ABSTRACT
PENDAHULUAN
__________________________________________________________________________________
TI | 12
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-17
Yogyakarta, 16 Mei 2011
ISBN: 978-979-95620-7-4
Dari aspek permasalahan ergonomi yang ditemukan di tempat kerja dilakukan perbaikan
dengan pendekatan ergonomi partisipatori. Pendekatan ergonomi partisipatori tersebut dilakukan
dengan menggabungkan secara terintegrasi konsep Teknologi Tepat Guna (TTG). Dengan aplikasi
ergonomi partisipatori dalam perbaikan kondisi kerja diharapkan mampu menciptakan kondisi kerja
yang sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif yang bermuara pada menurunkan beban kerja,
keluhan muskuloskeletal, dan meningkatkan produktivitas.
Pendekatan ergonomi partisipatori dan konsep Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam sistem
kerja akan memberikan hasil yang lebih baik jika dimanfaatkan sejak tahap perencanaan dan dalam
setiap tahap pemecahan masalah. Konsep TTG dapat diterapkan dalam setiap perbaikan ergonomi
(Manuaba, 2005) dirumuskan sebagai berikut :
1. Secara ekonomi biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang
dicadangkan/tersedia.
2. Secara teknis dapat dikerjakan/dioperasikan oleh pekerja, termasuk di dalamnya diketahui
cara kerja, operasional dan pemeliharaannya.
3. Secara ergonomi dapat diciptakan kondisi yang aman, nyaman, sehat, bugar, efektif dan
efisien.
4. Secara sosial-budaya dapat diterima bersama-sama oleh pekerja dan pengusaha
5. Ditinjau dari penggunaan energi dapat dikurangi.
6. Teknologi tersebut tidak akan merusak lingkungan.
Kumar (2006) menyatakan intervensi dengan pendekatan partisipatori lebih efektif
dibandingkan dengan intervensi secara konvensional dalam menurunkan keluhan muskuloskeletal,
menurunkan tingkat absensi karyawan dan meningkatkan psikososial di lingkungan kerja. Menurut
Nagamachi (1995) bahwa partisipatori ergonomi merupakan partisipasi aktif dari karyawan dengan
supervisor dan manajernya untuk menerapkan pengetahuan ergonomi di tempat kerjanya untuk
meningkatkan kondisi lingkungan kerjanya. Intervensi ergonomi sebaiknya dilakukan dengan
pendekatan partisipatori. Partisipatori ergonomi merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan
untuk melaksanakan program intervensi ergonomi (Vincent dan Lortie, 2001 dan Welss et al., 2003).
Penelitian dengan pendekatan partisipatori telah dilakukan oleh Hess (2004) terhadap buruh
bangunan di Eugene, Amerikat, dan hasilnya pendekatan ini sangat efektif mengurangi keluhan
muskoloskeletal pada pekerja tersebut.
Penelitian Oesman (2009) di PT. ADM Jakarta menunjukkan bahwa intervensi ergonomi
dengan pendekatan ergonomi partisipatori dapat menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal,
tingkat kelelahan, kebosanan, meningkatkan kepuasan kerja, efisiensi waktu proses, dan produktivitas.
Penelitian Sudiajeng (2010) melakukan intervensi ergonomi dengan pendekatan partisipatori di
Bengkel Kayu Politeknik Negeri Bali dapat menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal,
tingkat kelelahan, dan menghemat energi listrik.
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengaplikasikan ergonomi partisipatori untuk
meningkatkan produktivitas di bagian pencetakan. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui penurunan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan peningkatan produktivitas kerja.
3. Manfaat Penelitian
Diharapkan dapat menjadi masukan dan evaluasi bagi pihak perusahaan untuk meningkatkan
produktivitas disesuaikan dengan kondisi pekerja agar dapat bekerja dengan efektif, nyaman, aman,
sehat dan efisien (ENASE). Dalam konteks yang lebih luas dari hasil penelitian ini dapat dijadikan
acuan oleh sektor manufaktur untuk implementasi intervensi ergonomi dengan pendekatan
partisipatori dengan konsep TTG di lingkungan kerjanya guna untuk pencapai produktivitas yang lebih
baik.
