuk mendapatkan suhuyang sama seperti
keadaan langkah VI.4.6. Keringkan bagian luarnya dan
timbangdengan ketelitian 0.01 gram ( ).
9. Pemeriksaan dilakukan ganda atau duplo
10. Peralatan dibersihkan dan disimpan kembali pada tempatnya.

E. Perhitungan
1. Berat jenis contoh dihitung dengan rumus seperti berikut :
 Berat piknometer : gram

 Berat piknometer + tanah kering : gram

 Berat piknometer + tanah kering + air : gram

 Berat piknometer + air suling : gram


 Faktor koreksi temperatur :k
 Berat jenis tanah :

 Berat jenis cairan yang di pakai :


GL(W 2  W 1)
Berat Jenis Tanah Gs 
((W  k )  W 1)  (W 3  W 2)
2. Apabila hasil kedua pemeriksaan berdeda lebih dari 0.03 maka
pemeriksaan harus diulang
3. Ambil harga rata – rata dari hasil kedua pemeriksaan tersebut
4. Angka pori (e)
(i  w )Gs  w
e 1 : berat jenis air
wet
5. Porositas ( n )
e
n
1 e
PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 3
LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

6. Derajat Kejenuhan ( )
WxGs
Sr 
e

2.2.1.2 Pemeriksaan Kadar Air (Water Content)


A. Umum
Yang dimaksud dengan kadar air ialah perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut dinyatakan
dalam persen kadar air tanah merupakan salah satu parameter terpenting
untuk menentukan korelasi antara perilaku tanah dengan fisik tanah, yang
dilakukan secara rutin dalam pelaksanaan pengujian di laboratorium.
Percobaan ini dilakukan menggunakan metode kering oven dimana benda

uji dipanas pada suhu 110 ±5 ºC, Selama 16 s/d 24 jam (sampai berat

tetap).
Pada keadaan khusus dimana tanah yang diuji berupa jenis lempung yang
terdiri dari mineral monmorolinote /halloysite,gypsum,atau bahan –bahan
organik (minsal tanah gambut), maka suhu pengeringan maksimum
dibatasi sampai 60 ºC, dengan waktu pengeringan yang lebih lama.

B. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai suhu (110±50) ºC
2. Cawan kedap dan tidak berkarat, dengan ukuran yang cukup. Cawan
dapat terbuat dari gelas atau logam minsalnya aluminium
3. Neraca/timbagan
- Neraca dengan ketelitian 0.01 gram
- Neraca dengan ketelitian 0.1 gram
- Neraca dengan ketelitian 1 gram
4. Desikator

C. Benda Uji
Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tergantung
pada ukuran butir maksimum dari contoh yang diperiksa,dengan ketelitian
seperti tabel dibawah ini
Tabel 2.1 Jumlah benda uji untuk pemeriksaan kadar air
Ukuran butir maksimum Jumlah benda uji minimum Ketelitian
¾” 1000 gram 1 gram
Lewat saringan no. 10 100 gram 0,1 gram
Lewat saringan no. 40 10 gram 0,01 gram

D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian sebagai berikut:
PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 4
LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Ambil cawan kosong yang bersih dan kering


2. Masukkan benda uji yang mewakili dari contoh tanah yang
diperiksa,ditempatkan dalam cawang
3. Timbang cawan beserta isinya dan catat beratnya ( )
4. utup cawan kemudian di buka dan cawan di tempatkan di oven
pengering sampai berat contoh tanah konstant dengan suhu
pengering( 110 ± 5 )ºC selama 16 s/d 24 jam
5. Ambil cawan dan benda uji yang telah dikeringkan, kemudian
letakkan dalam desikator yang bersih silica gel untuk didindingkan
6. Timbang cawan beserta isinya ( )

7. Bersihkan dan keringkan cawan tersebut kemudian ditimbang ( )


8. Peralatan dibersihkan dan disimpan kembali pada tempatnya

E. Perhitungan
Kadar air dapat dihitung seperti berikut :
 Berat cawan + tanah basah` : gram

 Berat cawan + tanah kering ` : gram

 Berat cawan kosong : gram

 Berat air : - gram

 Berat tanah kering / : - gram

 Kadar air : = ×100%

2.2.1.3 Pemeriksaan Pembagian Butir dengan Analisa Saringan dan Analisa


Hidrometer (Grain Size Analysis)
A. Umum
Pada dasarnya partikel-partikel pembentuk tanah mempunyai ukuran dan
bentuk yang beraneka ragam, Baik pada tanah kohesif maupaun tanah non
kohesif. Sifat suatu tanah banyak ditentukan oleh ukuran butir dan
distribusinya , sehingga analisa butiran dipakai sebagai acuan untuk
mengklasifikasikan tanah.
Ada dua macam cara yang dipakai untuk menentukan pembagian butir dari
suatu tanah dilaboratorium,yaitu:
1. Analisa ayakan ( Sieve Analysis ) dipakai untuk menentukan pembagian
ukuran butiran tanah yang berbutir kasar atau memiliki diameter butiran
lebih besar dari 0.075 mm (no. 200)

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 5


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

2. Analisa hydrometer ( Hydrometer Analysis ) untuk menentukan


pembagian ukuran butiran tanah yang berbutir halus atau memiliki
diameter butiran lebih kecil dari 0.075 mm (no.200)
Pemeriksaan ukuran butiran tanah dengan hydrometer berdasarkan PB –
0107 – 76 / ASTM D – 422 – 72 / AASHTO T -88 – 72 , sedangkan
pemeriksaan butiran tanah dengan analisa saringan berdasarkan PB –
0201- 76 / ASTM C – 136- 46 / AASHTO T – 27- 74.
Hasil dari test pembagian butir biasanya digambarkan dalam kertas
semilogritma. Diameter butir di gambar pada sumbu datar (skala
logaritma), dan prosentase butir-butir tanah yang lolos dari tiap-tiap ayakan
diplot pada sumbu tegak ( skala linier ).
Dari grafik pembagian butir dapat ditentukan harga-harga koefesien
keseragaman ( Cu ) dan koefesien gradasi ( Cc ) dari tanah yang
bersangkutan.
Klasifikasi tanah yang umum dipakai yaitu : system klasifikasi UNIFIED dan
system klasifikasi AASHTO ( American Association State Highway
Transportation Official ). Dengan menggunakan system ini maka tanah
yang diuji dapat dikelompokkan dalam salah satu dari dua kelompok
besar , yaitu : tanah berbutir dan tanah berbutir halus .

Grafik pembagian butir tidak hanya menunjukkan batasan dari ukuran –


ukuran butir yang dikandung oleh suatu tanah, tapi juga memberikan
bentuk ( type ) dari grafik pembagian butir dari tanah yang dites. Bentuk
dari grafik pembagian butir pada umumnya dapat digolongkan dalam tiga
kategori yaitu:
1. Well Graded / Geradasi baik , adalah type tanah dimana ukuran butir-
butirnya terbagi merata dari besar sampai kecil
2. Uniformly Graded / Gradasi seragam ,adalah type tanah dimana ukuran
butir-butirnya hanya merupakan kombinasi dari dua atau lebih diameter-
diameter yang sama

3. Porly Graded / Gradasi buruk , adalah type tanah dimana sebagian


besar dari butir-butirnya mempunyai ukuran yang sama.

B. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian
butir ( Gradasi ) agregat. Ukuran butir / gradasi agregat lebih besar 0.075
mm digunakan analisa saringan sedangkan ukuran butir agregat lebih kecil
0.075 mm digunakan analisa hydrometer .Analisa saringan dikerjakan
dengan menggunakan ayakan dengan berbagai ukuran sedangkan analisa
hydrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi ( pengedapan butir-butir
tanah dalam air ).
Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah akan
mengedap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada bentuk,

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 6


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

ukuran dan beratnya kecepatan mengedap dari partikel tersebut dapat


dinyatakan dalam hukum stokes yaitu:

V= x D²

Dimana:
V : kecepatan turun butir- butir tanah (gr/dt)

: berat volume butir-butir tanah (gr/cm)

: berat volume air (gr/cm)

η : viscositas / kekentalan air (gr dt /cm)


D : diameter butiran tanah (cm)
Dan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka digunakan hydrometer
yang berfungsi untuk mengetahuai berat jenis larutan setiap waktu
pengamatan. Dari hasil tersebut maka didapatkan data, yang setelah diolah
akan diperoleh grafik distribusi butiran yang merupakan hubungan antara
diameter dan prosentase lolos.

C. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Timbangan dengan ketelitian 0.2 % dari berat benda uji
1. Satu set sasringan standar ASTM
 1”(25.4 mm)
 ¾” (19.0 mm)
 5/8” (15.8 mm)
 ¼” (12.7 mm)
 no.4 (4.75 mm)
 no.8 (2.36 mm)
 no.10 (2.00 mm)
 no.16 (1.18 mm)
 no.20 (0.85 mm)
 no.30 (0.60 mm)
 no.40 (0.425 mm)
 no.60 (0.250 mm)
 no.80 (0,120 mm)
 no.100 (0.150 mm)
 no.140 (0.106 mm )
 no.200 (0.075 mm)
2. Hidrometer 151 H atau 152 H
3. Termometer 0- 50 C°
4. Mixer
5. Stop Watch

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 7


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

6. Gelas ukur 1000 ml


7. Gelas ukur 100 ml
8. Pipet
9. Spatula
10. Palu karet
11. Gelas beaker
12. Water Bath
13. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi hingga
(100±5) °C
14. Alat pemisah contoh
15. Mesin pengguncang saringan
16. Talam-talam
17. Kuas,sikat,sendok dan masker
18. Sodium Hexamethaphospat
19. Air suling

D. Benda Uji
1. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat
sebanyak :
 Agregat halus
- Ukuran butiran maksimum no.4 (4.75 mm), berat minimum 500 gram
- Ukuran butiran maksimum no.8 (2.36 mm), berat minimum 100 gram
 Agregat kasar
- Ukuran butiran maksimum 3.5”, berat minimum 35 kg
- Ukuran butiran maksimium 3”, berat minimum 30 kg
- Ukura n butiran maksimium 2.5”, berat minimum 25 kg
- Ukuran butiran maksimum 2”, berat minimum 20 kg
- Ukuran butiran maksimum 1.5”, berat minimum 15 kg
- Ukuran butiran maksimum 1”, berat minimum 10 kg
- Ukuran butiran maksimum ¾”, berat minimum 5 kg
- Ukuran butiran maksimum ½”, berat minimum 2.5 kg
- Ukuran butiran maksimum 3/8”, berat minimum 1 kg

2. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar,
maka agregat tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan
no 4 . Selanjutnya agregat halus dan kasar disediakan sebanyak
jumlah seperti tercantum diatas
3. Benda uji disiapkan sesuai dengan ASTM C -177-69 kecuali apabila
butiran yang melalui saringan no.200 tidak perlu diketahui dan bila
syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucican.
4. Pada jenis tanah yang mengandung batu dan butiran yang hampir
sama dan lebih halus dari saringan no.10 (2 mm). Dalam hal ini benda
uji dapat langsung dilakukan pengujian analisa butiran dengan

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 8


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

menggunakan metode analisa hydrometer lebih dahulu baru


dilanjutkan dengan analisa saringan /ayakan
5. Pada jenis tanah yang mengandung batu dan butiran diatas ayakan
no.10 (2 mm ). Dalam hal ini pengujian analisa pembagian butiran
dilakukan dengan menggunakan metode analisa saringan / ayakan
dilanjutkan dengan analisa hydrometer .

