Anda di halaman 1dari 25

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. YOGYA PRESISI TEHNIKATAMA INDUSTRI


08 AGUSTUS 2018
KELOMPOK 3A
KESELAMATAN KERJA

Kelompok A3
dr. NUR ANNISA F dr. SEKAR AYU P
dr. NURHAYATI dr. SHELIA D W
dr. PUTRI LIDIA P dr. SIBRO M
dr. RAHMAT DARMAWANTORO dr. SOPHY
dr. RAINOESTU GUSTIANA dr. TIA O
dr. RAISSA E dr. TIKA RAHMA G
dr. REBEKA A dr. TOMY G
dr. RIA AGUSTINA dr. VERAWATI
dr. RIAN AYU dr. YENI V
dr. RIMA FAIRUUZ dr. YESI EKA
dr. SAMUEL Y dr. YUANITA R
dr. SANCHIA J dr. YUNIAR P
dr. SAVINA A

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 06 – 10 AGUSTUS 2018
YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keselamatan kerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan baik oleh
perusahaan maupun oleh pekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu
upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dengan tujuan akhirnya
adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3 mutlak untuk dilaksanakan
pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa terkecuali. Upaya K3 diharapkan dapat mencegah
dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat pekerjaan.

Berdasarkan PP No. 50 tahun 2012, definisi kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK). Sedangkan
kecelakaan memiliki arti semua kejadian yang tidak direncanakan, tidak diinginkan,
menghentikan proses, dan menimbulkan cedera. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kecelakaan kerja adalah segala kejadian di tempat kerja yang tidak direncanakan dan
diinginkan yang menimbulkan cedera terhadap tenaga kerja.

Keselamatan kerja saat ini menjadi kewajiban dan kebutuhan perusahaan dalam segala
bentuk kegiatan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga
dapat melindungi karyawannya dari kecelakaan kerja. Karyawan pada bagian produksi atau
karyawan yang bekerja di lapangan selalu berinteraksi dengan alat-alat penunjang (mesin,
bahan kimia, dan peralatan lainnya) sehingga diperlukan manajemen yang baik tentang
keselamatan kerja karyawan.

Rendahnya kondisi K3 di Indonesia dapat menurunkan produktivitas dan efisiensi kerja.


Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia
internasional masih sangat rendah. Produktivitas yang rendah akan membuat Indonesia sulit
menghadapi pasar global akibat pemanfaatan tenaga kerja yang tidak efisien.

Pengetahuan keselamatan kerja sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah-masalah


yang muncul akibat kerja untuk mencapai keamanan yang baik dan realistis dalam
memberikan rasa tentram dan kegairahan dalam bekerja pada tenaga kerja agar dapat
mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi, dan produktivitas kerja.

2
1.2 Dasar Hukum

Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan usaha demi
tercapainya nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka ada beberapa landasan yang
digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut:

1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.


2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU Uap tahun 1930.
4. Peraturan Uap tahun 1930.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980 tentang
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada konstruksi bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980 tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982 tentang
bejana tekanan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan
produksi.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang pesawat angkat-angkut.
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi
penyalur petir.
11. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang penanggulangan
kebakaran di tempat kerja.
12. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan
kimia berbahaya.
13. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan SNI No
SNI 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di
tempat kerja.
14. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor
113 ahun 2006 tentang pedoman dna pembinaan teknis petugas K3 ruang terbatas
15. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja bekerja pada
ketinggian dengan menggunakan akses tali (rope access).

3
1.3 Profil Perusahaan

1.3.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) yang berlokasi di Yogyakarta ini


bergerak di bidang manufaktur seperti membuat mould (cetakan), spare part mesin industri,
otomotif serta plastic injection. Pemilik perusahaan yaitu Bapak Petrus Tedja Hapsoro,
mendirikan PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) pada tanggal 9 September 1999 di
Yogyakarta. Sejak berdiri, PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) telah mendapatkan
Upakarti, IS0 9001 dan telah mengikuti pameran luar negeri. PT Yogya Presisi Tehnikatama
Industri (YPTI) berlokasi di desa Dhuri, Tirtomartani, Kalasan, Sleman Yogyakarta 55571.

PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) merupakan UKM yang bekerjasama


dengan berbagai vendor, baik sebagai customer maupun supplier. Beberapa customer yang
bekerjasama dengan PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) antara lain Astra Daihatsu
Motor, Coca Cola Bottling, Sari Husada, Toyota Astra Motor dan lain-lain. Sedangkan supplier
untuk PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) antaralain Asia Polimer, Hartono Teknik,
CNC Design Nusantara dan lain-lain.

Beberapa produk unggulan PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) saat ini
diantaranya adalah mould (cetakan), sparepart mesin industri, otomotif serta plastic injection.
PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) telah membuat mould selama 15 tahun dan
berkomitmen untuk selalu membuat inovasi. Sedangkan untuk sparepart sudah sejak tahun
1999 ,untuk mendukung industri seperti rokok , obat-obatan , makanan, motor dan mobil. Untuk
plastic injection, PT. YPTI memiliki pengalaman sejak tahun 2006 , untuk mendukung industri
seperti plastik untuk otomotif , plastik mainan untuk pendidikan, kemasan plastik untuk obat
atau barang elektronik.

Dalam melakukan proses produksi, perusahaan menggunakan Computer Aided Design,


Computer Aided Manufakturinc, Computerized Numerical Control, sehingga perusahaan bisa
membuat berbagai design sesuai permintaan. Dalam pengoperasian, perusahaan
menggunakan mesin baik sistem program maupun manual dimana semua produk pesanan
bisa dikerjakan menurut keinginan customer.

1.3.2. Aspek Tenaga Kerja


Dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 4 grup, dalam sehari grup yang bekerja
sebanyak 3 grup sehingga grup yang tidak mendapat shift akan libur, dan sistem ini dijalankan
secara bergiliran. Untuk karyawan non shift bekerja selama 5 hari kerja dengan ketentuan :

4
Senin-Kamis : 07.30 – 16.00 WIB (istirahat kerja selama setengah jam) Jum’at : 07.30 – 16.30
WIB (istirahat kerja selama 1 jam ).
Penjadwalan jam kerja operasi untuk tenaga kerja pada PT Yogya Presisi Tehnikatama
Industri yaitu :

1. Karyawan Office / staff Waktu Kerjanya mulai dari pukul 7.30 – 16.00 WIB (Istirahat:
12.00-12.30 WIB) dan Khusus hari Jum’at dimulai dari pukul 07.30 – 16.30 WIB (Istirahat :
12.00-13.00 WIB).
2. Karyawan Produksi Yang termasuk dalam pegawai produksi adalah pegawai yang turun
langsung pada jalannya produksi yaitu meliputi operator, setter, leader, crusser, QC line,
serta maintenancemold. Dalam Karyawan Shift dibagi menjadi 4 group diantaranya 3 shift
bekerja dan satu group Shift yang libur. Waktu kerja karyawan ini dibagi menjadi 3 shift,
yaitu:
a. Shift I dimulai pukul 07.00 – 15.00 WIB (Istirahat : mulai pukul 11.00)
b. Shift II dimulai pukul 15.00 – 23.00 WIB (Istirahat : mulai pukul 19.00)
c. Shift III dimulai pukul 23.00 – 07.00 WIB (Istirahat : mulai pukul 03.00)
Pada setiap shiftnya istirahat dilakukan secara bergiliran pada operator, karena mesin
produksi ada yang tidak boleh mati.

