Anda di halaman 1dari 38

BAB I

KADAR AIR TANAH

A. Maksud :
Maksud dari percobaan adalah untuk menentukan kadar air suatu sample
tanah, yaitu perbandingan berat air yang dikandung dalam tanah dan berat
tanah kering tanah tersebut, dinyatakan dalam prosen.

B. Alat :
1. Oven dengan suhu dapat diatur konstan pada 100C – 110C
2. Timbangan dengan ketelitian sekurang-kurangnya:
 0,01 gram untuk berat kurang dari 100 gram
 0,10 gram untuk berat antara 100 gram – 1000 gram
 1,00 gram untuk berat lebih dari 1000 gram
3. Desikator.
4. Cawan kadar air.

C. Benda Uji :
Berat minimum contoh tanah (basah) yang akan digunakan tergantung
pada ukuran butir tanah, yaitu :
 Tanah berbutir halus, berat minimum 10 gram – 25 gram.
 Tanah berpasir, berat minimum 50 gram – 100 gram.
 Tanah berkerikil, lebih banyak.

D. Prosedur Percobaan :
1. Bersihkan dan keringkan cawan yang akan dipakai, kemudian timbang
berikut tutupnya dan catat beratnya (W1).
2. Masukan benda uji (basah) yang akan diperiksa kedalam cawan, kemudian
berikut tutupnya ditimbang (W2).
3. Dalam keadaan terbuka, cawan bersama benda uji dimasukkan kedalam
oven yang telah diatur suhunya (100C – 110C) selama 16 – 24
jam.Tutup cawan disertakan dan jangan sampai tertukar dengan cawan
yang lain.
4. Cawan dengan tanah kering diambil dari oven, kemudian didinginkan.
5. Setelah dingin timbang cawan dan tanah kering dan catat beratnya (W3).

E. Perhitungan :
Berat air
Kadar Air = x 100 %
Berat tanah kering

F. Catatan :
1. a. Bila diragukan setelah 24 jam tanah mungkin belum kering,
pengeringan dalam oven dilanjutkan beberapa jam, dan pada
penimbangan 2 kali yang berurutan harus beratnya tidak berkurang lagi
(maksimal selisih 0,1 %).
b. Untuk tanah yang mudah terbakar seperti tanah yang mengandung
bahan organik atau mengandung gips, gunakan temperatur oven sekitar
60C – 80C.
c. Tanah pasir dapat kering dalam waktu yang lebih cepat yaitu beberapa
jam.
2. Pemeriksaan kadar air tanah, selain dilakukan pada tanah asli, juga
merupakan pelengkap dari percobaan-percobaan lain seperti percobaan
pemadatan batas-batas konsistensi, konsolidasi dll.
3. Pemeriksaan kadar air sebaikya dilakukan secara double, yaitu digunakan
2 benda uji dengan 2 cawan, dengan hasil yang hampir sama yang
kemudian harganya dirata-rata. Jika selisih kedua percobaan terlalu
berbeda maka percobaan harus diulang kembali.
TABEL PEMERIKSAAN KADAR AIR ASLI

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I


Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah
Tanggal : 09 Oktober 2022
Kelompok : 1

1 Nomor cawan     3 1
2 Berat cawan kosong W1 gr 15,68 15,60
3 Berat cawan + tanah basah W2 gr 34,55 35,21
4 Berat cawan + tanah kering W3 gr 28,78 29,54
5 Berat air W4 = (W2-W3) gr 5,77 5,67
6 Berat tanah kering W5 = (W3-W1) gr 13,10 13,94
w=
7 Kadar air % 44,04 40,67
(W 2−W 3)
x 100 %
(W 3−W 1)
8 Kadar air rata-rata % 42,35

Kesimpulan : Dari percobaan pada praktikum kadar air tanah diperoleh kadar air
rata-rata sebesar 42,35%.
BAB II
BERAT JENIS TANAH

A. Maksud :
Maksud dari percobaan adalah menentukan berat jenis suatu sample tanah.
Berat jenis tanah adalah suatu perbandingan antara berat-berat butir tanah
dengan berat air destilasi di udara dengan volume yang sama dan temperatur
tertentu. Biasanya diambil untuk temperatur 27,5C.

B. Alat :
1. Piknometer, yaitu botol gelas dengan leher sempit dan tutup (dari gelas)
yang berlubang kapiler, dengan kapasitas 50 CC atau lebih besar.
2. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram
3. Air destilasi bebas udara (dalam wash water)
4. Oven dengan suhu dapat diatur pada (110  5)C
5. Desikator
6. Termometer
7. Cawan porselen (mortar) dengan pastle (penumbuk berkepala karet) untuk
menghancurkan gumpalan tanah menjadi butir-butirnya sendiri.
8. Kompor listrik.
9. Ayakan (sieve) nomor 10

C. Benda Uji :
Benda uji adalah sample tanah yang telah lolos ayakan nomor 10 sekitar
30 - 40 gram yang digunakan untuk pemeriksaan secara double (2 percobaan
secara terpisah).

D. Prosedur Percobaan :
1. Siapkan benda uji secukupnya, oven dengan temperatur 60C sampai
dapat digemburkan atau pengeringan dengan sinar matahari.
2. Dinginkan benda uji tersebut, lalu tumbuk bila menggumpal dengan
mortar dan pastle, kemudian saring dengan ayakan nomor 10.
3. Timbang piknometer dalam keadaan kosong (W1).
4. Ambil contoh tanah sekitar 15 – 25 gram (20 gram).
5. Masukkan contoh tanah tersebut ke dalam piknometer dan catat berat
piknometer + tanah (W2).
6. Tambahkan air destilasi secukupnya hingga tanah terendam oleh air
destilasi tersebut ( 1/3 volume piknometer).
7. Diamkan selama 24 jam.
8. Setelah 24 jam, kemudian tambahkan air destilasi sampai 2/3 volume
piknometer.
9. Kemudian rebus piknometer dalam hot plate yang berisi larutan gliserine
sampai mendidih. Hal ini dimaksudkan untuk mengeluarkan gelembung-
gelembung udara yang terperangkap dalam butir-buitr tanah.
10. Setelah mendidih, angkat piknometer dari hot plate dan dinginkan.
11. Setelah piknometer dingin lalu tambahkan air destilasi sampai penuh.
Timbang dan catat beratnya (W3).
12. Baca suhu / temperatur pada saat itu.
13. Keluarkan tanah dan air dari dalam piknometer sampai benar-benar bersih.
14. Isi lagi piknometer dengan air destilasi sampai penuh. Timbang dan catat
beratnya (W4).

