LAPORAN PENDAHULUAN
BAB II
METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1. Umum
Dalam bab ini akan dibahas tentang pendekatan metodologi pelaksanaan secara
umum. Metode pelaksanaan diuraikan sebagai dasar dan tata cara pelaksanaan
pekerjaan, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesalahan dan seluruh
kegiatan dapat dikoordinir dan dipantau dengan mudah.
B. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Piknometer dengan kapasitas minimum 50 ml atau 100 ml.
2. Desikator
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5) °C
4. Neraca dengan ketelitian 0.01 gram
5. Termometer ukuran 0 - 50°C dengan ketelitian pembacaan 1°C
6. Saringan no.4, n.10, no.40 dan pan
7. Botol pipet berisi air suling
8. Pipet
9. Bak perendam
10. Pompa hampa udara atau tungku listrik (hot plate)
C. Benda Uji
Benda uji harus dipersiapkan sebagai berikut:
1. Keringkan uji pada suhu 100±5°C selama ± 24 jam dan dinginkan
dalam desikator. Benda uji dalam keadaan kering oven tidak boleh
kurang dari 10 gram untuk piknometer 50 ml,dan 50 gram untuk
piknometer 100 ml.
D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian sebagai berikut:
1. Cuci piknometer dengan air suling dan keringkan. Timbang
piknometer dan tutupnya dengan ketelitian 0.01 gram ( )
2. Tumbuk benda uji didalam cawan porselin dimana ukuran butiran
bias masukkedalam lubang piknometer, masukkan benda uji kedalam
piknometer dan timbang bersama tutupnya dengan ketelitian
0.01 gram ( )
3. Tambahkan air suling sehingga piknometer terisi dua pertiga. Untuk
bahan yang mengandung lempung diamkan benda uji terendam
selama paling sedikit 24 jam.
4. Didihkan piknometer dengan hati – hati selama minimal 10 menit,dan
miringkan ataugoyang – goyang botol sekali – sekali untuk
membantu mempercepat pengeluaran udara yang tersekap dalam
tanah.
E. Perhitungan
1. Berat jenis contoh dihitung dengan rumus seperti berikut :
Berat piknometer : gram
6. Derajat Kejenuhan ( )
WxGs
Sr
e
uji dipanas pada suhu 110 ±5 ºC, Selama 16 s/d 24 jam (sampai berat
tetap).
Pada keadaan khusus dimana tanah yang diuji berupa jenis lempung yang
terdiri dari mineral monmorolinote /halloysite,gypsum,atau bahan –bahan
organik (minsal tanah gambut), maka suhu pengeringan maksimum
dibatasi sampai 60 ºC, dengan waktu pengeringan yang lebih lama.
B. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai suhu (110±50) ºC
2. Cawan kedap dan tidak berkarat, dengan ukuran yang cukup. Cawan
dapat terbuat dari gelas atau logam minsalnya aluminium
3. Neraca/timbagan
- Neraca dengan ketelitian 0.01 gram
- Neraca dengan ketelitian 0.1 gram
- Neraca dengan ketelitian 1 gram
4. Desikator
C. Benda Uji
Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tergantung
pada ukuran butir maksimum dari contoh yang diperiksa,dengan ketelitian
seperti tabel dibawah ini
Tabel 2.1 Jumlah benda uji untuk pemeriksaan kadar air
Ukuran butir maksimum Jumlah benda uji minimum Ketelitian
¾” 1000 gram 1 gram
Lewat saringan no. 10 100 gram 0,1 gram
Lewat saringan no. 40 10 gram 0,01 gram
D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian sebagai berikut:
PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 4
LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN
E. Perhitungan
Kadar air dapat dihitung seperti berikut :
Berat cawan + tanah basah` : gram
B. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian
butir ( Gradasi ) agregat. Ukuran butir / gradasi agregat lebih besar 0.075
mm digunakan analisa saringan sedangkan ukuran butir agregat lebih kecil
0.075 mm digunakan analisa hydrometer .Analisa saringan dikerjakan
dengan menggunakan ayakan dengan berbagai ukuran sedangkan analisa
hydrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi ( pengedapan butir-butir
tanah dalam air ).
Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah akan
mengedap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada bentuk,
V= x D²
Dimana:
V : kecepatan turun butir- butir tanah (gr/dt)
C. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Timbangan dengan ketelitian 0.2 % dari berat benda uji
1. Satu set sasringan standar ASTM
1”(25.4 mm)
¾” (19.0 mm)
5/8” (15.8 mm)
¼” (12.7 mm)
no.4 (4.75 mm)
no.8 (2.36 mm)
no.10 (2.00 mm)
no.16 (1.18 mm)
no.20 (0.85 mm)
no.30 (0.60 mm)
no.40 (0.425 mm)
no.60 (0.250 mm)
no.80 (0,120 mm)
no.100 (0.150 mm)
no.140 (0.106 mm )
no.200 (0.075 mm)
2. Hidrometer 151 H atau 152 H
3. Termometer 0- 50 C°
4. Mixer
5. Stop Watch
D. Benda Uji
1. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat
sebanyak :
Agregat halus
- Ukuran butiran maksimum no.4 (4.75 mm), berat minimum 500 gram
- Ukuran butiran maksimum no.8 (2.36 mm), berat minimum 100 gram
Agregat kasar
- Ukuran butiran maksimum 3.5”, berat minimum 35 kg
- Ukuran butiran maksimium 3”, berat minimum 30 kg
- Ukura n butiran maksimium 2.5”, berat minimum 25 kg
- Ukuran butiran maksimum 2”, berat minimum 20 kg
- Ukuran butiran maksimum 1.5”, berat minimum 15 kg
- Ukuran butiran maksimum 1”, berat minimum 10 kg
- Ukuran butiran maksimum ¾”, berat minimum 5 kg
- Ukuran butiran maksimum ½”, berat minimum 2.5 kg
- Ukuran butiran maksimum 3/8”, berat minimum 1 kg
2. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar,
maka agregat tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan
no 4 . Selanjutnya agregat halus dan kasar disediakan sebanyak
jumlah seperti tercantum diatas
3. Benda uji disiapkan sesuai dengan ASTM C -177-69 kecuali apabila
butiran yang melalui saringan no.200 tidak perlu diketahui dan bila
syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucican.
