Anda di halaman 1dari 4

Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH BIJI PINANG SIRIH


DENGAN KULITNYA
Hafzoh Batubara1, Ivan Sujana2, Yopa Eka Prawatya3
1,2,3
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
Jl. A. Yani Pontianak 78124
Telp.(0561) 740186, 736439, Faks. (0561) 740186

ABSTRAKS
Kabupaten Kubu Raya Propinsi Kalimantan Barat memiliki potensi pohon pinang sirih (Areca catechu) sebesar
125.609 Ha, dengan produki biji pinang sirih yang telah kering sebanyak 56.646 tonmerupakan salah satu
komoditi ekspor yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang besar. Pemisahan biji pinang dengan
kulit selama ini dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau, alat jepit, dan palu. Kondisi seperti ini akan
mengakibatkan resiko kecelakaan kerja yang tinggi seperti terluka dan terjepit. Pekerjaan pemisahan biji pinang
dengan kulitnya tersebut dilakukan berulang-ulang selama jam kerja yang tentunya menimbulkan kebosanan kerja
sehingga berakibat pada penurunan produktivitas. Dari permasalahan diatas peneliti bermaksud merancang
bangun alat pemisah biji pinang dengan kulitnya dengan tujuan untuk mengetahui penurunan resiko kecelakaan
kerja dan kebosanan kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Dengan menggunakan alat yang telah
dirancang dapat menurunkan resiko kecelakaan kerja 100%, kebosanan kerja 32%, dan dapat meningkatkan
produktivitas sebesar 350%.

Kata Kunci : Rancang bangun, Kecelakaan Kerja, Kebosanan Kerja, Produktivitas

1. PENDAHULUAN
Terkait dengan potensi produksi dan pangsa pasar pinang sirih (Areca catechu),pemerintah Pusat melalui Direktorat
Jendral Perkebunan ikut mendorong pengembangan pinang di kabupaten Kubu Raya. Komoditas ini memberikan
kontribusi yang cukup bagus bagi pendapatan petani sekaligus memberikan kontribusi bagi pendapatan asli daerah
(PAD).Kabupaten Kubu Raya Propinsi Kalimantan Barat memiliki potensi produksi pinang sirih (Areca catechu)
sebesar 125.609 Ha, dengan produksi 56.646 ton, biji pinang sirih yang telah kering merupakan salah salah satu
komoditi ekspor yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang besar.Pangsa pasar pinang sirih masih
terbuka lebar terutama karena seiring adanya issue konsep kesehatan dan kecantikan alamiah (back to nature).
Konsep kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang berbasis herbal sangat mendorong tumbuh dan
berkembangnya komoditas ini.
Pengupasan pinang kering adalah salah satu permasalahan yang dihadapi oleh para petani pinang, dimana proses
pengupasan pinang membutuhkan waktu yang lama dan tenaga kerja yang banyak. Tenaga kerja melakukan
pengupasan dengan cara manual dengan menggunakan pisau, alat jepit, dan palu. Kondisi kerja seperti ini
mengakibatkan pekerja sering terluka dan terjepit yang disebabkan oleh alat kerja tersebut. Pekerjaan ini dilakukan
berulang-ulang selama jam kerja yang dapat menimbulkan kebosanan kerja yang berakibat pada penurunan
produktivitas.
Hasil penelitian yang dilakukan Oesman (2009) Dengan mendesain ulang alat tombol-tekan pada PT. ADM Jakarta
dapat menurunkan kebosanan kerja sebesar 8,78%. Wulanyani (2003) juga melakukan penelitan bahwa dengan
pemberian istirahat pendek aktif dan lagu pop Bali menurunkan keluhan otot dan kebosanan serta meningkatkan
produktivitas kerja. Penelitian Purnomo (2006) menyebutkan bahwa sistem kerja proses pengecatan keramik pada
industri gerabah Kasongan dengan intervensi ergonomi total dapat menurunkan tingkat kebosanansebesar 18,12%.
Dari permasalahan diatas peneliti bermaksud merancang bangun alat pemisah biji pinang dengan kulitnya
berdasarkan aspek ergonomi, dan pengaturan organisasi kerja seperti pemberian istirahat pendek aktif dengan tujuan
untuk mengetahui penurunan resiko kecelakaan kerja dan kebosanan kerja sehingga dapat meningkatkan
produktivitas.