E. Prosedur
Analisa pembagian butiran dengan metode analisa saringan dilanjutkan
dengan analisa hydrometer.

F. Analisa Saringan/Ayakan
1. Persiapkan benda uji sesuai dengan prosedur PB -0208-76 sebagai
berikut:
a. Berat benda uji kering minimum yang diambil tergantung pada
ukuran agregat maksimum sesuai dengan ketentuan diatas
b. Masukkan agregat 1.25 kali berat benda uji minimum kedalaman
talam, keringkan dalam 0ven dengan suhu 100±5 °C sampai berat
tetap. Pada keadaan khusus dimana tanah yang diujikan berupa
jenis lempung yang terdiri dari mineral monmorolinote /holosite,
gypsun atau bahan –bahan organic (minsal tanah gambut), maka
suhu pengeringan maksimum dibatasi sampai 60 °C, dengan waktu
pengeringan yang lebih lama.
c. Keluarkan benda uji ,dinginkan / angin-aginkan
d. Tanah tersebut ditumbuk dengan alat penumbuk (palu karet )
dengan tidak mengakibatkan hancurnya butir tanah. Bila contoh
tanah mengandung butiran-butiran yang rapuh seperti minsalnya
serpihan mika , kerang laut dan sebagainya , penumbukan harus
dilakukan hati dan dengan memakai tenaga secukupnya sehingga
butir-butir halus yang melekat pada butir kasar lepas.Atau dengan
kata lain ukuran butiran tanah tetap asli
e. Masukkan benda uji kedalam oven untuk menghilangkan kadar air
yang diserap tanah selama penumbukan
f. Setelah kering /berat tetap keluarkan benda uji dari oven dan
dinginkan
g. Siapkan benda uji berdasrkan ketentuan batas minimum benda uji
yang didasarkan pada ukuran butiran maksimum ( )
h. Saring benda uji diatas saringan no.10
i. Pisahkan benda uji yang tertahan diatas saringan no.10 dan bahan
lolos lewat sehingga no.10

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 9


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

j. Masukkan benda uji yang tertahan diatas saringan no.10 kedalam


wadah , dan diberi secukupnya sehingga benda uji terendam ,
biarkan beberapa saat

k. Ambil saringan no.10 ,tuangkan benda uji yang terendam dalam


saringan no.10 sambil diremes-remes cuci matrial dengan air
l. Bilas benda uji ,ulangi pekerjaan (k) sampai air cucian menjafdi
jernih
m. Semua bahan yang tertahan diatas sringan no.10 dikembalikan
dalam wadah kemudian masukkan seluruh bahan tersebut kedalam
talam yang telah diketahui beratnya ( ) dan keringkan dalam oven
sampai berat tetap
n. Keluarkan bahan pada langkah m, dinginkan , timbang dan catat
beratnya ( )
2. Bersihkan ayakan dan keringkan .Susun rangkaian ayakan yang
diperlukan berdasarkan ukuran nomornya, dari saringan terbesar
sampai saringan no.10. Ayakan dengan lubang masing-masing
ukuran ayakan ( )
3. Masukkan tanah yang tertahan diatas saringan no.10 (hasil langkah
.n) kedalam susunan ayakan
4. Tutup ayakan yang telah diisi
5. Letakkan susunan ayakan diatas mesin pengguncang /pengayak
.Ayak selama 10 sampai dengan 15 menit
6. Hentikan mesin ,ambil susunan ayakan
7. Timbang berat masing-masing ukuran ayakan + tanah yang
tertahan didalamnya ( )
8. Bersihkan lokasi pengujian dan kembalikan alat pada tempatnya .

G. Analisa Hydrometer
1. Persiapan benda uji sesuai dengan prosedur sebagai berikut :
a) Benda uji diambil = 50 gram , bahan lolos saringan n0 10 dari
langkah pengujian A. 1. I
b) Buat campuran antara sodium hexamethaposphat dengan air suling
dengan komposis 5 gr: 125 ml, dipakai sebagai bahan Difloculating
Agent (bahan dispersi)
c) Tuangkan larutan Difloculating Agent dalam gelas beaker dan
masukkan benda uji tanah 50 gram,aduk sampai merata dengan
pengaduk gelas /spatula,dan biarkan terendam selama 24 jam.
d) Buatlah larutan pembanding . Ambil 125 ml larutan Difloculating
Agent dengan komposisi seperti diatas (langkah b) , masukkan
kedalam gelas ukur 1000 ml tambahkan air suling sampai 1000 ml ,
aduk campuran larutan tersebut sampai betul-btul merata .Letakkan
didalam water bath
PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 10
LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

2. Setelah direndam (bahan uji pada langkah B.1.c ) pindahkan


semua campuran kedalam mangkok mixer serta tambahkan air
suling dari hasil pencucian gelas beaker dan aduk selama 2 menit
3. Pindahkan semua campuran kedalam gelas ukur 1000 ml serta
tambahkan air suling dari pencucian mangkok mixer, hati-hati
jangan sampai jumlah larutan terakhir melebihi 1000 ml. Bila kurang
, boleh ditambahkan air suling sehingga 1000 ml
4. Tutup rapat-rapat mulut tabung tersebut dengan telapak tangan dan
kocoklah berulang-ulang sampai ±1 menit (60 x). Perhatikan
sewaktu mengocok jangan sampai ada campuran yang tumpah
atau melekat pada dasar tabung

5. Segera setelah dikocok letakkan tabung didalam water bath dan


dengan hati-hati masukkan hidrometer. Biarkan hidrometer
terapung bebas, tekanlah Stop Wath.
6. Lakukan bacaan hidrometer ( )2,5,15,30,60,240,1440. Jangan
lupa mencatat tgl/bln/thn.Sesudah setiap pembacaan ,cuci dan
kemba likan hidrometer kedalam tbung gelas ukur yang berisi
larutan air suling dan lakukan pembacaan hidrometer pada larutan
pembanding (bacaan koreksi terhadap nol hidrometer = ). Hal ini
disebabkan karena larutan Defloculating Agent (larutan kimia yang
digunakan untuk memisahkan butiran tanah) akan mengubah
bacaan untuk harga nol. Harga dapat positif atau negatip
7. Amati selisih antara batas atas dari cekungan air dalam pipa. Nilai
ini merupakan harga koreksi terhadap minikus = Pada umumnya
batas atas dari minikus dijadikan patokan pada saat pengambilan
bacaan selama tes berlangsung.
8. Setelah pembacaan hidrometer pada benda uji untuk waktu 1440
menit,ambil saringan no 200. Tuangkan larutn dalam gelas ukur
kedalam saringan tersebut.
9. Cuci matrial didalam saringan dengan hati-hati dibawah air kran
yang mengalir.
10.Bilas benda uji ,ulangi pekerjaan (langkah 9)sampai air cucian
menjadi jernih
11.Semua bahan yang tertahan diatas saringan no 200 , pindahkan
kedalam cawan kaca , dan keringkan dalam oven sampai berat
tetap
12.Keluarkan bahan pada langkah 11, dinginkan ,timbang dan catat
beratnya ( )
13.Bersihkan ayakan dan keringkan. Susunrangkaian ayakan yang
diperlukan (no 10 s/d no 200 ) Ayakan dengan lubang besar

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 11


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

diletakkan diatas ayakan yang mempunyai ukuran lubang lebih


kecil. Timbang berat masing-masing ukuran ayakan ( )
14.Masukkan tanah yang tertahan diatas saringan no 200 (hasil
langkah .11) kedalam susunan ayakan timbang cawan kaca ( )
15.Tutup ayakan yang telah diisi
16.Letakkan susunan ayakan diatas mesin pengguncang /pengayak .
Ayak sampai 10 sampai dengan 15 menit
17.Hentikan mesin ,ambil susuna ayakan
18.Timbang berat masing ukuran ayakan + tanah yang tertahan
didalamnya ( )
19.Bersihkan lokasi pengujian dan kembalikan alat pada tempatnya.