4. Pada jenis tanah yang mengandung batu dan butiran yang hampir
sama dan lebih halus dari saringan no.10 (2 mm). Dalam hal ini benda
uji dapat langsung dilakukan pengujian analisa butiran dengan
E. Prosedur
Analisa pembagian butiran dengan metode analisa saringan dilanjutkan
dengan analisa hydrometer.
F. Analisa Saringan/Ayakan
1. Persiapkan benda uji sesuai dengan prosedur PB -0208-76 sebagai
berikut:
a. Berat benda uji kering minimum yang diambil tergantung pada
ukuran agregat maksimum sesuai dengan ketentuan diatas
b. Masukkan agregat 1.25 kali berat benda uji minimum kedalaman
talam, keringkan dalam 0ven dengan suhu 100±5 °C sampai berat
tetap. Pada keadaan khusus dimana tanah yang diujikan berupa
jenis lempung yang terdiri dari mineral monmorolinote /holosite,
gypsun atau bahan –bahan organic (minsal tanah gambut), maka
suhu pengeringan maksimum dibatasi sampai 60 °C, dengan waktu
pengeringan yang lebih lama.
c. Keluarkan benda uji ,dinginkan / angin-aginkan
d. Tanah tersebut ditumbuk dengan alat penumbuk (palu karet )
dengan tidak mengakibatkan hancurnya butir tanah. Bila contoh
tanah mengandung butiran-butiran yang rapuh seperti minsalnya
serpihan mika , kerang laut dan sebagainya , penumbukan harus
dilakukan hati dan dengan memakai tenaga secukupnya sehingga
butir-butir halus yang melekat pada butir kasar lepas.Atau dengan
kata lain ukuran butiran tanah tetap asli
e. Masukkan benda uji kedalam oven untuk menghilangkan kadar air
yang diserap tanah selama penumbukan
f. Setelah kering /berat tetap keluarkan benda uji dari oven dan
dinginkan
g. Siapkan benda uji berdasrkan ketentuan batas minimum benda uji
yang didasarkan pada ukuran butiran maksimum ( )
h. Saring benda uji diatas saringan no.10
i. Pisahkan benda uji yang tertahan diatas saringan no.10 dan bahan
lolos lewat sehingga no.10
G. Analisa Hydrometer
1. Persiapan benda uji sesuai dengan prosedur sebagai berikut :
a) Benda uji diambil = 50 gram , bahan lolos saringan n0 10 dari
langkah pengujian A. 1. I
b) Buat campuran antara sodium hexamethaposphat dengan air suling
dengan komposis 5 gr: 125 ml, dipakai sebagai bahan Difloculating
Agent (bahan dispersi)
c) Tuangkan larutan Difloculating Agent dalam gelas beaker dan
masukkan benda uji tanah 50 gram,aduk sampai merata dengan
pengaduk gelas /spatula,dan biarkan terendam selama 24 jam.
d) Buatlah larutan pembanding . Ambil 125 ml larutan Difloculating
Agent dengan komposisi seperti diatas (langkah b) , masukkan
kedalam gelas ukur 1000 ml tambahkan air suling sampai 1000 ml ,
aduk campuran larutan tersebut sampai betul-btul merata .Letakkan
didalam water bath
PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 10
LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN
H. Perhitungan
Analisa Saringan
1. Berat benda uji kering awal ( sebelum pengujian ) = gram
3/8” = - = - x 100%
¼” = - = - x 100%
4 = - = - x 100%
6 = - = - x 100%
8 = - = - x 100%
10 = - = - x 100%
Pan 0
Analisa Hidrometer
1. Berat benda uji kering awal lolos saringan no.10 = 50 gram
Dimana :
a : koreksi terhadap berat jenis ( lihat tabel 4.2 )
: berat benda uji kering ( 50 gram )
6. Diameter butiran D = K
Dimana :
L : panjang efektif / jarak yang ditempuh butiran ( lihat tabel 7.3 )
t : waktu pengamatan / pembacaan
k : koreksi terhadap temperatur dan berat jenis ( lihat tabel 7.4 )
7. Analisa butiran dibawah no 10 diatas no 200
a. B erat benda uji kering awal (sebelum pengujian) = gram
20 = - = - x 100%
40 = - = - x 100%
60 = - = - x 100%
80 = - = - x 100%
100 = - = - x 100%
140 = - = - x 100%
200 = - = - x 100%
pan
B. Peralatan
C. Benda Uji
Benda uji disiapkan sesuai dengan cara mempersiapkan contoh ASTM D –
421 -72 dan AASHTO – 146 – 49 sebagai berikut :
1. Contoh tanah yang diterima dari lapangan dikeringkan udara atau
dengan alat pengering pada suhu tidak lebih dari 60°C.
