Anda di halaman 1dari 20

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN PT.

AJINOMOTO MOJOKERTO
TANGGAL 25 OKTOBER 2018

KESELAMATAN KERJA

Disusun oleh:
KELOMPOK 3

dr. Avissia Zivanna dr. Karnilawati Amala


dr. Dian Natalia Maramis dr. Maynura Kharismansha
dr. Didik Agung Wibowo dr. Okdianto Rahman Gasti
dr. Eka Resty Melati Suci Lestari dr. Rainy Aru Puspa Jenar
dr. Erika Hokky Djakaria dr. Resfri Diana Nur Ana
dr. Fika Amilia Najati dr. Rika Pra Setiowati
dr. Hurun Adenita dr. Rusydiana
dr. I Dewa Ayu Agung Anatasia dr. Shandy Wicaksono
dr. I Gede Rama Pradnyana dr. Silvianti Budi Rahmawati
Anugrahanta dr. Wenas Arjanggi Hartas

Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Kementrian


Ketenagakerjaan Indonesia Periode 22-26 Oktober 2018
Surabaya
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, pembangunan nasional berkembang seiring dengan


berjalannya perkembangan industri yang ditandai dengan moderenisasi pada
mekanisme produksi. Yakni, terjadi peningkatan penggunaan mesin-mesin,
pesawat-pesawat, dan teknologi tinggi lainnya, serta bahan berbahaya. Namun,
kemudahan dalam proses produksi dapat pula meningkatkan jumlah dan jenis
bahaya di tempat kerja. Selain itu, tercipta lingkungan kerja yang kurang
memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya. Masalah tersebut
akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat
kecelakaan kerja.

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam sebuah


perusahaan menjadi sebuah keharusan guna meminimalisir kejadian kecelakaan
kerja. Pada hakikatnya, faktor K3 berpengaruh terhadap efisiensi produksi dari
suatu perusahaan industri sehingga dapat mempengaruhi tingkat pencapaian
produktivitasnya. Karena pada dasarnya tujuan K3 adalah melindungi para tenaga
kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Kebijakan terkait penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, dan kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah, mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta
terciptanya lingkungan kerja yang aman, efisien, dan produktif. Salah satu caranya
adalah menciptakan perusahaan yang higiene agar lingkungan kerja menjadi
aman, nyaman, dan sehat.

Higiene perusahaan adalah suatu upaya pemeliharaan lingkungan kerja


(fisik, kimia, radiasi dan sebagainya) dan lingkungan perusahaan. Upaya ini
terutama dilakukan dalam hal pengamatan, pengumpulan data, merencanakan, dan
melaksanakan pengawasan terhadap segala kemungkinan gangguan kesehatan
tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan. Dengan demikian, sasaran
kegiatan perusahaan adalah lingkungan kerja dan lingkungan perusahaan.

1
Penyehatan lingkungan kerja dan perusahaan merupakan upaya pencegahan
timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan proses produksi
perusahaan. Sedangkan menurut Sumakmur, higiene perusahaan adalah
spesialisasi dalam ilmu higiene beserta praktiknya dengan mengadakan penilaian
kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam
lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan
untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut, serta apabila diperlukan
berupa tindakan pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan
terhindar dari bahaya akibat kerja, serta diharapkan dapat mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

Setiap perusahaan diharapkan mampu menerapkan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan dan Kerja (SMK3) dalam perusahaannya masing-
masing, di mana sistem tersebut menjadi suatu siklus yang tidak terputus dan
berkesinambungan. SMK3 dimulai dengan penerapan K3, evaluasi dan
peninjauan ulang hingga pada akhirnya peningkatan berkelanjutan. Salah satu
tahapan yang paling penting dari siklus tersebut adalah penentuan hazard (potensi
bahaya) yang terdapat pada perusahaan dan dapat menjadi faktor risiko bagi
tenaga kerja, baik itu dari faktor fisik, kimia maupun biologi.