E. Hitungan :
1. Berat jenis butir-butir pada tC adalah :
Berat butir W
G= = s
Berat Air dengan volume yang sama W w
(W 2 - W1 )
=
(W 3 - W 4 )

2. Berat jenis tanah pada temperatur 27,5C adalah :


Berat jenis air pada t ° C
G (27,5 ° C ) =
Berat Jenis air pada 27,5 °C
Catatan :
1. Piknometer 50 cc digunakan untuk butir-butir tanah yang lebih besar dari
saringan nomor 4 digunakan piknometer yang lebih besar (misal 100 cc).
Jika tanah berupa cempuran antara butir-butir halus, butir-butir tersebut
harus dipisahkan dengan saringan nomor 4. Kemudian masing-masing
dikerjakan sendiri, kemudian harga tanah (BJ) diambil rata-rata dari
keduanya. Pada percobaan penentuan gradasi pengendonan (cara pipet
atau hidrometer), berat jenis butir-butir yang lolos saringan nomor 10.
2. Sebagai air destilasi sering digunakan karosene yang bersifat
membasahkan butir-butir tanah lebih baik.
3. Contoh tanah basah juga dapat digunakan dan langsung dimasukan ke
dalam piknometer, asal lebih baik.
4. Secara praktis, pengaruh temperatur tidak terlalu besar dan pengaruh yang
besar terhadap kesalahan hasilnya adalah bersihnya udara yang
terperangkap antara butir-butir dan udara yang larut dalam air, sehingga
pembersih udara ini sebaik-baiknya.
5. Pekerjaan penentuan berat jenis suatu contoh tanah harus dilakukan secara
double, yaitu dilakukan dua kali secara terpisah. Hasil kedua percobaan
harus tidak berbeda dan dirata-ratakan, jika selisihnya terlalu berbeda
maka percobaan harus diulang kembali.
TABEL BERAT JENIS AIR PADA BERBAGAI SUHU

Temperatur t◦c Berat Jenis temperaturt◦c berat jenis


20 0,9982 30 0,9957
21 0,9980 31 0,9954
22 0,9978 32 0,9951
23 0,9976 33 0,9947
24 0,9973 34 0,9944
25 0,9971 35 0,9941
26 0,9968 36 0,9937
27 0,9965 37 0,9934
27,5 0,9964 38 0,9930
28 0,9963 39 0,9926
29 0,9960 40 0,9922
TABEL PEMERIKSAAN BERAT JENIS

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I


Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah
Tanggal : 09 Oktober 2022
Kelompok :1

1 Nomor Piknometer 3 1
W1
2 Berat Piknometer Kosong 68,6 67,65
(gr)
W2
3 Berat Piknometer + Tanah 98,6 97,65
(gr)
W3
4 Berat Piknometer + Tanah + Air Penuh 185,65 188,35
(gr)
W4
5 Berat Piknometer + Air 169,35 168,35
(gr)
6 Temperatur °C 27 27
7 A = W2 - W1 30 30
8 B = W3 - W4 16,3 20
9 C=A–B 13,7 10
10 Berat Jenis (G1) = A / C 2,19 3
G1 x BJ Air t ° C
11 G untuk 27°C = 2,19 3
BJ Air 27,5 ° C

12 Rata-rata G untuk 27°C 2,595

Kesimpulan : Dari percobaan pada praktikum berat jenis tanah ini diperoleh hasil
rata-rata berat jenis tanah sebesar 2,595.
BAB III
PENGUJIAN BATAS CAIR

A. Maksud :
Maksud dari percobaan ini adalah untuk menentukan batas cair tanah,
yaitu kadar air tanah tersebut pada keadaan peralihan antara cair dan plastis.
Tanah pada keadaan batas cair apabila diperiksa dengan alat Casagrade, kedua
bagian tanah dalam mangkok yang terpisah oleh alur lebar 2 mm(seperti yang
akan diuraikan di bawah) menutup sepanjang 12,7 mm oleh 25 pukulan.

B. Alat :
1. Alat batas cair Casagrade.
2. Alat pembarut (groving tool).
3. Cawan porselen (mortar).
4. Pastle (penggerus/penumbuk) berkepala karet atau dibungkus karet.
5. Spatel.
6. Saringan (sieve) nomor 50.
7. Air destilasi dalam botol cuci (wash bottle).
8. Alat-alat pemeriksaan kadar air (lihat Percobaan I).

C. Benda Uji :
Contoh tanah yang disediakan untuk pemeriksaan ini sebanyak 100
gram. Contoh tanah ini harus bebas atau telah dibebaskan dari butir-butir yang
lebih besar dari 0,425 mm (yang tertahan oleh saringan nomor 50). Untuk
contoh tanah yang tidak mengandung butir-butir kasar lebih besar dari 0,425
mm dapat langsung diperiksa batas cairnya tanpa disaring terlebih dahulu.
Apabila contoh tanah mengandung butir-butir kasar, mula-mula
keringkan dalam suhu udara (atau dengan alat pengering dengan suhu kurang
dari 60C) secukupnya saja, sampai dapat disaring. Pemecahan gumpalan-
gumpalan tanah dilakukan dengan menggerus tanah tersebut dalam mortar
dengan menggunakan pastle (penumbuk/penggerus) yang berkepala
terbungkus karet. Hal ini dimaksudkan agar butir-butir tanah tidak rusak.
Kemudian saring dengan saringan (sieve) nomor 50. Bagian yang tertahan
saringan nomor 50 disingkirkan dan bagian yang lewat saringan nomor 50
digunakan sebagai benda uji.