2. Tanah tersebut ditumbuk dengan alat penumbuk ( palu karet ) dengan
tidak mengakibatkkan hancurnya butiran tanah. Bila contoh tanah
mengandung butiran-butiran yang rapuh seperti misalnya serpihan mika,
karang laut dan sebagainya, penumbukan harus dilakukan hati-hati dan
dengan memakai tenaga secukupnya sehingga butiran butiran halus
yang melekat pada butiran kasar lepas. Atau dengan kata lain ukuran
butiran tanah tetap asli.
3. Tanah di saring dengan saringan 0.425mm (no 40 )
4. Bahan yang tertahan dibuang, sedangkan bagian yang lewat saringan
0.425 mm (no 40 ) di pisahkan untuk dipergunakan pemeriksaan batas
cair
5. Jumlah suatu contoh yang di perlukan untuk pemeriksaan ini didapat
dengan alat pemisah contoh atau dengan cara perempat.
D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian sebagai berikut:
1. Ambil cawang kadar air ±6 bh bersihkan, keringkan, beri label, timbang
dan cat beratnya.
2. Ambil benda uji sebayak ± 100 gram yang sudah disiapkan, dan
letakkan pada lempeng kaca.
3. Beri air suling pada benda uji sedikit demi sedikit, serta aduk dengan
merata sampai homogen
4. Setelah campuran homogen, ambil benda uji secukupnya dan letakkan
pada mangkok alat uji kemidian ratakan permukaannya sedemikian
rupa sehingga sejajar dengan dasar alat uji, tebal maksimum
5. Buat alur dengan membagi dua benda uji dalam mangkok dengan
menggunakan alat pembuat alur ( grooving tool ) melalui garis tengah
pemegang mangkok secara simentris
6. Pada waktu membuat alur posisi alat pembuat alur harus tegak lurus
permukaan mangkok
7. Putar engkol alat uji sehingga mangkok laik – jatuh setinggi 1 cm
dengan kecepatan 2 putaran perdetik. Pemutaran ini di lakukan terus
dengan kecepatan tetap sampai dasar alur benda uji berimpit
sepanjang ±1.27 cm, catat jumlah pukulan
8. Kemudian masukkan kedalam cawang kadar air yang telah
dipersiapkan untuk di periksa kadar airnya. Pengujian kadar air sesuai
mdengan prosedur pengujian kadar air, minimal 2 sampel
9. Kembalikan sisa benda uji ke atas kaca pengaduk, dan mangkok batas
cair di bersihkan
10. Benda uji diaduk kembali dengan perubahan kadar airnya sampai
homogeny. Kemudian ulangi langkah VI.4.9 berturut-turut dengan
variasi kadar air yang berbeda sehingga diperoleh perbedaan jumlah
pukulan sebesar 8-10
11. Pengujian ini di lakukan dengan benda uji minimal 3 variasi kadar air
yang berbeda sehingga diperoleh jumlah pukulan yang berbrda
12. Untuk memperoleh hasil yang teliti,maka jumlah pukulan diambil
antara ( 40-30 , 30 – 20 , 20 -10 )
13. Peralatan dibersihkan dan disimpan kembali
E. Perhitungan
1. Hasil yang di peroleh berupa jumlah pukulan dan kadar air
2. Buatlah Grapik hubungan antara jumlah pukulan dengan kadar air,
dimana jumlah pukulan di gambarkan pada sumbu mendatar dengan
sekala logaritma dan kadar air sebagai sumbu tegakdengan sekala
biasa
3. Buatlah garis lurus melalui titik-titik yang di peroleh tidak terletak pada
satu garis lurus, maka buatlah garis lurus melalui titik berat dari titik-
titik tersebut
4. Tarik garis vertikal pada jumlah pukulan 25 sampai memotong garis
grafik, kemudian tarik garis mendatardari titik potong tersebut hingga
memotong sumbu vertikal ( sumbu kadar air )
5. Nilai kadar air inilah yang merupakan batas cair ( Liquid Limit ) dari
benda uji tersebut
B. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Batang pembanding dengan diameter 3 mm panjang 10 cm
2. Spatula
3. Skraper
4. Pelat kaca 30x30x0..5
5. Botol tempat air suling
6. Cawan untuk mencari kadar air
7. Oven, yang dilengkapi dengan pengaturan suhu untuk memanasi
sampai suhu (110±5)°c
8. Neraca/ timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
9. Desikator
C. Benda Uji
Benda uji disiapkan sesuai dengan cara mempersiapkan contoh ASTM D –
421 -72 dan AASHTO – 146 – 49 sebagai berikut :
1. Contoh tanah yang diterima dari lapangan dikeringkan udara atau
dengan alat pengering pada suhu tidak lebih dari 60°C.
2. Tanah tersebut ditumbuk dengan alat penumbuk ( palu karet ) dengan
tidak mengakibatkkan hancurnya butiran tanah. Bila contoh tanah
mengandung butiran-butiran yang rapuh seperti misalnya serpihan
mika, karang laut dan sebagainya, penumbukan harus dilakukan hati-
hati dan dengan memakai tenaga secukupnya sehingga butiran butiran
halus yang melekat pada butiran kasar lepas. Atau dengan kata lain
ukuran butiran tanah tetap asli.
