Anda di halaman 1dari 24

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. AJINOMOTO MOJOKERTO


TANGGAL 29 AGUSTUS 2019

KESELAMATAN KERJA

Disusun oleh:
KELOMPOK B3

dr. Nabila Iffah Rachmawati


dr. Nandhan Seftiyan Suryanto
dr. Nideya Riani Putri
dr. Nina Nurlinda
dr. Rahman
dr. Rr Henny Yuniarti
dr. Rulita Aprilya Ambarwati
dr. Sabila Tazqia Rakhmani
dr. Satya Hanggara Putra Pratama
dr. Sekar Rahadisiwi
dr. Shofia Medina Samara
dr. Syifa Amalia Syakura
dr. Teguh Aribowo
dr. Triari Nizuar
dr. Valentinus Yullie Pramono
dr. Yoppy Agung Priambodo, SH., MM.
dr. Yuniar Hisa Pratiwi

Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Kementrian Ketenagakerjaan


Indonesia Periode 26-31 Agustus 2019
Surabaya
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kemajuan teknologi saat ini telah mewujudkan era globalisasi yang
menghadirkan perubahan dan sekaligus tantangan yang perlu antisipasi sejak dini.
Era globalisasi juga berdampak pada perindustrian yang juga semakin
berkembang di seluruh dunia, dan menuntut berbagai perusahaan untuk selalu
pro-aktif dalam peningkatan produksinya yang berpengaruh pada penggunaan
mesin-mesin, peralatan produksi serta pemakaian bahan berbahaya yang semakin
meningkat guna menunjang kelancaran produksi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3 merupakan program
pemerintah. Program ini lahir dari keprihatinan akan banyaknya kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja yang mengakibatkan penderitaan bagi pekerja maupun
keluarga pekerja. Karena frekuensi kecelakaan kerja sebetulnya cukup banyak
namun tidak terdata dengan baik seolah-olah jumlah kasusnya sedikit, maka
banyak yang memandang sebelah mata pada program ini. Undang-undang
dibidang K3 sudah ada sejak tahun 1970 yaitu UU no.1 tahun 1970 yang mulai
diundangkan pada tanggal 12 Januari 1970 yang juga dijadikan hari lahirnya K3.
Namun, hingga tahun 2000 K3 baru mulai banyak dikenal di kalangan masyarakat
dan perusahaan karena memiliki faktor penting bagi produktivitas dan
peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia.
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam sebuah
perusahaan menjadi sebuah keharusan guna meminimalisir kejadian kecelakaan
kerja. Pada hakikatnya, faktor K3 berpengaruh terhadap efisiensi produksi dari
suatu perusahaan industri sehingga dapat mempengaruhi tingkat pencapaian
produktivitasnya. Karena pada dasarnya tujuan K3 adalah melindungi para tenaga
kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Kebijakan terkait penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, dan kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah, mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta
terciptanya lingkungan kerja yang aman, efisien, dan produktif. Salah satu
caranya adalah menciptakan perusahaan yang higiene agar lingkungan kerja
menjadi aman, nyaman, dan sehat.
Setiap perusahaan diharapkan mampu menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan dan Kerja (SMK3) dalam perusahaannya masing-
masing, di mana sistem tersebut menjadi suatu siklus yang tidak terputus dan
berkesinambungan. SMK3 dimulai dengan penerapan K3, evaluasi dan
peninjauan ulang hingga pada akhirnya peningkatan berkelanjutan. Salah satu
tahapan yang paling penting dari siklus tersebut adalah penentuan hazard (potensi
bahaya) yang terdapat pada perusahaan dan dapat menjadi faktor risiko bagi
tenaga kerja, baik itu dari faktor fisik, kimia maupun biologi.
Melihat pentingnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan dan Kerja (SMK3) maka pada hari Kamis, 29 Agustus 2019 telah
dilakukan kunjungan ke sebuah perusahaan yang terletak di daerah Mojokerto
Jawa Timur, yaitu PT. AJINOMOTO.
1.2 Dasar Hukum

1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. 


2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. 


