Kerjasama
PT. PLN Mataram dan Universitas Muhammadiyah Mataram
MATARAM 2018
Tujuan Proyek Untuk mengkaji Hygiene Factor serta pengaruhnya
terhadap kepuasan kerja karyawan dan menguji
secara empirik manakah faktor yang berpengaruh
lebih dominan terhadap kepuasan kerja karyawan
pada PT PLN Cabang Sumbawa.
Luaran Dokumen yang berisi hasil kajian Hygiene Factor
pada lingkungan kerja karyawan PT PLN Cabang
Sumbawa untuk dapat dijadikan referensi oleh
perusahaan dalam mangambil kebijakan untuk
memperbaiki manejemen dan tata kelola
perusahaan yang lebih baik.
Durasi Pelaksanaan 15 Hari
Cakupan Lokasi Kabupaten Sumbawa
Anggaran Rp. 18.000.000 (Sembilan Puluh Lima Juta
Sembilan Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah)
Tim Peneliti Dr. Lukman, M.Pd
Email:
Asbah, M.Pd
Email:
Iskandar, M.Pd
Email:
2. Dasar Pemikiran
PT. PLN (Persero) sebagai perusahaan BUMN di Indonesia yang bertugas menyuplai serta
mengatur pasokan listrik. Perusahaan ini pun meruapakan satu-satunya perusahaan milik
pemerintah yang melayani jasa kelistrikan, oleh sebab itu mempunyai hak monopoli terhadap
penjualan listrik di Indonesia yang mengacu berdasarkan Undang-undang 30 Tahun 2009
Tentang ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133) yang
selanjutnya disebut dengan Undang-undang ketenagalistrikan. Dengan adanya hak monopoli
tersebut, maka PT. PLN (Persero) memiliki jumlah konsumen yang sangat banyak yang terdiri
atas perumahan, gedung, perkantoran, serta industri-industri. Setiap tahunnya kebutuhan akan
listrik di Indonesia terus meningkat, sebagai akibat dari peningkatan kualitas kesejahteraan
masyarakat diiringi juga oleh perkembangan industri di Indonesia. Sementara PT. PLN (Persero)
memiliki keterbatasan dalam memenuhi peningkatan akan kebutuhan listrik tersebut. Namun
tentunya PT. PLN (Persero) terus-menerus tetap melakukan upaya untuk memenuhi kebutuhan
listrik secara bertahap keseluruh pelosok negeri. Beberapa usaha telah dilakukan seperti
memanfaatkan berbagai energi alternatif untuk dapat menghasilkan pasokan listrik yang cukup.
Sekarang ini setiap perusahaan dituntut agar selalu meningkatkan produktivitas pelayanannya,
untuk itu PT.PLN (Persero) terus berupaya meningkatkan produktivitas pelayanannya dalam
penyediaan listrik. Melihat banyaknya keluhan-keluhan dari pelanggan mengenai pelayanan
listrik selama ini.
Begitu pula dengan PT. PLN (Persero) Area Mataram merupakan lembaga penyedia jasa
dan pelayanan jaringan listrik yang beroperasi langsung dibawah PT. PLN (Persero). Tugas PT.
PLN (Persero) Area Mataram adalah untuk mendorong dan mendukung terlaksananya target PT.
PLN (Persero) agar kemajuan dan keberhasilan dapat etrcapai. Kemajuan dan keberhasilan suatu
perusahaan tidak lepas dari peran dan kemampuan sumber daya manusia yang baik. Dalam
konteks tersebut, perusahaan perlu mengelola sumber daya manusia dengan semaksimal
mungkin agar tetap produktif. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
keberhasilan dalam poengelolaan sumberdaya manusia atau kematangan organisasi sebuah
perusahaan adalah tingginya tingkat kepuasan kerja karyawan yang ada.