3. Tanah di saring dengan saringan 0.425mm (no 40 )
4. Bahan yang tertahan dibuang, sedangkan bagian yang lewat saringan
0.425 mm (no 40 ) di pisahkan untuk dipergunakan pemeriksaan batas
cair
5. Jumlah suatu contoh yang di perlukan untuk pemeriksaan ini didapat
dengan alat pemisah contoh atau dengan cara perempat.
D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian sebagai berikut:
1. Ambil cawing kadar air ±3 bh bersihkan, keringkan, beri label, timbang
dan catat beratnya
2. Ambil benda uji sebayak ±20 gram yang sudah disiapkan, dan letakkan
pada lempeng kaca
3. Beri air suling pada benda uji sedikit demi sedikit, serta aduk dengan
merata sampai homogeny
E. Perhitungan
1. Tentukan kadar air rata – rata hasil dari langkah D.10
2. Kadar air rata – rata tersebut merupakan harga batas plastis ( Plastik
Limit ) dari benda uji tersebut
3. Indeks plastisitas adalah selisih batas cair dan batas plastis
PI = LL – PL
B. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Cetakan/Mould dengan diameter tinggi sesuai dengan metode dan
cara pemadatan yang digunakan.
2. Alat penumbuk hamer dengan berat sesuai dengan metode dan cara
pemadatan yang digunakan.
3. Ayakan 4.75 mm atau 19 mm
C. Benda Uji
Persiapan benda uji sebagai berikut:
1. Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih lembab, maka
keringkan tanah tersebut. Pengeringan dapat dilakukan diudaraatau
dengan alat pengering lain dengan suhu tidak lebih dari 60°C.
Kemudian pisahkan gumpalan tanah dengan cara menumbuk dengan
palu karet tetapi butir aslinya tidak pecah.
2. Tentukan metode dan cara yang digunakan dalam pemadatan, apakah
memakai metode standar atau modified
3. Tanah aslitumbukan ( langkah X . 3.1 ) diayak dengan ayakan no .4
( 4.75 mm) atau no. ¾” ( 19 mm )
4. Timbang masing-masing sebanyak 2.5 kg atau 5 kg, masing-masing
sejumlah 6 buah
5. Campur tanah hasil timbangan dengan air sedikit, kemudian diaduk
sampai merata, masukkan dalam kantong plastic, lalu diperam /
disimpan selama 24 jam. Jangan lupa berikan tabel sehingga tidak
tertukar
Penambahan air diusahakan agar didapatkan kadar air :
3 benda uji dengan kadar air dibawah kadar air optimum
3 benda uji dengan kadar air diatas kadar air optimum
D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian sebagai berikut:
1. Ambil benda uji yang telah diperam selama 24 jam
2. Mould pemadatan dalam keadaan bersih, ukur tinggi dan diameter
dalam serta hitung volume cetakan ( V ). Timbang mould dengan /
tanpa alas (W1)
3. Cetakan mould dan alasnya diberi oli untuk memudahkan proses
pengeluaran contoh tanah
4. Cetakan Mould, leher dan keeping alas dipasang jadi satu , dan
tempatkan pada landasan yang kokoh
PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 20
LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN
E. Perhitungan
1. Berat isi basah dihitung sebagai berikut :
Berat mould dengan / tanpa alas : gram
B. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Mesin geser langsung yang terdiri dari :
C. Benda Uji
Benda uji yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Benda uji tanah asli dari tabung contoh
Contoh tanah asli dari dalam ujungnya diratakan dan cincin cetak benda
uji ditekan pada ujung tanah tersebut. Tanah dikeluarkan secukupnya
untuk tiga benda uji. Pakailah bagian yang rata sebagai alas dan
ratakan bagian yang atas. Dalam mempersiapkan benda uji terutama
untuk tanah yang peka harus hati – hati guna menghindarkan
terganggunya struktur asli dari tanah tersebut.
2. Benda uji buatan
Contoh tanah harus dipadatkan pada kadar air dan berat isi yang di
kehendaki. Pemadatan dapat langsung dilakukan pada cincin
pemeriksaan atau pada tabung pemadatan.
3. Tabel minimum benda uji 1.25 cm tapi tidak boleh kurang 6 kali diameter
butir maksimum
4. Perbandingan diameter terhadap tebal benda uji harus minimal 2 : 1.
Untuk benda uji yang berbentuk busur sangkar perbandingan lebar dan
tebal minimal 2 : 1.
5. Khusus untuk tanah pasir lepas, contoh tanah biasanya di cetak
langsung kedalam kotak geser dengan nilai kepadatan relatif yang
dikehendaki . Untuk tanah yang lembek pembenaan harus diusahakan
agar tidak merusak benda uji.
D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian sebagai berikut:
1. Ukur tinggi dan lebar, serta timbang berat benda uji
2. Pindahkan benda uji dari cetakan kedalam kotak geser dalam
pengujian yang terkunci oleh kedua baut, dengan bagian atas dan
bawah dipasang pelat atau batu pori.
3. Pasang penggantung beban vertikal guna memberi beban normal
pada benda uji. Atur arloji deformasi vertikal pada posisi nol
pembacaan.
