KESELAMATAN KERJA
Disusun oleh:
KELOMPOK B3
c. Penghancuran
Pada proses ini bahan baku dipisah dengan tulangnya dengan cara
manual. Selanjutnya daging ayam di masukaan mesin peggilingan.
Sedangkan tulang ayam akan diolah di lokasi lain untuk dijadikan
pellet (pakan ikan).
d. Pencampuran
e. Pengeringan
Dalam proses ini tekstur bumbu penyedap masih basah sehingga perlu
dilakukannya pengeringan dengan menggunakan mesin blower. Panas
yang tinggi yang dihasilkan oleh mesin blower membuat bumbu kaldu
menjadi kering atau menjadi butir-butir.
f. Pendinginan
g. Pengayakan
Pada proses ini bumbu kaldu yang sudah hapir jadi diayak guna
memilah antara tekstur bumbu yang lembut dan yang masih berbutir-
butir. Bumbu kaldu yang masih berbutir-butir pada akhirnya akan
diproses lagi hingga menjadi bumbu kaldu yang halus.
h. Material Catching
Pada proses ini bumbu kaldu mengalami proses pemilahan bahaya
maghnet yang ada pada bumbu kaldu mengunakan mesin.
i. Transfer To Hopper
Bumbu penyedap yang telah jadi akan mengalir masuk ke alat
pengemas dan dikemas brbagai macam sesuai dengan ukuran beratnya.
C. LANDASAN KERJA
Dalam penerapan K3 di PT Ajinomoto Indonesia mengacu pada UU no
1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang dijadikan landasan utama.
Landasan penerapan K3 tersebut dipampang di setiap ruangan. Undang-
Undang ini merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Dengan adanya
Undang-Undang ini, pemerintah berusaha untuk menanggulangi masalah
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) baik yang menyangkut peraturan
perundangan kelembagaan, pengawasan dan aturan penegakan hukumnya.
Dalam UU no 1 tahun 1970 menyatakan bahwa setiap pengurus perusahaan
wajib;
1. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik
tenaga kerja yang akan diterima atau dipindahkan sesuai sifat pekerjaan yang
akan dilakukan.
2. Menunjukan dan menjelaskan kepada tenaga kerja: kondisi-kondisi dan
bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja, APD bagi tenaga kerja, serta
sikap kerja yang aman. Tidak memperkejakan para pekerja sebelum benar-
benar memahami syarat-syarat tersebut.
3. Menyelenggarakan pembinaan tenaga kerja dalam pencegahan kecelakaan,
pemberantasan kebakaran, peningkatan K3 serta P3K pada kecelakaan kerja.
Selain itu dalam melaksanakan program kerja yang ada di perusahaan, PT
Ajinomoto Indonesia juga mempertimbangkan berbagai aspek berdasarkan
UU No. 1 tahun 1951 dan juga UU no 12 tahun 1948 yang menyatakan
bahwa;
1. Tenaga kerja tidak boleh bekerja lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam
seminggu, jika pekerjaan dilakukan pada malam hari atau berbahaya bagi
keselamatan dan kesehatan kerja, waktu kerja tidak boleh lebih dari 6 jam
sehari dan 35 jam dalam seminggu.
2. Setelah tenaga kerja bekerja selama 4 jam terus menerus harus diadakan
istirahat paling sedikit setengah jam.
3. Dalam hal dimana pada suatu waktu terstentu atau biasanya pada tiap waktu
tertentu ada pekerjaan tertimbun yang harus segera dilaksanakan, boleh
dilaksanakan dengan menyimpang dari waktu kerja tersebut asal tidak lebih
dari 9 jam dalam sehari dan 54 jam dalam seminggu.
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya
untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari risiko kecelakaan
dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Dari hasil pengamatan, secara
keseluruhan PT. Ajinomoto Indonesia sudah menjalankan program K3
dengan cukup baik, memenuhi standar, dan memiliki angka kejadian yang
kecil. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki masih terdapat
pegawai yang tidak taat menggunakan ear muff dan tidak menggunakan
masker dengan benar pada bagian pengemasan Masako.
B. SARAN
Dari pemaparan makalah di atas, maka beberapa saran yang dapat
diajukan untuk PT. Ajinomoto Indonesia adalah:
1. Lebih mensosialisasikan penggunaan ear muff dan masker serta
bahaya yang terjadi untuk jangka panjang jika pegawai tidak
menggunakannya.
2. Diadakan briefing untuk mengecek kelengkapan APD sebelum
memulai kerja di setiap shift.
3. Meningkatkan supervise pengwasan keselamtan dan kesehatan
kerja.
BAB VI
PENUTUP