D. Prosedur percobaan :
1. Siapkan mangkok batas cair (Casagrade), bersihkan darikotoran yang
menempel.
2. Atur ketinggian jatuh mangkok, dengan cara sebagai berikut :
 Kendurkan kedua baut penjepit, lalu putar bendel/tuas pemutar sampai
posisi mangkok mencapai tinggi jatuh setinggi 10 mm (1 cm).
 Untuk menentukan tinggi jatuh mangkok, kendurkan baut belakang,
angkat magkok, masukan bagian ujung tungkai pembuat alur tepat
masuk diantara dasar mangkok dan alasnya, kencangkan kembali baut
bagian belakang.
3. Ambil sampel tanah sebanyak 100 gram yang lolos saringan nomor 50 lalu
letakan diatas cawan porselen.
4. Tambahkan air destilasi sedikit demi sedikit, aduk hingga sampel tanah
tersebut sampai homogen.
5. Setelah didapat campuranhomogen, ambil sampel tanah tersebut lalu
masukan kedalam mangkok Casagrade. Ratakan permukaannya sehingga
sejajar dengan dudukan alat. Bagian yang paling tebal harus  1 cm.
6. Buatlah alur denganmembagi dua benda uji dalam mangkok tersebut.
Gunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui garis tengah mangkok
secara simetris dengan posisi tegak lurus permukaan mangkok.
7. Putar tuas/handle pemutar dengan kecepatan 2 putaran per detik (dalam 1
detik mangkok jatuh 2 kali) sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang
1/2” (12,7 mm). Catat jumlah pukulan yang terjadi untuk mencapai
kondisi yang bersinggungan tersebut. Jumlah pukulan yang dihasilkan
harus berkisar antara 15 – 35 pukulan. Apabila sebelum mencapai 15
pukulan tanah sudah bersinggungan sepanjang 12,7 mm berarti sampel
tanah terlalu cair, dan ambil sampel tanah yang baru. Dan sebaliknya
apabila sudah melampaui 35 pukulan sampel tanah belum bersinggungan
sepanjang 12,7 mm berarti tanah terlalu padat dan harus ditambahkan air
destilasi.
8. Ambil sebagian benda uji dari mangkok tersebut (bagian yang
bersinggungan) dengan menggunakan spatula, masukan ke dalam cawan
(cawan) kosong yang telah ditimbang beratnya, kemudian tentukan kadar
airnya. Sisa benda uji dapat digunakan lagi untuk pengujian berikutnya.
9. Ulangi prosedur pengujian mulai dri prosedur no. 4 sampai no. 7 sehingga
dihasilkan jumlah pukulan yang berbeda.

E. Catatan :
1. Proses bersinggungnya kedua sisi tanah harus terjadi karena aliran bukan
karena geseran antara tanah dan mangkok.
2. Selama berlangsungnya percobaan, kadar air harus dijaga konstan
(pencampuran dilakukan dari kadar air terendah kemudian berurutan
menuju yang lebih tinggi).
3. Untuk memperoleh hasil yang teliti, jumlah pukulan diambil antara
15 - 20, 21 -25, 26 - 30, 31 - 35 dengan 4 kali pengujian.

Rumus Perhitungan Batas Cair :

LL = Wn ( N/25).0,121

Dimana :

LL = Batas Cair.

Wn= Kadar Air Rata-rata.

N = Jumlah pukulan.
TABEL PENGUJIAN BATAS CAIR

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 1


Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah
Tanggal : 09 Oktober 2022
Kelompok :1

1 Jumlah Pukulan 20(15-20) 24(21-25) 28(26-30) 34(31-35)


2 No cawan 59 02 3A 7A 2 65 31 60
3 Berat Cawan Kosong W1 gram 11,65 15,30 10,85 8,56 8,57 8,525 15,40 11,50
4 Berat Cawan + Tanah Basah W2 gram 40,28 42,04 41,77 40,00 38,25 43,72 49,27 40,09
5 Berat Cawan + Tanah Kering W3 gram 29,66 32,06 32.57 31,86 31,58 33,60 37,10 30,58
6 Berat Air (W2-W3) gram 10,62 9,98 9.2 8.14 6.67 10.12 12,17 9,51
7 Berat Tanah Kering (W3-W1) gram 18,01 16,76 21.72 23.3 23.01 25.075 21,70 19,08

(W2-W3) X100 %
8 Kadar Air (w) %
(W3-W1)
58,97 59,55 42.38 34.93 28.98 40.36 56,08 49,84

9 Kadar Air Rata-rata (%) 59,26 38.655 34.67 52,96


10 Batas Cair (LL) 57,68 38.46 35.15 54,97
BAB IV
PENGUJIAN BATAS PLASTIS

A. Maksud :
Maksud dari percobaan ini adalah untuk menentukan batas plastis
suatu tanah. Batas plastis tanah adalah kadar air minimum (dinyatakan dalam
persen) tanah tersebut yang masih dalam keadaan plastis. Indeks plastis suatu
tanah adalah bilangan (dalam persen) yang merupakan selisih antara batas cair
dan batas plastis.