3. UU Uap tahun 1930. 


4. Peraturan Uap tahun 1930.


5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per
01/MEN/1980 tentang keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada
konstruksi bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per
04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat
pemadam api ringan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per
01/MEN/1982 tentang bejana tekanan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang
pesawat tenaga dan produksi.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang
pesawat angkat- angkut.
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang

pengawasan instalasi penyalur petir. 


11. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang

penanggulangan kebakaran di tempat kerja. 


12. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang

pengendalian bahan kimia berbahaya. 


13. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 75/MEN/2002 tentang


pemberlakuan SNI No SNI 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum

instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja. 


14. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan


ketenagakerjaan nomor 113 ahun 2006 tentang pedoman dna pembinaan

teknis petugas K3 ruang terbatas 


15. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan


ketenagakerjaan nomor 45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman keselamatan
dan kesehatan kerja bekerja pada ketinggian dengan menggunakan akses

tali (rope access). 


16. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun


2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
1.3 Profil Perusahaan
1. Nama Perusahaan
PT. AJINOMOTO
2. Alamat
Jl. Raya Mlirip, Mlirip, Jetis, Mojokerto, Jawa Timur 61352
3. Sejarah
PT. Ajinomoto Indonesia didirikan oleh Profesor Kikunae Ikeda
yang merupakan ahli kimia dan guru besar yang berasal dari Universitas
Tokyo Imperal Jepang. Pada tahun 1908 Profesor Kikunae Ikeda
menemukan penemuan besarnya berupa sumber rasa gurih dari kaldu
rumput laut (kombu) yang menjadi begitu fenomenal dan menjadi cikal
bakal lahirnya MSG (Monosodium Glutamat) yang berkembang di seluruh
dunia. Berkat penemuannya tersebut, pada tahun 1909 mulai diproduksi
sebuah produk penyedap rasa yang diberi nama Umami dengan merk
dagang yaitu AJI-NO-MOTO yang memiliki arti essence of taste, mulai
tahun tersebut pula produk Umami mulai diperjualkan secara komersial
pada masyarakat Jepang. Hingga saat ini, AJI-NO-MOTO telah
dipergunakan selama 110 tahun dan beredar luas hampir di 100 wilayah
dan negara. Sehingga AJI-NO-MOTO dapat bertahan lama dipergunakan
oleh masyarakat luas karena selalu mengutamakan kepercayaan dan
kesetiaan konsumen.
Seiring dengan perkembangan AJI-NO-MOTO di pasar dunia,
dibangunlah sebuah perusahaan yang diberi nama PT. Ajinomoto
Indonesia pada tahun 1969 yang bertempat di Kabupaten Mojokerto, Jawa
Timur, Indonesia. Pada tahun 1970, PT. Ajinomoto Indonesia mulai
beroperasi dengan produk utama penyedap rasa dengan merek AJI-NO-
MOTO® yang dipasarkan ke seluruh wilayah Indonesia. Di Indonesia,
eksistensi AJI-NO-MOTO sudah mencapai 49 tahun. Hingga saat ini
produk AJI-NO-MOTO tetap bertahan dan terus berkembang di pasaran
khususnya Indonesia. Permintaan produk yang terus berkembang
mendorong PT. Ajinomoto Indonesia untuk melakukan ekspansi ke
berbagai wilayah di Indonesia. Salah satu wilayah yang yang dijadikan
sebagai tujuan ekspansi adalah Kabupaten Karawang. Pabrik Karawang
didirikan pada tahun 2012 yang mulai beroperasi pada bulan Agustus
2016.
4. Kegiatan Usaha
PT. AJINOMOTO memiliki kegiatan usaha produksi bumbu rumah
tangga
5. Jumlah Karyawan
Total karyawan di PT Ajinomoto adalah kurang lebih 2200 orang terdiri
dari laki-laki dan perempuan dengan kisaran usia 14-55 tahun.
6. Jam Kerja Karyawan
PT Ajinomoto memiliki jam operasional 24 jam dengan terbagi 3 shift
pada setiap pekerja. Dalam 1 shift 8 jam dan dalam 1 minggu 40 jam.

