Anda di halaman 1dari 40

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP

OPERASIONAL WADUK CASCADE BATUJAI-PENGGA


DI DAS DODOKAN WS LOMBOK

Proposal Tesis

Disusun oleh :
IDA BAGUS SUBRATA
I2I 018 006

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan iklim (climate change) merupakan isu yang sangat sering
diperbincangan di tingkat dunia saat ini. Perubahan Iklim ini bisa berdampak
yang mengakibatkan kelebihan air (banjir) maupun kekeurangan air (kekeringan).
Perubahan iklim merupakan perubahan baik pola maupun intensitas unsur iklim
pada waktu tertentu. Lebih sering terjadinya kejadian cuaca ekstrim,
menyebabkan berubahnya pola musim dan peningkatan luasan daerah rawan
kekeringan (Irvani H, 2013). Perubahan iklim merupakan perubahan pada
komponen iklim yaitu suhu, curah hujan, kelembaban, evaporasi, arah dan
kecepatan angin, serta kondisi awan. Perubahan iklim dapat menyebabkan
terjadinya pergeseran musim.
Wilayah Sungai (WS) Lombok adalah WS Strategis Nasional berdasarkan
PermenPUPR No. 4 tahun 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.
WS Lombk terdiri dari 197 DAS (Daerah Aliran Sungai) dengan 52 DAS
diantaranya merupakan DAS Utilitas. DAS Dodokan merupakan salah satu DAS
di WS Lombok yang merupakan DAS terbesar di WS Lombok dengan Luas DAS
261.52 km2. Selain itu DAS Dodokan merupakan DAS dengan pemanfaatan air
terbesar yang ditunjukkan dengan jumlah Infrastruktur Sumber Daya Air
sebanyak 82 Bangunan dimana diantaranya adalah 2 Bendungan yaitu Bendungan
Batujai dan Pengga (BWS NT 1).
Waduk merupakan tampungan air buatan untuk menampung kelebihan air
pada musim hujan dan mempergunakannya pada musim kemarau. Pengoperasian
waduk merupakan suatu sistem, dengan sub-sistem ketersediaan air untuk
berbagai kebutuhan air di hilir dan juga menentukan seberapa besar manfaat
waduk yang akan diperoleh (Hatmoko, 2015). Bijak dalam mengoperasikan
waduk bertujuan untuk meminimalisir kekurangan air yang biasanya terjadi pada
musim kemarau dan kelebihan air pada musim hujan di suatu daerah (Hong,
2014). Selain itu, juga dapat memaksimalkan manfaat ekonomi kepada
masyarakat (Sui, 2013). Pengoperasian suatu waduk dapat diklasifikasikan dalam
dua kelompok yaitu model simulasi dan optimasi, walaupun banyak model
optimasi meliputi simulasi (Wurbs, 2005). Kedua praktek tersebut menjadi
pendukung keputusan untuk mengembangkan peraturan operasi waduk untuk
sistem pengelolaan air waduk tunggal atau multi guna. Model tersebut bertujuan
untuk mengoptimalkan alokasi air kepada pengguna dan meminimalkan risiko
seperti kekurangan air, banjir atau dampak lingkungan. Persamaan yang
digunakan adalah keseimbangan air (Wurbs, 1993). Kemajuan penelitian tentang
pemodelan/simulasi operasi waduk saat ini fokus pada pengendalian banjir,
pasokan air ke rumah tangga, dan tenaga air. Sedangkan penelitian untuk irigasi
lebih sedikit karena
Bendungan adalah salah satu langkah dalam mengatasi permasalahan
kekeringan maupun kelebihan air. Bendungan memiliki manfaat berupa dapat
menyimpan air yang berlebih pada saat musim hujan dan memanfaatkan air
tersebut pada musim kemarau. Fungsi waduk pada umumnya yaitu sebagai air
baku, irigasi, PLTMH, maupun meruduksi banjir (BWS NT, 2020). Bendungan
Batujai dan Pengga merupakan 2 Bendungan yang berada di DAS Dodokan.
Bendungan Batujai memiliki volume tampungan 25 Juta m3 dengan luas layanan
irigasi yaitu 3.350 Ha, sedangakan Bendungan Pengga memiliki volume
tampungan 27 Juta m3 dengan luas layanan irigasi yaitu 3.585 Ha (BWS NT1,
2020).
Oleh Sebab itu penulis mengambil judul penelitian yaitu “Analisis
pengaruh perubahan iklim terhadap operasional waduk cascade Batujai-
Pengga di DAS Dodokan WS Lombok”. Yang hasil penelitian ini akan
menunjang dalam Pengelolaan DAS di WS Lombok dalam hal operasional
maupun perencanaan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pola perubahan iklim pada curah hujan yang terjadi di
Cacthment Area Bendungan Batujai-Pengga DAS Dodokan WS Lombok ?
2. Bagaimana kondisi pola operasional Bendungan Batujai - Pengga DAS
Dodokan WS Lombok pada waktu sebelum dan sesudah perubahan iklim ?
3. Bagaimana kondisi Pemberian air dan Pola Tanam pada Daerah Irigasi
Layanan Bendungan Batujai – Pengga DAS Dodokan WS Lombok akibat
perubahan iklim ?

1.3 Tujuan Penelitian


Terkait dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pola perubahan iklim pada curah hujan yang terjadi di
Cacthment Area Bendungan Batujai-Pengga DAS Dodokan WS Lombok ?
2. Mengetahui kondisi pola operasional Bendungan Batujai - Pengga DAS
Dodokan WS Lombok pada waktu sebelum dan sesudah perubahan iklim ?
3. Mengetahui kondisi Pemberian air dan Pola Tanam pada Daerah Irigasi
Layanan Bendungan Batujai – Pengga DAS Dodokan WS Lombok akibat
perubahan iklim ?

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Membantu memberikan masukan terhadap operasional bendungan Batujai
dan Pengga akan terjadinya perubahan iklim.
2. Membantu perencanaan di bidang Sumber Daya Air terkait Bendungan di
Wilayah Sungai (WS) Lombok.

1.5 Batasan Masalah


Lingkup/batasan dari penelitian ini adalah:
1. Data curah hujan yang digunakan adalah data stasiun hujan dari 17 Stasiun
ARR (Automatic Rainfall Recorder) yang dikelola oleh Balai Wilayah
Sungai – Nusa Tenggara I (BWS NT I).
2. Data Evaporasi yang digunakan adalah data stasiun iklim dari 5 Stasiun CR
(Climate Recorder) yang dikelola oleh Balai Wilayah Sungai – Nusa
Tenggara I (BWS NT 1)
3. Data fisik berupa Peta Daerah Aliran Sungai (DAS), Peta Cacthment Area,
Peta Tata Guna lahan, Layer Kontur, Layer sungai di dapat dari Balai
Wilayah Sungai – Nusa Tenggara I (BWS NT I).
4. Data teknik Bendungan Batujai dan Pengga yang digunakan merupakan data
bendungan yang dikelola oleh Balai Wilayah Sungai – Nusa Tenggara I
(BWS NT I).
5. Data Operasional Bendungan Batujai dan Pengga digunakan merupakan
data bendungan yang dikelola oleh Balai Wilayah Sungai – Nusa Tenggara I
(BWS NT I).
6. Perubahan Tampungan Akibat sedimentasi diabaikan. Hal Ini dikarenakan
Fokus penelitian ini adalah Perubahan Iklim.
7. Metode Perhitungan Ketersediaan air yang digunakan adalah Model Rain
Run (Mock).
8. Metode Perhitungan Kebutuhan air yang digunakan adalah Net Field
Requirement (NFR).
9. Perhitungan menggunakan Software Microsoft Excel 2019.
10. Pemetaaan menggunakan Software ArcGIS.