Dalam beberapa literature dijelaskan ada beberapa factor yang mempengaruhi tingkat
kepuasan seorang karyawan dalam bekerja, diantaranya: kebijakan perusahan, gaji, keselamatan
dan kemanan kerja, dan hubungan personal. Untuk mampu memetakan faktor-faktor yang
dominan dalam mempengaruhi tingkat kepuasan seorang karyawan dalam bekerja dan
memahami dinamikanya, maka kajian hygiene factor menjadi salah cara untuk mengetahui hal
tersebut sekaligus menjadi entri point dalam perumusan kebijakan perusahaan kedepannya
terutama dalam kontek pengelolaan SDM.
3. Kerangka Teori
3.1 Tinjauan tentang Kepuasan Kerja
Robbins (2010) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap umum individu pada
pekerjaannya, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dengan
banyaknya yang pekerja yakini seharusnya diterima. Definisi lain dikemukakan oleh Church
dalam Affandi (2002) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai
macam sikap (attitude) yang dimiliki oleh karyawan. Dalam hal ini dimaksud dengan sikap
tersebut adalah hal - hal yang berhubungan dengan pekerjaan beserta faktor – factor yang
spesifik seperti pengawasan atau supervisi, gaji dan tunjangan, kesempatan untuk mendapatkan
promosi dan kenaikan pangkat, kondisi kerja, pengalaman terhadap kecakapan, penilaian kerja
yang adil dan tidak merugikan, hubungan sosial di dalam pekerjaan yang baik, penyelesaian
yang cepat terhadap keluhan - keluhan dan perlakuan yang baik dari pimpinan terhadap
karyawan.
Kepuasan kerja merupakan perasaan pekerja atau karyawan terhadap pekerjaannya, hal
ini merupakan sikap umum terhadap pekerjaan yang didasarkan penilaian aspek yang berada
dalam pekerjaan. Jurges (2003) berpendapat bahwa kepuasan kerja adalah hasil yang penting
dalam aktivitas pasar tenaga kerja. Berdasarkan pendapat yang dinyatakan oleh beberapa ahli
diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja atau job satisfaction ialah perasaan yang
dirasakan oleh karyawan terhadap pekerjaannya dan juga karena faktor - faktor yang mendukung
dalam menyelesaikan pekerjaannya, seperti supervisi, gaji dan tunjangan, kesempatan untuk
mendapatkan promosi dan kenaikan pangkat, kondisi kerja, pengalaman terhadap kecakapan,
penilaian kerja yang adil dan tidak merugikan, hubungan sosial didalam pekerjaan yang baik,
penyelesaian yang cepat terhadap keluhan - keluhan dan perlakuan yang baik dari pimpinan
terhadap karyawan.
Sedangkan Frederick Herzberg dalam Malayu S.P Hasibuan (2006) menjelaskan factor-
faktor motivator adalah sebagai berikut:
a. Prestasi (achievement).
b. Penghargaan (recognition).
c. Kenaikan pangkat (advancement).
d. Pekerjaan itu sendiri (work it self).
e. Tanggung jawab (responsibility).
Herzberg selanjutnya menetapkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan kerja adalah dua
hal yang berbeda.Teori ini membedakan dua kelompok factor pekerjaan.Kelompok yang pertama
berhubungan dengan aspek intrinsic pekerjaan yang disebut sebagai factor motivator atau faktor
intrinsik. Kelompok kedua berhubungan dengan lingkungan pekerjaan atau factor ektrinsik
pekerjaan.
Secara ringkas, dinyatakan oleh Herzberg, bahwa hygiene factor atau faktor pemeliharaan
menyebabkan banyak ketidakpuasan bila factor tersebut tidak ada, tetapi member motivasi jika
faktor itu ada.Sebaliknya motivator membimbing kearah motivasi yang kuat dan pemuasan bila
faktor itu ada, tetapi tidak menyebabkan ketidakpuasan jika faktor tersebut tidak ada. Seorang
karyawan akan merasa puas dengan pekerjaannya jika terdapat faktor-faktor hygiene yang
terpenuhi, tetapi mereka akan merasa tidak puas jika faktor-faktor tersebut tidak ada. Begitu juga
Seorang karyawan akan merasa puas dengan pekerjaannya jika terdapat faktor-faktor motivator
yang terpenuhi, tetapi mereka akan merasa tidak puas jika faktor-faktor tersebut tidak ada.