E. Perhitungan
1. Hitung tegangan geser terkalibrasi , untuk setiap pergeseran horizontal
ke-i dari ketiga benda uji, dengan rumus :
Dimana :
Pi = ( n × β ) ( kg )
n : Bacaan arloji beban ( div )
β : Kalibrasi proving beban ( kg / div )
nilai P didapat dengan mengalikan pembacaan arloji beban geser
dengan angka kalibrasi proving beban yang di gunakan
A : Luas bidang geser ( cm² )
2. Gambarkan grafik hubungan antara tegangan geser terhadap
pergeseran horizontal untuk masing – masing tegangan normal.Dari
grafik yang di peroleh tentukan nilai tegangan geser maksimum ( )
Dimana :
: tegangan normal dari benda uji ke-i ( kg / cm² )
: Beban vertikal pada benda uji ke-I (termasuk berat
Penggantung)
4. Buatlah grafik hubungan antara tegangan normal dengan tegangan
geser maksimum. Hubungan ketiga titik yang di peroleh sehingga
membentuk garis lurus yang memotong sumbu vertikal. Nilai kohesi (c )
adalah jarak yang di hitung antara titik potong tersebut sampai sumbu
mendatar, dan sudut geser dalam ( θ ) adalah sudut kemiringan garis
tersebut terhadap sumbu horizontal,yang memenuhi persamaan :
S=c+ tan θ (kg / cm² )
tanah untuk dirembes oleh air. Tanah terdiri dari butir-butir padat dan pori-
pori ( rongga ) yang saling berhubungan satu sama lainnya. Melalui pori-
pori tersebut air didlam tanah dapat mengalir dengan mudah dari tempat
yang mempunyai energy lebih tinggi ketempat yang mempunyai energy
lebih rendah.
Tes rembesan dilaboratorium dapat dilakukan pada contoh tanah asli yang
diambil dari lapangan dengan cara : Constant Head Test dan Faling Head
Test
Constant Head Test biasanya dipakai untuk menentukan harga k dari
tanah berbutir kasar, sedangkan Falling Head Test dipakai untuk tanah
berbutir halus.
B. Landasan Teori
Aliran air didalam tanah ini sangt penting untuk diketahui guna untuk
mengestimasi besarnya rembesan air didalam tanah, bayaknya air yang
dapat dipompa dari dalam tanah untuk bangunan-bangunan dibawah
tanah, analisa stabilitas dari bendungan tanah, dan bangunan-bangunan
tembok penahan tanah yang terkena gaya rembesan.
Darcy memperkenalkan suatu cara untuk menghitung kecepatan aliran air
didalam tanah yang jenuh air dengan mengunakan rumus sebagai berikut:
V=kxi
Dimana :
V : kecepatan aliran air dalam tanah
k : koefesien rembesan
I : hydraulic gradient : I =
Q L
b. k
-1
sinhn ; jika 10 R > L > R
2. π .L .H R
Dimana :
K = Koefisien permeabilitas (cm/det)
Q = Debit masuk rerata (cm3/det)
L = Panjang lubang yang diuji (cm)
R = Radius lubang yang diuji (cm)
H = Ketinggian tekanan air (cm)
Pengamatan muka air tanah atau piezometrik dilakukan setiap hari pada
lubang air sebelum pemboran dimulai. Selama pekerjaan lapangan
berjalan, pengamatan lubang-lubang yang telah selesai diukur pula
kedalaman air tanah atau ketinggian piezometriknya.
C. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan permeabilitas sebagai
berikut:
a. Satu set alat Falling Head Permeameter dengan Sampel
Chamber,diameter 2.5 tinggi 8
b. Gelas ukur 100 ml
c. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
d. Pipa gelas
e. Stop watch
f. Porous stone, diameter 2.47 tebal 0.5
g. Jangka sorong
D. Prosedur
Prosedur pelaksanaan pengujian permeabilitas sebagai berikut:
a. Siapkan alat sesuai dengan skema dari Falling Head Permeameter
dapat dlihat pada gambar 17.2. Kondisi alat bersih dan kering
b. Tentukan berat dari tabung plastic tempat contoh tanah,dua buah batu
poros, pir,dua buah alat penutup ( )
c. Masukkan contoh tanah tanah kedalam tabung plastic sedikit demi
sedikit dengan menggunakan sendok, dan padatkan tanah
tersebutdengan menggunakan mesin penggetar atau dengan
peralatan lain
Catatan : untuk mendapatkan contoh tanah dengan kepadatan yang
berbeda (angka pori berbeda ), tanah dapat dipadatkan dengan
memakaitenag yang baerbeda.
d. Apabila contoh tanah dan masuk kedalam tabung 2/3 dari panjang
tabung, letakkan batu poros diatas tanah tersebut
e. Pasang pir dan karet penutup diatas batu poros
Catatan : Pir digunakan untuk mencegah terjadinya perubahan volume
dari contoh tanah selama tes berlangsung
f. Pasang alat penutup dan kunci dengan skerup yang tersedia dengan
kencang, pastikan tidak ada celah atau lubang yang menyebabkan air
merembes keluar
Analisa Semen
- Setting Time SNI ASTM C403/C403:2012
- Berat Jenis SNI-15-2531-1991
- Berat isi (Unit Weight) SNI-15-2531-1991
2.2.2.1 Gradasi
A. Umum
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran
agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka
persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.
B. Landasan Teori
Metode pengujian jenis material ini mencangkup jumlah dan jenis –
jenis material baik agregat halus maupun agregat kasar.