Melihat pentingnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan dan Kerja (SMK3) dan higiene perusahaan sebagai bentuk upaya
pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan akibat
proses produksi perusahaan, maka pada hari Rabu, 4 Maret 2018 telah dilakukan
kunjungan ke sebuah perusahaan yang terletak di daerah Mojokerto Jawa Timur,
yaitu PT. AJINOMOTO. Kunjungan perusahaan bagi tim penyusun ini lebih
difokuskan untuk :

1. Mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja di PT. AJINOMOTO,
2. Mengidentifikasi potensi bahaya faktor fisik, kima, dan biologis di PT.
AJINOMOTO,
3. Mengetahui pengelolaan limbah industri di PT. AJINOMOTO.

2
Selanjutnya, dilakukan analisis masalah terhadap data-data yang diperoleh
di lapangan dan kemudian dilakukan upaya alternatif pemecahan masalah yang
ada di PT. AJINOMOTO. Diharapkan alternatif pemecahan masalah yang
ditawarkan dalam proses tersebut dapat diterapkan kepada seluruh karyawan yang
terlibat, sehingga dapat mengurangi potensi adanya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja guna memaksimalkan kinerja para karyawan.

1.2 DASAR HUKUM

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. UU No. 3 Tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi Organisasi
Perburuhan International No. 120 mengenai higine dalam perniagaan dan
kantor-kantor
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang
Bahan Kimia Berbahaya.
4. Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
5. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan
dan kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.
6. Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86
dimana dikatakan bahwa pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

3
1.3 Profil Perusahaan

1. Nama Perusahaan
PT. AJINOMOTO
2. Alamat
Jl. Raya Mlirip, Mlirip, Jetis, Mojokerto, Jawa Timur 61352
3. Sejarah dan Perkembangan

PT Ajinomoto Indonesia berdiri tahun 1969 di Jakarta. Pada tahun


1970 mendirikan pabrik pertamanya di Mojokerto-Jawa Timur dengan
produk utama penyedap rasa dengan merek AJI-NO-MOTO® yang
dipasarkan ke seluruh wilayah Indonesia. Pabrik kedua di Karawang
didirikan pada tahun 2012 dengan tujuan memenuhi kebutuhan produk-
produk bumbu masak bagi masyarakat Indonesia. Di tahun 2015, PT.
Ajinomoto Bakery Indonesia resmi didirikan. Pabrik di Karawang timur
dengan Japan Technology dan Japanese Staff yang berpengalaman akan
mulai beroperasi di Agustus 2016. Saat ini selain AJI-NO-MOTO®, group
Ajinomoto Indonesia memproduksi Masako® bumbu kaldu penyedap,
Sajiku® bumbu prakts siap saji, SAORI® bumbu masakan Asia dan
Mayumi® mayonanaise yummy. Sekarang Group Ajinomoto Indonesia
terdiri dari PT Ajinomoto Indonesia, PT Ajinomoto Bakery Indonesia, PT
Ajinex International,PT Ajinomoto Sales Indonesia. PT Ajinomoto Sales
Indonesia yang memiliki cabang penjualan di Jakarta, Surabaya, dan
Medan.

4. Kegiatan Usaha

PT. AJINOMOTO memiliki kegiatan usaha produksi bumbu rumah


tangga

5. Jumlah Karyawan
Total karyawan di PT Ajinomoto adalah kurang lebih 2200 orang terdiri
dari laki-laki dan perempuan dengan kisaran usia 14-55 tahun.
6. Jam Kerja Karyawan
PT Ajinomoto memiliki jam operasional 24 jam dengan terbagi 3 shift
pada setiap pekerja. Dalam 1 shift 8 jam dan dalam 1 minggu 40 jam.

4
7. Jaminan Asuransi Kesehatan
PT Ajinomoto bekerja sama dalam memberikan jaminan kesihatan pada
setiap karyawan yaitu BPJS kesehatan, BPJS ketenagakerjaan, dan
asuransi diluar hubungan kerja (ADHK). Dari ketiga jaminan kesehatan
tersebut, karyawan dapat memilih salah satu atau dapat pula dengan
metode medical reimburst, baik penyakit akibat kerja maupun bukan.
Jaminan kesehatan tersebut sudah dapat dilayani disemua rumah sakit.
8. P2K3
PT Ajinomoto telah memiliki menejemen P2K3 yang terstruktural dan
dikepalai oleh direktur utama. Dimana setiap departemen dan karyawan
diwajibkan sadar akan keselamatan kerja. PT Ajinomoto memiliki P2K3
mandiri, dalam tiap bidang-bidang, dan safety crisis team. PT Ajinomoto
sduah membentuk HSE sejak 16 April 2015 sebagai salah satu bagian dari
P2K3.