B. Alat :
1. Cawan porselen
2. Pastel
3. Spatel
4. Pipet
5. Timbangan Ohaus dengan ketelitian 0,01 gram
6. Plat kaca
7. Cawan logam
8. Oven dengan suhu dapat diatur antara 60 – 80C
9. Saringan nomor 50
10. Desikator
11. Penjepit
12. Air destilasi

C. Benda Uji :
Contoh tanah yang dipakai dalam percobaan ini diambil tanah yang
lolos saringan nomor 50

D. Prosedur percobaan :
1. Tanah dalam keadaan kering dihancurkan dalam cawan porselen dengan
menggunakan spatel, kemudian disaring dengan saringan nomor 50 atau
dengan diameter 0,297 mm, yang lolos saringan kita ambil sebanyak
15 – 20 gram untuk digunakan sebagai contoh tanah.
2. Contoh tanah dimasukkan ke dalam cawan porselen, dicampur dengan air
destilasi menggunakan pipet, diaduk hingga bersifat plastis, yaitu tanah
tidak melekat pada telapak tangan.
3. Tanah yang sudah cukup plastis dibentuk gulungan dengan diameter
 10 mm, selanjutnya digelintir dengan telapak tangan atau dengan jari
tangan diatas plat kaca yang diletakkan mendatar dengan tekanan
secukupnya sampai gelintiran mencapai diameter  3 mm.
4. Apabila gelintiran tanah sudah mencapai diameter 3 mm belum
menunjukan adanya retak-retak berarti batas plastis belum tercapai, untuk
itu kadar airnya harus dikurangi dengan cara meremas-remas contoh tanah
yang diuji. Dan sebaliknya apabila gelintiran tanah belum mencapai
diameter 3 mm mengalami retak-retak, maka perlu ditambahkan air
destilasi pada contoh tanah yang diuji.
5. Kemudian tanah digelintir lagi sampai mencapai diameter 3 mm dan
menunjukan adanya retak-retak pada gelintiran tanah tersebut.
6. Gelintiran tanah kemudian dipotong-potong dengan panjang 2 cm.
7. Kemudian timbang cawan kosong (dicatat sebagai W1).
8. Potongan tanah diletakan pada cawan kosongkemudian ditimbang
beratnya (dicatat sebagai W2).
9. Cawan + potongan tanah gelintiran dikeringkan dalam oven dengan suhu
konstan antara 60– 80C.
E. Perhitungan :

1. Berat air dalam tanah


= (W2 – W3) gram

2. Berat tanah kering


= (W3 – W1) gram

3. Kadar air (w) dalam %


W 2 - W3
w= x 100 %
W 3 - W1

4. Batas plastis = kadar air rata-rata


5. Indeks plastisitas (IP) = Batas Cair – Batas Plastis
TABEL PENGUJIAN BATAS PLASTIS

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I


Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah
Tanggal : 09 Oktober 2022
Kelompok :1

1 Nomor cawan     2A 3A
2 Berat cawan kosong W1 gr 11,1 10,16
3 Berat cawan + tanah basah W2 gr 23,20 29,65
4 Berat cawan + tanah kering W3 gr 18,58 24,19
5 Berat air W4 = (W2-W3) gr 4,62 5,07
6 Berat tanah kering W5 = (W3-W1) gr 7,48 14,03

7 Kadar air w= % 61,76 30,14


(W 2−W 3)
x 100 %
8 Kadar air rata-rata (W 3−W 1) % 45,95
9 Indeks Plastis (IP) 15,33

Indeks plastisitas (IP) = Batas Cair – Batas Plastis


= 57,68 – 42,35 = 15,33

Kesimpulan : Dari hasil percobaan pada praktikum untuk pengujian batas plastis
diperoleh indeks plastis (P) sebesar 15,33 dengan kadar air rata-rata 42,35%.
BAB V
PENGUJIAN BATAS SUSUT

A. Maksud :
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air pada batas
semi padat ke kadar padat yang disebut batas susut dan digunakan untuk
menentukan sifat-sifat tanah.

B. Alat-alat :
1. Prong plate
 Cawan porselen
 Monel dish
 Criztalising dish : - Dish (diameter 5 cm)
- Overflow dish (diameter 9 cm)
2. Spatula
3. Plat kaca
 Plat kaca tanpa jarum
 Plat kaca yang mempunyai 3 buah jarum/kaki (prong plate)
4. Gelas ukur
5. Timbangan
6. Air raksa
7. Oven

C. Benda uji :
Siapkan benda uji yang lolos saringan nomor 40 sebanyak 30 gram.

D. Prosedur percobaan :
1. Letakan tanah tersebut dalam porselen dish, tambahkan air sedikit demi
sedikit untuk mengisi seluruh pori-pori tanah. Jumlah air yang diperlukan
untuk mencapai konsistensi agar mudah diaduk kira-kira sedikit lebih
tinggi diatas penambahan air untuk pengujian batas cair.
2. Olesi bagian dalam monel dish dengan oli secara merata untuk mencegah
lekatan benda uji dengan monel dish.
3. Isi 1/3 bagian monel dish dengan pasta tanah yang telah dipersiapkan lalu
pinggir monel dish diketuk-ketuk ringan sehingga pasta tanah mengisi
rongga monel dish secara merata dan memadat. Lakukan hal yang sama
untuk lapisan berikutnya sehingga pasta tanah mengisi monel dish sampai
penuh dan padat serta tidak ada gelembung-gelembung udara yang
tertangkap.
4. Ratakan permukaan benda uji yang mengisi monel dish dengan spatula.
5. Timbang monel dish dan benda uji basah, keringkan di udara pada
temperatur ruang hingga nampak perubahan warna dari warna gelap ke
warna terang. Kemudian masukan ke dalam oven dengan temperatur
konstan yaitu 110  5C (230  9F) selama 24 jam.
6. Tentukan volume benda uji basah dengan cara sebagai berikut :
a. Tentukan berat monel dish kosong.
b. Letakkan monel dish di atas criztalising dish, isi monel dish dengan air
raksa sampai meluap, tekan permukaan monel dish dengan plat kaca
agar air raksa dapat mengisi seluruh volume monel dish.
c. Tentukan volume monel dish dengan menentukan berat air raksa yang
terdapat pada monel dish. Volume benda uji basah (V) sama dengan
volume monel dish.
7. Tentukan volume benda uji kering dengan cara sebagai berikut :
a. Tentukan berat criztalising dish dalam keadaan kosong.
b. Ulangi langkah prosedur nomor 6.b, buang air raksa yang melimpah
pada criztalising dish.
c. Masukkan benda uji yang sudah kering ke dalam monel dish yang
berisi air raksa, tekan dengan menggunakan plat kaca yang memiliki 3
jarum sampai benda uji tenggelam dan tidak nampak benda uji yang
seluruhnya oleh air raksa.
d. Catat berat air raksa yang tumpah pada criztalising dish. Berat air ini
menunjukan volume benda uji kering (V0).
E. Perhitungan :
1. Tentukan kadar air benda uji dengan menggunakan pengujian kadar air.
2. Tentukan volume benda uji basah maupun kering dengan cara sebagai
berikut :
Berat air raksa dalam monel dish
Volume benda uji basah (V ) =
a. Bj air raksa
Berat air raksa yang tumpah
Volume benda uji kering (V 0 ) =
b. Bj air raksa
3. penentuan batas susut dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