Hasil pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar dapat
digunakan antara lain :
Penyelidikan quarry agregat;
Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.
C. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan pengujian gradasi
agregat halus maupun agregat kasar sebagai berikut:
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji;
b. Satu set saringan ; 3,75 mm (3”); 63,5 mm(2 ½”), 50,8 mm (2”); 37,5
mm (1 ½”); 25 mm (1”); 19,1 mm (3/4”); 12,5 mm (1/2”); 9,5 mm
(3/8”); No.4 (4,75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30
(0,600 mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075
mm);
c. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 + 5) 0C ;
d. Mesin pengguncang saringan (Sieve Shaker)
e. Pan, Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainya.
D. Prosedur
a. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 + 5) 0C, sampai
berat tetap.
b. Susunlah saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas.
c. Masukan contoh material ke dalam saringan, lalu saringan
diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama ±15
menit.
tanah akan memiliki nilai penyerapan yang lebih besar bila tidak
dibiarkan mengering. Sebaliknya, beberapa jenis agregat mungkin
saja mengandung kadar air yang lebih kecil bila dibandingkan
dengan yang pada kondisi terendam selama 15 jam.
C. Peralatan
a. Timbangan dengan.
b. Oven ( pengering ) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai (110 ± 5)°C.
c. Talam atau cawan. Terbuat dari porselin atau logam tahan karat.
d. Piknometer / gelas ukur, dengan kapasitas 500 ml.
e. Kerucut terpancung (Cone) ubtuk menentukan berat JPK / SSD,
dengan diameter atas (40 ± 3) mm, diameter bawah (90 ± 3) mm
dan tinggi (75 ± 3) mm terbuat dari bahan logam dengan tebal
minimum 0,8 mm.
f. Penumbuk yang mempunyai penampang rata, berat (340 ± 15)
gram, diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm
g. Saringan no.4 (4,75 mm)
h. Termometer
D. Prosedur
1. Penentuan agregat halus dalam kondisi jenuh permukaan
kering atau SSD :
a) Memasukkan benda uji kedalam kerucut terpancung
dalam 3 lapis, dimana pada masing-masing lapisan
ditumbuk sebanyak 8 kali, ditambah 1 kali penumbukan
untuk bagian atasnya (total penumbukan sebanyak 25
kali)
b) Cetakan kerucut terpancung diangkat secara perlahan-
lahan.
c) Memeriksa bentuk agregat hasil pencetakan setelah
kerucut terpancung diangkat, keadaan jenuh permukaan
kering/SSD tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi
masih dalam keadaan tercetak.
2. Penentuan berat jenis dan penyerapan agregat halus
a) Menimbang agregat dalam keadaan SSD sebanyak 500
gram dan masukkan kedalam piknometer/gelas ukur.
b) Memasukkan air suling sampai mencapai 90% isi
piknometer, dan putar sambil diguncang sampai tidak
terlihat gelembung udara didalamnya. Proses untuk
menghilangkan gelembung udara dalam piknometer
dapat dipercepat dengan menggunakan pompa hampa
udara atau dengan cara merebus piknometer.
C. Peralatan
Peralatan yang dipakai meliputi :
a. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm
(No. 8) dengan kapasitas kira-kira 5 kg;
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai
untuk pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan
pipa sehingga permukaan air selalu tetap;
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 %
dari berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan
alat penggantung keranjang;
d. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai (110±5)°C;
e. Alat pemisah contoh;
f. Saringan no. 4 (4,75 mm).
D. Prosedur
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut :
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan
lain yang melekat pada permukaan;
b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C
sampai berat tetap; sebagai catatan, bila penyerapan dan
harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton dimana
B. Landasan Teori
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan untuk
melakukan pengujian berat isi
semen portland. Berat isi semen Portland adalah perbandingan
antara berat kering semen pada suhu kamar dengan satuan isi.
C. Peralatan
Peralatan yang dipakai meliputi :
a. Botol Le Chatelier
b. Timbangan dengan kapasitas 5 kg
c. Kerosin
d. Porselin disc
D. Prosedur
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut :
Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau napta sampai skala
tertentu dan keringkan bagian dalam botol di atas permukaan
cairan, rendam botol Le Chatelier ke dalam baki berisi air dan
biarkan, setelah suhu cair dalam botol dan air sama, baca tinggi
permukaan cairan terhadap skala botol. Kemudian masukkan
B. Landasan Teori
Berat isi (Unit Weight) merupakan persatuan isi ,Rongga udara dalam
satuan Volume ruang diantara butir – butir yang tidak diisi oleh partikel
yang padat.
C. Pralatan
Peralatan yang dipakai meliputi :
1. Timbangan kapasitas 2 - 20 kg
2. Batang baja diameter 16 mm dan panjang 610 mm
3. Bulk Density Mold 2,8 - 100 liter
4. Sekop atau Sendok
D. Prosedur
1. Cara Tusuk :
Isi penakar 1/3 dari volume takaran dan ratakan kemudian tusuk 25 x
dan isi kembali sampai volume 2/3 ,ratakan kemudian tusuk kembali
25x, kemudian isi kembali sampai penuh dan tusuk lagi 25x lalu
ratakan.
2. Cara Ketuk.
Isi takaran dengan agregat dalam 3 tahapan padatkan setiap
dalapisan/tahapan dengan mengetuk 50 kali kelantai,ratakan dan
tentukan berat penakar dan isinya.