7. Jaminan Asuransi Kesehatan


PT Ajinomoto bekerja sama dalam memberikan jaminan kesihatan pada
setiap karyawan yaitu BPJS kesehatan, BPJS ketenagakerjaan, dan
asuransi diluar hubungan kerja (ADHK). Dari ketiga jaminan kesehatan
tersebut, karyawan dapat memilih salah satu atau dapat pula dengan
metode medical reimburst, baik penyakit akibat kerja maupun bukan.
Jaminan kesehatan tersebut sudah dapat dilayani disemua rumah sakit.
8. P2K3
PT Ajinomoto telah memiliki menejemen P2K3 yang terstruktural dan
dikepalai oleh direktur utama. Dimana setiap departemen dan karyawan
diwajibkan sadar akan keselamatan kerja. PT Ajinomoto memiliki P2K3
mandiri, dalam tiap bidang-bidang, dan safety crisis team. PT Ajinomoto
sduah membentuk HSE sejak 16 April 2015 sebagai salah satu bagian dari
P2K3.
1.4 Denah Kawasan Industri PT. Ajinomoto

Gambar 1. Denah Kawasan Industri PT Ajinomoto.


1.5 Landasan Teori
Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139)
menyatakan keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap
perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan
sedangkan kesehatan kerja yaitu terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan
timbul setelah memulai pekerjaannya. Sedangkan pendapat Leon C Meggison
yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara (2000:161) bahwa istilah keselamatan
mencakup kedua istilah yaitu resiko keseamatan dan resiko kesehatan. Dalam
kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu Keselamatan kerja
menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau
kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik,
terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan,
dan pendengaran. Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan perusahaan
atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan
pemeliharaan dan latihan.
Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja menyatakan bahwa :
1. Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan, meningkatkan
produksi serta produktivitas nasional.
2. Setiap orang lainnya yang berada di tempar kerja perlu terjamin pula
keselamatannya.
3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
Perlu adanya upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja
dengan peraturan keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan
masyarakat, industrialisasi, dan teknologi. Undang-undang ini mengatur
keselamatan kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara wilayah kekuasaan hukum republik indonesia. Adapun tempat
kerja adalah lapangan terbuka atau tertutup, bergerak atau tetap dimana tenaga
kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja dimana terdapat sumber-sumber
berbahaya /hazard. Adapun syarat keslamatan kerja meliputi :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat pelindung diri pada tenaga kerja
7. Mencegah atau menyebar luasnya suhu, kelembaban debu, kotoran, asap,
uap, gas, hembusan angin,cuaca, sinar, atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan penyakit akibat kerja baik fisik, psikis,
keracunan, infeksi dan penularannya
9. Memperoleh penerangan suhu yang sesuai
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan
penyimpanan barang
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang
berbahaya.
Dapat disimpulkan bahwa penerapan K3 merupakan sebuah prosedur
dalam perusahaan untuk mencegah terjadinya kerugian yang disebabkan oleh
kecelakaan. Tujuan akhir dari penerapan K3 adalah tidak terjadinya kecelekaan
kerja/zero accident. Dalam hal ini, fungsi dokter perusahaan diperlukan dalam
promotif, pereventif, kuratif dan rehabilitatif. Dengan demikian, keselematan
kerja sama pentingnya terhadap produksi,kualitas, profit, dan kepercayaan stake
holder karena kelima aspek tersebut saling berkaitan.
Identifikasi potensi bahaya
Dalam bekerja, selalu ada risiko dalam pekerjaan. Perlu dilakukan
identifikasi potensi bahaya di lingkungan kerja. Identifikasi potensi bahaya
bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir risiko yang berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kecelakaan. Adapun analisis risiko bahaya meliputi;
1. Identifikasi potensi bahaya dapat dilakukan dengan pengukuran
lingkungan kerja, pemeriksaan peralatan proses produksi atau investigasi
kecelakaan.
2. Evaluasi risiko, apakah zat/peralatan cukup signifikan dalam
menimbulkan bahaya
Pengendalian risiko bahaya
Pengendalian risiko bertujuan meminimalisir dampak yang ditimbulkan
oleh suatu bahaya. Pengendalian risiko terbagi dua yakni, pengendalian teknis dan
pengendalian administratif.
Pengendalian teknis sendiri terdiri dari :
1. Eliminasi bahan/alat yang berisiko menimbulkan bahaya
2. Substitusi atau mengganti bahan dengan yang kurang berbahaya
3. Isolasi bahan yang berbahaya
4. Pemasangan pengaman pada mesin atau alat
5. Pemasangan ventilasi
Pengendalian teknis juga terdiri dari beberapa bagian :
1. Pengaturan waktu kerja
2. Rotasi kerja/mutasi kerja
3. Pemeriksaan kesehatan berkala sekali dalam setahun
4. Pelatihan K3
5. Pemeliharaan peralatan dan fasilitas kerja
6. Pelaksanaan SOP
7. Pemasangan rambu-rambu peringatan
8. Audit/inspeksi.
BAB II
PELAKSANAAN