1.3.3 Aspek produksi


PT. Yogya Presisi tehnikatama Industri memproduksi produk yang disesuaikan dengan
permintaan konsumen Make to Order dan Make To Order Repetitive. Produk yang dihasilkan
PT. Yogya Presisi Tehnikatama Industri yang bergerak dibidang manufaktur dan plastik Injeksi
mempunyai banyak jenis produk yang dihasilkan.PT. Yogya Presisi Tehnikatama Industri
terbagi menjadi memiliki 2 bidang produksi yang menghasilkan produk serta jenis pengunaan
mesin yang berbeda.
Dua bidang tersebut adalah:

1. Bidang manufaktur adalah bidang khusus pembuatan mould dan sparepart. Untuk design
atau model dapat sesuai keinginan customer. Berbagai cetakan telah diproduksi PT. YPTI,
baik cetakan untuk motor, emblem mobil, list mobil, elektronik, penutup botol, tempat
minuman dan lain-lain. Untuk Produk sparepart adalah mesin yang berhubungan dengan
kebutuhan mesin serta otomotif.
2. Bidang plastik injeksi adalah pembuatan produk yang berbahan plastik. Produk yang telah
dibuat antara lain cover roof rack, botton door locking, roda rc, knop mobil dan lain-lain.
Produk plastik yang dibuat tidak hanya untuk bidang otomotif saja, akan tetapi bidang
edukasi, minuman dan makanan juga

5
1.3.4 Nilai Utama
1. DISIPLIN, yaitu patuh terhadap peraturan dan standard kerja perusahaan;
2. JUJUR, yaitu tidak berbohong dalam menyampaikan informasi untuk kepentingan
perusahaan sesuai dengan fakta, dan tidak menyalahgunakan wewenang/ jabatan/
pekerjaan dalam mengelola hak milik perusahaan untuk kepentingan pribadi;
3. INOVATIF, yaitu proaktif untuk menciptakan/ mengembangkan dan melakukan
perbaikan yang berkesinambungan pada proses dan hasil kerja;
4. TEKUN, yaitu bekerja dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh untuk
menyelesaikan pekerjaan secara tuntas;
5. ULET, yaitu bekerja keras dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan
pekerjaan.

1.3.5 Jaminan Asuransi


 Karyawan tetap : BPJS Kesehatan & BPJS Ketenagakerjaan
 Karyawan kontrak : BPJS Kesehatan & BPJS Ketenagakerjaan
 Rumah sakit rujukan PT. YPTI adalah Rumah Sakit Panti Rini bila terjadi
kecelakaan kerja yang tidak dapat ditangani di perusahaan

1.3.6 P2K3 di PT. Yogya Presisi Tehnikatama Industri


 Implementasi P2K3:
1) No accidents/ tidak ada kecelakaan
2) No harm to people/ tidak ada yang membahayakan orang
3) No damage to the environment/ tidak ada kerusakan lingkungan

1.3.7 Alur Produksi

1.4 Landasan Teori

Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja adalah bagian sistem


manajemen yang meliputi organisasi, perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan, prosedur
proses dan sumberdaya. Sumberdaya dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian pemeliharaan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja.

6
Pelaksanaan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dilakukan dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja agar tercipta tempat kerja yang
aman dan produktif.

Langkah-langkah dalam megembangkan sistem manajemen kesehatan dan


keselamatan kerja terbagi menjadi tujuh yaitu peraturan perundang-undangan, kebijakan,
organisasi, rencana, penerapan, mengukur dan memantau, dan audit sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja. Peraturan perundang-undangan dan standar sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku dalam perusahaan dibuat oleh tim
yang dibentuk khusus oleh perusahaan. Hasil identifikasi yang telah dilakukan kemudian
disusun dalam peraturan dan pedoman pelaksana kesehatan dan keselamatan kerja dalam
perusahaan (Azmi, 2009).

Kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja pada perusahaan menegaskan keterkaitan


perusahaan terhadap pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja. Kesehatan dan
keselamatan kerja pada perusahaan harus sesuai dengan operasi perusahaan, melidungi
kelamatan dan kesehatan semua pekerja. Organisasi dalam kesehatan dan keselamatan kerja
digunakan untuk melaksanakan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja secara efektif
dengan peran serta tingkatan manajemen dan pekerja. Bagian top manajemen menempatkan
organisasi kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan serta dukungan yang diberikan
merupakan pencerminan dari komiten terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (Azmi,
2009).