2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Keselamatandan kesehatan Kerja
Keselamatan kerja (Occupational Safety) diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua
jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja (American Society of Safety Engineers).
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja juga diatur dalam UU No. 1 Tahun 1970
yang ruang lingkupnya berhubungan dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara
mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberikan perlindungan kepada sumber-sumber
produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.Dalam konsep pengelolaan keselamatan kerja
modern dikenal dua definisi keselamatan kerja : Pertama, bebas dari kecelakaan atau bebas dari kondisi sakit, luka
atau bebas dari kerugian. Kedua, pengontrolan kerugian.

J-25
Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

Keselamatan Kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha perventif
atau kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja
serta terhadap penyakit umum (Suma’mur, 1987).
2.2. Kebosanan Kerja
Kebosanan kerja dapat terjadi pada tenaga kerja yang bekerja secara monoton, berulang-ulang, serta pelaksanaan
atau kegiatan yang tidak menarik. Karyawan atau pegawai yang merasa bosan terhadap suatu pekerjaan yang rutin
dan sederhana akan berakibat karyawan tersebut melakukan kesalahan, lamban dalam bekerja, cenderung bercakap-
cakap dalam bekerja (Porter, et. All, 1975). Tenaga kerja yang merasa sangat bosan atau jenuh dengan pekerjaannya
mungkin akan mengalami suatu ketegangan, rasa lemah, cepat marah, sulit berkonsentrasi maupun sulit bekerja
secara efektif (Anoraga, 1998).Kebosanan kerja telah diasosiasikan dengan menurunnya kinerja dalam suatu
pekerjaan dikarenakan adanya penurunan stamina fisik, perbedaan persepsi, dan kurangnya atensi pada situasi kerja
(Journal of Business and Psychology, 2001).Menurut Nitisemito (1984) kebosanan kerja dapat mengakibatkan
menurunnya semangat dan gairah kerja, perasaan tidak betah dan mendorong untuk mencari pekerjaan lain yang
lebih menyenangkan, terjadinya kerusakan atau cacat produksi akibat kurang konsentrasi, terjadinya kecelakaan
kerja, dan turunnya produktivitas kerja.
Faktor-faktor penyebab kebosanan secara lebih luas menurut Pulat (1992) dan Grandjean (1993) yaitu : (1)
pekerjaan kurang menarik; (2) kurangnya motivasi terhadap pekerjaan; (3) pekerjaan tidak membutuhkan
ketrampilan yang tinggi; (4) kecepatan kerja terlalu lambat; (5) lingkungan kerja tidak menarik atau suram; (6) jenis
pekerjaan repetitif atau berulang-ulang; (7) siklus kerja pendek; (8) kurangnya kesempatan bagi tubuh untuk
bergerak; (9) kondisi yang panas; (10) tidak adanya kontak dengan sesama karyawan; dan (11) kemampuan
karyawan tinggi tapi tidak tersalurkan.
2.3. Produktivitas
Produktivitas berkaitan erat pengertiannya dengan sistem produksi yaitu sistem dimana faktor-faktor semacam
tenaga kerja, modal/kapital berupa mesin, peralatan kerja, bahan baku, dikelola dalam cara yang terorganisir untuk
mewujudkan barang/jasa secara efektif dan efisien. Proses produksi dinyatakan sebagai serangkaian aktivitas yang
diperlukan untuk mengolah atau merubah sekumpulan input menjadi sejumlah output yang memiliki nilai tambah.
Kroemer (1994) mengatakan bahwa interaksi antara pekerja dengan mesin atau tempat kerja berkaitan erat dengan
keberhasilan pencapaian produktivitas suatu pekerjaan.
Menurut Tarwaka et al. (2004) Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala
macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya.
Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara
total.
Dari sudut pandang ergonomi bahwa peningkatan produktivitas kerja adalah berbeda dari peningkatan produksi
(Tarwaka et al., 2004). Dalam prakteknya peningkatan produksi belum tentu disertai dengan peningkatan
produktivitas, demikian pula sebaliknya. Manuaba (1992) dalam Sudiajeng (2010) mengemukakan bahwa faktor
alat, cara dan lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas. Untuk mendapatkan produktivitas yang
tinggi, maka faktor tersebut harus betul-betul serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia pekerja.