2.1. Tanggal dan Waktu Pengamatan


Kegiatan kunjungan identifikasi tempat kerja, dalam hal ini PT.
Ajinomoto dilakukan pada hari Kamis tanggal 29 Agustus 2019, Pukul 08.00 -
12.00 WIB
2.2 Lokasi Pengamatan
PT. AJINOMOTO, merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
industri ini berlokasi di Jl. Raya Mlirip, Mlirip, Jetis, Mojokerto, Jawa Timur
6135
BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. MESIN, PESAWAT, DAN ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN


Kontruksi : Bangunan sesuai konstruksi factory
Maintenance : Sesuai prosedur pemeliharaan dan perawatan
No. Nama Peralatan Pemeriksaan Berkala
setiap hari, setiap minggu dan setiap
1 Autoclave
bulan
setiap hari, setiap minggu dan setiap
2 Reo kneader
bulan
setiap hari, setiap minggu dan setiap
3 Evaporator
bulan
setiap hari, setiap minggu dan setiap
4 Basket
bulan
setiap hari, setiap minggu dan setiap
5 Cooler
bulan
setiap hari, setiap minggu dan setiap
6 Dryer
bulan
setiap hari, setiap minggu dan setiap
7 Scales
bulan
setiap hari, setiap minggu dan setiap
8 Mincing machine
bulan
setiap hari, setiap minggu dan setiap
9 Etiket sealing machine
bulan
Setiap 6 bulan dilakukan off produksi untuk maintenance mesin secara
menyeluruh, termasuk penggantian oli selama 3 minggu.
B. BAHAN DAN PROSES KERJA

Gambar 2. Proses pembuatan MSG


a. Proses Penerimaan Material

Gambar 3. Proses pembuatan masako

PT.Ajinomoto Indonesia sangat memperhatikan kualitas setiap jenis


bahan baku yang akan diproses, karena hal tersebut menjadi penentu
dalam mengkasilkan produk yang bermutu tinggi. Ayam yang
digunakan dalam bahan baku Masako adalah daging ayam yang
menghasilkan cita rasa kaldu ayam yang sangat kuat. Setiap harinya
ribuan daging ayam segar diterima dari rumah potong hewan
bersertifikat Halal dan siap diproses di pabrik Masako. Setelah dicuci
bersih ayam siap dimasak dengan temperatur dan uap tinggi. Daging
Sapi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan ekstrak daging
sapi adalah jenis yang berkulitas, baik local maupun kawin silang, atau
sapi impor yang dikembangbiakan secara lokal dengan kondisi fisik
dalam keadaan sehat bebas penyakit dan bersertifikat Halal.
b. Penimbangan


Melakukan penimbangan bahan baku dengan tujuan agar takaran pas


dan menndapatkan hasil produk yang terbaik sebelum dimasak.

c. Penghancuran


Pada proses ini bahan baku dipisah dengan tulangnya dengan cara
manual. Selanjutnya daging ayam di masukaan mesin peggilingan.
Sedangkan tulang ayam akan diolah di lokasi lain untuk dijadikan
pellet (pakan ikan).