Rencana sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dilakukan untuk


membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan
sistem manajemen dan kesehatan kerja dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dilakukan dengan
menyediakan tenaga kerja yang memiliki kualifikasi, sarana yang memadai sesuai. Kesehatan
dan keselamatan kerja digunakan untuk mengukur dan memantau hasil pelaksanaan dengan
menggunakan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dua macam ukuran yang dapat
digunakan yaitu ukuran yang bersifat reaktif yang didasarkan pada kejadian kecelakaan dan
ukuran yang bersifat proaktif karena didasarkan kepada upaya dari keseluruhan sistem dan
melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeluruh (Azmi, 2009).

Manfaat penerapaan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja bagi


perusahaan adalah pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem
operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden dan kerugian-kerugian
lainnya. Gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja kesehatan dan keselamatan kerja
di perusahaan dapat diketahui dengan meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan

7
perundangan, meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran khususnya bagi
karyawan yang telibat dalam pelaksanaan audit dan meningkatkan produktivitas (Syartini,
2010).

Standar sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja internasional yang


digunakan secara luas adalah OHSAS 18001:2007 yang dikeluarkan oleh Occupational Health
and Safety Assessment Series (OHSAS). Standar sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja internasional lainnya adalah ILO-OSH 2001 yang ditetapkan
oleh International Labour Organization (ILO). Standar sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja nasional yang berlaku di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 50
tahun 2012 (Uajy, 2015).

OHSAS 18001:2007 adalah sebuah standar sistem manajemen kesehatan dan


keselamatan kerja yang disusun oleh beberapa organisasi kesehatan dan keselamatan kerja
diseluruh dunia. Standar OHSAS 18001:2007 tidak memuat prosedur implementasi, maka
dilengkapi dengan OHSAS 18002:2008 sebagai prosedur untuk implementasi OHSAS
18001:2007. OHSAS 18001:2007 dikembangkan dengan penyesuaian terhadap
standar International Standards Organization (ISO), yaitu ISO 9001:2000 yang merupakan
standar sistem manajemen kualitas dan ISO 14001:2004 yang merupakan standar sistem
manajemen lingkungan. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi perusahaan apabila ingin
memberikan sistem manajemen terpadu antara kualitas, lingkungan, dan K3. PP No. 50 tahun
2012 adalah sebuah standar nasional tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja. PP No. 50 tahun 2012 tidak hanya memuat standar, tetapi juga pedoman
penerapan dan pedoman penilaian penerapan (Uajy, 2015).

Faktor penghambat sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja terbagi


menjadi beberapa poin. Poin-poin tersebut yaitu belum adanya persyaratan dari konsumen
mengenai pembuktian penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.
Dampak krisis ekonomi juga dapat menghambat terciptanya sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja. Tidak terdapat konsekuensi bagi perusahaan yang menunda dan menolak
pelaksanaan audit sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Kekurangsiapan
perusahaan karena ketidaktahuan perusahaan dan biaya audit yang dianggap memberatkan
perusahaan. Frame koordinasi pelaksanaan audit departemen tekniks lain belum terwujud.
Faktor keberhasilan penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja antara
lain, telah diterapkannya beberapa sistem menejemen yang mendukung penerapan sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Tingginya komitmen kesehatan dan
keselamatan kerja dari manajemen puncak atau perusahaan induk, melakukan studi banding,

8
adanya tenaga ahli. Departemen atau bagian yang khusus menangani kesehatan dan
keselamatan kerja.

Penghargaan di bidang kesehatan dan kesehatan kerja telah didapatkan dari institusi
asing Faktor keberhasilan yang lainnya adalah komite keselamatan yang berperan aktif dalam
pelaksanaan. kesehatan dan keselamatan kerja sudah dibangun. Tuntutan dari pihak
konsumen kepada perusahaan untuk menerapkan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja yang telah tersertifikasi. Terpacunya suatu perusaaan dalam sektornya
karena perusahaan lain telah berhasil menerapkan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja. Upaya pembinaan mengenai sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja baik dari asosiasi profesi atau dari pembina kawasan perusahaan (Azmi,
2009).