H. Perhitungan
 Analisa Saringan
1. Berat benda uji kering awal ( sebelum pengujian ) = gram

2. Berat benda uji no 10 ( )=( - ) gram


3. Berat tanah tertahan dimasing-masing saringan

Tabel 2.2 Gradasi material untuk analisa saringan


Berat tanah
Berat Persen
Berat Berat tanah komulatif
Nomor tanah + Lolos
saringan tertahan Lolos
saringan saringan Saringan
(gram) (gram) saringan
(mm) (%)
(gram)

3/8” = - = - x 100%

¼” = - = - x 100%

4 = - = - x 100%

6 = - = - x 100%

8 = - = - x 100%

10 = - = - x 100%

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 12


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

Pan 0

 Analisa Hidrometer
1. Berat benda uji kering awal lolos saringan no.10 = 50 gram

2. Bacaan hidrometer terkoreksi ( )= - +


Dimana :
: bacaan hidrometer saat pengujian

: bacaan koreksi terhadap nol hidrometer

: koreksi terhadap temperatur (lihat tabel 4.1)


3. Untuk hidrometer 152 H

Prosen lolos (P) = x100 %

4. Untuk hidrometer 151 H

Prosen lolos . (P) = x100 %

Dimana :
a : koreksi terhadap berat jenis ( lihat tabel 4.2 )
: berat benda uji kering ( 50 gram )

5. Bacaan Hidrometer hanya koreksi oleh minikus R =

Dimana : : koreksi terhadap minikus

6. Diameter butiran D = K
Dimana :
L : panjang efektif / jarak yang ditempuh butiran ( lihat tabel 7.3 )
t : waktu pengamatan / pembacaan
k : koreksi terhadap temperatur dan berat jenis ( lihat tabel 7.4 )
7. Analisa butiran dibawah no 10 diatas no 200
a. B erat benda uji kering awal (sebelum pengujian) = gram

b. Berat benda uji no. 200 = gram


c. Berat tanah tertahan dimasing-masing saringan

Tabel 2.3 Gradasi material untuk analisa hidrometer


Berat Tnh Persen Lolos
Berat tanah Berat Berat Tanah Komulatif Saringan
Nomor
+ Saringan Saringan Tertahan Lolos (%)
Saringan
(mm) (gram) (gram) Saringan
(gram)

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 13


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

20 = - = - x 100%

40 = - = - x 100%

60 = - = - x 100%

80 = - = - x 100%

100 = - = - x 100%

140 = - = - x 100%

200 = - = - x 100%

pan

8. Perlu diperhatikan disini bahwa prosentase dari butiran tanah yang


lebih kecil 0.075 mm tidak merupakan prosentase dari berat total
contoh ( ), tetapi merupakan prosentase dari berat contoh tanah

yang digunakan untuk analisa hidrometer ( = 50 gram )

Untuk menghitung jumlah butir-butir tanah halus ( 0.075 mm )

sebagai prosentase dari berat tanah total ( ), perumusan yang


dapat digunakan sebagai berikut:
Persen seluruh contoh lebih kecil = P x % lolos saringan NO 10
9. Dari pengolahan data-data yang diperoleh, maka gambarkan grafik
pembagian butir dari tanah yang dites. Hubungan antara prosentase
lolos (%) dengan ukuran butiran (mm) diplot dalam kertas
semilogaritmis

2.2.1.4 Pemeriksaan Batas Cair (Liquid Limit)


A. Umum
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah
pada keadaan batas cair. Batas cair ialah kadar air batas dimana suatu
tanah berubah dari keadaan cair menjadi keadaan plastis.

B. Peralatan

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 14


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:


1. Alat batas cair standart
2. Alat pembuat alur ( Grooving tool )
3. Spatual
4. Skraper
5. Pelat kaca 30x30x0.5 cm
6. Botol tempat air suling
7. Cawan untuk mencari kadar air
8. Oven, yang dilengkapi dengan pengaturan suhu untuk memanasi
sampai suhu (110±5)°c
9. Neraca/ timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

C. Benda Uji
Benda uji disiapkan sesuai dengan cara mempersiapkan contoh ASTM D –
421 -72 dan AASHTO – 146 – 49 sebagai berikut :
1. Contoh tanah yang diterima dari lapangan dikeringkan udara atau
dengan alat pengering pada suhu tidak lebih dari 60°C.
2. Tanah tersebut ditumbuk dengan alat penumbuk ( palu karet ) dengan
tidak mengakibatkkan hancurnya butiran tanah. Bila contoh tanah
mengandung butiran-butiran yang rapuh seperti misalnya serpihan mika,
karang laut dan sebagainya, penumbukan harus dilakukan hati-hati dan
dengan memakai tenaga secukupnya sehingga butiran butiran halus
yang melekat pada butiran kasar lepas. Atau dengan kata lain ukuran
butiran tanah tetap asli.
3. Tanah di saring dengan saringan 0.425mm (no 40 )
4. Bahan yang tertahan dibuang, sedangkan bagian yang lewat saringan
0.425 mm (no 40 ) di pisahkan untuk dipergunakan pemeriksaan batas
cair
5. Jumlah suatu contoh yang di perlukan untuk pemeriksaan ini didapat
dengan alat pemisah contoh atau dengan cara perempat.

D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian sebagai berikut:
1. Ambil cawang kadar air ±6 bh bersihkan, keringkan, beri label, timbang
dan cat beratnya.
2. Ambil benda uji sebayak ± 100 gram yang sudah disiapkan, dan
letakkan pada lempeng kaca.
3. Beri air suling pada benda uji sedikit demi sedikit, serta aduk dengan
merata sampai homogen
4. Setelah campuran homogen, ambil benda uji secukupnya dan letakkan
pada mangkok alat uji kemidian ratakan permukaannya sedemikian
rupa sehingga sejajar dengan dasar alat uji, tebal maksimum

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 15


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

5. Buat alur dengan membagi dua benda uji dalam mangkok dengan
menggunakan alat pembuat alur ( grooving tool ) melalui garis tengah
pemegang mangkok secara simentris
6. Pada waktu membuat alur posisi alat pembuat alur harus tegak lurus
permukaan mangkok
7. Putar engkol alat uji sehingga mangkok laik – jatuh setinggi 1 cm
dengan kecepatan 2 putaran perdetik. Pemutaran ini di lakukan terus
dengan kecepatan tetap sampai dasar alur benda uji berimpit
sepanjang ±1.27 cm, catat jumlah pukulan
8. Kemudian masukkan kedalam cawang kadar air yang telah
dipersiapkan untuk di periksa kadar airnya. Pengujian kadar air sesuai
mdengan prosedur pengujian kadar air, minimal 2 sampel
9. Kembalikan sisa benda uji ke atas kaca pengaduk, dan mangkok batas
cair di bersihkan
10. Benda uji diaduk kembali dengan perubahan kadar airnya sampai
homogeny. Kemudian ulangi langkah VI.4.9 berturut-turut dengan
variasi kadar air yang berbeda sehingga diperoleh perbedaan jumlah
pukulan sebesar 8-10
11. Pengujian ini di lakukan dengan benda uji minimal 3 variasi kadar air
yang berbeda sehingga diperoleh jumlah pukulan yang berbrda
12. Untuk memperoleh hasil yang teliti,maka jumlah pukulan diambil
antara ( 40-30 , 30 – 20 , 20 -10 )
13. Peralatan dibersihkan dan disimpan kembali

E. Perhitungan
1. Hasil yang di peroleh berupa jumlah pukulan dan kadar air
2. Buatlah Grapik hubungan antara jumlah pukulan dengan kadar air,
dimana jumlah pukulan di gambarkan pada sumbu mendatar dengan
sekala logaritma dan kadar air sebagai sumbu tegakdengan sekala
biasa
3. Buatlah garis lurus melalui titik-titik yang di peroleh tidak terletak pada
satu garis lurus, maka buatlah garis lurus melalui titik berat dari titik-
titik tersebut
4. Tarik garis vertikal pada jumlah pukulan 25 sampai memotong garis
grafik, kemudian tarik garis mendatardari titik potong tersebut hingga
memotong sumbu vertikal ( sumbu kadar air )
5. Nilai kadar air inilah yang merupakan batas cair ( Liquid Limit ) dari
benda uji tersebut

2.2.1.5 Pemeriksaan Batas Plastis (Plastic Limit)


A. Umum

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 16


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah


pada keadaan batas plastis. Batas plastis ialah kadar air minimum dimana
suatu tanah masih dalam keadaan plastis.

B. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Batang pembanding dengan diameter 3 mm panjang 10 cm
2. Spatula
3. Skraper
4. Pelat kaca 30x30x0..5
5. Botol tempat air suling
6. Cawan untuk mencari kadar air
7. Oven, yang dilengkapi dengan pengaturan suhu untuk memanasi
sampai suhu (110±5)°c
8. Neraca/ timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
9. Desikator

C. Benda Uji
Benda uji disiapkan sesuai dengan cara mempersiapkan contoh ASTM D –
421 -72 dan AASHTO – 146 – 49 sebagai berikut :
1. Contoh tanah yang diterima dari lapangan dikeringkan udara atau
dengan alat pengering pada suhu tidak lebih dari 60°C.
2. Tanah tersebut ditumbuk dengan alat penumbuk ( palu karet ) dengan
tidak mengakibatkkan hancurnya butiran tanah. Bila contoh tanah
mengandung butiran-butiran yang rapuh seperti misalnya serpihan
mika, karang laut dan sebagainya, penumbukan harus dilakukan hati-
hati dan dengan memakai tenaga secukupnya sehingga butiran butiran
halus yang melekat pada butiran kasar lepas. Atau dengan kata lain
ukuran butiran tanah tetap asli.
3. Tanah di saring dengan saringan 0.425mm (no 40 )
4. Bahan yang tertahan dibuang, sedangkan bagian yang lewat saringan
0.425 mm (no 40 ) di pisahkan untuk dipergunakan pemeriksaan batas
cair
5. Jumlah suatu contoh yang di perlukan untuk pemeriksaan ini didapat
dengan alat pemisah contoh atau dengan cara perempat.