SL= w -
( V - V0
W0
x 100 %
)
dimana : SL = Batas susut.
w = Kadar air benda uji.
W0 = Berat benda uji kering.
V = Volume benda uji basah.
V0 = Volume benda uji kering.
TABEL PERCOBAAN BATAS SUSUT

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I


Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah
Tanggal : 09 Oktober 2022
Kelompok :1

1 Nomor Cawan A B
2 Berat Cawan Kosong 16,75 11,15
3 Berat Cawan + Tanah Basah 45,37 35,32
4 Berat Cawan + Tanah Kering 36,03 26,26
5 Berat Air 12,28 10,09
6 Berat Tanah Kering (Wo) 16,02 13,21
7 Kadar Air (w) 76,65 76,38
8 Isi Contoh Basah (V) 21,78 21,47
9 Isi Contoh Kering (Vo) 11,79 10.09
10 Batas Susut (SL) 47,79 65,79
11 Rata-rata 56,79
Percobaan
A B
Berat Air Raksa Dalam Monel Dish 255,25 216,65
Berat Air Raksa Yang Tumpah 144,89 102,00

Kesimpulan : Dari hasil percobaan pada praktikum untuk pengujian batas susutini
diperoleh:
- Rata-rata batas susut (SL) sebesar 56,79.
- Berat air raksa dalam monel dish pada percobaan A = 255,25 dan B = 216,65.
- Berat air raksa yang tumpah sebesar A = 144,89 mdan B = 102,00.
BAB VI
ANALISA UKURAN BUTIR TANAH

A. Maksud :
Maksud analisa ukuran butir tanah adalah untuk menentukan ukuran butir-
butir tanah dari suatu contoh tanah, untuk tanah yang ukuran butirannya lebih
dari 0,075 mm (tanah tertahan pada saringan nomor 200), pemeriksaan
dilakukan dengan analisa saringan 0,075 mm. Untuk tanah yang butirannya
lebih kecil dari 0,075 mm, pemeriksaannya dengan menggunakan cara
pengendapan (sedimentasi) di dalam hidrometer.

B. Alat-alat :
1. Saringan nomor 10, 16, 30, 50, 100 dan 200
2. Timbangan Ohaus dengan ketelitian 0,01 gram
3. Cawan porselen (mortar) dengan pastel
4. Alat pengaduk larutan tanah dalam air (mixer)
5. Gelas ukur dengan kapasitas 1000 cc
6. Hidrometer type ASTM 152 H
7. Stop watch (alat pengukur waktu)
8. Oven dengan suhu yang dapat diatur konstan
9. Desikator
10. Alat penjepit
11. Bahan dispersi
12. Air destilasi
13. Pipet
14. Termometer

C. Benda uji :
Contoh tanah yang dipakai dalam percobaan ini diambil tanah yang lolos
saringan nomor 10 dengan diameter 2 mm.
D. Prosedur percobaan ;
1. Contoh tanah yang dipakai kita saring dengan saringan nomor 10 sebanyak
100 gram.
2. Tanah yang telah kita saring dengan saringan nomor 10, kita masukan ke
dalam mangkok porselen (mortar) dan diberi air destilasi kemudian kita
biarkan selama  24 jam.
3. Tanah yang telah direndam tersebut kemudian kita aduk sampai rata,
kemudian kita biarkan selama 10 menit setelah itu masukan dalam tabung
adukan tanpa ada butir-nutir tanah yang tertinggal kemudian dimixer
selama  5 menit.
4. Tanah yangtelah dimixer kita masukan ke dalam gelas ukur yang
mempunyai kapasitas 1000 cc, kemudian kita tambah air destilasi sampai
1000 cc lalu dikocok selama  1 menit sampai tidak ada tanah yang
mengendap.
5. Kita ambil alat hidrometer kemudian kita masukan dalam gelas ukur,
kemudian kita catat :
 Pembacaan hidrometer dengan interval waktu :
0,5 ; 1; 2; 5; 16; 30; 50 dan 250 menit
 Pembacaan suhu ruangan dengan termometer pada saat pembacaan
6. Setelah pembacaan 250 menit, air yang didalam gelas ukur kita tuang ke
dalam saringannomor 200 dan tanah yang tertinggal di saringan nomor
200 dicuci dan kita taruh butir-butir tanah tersebut dalam cawan dan
kemudian kita oven dengan suhu 60  – 80  C selama 24 jam.
7. Setelah kita oven kemudian kita saring dengan saringan nomor 16, 30, 50,
100 dan 200, setelah itu kita timbang masing-masing tanah tersebut.
E. Perhitungan :
 Untuk analisa hidrometer :
1. Dihitung berat air (Ww)
Ww = W2 – W3
Dimana : W2 = Berat cawan + tanah basah
W3 = Berat cawan + tanah kering
Ww = Berat air
2. Dihitung berat tanah kering (Ws)
Ws = W3 – W1
Dimana : W1 = Berat cawan
W3 = Berat cawan + tanah kering
Ws = Berat tanah kering
3. Dihitung berat tanah kering oven (Wk)
100 . Wb
Wk = 100 + w
Dimana : Wb = Berat tanah basah
w = Kadar air rata-rata (tidak dalam persen)
4. Dihitung kadar air (w)
W 2 −W 3
x 100 %
w = W 3 - W1
Dimana : W1 = Berat cawan kosong
W2 = Berat cawan + tanah basah
W3 = Berat cawan + tanah kering
5. Dihitung pembacaan hidrometer (R)
R = R1 + k
Dimana : R1 = Pembacaan hidrometer saat pengukuran
k = Faktor koreksi, diambil dari tabel
6. Dihitung butiran diameter butiran dengan rumus :