1.4 PROSES PRODUKSI

Gambar 1. Denah Kawasan Industri PT Ajinomoto.

1.5 Landasan Teori

5
Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139)
menyatakan keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap
perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan
sedangkan kesehatan kerja yaitu terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan
timbul setelah memulai pekerjaannya. Sedangkan pendapat Leon C Meggison
yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara (2000:161) bahwa istilah keselamatan
mencakup kedua istilah yaitu resiko keseamatan dan resiko kesehatan. Dalam
kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu Keselamatan kerja
menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau
kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik,
terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan,
dan pendengaran. Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan perusahaan
atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan
pemeliharaan dan latihan.

Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja menyatakan


bahwa :

1. Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya


dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan, meningkatkan
produksi serta produktivitas nasional.
2. Setiap orang lainnya yang berada di tempar kerja perlu terjamin pula
keselamatannya.
3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.

Perlu adanya upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja


dengan peraturan keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan
masyarakat, industrialisasi, dan teknologi. Undang-undang ini mengatur
keselamatan kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara wilayah kekuasaan hukum republik indonesia. Adapun tempat
kerja adalah lapangan terbuka atau tertutup, bergerak atau tetap dimana tenaga

6
kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja dimana terdapat sumber-sumber
berbahaya /hazard. Adapun syarat keslamatan kerja meliputi :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan


2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat pelindung diri pada tenaga kerja
7. Mencegah atau menyebar luasnya suhu, kelembaban debu, kotoran, asap,
uap, gas, hembusan angin,cuaca, sinar, atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan penyakit akibat kerja baik fisik, psikis,
keracunan, infeksi dan penularannya
9. Memperoleh penerangan suhu yang sesuai
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan
penyimpanan barang
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang
berbahaya.

Dapat disimpulkan bahwa penerapan K3 merupakan sebuah prosedur


dalam perusahaan untuk mencegah terjadinya kerugian yang disebabkan oleh
kecelakaan. Tujuan akhir dari penerapan K3 adalah tidak terjadinya kecelekaan
kerja/zero accident. Dalam hal ini, fungsi dokter perusahaan diperlukan dalam
promotif, pereventif, kuratif dan rehabilitatif. Dengan demikian, keselematan

7
kerja sama pentingnya terhadap produksi,kualitas, profit, dan kepercayaan stake
holder karena kelima aspek tersebut saling berkaitan.

Identifikasi potensi bahaya

Dalam bekerja, selalu ada risiko dalam pekerjaan. Perlu dilakukan


identifikasi potensi bahaya di lingkungan kerja. Identifikasi potensi bahaya
bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir risiko yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kecelakaan. Adapun analisis risiko bahaya meliputi;

1. Identifikasi potensi bahaya dapat dilakukan dengan pengukuran


lingkungan kerja, pemeriksaan peralatan proses produksi atau investigasi
kecelakaan.
2. Evaluasi risiko, apakah zat/peralatan cukup signifikan dalam menimbulkan
bahaya

Pengendalian risiko bahaya

Pengendalian risiko bertujuan meminimalisir dampak yang ditimbulkan


oleh suatu bahaya. Pengendalian risiko terbagi dua yakni, pengendalian teknis dan
pengendalian administrattif.

Pengendalian teknis sendiri terdiri dari :

1. Eliminasi bahan/alat yang berisiko menimbulkan bahaya


2. Substitusi atau mengganti bahan dengan yang kurang berbahaya
3. Isolasi bahan yang berbahaya
4. Pemasangan pengaman pada mesin atau alat
5. Pemasangan ventilasi

Pengendalian teknis juga terdiri dari beberapa bagian :

1. Pengaturan waktu kerja


2. Rotasi kerja/mutasi kerja
3. Pemeriksaan kesehatan berkala sekali dalam setahun
4. Pelatihan K3
5. Pemeliharaan peralatan dan fasilitas kerja

8
6. Pelaksanaan SOP
7. Pemasangan rambu-rambu peringatan
8. Audit/inspeksi.