1.6 Keaslian Penelitian


Studi ini belum pernah dilakukan sama sekali baik berupa review dari studi
terdahulu atau studi sejenis dari tahun 2002-2019. Oleh karena itu dijamin
keasliannya. Studi ini melakukan pengolahan data yang diperoleh dari Balai
Wilayah Sungai - Nusa Tenggara I.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Subagyono, K (2007) dalam penelitiannya mendapatkan hasil yaitu
Perubahan iklim baik globar maupun regional berpengaruh pada kondisi iklim
indonesia yang berdampak pada sektor Pertanian salah satunya. Perimbangan
antara ketersediaan air dan kebutuhan air harus ditetapkan demi menjamin
keberlanjutan pemanfaatan air. Selanjutnya Irvani, H (2014) dalam penelitannya
mendapatkan hasil yaitu Perubahan iklim di Waduk sutami dimana di tandai dari
kebjikan lepasan waduk optimal mengalami perubahan. Kebijakan lepasan
optimal menujukan sebelum perubahn iklim kebijakan lepasan masih dalam
kondisi yang baik sedangkan setelah perubahan iklim kebijakan lepasan
mengalami perubahan kebijakan dimana telah terjadi pergeseran musim basah dan
musim kering yang menyebabkan debit yang masuk ke waduk sutami mengalai
perubahan dari yang diharapkan. Kemudian Hutagalung (2015) dalam penelitian
mendapatkan hasil bahwa Pemanfaatan Waduk Kedung Ombo (WKO) sebagai
waduk multiguna ternyata masih belum optimal. Hal ini ditandai dengan
terjadinya kekurangan air di hilir pada musim kering dan air melimpas pada
musim kemarau.
Supatmanto (2015) dalam penelitiannya mendapatkan hasil yaitu nilai-nilai
limpasan dan hasil air yang bervariasi berdasarkan perubahan iklim. Peningkatan
curah hujan sebesar 10% akan meningkatkan nilai aliran permukaan sebesar
21.28-41.16 % sedangkan penurunan curah hujan sebesar 15% menurunkan aliran
permukaan sebesar 29.16 – 48.55% sehingga perlu adanya suatu usaha untuk
adaptasi perubahan iklim yang terjadi sehingga kerusakan dapat diminimalisis.
Kemudian Mayasari, R (2016) dalam penelitiannya tentang pengaruh anomali
cuaca akibat efek perubahan iklim pada air masuk waduk saguling. Didapatkan
hasil yaitu bentuk grafik debit air masuk rata-rata bulanan waduk saguling selama
15 tahun (2002 hingga 2016) terjadi beberapa perbedaan pola air yang diakibatkan
oleh anomali cuaca yang terjadi.
Wakidi (2017) dalam penelitiannya mendapatkan hasil yaitu perubahan
iklim sangat signifikan mempengaruhi laju sedimentasi Bendungan Batujai
dimana pada tahun 1982 sampai tahun 2015 volume sedimen rerata sebesar
41.118 m3 dan pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2048 volume sedimen
rerata sebesar 68 872 m3. Kemudian Kafiansyah (2017) dalam penelitiannya pada
waduk Pandanduri mendapatkah hasil yaitu Faktor K = 100%, waduk tidak
mampu memaksimalkan CI tiap DI dan frekwensi distribusi air adalah tidak
terdistribusi. Hasil CI Optimal K dengan kombinasi terbaik adalah DI Pandanduri
= 289%, DI Swangi = 167%, DI Rere Penembem = 246% dan dV=67% serta
frekwensi distribusi air adalah terdistribusi. Selanjutnya Noviadi (2019) dalam
penelitiannya mendapatkan hasil bahwa Perubahan debit atau Iklim dapat
menyebabkan kerusakan kondisi sungai. Sehingga hal ini perlu dilakukan kajian
lebih lanjut.

2.2 Curah Hujan


Secara umum, hujan merupakan sumber air utama dan menentukan pola
perubahan kondisi air tanah, khususnya pada lahan tadah hujan dan pertanian
lahan kering. Air merupakan unsur utama yang menentukan produktivitas
tanaman. Kekurangan dan kelebihan air akan berpengaruh besar pada tingkat
produktivitas. Hujan yang kurang musim akan menimbulkan cekaman air bagi
tanaman dan bisa berakibat pada terganggunya pertumbuhan dan perkembangan
akar, pembungaan, penyerbukan dan pengisian biji sehingga hasil akan turun.
Kelebihan hujan juga bisa berakibat sama, menyebabkan banjir di lahan dan
mengganggu pertumbuhan tanaman, hujan yang berkepanjangan selama
pembungaan juga bisa menganggu: penyerbukan, pembentukan dan pengisian biji,
berkembangnya hama dan penyakit, menganggu operasi lapangan seperti
penyiapan lahan, pembajakan, pemanenan, pengolahan pasca panen, dan lain-lain.
Curah Hujan yang digunakan pada penelitian ini adalah curah hujan 10 tahun
(2009-2018).

a. Hujan Probabilitas
Menurut Triatmodjo (2008), periode ulang (return period) didefinisikan
sebagai waktu hipotetik dimana debit atau hujan dengan suatu besaran tertentu
(XT) akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut.
Berdasarkan data debit atau hujan untuk beberapa tahun pengamatan dapat
diperkirakan debit/hujan yang diharapkan disamai atau dilampaui satu kali dalam
T tahun; dan debit/hujan tersebut dikenal sebagai debit/hujan dengan periode
ulang T tahun atau debit/hujan T Tahunan.
Untuk mencari probabilitas dapat menggunakan persamaan weibull, yaitu :
P = m / (n+1)
sedangkan periode ulang dapat dicari dengan
Tr = 1/p
dengan m = nomor urut peringkat data setelah diurutkan dari besar ke kecil, n =
banyaknya data atau jumlah kejadian, P = probabilitas, Tr = periode ulang.
Dalam perhitungan hidrologi terdapat 3 Probabilitas yang sering
digunakan yaitu: Probabilitas dry (keandalan 80%) probabilitas normal (keandalan
50%) dan Probabilitas wet (keandalan 20%).