D =
K
√ L
l
Dimana : D = Diameter ukuran butir
K = Konstanta yang harganya dipengaruhi oleh berat.
jenis butiran tanah dan suhu larutan, diambil dari
tabel.
l = Selang waktu pembacaan hidrometer.
L = Kedalaman efektif, diambil dari tabel.

7. Dihitung persen (%) dari banyaknya tiap-tiap ukuran butir (P)


(R . a)
x 100 %
P = Wk

Dimana : R = Pembacaan hidrometer (dari perhitungan nomor 5)


a = Faktor koreksi hidrometer diambil dari tabel
 Untuk analisa saringan.
1. Dihitung persen (%) yang lolos saringan.
Berat yang tertinggal pada saringan
x 100 %
= W k

2. dihitung persen (%) yang lolos saringan.


= 100 % - % yang tidak lolos saringan.
F. Tabel Konstanta (Nilai K) yang dipengaruhi oleh Berat jenistanah dan
suhu.

Temperatu
Berat Jenis Tanah
r
(ᵒC) 2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
16 0.0151 0.0148 0.0146 0.0144 0.0141 0.0139 0.0137 0.0136
17 0.0149 0.0146 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134
18 0.0148 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132
19 0.0145 0.0143 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0131
20 0.0143 0.0141 0.0139 0.0137 0.0134 0.0133 0.0131 0.0129
21 0.0141 0.0139 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127
22 0.0140 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0128 0.0126
23 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124
24 0.0137 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0125 0.0123
25 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0122
26 0.0131 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0124 0.0122 0.0120
27 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0119
28 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0123 0.0121 0.0119 0.0117
29 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0121 0.0120 0.0118 0.0116
30 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0118 0.0117 0.0115

Tabel Faktor Koreksi (a)


Faktor koreksi
BJ (a)
2.85 0.96
2.80 0.97
2.75 0.98
2.70 0.99
2.65 1.00
2.60 1.01
2.55 1.02
2.50 1.04

G. Tabel Kedalaman Efektif (L)


Kedalaman Pembacaa Kedalaman
Pembacaan efektif (L) n efektif (L)
0 16.3 31 11.2
1 16.1 32 11.1
2 16.0 33 10.9
3 15.8 34 10.7
4 15.6 35 10.5
5 15.5 36 10.4
6 15.3 37 10.2
7 15.2 38 10.1
8 15.0 39 9.9
9 14.8 40 9.7
10 14.7 41 9.6
11 14.5 42 9.4
12 14.3 43 9.2
13 14.2 44 9.1
14 14.0 45 8.9
15 13.8 46 8.8
16 13.7 47 8.6
17 13.5 48 8.4
18 13.3 49 8.3
19 13.2 50 8.1
20 13.0 51 7.9
21 12.9 52 7.8
22 12.7 53 7.6
23 12.5 54 7.4
24 12.4 55 7.3
25 12.2 56 7.1
26 12.0 57 7.0
27 11.9 58 6.8
28 11.7 59 6.6
29 11.5 60 6.5
30 11.4    

H.Tabel Nilai Koreksi (k)


SUHU 5 SAMPAI
(DERAJAT CELCIUS) GRAM/LITER
20 -0.5
21 -0.2
22 +0.2
23 +0.5
24 +0.8
25 +1.2
26 +1.5
27 +2.0
28 +2.4
29 +2.8
30 +3.2

ANALISA UKURAN BUTIR TANAH


1. Analisa Hidrometer

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I


- Jenis Hidrometer Yang Dipakai :152
- Berat Jenis Tanah :2,595
- Faktor Koreksi Hidrometer (a) :1,01

Waktu Pembacaan Suhu Pembacaan L K D P


Jam (l) Hidrometer Hidrometer (lihat (lihat L R.a
K . 100 %
(menit) R1 ( C) R = R1 + k tabel) tabel) l Wk
15.53 0,5 30 28 32,4 11,4 0.0126 0,0425 78,52
15.54 1 28 28 30,4 11,7 0.0126 0,0431 73,68
15.55 2 27 28 29,4 11,9 0.0126 0,0437 71,25
15.58 5 24 28 26,4 12,4 0.0126 0,0444 63,98
16.09 16 15 28 17,4 13,8 0.0126 0,0468 42,17
16.23 30 1 28 3,4 16,1 0.0126 0,0505 8,24
16.23 50 0 28 2,4 16,3 0.0126 0,0509 5,81
16.23 250 0 28 2,4 16,3 0.0126 0,0509 5,81

Wk = 41,672 gram.
2. Analisa Saringan

Berat yang % yang


Nomor Ukuran
tertinggal tertinggal Komulatif Komulatif
Saringa Butir
pada saringan pada saringan Tertinggal (%) Lolos (%)
n (mm)
(gr) (%)
16 1,190 8,06 18,25 18,25 32,25
30 0,590 15,26 32,25 50,5 22,71
50 0,297 8,68 22,71 73,21 17,26
100 0,149 6,12 17,26 90,47 6,98
200 0,074 2,85 6,98 97,45 2,55
Pan (sisa) 1,5 2,55 100 0
Jumlah 42,46 0