d. Pencampuran


Pada proses ini dilakukan pencampuran antara daging ayam yang


sudah halus dan juga bumbu tambahan lain seperti merica, ketumbar,
garam, gula, bawang merah dan juga bawang putih. Merica dan
ketumbar dipastikan sudah steril dan bebas dari kontaminasi bahan
lain.

e. Pengeringan


Dalam proses ini tekstur bumbu penyedap masih basah sehingga perlu
dilakukannya pengeringan dengan menggunakan mesin blower. Panas
yang tinggi yang dihasilkan oleh mesin blower membuat bumbu kaldu
menjadi kering atau menjadi butir-butir.

f. Pendinginan


Pada proses pendingnan bumbu kaldu tersebut didinginkan dari suhu


sebelumnya yang panas

g. Pengayakan


Pada proses ini bumbu kaldu yang sudah hapir jadi diayak guna
memilah antara tekstur bumbu yang lembut dan yang masih berbutir-
butir. Bumbu kaldu yang masih berbutir-butir pada akhirnya akan
diproses lagi hingga menjadi bumbu kaldu yang halus.
h. Material Catching
Pada proses ini bumbu kaldu mengalami proses pemilahan bahaya
maghnet yang ada pada bumbu kaldu mengunakan mesin.

i. Transfer To Hopper
Bumbu penyedap yang telah jadi akan mengalir masuk ke alat
pengemas dan dikemas brbagai macam sesuai dengan ukuran beratnya.
C. LANDASAN KERJA
Dalam penerapan K3 di PT Ajinomoto Indonesia mengacu pada UU no
1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang dijadikan landasan utama.
Landasan penerapan K3 tersebut dipampang di setiap ruangan. Undang-
Undang ini merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Dengan adanya
Undang-Undang ini, pemerintah berusaha untuk menanggulangi masalah
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) baik yang menyangkut peraturan
perundangan kelembagaan, pengawasan dan aturan penegakan hukumnya.
Dalam UU no 1 tahun 1970 menyatakan bahwa setiap pengurus perusahaan
wajib;
1. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik
tenaga kerja yang akan diterima atau dipindahkan sesuai sifat pekerjaan yang
akan dilakukan.
2. Menunjukan dan menjelaskan kepada tenaga kerja: kondisi-kondisi dan
bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja, APD bagi tenaga kerja, serta
sikap kerja yang aman. Tidak memperkejakan para pekerja sebelum benar-
benar memahami syarat-syarat tersebut.
3. Menyelenggarakan pembinaan tenaga kerja dalam pencegahan kecelakaan,
pemberantasan kebakaran, peningkatan K3 serta P3K pada kecelakaan kerja.
Selain itu dalam melaksanakan program kerja yang ada di perusahaan, PT
Ajinomoto Indonesia juga mempertimbangkan berbagai aspek berdasarkan
UU No. 1 tahun 1951 dan juga UU no 12 tahun 1948 yang menyatakan
bahwa;
1. Tenaga kerja tidak boleh bekerja lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam
seminggu, jika pekerjaan dilakukan pada malam hari atau berbahaya bagi
keselamatan dan kesehatan kerja, waktu kerja tidak boleh lebih dari 6 jam
sehari dan 35 jam dalam seminggu.
2. Setelah tenaga kerja bekerja selama 4 jam terus menerus harus diadakan
istirahat paling sedikit setengah jam.
3. Dalam hal dimana pada suatu waktu terstentu atau biasanya pada tiap waktu
tertentu ada pekerjaan tertimbun yang harus segera dilaksanakan, boleh
dilaksanakan dengan menyimpang dari waktu kerja tersebut asal tidak lebih
dari 9 jam dalam sehari dan 54 jam dalam seminggu.