b. Curah Hujan Wilayah


Untuk mengetahui stasiun curah hujan mana yang mempengaruhi suatu
cacthment Area atau Daerah aliran sungai (DAS) makan digunakan metode
Poligon Thiesen. Rata-rata terbobot (Weighted average) masing-masing stasiun
hujan ditentaukan luas daerah pengaruhnya berdasarkan poligon yang dibentuk
(menggambarkan garis-garis sumbu pada garis-garis penghubung antara dua
stasiun hujan yang berdekatan) (Ningsih, 2012).
Cara ini diperoleh dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus
pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap
stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu poligon tertentu An. Dengan
menghitung perbandingan luas untuk setiap stasiun yang besarnya = An / A,
deimana A adalah luas daerah penampungan atau jumlah luas seluruh areal yang
dicari tinggi curah hujannya. Curah hujan rata-rata diperoleh denga cara
menjumlahkan pada masing-masing penakar yang mempunyai daerah pengaruh
yang dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap
garis penghubung antara dua pos penakar (Ningsih, 2012).
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
A 1 x d 1+ A 2 x d 2+ A 3 x d 3+ … … … An x dn ∑ Ai x di
d= =
A A
Dengan:
A = Luas areal (km2)
d = Tinggi curah hujan rata-rata areal
d1, d2, d3, ….. dn = Tinggi curah hujan di stasiun 1, 2, 3 , … n
A1, A2, A3, ….. An = Luas daerah pengaruh stasiun 1, 2, 3, …..n

Gamb ar 3.6. Sketsa metode Polygon Thiesen

c. Awal dan Sifat Musim Hujan (AMH) BMKG


Awal Musim Hujan ditetapkan berdasarkan jumlah Curah Hujan dalam satu
dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 mm dan diikuti oleh beberapa dasarian
berikutnya. Sedangkan sifat musim hujan adalah perbandingan antara jumlah
curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari
bulan tersebut pada suatu daerah (BMKG dalam Noviadi, 2019). Sifat Hujan
dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria yaitu Atas Normal (AN), Normal (N) dan Bawah
Normal (BN).
2.3 Ketersediaan air (F.J Mock)
Model F.J Mock merupakan analisis yang menghitung besaran ketersediaan
air (QA) dari data hujan, misal isohyet. Berikut adalah tahapan F.J Mock
(Kafiansyah, 2017) :
a. Penentuan awal musim hujan (AMH) berdasarkan BMKG (ZOM) dan
jumlah hari dalam periode (n).
b. Hujan wilayah (isohyet) untuk Cacthment Area Bendungan Batujai-Pengga.
c. Menghitung evapotranspirasi standar (Eto), dengan persamaan:
Eto = Kp x Ep
Dengan:
Eto = Evapotranspirasi standar (mm/hari)
Kp = Koefisien panci kelas A (0,80)
Ep = Evaporasi panci (mm/hari)
d. Nilai koefisien bulan basah atau nilai exposed surface (m)
e. Menghitung nilai evapotranspirasi aktual (ETa) tiap periode dengan
persamaan:
ETa = n x Eto x m
Dengan:
ETa = Evapotranspirasi aktual (mm)
n = Jumlah hari dalam periode (hari)
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
m = Koefisien exposed surface
f. Menghitung volume air dalam tanah dengan prinsip keseimbangan air,
g. Nilai kelebihan air (WS) merupakan selisih dari V cal t – V end,
h. Nilai infiltrasi (I) adalah nilai koefisien Infiltrasi (CI) yang dikalikan dengan
nilai WS.
i. Menghitung nilai simpanan air tanah (Vn) dengan persamaan:
Vn t = (0.5 x I + K x I t-1) + (K x V n t-1)
Dengan :
K = Koefisien resesi tanah
I = Nilai infiltarasi pada periode ke -t (mm)
Vn t-1 = Nilai simpanan air tanah pada periode t-1 (mm)
j. Nilai aliran dasar (B) atau baseflow dihitung dengan persamaan:
Bt = It – ΔVnt
ΔVnt = Vn t – Vn t-1
Dengan :
Bt = Baseflow pada periode ke-t (mm)
It = Infiltrasi pada periode ke-t (mm)
ΔVnt = Selisih simpanan air tanah (mm)
k. Direct run off (DRO) atau limpasan permukaan langsung adalah selisih dari
WS dengan I pada periode ke – t,
l. Run off (RO) atau limpasan permukaan adalah jumlah dari BF dan DRO
m. Debit yang tersedia (QA) adalah:
QA = (RO t x A) /n
Dengan:
QA = Debit tersedia (lt/dt)
Rot = Aliran air diatas permukaan pada periode ke-t (m)
A = Luas daerah tinjauan (m2)
n = Jumlah hari dalam periode.

2.4 Kebutuhan air irigasi


Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai kebutuhan air irigasi
maksimum (QD Max) dan kebutuhan air tanaman (NFR), sesuai KP-02 (2013):
NFR
QD max = x AC
8.64 x e
Dengan:
QD max = Kebutuhan air irigasi (lt/dt)
AC = Areal tanam (m2)
NFR = Kebutuhan air di sawah (mm/hari)
ETc = Kebutuhan air tanaman (Consumptive use), mm/hari
WLR = Pergantian lapisan air (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
Re = Curah hjan efektif (mm/hari)

2.5 Data Teknis Bendungan Batujai dan Bendungan Pengga DAS Dodokan
WS Lombok
2.5.1 Data Teknis Bendungan Batujai
Sumber air / sungai utama dari Waduk batujai adalah sungai penujak, yang
mengalir dari kaki Gunung Kendo ke arah selatan menuju Kota Praya dan
bermuaara di waduk Batujai ±3 km kearah selatan kota Praya. Sungai penujak ini
mempunyai karakteristik debit sungai yang perbedaaanya cukup besar antara
musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan debit rata-rata bulanannya dapat
mencapat puluhan meter kubik perdetik sehingga merupakan potensi yang
terbuang percuma kelaut, sedangkan dimusim kemarau debit rata-rata bulanannya
dapat mencapai 0,1 m3/det atau bahkan bisa kurang. Fungsi dan manfaat
bendungan batujai adalah: Sebagai layanan air irigasi seluas 3.350 hektar,
pengendali banjir hingga 568 m3/det, perikanan darat, penyediaan air minum (air
baku) dan pengembangan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) (BWS NTI, 2017). Lokasi dan data teknis Bendungan adalah sebagai
berikut:
 Desa/Kecamatan : Batujai/ Praya Barat
 Kabupaten : Lombok Tengah
 Provinsi : Nusa Tenggara Barat
 Sungai : Penujak
 Volume Tampungan Bruto : 25.000.000 m3
 Volume Tampungan Efektif : 23.500.000 m3
 Volume Tampungan Mati : 1.500.000 m3

Gambar 3.6. Dokumentasi Bendungan Batujai (Sumber: BWSNT1, 2020)

