LANDASAN TEORI
22
23
variabel tersebut, lalu diturunkan menjadi hipotesis yang relevan. Hipotesis tersebut
kemudian akan dibuktikan dengan menggunakan metode analisis data yang sesuai.
Theoretical framework selanjutnya akan menjadi landasan bagi seluruh proses
penelitian.
Dibawah ini peneliti membuatkan sebuah theoretical framework untuk
penelitian ini.
MUSKOLUSKELETAL
DISORDER BEBAN KERJA
KELELAHAN KERJA
ALAT BANTU
KERJA
ERGONOMI
PARTISIPATORI
KESEHATAN DAN
DESAIN
KESELAMATAN KERJA
TATA LETAK
LINGKUNGAN
FISIK KERJA
PENCAHAYAAN TEMPERATUR
LINGKUNGAN
Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh (NBM) seperti pada Gambar 2.
3, maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh
pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung
subjektivitas yang tinggi. Untuk menekan bias yang mungkin terjadi, maka
sebaiknya pengukuran di lakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja
(pre and post test)
Dari uraian tentang berbagai metode untuk mengukur dan mengenali
sumber keluhan otot skeletal tersebut diatas, terlihat bahwa masing-masing metode
memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, sebelum memilih dan
menetapkan metode yang akan digunakan, hendaknya dikaji terlebih dahulu
karakteristik dari aktivitas kerja yang akan diukur, selanjutnya barulah ditetapkan
metode yang cocok untuk kondisi dan karakteristik aktivitas kerja yang ada.
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏
𝑳𝑰 = (2)
𝑹𝑾𝑳
Jika LI > 1, berat beban yang diangkat melebihi batas pengangkatan yang
direkomendasikan maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang
belakang. Jika LI < 1, berat beban yang diangkat tidak melebihi batas pengangkatan
yang direkomendasikan maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera
tulang belakang (Waters & Bhattacharya, 1996).
nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut
nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan pembebanan baik yang berasal
dari pembebanan mekanik, fisik maupun kimiawi.
Juga dijelaskan bahwa konsumsi sendiri tidak cukup untuk mengestimasi
beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kalori yang
dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban statis
yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat
meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah
dan dapat digunakan untuk menghitung indek beban kerja. Salah satu cara yang
sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan denyutan pada
arteri radialis pada pergelangan tangan.
Perhitungan konsumsi energi dan denyut jantung/nadi dengan rumus :
𝑌 = 1.80411 − 0.0229038𝑋 + 4.71733. 10−4 𝑋 2 (3)
Keterangan :
Y = Energi (kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)
Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari keadaan lingungan yang berada
didekatnya, antara manusia dan lingkungan mempunyai hubungan yang dekat
sekali. Pengertian lingkungan kerja menurut Bambang (1991:122 ) adalah salah
satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Seorang pegawai yang
bekerja di lingkungan kerja yang mendukung dia untuk bekerja dengan maksimal
akan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya jika seorang pegawai bekerja
dalam lingkungan kerja yang tidak mendukung dan memadai, maka untuk bekerja
dengan maksimal akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi cepat malas,
cepat lelah sehingga kinerja pegawai tersebut akan rendah.
Menurut Sedarmayanti and Pd (2001) Pengertian lingkungan kerja
menurut Sedarmayanti adalah kondisi lingkungan kerja bisa disebut baik atau
sesuai jika manusia bisa menjalankan aktivitas dengan optimal, sehat, amakan dan
nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja bisa dilihat dari dalam jangka waktu yang
lama lebih jauh dari lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik bisa menuntut
tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung didapatkannya
rancangan sistem kerja yang efisien.
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah
kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan
kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan
cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini
dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman
merupaka hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Di era globalisasi menunutu
pelaksanaan Kesehatan dan Keselamaan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk
di sektor kesehatan. Untuk itu perlu kita mengembangkan dan mingkatkan K3 di
sektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mingki risiko kecelakaan dan
penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan
efisiensi.
Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk
melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkan
fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga kerja, salah
satunya :
Jenis alat pelindung pernafasan
1. Masker
Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikelpartikel
yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan.
2. Respirator
Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut,
uap logam, asap, dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini antara
lain:
Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)
Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian
lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin,
kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung tangan antara lain:
1. Sarung tangan bersih
Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi tingkat
tinggi, dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir
misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam, merawat luka terbuka.
Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan bedah bila tidak ada
sarung tangan steril.
2. Sarung tangan steril
Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus
42
digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung tangan steril
baru dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi.
3. Sarung tangan rumah tangga (gloves)
Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang digunakan:
a. Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk
melindungi tangan dari api, panas, dan dingin.
b. Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan
dari listrik, panas, luka, dan lecet.
c. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb) untuk
melindungi tangan dari radiasi elegtromagnetik dan radiasi pengion.
d. Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik) untuk
melindungi tangan dari kelembaban air, zat kimia.
B. Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja banyak diabaikan oleh pekerja karena tuntutan target
perusahaan. sehingga tanpa mempertimbangkan aspek kelelahan kerja
pekerja banyak mengalami gangguan pada pekerja tanpa disadari .
Beban kerja harus sesuai standart yang telah ditentukan sehingga
mengurangi resiko kelelahan kerja.
C. Peraturan K3
Peraturan perundangan adalah ketentuan-ketentuan yang mewajibkan
mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan,konstruksi,
perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja
peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi
medis, P3K dan perawatan medis. Ada tidaknya peraturan K3 sangat
berpengaruh dengan kejadian kecelakaan kerja. Untuk itu, sebaiknya
peraturan dibuat dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk
mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan.
2) Faktor Lingkungan
A. Temperatur Lingkungan
Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja
manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur
sekitar 24°C-27°C. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan
keluhan kaku dan kurangnya koordinasi otot. Suhu panas terutama
berakibat menurunkan prestasi kerja pekerja, mengurangi
kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan
keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu
koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk
dirangsang.Sedangkan menurut Grandjean dkondisi panas sekeliling
yang berlebih akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi
kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja. Hal ini
akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan
panas dengan jumlah yang sangat sedikit
44
B. Pencahayaan
Penerangan ditempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang
menerangi benda-benda di tempat kerja. Hal ini penting untuk
menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi.Penerangan yang baik
memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakan secara
jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya tidak perlu. Penerangan adalah
penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam lingkungan fisik
pekerja. Beberapa penyelidikan mengenai hubungan antara produksi
dan penerangan telah memperlihatkan bahwa penerangan yang cukup
dan diatur sesuai dengan jenis pekerjaan yang harus dilakukan secara
tidak langsung dapat mengurangi banyaknya kecelakaan. Faktor
penerangan yang berperan pada kecelakaan antara lain kilauan
cahaya langsung pantulan benda mengkilap dan bayang-bayang
gelap (ILO, 1989:101). Selain itu pencahayaan yang kurang memadai
atau menyilaukan akan melelahkan mata. Kelelahan mata akan
menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila karyawan
mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat
menyebabkan kecelakaan (Depnaker RI, 1996:45)
3) Faktor Peralatan
Faktor peralatan sangatlah penting untuk mendukung pekerjaan
tersebut. Apabila faktor peralatan lengkap didukung tata letak yang
sesuai akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja tersebut.