D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian sebagai berikut:
1. Ambil cawing kadar air ±3 bh bersihkan, keringkan, beri label, timbang
dan catat beratnya
2. Ambil benda uji sebayak ±20 gram yang sudah disiapkan, dan letakkan
pada lempeng kaca
3. Beri air suling pada benda uji sedikit demi sedikit, serta aduk dengan
merata sampai homogeny

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 17


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

4. Setelah campuran homogen, buatlah bola – bola tanah dengan


diameter ±1 cm seberat 8 gram
5. Bola – bola tanah digeleng di atas pelat kaca dengan telapak tangan,
dengan kecepatan 80 – 90 gelengan permenit
6. Penggelengan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang
dengan diameter 3 mm, gunakan batang pembanding yang telah
tersedia. Bila ternyata sebelum 3 mm benda uji sudah retak – retak,
maka benda uji di satukan kembali, tambahkan sedikit air dan diaduk
sampai merata. Ulangi langkah VII.4.4
7. Jika ternyata hasil penggelengan bola – bola itu bias mencapi diameter
lebih kecil dari 3 mm tanpa menujukkan retakan retakan – retakan,
maka benda uji di biarkan beberapa saat diudara, agar kadar airnya
berkurang sedikit. Ulangi langkah VII.4.4
8. Pengadukan dan penggelengan diulangi terus sampai retakan –
retakan terjasdi tepat pada saat gelengan mempunyai diameter 3 mm
9. Masukkan batang – batang tanah dari hasil VII.4.8 untuk diperiksa
kadar airnya. Benda uji untuk pemeriksaan kadar air minimal 5 gram
10. Pemeriksaan kadar air dilakukan ganda atau duplo
11. Peralatan di bersihkan dan di simpan kembali pada tempatnya

E. Perhitungan
1. Tentukan kadar air rata – rata hasil dari langkah D.10
2. Kadar air rata – rata tersebut merupakan harga batas plastis ( Plastik
Limit ) dari benda uji tersebut
3. Indeks plastisitas adalah selisih batas cair dan batas plastis
PI = LL – PL

2.2.1.6 Pemeriksaan Pemadatan Tanah (Compaction Test)


A. Umum
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar
air tanah dengan kepadatan tanah dengan memadatkan didalam mold
slinder berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk berukuran
tertentu. Pemadatan berfungsi untuk menentukan sifat fisik tanah yaitu :
 Meningkatkan kekuatan geser tanah =

 Memperkecil nilai permeabilitas tanah k =

 Meperkecil nilai pemadatan tanah s=


Faktor yang mempengaruhi hasil dari suatu proses pemadatan yaitu :
besarnya energy pemadatan, kandungan air dalam tanah serta jenis tanah.
Beberapa istilah penting dalam percobaan pemadatan dilaboratorium
,yakni :

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 18


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

 Pemadatan ( Compaction ) adalah proses merapatkan butiran tanah


secara mekanis yang menyebabkan keluarnya udara dalam ruang
pori, sehingga meningkatkan kepadatan tanah.
 Kadar air Optimum ( Optimum Maisture Content – OMC ) adalah
kadar air dari suatu contoh tanah yang dipadatkan dengan energy
pemadatan tertentu yang mana akan menghasilkan nilai kepadatan
maksimum
 Kepadatan kering maksimum ( Maximum Dry Density ) adalah
kepadatan kering yang dipadatkan, jika suatu contoh tanah dengan
kadar air optimum didapatkan dengan energy tertentu ( )
 Pemadatan relatif ( Relative Compaction ) adalah prosentase
perbandingan antara ( ) dilapangan dengan ( )
yang didapat dari percobaan dilaboratorium
 Garis kejenuhan ( Zero Air Voinds Line – ZAVC ) adalah garis yang
menujukkan hubungan antara ( ) dan kadar air ( w ) untuk tanah
dalam keadaan jenuh .
Pemadatan dilapangan umumnya dilakukan dengan beberapa cara,antara
lain :
dengan cara menggilas secara statis / dinamis, penggetaran.

Pada tabel 2.4 Alternatif cara pengujian di laboratorium untuk pengujian


Pemadatan
Metode Pemadatan Satuan STANDAR / RINGAN MODIFIED / BERAT
Cara A B C D A B C D
Diameter cetakan (mm) 102 152 102 152 102 152 102 152
Tinggi cetakan (mm) 116 116 116 116 116 116 116 116
Volume cetakan (Cm³) 943 2124 943 2124 943 2124 943 2124
Berat penumbukan (kg) 2,5 2,5 2,5 2,5 4,54 4,54 4,54 4,54
Tinggi jatuh (Cm) 30,5 30,5 30,5 30,5 45,7 45,7 45,7 45,7
Jumlah lapisan 3 3 3 3 5 5 5 5
Jumlah tumbukan per 25 56 25 56 25 56 25 56
Lapis
Bahan lolos saringan (mm) 4,75 4,75 19 19 4,75 4,75 19 19
Jmlh bahan yang (kg) 2,5 5 2,5 5 2,5 5 2,5 5
disiapkan

B. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Cetakan/Mould dengan diameter tinggi sesuai dengan metode dan
cara pemadatan yang digunakan.
2. Alat penumbuk hamer dengan berat sesuai dengan metode dan cara
pemadatan yang digunakan.
3. Ayakan 4.75 mm atau 19 mm

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 19


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

4. Timbangan dengan ketelitian 1.0 gram


5. Jangka sorong ( caliper )
6. Extruder ( alat pengeluar contoh tanah )
7. Oven dengan pengatur suhu
8. Alat perata ( straight edge )
9. Talam
10. Gelas ukur
11. Spatula / pisau,Cepang
12. Palu karet
13. Cawan kedap dan tidak berkarat, dengan ukuran yang cukup. Cawan
dapaty terbuat dari gelas atau logam misalnya aluminium
14. Desikator
15. Plastik

C. Benda Uji
Persiapan benda uji sebagai berikut:
1. Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih lembab, maka
keringkan tanah tersebut. Pengeringan dapat dilakukan diudaraatau
dengan alat pengering lain dengan suhu tidak lebih dari 60°C.
Kemudian pisahkan gumpalan tanah dengan cara menumbuk dengan
palu karet tetapi butir aslinya tidak pecah.
2. Tentukan metode dan cara yang digunakan dalam pemadatan, apakah
memakai metode standar atau modified
3. Tanah aslitumbukan ( langkah X . 3.1 ) diayak dengan ayakan no .4
( 4.75 mm) atau no. ¾” ( 19 mm )
4. Timbang masing-masing sebanyak 2.5 kg atau 5 kg, masing-masing
sejumlah 6 buah
5. Campur tanah hasil timbangan dengan air sedikit, kemudian diaduk
sampai merata, masukkan dalam kantong plastic, lalu diperam /
disimpan selama 24 jam. Jangan lupa berikan tabel sehingga tidak
tertukar
Penambahan air diusahakan agar didapatkan kadar air :
 3 benda uji dengan kadar air dibawah kadar air optimum
 3 benda uji dengan kadar air diatas kadar air optimum

D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian sebagai berikut:
1. Ambil benda uji yang telah diperam selama 24 jam
2. Mould pemadatan dalam keadaan bersih, ukur tinggi dan diameter
dalam serta hitung volume cetakan ( V ). Timbang mould dengan /
tanpa alas (W1)
3. Cetakan mould dan alasnya diberi oli untuk memudahkan proses
pengeluaran contoh tanah
4. Cetakan Mould, leher dan keeping alas dipasang jadi satu , dan
tempatkan pada landasan yang kokoh
PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 20
LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

5. Ambil salah benda uji,masukkan sebagian dalam mould, kemudian


tumbuk sebayak 25 atau 56 kali, dimana tumbukan menghasilkan 1/3
atau 1/5 tinggi mould
6. Toleransi ketebalan masing-masing lapisan adalah ± 0.5 cm.
sebelum menambahkan tanahuntuk pemadatan lapisan berikutnya,
muka tanah hasil pemadatan sebulmnya harus dikasar kan dengan
pisau atau spatula
7. Lepas leher penyambung dan potong kelebihan tanah dengan pisau
perata ( Straight edge)

8. bersihkan bagian luar dan timbang dengan / tanpa alas ( )

9. Keluarkan tanah dalam cetakan mould dengan bantuan extruder


10. Belah benda uji serta ambil tanah secukupnya pada tiga bagian
( atas, tengah, bawah )untuk dicari kadar airnya
11. Ulangi tahap 4 s/d 10 untuk keseluruhan benda uji yang disiapkan
12. Peralatan dibersihkan dan simpan kembali pada tempatnya

E. Perhitungan
1. Berat isi basah dihitung sebagai berikut :
 Berat mould dengan / tanpa alas : gram

 Berat mould dengan / tanpa alas + tanah : gram


 Volume mould / tanah : V gram

 Berat isi tanah basah ( gr/ cm³ ) : =

2. Berat isi kering dihitung sebagai berikut :


 Kadar air :w

 Berat isi kering (gr / cm³ ) : =

3. Berat isi kering ZAVC dihitung sebagai berikut :


 Berat jenis tanah : Gs
 Berat jenis air :

 Berat isi kering ZAVC (gr/cm³) : =

2.2.1.7 Pemeriksaan Geser Langsung (Direct Shear)


A. Umum
Pemeriksaan di maksudkan untukmenentukan kohesi ( c) dan sudut geser
tanah ( θ ). Bidang keruntuhan geser yang terjadi dalam pengujian geser

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 21


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

langsung adalah bidang yang dipaksakan, bukan merupakan bidang yang


terlemah seperti yang terjadi pada pengujian kuat tekan bebas ataupun
triaxial.Dengan demikian selama proses pembenaan horizontal, tegangan
yang timbul dalama bidang geser sanget komplek, hal ini sekaligus
merupakan salah satu kelemahan utama dalam percobaan geser langsung.
Nilai kekuatan geser tanah digunakan dalam merencanakan kestabilan
lereng, serta daya dukung tanah pondasi, dan lain sebagainya.

Prinsip dasar pengujian adalah pemberian beban secara horizontal


terhadap benda uji melalui cincin / kotak geser yang terdiri atas dua bagian
dan di bebani vertikal dipertengahan tingginya, dimana kuat geser tanah
adalah tegangan geser maksimum yang menyebabkan terjadinya
keruntuhan. Selama pengujian pembacaan beban horizontal dilakukan
padainterval regangan tetap tertentu ( Strain Controlled ).Umumnya
diperlukan minimal 3 benda uji yang identik, untuk melengkapi satu seri
pengujian geser langsung.
Prosedur pembenaan vertikal dan kecepatan regangan geser akibat
pembenaan horizontal, sangat menentukan parameter – parameter kuat
geser yang di peroleh.
Dalam pelaksanaannya percobaan geser langsung dapat dilaksanakan
dalam 3 cara, yaitu:

1. Consolidated Drained Test :


Pembenaan horizontal dalam percobaan ini dilaksanakan dengan
lambat, yang memungkinkan terjadinya pengaliran air, sehingga
tekananair pori bernilai tetap selama pengujian berlangsung. Parameter
c dan θ yang diperoleh digunakan untuk perhitungan stabilitas.
2. Consolidated Undraimed Test
Dalam pengujian ini sebelum digeser, benda uji dibebani vertikal ( beban
normal ). dibiarkan dulu hingga proses konsolidasi selesai. Pembebanan
horizontal dilakukan dengan cepat.
3. Unconsolidated Undrained Test
Pembenaan horizontal dalam pengujian ini dilakukan dengan cepat,
sesaat setelah beban vertikal dikenakan pada benda uji. Melalui
pengujian ini diperoleh parameter – parameter geser dan
Pada dasarnya pengujian geser langsung lebih sesuai untuk jenis
pengujian Consolidated Drained Test, oleh karena panjang pengaliran
relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan pengujian yang sama, pada
pengujian triaxial.

B. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Mesin geser langsung yang terdiri dari :

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 22


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

a. Alat penggeser horizontal, dilengkapi dengan cincin beban (proving


ring), arloji regangan horizontal, arloji deformasi vertikal.
b. Kotak uji yang terbagi atas dua bagian dilengkapi baut pengunci.
c. Pelat berpori 2 buah
d. Sistem pembenaan vertikal, terdiri dari penggantungan dan keping
beban.
2. Alat pengeluar contoh ( extruder ) dan pisau pemotong
3. Cetakan untuk membuat benda uji
4. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
5. Peralatan untuk penentuan kadar air
6. Peralatan untuk membuat benda uji buatan

C. Benda Uji
Benda uji yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Benda uji tanah asli dari tabung contoh
Contoh tanah asli dari dalam ujungnya diratakan dan cincin cetak benda
uji ditekan pada ujung tanah tersebut. Tanah dikeluarkan secukupnya
untuk tiga benda uji. Pakailah bagian yang rata sebagai alas dan
ratakan bagian yang atas. Dalam mempersiapkan benda uji terutama
untuk tanah yang peka harus hati – hati guna menghindarkan
terganggunya struktur asli dari tanah tersebut.
2. Benda uji buatan
Contoh tanah harus dipadatkan pada kadar air dan berat isi yang di
kehendaki. Pemadatan dapat langsung dilakukan pada cincin
pemeriksaan atau pada tabung pemadatan.
3. Tabel minimum benda uji 1.25 cm tapi tidak boleh kurang 6 kali diameter
butir maksimum
4. Perbandingan diameter terhadap tebal benda uji harus minimal 2 : 1.
Untuk benda uji yang berbentuk busur sangkar perbandingan lebar dan
tebal minimal 2 : 1.
5. Khusus untuk tanah pasir lepas, contoh tanah biasanya di cetak
langsung kedalam kotak geser dengan nilai kepadatan relatif yang
dikehendaki . Untuk tanah yang lembek pembenaan harus diusahakan
agar tidak merusak benda uji.

D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian sebagai berikut:
1. Ukur tinggi dan lebar, serta timbang berat benda uji
2. Pindahkan benda uji dari cetakan kedalam kotak geser dalam
pengujian yang terkunci oleh kedua baut, dengan bagian atas dan
bawah dipasang pelat atau batu pori.
3. Pasang penggantung beban vertikal guna memberi beban normal
pada benda uji. Atur arloji deformasi vertikal pada posisi nol
pembacaan.

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 23


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

4. Pasang batang penggeser horizontal untuk memberi beban mendatar


pada kotak penguji. Atur arloji regangan dan arloji beban sehingga
menunjukkan angka nol.
5. Beri beban normal yang pertama sesuai dengan beban yang di
perlukan Sebagai pedoman besar beban normal pertama (termasuk
berat penggantung) yang diberikan, diusahakan agar menimbulkan
tegangan pada benda uji minimal sebesar tengangan geostatik
dilapangan. pada pengujian Consolidated drained / undrained, segera
beri air sampai di atas permukaan benda uji dan pertahankan selama
pengujian.
6. Pada pengujian tanpa konsolidasi (Unconsolidated), beban geser
dapat segera diberikan setelah pemberian beban normal pada langkah
5 Sedangkan pengujian dengan konsolidasi (Consolidated), sebelum
melakukan penggeseran, lakukan terlebih dahulu pencatatan proses
konsolidasi tersebut pada waktu – waktu tertentu, dan tunggu sampai
konsolidasi selesai. Gunakan cara taylor untuk menetapkan waktu ,
yaitu pada saat derajat konsolidasi U = 50 %
7. Kecepatan penggeseran horizontal dapat ditentukan berdasarkan jenis
pengujian :
 Pada pengujian tanpa pengaliran (Undrained Test) ditetapkan
sebesar 0.50 s/d 2.00 mm/ menit
 Pada pengujian dengan pengaliran (Drained Test) kecepatan
pergeseran horizontal didapat dengan cara membagi deformasi
geser dengan 50 x Deformasi maksimum diperkirakan sebesar
10 % diameter / lebar asli benda uji.
8. Lepaskan baut pengunci, kemudian pasangkan pada dua lubang yang
lain,berikan putaran secukupnya sehingga kotak geser atas dan bawah
terpisah ± 0.5 mm.
9. Lakukan pergeseran sampai jarum pada arloji beban pada tiga
pembacaan terakhir berturut–turut menunjukkan nilai tetap / konstan.
Atau terjadi keruntuhan sampel ditunjukkan dengan turunnya bacaan
arloji beban. Baca arloji beban dan arloji geser setiap 15 detik sampai
terjadi keruntuhan.
10. Lepaskan benda uji dari mesin,cari kadar air,berat isi, dan lain
sebagainya.
11. Untuk benda uji kedua , beri beban normal 2 kali beban normal
pertama kemudian ulangi langkah – langkah (2 s/d 10).
12. Untuk benda uji ketiga, beri beban normal 3 kali beban normal pertama
kemudian ulangi langkah – langkah (2 s/d 10).

E. Perhitungan
1. Hitung tegangan geser terkalibrasi , untuk setiap pergeseran horizontal
ke-i dari ketiga benda uji, dengan rumus :

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 24


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

Dimana :

: Tegangan geser untuk pergeseran horizontal ke-i (kg/cm² )

: Gaya geser untuk pergeseran horizontal ke-i ( kg )

Pi = ( n × β ) ( kg )
n : Bacaan arloji beban ( div )
β : Kalibrasi proving beban ( kg / div )
nilai P didapat dengan mengalikan pembacaan arloji beban geser
dengan angka kalibrasi proving beban yang di gunakan
A : Luas bidang geser ( cm² )
2. Gambarkan grafik hubungan antara tegangan geser terhadap
pergeseran horizontal untuk masing – masing tegangan normal.Dari
grafik yang di peroleh tentukan nilai tegangan geser maksimum ( )

3. Hitung tegangan normal ( ) yang dikenakan pada masing – masing


benda uji

Dimana :
: tegangan normal dari benda uji ke-i ( kg / cm² )
: Beban vertikal pada benda uji ke-I (termasuk berat
Penggantung)
4. Buatlah grafik hubungan antara tegangan normal dengan tegangan
geser maksimum. Hubungan ketiga titik yang di peroleh sehingga
membentuk garis lurus yang memotong sumbu vertikal. Nilai kohesi (c )
adalah jarak yang di hitung antara titik potong tersebut sampai sumbu
mendatar, dan sudut geser dalam ( θ ) adalah sudut kemiringan garis
tersebut terhadap sumbu horizontal,yang memenuhi persamaan :
S=c+ tan θ (kg / cm² )

2.2.1.8 PENGUJIAN PERMEABILITAS


A. Umum
Pengujian permeabilitas dilaksanakan pada lubang bor dimana pada
batuan akan dilaksanakan dengan memakai tekanan (water pressure test),
sedangkan pada tanah atau material lepas akan dilaksanakan dengan
percolation test berupa falling head test atau open-end constand head test.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya daya
rembesan tanah/permeabilitas. Daya rembesan tanah adalah kemampuan

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 25


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

tanah untuk dirembes oleh air. Tanah terdiri dari butir-butir padat dan pori-
pori ( rongga ) yang saling berhubungan satu sama lainnya. Melalui pori-
pori tersebut air didlam tanah dapat mengalir dengan mudah dari tempat
yang mempunyai energy lebih tinggi ketempat yang mempunyai energy
lebih rendah.
Tes rembesan dilaboratorium dapat dilakukan pada contoh tanah asli yang
diambil dari lapangan dengan cara : Constant Head Test dan Faling Head
Test
Constant Head Test biasanya dipakai untuk menentukan harga k dari
tanah berbutir kasar, sedangkan Falling Head Test dipakai untuk tanah
berbutir halus.

B. Landasan Teori
Aliran air didalam tanah ini sangt penting untuk diketahui guna untuk
mengestimasi besarnya rembesan air didalam tanah, bayaknya air yang
dapat dipompa dari dalam tanah untuk bangunan-bangunan dibawah
tanah, analisa stabilitas dari bendungan tanah, dan bangunan-bangunan
tembok penahan tanah yang terkena gaya rembesan.
Darcy memperkenalkan suatu cara untuk menghitung kecepatan aliran air
didalam tanah yang jenuh air dengan mengunakan rumus sebagai berikut:
V=kxi
Dimana :
V : kecepatan aliran air dalam tanah
k : koefesien rembesan

I : hydraulic gradient : I =

Δh : besarnyan kehilangan energy antara dua titik


L : jarak antara dua titik yang kehilangan energy

Pengujian kelulusan air (Permeability Test) di dalam lubang bor dilakukan


setelah pemboran mencapai 5 meteran. Untuk pelaksanaan Permeability
Test tanpa tekanan dilakukan dengan metoda “Open End Test”, “Constant
Head Test”, “Falling Head Test“ maupun kombinasi keduanya, tergantung
kondisi tanah yang dijumpai.
Dasar perhitungan harga permeabilitas ( K ) menganut rumus dasar Darcy,
sedangkan Lugeon Unit ( Lu ) dengan rumus standard lugeon. Adapun
rumus dasar yang dipakai sbb :
Q L
a. k  ln ; jika L > 10 R
2. π .L .H R

Q L
b. k 
-1
sinhn ; jika 10 R > L > R
2. π .L .H R

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 26


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

Dimana :
K = Koefisien permeabilitas (cm/det)
Q = Debit masuk rerata (cm3/det)
L = Panjang lubang yang diuji (cm)
R = Radius lubang yang diuji (cm)
H = Ketinggian tekanan air (cm)
Pengamatan muka air tanah atau piezometrik dilakukan setiap hari pada
lubang air sebelum pemboran dimulai. Selama pekerjaan lapangan
berjalan, pengamatan lubang-lubang yang telah selesai diukur pula
kedalaman air tanah atau ketinggian piezometriknya.

C. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan permeabilitas sebagai
berikut:
a. Satu set alat Falling Head Permeameter dengan Sampel
Chamber,diameter 2.5 tinggi 8
b. Gelas ukur 100 ml
c. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
d. Pipa gelas
e. Stop watch
f. Porous stone, diameter 2.47 tebal 0.5
g. Jangka sorong

D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian permeabilitas sebagai berikut:
a. Siapkan alat sesuai dengan skema dari Falling Head Permeameter
dapat dlihat pada gambar 17.2. Kondisi alat bersih dan kering
b. Tentukan berat dari tabung plastic tempat contoh tanah,dua buah batu
poros, pir,dua buah alat penutup ( )
c. Masukkan contoh tanah tanah kedalam tabung plastic sedikit demi
sedikit dengan menggunakan sendok, dan padatkan tanah
tersebutdengan menggunakan mesin penggetar atau dengan
peralatan lain
Catatan : untuk mendapatkan contoh tanah dengan kepadatan yang
berbeda (angka pori berbeda ), tanah dapat dipadatkan dengan
memakaitenag yang baerbeda.
d. Apabila contoh tanah dan masuk kedalam tabung 2/3 dari panjang
tabung, letakkan batu poros diatas tanah tersebut
e. Pasang pir dan karet penutup diatas batu poros
Catatan : Pir digunakan untuk mencegah terjadinya perubahan volume
dari contoh tanah selama tes berlangsung
f. Pasang alat penutup dan kunci dengan skerup yang tersedia dengan
kencang, pastikan tidak ada celah atau lubang yang menyebabkan air
merembes keluar

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 27


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

g. Tentukan berat dari alat + contoh tanah didalamnya ( )


h. Ukur tinggi dari contoh tanah didalam tabung ( L )
i. Rangkai alat didkat pancuran air
j. Alirkan air kedalam pipa /burette gelas yang sudah dipasang pada
tiang tegak.melalui pipa plasik air akan mengalir dari pipa burette
kedalam contoh tanah dan kemudian terus mengalir kecorong.
Catatan: harus dijaga bahwa kebocoran air didalam tabung tidak boleh
terjadi gelembung-gelembung udara yang mungkin tertinggal didalam
pipa plastik hrus dihilangkan dengan cara membiarkan air mengalir.
k. Setelah air mengalir dan kondisi tanah basah jenuh, dengan
menggunakan penjepit pipa-tutup aliran air dari contoh tanah
kecorong.Ukur perbedaan tinggi antar permukaan air didalam burette
dengan permukaan air didalam corong ( )
Catatan : Untuk pengujian Falling Head Permeability Tes, jangan
tambahkan airm kedalam burette
l. Buka alat penjepit pipa, biarkan air mengalir dalam jangka waktu t.
Tutup kembali aliran air dari contoh tanah kecorong. Ukur beda tinggi
antara permukaan air dalam burette dengan permukaan air didalam
corong ( )
m. Tambahkan air kedalam burette untuk mengadakan tes kembali.
Ulangi pelaksanaan tes, setiap tes harga dari & harus selalu
diubah-ubah .
n. Catat temperatur ( T ) dari air yang digunakan selama pengujian.
Perlatan dibersihkan dan disimpan kembali pada tempatnya

2.2.2 Concrete Technic


Pengujian Pasir, Gravel dan semen dilakukan pada laboratorium dengan standart
teknik test berdasarkan SNI, Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971) dan
standart Amerika yaitu sebagai berikut:
 Analisa Pasir (Aggregat Halus)
- Gradasi SNI 03-1968-1990
- Berat jenis dan Penyerapan SNI 03-1970-1990
- Berat isi (Unit Weight) SNI 03-4804-1998
- Kadar air SNI 03-1971-1990
- Kadar Lumpur ASTM C-117
 Analisa Gravel (Agregat Kasar)
- Gradasi SNI 03-1968-1990

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 28


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

- Berat Jenis dan Penyerapan SNI 03-1969-1990


- Berat isi (Unit Weight) SNI 03-4804-1998
- Kadar air SNI 03-1971-1990
- Soundness SNI-3407-2008
- Abration SNI 3419:2008

 Analisa Semen
- Setting Time SNI ASTM C403/C403:2012
- Berat Jenis SNI-15-2531-1991
- Berat isi (Unit Weight) SNI-15-2531-1991
2.2.2.1 Gradasi
A. Umum
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran
agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka
persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.

B. Landasan Teori
Metode pengujian jenis material ini mencangkup jumlah dan jenis –
jenis material baik agregat halus maupun agregat kasar.
Hasil pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar dapat
digunakan antara lain :
 Penyelidikan quarry agregat;
 Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.

C. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan pengujian gradasi
agregat halus maupun agregat kasar sebagai berikut:
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji;
b. Satu set saringan ; 3,75 mm (3”); 63,5 mm(2 ½”), 50,8 mm (2”); 37,5
mm (1 ½”); 25 mm (1”); 19,1 mm (3/4”); 12,5 mm (1/2”); 9,5 mm
(3/8”); No.4 (4,75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30
(0,600 mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075
mm);
c. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 + 5) 0C ;
d. Mesin pengguncang saringan (Sieve Shaker)
e. Pan, Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainya.

D. Prosedur

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 29


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

a. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 + 5) 0C, sampai
berat tetap.
b. Susunlah saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas.
c. Masukan contoh material ke dalam saringan, lalu saringan
diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama ±15
menit.

2.2.2.2 Berat Jenis dan Penyerapan


1. Pasir (Agregat Halus)
A. Umum
Standar ini menetapkan cara uji berat jenis curah kering dan berat
jenis semu (apparent) serta penyerapan air agregat halus. Agregat
halus adalah agregat yang ukuran butirannya lebih kecil dari 4,75
mm (No. 4).
B. Landasan Teori
Berat jenis agregat merupakan rasio antara massa padat agregat
dan massa air dengan volume sama pada suhu yang sama.
Sedangkan penyerapan merupakan kemampuan agregat untuk
menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh
permukaan kering ( SSD = Saturated Surface Dry ). Standar ini
menetapkan cara uji berat jenis curah kering dan berat jenis semu
(apparent) serta penyerapan air pada agregat halus.
Dalam penggunaannya, berat jenis curah adalah suatu sifat yang
pada umumnya digunakan dalam menghitung
volume yang ditempati oleh agregat dalam berbagai campuran
yang mengandung agregat termasuk campuran beton yang
diproporsikan atau dianalisis berdasarkan volume absolut. Berat
jenis curah yang ditentukan dari kondisi jenuh kering permukaan
digunakan apabila agregat dalam keadaan basah yaitu pada
kondisi penyerapannya sudah terpenuhi. Sedangkan berat jenis
curah yang ditentukan dari kondisi kering oven digunakan untuk
menghitung ketika agregat dalam keadaan kering atau
diasumsikan kering.
Berat jenis semu adalah kepadatan relatif dari bahan padat yang
membuat partikel pokok tidak termasuk ruang pori di antara
partikel tersebut dapat dimasuki oleh air. Angka penyerapan
digunakan untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat
akibat air yang menyerap ke dalam pori di antara partikel pokok
dibandingkan dengan pada saat kondisi kering, ketika agregat
tersebut dianggap telah cukup lama kontak dengan air sehingga
air telah menyerap penuh. Standar laboratorium untuk penyerapan
akan diperoleh setelah merendam agregat yang kering ke dalam
air selama (24+4) jam. Agregat yang diambil dari bawah muka air

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 30


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

tanah akan memiliki nilai penyerapan yang lebih besar bila tidak
dibiarkan mengering. Sebaliknya, beberapa jenis agregat mungkin
saja mengandung kadar air yang lebih kecil bila dibandingkan
dengan yang pada kondisi terendam selama 15 jam.

C. Peralatan
a. Timbangan dengan.
b. Oven ( pengering ) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai (110 ± 5)°C.
c. Talam atau cawan. Terbuat dari porselin atau logam tahan karat.
d. Piknometer / gelas ukur, dengan kapasitas 500 ml.
e. Kerucut terpancung (Cone) ubtuk menentukan berat JPK / SSD,
dengan diameter atas (40 ± 3) mm, diameter bawah (90 ± 3) mm
dan tinggi (75 ± 3) mm terbuat dari bahan logam dengan tebal
minimum 0,8 mm.
f. Penumbuk yang mempunyai penampang rata, berat (340 ± 15)
gram, diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm
g. Saringan no.4 (4,75 mm)
h. Termometer

D. Prosedur
1. Penentuan agregat halus dalam kondisi jenuh permukaan
kering atau SSD :
a) Memasukkan benda uji kedalam kerucut terpancung
dalam 3 lapis, dimana pada masing-masing lapisan
ditumbuk sebanyak 8 kali, ditambah 1 kali penumbukan
untuk bagian atasnya (total penumbukan sebanyak 25
kali)
b) Cetakan kerucut terpancung diangkat secara perlahan-
lahan.
c) Memeriksa bentuk agregat hasil pencetakan setelah
kerucut terpancung diangkat, keadaan jenuh permukaan
kering/SSD tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi
masih dalam keadaan tercetak.
2. Penentuan berat jenis dan penyerapan agregat halus
a) Menimbang agregat dalam keadaan SSD sebanyak 500
gram dan masukkan kedalam piknometer/gelas ukur.
b) Memasukkan air suling sampai mencapai 90% isi
piknometer, dan putar sambil diguncang sampai tidak
terlihat gelembung udara didalamnya. Proses untuk
menghilangkan gelembung udara dalam piknometer
dapat dipercepat dengan menggunakan pompa hampa
udara atau dengan cara merebus piknometer.

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 31


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

c) Menambahkan air suling sampai mencapai tanda


batas.
d) Menimbang piknometer yang berisi air dan benda uji (B1).
e) Mengeluarkan benda uji dan keringkan benda uji dengan
talam/cawan didalam oven dengan suhu (110 ± 5) °C,
sampai beratnya tetap, kemudian dinginkan dan timbang
beratnya (B2)
f) Piknometer diisi kembali dengan air suling sampai pada
tanda batas, kemudian timbang beranya (B3)

2. Gravel (Agregat Kasar)


A. Umum
Standar ini menetapkan cara uji berat jenis curah, berat jenis kering
permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar, serta angka
penyerapan dari agregat kasar.
B. Landasan Teori
Pengujian dilakukan terhadap agregat kasar, yaitu yang tertahan
oleh saringan berdiamter 4,75 mm (saringan no. 4); hasil pengujian
ini dapat digunakan dalampekerjaan :
 Penyelidikan quarry agregat;
 Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton;

C. Peralatan
Peralatan yang dipakai meliputi :
a. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm
(No. 8) dengan kapasitas kira-kira 5 kg;
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai
untuk pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan
pipa sehingga permukaan air selalu tetap;
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 %
dari berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan
alat penggantung keranjang;
d. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai (110±5)°C;
e. Alat pemisah contoh;
f. Saringan no. 4 (4,75 mm).