3.1.1 Data Teknis Bendungan Pengga


Sumber / Sungai utama dari waduk pengga adalah sungai penujak, yang
merupakan limpasan dari Waduk Batujai (sistem interkoneksi di Pulau Lombok),
sungai penujak ini mengalir dari kaki Gunung Kendo ke arah selatan menuju kota
Praya dan bermuara di Waduk Batujai, selanjutnya limpasan waduk ini
menelusuri alur sungai penujak yang akhirnya bermuara di waduk Pengga. Fungsi
dan manfaat dari bendungan pengga adalah: Sebagai Layanan air irigasi seluas
3.585 Hektare, pengendali banjir hingga 750 m3/det, pembangkit listrik tenaga
mikro hidro sebesar 400 kVA, Penyediaan air baku penduduk dan Perikanan darat
serta pariwisata. Lokasi dan data teknis Bendungan adalah sebagai berikut:
 Desa/Kecamatan : Plambik/ Praya Barat Daya
 Kabupaten : Lombok Tengah
 Provinsi : Nusa Tenggara Barat
 Sungai : Penujak
 Volume Tampungan Bruto : 27.000.000 m3
 Volume Tampungan Efektif : 21.000.000 m3
 Volume Tampungan Mati : 6.000.000 m3

Gambar 3.7. Dokumentasi Bendungan Pengga (Sumber: BWSNT1, 2020)

3.1.2 Zona Tampungan Waduk


Gambar 3.8 Zona Tampungan Waduk
Bagian-bagian tampungan waduk:
- Tampungan Mati (Dead Storage)
Volume tampungan untuk menampung endapan sedimen yang masuk ke
waduk. Volume dead Storage menjadi indikator umur pelayanan waduk (design
life).
- Tampungan efektif (Conservation Zone)
Volume tampungan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air
berdasarkan nilai kumulatif defisit air.
- Tampungan pengendali banjir (Flood Control Storage)
Volume untuk menampung sementara tampungan banjir, sesuai dengan
tingkat peredaman debit banjir yang diinginkan (hasil analisis floud routing).

2.6 Kehilangan air waduk


Sesuai wilson (1993) dan Hadisusanto (2010), berikut adalah rumus metode
Penman modifikasi:
ETo = c x [W x Rn + (1-w) x f (u) x (ea – ed) ]
Dengan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
c = angka koreksi
W = Faktor Pembobot
Rn = Energi radiasi (mm/hari)
f (u) = Fungsi kecepatan angin (m/dt)
es = Tekanan uap jenuh (mbar)
ea = Tekanan uap nyata (mbar)

Dalam Sosrodarsono (1989) memperkitrakan kapasitas filtrasi yang terjadi


di tubuh bendungan maka digunakan persamaan-persamaan sebagai berikut untuk
perhitungan garis depresi dan trayektori jaringan aliran atau flownet.
2.7 Rule Curve Waduk
Rule Curve adalah ilmu yang menunjukan keadaan waduk pada akhir
periode pengoperasian yang harus dicapai pada suatu nilai outflow tertentu (Mc.
Mahon, 1978). Rule Curve pengoperasian waduk adalah kurva atau grafik yang
menunjukan hubungan antara elevasi muka air waduk, debit outflow dan waktu
satu tahun (Indrakarya, 1993). Rule curve ini digunakan sebagai pedoman
pengoperasian waduk dalam menentukan pelepasan yang diijinkan dan sebagai
harapan memenuhi kebutuhan. Pada aturan perasi reservoir dimana lepasan
berdasarkan status tampungan waduk, maka dilakukan pembatasan terhadap
lepasan apabila tampunga n waduk menurun besarnya (Nuramini, 2017)..

2.8 Lengkung Kapasitas Waduk


Lengkung kapasitas waduk diperlukan untuk menentukan volume total
waduk berdasarkan pada data topografi yang ada. Lengkung kapasitas waduk
merupakan grafik yang menghubungkan luas daerah genangan dengan volume
tampungan terhadap elevasinya. Berhubung fungsi utama waduk adalah untuk
menyediakan tampungan, maka ciri fisik utama yang terpenting adalah kapasitas
tampungan. Hubungan antara luas genangan, volume waduk terhadap
kedalamannya disajikan pada kurva lengkung kapasitas waduk seperti gambar
(Nuramini, 2017).
Gambar 3.9 Grafik Lengkung Kapasitas Waduk

2.9 Analisis Perubahahn Iklim Menggunakan Analisis Trend


Analisis trend adalah suatu analisis yang menggambarkan atau menunjukan
perubahan rata-rata suatu variabel tertentu dari waktu kewaktu. Analisis ini
dipengaruhi oleh Time Series Data dari Variable tertentu (Ridhoningsih, 2017).
Perubahan Rata-rata variable yang mengalami kencenderungan penurunan nilai
disebut trend negatif, sebaliknya bila perubahan rata-rata suatu variabel yang
mengalami peningkatan nilai disebut trend Positif. Uji yang digunakan adalah
analisis Regresi Klasi yaitu kumpulan teknik statistika untuk memeodelkan dan
menyelidiki hubungan antara sebuah variabel terikat misalkan y sebuah
himpunan varibael bebeas atau penjelas. X1, X2, X3,…. XK. Secara umum model
regresi linear dapat dimodelkan sebagai berikut:
k
Yt = β + ∑ β j X i j +¿ ¿εi
j=1

Dengan 𝑦𝑖 adalah variabel tak bebas untuk pegamatan ke-i untuk 𝑖 = 1,2,, 𝑛
dan 𝛽0, 𝛽1, 𝛽2, … 𝛽𝑘 adalah parameter atau koefisien regresi, 𝑥𝑖1, 𝑥𝑖2, … , 𝑥𝑖𝑘
adalah variabel bebas atau predictor, dan 𝜀𝑖 = galat yang bersifat acak dan saling
bebas yang menyebar normal (𝜀𝑖~𝑁(0, 𝜎)) serta 𝑖 = 1,2, … , 𝑛 (Djuraidah dalam
Ridhoningsih, 2017).