3. MATERI DAN METODE


Penelitian ini dilakukan pada pekerja pengupas pinang di Kabupaten Kubu Raya Propinsi Kalimantan Barat,
subyek penelitian pekerja yang telibat dalam proses pengupasan pinang yang berjumlah 8 orang.Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah observasi dan melakukan pengukuran dan pangamatan langsung pada objek
yang diteliti. Data untuk kebosanan kerja diperoleh dari kuesioner kebosanan kerjayang terdiri dari 30 item
pertanyaan. Kemudian perancangan alat dilakukan untuk membantu pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Alat Pengupas Pinang Sirih
Alat pengupas pinang dibuat di laboratorium Sistem Produksi, Program studi Teknik Industri Universitas
Tanjungpura Pontianak. Alat ini dirancang dengan sistem operasi secara manual dengan alasan permintaan
masyarakat di Desa Sungai Itik agar harganya masih terjangkau masyarakat petani.
Wells et al. (2003) mengemukakan bahwa untuk melaksanakan program ergonomi di suatu industri diperlukan 6
tahapan sebagai berikut : (1) Mengidentifikasi pekerjaan/lokasi yang akan dilakukan perbaikan, (2) Melakukan
evaluasi ergonomi dan faktor resiko bahaya dan menentukan prioritas pekerjaan yang akan dilakukan perbaikan, (3)
Menentukan solusi pemecahan masalah ergonomi, (4) Melakukan uji coba solusi yang telah dirancang, (5)
Mengevaluasi hasil penerapan solusi yang telah dirancang, dan (6) Mengimplementasikan dan melakukan
perbaikan selanjutnya.
Komponen-komponen alat pengupas pinang ini terdiri dari:
 Rangkaterbuat daribesi sikuberukuran 5cm x 5cm x 5 mm
 Corongtempat masuknya buah pinag terbuat dari plat besi tebal 1 mm
 Mata kupas/potong terbuat dari Besi beton diameter 7 mm
 Engkol terbuat dari engkol sepeda yang dimodifikasi

J-26
Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

Dimensi Alat pengupas pinang terdiri dari :


 Kerangka atas : panjang 34 cm dan lebar 32 cm
 Kerangka bawah : panjang 46 cm dan lebar 71 cm
 Corong : tinggi 21 cm, lebar atas 10 cm, lebar bawah 6,5 cm, panjang atas 28 cm, panjang
bawah 25 cm
 Mata kupas/potong : panjang 24 cm dan diameter 6 cm
 Engkol : panjang 18 cm dan lebar pegangan 17,5 cm

Alat ini dioperasikan dengan sistem engkol, yaitu dengan cara memutar engkol ke arah depan operator. Cara
pengoperasian alat sangat mudah. Langkah pertama, masukkan buah pinang yang sudah kering ke dalam hopper
(penampung) secara bertahap, kemudian engkol diputar kearah depan, buah pinang akan terbelah dan bijinya keluar
dari dalam dan jatuh ke bawah alat pengupas pinang.