Standar sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja nasional memiliki


langkah penerapan yang sejalan dengan OHSAS. Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012
bahwa sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja meliputi penetapan kebijakan.
Kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja dibuat oleh perusahaan yang memuat visi, tujuan
perusahaan, komitmen dan tekat melaksanakan kebijakan, serta program kerja yang
mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Perencanaan kesehatan dan
keselamatan kerja yang disusun dan ditetapkan oleh pengusaha yang mengacu pada
kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja yang dirancang (Uajy, 2015).

OHSAS memiliki model sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang
tercantum dalam OHSAS 18001 : 2007 mengenai standar sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja. Standar OHSAS berdasarkan pada metodologi Plan-Do-Check-
Act (PDCA). Plan atau perencanaan, yaitu menentukan tujuan dan proses yang diperlukan
untuk memberikan hasil yang sesuai dengan kebijakan kesehatan dan kesehatan kerja pada
perusahaan. Do atau pelaksanaan, yaitu mengimplementasikan proses yang telah
direncanakan (Uajy, 2015).

Pelaksanaan rencana kesehatan dan keselamatan kerja yang telah disesuaikan dengan
rencana yang telah dirancang. Pemantauan dan evaluasi kinerja kesehatan dan keselamatan
kerja dilakukan melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Hasil pemantauan dilaporkan dan digunakan
untuk melakukan tindakan perbaikan. Peninjauan dan peningkatan kinerja kesehatan dan
keselamatan kerja dilakukan untuk menjamin kesesuaian dan efektivitas penerapan sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Hasil peninjauan digunakan untuk melakukan
perbaikan dan peningkatan kinerja (Uajy, 2015).

9
Penilaian sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja menurut PP No. 50
tahun 2012 meliputi dua unsur. Unsur-unsur tersebut antara lain, pembangunan dan
terjaminnya pelaksanaan komitmen, pembuatan dan pendokumentasian rencana kesehatan
dan keselamatan kerja, pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak. Unsur yang lain
yaitu pengendalian dokumen, pembelian dan pengendalian produk, keamanan bekerja
berdasarkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (Uajy, 2015).

Standar pemantauan, pelaporan dan perbaikan kekurangan, pengelolaan material dan


perpindahannya, pengumpulan dan penggunaan data, pemeriksaan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja, pengembangan ketrampilan dan kemampuan juga
merupakan unsur sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Berdasarkan dua
belas unsur tersebut diuraikan menjadi kriteria penilaian. Pelaksanaan penilaian dilakukan
berdasarkan tingkatan penerapan SMK3 yang terdiri dari, penilaian tingkat awal terhadap 64
kriteria, penilaian tingkat transisis terhadap 122 kriteria, dan penilaian tingkat lanjutan terhadap
166 kriteria (Uajy, 2015).

Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam lingkup industri digunakan sebagai standar
untuk melakukan orientasi terhadap seorang karyawan baru yang meliputi mendaftarkan orang
tersebut kedalam berbagai pihan tunjangan, memperkenalkanya kepada rekan-rekan kerja,
dan memberikan tur fasilitas. Aturan tersebut berhubungan dengan karyawan dan melibatkan
waktu mulai bekerja setiap hari (Griffin, 2004). Manfaat Standar Operasional Prosedur (SOP)
bagi perusahaan sebagai dasar dalam kontrol pelaksanaan penerapan SOP dalam
perusahaan. Penerapan SOP dengan baik akan menghasilkan kelancaran aktivitas operasional
perusahaan, kepuasan pelanggan, serta menjaga nama baik dan kualitas perusahaan,
sehingga perusahaan dapat bertahan dalam kondisi bisnis yang semakin ketat (Tambunan,
2011).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat
adil dan makmur (Mangkunegara, 2002). Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur, 2001). Tujuan dari keselamatan dan kesehatan
kerja adalah setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis, setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin, semua hasil produksi dipelihara keamanannya, adanya jaminan atas
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai, meningkatkan kegairahan, keserasian

10
kerja, dan partisipasi kerja. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
(Mangkunegara, 2002).