9
BAB II

PELAKSANAAN

2.1. Tanggal dan Waktu Pengamatan

Kegiatan kunjungan identifikasi tempat kerja, dalam hal ini PT.


Ajinomoto dilakukan pada hari kamis tanggal 25 Oktober 2018, Pukul 08.00 -
12.00 WIB

2.2 Lokasi Pengamatan

PT. AJINOMOTO, merupakan perusahaan yang bergerak dibidang


industri ini berlokasi di Jl. Raya Mlirip, Mlirip, Jetis, Mojokerto, Jawa Timur
61352

10
BAB III

HASIL PENGAMATAN

A. MESIN, PESAWAT, DAN ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN


Kontruksi : Bangunan sesuai kontruksi Factory

Maintenance : Sesuai prosedur pemeliharaan dan Perawatan

No. Nama Peralatan Pemeriksaan Berkala

1 Autoclave setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan

2 Reo kneader setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan

3 Evaporator setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan

4 Basket setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan

5 Cooler setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan

6 Dryer setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan

7 Scales setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan

8 Mincing machine setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan

9 Etiket sealing ,avhine setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan

B. INSTALASI LISTRIK

PT. Ajinomoto Indonesia dalam melakukan kegiatan produksinya


menggunakan sumber Listrik yang berasal dari PLN dan pembangkit listrik tenaga
gas dan uap dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.

Penerangan dalam kegiatan produksi menggunakan 2 jenis penerangan


yaitu penerangan sumber alami seperti matahari dan sumber buatan seperti lampu.
Jumlah penerangan seperti lampu sudah cukup baik terpasang merata di berbagai
tempat.

11
Dari peninjauan kami ke PT. Ajinomoto Indonesia, kami dapat menyimpulkan
bahwa penggunaan instalasi listrik cukup baik dan cukup tertata.

C. SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PENGAMATAN STANDAR
Alat pemadam api ringan ( APAR ) jumlahnya sudah cukup pada Memiliki tim
beberapa tempat, namun pada pabrik pengolahan daging ayam dan sapi penanggulangan
jumlah APAR masih kurang dan terletak cukup jauh sehingga tidak kebakaran yang terlatih
mudah terlihat oleh semua pekerja.
Memiliki system proteksi
Namun adapun yang belum sesuai dengan Permenakertrans No. kebakaran. Dan terdapat
Per-04/MEN/1980, adalah tidak terdapat lemari atau peti untuk APAR yang
penyimpanan tabung tersebut. pemasanganya sesuai
dengan Permenakertrans
no. Per-04/MEN/1980
Tanggal pemeriksaan berkala pada APAR tercatat dilaksanakan terakhir Melaksanakan
pada bulan desember 2017 dan berlaku sampai dengan Desember 2019. pemeriksaan dan
pengujian komponen yang
berkaitan dengan
penaggulangan kebakaran
minimal 6 bulan 1 kali.

D. KONSTRUKSI TEMPAT KERJA


KONTRUKSI
PENGAMATAN STANDART
TEMPAT KERJA
Akses keluar masuk Satu Pintu Akses keluar masuk ruangan
aman

Kebersihan dan Kebersihan dan kerapian terjaga Kebersihan dan kerapian tata
kerapian tataruang dan tidak menghalangi akses jalan ruang tidak berantakan dan
merintangi akses jalan

12
Jaminan keselamatan Pengecekan berkala Setiap 1 Terdapat jaminan keselamatan
peralatan, bahan dan Minggu. peralatan, bahan, dan benda –
benda – benda di dalam benda dalam ruangan
ruangan

Tanda peringatan Tanda peringatan ada pada tempat Terdapat tanda peringatan pada
yang berisiko tinggi, banyak daerah dengan resiko tinggi.
spanduk K3 di tempat yang Tersedia arahan jalur evakuasi
mudah dilihat, ditemukan tanda penanggulangan bencana.
arahan jalur evakuasi bencana.
.