4. Metodologi Penelitian
Subyek penelitian adalah seluruh pekerja di bagian pencetakan PT. “ED” Aluminium
Yogyakarta dengan jumlah 14 orang.
__________________________________________________________________________________
TI | 13
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-17
Yogyakarta, 16 Mei 2011
ISBN: 978-979-95620-7-4
Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan ergonomi partisipatori dengan konsep TTG.
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi ergonomi dua tahap yaitu tahap pertama evaluasi ergonomi
sebelum intervensi, dan tahap kedua evaluasi ergonomi setelah intervensi. Evaluasi ergonomi yang
dilakukan pada sistem kerja meliputi gizi kerja, beban kerja, keluhan muskuloskeletal, lingkungan
kerja fisik, dan produktivitas.
Kecukupan gizi diukur dari Body Mass Index (BMI). BMI dapat diketahui dengan cara
melakukan pengukuran terhadap subjek penelitian meliputi umur, berat badan, tinggi badan, dan
kondisi kesehatan.
Beban kerja diukur melalui denyut nadi kerja (DNK) setiap jam sepanjang jam kerja dan
dilakukan 6 (enam hari) untuk setiap subjek di bagian pencetakan aluminium sebelum dan setelah
intervensi. Untuk mengetahui kondisi awal sebelum subjek melakukan aktivitas kerja, perhitungan
denyut nadi istirahat (DNI) dilakukan 15 menit sebelum melakukan aktivitas kerja. Pengukuran
dilakukan secara palpasi pada arteri radialis kiri dengan metode 10 denyut menggunakan stop watch.
Keluhan muskuloskeletal diukur melalui kuisioner Nordic Body Map. Pengisian kuisioner
dilakukan sebelum bekerja dan setelah bekerja.
Temperatur, kelembaban udara, dan kecepatan angin, diukur dengan weather meter.
Kebisingan diukur dengan Sound Level Meter, dan pencahayaan diukur dengan Light Meter.
Pengukuran dilakukan setiap 1 jam selama 6 (enam) hari kerja masing-masing 9 titik, yaitu pada
setiap staiun kerja (WS1 – WS9). Data jumlah produksi per hari diambil dari dokumentasi harian
perusahaan.
Permasalahan yang ditemukan dari hasil evaluai tahap pertama dibahas dengan metode
ergonomi patrsipatori dengan membentuk sebuah tim yang disebut Focus Group Discussion (FGD)
untuk memperoleh tanggapan langsung dan menggali secara spesifik masalah yang ada di tempat kerja
dan mengetahui keinginan karyawan tentang sistem kerja kemudian menentukan perbaikan yang akan
dilakukan. Setelah dilakukan perbaikan, seterusnya dilakukan evaluasi ergonomi tahap ke dua.
Kemudian dibandingkan apakah ada perbedaan kondisi kerja sebelum dilakukan perbaikan dengan
setelah dilakukan perbaikan.
__________________________________________________________________________________
TI | 14
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-17
Yogyakarta, 16 Mei 2011
ISBN: 978-979-95620-7-4
teratur untuk menghindari dehidrasi dan pemakaian alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan
dan penutup telinga dilaksanakan dengan konsisten.