2.10 Analisis Solver pada Microsoft Excel


Solver adalah sebuah add-in optimasi numerik yang berguna sebagai
optimasi numerik. Yang menjalankan perintah “bagaimana-jika”. Dengan Solver
maka variabel yang dicari dapa diselesaikan baik nilai maksimum dan minimum.
Solver merupakan salah satu fasilitas tambahan/optional (add-in) yang disediakan
oleh Microsoft Excel yang berfungsi untuk mencari nilai optimal suatu formula
pada satu sel saja (yang biasa disebut sebagai sel target) pada worksheet/lembar
kerja. Microsoft Excel. Solver mengkombinasikan fungsi dari suatu Graphical
User Interface (GUI) (Djamaris, 2018).
Gambar 3.10 Tools Solver pada Lembar Kerja Microsoft Excel 2019

Gambar 3.10 Kotak Pengisian Tools Solver pada Lembar Kerja


Microsoft Excel 2019
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


3.1.1 Wilayah Sungai (WS) Lombok
Lokasi daerah studi penelitian yang digunakan adalah DAS Dodokan yang
terletak di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur dan Kabupaten Lombok
Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat Wilayah Sungai (WS) Lombok
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia No.04/PRT/M/2015 Tahun 2015 merupakan Wilayah Sungai
Strategis Nasional dengan jumlah daerah aliran sungai sebanyak 197 (seratus
sembilan puluh tujuh) Daerah Aliran Sungai (DAS). Total luas WS Lombok
4.560,50 km2 dengan variasi luas DAS terkecil 0,47 km2 (DAS Sentelik) dan
terbesar 578,62 km2 (DAS Dodokan).
Lokasi penelitian ini terletak pada Bendungan Batujai dan Bendungan
Pengga. Secara administrasi Bendungan Batujai terletak di Desa Batujai,
Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Sedangkan Bendungan Pengga terletak di Desa Plambik Kecamatan Praya
Barat Daya Kabupaten Lombok Tengah.
Gambar 3.1. Peta WS Lombok (Sumber: BWS NT I, 2020)

3.1.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan


Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan adalah salah satu DAS Utilitas dari
52 DAS Utilitas di Wilayah Sungai Lombok (BWS NTI, 2020). Daerah Aliran
Sungai (DAS) Dodokan merupakan DAS terbesar di Wilayah Sungai (WS)
Lombok dimana mempunyai segi kemanfaatan yang sangat besar bagi masyarakat
Lombok.
Wilayah Sungai (WS) Lombok telah dibangun 3 Bendungan yang telah
beroperasi yaitu Bendungan Batujai, Bendungan Pengga dan Pandanduri.
Bendungan Batujai dan Bendungan Pengga merupakan bendungan yang terletak
pada DAS Dodokan yang merupakan waduk seri (Cascade).
Berikut ini adalah Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan di Wilayah
Sungai (WS) Lombok.
BENDUNGAN
BATUJAI

BENDUNGAN
BATUJAI

Gambar 3.2. Peta DAS Dodokan WS Lombok (Sumber: BWS NT I)

BENDUNGAN
BATUJAI

BENDUNGAN
BATUJAI
Gambar 3.3. Peta Prasarana di DAS Dodokan WS Lombok (Sumber: BWS NT
I)
3.1.3 Prasarana Sumber Daya Air di DAS Dodokan
Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Palung memiliki prasarana Sumber Daya
Air yaitu Bendungan, Embung, maupun Bendung yang saling terhubung secara
gravitasi. Berikut Skema Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan.

BENDUNGAN
BATUJAI

BENDUNGAN
BATUJAI
Gambar 3.4. Skema Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan
Wilayah Sungai (WS) Lombok (Sumber: BWS NT I)
Berikut ilustrasi Skema Bendungan Batujai- Pengga (Cascade) di DAS Dodokan
WS Lombok:

Sungai Dodokan

Anak Sungai Anak Sungai

Bendungan
Batujai

Bendungan
Pengga

Muara
(Laut)

Gambar 3.5. Sketsa Skema Bendungan Batujai-Pengga (Cascade)

Berikut tabel daftar Prasarana sumber daya air di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Dodokan :

Tabel 3.1 Data Prasarana Sumber Daya Air di DAS Dodokan WS Lombok
Luas Koordinat
Kewenanga
No Nama Prasarana Areal
n LS BT
(Ha)
1 E Dao Kabupaten 400 8°35'59.1" 116°20'38.94"
2 B Dasan Luah Kabupaten 8 8°36'39.1" 116°20'19.5"
3 B Sangeh Kabupaten 8 8°36'40.3" 116°20'13.7"
4 B Paok Dengkol Kabupaten 300 8°37'47.82 116°20'14.46"
Kewenanga Luas Koordinat
No Nama Prasarana
n Areal LS BT
(Ha) "
5 B Racem Kabupaten 58 8°38'6.3" 116°20'9.5"
8°38'39.48
6 B Tain Petuk Kabupaten 363 116°20'12.48"
"
7 B Muncan Kabupaten 324 8°39'2.64" 116°19'42.54"
8°38'57.84
8 B Gerintuk Kabupaten 220 116°19'16.62"
"
8°39'50.64
9 E Menteang Kabupaten 200 116°18'53.28"
"
10 E Muncan Kabupaten 316 8°39'40.5" 116°19'37.5"
11 B Iwan 1 Kabupaten 278 8°40'3.24" 116°20'12.18"
12 B Iwan 2 Kabupaten 299 8°40'16.7" 116°20'4.4"
8°40'45.24
13 E Pengadang Provinsi   116°19'40.56"
"
14 B/S Parung Provinsi 1234 8°40'43.8" 116°19'37.02"
8°40'46.24
15 B Banar Provinsi 22 116°19'14.55"
"
16 E Macut Pusat   8°41'6.6" 116°19'1.32"
17 E Surabaya Provinsi   8°42'33.6" 116°17'36.7"
18 B Surabaya Provinsi 2880 8°42'45.6" 116°17'14.34"
19 B Munte Kabupaten 35 8°37'29" 116°18'43.8"
20 E Sade Kabupaten 470 8°38'27.6" 116°18'35.8"
21 B Songor Galung Kabupaten 470 8°38'40.7" 116°18'36.2"
22 B Ras Kabupaten 75 8°39'3.8" 116°18'38.18"
8°39'43.08
23 B Tangkluk Kabupaten 50 116°18'42.07"
"
8°40'11.34
24 B Tiwu Tambun Kabupaten 10 116°18'12.54"
"
25 B IRD Perandap Desa 32 8°40'21.1" 116°17'52.1"
26 E IRD Bengak Kabupaten 16 8°39'16.6" 116°17'15.9"
27 B Batu Apit Pusat 252.14 8°40'59.8" 116°16'57.1"
28 B IRD Gagar  Desa 17 8°41'27.3" 116°17'37.1"
29 B Kali Sade Pusat 67 8°42'1.8" 116°17'7.3"
8°39'49.62
30 B Selagalas Irigasi Desa 39.08 116°16'32.34"
"
31 B Tiwu Asem Irigasi Desa 20 8°41'3.36" 116°15'48.42"
32 B Juring Irigasi Desa 49.5 8°41'35" 116°15'40.9"
8°40'53.28
33 B Tiwu Guk 1 Irigasi Desa 75 116°15'27"
"
34 B IRD Tiwu Guk 2 Desa 23.25 8°41'0.1" 116°15'26"
8°41'44.94
35 E Jurang Jaler Pusat   116°19'0.96"
"
36 B Jurang Jaler Kabupaten   8°41'47.18 116°18'58.77"
Kewenanga Luas Koordinat
No Nama Prasarana
n Areal LS BT
(Ha) "
8°42'25.92
37 B Pengakap Pusat 117 116°18'20.22"
"
8°42'49.44
38 E Gerantung Pusat   116°18'34.56"
"
8°42'50.34
39 B Gerantung Pusat 152 116°18'29.34"
"
8°42'59.46
40 E Bual Pancor Pusat 83 116°19'39.06"
"
8°43'32.34
41 E Enem   125 116°18'34.98"
"
42 BD Batujai Pusat 2889.58 8°44'8.52" 116°15'28.68"