A. Umum
Analisa ini bertujuan untuk memperoleh angka persentase dari kadar
air yang dikandung oleh agregat.
B. Landasan Teori
Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan
dalam persen.
Pengujian ini dilakukan pada agregat yang mempunyai kisaran garis
tengah dari 6,3 mm sampai 152,4 mm.
Hasil pengujian kadar air agregat dapat digunakan dalam pekerjaan :
a. perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton;
b. perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan
jalan.
C. Pralatan
Peralatan yang dipakai dalam pengujian kadar air adalah sebagai
berikut :
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh;
b. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ±5)°C;
c. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk
mengeringkan benda uji.
D. Prosedur
Urutan proses pengujian adalah sebagai berikut :
a. timbang dan catatlah berat talam (Wr);
b. masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat
beratnya (W2);
c. Hitunglah berat benda uji (W3= W2 – W1);
d. keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu
( 110 ± 5)°C sampai beratnya tetap;
e. setelah kering timbang dan catat berat benda uji beserta talam
(W4);
f. hitunglah berat benda uji kering (WS = W4 - W 1).
B. Landasan Teori
Tanah liat dan Lumpur yang sering terdapat dalam agregat, mungkin
berbentuk gumpalan atau lapisan yang menutupi lapisan butiran
agregat.Tanah lihat dan Lumpur pada permukaan butiran agregat akan
mengurangikekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat sehingga
dapat mengurangikekuatan dan ketahanan beton. Lumpur dan debu
halus hasil pemecahan batu adalah pertikel berukuran 0,0075.
Adanya lumpur dan tanah liat menyebabkan bertambahnya air
pengaduk yang diperlukan dalam pembuatan beton, disamping itu pula
akan menyebabkan berkurangnya ikatan antara pasta semen dengan
agregat sehingga akan menyebabkan turunnya kekuatan beton yang
bersangkutan serta menambah penyusutan dan creep.
C. Pralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian kadar lumpur
a. Ayakan No. 200
b. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh;
c. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ±5)°C;
d. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk
mengeringkan benda uji.
D. Prosedur
Urutan proses pengujian adalah sebagai berikut :
a. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai
berat tetap
b. timbang dan catatlah berat talam
c. masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat
beratnya
d. Masukan benda uji ke dalam ayakan no. 200 lalu cuci hingga bersih
e. keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu ( 110 ±
5)°C sampai beratnya tetap;
f. setelah kering timbang dan catat berat benda uji beserta talam
g. hitunglah berat benda uji kering.
2.2.2.6 Soundness
A. Umum
Analisa ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pengujian-pengujian di laboratorium untuk mengetahui sifat kekekalan
batu terhadap proses pelarutan dengan cara perendaman di daerah
larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat.
B. Landasan Teori
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan metode ini adalah :
a. Index kekekalan batu adalah nilai kekekalan batu terhadap, proses
pelarutan, disintegrasi oleh sebab perendaman di dalam larutan
megnesium sulfat dan natrium, sulfat;
b. Batu bersifat kekal adalah batu segar, yang terbentuk oleh mineral
keras dengan ikatan kuat antar mineral dan sangat sedikit atau tidak
bereaksi dan atau disintegrasi terhadap magnesium sulfat dan
natriurn sulfat;
c. Benda uji adalah bagian dari contoh yang sudah siap untuk diuji;
d. Berat asal benda uji adalah berat benda uji dalam keadaan kering
sebelum pengujian;
e. Benda berat uji tertahan ayakan adalah berat benda uji yang
tertahan ayakan tertentu dalam keadaan kering;
f. Berat bagian benda uji yang hilang adalah selisih berat benda uji
awal dengan berat benda uji tertahan ayakan.
C. Pralatan
Peralatan yang dipakai dalam pengujian kadar soundness adalah
sebagai berikut :
a. Ayakan 19,1 mm (3/4”); 9,5 mm (3/8”); dan No.4 (4,75 mm);
b. Mixing Bowl Stainles
c. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh;
d. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ±5)°C;
e. Larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat.
D. Prosedur
Prosedur kerja yang harus dilakukan pada waktu pengujian adalah :
1) Kerjakan persiapan metode uji ini sebagai berikut :
a. Cucilah benda uji sampai bersih kemudian dikeringkan hingga
berat tetap pada suhu (110± 5)°C;
b. Periksa kembali benda uji catat kondisi litologi, tingkat
pelapukan, untuk fraksi besar catat pula jumlah butirnya;
c. Ayak benda uji untuk fraksi halus menggunakan ayakan
2) Kerjakan tahapan uji dengan urutan sebagai berikut
a. Rendam benda uji di dalam larutan natrium sulfat atau
megnesium sulfat yang sudah disiarkan menggunakan wadah
tertutup selama 16 hingga 18 jam, dengan tinggi larutan 1 cm
di atas benda uji;
b. Angkat benda uji dari dalam larutan lalu biarkan dulu meniris
(15 ± 5) menit,
B. Landasan Teori
Abrasi beton merupakan hilangnya sebagian volume pada permukaan
beton akibat gaya gesek yang ditimbulkan oleh aliran air yang
mengangkut sedimen bad load.
C. Pralatan
Peralatan yang dipakai dalam pengujian kadar abration adalah sebagai
berikut :
a. California Abrasion Machine
b. Timbangan Kapasitas 10 Kg
c. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ±5)°C;
d. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk
mengeringkan benda uji.