D. Prosedur
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut :
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan
lain yang melekat pada permukaan;
b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C
sampai berat tetap; sebagai catatan, bila penyerapan dan
harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton dimana

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 32


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka


tidak perlu dilakukan pengeringan dengan oven;
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam,
kemudian timbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk);
d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4
jam;
e. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai
selaput air pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar
pengeringan halus satu persatu;
f. Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj);
g. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangan batunya
untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan
beratnya di dalam air (Ba), dan ukur suhu air untuk
penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25°C);
h. Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-
butir berat dan ringan; bahan semacam ini memberikan harga-
harga berat jenis yang tidak tetap walaupun pemeriksaan
dilakukan dengan sangat hati-hati, dalam hal ini beberapa
pemeriksaan ulangan diperlukan untuk mendapatkan harga
rata-rata yang memuaskan.
3. Semen
A. Umum
Pengujian ini digunakan untuk menentukan nilai berat isi semen
portland dan untuk pengendalian mutu semen

B. Landasan Teori
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan untuk
melakukan pengujian berat isi
semen portland. Berat isi semen Portland adalah perbandingan
antara berat kering semen pada suhu kamar dengan satuan isi.
C. Peralatan
Peralatan yang dipakai meliputi :
a. Botol Le Chatelier
b. Timbangan dengan kapasitas 5 kg
c. Kerosin
d. Porselin disc

D. Prosedur
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut :
Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau napta sampai skala
tertentu dan keringkan bagian dalam botol di atas permukaan
cairan, rendam botol Le Chatelier ke dalam baki berisi air dan
biarkan, setelah suhu cair dalam botol dan air sama, baca tinggi
permukaan cairan terhadap skala botol. Kemudian masukkan

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 33


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

benda uji ke dalam botol, setelah seluruh benda uji dimasukkan,


goyang botol perlahan hingga gelembung udara dalam benda uji
keluar, rendam botol yang berisi benda uji dan cairan hingga suhu
larutan dalambotol sama dengan suhu air lalu baca tinggi
permukaan larutan pada skala botol, dan hitung
berat isi dan berat jenis semen portland.

2.2.2.3 Berat Isi (Unit Weight)


A. Umum
Analisa ini mencakup ketentuan peralatan pengujian dan perhitungan
berat isi dalam kondisi padat atau gembur serta rongga udara dalam
agregat halus, agregat kasar dan semen.

B. Landasan Teori
Berat isi (Unit Weight) merupakan persatuan isi ,Rongga udara dalam
satuan Volume ruang diantara butir – butir yang tidak diisi oleh partikel
yang padat.

C. Pralatan
Peralatan yang dipakai meliputi :
1. Timbangan kapasitas 2 - 20 kg
2. Batang baja diameter 16 mm dan panjang 610 mm
3. Bulk Density Mold 2,8 - 100 liter
4. Sekop atau Sendok

D. Prosedur
1. Cara Tusuk :
Isi penakar 1/3 dari volume takaran dan ratakan kemudian tusuk 25 x
dan isi kembali sampai volume 2/3 ,ratakan kemudian tusuk kembali
25x, kemudian isi kembali sampai penuh dan tusuk lagi 25x lalu
ratakan.
2. Cara Ketuk.
Isi takaran dengan agregat dalam 3 tahapan padatkan setiap
dalapisan/tahapan dengan mengetuk 50 kali kelantai,ratakan dan
tentukan berat penakar dan isinya.

2.2.2.4 Kadar Air

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 34


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Umum
Analisa ini bertujuan untuk memperoleh angka persentase dari kadar
air yang dikandung oleh agregat.

B. Landasan Teori
Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan
dalam persen.
Pengujian ini dilakukan pada agregat yang mempunyai kisaran garis
tengah dari 6,3 mm sampai 152,4 mm.
Hasil pengujian kadar air agregat dapat digunakan dalam pekerjaan :
a. perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton;
b. perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan
jalan.
C. Pralatan
Peralatan yang dipakai dalam pengujian kadar air adalah sebagai
berikut :
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh;
b. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ±5)°C;
c. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk
mengeringkan benda uji.

D. Prosedur
Urutan proses pengujian adalah sebagai berikut :
a. timbang dan catatlah berat talam (Wr);
b. masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat
beratnya (W2);
c. Hitunglah berat benda uji (W3= W2 – W1);
d. keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu
( 110 ± 5)°C sampai beratnya tetap;
e. setelah kering timbang dan catat berat benda uji beserta talam
(W4);
f. hitunglah berat benda uji kering (WS = W4 - W 1).

2.2.2.5 Kadar Lumpur


A. Umum
Analisa pengujian kadar lumpur pada Agregat Halus atau Pasir
dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan untuk mengetahui kualitas
pasir atau agregat halus yang lolos saringan nomor 4 (4,76 mm).

B. Landasan Teori

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 35


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

Tanah liat dan Lumpur yang sering terdapat dalam agregat, mungkin
berbentuk gumpalan atau lapisan yang menutupi lapisan butiran
agregat.Tanah lihat dan Lumpur pada permukaan butiran agregat akan
mengurangikekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat sehingga
dapat mengurangikekuatan dan ketahanan beton. Lumpur dan debu
halus hasil pemecahan batu adalah pertikel berukuran 0,0075.
Adanya lumpur dan tanah liat menyebabkan bertambahnya air
pengaduk yang diperlukan dalam pembuatan beton, disamping itu pula
akan menyebabkan berkurangnya ikatan antara pasta semen dengan
agregat sehingga akan menyebabkan turunnya kekuatan beton yang
bersangkutan serta menambah penyusutan dan creep.

C. Pralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian kadar lumpur
a. Ayakan No. 200
b. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh;
c. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ±5)°C;
d. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk
mengeringkan benda uji.

D. Prosedur
Urutan proses pengujian adalah sebagai berikut :
a. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai
berat tetap
b. timbang dan catatlah berat talam
c. masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat
beratnya
d. Masukan benda uji ke dalam ayakan no. 200 lalu cuci hingga bersih
e. keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu ( 110 ±
5)°C sampai beratnya tetap;
f. setelah kering timbang dan catat berat benda uji beserta talam
g. hitunglah berat benda uji kering.

2.2.2.6 Soundness
A. Umum
Analisa ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pengujian-pengujian di laboratorium untuk mengetahui sifat kekekalan
batu terhadap proses pelarutan dengan cara perendaman di daerah
larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat.

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 36


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

B. Landasan Teori
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan metode ini adalah :
a. Index kekekalan batu adalah nilai kekekalan batu terhadap, proses
pelarutan, disintegrasi oleh sebab perendaman di dalam larutan
megnesium sulfat dan natrium, sulfat;
b. Batu bersifat kekal adalah batu segar, yang terbentuk oleh mineral
keras dengan ikatan kuat antar mineral dan sangat sedikit atau tidak
bereaksi dan atau disintegrasi terhadap magnesium sulfat dan
natriurn sulfat;
c. Benda uji adalah bagian dari contoh yang sudah siap untuk diuji;
d. Berat asal benda uji adalah berat benda uji dalam keadaan kering
sebelum pengujian;
e. Benda berat uji tertahan ayakan adalah berat benda uji yang
tertahan ayakan tertentu dalam keadaan kering;
f. Berat bagian benda uji yang hilang adalah selisih berat benda uji
awal dengan berat benda uji tertahan ayakan.

C. Pralatan
Peralatan yang dipakai dalam pengujian kadar soundness adalah
sebagai berikut :
a. Ayakan 19,1 mm (3/4”); 9,5 mm (3/8”); dan No.4 (4,75 mm);
b. Mixing Bowl Stainles
c. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh;
d. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ±5)°C;
e. Larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat.

D. Prosedur
Prosedur kerja yang harus dilakukan pada waktu pengujian adalah :
1) Kerjakan persiapan metode uji ini sebagai berikut :
a. Cucilah benda uji sampai bersih kemudian dikeringkan hingga
berat tetap pada suhu (110± 5)°C;
b. Periksa kembali benda uji catat kondisi litologi, tingkat
pelapukan, untuk fraksi besar catat pula jumlah butirnya;
c. Ayak benda uji untuk fraksi halus menggunakan ayakan
2) Kerjakan tahapan uji dengan urutan sebagai berikut
a. Rendam benda uji di dalam larutan natrium sulfat atau
megnesium sulfat yang sudah disiarkan menggunakan wadah
tertutup selama 16 hingga 18 jam, dengan tinggi larutan 1 cm
di atas benda uji;
b. Angkat benda uji dari dalam larutan lalu biarkan dulu meniris
(15 ± 5) menit,

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 37


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

c. Setelah itu keringkan di dalam oven pada suhu (110 ± 5)°c


sampai berat tetap, berat benda uji dianggap tetap apabila
setelah 4 jam kehilangan beratnya tidak lebih dari 0,19 gram;
d. Dinginkan sampai mencapai suhu ruangan, kemudian siapkan
untuk direndam pada siklus berikutnya;
e. Ulangi siklus perendaman dan pengeringan 5 kali;
f. Cuci masing-masing fraksi sehingga bersih dari garam sulfat
menggunakan, menggunakan air panas bersuhu ± 40 - 50°c,
sehingga larutan atau air tetap jernih;
g. Hindari terjadinya goncangan yang mengakibatkan butiran-
butiran benda uji pecah pada waktu melakukan pencucian;
h. Timbang butiran-butiran yang tertinggal di atas ayakan;
i. Timbang butiran yang lewat ayakan tertentu;
j. Perhitungkan butiran yang terselip pada lubang ayakan
sebagai butiran menembus lubang ayakan;
2.2.2.7 Abration
A. Umum
Standar ini menetapkan tata cara pengujian abrasi beton di
laboratorium untuk mendapatkan koefisien abrasi beton. Nilai hasil uji
ini merupakan nilai ketahanan permukaan beton dari komponen suatu
bangunan air yang dapat dipakai sebagai pembanding dengan nilai
koefisien abrasi pada bangunan air akibat abrasi aliran yang
mengangkut sedimen. Standar ini mencakup persyaratan uji, peralatan
uji dan cara uji.