43 E Bonder Kabupaten 180 8°46'14.69


116°13'42.69"
"
44 E Batu Bokah Kabupaten 305 8°51'2.7" 116°12'32.2"
45 E Gerepek Kabupaten 162 8°50'26.4" 116°13'8.7"
46 E Orong Gedang Kabupaten 132 8°49'20.3" 116°12'37.2"
47 E Bombas Kabupaten 206 8°49'29.8" 116°14'25.7"
48 E Sepit Kabupaten 175 8°49'39.6" 116°15'37.6"
49 E IRD Kreak Desa 14 8°47'38.8" 116°11'54.1"
50 E Jangkih Jawe Kabupaten 25 8°49'32" 116°11'33.5"
51 E IRD Tebaer Desa  59 8°47'26.4" 116°10'27.3"
52 E IRD Leman Desa 31 8°46'38.5" 116°10'24.2"
53 E IRD Ngabok Desa  67 8°46'3.2" 116°10'56.8"
8°45'20.16
54 BD Pengga Pusat 1439 116°11'22.2"
"
55 E Mapasan Pusat 85 8°44'33" 116°8'58.5"
56 B Bebie Kabupaten 60 8°38'45.7" 116°16'28.1"
57 B Sender Irigasi Desa 42 8°39'24.3" 116°15'37.32"
8°40'41.05
58 E Babi Provinsi   116°14'29.68"
"
8°40'44.22
59 B Babi Provinsi 2457.32 116°14'29.28"
"
8°41'46.56
60 B Sukerare Provinsi 356.75 116°13'47.04"
"
8°41'35.04
61 B Batu Tulis Kabupaten 34.25 116°13'1.32"
"
8°41'20.28
62 B Tibu Rampak Kabupaten 20 116°12'19.02"
"
63 B IRD Loang Sawak Irigasi Desa 53.78 8°39'15.8" 116°15'1.8"
8°39'39.84
64 B Rejasa Kabupaten 905.47 116°14'45.84"
"
Kewenanga Luas Koordinat
No Nama Prasarana
n Areal LS BT
65 B IRD Jelantik Irigasi Desa (Ha)
82.05 8°40'13.3" 116°13'26.4"
66 B Bilekere Kabupaten 383 8°39'45.4" 116°13'4.2"
67 B IRD Pagutan Desa 46 8°37'45.2" 116°16'46.9"
68 B Genteng Kabupaten 23 8°37'53.7" 116°15'46.2"
69 B Buntopeng Kabupaten 194 8°38'35.2" 116°11'17.6"
B Pesongoran
70 Kabupaten 84 8°39'37.1" 116°10'47.4"
Kuripan
71 B IRD Emat Lauk Desa 9 8°37'46.1" 116°11'34.8"
72 B IRD Emat Daye Desa 13 8°37'26.4" 116°11'55"
73 B Gundul Provinsi 17 8°38'3.2" 116°11'23.2"
74 B Keling Provinsi 43 8°38'21.9" 116°10'51.9"
75 B Karang Lamper Pusat 15 8°39'19.8" 116°9'43.9"
76 B Dasan Geres Pusat 528 8°40'7.1" 116°8'45.7"
77 B Batu Dendeng Pusat 25 8°40'32" 116°8'7.6"
78 B Keroye Pusat 40 8°38'16" 116°10'30.6"
79 B Karang Midang Pusat 407 8°39'16" 116°8'49"
80 B Ombe Rerot Pusat 112 8°39'3.5" 116°8'28.1"
81 B Borok Bokong Pusat 254 8°39'42.7" 116°7'27"
82 B Eleng Pusat 198 8°41'3.2" 116°6'49"
Sumber: BWS NT I, 2020

3.2 Analisis Hidrologi dan Waduk


3.2.1 Analisis Curah Hujan
Pada penelitian ini Data curah hujan yang digunakan adalah data curah
hujan dari 17 Stasiun Curah hujan atau ARR (Automatic Rainfall Recorder) yang
berada di Wilayah Sungai (WS) Lombok yang dikelola oleh Balai Wilayah
Sungai – Nusa Tenggara I. Data Curah Hujan di sajikan pada Lampiran 1.
Gambar 3.6 Peta Sebaran Stasiun Curah Hujan (ARR) Wilayah Sungai
(WS) Lombok (Sumber: BWS NT1 dalam Noviadi, 2019)

3.2.2 Analisis Curah Hujan Wilayah


Analisis curah hujan wilayah menggunakan metode Poligon Thiessen untuk
mendapatkan persentase stasiun pengaruh terhadap Cacthment Area dari
bendungan Batujai dan bendungan Pengga di DAS Dodokan WS Lombok. Data
hujan ini dikalkulasi sesuai dengan proporsi poligon thiessen.

3.2.3 Analisis Evaporasi


Pada penelitian ini Data Evaporasi yang digunakan adalah data curah hujan
dari 6 Stasiun Iklim atau CR (Climate Recorder) yang berada di Wilayah Sungai
(WS) Lombok yang dikelola oleh Balai Wilayah Sungai – Nusa Tenggara I. Data
Curah Hujan di sajikan pada Lampiran 2.

3.2.4 Analisis Evaporasi Wilayah


Analisis Evaporasi wilayah menggunakan metode Poligon Thiessen untuk
mendapatkan persentase stasiun pengaruh terhadap Cacthment Area dari
bendungan Batujai dan bendungan Pengga di DAS Dodokan WS Lombok. Data
hujan ini dikalkulasi sesuai dengan proporsi poligon thiessen.
3.2.5 Analisis Ketersediaan air
Analisis ketersediaan air didapatkan dari Laporan Harian bendungan Batujai
dan Pengga yang dikombinasikan dengan model Rain Run (mock). Hal ini
dikarenakan Bendungan Batujai dan Pengga memiliki prasarana sumber daya air
di Hulu atau pada Cacthment Area sehingga diperlukan analisis Model Rain Run
(mock).

3.2.6 Analisis Kebutuhan Air


Analsisis kebutuhan air didapatkan dari Laporan Harian bendugnan Batujai
dan Pengga yang di kombinasikan dengan Metode Net Field Requirement (NFR)
berdasarkan Pola tanam pada masing-masing musim tanam.

3.2.7 Analisis dan Simulasi Tampungan Waduk


Waduk merupakan bangunan air yang berfungsi untuk menyimpan air
sementara pada waktu kelebihan air dan dikeluarkan pada waktu terjadi
kekurangan air. Bentuk persamaan tampungan yang sering digunakan untuk
operasi waduk adalah persamaan kontinuitas yang memberi hubungan antara
masukan, keluaran dan perubahan tampungan yang disebut analisis prilaku (model
simulasi) seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.8 berikut ini.