Gambar 1. Alat Pengupas Pinang

4.2. Sikap Kerja


Dalam melakukan pekerjaannya, pekerja bekerja sebelum menggunakan alat yang baru lebih banyak dengan posisi
jongkok atau duduk di lantai dan membungkuk. Pinang yang akan dikupas dipegang oleh tangan kiri dan alat
pengupas (pisau, palu) dipegang oleh tangan kanan, selanjutnya sikap tubuh pekerja menyesuaikan dengan bahan
dan alat yang digunakan. Demikian pekerjaan dilakukan berulang-ulang selama proses kerja berlangsung dengan
monoton. Kondisi kerja seperti ini yang menyebabkan pekerja mengalami kebosanan dalam melakukan
pekerjaannya. Sikap kerja jongkok dan duduk memaksa pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang
tidak alamiah yang berlangsung lama dan menetap/statis. Beban kerja paling banyak dialami oleh daerah pinggang.
Akibatnya otot-otot pinggang sebagai penahan beban utama akan mudah mengalami kelelahan dan selanjutnya akan
mudah terjadinya nyeri pada otot sekitar pinggang/punggung bawah (Lientje,2000).Posisi duduk berjongkok yang
cukup lama akan memberikan tekanan pada saraf, pembuluh darah, dan otot–otot pada kaki, sehingga sering
merasakan kesemutan (Setyaningrum R,2004). Menurut Grandjean (1988) dan Pheasant (1991) sikap kerja yang
statis dalam jangka waktu yang lama lebih cepat menimbulkan keluhan pada sistem muskuloskeletal, seperti sakit
pinggang, sakit leher, bahu, punggung, lengan dan pergelangan tangan.Sikap kerja tidak alamiah dapat menurunkan
produktivitas kerja karena pekerja tidak dapat melaksanakan tugas dengan optimal.
Setelah menggunakan alat yang baru pekerja bekerja duduk di bangku, sehingga pekerja dapat bekerja lebih nyaman
dan nyaman.
4.3. Kebosanan Kerja
Kebosanan kerjadiukur dengan menggunakan kuesioner kebosanan dengan empat skala Likert.

Tabel 1. Uji Beda Skor Kuesioner Kebosanan Kerja


Alat Kupas Alat Kupas
variabel Lama Baru t p
Rerata ± SD Rerata ± SD
Kebosanan kerja 67,49±3,72 35,43±5,1 4,86 0,01

Hasil uji beda kebosanan kerja dalam menggunakan alat lama dan alat baru menunjukkan nilai t = 4,86 dan nilai p =
0,01 (p<0,05).Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tingkat
kebosanan antara menggunakan alat lama dan alat baru. Hasil penilaian kebosanan kerja setelah bekerja memakai
alat kupas lama dan alat kupas baru diperoleh nilai rerata 67,49 ± 3,72 dan 35,43 ± 5,1, atau terjadi peurunan
kebosanan kerja sebesar 32,06 %.
Disamping pmenggunakan alat mengupas pinang yang baru, dilakukan juga intervensi ergonomi seperti : (1)
Menggunakan bangku untuk tempat duduk pekerja selama jam kerja, (2) Pengaturan organisasi kerja. Pengaturan ini
dilakukan dengan cara bergantian sebagai operator alat, mengumpulakan biji pinang yang telah dikupas, dan
mengumpulkan kulit pinang. Dengan demikian pekerjaan pekerja lebih bervariasi seperti kadang duduk, kadang