E. ALAT PELINDUNG DIRI


WAJIB DILARANG DIINSTRUKSIKAN
Memakai muff Memakai perhiasan Cuci tangan sebelum masuk
Memakai kacamata safety Membawa makanan dan Menjaga kebersihan mesin dan
minuman dari luar ruang kerja
Memakai masker Membawa tas atau barang yang Utamakan K3
tidak berhubungan dengan
pekerjaan
Memakai baju seragam sesuai Memelihara rambut gondrong
jadwal

APD CIRI CIRI PENGAMATAN STANDART


Helm Pekerja tidak menggunakan
Berwarna putih Pekerja menggunakan helm
helm.
Pekerja menggunakan Pekerja menggunakan
Masker Berbahan kain katun
masker. masker.
Sarung
Beberapa pekerja tidak Pekerja menggunakan
Tangan Berbahan kain kanvas
menggunakan sarung tangan. sarung tangan.

Sepatu yang digunakan


Sepatu berwarna coklat, Pekerja menggunakan sepatu Semua pekerja
berbahan kanvas dengan yang sesuai. menggunakan sepatu.
alas karet. Berguna

13
untuk melindungi kaki
dari bahaya panas, dan
benturan, dan luka.
Sebagian besar pekerja tidak
Sebagai pelindung dari Pekerja menggunakan ear
Ear muff menggunakan ear muff
kebisingan. muff.
dengan alasan risih.

Kacamata Sebagai pelindung mata


Sebagian besar pekerja tidak Semua pekerja
safety ketika bekerja dan
menggunakan kacamata menggunakan kacamata
(Tempat mencegah mata dari
safety yang sesuai. safety
pengelasan) terkena benda asing

F. TANGGAP DARURAT DAN EVAKUASI


Tanggap
Darurat & PENGAMATAN STANDART
Evakuasi
Terdapat sistem alarm kebakaran yang baik di Terdapat di semua ruangan, dan
Fire Alarm dalam maupun di luar ruangan pada juga terdapat di luar ruangan, di
keseluruhan lokasi unit perusahaan setiap lorong
Terdapat Emergency Lamp di
Emergency Lamp Terdapat Emergency Lamp
semua ruangan
Tangga darurat dan tangga umum,
Pintu – pintu jalur evakuasi mudah
Terdapat tangga darurat, tangga umum, dan
terlihat dan semuanya tidak dalam
pintu evakuasi maupun jalur evakuasi
Jalur Evakuasi keadaan terkunci
sebanyak 2 pintu masing masing di lantai atas
Jalur cukup terawat dengan baik,
dan bawah.
terbuka cukup lebar, dan tidak ada
yang menghalangi jalur
Rambu – Rambu Terdapat rambu-rambu yang menunjukan Rambu – rambu yang menunjukan
Jalur Evakuasi lokasi jalur evakuasi berwarna merah yang lokasi jalur evakuasi cukup jelas,
menunjukkan jalur evakuasi. Rambu berwarna merah dengan kondisi
peringatan di bagian Pengemasan Masako yang cukup baik.
masih dirasa kurang. Peta jalur evakuasi juga jelas
terdapat di setiap ruangan.
Tempat berkumpul Titik Point

14
berada pada lahan yang kosong.
Terdapat di setiap lorong, dalam
Terdapat APAR di setiap ruangan dari masing-
keadaan baik,mudah dijangkau.
masing departemen dan dilengkapi tata cara
APAR ( Alat terdapat cara penggunaan,
penggunaannya.
Pemadam Api maintenance dilaksanakan sesuai
Letak apar baik dan strategis dengan jumlah
Ringan) aturan, sesuai dengan seharusnya
lebih dari satu di setiap masing-masing unit
pengecekan dilakukan 6 bulan
sekali

G. KEJADIAN KECELAKAAN KERJA


PENGAMATAN STANDART

Angka kejadian Menurut PT. Ajinomoto


kecelakaan kerja kejadian kecelakaan kerja
(saat ditanyakan ke pihak selama 3 tahun ini hampir
PT Ajinomoto) “zero accident” bisa dibilang
tidak ada, karena biarpun
bidang kerja mereka
termasuk bidang kerja yang
high risk terhadap
kecelakaan kerja dan jumlah
pekerjanya yang cukup
banyak.tetapi sudah terdapat
tim K3yang dibentuk dalam
setiap bagian di pabrik
Ajinomoto ini. Dan juga
banyak kegiatan yang
dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran
mengenai K3 pekerja itu
sendiri.