PEMERIKSAAN KADAR AIR


ANALISA UKURAN BUTIR TANAH LOLOS SARINGAN No. 10
PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I
Lokasi : LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Tanggal : 09 Oktober 2022
Kelompok :1

1 Nomor cawan     16 65
2 Berat cawan kosong W1 gr 11,36 10,65
3 Berat cawan + tanah basah W2 gr 48,57 49,00
4 Berat cawan + tanah kering W3 gr 39,16 40,26
5 Berat air W4 = (W2-W3) gr 9.41 8.74
6 Berat tanah kering W5 = (W3-W1) gr 27.8 29.61
w=
7 Kadar air % 33,84 29.52
(W 2−W 3)
x 100 %
(W 3−W 1)
8 Kadar air rata-rata % 31.68

Berat Tanah Basah (Wb) : 54,875gram


Kadar Air (w) Rata-rata : 31,68 %
Berat Tanah Kering Oven (Wk) : 41,672gram

Wk= = 41,672gram

Kesimpulan : Dari hasil analisa ukuran butir tanah yang lolos saringan no.10
sebesar 41,672 gram. Dengan berat tanah basar 54,875 gram dan kadar air rata-
rata 31,58%.
BAB VII
KEPADATAN TANAH DI LAPANGAN
DENGAN METODE KERUCUT PASIR (SAND CONE)

A. Maksud :
Untuk mendapatkan nilai kepadatan tanah di lapangan (d lapangan).
Dimana nilai ini dapat memberikan kesimpulan bahwa kepadatan tanah di
lapangan telah memenuhi syarat atau belum, yaitu dengan cara
membandingkan nilai tersebut dengan kepadatan maksimum yang dicapai di
laboratorium.

B. Alat-Alat :
1. Botol transparan
2. Corong (kerucut) logam dengan diameter dalam 16,5 cm
3. Plat dasar dengan lubang di tengahnya, berdiameter 16,5 cm
4. Pasir ottawa
5. Timbangan ohaus kecil dan timbangan ohaus besar
6. Oven pengering
7. Desikator
8. Cawan

C. Prosedur Percobaan :
A. Menentukan Berat Pasir Ottawa.
1. Timbang berat corong logam dan semua perlengkapannya (W1).
2. Letakkan corong dengan lubang diatas, tutup krannya lalu diisi dengan
air dan ditimbang (W2).
3. Volume corong = berat air = W2 – W1.
4. Bersihkan corong, tutup krannya lalu diisi dengan pasir ottawa lalu
ditimbang (W3).
5. Berat isi pasir (d pasir )
Berat pasir W 3 - W1
γ d= =
Volume pasir W 2 - W 1
B. Menentukan d di lapangan.
1. Siapkan permukaan tanah yang diuji dengan membuat rata permukaan
tanah tersebut.
2. Tempatkan plat dasar diatas permukaan tanah yang sudah rata dan
diberi tanda dengan hati-hati sesuai dengan diameter plat.
3. Angkat plat tersebut dan buat lubang pada tanda dengan hati-hati.
4. Tanah hasil galian ditimbang beratnya (W4) dan dicari kadar airnya (w)
di laboratorium.
5. Botol diisi dengan pasir ottawa, kemudian botol + pasir ottawa +
corong logam ditimbang, dan catat beratnya (W5)
6. Tempatkan secara terbalik botol + kerucut yang berisi pasir tadi diatas
lubang, kran dibuka, biarkan pasir mengalir sampai berhenti. Setelah
pasir berhenti mengalir kemudian kran ditutup.
7. Angkat botol, kemudian timbang botol + corong + sisa pasir dan catat
beratnya (W6).

D. Perhitungan :
A. Untuk mendapatkan harga d di lapangan caranya adalah dengan
menghitung :
1. Berat pasir dalam corong + lubang = W5 – W6
2. Berat pasir dalam corong = W3 – W1
3. Berat pasir dalam lubang (W7) = (W5 – W6) – (W3 – W1)
4. Volume tanah galian = volume pasir
W7
V = γd
5. Berat isi tanah
W4
b = V
6. Kadar air dicari di laboratorium = w %
7. Berat isi kering tanah
100 . γ b
d = 100 + w
B. Mencari harga derajat kepadatan (Relative Compaction) = R
γ d lapangan
x 100 %
R = γ d maks. lab
Harga R harus mencapai 90 % sampai 100 %.

Yd maks.lab : (yd Rata-rata Standar Proctor)


Yd Standar proctor = 0,94 + 1,02 + 1,12 + 1,07 + 1,15
5
= 1,06
TABEL PEMERIKSAAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN SAND
CONE

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I


Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah
Tanggal : 09 Oktober 2022
Kelompok : 1

1 Nomor Titik / S.T.A      


2 Berat Corong Logam W1 gram 510
3 Berat Corong Logam + Air W2 gram 1475
4 Berat Corong Logam + Pasir W3 gram 1980

(W3-W1)
5 ɣd Pasir gr/cmᶾ 1,52
(W2-W1) 

6 Berat pasir + Botol + Corong W5 gram 7825


7 Berat Sisa Pasir + Botol + Corong W6 gram 3515
8 Berat Pasir Dalam Corong + Lubang (W5-W6) gram 3578
9 Berat Pasir Dalam Corong (W3-W1) gram 1470
(W5-W6) – (W3-
10 Berat Pasir Dalam Lubang (W7) 2108
W1) gram

V = __W7__
11 Volume Tanah/Pasir Dalam Lubang cmᶾ 1386,84
yd Pasir

12 Berat Tanah Basah W4 gram 3311

ɣb =__W4__
13 Berat Isi Tanah Basah gr/cmᶾ 2,38
V

14 Kadar Air w % 27,6

ɣd =100.yb
15 Berat Isi Kering gr/cmᶾ 28,61
100+w

γ d lap
16 Derajat Kepadatan R= x 100 % % 26,99
γ d maks. lab.
TABEL PEMERIKSAAN KADAR AIR SAND CONE