Evaporasi (Et)

Inflow (Qt)
Waduk Outflow (Dr)
Periode t

Gambar 3.8 Model Simulasi Waduk

Persamaan tersebut dinyatakan pada persamaan berikut ini:


S (t+1) = St + Qt – Dt – Et – Lt, dengan 0 < St ≤ C
Dengan:
S (t+1) = Tampungan waduk pada akhir interval waktu t+1
St = Tampungan Waduk pada awal interval waktu t
Qt = Aliran masuk (Debit Inflow) pada interval waktu t.
Dt = Aliran keluar (Debit Outflow) selama interval waktu t.
Et = Evaporasi selama interval waktu t.
Lt = Kehilangan air di waduk (bisa diabaikan)
C = Tampungan Efektif

Dalam proses simulasi ditetapkan sebagai masukan (input) ke dalam sistem


adalah debit inflow waduk dan tampungan waduk dari hujan yang terjadi, dan
sebagai keluaran (output) adalah kebutuhan air irigasi, kebutuhan air baku
ditambahn dengan evaporasi. Tidak lupa bahwa daya yang dihasilkan dari poternsi
PLTMH adalah dari debit yang digunakan pada pemanfaatan waduk untuk irigasi
(Nuramini, 2017).
Dari simulasi tampungan waduk, maka didapat peluang kegagalan dan
keandalan waduk. Persamaan peluang kegagagalan ynag paling umum dipakai
adalah perbandingan jumlah satuan waktu pada waktu waduk kosong dengan
jumlah satuan total yang digunakan dalam proses analisis (Nuramini, 2017).
Pe = P / N
Sedangkan definisi keandalan yang berhubungan adalah:
Re = 1- Pe
Dengan :
Pe = Peluang Kegagalan
P = Jumlah satuan waktu pada saat waduk kosong
N = Jumlah periode simulasi
Re = Peluang Keandalan

Sehingga keandalan waduk adalah Re% dengan jumlah kegagalan yang


diijinkan sebanyak Pe%. Kegagalan waduk ditentukan dengan persentase jumlah
kegagalan dari total periode simulasi. Sedngkan keandalan waduk ditentukan
dengan persentase jumlah keberhasilan dari total periode simulasi (Nuramini,
2017).

3.2.8 Analisis Iklim terhadap Operasional Waduk


a. Sifat musim Hujan
BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat dalam buletin prakiraan musim
hujan 2018/2019 Provinsi Nusa Tenggara Barat, Sifat Hujan adalah perbandingan
antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata
atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat (BMKG dalam Noviadi, 2019).
Sehingga sifat hujan Atas normal bukan berarti jumlah curah hujan yang
melimpah ataupun sebaliknya jika sifat hujan Bawah Normal bukan berarti tidak
ada hujan. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
a. Atas Normal (AN), jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1
bulan terhadap rata-ratanya lebih besar dari 115%.
b. Normal (N), jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan
terhadap rata-ratanya antara 85% - 115%.
c. Bawah Normal (BN), jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1
bulan terhadap rata-ratanya lebih besar dari 85%.

b. Awal Musim Hujan dan Awal Musim Kemarau


Awal Musim Kemarau. Ditetapkan berdasarkan jumlah Curah Hujan dalam
satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa
Dasarian berikutnya. Permulaan musim Kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju),
sama atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (BMKG dalam Noviadi, 2019).
Awal Musim Hujan. Musim hujan ditetapkan berdasarkan jumlah Curah
Hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti
oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim hujan, bisa terjadi lebih
awal (maju), sama atau lebih lambat (mundur) dari normalnya.
c. Analisis Perubahan Iklim
Analsis Perubahan Iklim didasarkan pada Data Curah Hujan pada masing-
masing stasiun Curah Hujan (ARR) dan dengan memperhatikan ketentuan awal
dan sifat musim BMKG. Sehingga didapatkan perubahan yang terjadi antara
perubahan iklim dan penyesuian operasional bendungan Batujai dan Pengga di
DAS Dodokan WS Lombok. Analisis Ini akan dibantu Add In Solver yang
terdapat pad Software Microsoft Excel.

3.3 Jenis Data dan Sumber Data


3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif
dimana bersumber dari Balai Wilayah Sungai – Nusa Tenggara I. Data tersebut
berupa data curah hujan, data evaporasi, data Operasional Bendungan Batujai –
Pengga.

3.3.2 Sumber Data


Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, berikut uraiannya:
a. Data Curah Hujan didapatkan dari Unit Hidrologi dan Kualitas Air pada
Balai Wilayah Sungai – Nusa Tenggara I.
b. Data Evaporasi didapatkan dari Unit Hidrologi dan Kualitas Air pada Balai
Wilayah Sungai – Nusa Tenggara I.
c. Data Operasional Bendungan Batujai dan Bendungan Pengga didapatkan
dari Unit Pengelola Bendungan pada Balai Wilayah Sungai – Nusa
Tenggara I.
d. Data Statis berupa Peta WS, Peta DAS, Layer Sungai, Layer Kontur
didapatkan dari Balai Wilayah Sungai – Nusa Tenggara I.

3.4 Tahapan Penelitian


3.4.1 Pengumpulan Data
Didalam penelitian ini hanya menggunakan data sekunder yang didaptakan
dari Balai Wilayah Sungai – Nusa Tenggara I.
3.5.1.1 Data Curah Hujan
Data Curah Hujan didapatkan dari Balai Wilayah Sungai – Nusa Tenggara I.
Stasiun ARR yang digunakan berada di DAS Dodokan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Rentang Data Stasiun Curah Hujan atau ARR Wilayah Sungai (WS)
Lombok
No Nama Pos Sumber Rentang Data Desa Kecamatan Kabupaten

1 Mangkung BWS NT1 2010-2019 Mangkung Prayat Barat Lombok Tengah

2 Pengadang BWS NT1 2010-2019 Pengadang Praya Barat Lombok Tengah

3 Batujai BWS NT1 2010-2019 Batujai Praya Barat Lombok Tengah

Sumber: BWS NT1, 2020

3.5.1.2 Data Evaporasi


Data evaporasi didapat dari BWS NT1 berupa data dari stasiun CR Pengga
yang merupakan stasiun CR yang berada di Desa Dodokan Kecamatan Praya
Kabupaten Lombok Tengah.