Angka kejadian Spanduk dan poster tentang


kecelakaan kerja keselamatan kerja dan
(setelah dilakukan peraturan tentang

15
kunjungan perusahaan) penggunaan alat pelindung
diri di setiap bidang sudah
ada dan ditempatkan pada
lokasi yang strategis.
Serta dilakukannya simulasi
yang bertujuan untuk
meningkatkana kesadaran
pekerja terhadap K3

H. PERSONIL KESELAMATAN KERJA

Pada perusahaan PT. Ajinomoto, personil yang bertanggung jawab dalam


keselamatan kerja disebut dengan leader. Leader juga bertugas melakukan
penanganan awal serta membawa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja ke
klinik atau puskesmas terdekat. Para leader juga bertugas memberikan briefing
mengenai tata tertib dan keselamatan kerja setiap hari kepada para pekerja. PT
Ajinomoto juga menyediakan kotak P3K untuk para pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja.

16
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

No Unit Kerja Permasalahan Dasar hukum Saran


1. Ajinomoto - Pegawai yang tidak Peraturan menteri tenaga Lebih sosialisakan
Pengemasan taat menggunakan kerja dan transmigrasi RI penggunaan ear muff
APD berupaear muff No. dan bahaya yang
PER.08/MEN/VII/2010 terjadi untuk jangka
tentang Alat Pelindung panjang jika pegawai
Diri tidak menggunakan
UU no 1 tahun 1970 ear muff
tentang keselamatan kerja Briefing untuk
pasal 2 mengecek
kelengkapan APD
sebelum memulai
kerja
2 Masako - Pegawai yang UU nomer 36 tahun 2009 Meningkatkan
Pengemasan bertugas tidak UU 43 tahun 2009 supervisi pengawasan
mentaati SOP Permenpan nomer keselamatan dan
PER/21/M.PAN/11/2008 kesehatan kerja
tentang pedoman
penyusunan standart SOP
prosedur administrasi
pemerintahan
Masako - Rambu rambu UU No 1 tahun 1970 pasal Rambu sebaiknya
Pengemasan peringatan tentang 14B diletakkan di daerah
kesehatan Permenaker No. yang mudah terlihat
keselamatan kerja 05/MEN/1996 tentang dan dapat berjumlah
masih kurang di area sistem manajemen lebih dari satu yang
kerja keselamatan dan kesehatan dapat terlihat dari
kerja berbagai sisi.

17
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya
untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari risiko kecelakaan
dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Dari hasil pengamatan, secara
keseluruhan PT. Ajinomoto Indonesia sudah menjalankan program K3
dengan cukup baik, memenuhi standar, dan memiliki angka kejadian yang
kecil. Namun, masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki:
1. Di bagian pengemasan Masako terdapat pegawai yang tidak taat
menggunakan ear muff.
2. Di bagian pengemasan terdapat pegawai yang bertugas dengan
tidak menaati SOP
3. Di bagian pengemasan pengemasan Masako masih kurang rambu-
rambu peringatan tentang keselamatan kerja di area kerja.
B. SARAN

Dari pemaparan makalah di atas, maka beberapa saran yang dapat


diajukan untuk PT. Ajinomoto Indonesia adalah:

1. Lebih mensosialisasikan penggunaan ear muff dan bahaya yang


terjadi untuk jangka panjang jika pegawai tidak menggunakan ear
mff.
2. Diadakan briefing untuk mengecek kelengkapan APD sebelum
memulai kerja di setiap shift.
3. Meningkatkan supervise pengwasan keselamtan dan kesehatan
kerja.
4. Rambu sebaiknya diletakkan di daerah yang mudah terlihat dan
dapat berjumlah lebih dari satu yang dapat terlihat dari berbagai
sisi.

18
BAB VI

PENUTUP

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa


kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi
kesehatan dan keselamatan kerja tidak selalu berkaitan dengan masalah fisik
pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting
dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan
perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan
keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan
kerja.

Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan


keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak.
Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan mutu kehidupan dan
produktivitas nasional.

19

Anda mungkin juga menyukai