__________________________________________________________________________________
TI | 15
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-17
Yogyakarta, 16 Mei 2011
ISBN: 978-979-95620-7-4
Tabel I. Uji Beda Denyut Nadi karyawan Sebelum dan Setelah Intervensi
Sebelum
No. Variabel Intervensi Setelah Intervensi Z p
Rerata ± SD Rerata ± SD
1 Denyut Nadi Istirahat (DNI) 68,79 ± 4,21 68,28 ± 1,85 0,85 0,400
2 Denyut Nadi Kerja (DNK) 140,43 ± 11,20 101,43 ± 2,85 3,30 0,001
3 % CVL 38,00 ± 10,56 28,07 ± 3,27 3,19 0,001
Deskripsi ststistik pada Tabel I. menunjukkan bahwa DNI dengan nilai Z = 0,85 (p > 0,05),
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kondisi karyawan sebelum aktivitas kerja dimulai adalah
sama. Sementara itu, DNK sebelum intervensi 140,43 ± 11,20 dan setelah intervensi 101,43±2,85.
Denyut antara 100 – 125 denyut/menit termasuk kategori beban kerja sedang (Tarwaka et al., 2004).
Uji beda menunjukkan bahwa nilai Z = 3,30 dan nilai p = 0,001 (p < 0,05), hal ini berarti DNK
sebelum intervensi dan setelah intervensi berbeda bermakna. Persentase CVL sebelum intervensi
38,00±10,56, setelah intevensi 28,07± 3,27 dengan nilai Z = 3,19 dan nilai p = 0,001. Ini berarti
intervensi ergonomi pada karyawan memberikan efek penurunan denyut nadi yang artinya penurunan
beban kerja.
Tabel II. Uji Beda Skor Nordic Body Map (NBM) Karyawan
Setelah
No. Variabel Sebelum Intervensi Intervensi Z P
Rerata ± SD Rerata ± SD
1 Skor NBM (Sebelum Bekerja) 34,43 ± 2,85 34,00 ± 2,11 1,05 0,294
2 Skor NBM (Setelah bekerja) 44,43 ± 10,55 37,79 ± 4,69 3,18 0,001
5.3.4. Kebisingan
Tingkat kebisingan di bagian pencetakan antara 79,40 – 91,40 dB(A), sedangkan rerata tingkat
kebisingan adalah 86,12 dB (A). Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kebisingan sudah di atas
__________________________________________________________________________________
TI | 16
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-17
Yogyakarta, 16 Mei 2011
ISBN: 978-979-95620-7-4
yang dianjurkan yaitu 85 dB(A). Dengan adanya berbagai keterbatasan yang terkait dengan aspek
teknis maupun ekonomis, perbaikan terhadap lingkungan kebisingan tidak mungkin dilakukan dengn
cara eliminasi, subsitusi atau rekayasa teknik. Oleh karena itu, yang dapat dilakukan adalah
pengendalian melalui pemakaian alat pelidung diri dengan ear plug. Earplugs digunakan untuk
tingkat kebisingan sedang (80 - 95 dB), dengan waktu paparan 8 jam (http:// helpingpeopleideas.com/
publichealth/ pengendalian-kebisingan). Ear plug dapat mengurangi tingkat kebisingan antara 20 – 30
dB (http://groups.yahoo.com/group/ K3_LH /message/7859).
5.3.4. Pencahayaan
Hasil pengukuran terhadap tingkat pencahayaan di tempat kerja antara 413 -738 lux.
Pencahayaan yang direkomendasikan untuk pekerjaan yang membutuhkan tingkat ketelitian yang
tinggi adalah anatara 500 – 600 lux (Kroemer dan Grandjean, 2000). Dengan demikian tingkat
pencahayaan pada semua stasiun kerja berada pada batas yang direkomendasikan.
5.3.4. Produktivitas
Jumlah produksi sebelum intervensi rerata 871 pcs per hari, setelah intervensi 1.319 pcs per
hari. Produktivitas produk meningkat 23,37 %.
5.6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini maka dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan intervensi ergonomi, kondisi sistem kerja menunjukkan bahwa temperatur
lingkungan kerja 28-39,8 oC, kelembaban udara 48-58%, kecepatan angin 0,00-0,05
meter/detik. dan tingkat kebisingan antara 79,40-91,40 dB (A).