J-27
Seminar Nasional Ergonomi 2012 ISBN – 978-602-17085-0-7

berdiri, dan kadang berjalan. Dengan adanya pergantian aktivitas dapat mengurangi kebosanan akibat aktivitas kerja
yang berlangsung lama. Pengaturan organisasi kerja juga dilakukan pada saat rolling kerja dengan memanfaatkan
istirahat pendek selama 5 menit, istirahat pendek dimanfaatkan untuk break (minum dan makan snack) yang
kadang-kadang disediakan pihak perusahaan dan ada juga pekerja yang membawa dari rumah masing-masing.
4.4. Kecelakaan Kerja
Jenis kecelakaan kerja mengupas pinang seperti terluka, terjepit, dan tertusuk oleh bahan dan alat keja lama seperti
pisau, alat jepit, dan palu. Tingkat kecelakaan kerja terluka/tergores rata-rata 13 kasus per hari, tertusuk rata-rata 34
kasus per hari, terjepit rata-rata 7 kasus per hari. Kecelakaan seperti ini walaupun tidak menyebabkan kematian tapi
cukup mengganggu pekerja karena menyebabkan tangan pekerja perih dan kasar. Selain itu pekerja juga mengalami
keluhan pada otot muskuloskeletal. Jika kondisi seperti ini dibiarkan akan berdampak negatif terhadap kesehatan
pekerja. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan sistem kerja yang mengacu pada penerapan ergonomi, TTG dan
Intervensi.
Dengan menggunakan alat pengupas pinang yang baru, kecelakaan kerja sudah tereliminir, dengan kata lain pekerja
tidak ada lagi yang mengalami luka/tergores, tertusuk, dan terjepit. Dengan demikian kecelakaan kerja menurun
sampai 100%.
4.5. Hasil Produksi dan Produktivitas
Produk yang dihasilkan pada pekerjaan ini adalah berupa biji pinang sirih yang masih bulat yang sudah kering siap
untuk dijual/diekspor. Hasil produksi pinang sirih dengan menggunakan alat pengupas yang lama rata-rata 3
kg/jam. Setelah menggunakan alat pengupas pinang yang baru hasil produksi rata-rata 13,5 kg/jam. Dengan
demikian setelah menggunakan alat pengupas pinang yang baru hasil produksi meningkat sebesar 350%.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan terhadap data-data yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Alat pengupas pinang yang dirancang dioperasikan dengan sistem manual dengan menggunakan engkol.
2. Buah pinang yang dikupas adalah buah pinang yang sudah matang dan kering.
3. Kapasitas alat pengupas pinang 13,5 kg/jam biji pinang kering.
4. Kebosanan kerja setelah bekerja memakai alat pengupas pinang yang baru mengalami peurunan sebesar
32,06 %.
5. Dengan menggunakan alat pengupas pinang yang baru, kecelakaan kerja sudah tereliminir, dengan kata
lain kecelakaan kerja menurun sampai 100%.
6. Setelah menggunakan alat pengupas pinang yang baru hasil produksi meningkat sebesar 350%.
5.2. Saran
1. Memberikan perhatian lebih kepada aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan menunjukkan
adanya komitmen dari pihak perusahaan untuk menerapkan sistem manejemen k3.
2. Perlunya pengembangan metode untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ditemukan dalam penelitian
ini untuk peneliti selanjutnya.

PUSTAKA
Anoraga, P. 1998. Psikologi Kerja. PT. Rineka Cipta Jakarta.
Grandjean, E. 1988. Fitting The Task to The Man. A Textbook of Occupational Ergonomic, 4th edition. Philadelphia :
Taylor & Francis.
Kroemer, K.H.E. (1994). Ergonomics: How to Design for Ease and Efficiency. New Jersey:Prentice-Hall,Inc.
Oesman, T. I. (2009). Intervensi Ergonomi Pada Proses Stamping Part Body Component Meningkatkan Kualitas
dan Kepuasan Kerja Serta Efisiensi Waktu di Divisi Stamping Plant PT ADM Jakarta. (Disertasi). Denpasar:
Universitas Udayana.
Pheasant, S. 1991. Ergonomics, Work and Health. London : MacMillan Academic and Professional, Ltd.
Porter, L. L., Edward, E & Hackman, R. 1975. Behavior in Organization, International Student Adition Mc Graw
Hill Kogakusha, Ltd Tokyo.
Pulat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. New Jersey, USA: Hall International, Englewoods Cliff.
Purnomo, H. 2006. Process Of Ceramic Painting Using Total Approach Reduce Musculoskeletal Disorders And
Work Boredom. In : Adiatmika and Putra, D.W. editors. Proceeding Ergo Future 2006 : International
Symposium On Past, Present And Future Ergonomics, Occupational Safety and Health. 28 - 30th August.
Denpasar : Department of Physiology Udayana University – School of Medicine. p. 187-190.
Suma’mur, P.K. (1987). Hiperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi. Darma Bhakti,. Muara Agung.
Tarwaka., Bakri, Solichul, HA., Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas, Surakarta: UNIBA PERS
Wulanyani, N.M.S. 2003. Pemberian Istirahat Pendek Aktif dan Lagu Pop Bali Menurunkan Keluhan Otot Skeletal
dan Kebosanan serta Meningkatkan Produktivitas Pelinting Kertas Rokok. . JurnalErgonomi Imdonesia (The
Indonesian Journal Of Ergonomics), Vol.4 No. 2 Desember 2003, halaman 73-77.

J-28

Anda mungkin juga menyukai