3.5.1.3 Data Lengkung Kapasitas Bendungan


a. Lengkung Kapasitas Bendungan Batujai
Dalam operasional bendungan Batujai mengacu pada Lengkung Kapasitas
yang terdapat di Bendungan. Berikut ini lengkung kapasitas bendungan
batujai.
Gambar 3.9 Lengkung Kapasitas Bendungan Batujai (Sumber: BWS
NT1, 2020)

b. Lengkung Kapasitas Bendungan Pengga

Gambar 3.10 Lengkung Kapasitas Bendungan Pengga(Sumber: BWS


NT1, 2020)
3.5.1.4 Data Rule Curve Bendungan
a. Data Rule Curve Bendungan Batujai
Data rule curve bendungan batujai yang digunakan adalah Data hujan
berdasarkan perubahan iklim. Data curah hujan akan diklasifikasikan berdasarkan
perubahan iklim. Sehingga didapatkan Rule Curve yang dianalisis berdasarkan
perubahan iklim

b. Data Rule Curve Bendungan Pengga


Data rule curve bendungan batujai yang digunakan adalah Data hujan
berdasarkan perubahan iklim. Data curah hujan akan diklasifikasikan berdasarkan
perubahan iklim. Sehingga didapatkan Rule Curve yang dianalisis berdasarkan
perubahan iklim

3.4.2 Analisis Penelitian


3.4.2.1 Analisis Uji RAPS
Pengujian RAPS disebut juga pengujian Homogenitas yang dilakukan untuk
menguji konsistensi data. Data Curah Hujan pada penelitian ini akan di uji
sebelum digunakan agar mendapatkan gambaran bahwa data tersebut layak
digunakan sebagai data analisis. Uji RAPS dilakukan pada 3 Stasiun Curah
Hujan, yaitu ARR Pengadang, Mangkung dan Batujai.

3.4.2.2 Analisis Data Awal Musim Hujan (AMH) dan Sifat Musim Hujan
(SMH)
Data Awal musim hujan dan Sifat Musim hujan didapatkan dari Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika yang terdapat pada Buletin BMKG. Data
ini akan digunakan sebagai acuan perubahan iklim, yang akan dikombinasikan
dengan data curah hujan dari Balai Wilayah Sungai-Nusa Tenggara I.

3.4.2.3 Analisis Evaporasi


Analisis Evaporasi dilakukan dengan mengalikan data Evaporasi pada
Stasiun Iklim (CR) yang terdapat pada CR Pengga terhadap koefisien Panci sesuai
dengan kriteria tipe Panci.

3.4.2.4 Analisis Operasional Bendungan


Analisis Operasional Bendungan yaitu melakukan perhitungan debit
masuk dan debit keluar yang terdapat pada bendungan yang dapat dianalisis dari
Elevasi muka air waduk tiap 15 harian terhadap Lengkung kapasitas waduk.
3.4.2.5 Analisis Ketersediaan Air
Analisis Ketersediaan air dilakukan dengan permodelan Rain-Run yaitu
model Mock. Agar diketahui debit limpasan yang berasal dari Prasarana Bendung
yang berada di Hulu dari Bendungan Batujai maupun Bendungan Pengga.
Sehingga didapatkan Debit air yang berasal dari Cacthment Area (CA) Lokal dari
bendungan Batujai dan Pengga.

3.4.2.6 Analisis Kebutuhan Air


Analisis Kebutuhan air dilakukan menggunakan metode Net Field
Requirement (NFR) berdasarkan Kriteria Perencanaan. Analisis Kebutuhan air
terdiri dari 2 yaitu Analisis Kebutuhan air pada Bendung yang memberikan
kontribusi suplai ke Bendungan Batujai dan Pengga serta Analisis Kebutuhan air
pada Bendungan Batujai dan Pengga terhadap layanan irigasinya masing-masing.

3.4.2.7 Analisis Perubahan Iklim


Analisis Perubahan iklim dilakukan dengan menggunakan analisis Trend
metode regresi klasik. Berdasarkan hasil analisis akan didapatkan tahun
operasional waduk berdasarkan perubahan iklim serta dampaknya terhadap
Kondisi Irigasi yang dilayaninya. Analisis Perubahan Iklim ini menggunakan
bantuan add in pada microsoft excel.

3.5 Diagram Alir Penelitian


Berikut ini diagram alir penelitian:
Gambar 3.11. Diagram Alir Penelitian
3.6 Jadwal Penelitian
Berikut ini adalah Jadwal penelitian yang akan DIlakukan.

Tabel 3.4. Jadwal Penelitan


2020
NO KEGIATAN AGT SEP OKT NOV
III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Studi Pustaka
2 Pengumpulan dan validasi data curah hujan (ARR)
3 Pengumpulan dan data validasi evaporasi (CR)
4 Pengumpulan data Laporan Harian Bendungan Batujai dan Pengga
5 Pengumpulan Awal dan Sifat Musim Hujan BMKG
6 Seminar Proposal
7 Perhitungan analisis Perubahan Iklim
8 Perhitungan Ketersediaan air dan Kebutuhan Air
9 Analisis Simulasi Operasional Waduk Batujai dan Pengga
10 Seminar Hasil
10 Ujian Tesis
11 Penyusunan Jurnal Internasional
12 Publikasi Jurnal Internasional atau Nasional Terindex Sinta
*Semua Stasiun Pengamatan Berada di WS Lombok
DAFTAR PUSTAKA

Balai Wilayah Sungai, Nusa Tenggara I, Nusa tenggara Barat, Indonesia.


Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika stasiun Kediri, Lombok Barat,
Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
Djamaris, 2018. Pemanfaatan Excel-Solver Untuk Pengambilan Keputusan,
Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Bakrie, Jakarta.
Irvani, H, 2014. Studi Optimasi Pola Operasi Waduk Sutami Akibat Perubahan
Iklim, Journal Teknik Pengairan Universitas Brawijaya, Malang.
Hadisusanto, N. 2011. Aplikasi Hidrologi. Jogja Mediautama: Malang
Hutagalung, 2015. Model Prakiraan Debit air dalam Rangka Optimalisasi
Pengelolaan Waduk Kedung Ombo, Jurnal Teknik Lingkungan, Bandung.
Kafiansyah, M. Y. 2017. Simulasi Pola Operasi Waduk Pandanduri dengan
Optimasi Faktor K Irigasi, Tesis, Universitas Brawijaya, Malang.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2013. Standar
Perencanaan Irigasi - Kriteria Perencanaan 02, Kementerian PUPR,
Jakarta.
Mayasari, R. 2016. Pengaruh Anomali Cuaca Akibat Efek Perubahan Iklim pada
air masuk Waduk Saguling, Prosiding HATHI ke-36, Jakarta.
Ridhoningsih, A, U, 2017. Analisis Trend menggunakan regresi kuantil dan Uji
Mann-Kendall, Skripsi, Universitas Hasanudin, Makasar.
Subagyono, K, 2007. Pengelolaan Sumberdaya Iklim dan Air untuk Antisipasi
Perubahan Iklim, Jurnal Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.
Supatmanto, 2015. Studi Hidrologi Berdasarkan Climate Changes menggunakan
model SWAT di Daerah Tangkapan Air Waduk Jatiluhur, Jurnal Sains dan
Teknologi Modifikasi Cuaca, Jakarta.
Wakidi, 2017. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Sisa Umur layanan
Bendungan Batujai, Jurnal Spektrum Sipil, Mataram.

Anda mungkin juga menyukai