Gambar 4. Peraturan Keselamatan Kerja


Selain berdasarkan UU, penerapan K3 di PT. Ajinomoto Indonesia juga
berdasarkan pada ketentuan kementrian ketenagakerjaan. Diantaranya adalah
KEPMENAKER no. 51 tahun 1999 tentang penggunaan APD ear plug,
PERMENAKER no. 5 tahun 1996 tentang manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), dan juga PERMENAKER no 4 tahun 1987 tentang
panitia Pembina K3 (P2K3). Landasan-landasan tersebut berkesinambungan
antara satu dengan yang lainnya. Adanya landasan tersebjt digunakan sebagai
landasan berjalannya berbagai program K3 di dalam perusahaan supaya lebih
terarah dan terstruktur.
D. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PT. Ajinomoto mempunyai 2 strategi untuk segi kuantitas bahan baku
menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) untuk MSG
(Monosodium Glutamate) dan metode JIT (Just in Time) untuk produk bumbu
masakan dan dari segi kualitas menggunakan SOP (Standar Operasional
Prosedur) yang meliputi ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001, ISO 22000,
SNI (Standar Nasional Indonesia) dan AJIS (Ajinomoto Japan Industry
Standart). Dua metode tersebut dinilai sangat efektif digunakan karena proses
produksi berjalan dengan stabil dan kebutuhan pasar untuk produk bumbu
masakan dapat terpenuhi.
E. INSTALASI LISTRIK
PT. Ajinomoto Indonesia dalam melakukan kegiatan produksinya
menggunakan sumber Listrik yang berasal dari PLN dan pembangkit listrik
tenaga gas dan uap dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Penerangan dalam kegiatan produksi menggunakan 2 jenis penerangan
yaitu penerangan sumber alami seperti matahari dan sumber buatan seperti
lampu. Jumlah penerangan seperti lampu sudah cukup baik terpasang merata
di berbagai tempat.
Dari peninjauan kami ke PT. Ajinomoto Indonesia, kami dapat
menyimpulkan bahwa penggunaan instalasi listrik cukup baik dan cukup
tertata.
F. PRASARANA KERJA
Prasarana kerja Pengamatan Standar
Lift Didapatkan lift pada UU RI no 28 tahun 2002 tentang
gedung pengemasan bangunan gedung; bangunan
masako. gedung jumlah lantai lebih dari 5
harus dilengkapi dengan sarana
transportasi vertical (lift)
Toilet Didapatkan toilet Permenaker RI no 5 tahun 2018
wanita dan pria tentang standar keselamatan dan
dengan tanda yang kesehatan kerja, pasal 33-35
jelas, dengan tentang fasilitas kebersihan ;
kebersihan terjaga. toilet untuk karyawan pria,
wanita dan penanda cacat
dengan tanda yang jelas serta
dijaga kebersihannya
Kantin Terdapat kantin Surat edaran Menakertrans
perusahaan dengan No.01/Men/1979 tentang
kondisi kantin bersih pengadaan kantin perusahaan
dan terawat. dengan jumlah buruh lebih dari
Didapatkan wastafel 200.
untuk mencuci tangan
sebelum memasuki
area makan.
Penangkal petir Didapatkan penangkal Berdasarkan UU RI 28 th 2002,
petir pada seluruh tentang bangunan gedung.
bangunan tinggi di Persyaratan bangunan gedung
area pabrik harus disertai dengan system
penangkal petir

G. KONSTRUKSI TEMPAT KERJA


KONTRUKSI
TEMPAT PENGAMATAN STANDART
KERJA
Akses keluar Satu Pintu Akses keluar masuk ruangan
masuk aman

Kebersihan dan Kebersihan dan kerapian Kebersihan dan kerapian tata


kerapian terjaga dan tidak ruang tidak berantakan dan
tataruang menghalangi akses jalan merintangi akses jalan

Jaminan Pengecekan berkala Setiap Terdapat jaminan keselamatan


keselamatan 1 Minggu. peralatan, bahan, dan benda –
peralatan, bahan benda dalam ruangan
dan benda –
benda di dalam
ruangan
Tanda Tanda peringatan ada pada Terdapat tanda peringatan
peringatan tempat yang berisiko pada daerah dengan resiko
tinggi, banyak spanduk K3 tinggi. Tersedia arahan jalur
di tempat yang mudah evakuasi penanggulangan
dilihat, ditemukan tanda bencana.
arahan jalur evakuasi
bencana.

H. SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN


PENGAMATAN STANDAR
Alat pemadam api ringan ( APAR ) jumlahnya sudah Memiliki tim
cukup pada beberapa tempat, namun pada pabrik penanggulangan
pengolahan daging ayam dan sapi jumlah APAR masih kebakaran yang
kurang dan terletak cukup jauh sehingga tidak mudah terlatih
terlihat oleh semua pekerja.
Memiliki system
Namun adapun yang belum sesuai dengan proteksi kebakaran.
Permenakertrans No. Per-04/MEN/1980, adalah tidak Dan terdapat APAR
terdapat lemari atau peti untuk penyimpanan tabung yang pemasanganya
tersebut. sesuai dengan
Permenakertrans
no. Per-
04/MEN/1980
Tanggal pemeriksaan berkala pada APAR tercatat Melaksanakan
dilaksanakan terakhir pada bulan desember 2017 dan pemeriksaan dan
berlaku sampai dengan Desember 2019. pengujian
komponen yang
berkaitan dengan
penaggulangan
kebakaran minimal
6 bulan 1 kali.

I. ALAT PERLINDUNGAN DIRI


WAJIB DILARANG DIINSTRUKSIKAN
Memakai earmuff Memakai perhiasan Cuci tangan sebelum
masuk
Memakai kacamata Membawa makanan dan Menjaga kebersihan
safety minuman ke ruangan kerja mesin dan ruang
kerja
Memakai masker Membawa tas atau barang Utamakan K3
yang tidak berhubungan
dengan pekerjaan
Memakai baju seragam Memelihara rambut
sesuai jadwal gondrong
APD CIRI CIRI PENGAMATAN STANDART
Pekerja menggunakan
Helm Pekerja tidak helm sesuai dengan
Berwarna putih
menggunakan helm risiko kerja tertimpa
benda berat.
Pekerja menggunakan Pekerja menggunakan
Masker Berbahan kain katun
masker. masker.
Pekerja menggunakan
Sarung Beberapa pekerja tidak sarung tangan sesuai
Tangan Berbahan kain kanvas menggunakan sarung dengan risiko kerja
tangan. (paparan bahan
berbahaya)
Sepatu yang
digunakan berwarna
coklat, berbahan
Sepatu kanvas dengan alas Pekerja menggunakan Semua pekerja
karet. Berguna untuk sepatu yang sesuai. menggunakan sepatu.
melindungi kaki dari
bahaya panas, dan
benturan, dan luka.
Pekerja menggunakan
Sebagian besar pekerja ear muff/ear plug di
Sebagai pelindung
Ear muff tidak menggunakan ear tempat dengan
dari kebisingan.
muff. kebisingan >85 Db lebih
7 jam

J. TANGGAP DARURAT DAN JALUR EVAKUASI


Tanggap
Darurat & PENGAMATAN STANDART
Evakuasi
Terdapat sistem alarm kebakaran yang baik Terdapat di semua ruangan, dan
Fire Alarm di dalam maupun di luar ruangan pada juga terdapat di luar ruangan, di
keseluruhan lokasi unit perusahaan setiap lorong
Emergency Terdapat Emergency Lamp di
Terdapat Emergency Lamp
Lamp semua ruangan
Tangga darurat dan tangga
umum, Pintu – pintu jalur
Terdapat tangga darurat, tangga umum, dan evakuasi mudah terlihat dan
pintu evakuasi maupun jalur evakuasi semuanya tidak dalam keadaan
Jalur Evakuasi
sebanyak 2 pintu masing masing di lantai terkunci
atas dan bawah. Jalur cukup terawat dengan baik,
terbuka cukup lebar, dan tidak
ada yang menghalangi jalur
Rambu – rambu yang
Terdapat rambu-rambu yang menunjukan menunjukan lokasi jalur
lokasi jalur evakuasi berwarna merah yang evakuasi cukup jelas, berwarna
menunjukkan jalur evakuasi. Rambu merah dengan kondisi yang
Rambu – Rambu
peringatan di bagian Pengemasan Masako cukup baik.
Jalur Evakuasi
sudah cukup Peta jalur evakuasi juga jelas
terdapat di setiap ruangan.
Tempat berkumpul Titik Point
berada pada lahan yang kosong.
Terdapat APAR di setiap ruangan dari Terdapat di setiap lorong, dalam
masing-masing departemen dan dilengkapi keadaan baik,mudah dijangkau.
APAR ( Alat tata cara penggunaannya. terdapat cara penggunaan,
Pemadam Api Letak apar baik dan strategis dengan maintenance dilaksanakan sesuai
Ringan) jumlah lebih dari satu di setiap masing- aturan, sesuai dengan seharusnya
masing unit pengecekan dilakukan 6 bulan
sekali
K. KEJADIAN KECELAKAAN KERJA
PENGAMATAN STANDART
Angka kejadian Menurut PT. Ajinomoto
kecelakaan kerja kejadian kecelakaan kerja
(saat ditanyakan ke selama 3 tahun ini hampir
pihak PT Ajinomoto) “zero accident” bisa
dibilang tidak ada, karena
biarpun bidang kerja
mereka termasuk bidang
kerja yang high risk
terhadap kecelakaan kerja
dan jumlah pekerjanya
yang cukup banyak.tetapi
sudah terdapat tim K3yang
dibentuk dalam setiap
bagian di pabrik
Ajinomoto ini. Dan juga
banyak kegiatan yang
dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran
mengenai K3 pekerja itu
sendiri.