2. Telah dilakukan perbaikan pada sistem kerja yaitu perbaikan temperatur lingkungan kerja
dengan melakukan isolasi pada sumber panas dan penambahan kipas angin (fan), kemudian
dilakukan intervensi.
3. Intervensi ergonomi pada alat tuang aluminium cair dan lingkungan kerja fisik dapat
menurunkan beban kerja sebesar 26,13 %.
4. Intervensi ergonomi pada alat tuang aluminium cair dan lingkungan kerja fisik dapat
menurunkan keluhan muskuloskeletal 19,64 %.
5. Intervensi ergonomi pada alat tuang aluminium cair dan lingkungan kerja fisik dapat
meningkatkan produktivitas sebesar 23,37 %.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Hiperkes Tenaga Kerja, (2009). Kumpulan Makalah Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Bagi Dokter Perusahaan/Instansi, Yogyakarta.
Hess, J. A., Hecker, S., Weinstein, M. and Lunger M. (2004). A participatory ergonomics intervention
to reduce risk factors for low-back disorders in concrete laborers. Applied Ergonomics (35)
427–441.
http://helpingpeopleideas.com/publichealth. Public Health Corner. Diakses tanggal 19 Pebruari 2011.
http://groups.yahoo.com/group/K3_LH/message/7859. [K3_LH] ear muff and ear plug. Diakses
tanggal 19 Pebruari 2011.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja, (1999). Nomor : Kep–51/Men/I999 Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja. Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia.
Kumar, R., (2006). Ergonomic Evaluation and Design of Tool in Cleaning Occupation. Doctoral
Thesis, Lulea University of Technology, Divion of Industrial Design, Department of Human
Work Sciences, Sweden.
Kroemer, K.H.E., dan Grandjean, E. (2000). Fitting the Task to the Human. Taylor & Francis Inc.
London.
__________________________________________________________________________________
TI | 17
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-17
Yogyakarta, 16 Mei 2011
ISBN: 978-979-95620-7-4
Manuaba, A. (2005a). Ergonomi Dalam Industri, Cetakan Pertama, Penerbit UNUD Kampus Bukit
Jimbaran, Denpasar.
Nagamachi, M. (1995). Requisites and Practice of Participatory Ergonomics. Internatinal Journal of
Idustrial Ergonomcs, halaman 371-377.
Nieble, B. (1999). Method Standards and Work Design, McGraw-Hill, Singapore.
Oesman, T. I. (2009). Intervensi Ergonomi Pada Proses Stamping Part Body Component
Meningkatkan Kualitas dan Kepuasan Kerja Serta Efisiensi Waktu di Divisi Stamping Plant
PT ADM Jakarta. (Disertasi). Denpasar: Universitas Udayana.
Prasetiohartono, C. (2004). Analisis dan Rancangan Perbaian Sistem kerja Ditinjau Dari Segi
Keelamatan dan Kesehatan Kerja: PT. Suyuti Sido Maju. (Skripsi): Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Sudiajeng, L. (2010). Intervensi Ergonomi pada Organisasi dan Stasiun Kerja Meningkatkan Kinerja
Mahasiswa dan Menghemat Energi Listrik di Bengkel kayu Politeknik Negeri Bali. (Disertasi).
Denpasar: Universitas Udayana.
Tarwaka., Bakri, Solichul, HA., Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja
dan Produktivitas, Surakarta: UNIBA PERS
Vincent, M. St., dan Lortie., C. (2001). Participatory Ergonomi Training in the Manufacturing Sector
and Ergonomic Analysis Tools. Industrial Relation. Vol. 56 no 3.
Wells, R., Norman, R., Frazer, M., Laing, A., Cole, D., dan Kerr, M. (2003). Participative Ergonomic
Blue Print. University of Waterloo Toronto, USA.
__________________________________________________________________________________
TI | 18