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH I


Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah
Tanggal : 09 Oktober 2022
Kelompok :1

1 Nomor cawan 51 61
2 Berat cawan kosong W1 gram 10,39 10,15
3 Berat cawan + Tanah Basah W2 gram 79,00 76,70
4 Berat cawan + Tanah Kering W3 gram 66,39 58,73
5 Berat Air (w2-W3) gram 12,61 17,97
6 Berat Tanah Kering (W3-W1) gram 56 49,58

(w2-w3) x100%
7 Kadar Air (w)%
(w3-w1)
22,58 36,24

8 Kadar Air Rata-rata(%) 29,41

Kesimpulan : Dari hasil penelitian untuk mengetahui kepadatan tanah di lapangan


diperoleh kadar air rata-rata sebesar 29,41.

BAB VIII
PEMADATAN TANAH
A. Maksud :
Maksud pemadatan tanah adalah untuk menentukan kadar air
optimum yang diperlukan untuk mendapatkan kepadatan tanah yang
maksimum.

B. Alat-alat :
1. Alat penumbuk (hammer) dengan berat 2,5 kg dengan ketinggian alat
ketika dilepas 30,48 cm
2. Dongkrak
3. Silinder pemadatan yang terdiri atas silinder utama dan silinder
sambungan, yang dapat dilepas. Silinder utama tersebut disebut mold dan
silinder sambungan disebut extensio dan keseluruhan dari alat itu disebut
proctor.
4. Saringan nomor 4
5. Nampan
6. Pisau perata
7. Kuas
8. Oven dengan suhu konstan 600 C – 800 C
9. Alat semprot
10. Sendok tanah
11. Gelas ukur
12. Air destilasi
13. Minyak pelumas
14. Cawan logam
15. Kertas filter
16. Desikator
17. Penjepit
18. Timbangan Ohaus dengan ketelitian sampai 0,01 gram
C. Benda Uji :
Benda uji adalah tanah yang telah lolos saringan nomor 4. Untuk tiap
percobaan digunakan tanah sebanyak ± 2,5 kg.

D. Prosedur Percobaan :
1. Silinder proctor dan penumbuk dibersihkan kemudian bagian mold
ditimbang dan catat beratnya (Wm)
2. Bagian dalam silinder dan hammer diolesi pelumas agar tanah tidak
melekat pada waktu pengukuran.
3. Masing-masing bagian tanah dipadatkan dengan kadar air yang berbeda :
a. Bagian tanah yang pertama ditambah air sebanyak 0 % berarti
kadar air yang digunakan adalah kadar air asli.
b. Bagian tanah yang kedua ditambah 2 % air, pemberian air
dilakukan dengan cara tanah digelar diatas nampan kemudian
sambil diaduk dengan sendok tanah, disemprotkan air melalui
sprayer sebanyak ± 50 cc.
c. Bagian tanah yang ketiga ditambah air sebanyak 4 %, pemberian
air sama seperti langkah kedua, sebanyak air destilasi ± 90 cc.
d. Bagian tanah yang keempat ditambah air sebanyak 6 %, pemberian
air sama seperti sebelumnya, sebanyak air destilasi ± 130 cc.
e. Bagian tanah yang kelima ditambah air sebanyak 8 %, pemberian
air sama seperti sebelumnya, sebanyak air destilasi ± 170 cc.
4. Setiap bagian tanah yang dipadatkan dengan kadar air seperti nomor 3,
dibagi menjadi tiga bagian untuk dijadikan lapisan-lapisan pemadatan.
5. Tanah dipadatkan dengan silinder dengan alat penumbuk selapis demi
selapis, sebelum diberi lapisan berikutnya, terlebih dahulu lapisan
dibawahnya digaris-garis (digurat dengan pisau), hal ini dilakukan agar
kedua lapisan saling melekat.
6. Setelah selesai pemadatan pada lapisan ketiga silinder sambungan dilepas
kemudian tanah padat dalam mold dipotong rata setinggi mold, lalu mold
yang berisi tanah ditimbang dan dicatat beratnya (W).

7. Dibuat grafik yang menggambarkan hubungan antara berat isi kering


dengan kadar air dimana sumbu tegak menunjukkan berat isi kering,
sedang sumbu mendatar menunjukkan kadar air dalam %. Dari grafik yang
diperoleh dapat dicari kadar air optimum dengan menarik garis tegak dari
berat isi kering maksimum dan menarik garis mendatar dari puncak
lengkung grafik.
E. Perhitungan :
1. Mencari berat air ( Ww )
Ww = W2 – W3
Dimana : W2 = Berat cawan + Tanah basah
W3 = Berat cawan + Tanah kering
2. Mencari berat butir tanah kering (Ws)
Ws = W3 – W1
Dimana : W1 = Berat cawan kosong
3. Kadar air (w)
W 2−W 3
x100 %
w = W 3−W 1
4. Berat tanah padat
Wb = W – Wm
Dimana : W = Berat mold + Tanah padat
Wm = Berat tanah mold
5. Berat isi basah (γb ) dari tiap-tiap percobaan
Wb
γb = V
Dimana : Wb = Berat tanah padat
V = Volume mold
6. Berat isi kering (γd)
100 . γb
x 100 %
γd = 100+w
Dimana : γb = Berat isi basah
γd = Berat isi kering
w = Kadar air (tidak dalam %)
7. Dibuat grafik yang menggambarkan hubungan antara berat isi kering dengan
kadar air dimana sumbu tegak menunjukkan berat isi kering, sedang sumbu
mendatar menunjukkan kadar air dalam %. Dari grafik yang diperoleh dapat
dicari kadar air optimum dengan menarik garis tegak dari berat isi kering
maksimum dan menarik garis mendatar dari puncak lengkung grafik.

Anda mungkin juga menyukai