D. Prosedur
Urutan proses pengujian adalah sebagai berikut :
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain
yang melekat pada permukaan;
b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai
berat tetap;
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian
timbang.
d. Masukkan benda uji ke dalam Mesin Abrasi,
e. Keluarkan benda uji dari dalam mesin, setelah itu cuci kembali
benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain
yang melekat pada permukaan;
f. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai
berat tetap; kemudian timbang dan hitunglah berat benda uji.
B. Landasan Teori
Karena waktu pengikatan beton merupakan suatu proses yang
bertahap, maka setiap definisi dari waktu pengikatan beton harus
diperlakukan secara tidak tetap. Di dalam metode uji ini waktu yang
dibutuhkan mortar untuk mencapai nilai-nilai ketahanan penetrasi yang
telah ditentukan untuk menetapkan dari waktu pengikatan (Setting
Time) beton.
Metode uji ini dapat digunakan untuk menentukan pengaruh dari
variabel-variabel seperti kandungan air, merek, tipe, dan jumlah dari
material semen atau bahan tambah (admixture) ketika menentukan
waktu pengikatan beton.
Metode uji ini juga dapat digunakan untuk mortar dan graut yang
dibuat. Namun apabila waktu pengikatan beton yang diinginkan,
pengujian harus dilakukan pada mortar yang disaring dari campuran
beton dan bukan dari mortar yang telah disiapkan untuk simulasi fraksi
mortar dari beton. Karena telah ditunjukkan bahwa waktu pengikatan
awal dan akhir akan meningkat pada saat menggunakan benda uji dari
mortar yang telah disiapkan.
C. Pralatan
D. Prosedur
Urutan proses pengujian adalah sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan pengujian penetrasi, air yang keluar dari
permukaan benda uji mortar dibuang dengan menggunakan
pipet atau alat lain yang sesuai. Untuk memudahkan
mengumpulkan air yang keluar, miringkan benda uji dengan hati-
hati dengan kemiringan sudut sekitar 10° dari arah horizontal
dengan menempatkan penahan di bawah wadah tersebut pada
salah satu sisi, 2 menit sebelum proses pembuangan air
dilakukan.
b. Pasang jarum yang ukurannya sesuai, tergantung dari tingkat
pengikatan mortar, pada peralatan ketahanan penetrasi sehingga
permukaan tekan jarum menyentuh permukaan mortar. Secara
bertahap dan seragam beri gaya vertikal ke bawah pada alat
tersebut sampai jarum menembus mortar dengan kedalaman 25
mm ± 2 mm seperti yang telah ditunjukkan pada tanda. Waktu
yang dibutuhkan untuk menembus kedalaman penetrasi 25 mm
harus sekitar 10 detik ± 2 detik. Catat gaya yang dibutuhkan
untuk menghasilkan penetrasi sebesar 25 mm dan catat waktu
yang diperlukan, diukur sebagai waktu total setelah kontak
pertama antara semen dan air. Hitung ketahanan penetrasi
dengan membagi gaya yang telah di catat dengan luas bidang
kontak dari jarum yang digunakan, kemudian catat ketahanan
penetrasinya. Dalam pengujian penetrasi berikutnya harus dijaga
untuk menghindari permukaan mortar yang telah terganggu oleh
pengujian penetrasi sebelumnya. Jarak bersih antara lokasi
pengujian jarum ke lokasi pengujian berikutnya minimal 2 kali
diameter jarum yang sedang digunakan, tetapi tidak boleh
kurang dari 15 mm. Jarak bersih antara jarum dengan bagian sisi
dari wadah yang digunakan paling sedikit harus 25 mm tetapi
tidak lebih dari 50 mm.\
c. Untuk campuran beton konvensional pada temperatur
laboratorium 20 °C sampai dengan 25 °C, lakukanlah pengujian
awal setelah sekitar 3 jam sampai dengan 4 jam sejak kontak
awal antara semen dan air. Pengujian berikutnya harus dibuat
pada interval waktu setiap 1/2 jam sampai dengan 1 jam.
Pengujian awal untuk campuran beton yang berisi bahan tambah
STRUKTUR
MECHANICAL TECHNIC
Physic Mechanic
Color
Disturbed Undisturbed
Soil Clasification
Gambar 2.1. Bagan Alir Pekerjaan Mekanika Tanah
Analisa : Direct Shear
Compaction Consolidation
Specific Gravity Permeability
Constant Head
Hidrometer / Gradasi
Faling Head
Atterberg
Shringkage Limit
Quality Control
Density Test
Metode Test :
Bentonite Replecement
(AASTO, JIS 1979, BATUJAI
PROJECT, PBI 1971)
Sand Cone Method
(ASTM D 1556.1998).
Robber Ballon
(ASTM D2167.1958).
Permeability
Metode Test :
PERENCANAAN DAN PROGRAM UMUM II . 42
Constant head (ASTM, 1981)
Falling Head (Bowles, 1970)
Laporan Hasil
Pengujian
LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN
STRUKTUR
CONCRETE TECHNIC
Investigasi
Physic Mechanic
Quality Control
Laporan Hasil
Pengujian
LABORATORIUM DAN MEKANIKA TANAH (SWAKELOLA)
LAPORAN PENDAHULUAN
3. Cement
- Setting Time
- Spesific Grafity
- Unit Weight