Angka kejadian Spanduk dan poster


kecelakaan kerja tentang keselamatan kerja
(setelah dilakukan dan peraturan tentang
kunjungan perusahaan) penggunaan alat pelindung
diri di setiap bidang sudah
ada dan ditempatkan pada
lokasi yang strategis.
Serta dilakukannya
simulasi yang bertujuan
untuk meningkatkan
kesadaran pekerja
terhadap K3

L. PERSONEL KESELAMATAN KERJA


Pada perusahaan PT. Ajinomoto, personil yang bertanggung jawab
dalam keselamatan kerja disebut dengan leader. Leader juga bertugas
melakukan penanganan awal serta membawa pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja ke klinik atau puskesmas terdekat. Para leader juga bertugas
memberikan briefing mengenai tata tertib dan keselamatan kerja setiap hari
kepada para pekerja. PT Ajinomoto juga menyediakan kotak P3K untuk para
pekerja yang mengalami kecelakaan kerja
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

No Unit Kerja Permasalahan Dasar hokum Saran


1. Ajinomoto - Pegawai yang tidak Peraturan menteri tenaga Lebih sosialisakan
Pengemasan taat menggunakan kerja dan transmigrasi penggunaan ear
APD berupa ear RI No. muff dan masker
muff dan tidak PER.08/MEN/VII/2010 serta bahaya yang
menggunakan tentang Alat Pelindung terjadi untuk jangka
masker dengan Diri panjang.
benar UU no 1 tahun 1970 Briefing untuk
tentang keselamatan mengecek
kerja pasal 2 kelengkapan APD
sebelum memulai
kerja
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya
untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari risiko kecelakaan
dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Dari hasil pengamatan, secara
keseluruhan PT. Ajinomoto Indonesia sudah menjalankan program K3
dengan cukup baik, memenuhi standar, dan memiliki angka kejadian yang
kecil. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki masih terdapat
pegawai yang tidak taat menggunakan ear muff dan tidak menggunakan
masker dengan benar pada bagian pengemasan Masako.
B. SARAN
Dari pemaparan makalah di atas, maka beberapa saran yang dapat
diajukan untuk PT. Ajinomoto Indonesia adalah:
1. Lebih mensosialisasikan penggunaan ear muff dan masker serta
bahaya yang terjadi untuk jangka panjang jika pegawai tidak
menggunakannya.
2. Diadakan briefing untuk mengecek kelengkapan APD sebelum
memulai kerja di setiap shift.
3. Meningkatkan supervise pengwasan keselamtan dan kesehatan
kerja.
BAB VI
PENUTUP

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa


kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan.
Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak selalu berkaitan dengan masalah fisik
pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting
dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan
perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan
keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan
kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak.
Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan mutu kehidupan dan
produktivitas nasional.

Anda mungkin juga menyukai