B. Landasan Teori
Abrasi beton merupakan hilangnya sebagian volume pada permukaan
beton akibat gaya gesek yang ditimbulkan oleh aliran air yang
mengangkut sedimen bad load.

C. Pralatan
Peralatan yang dipakai dalam pengujian kadar abration adalah sebagai
berikut :
a. California Abrasion Machine
b. Timbangan Kapasitas 10 Kg
c. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ±5)°C;
d. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk
mengeringkan benda uji.

D. Prosedur
Urutan proses pengujian adalah sebagai berikut :
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain
yang melekat pada permukaan;

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 38


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai
berat tetap;
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian
timbang.
d. Masukkan benda uji ke dalam Mesin Abrasi,
e. Keluarkan benda uji dari dalam mesin, setelah itu cuci kembali
benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain
yang melekat pada permukaan;
f. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai
berat tetap; kemudian timbang dan hitunglah berat benda uji.

2.2.2.8 Setting Time


A. Umum
Suatu contoh mortar diperoleh dengan cara menyaring benda uji dari
beton segar yang mewakili, kemudian mortar ditempatkan dalam
sebuah wadah dan disimpan pada temperatur ruangan yang telah
ditetapkan. Pada interval waktu tertentu, diukur ketahanan penetrasi
pada mortar dengan menggunakan jarum standar. Waktu pengikatan
awal dan pengikatan akhir dapat ditentukan dari grafik hubungan
ketahanan penetrasi terhadap waktu tempuh.

B. Landasan Teori
Karena waktu pengikatan beton merupakan suatu proses yang
bertahap, maka setiap definisi dari waktu pengikatan beton harus
diperlakukan secara tidak tetap. Di dalam metode uji ini waktu yang
dibutuhkan mortar untuk mencapai nilai-nilai ketahanan penetrasi yang
telah ditentukan untuk menetapkan dari waktu pengikatan (Setting
Time) beton.
Metode uji ini dapat digunakan untuk menentukan pengaruh dari
variabel-variabel seperti kandungan air, merek, tipe, dan jumlah dari
material semen atau bahan tambah (admixture) ketika menentukan
waktu pengikatan beton.
Metode uji ini juga dapat digunakan untuk mortar dan graut yang
dibuat. Namun apabila waktu pengikatan beton yang diinginkan,
pengujian harus dilakukan pada mortar yang disaring dari campuran
beton dan bukan dari mortar yang telah disiapkan untuk simulasi fraksi
mortar dari beton. Karena telah ditunjukkan bahwa waktu pengikatan
awal dan akhir akan meningkat pada saat menggunakan benda uji dari
mortar yang telah disiapkan.
C. Pralatan

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 39


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

Peralatan yang dipakai dalam pengujian adalah sebagai berikut :


a. Wadah untuk benda uji mortar
b. Jarum penetrasi
c. Alat Pembebanan
d. Batang Pemadat
e. Porcelin disc dan Spatula

D. Prosedur
Urutan proses pengujian adalah sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan pengujian penetrasi, air yang keluar dari
permukaan benda uji mortar dibuang dengan menggunakan
pipet atau alat lain yang sesuai. Untuk memudahkan
mengumpulkan air yang keluar, miringkan benda uji dengan hati-
hati dengan kemiringan sudut sekitar 10° dari arah horizontal
dengan menempatkan penahan di bawah wadah tersebut pada
salah satu sisi, 2 menit sebelum proses pembuangan air
dilakukan.
b. Pasang jarum yang ukurannya sesuai, tergantung dari tingkat
pengikatan mortar, pada peralatan ketahanan penetrasi sehingga
permukaan tekan jarum menyentuh permukaan mortar. Secara
bertahap dan seragam beri gaya vertikal ke bawah pada alat
tersebut sampai jarum menembus mortar dengan kedalaman 25
mm ± 2 mm seperti yang telah ditunjukkan pada tanda. Waktu
yang dibutuhkan untuk menembus kedalaman penetrasi 25 mm
harus sekitar 10 detik ± 2 detik. Catat gaya yang dibutuhkan
untuk menghasilkan penetrasi sebesar 25 mm dan catat waktu
yang diperlukan, diukur sebagai waktu total setelah kontak
pertama antara semen dan air. Hitung ketahanan penetrasi
dengan membagi gaya yang telah di catat dengan luas bidang
kontak dari jarum yang digunakan, kemudian catat ketahanan
penetrasinya. Dalam pengujian penetrasi berikutnya harus dijaga
untuk menghindari permukaan mortar yang telah terganggu oleh
pengujian penetrasi sebelumnya. Jarak bersih antara lokasi
pengujian jarum ke lokasi pengujian berikutnya minimal 2 kali
diameter jarum yang sedang digunakan, tetapi tidak boleh
kurang dari 15 mm. Jarak bersih antara jarum dengan bagian sisi
dari wadah yang digunakan paling sedikit harus 25 mm tetapi
tidak lebih dari 50 mm.\
c. Untuk campuran beton konvensional pada temperatur
laboratorium 20 °C sampai dengan 25 °C, lakukanlah pengujian
awal setelah sekitar 3 jam sampai dengan 4 jam sejak kontak
awal antara semen dan air. Pengujian berikutnya harus dibuat
pada interval waktu setiap 1/2 jam sampai dengan 1 jam.
Pengujian awal untuk campuran beton yang berisi bahan tambah

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 40


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

yang mempercepat pengikatan atau pada temperatur yang lebih


tinggi dibandingkan temperatur di laboratorium, sebaiknya
dilakukan setelah 1 jam sampai dengan 2 jam sejak kontak awal
antara semen dan air dan pengujian berikutnya pada interval
waktu setiap 1/2 jam. Untuk campuran beton yang menggunakan
bahan tambah yang memperlambat pengikatan atau pada
temperatur yang lebih rendah dibandingkan temperatur di
laboratorium, pengujian awal boleh ditunda sampai waktu 4 jam
sampai dengan 6 jam. Dalam semua kasus tersebut, interval
waktu antar pengujian dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
tergantung kecepatan pengikatan dalam memperoleh jumlah nilai
penetrasi yang dibutuhkan.
d. Buatlah paling sedikit 6 pengujian penetrasi untuk setiap
pengujian waktu pengikatan, dengan interval waktu tertentu
untuk mendapatkan kurva ketahanan penetrasi terhadap waktu.
Lanjutkan pengujian sampai mendapatkan minimal satu
pembacaan ketahanan penetrasi yang sama atau lebih dari 27,6
MPa (4000 psi).
e. Buatlah grafik hasil pengujian dengan menggunakan salah satu
prosedur alternatif berikut ini untuk memperoleh waktu
pengikatan.

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 41


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

STRUKTUR
MECHANICAL TECHNIC

Pengeboran / Tes Pit

Physic Mechanic

Color
Disturbed Undisturbed
Soil Clasification
Gambar 2.1. Bagan Alir Pekerjaan Mekanika Tanah
Analisa : Direct Shear
Compaction Consolidation
Specific Gravity Permeability
Constant Head
Hidrometer / Gradasi
Faling Head
Atterberg
Shringkage Limit

Laporan Hasil Pengujian

Quality Control

Trial Embankment Pengujian Lapangan

Density Test
Metode Test :
Bentonite Replecement
(AASTO, JIS 1979, BATUJAI
PROJECT, PBI 1971)
Sand Cone Method
(ASTM D 1556.1998).
Robber Ballon
(ASTM D2167.1958).
Permeability
Metode Test :
PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 42
Constant head (ASTM, 1981)
Falling Head (Bowles, 1970)

Laporan Hasil
Pengujian
LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

STRUKTUR
CONCRETE TECHNIC

Investigasi

Physic Mechanic

Gambar 2.2. Bagan Alir Pekerjaan Struktur Concrete Technic


Color Analisa :
Clasification Sand
Gradasi
Spesific Grafity
Penyerapan
Berat Isi (Unit Weight)
Kadar Air
Kadar Lumpur
Gravel
Gradasi
Spesific Grafity
Berat Isi (Unit Weight)
Kadar Air
Kadar Lumpur
Soundness
Abration
Cement
Setting Time
Spesific Grafity
Berat Isi (Unit Weight)
Shringkage

Mix Design/Job Mix

Quality Control

Trial Mix Pengujian Lapangan

Laporan Trial Mix Sampeling Kubus


Beton / Silinder
Beton

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 43


Uji Kuat Tekan
Beton

Laporan Hasil
Pengujian
LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 2.5 Matrik Metodologi Pengujian


No Tahapan Analisis Metode Hasil
1. Pekerjaan Pendahuluan Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi - Laporan Pendahuluan
lokasi nyata dilapangan yang harapannya setelah
melewati tahap ini dapat menyusun rencana kerja
yang pasti, memahami permasalahan dilapangan
sehingga mampu mengatasi kendala yang akan
dihadapi.
-
2. Pekerjaan Mekanika Tanah - Sumur Uji (Test Pit) - Sample dari lokasi rencana pekerjaan.
- Pengujian Laboratorium: - Pengujian laboratorium: nilai berat jenis,
- Spesific gravity sesuai ASTM D.854 kadar air, analisa gradasi, pemadatan,
- Kadar air sesuai ASTM D.2216 Atteberg limit, pemadatan, geser
- Analisa gradasi sesuai ASTM D.422 langsung dan kuat tekan
- Atterberg limit sesuai ASTM D.421, D.423 dan D.424

- Standart Proktor sesuai ASTM D.698/D.1557 - Nilai Kepadatan


- Permeabilitas sesuai ASTM D.2434 - Nilai Permeabilitas

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 25


LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN

3. Pekerjaan Struktur Concrete - Pengujian Laboratorium (SNI)


Technic 1. Sand (Pasir)
- Gradasi - Nilai hasil analisa
- Spesific Grafity
- Penyerapan
- Berat Isi (Unit Weight)
- Kadar Air
- Kadar Lumpur
-
2. Gravel (Agregat Kasar)
- Gradasi
- Spesific Grafity
- Unit Weight
- Kadar Air
- Kadar Lumpur
- Soundness
- Abration

3. Cement
- Setting Time
- Spesific Grafity
- Unit Weight

PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 26

Anda mungkin juga menyukai