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja (Suma’mur, 1981). APD memiliki jenis dan fungsi. Alat pelindung
kepala, yaitu berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau
terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh
radiasi panas, api, percikan bahan kimia, dan suhu yang ekstrim. Jenis alat pelindung kepala
adalah helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman
rambut, dan lain-lain. Alat pelindung mata dan muka, yaitu berfungsi untuk melindungi muka
dari paparan bahan kimia berbahaya, percikan benda-benda kecil, panas, pancaran cahaya
dan pukulan benda keras atau benda tajam. Jenis alat pelindung mata dan muka yaitu
kacamata pengaman (spectacles), tameng muka (face shield), masker selam, dan full face
masker. Alat pelindung telinga, yaitu berfungsi untuk melindungi alat pendengaran terhadap
kebisingan dan tekanan. Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan
penutup telinga (ear muff) (Suma’mur, 2013).

11
BAB II
PELAKSANAAN

I. Tanggal dan Waktu Pengamatan


Kunjungan perusahaan ke PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri dilakukan
pada hari Rabu tanggal 08 Agustus pukul 09.00-12.00 WIB.

II. Lokasi Pengamatan


PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri di Jalan Dhuri, Tirtomartani, Kalasan,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55571.

12
BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. MESIN, PESAWAT, DAN ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN


Kontruksi : Bangunan sesuai kontruksi Factory
Maintenance : Sesuai prosedur pemeliharaan dan Perawatan

NO Jenis peralatan Pemeriksaan berkala


BAGIAN SPAREPART
1 Mesin CNC Milling 5 axis Setiap awal bulan
buatan jerman
2 Mesin CNC Milling 5 axis Setiap awal bulan
buatan USA
3 Mesin CNC Milling 5 axis Setiap awal bulan
buatan Taiwan
4 Radial bor buatan Setiap awal bulan
Yogyakarta
5 Cyilindrical Grinding buatan Setiap awal bulan
jerman
6 Ultrasonic Welder buatan Setiap awal bulan
USA
7 Spotting Machine buatan Setiap awal bulan
jepang
8 EDM Machine buat Taiwan Setiap awal bulan
9 Surface Grinding buatan Setiap awal bulan
jerman
10 Surface Grinding buatan Setiap awal bulan
Jepang
BAGIAN MOULD
11 Milling Machine buatan Setiap awal bulan
Jerman
12 Injection Machine buatan Setiap awal bulan
Jerman
13 Injection Machine buatan Setiap awal bulan
Jepang
14 Injection Machine buatan Setiap awal bulan

13
Taiwan
15 Injection Machine buatan Setiap awal bulan
Austria

B. INSTALASI LISTRIK
PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri dalam melakukan kegiatan produksinya
menggunakan sumber Listrik yang berasal dari PLN, namun PT Yogya Presisi
Tehnikatama Industri tidak menyediakan Generator Set (Genset) / motor diesel sebagai
cadangan listrik.
Penerangan dalam kegiatan produksi menggunakan 2 jenis penerangan yaitu
penerangan sumber alami seperti matahari dan sumber buatan seperti lampu. Jumlah
penerangan seperti lampu sudah cukup baik terpasang merata di berbagai tempat.
PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri sudah membuat instalasi penyalur petir guna
menyalurkan arus petir yang sangat tinggi disalurkan ke bumi (grounding) melalui kabel
penyalur sesuai standar. Namun kami belum sempat melihat secara langsung instalasi
penyalur petir tersebut. Dari peninjauan kami ke PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri,
kami dapat menyimpulkan bahwa penggunaan instalasi listrik sudah baik.

C. SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PENGAMATAN STANDAR

Pekerja hampir seluruhnya telah mengetahui letak dari alat Memiliki tim
pemadam api ringan (APAR) oleh beberpa APAR telah diletakkan penanggulangan
pada posisi yang mudah dilihat dan dicapai juga berwarna merah. kebakaran yang terlatih

Alat pemadam api ringan (APAR) ditempatkan di tempat yang Memiliki system
mudah terlihat, dan jumlahnya sudah cukup. proteksi kebakaran.
Dan terdapat APAR
Namun adapun yang belum sesuai dengan Permenakertrans No.
yang pemasanganya
Per-04/MEN/1980, adalah tidak terdapat lemari atau peti untuk
sesuai dengan
penyimpanan tabung tersebut.
Permenakertrans no.
Per-04/MEN/1980

Tanggal pemeriksaan berkala pada APAR tercatat dilaksanakan Melaksanakan


terakhir pada bulan Juni 2018 dan berlaku sampai dengan tahun pemeriksaan dan
2020. pengujian komponen
yang berkaitan dengan

14
penaggulangan
kebakaran minimal 6
bulan 1 kali.

D. KONSTRUKSI TEMPAT KERJA

KONTRUKSI
PENGAMATAN STANDART
TEMPAT KERJA

Akses keluar masuk Akses keluar-masuk ruangan Akses keluar masuk ruangan
terdiri dari satu lobi utama dan aman
satu pintu keluar.
Kebersihan dan Kebersihan dan kerapian Kebersihan dan kerapian tata
kerapian tataruang ruangan kurang terjaga. ruang tidak berantakan dan
Ruangan tidak tertata dengan merintangi akses jalan
rapi

Jaminan keselamatan Telah dijadwalkan setiap Terdapat jaminan


peralatan, bahan dan minggu untuk pemeliharaan keselamatan peralatan,
benda – benda di mesin di dalam ruangan. bahan, dan benda – benda
dalam ruangan dalam ruangan

Tanda peringatan Didapatkan tanda – tanda Terdapat tanda peringatan


peringatan pada tempat– pada daerah dengan resiko
tempat tertentu yang tinggi. Tersedia arahan jalur
merupakan tempat dengan evakuasi penanggulangan
resiko tinggi, terdapat banyak bencana.
spanduk K3 yang dipasang di
tempat yang mudah dilihat.
Selain itu, juga ditemukan
adanya tanda-tanda arahan
jalur evakuasi bencana.

15
E. ALAT PELINDUNG DIRI

WAJIB DILARANG DIINSTRUKSIKAN

Memakai topi / helm Menggunakan telepon Cuci tangan sesudah kerja


genggam saat bekerja

Memakai masker Merokok sambil bekerja Menjaga kebersihan mesin


dan ruang kerja

Memakai sarung tangan Membawa tas atau barang Utamakan K3 dan 5R


yang tidak berhubungan (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
dengan pekerjaan Rajin)

Memakai ear plug Memelihara kuku panjang


dan rambut gondrong

Memakai kacamata pelindung

Memakai sepatu khusus


beralas tebal

APD CIRI CIRI PENGAMATAN STANDART

Topi/Helm Topi bewarna biru Pekerja tidak Pada bagian operator


muda dan helm menggunakan helm produksi dan operator
berwarna kuning ganda diwajibkan
menggunakan topi,
sedangkan bagian setter
dan operator listrik
diwajibkan
menggunakan helm

Masker Berwarna putih Pekerja terlihat


menggunakan masker
yang sesuai

16
Sarung Di bagian produksi
Tangan sparepart ada pekerja
yang memang tidak
menggunakan sarung
tangan dikarenakan
berhubungan dengan
cutting dengan alasan
pemakaian sarung tangan
akan menganggu aktifitas
kerja.

Sepatu Sepatu yang Sebagian besar pekerja Semua pekerja


digunakan berwarna tidak menggunakan menggunakan sepatu
coklat, berbahan sepatu sesuai prosedur sesuai dengan standard
kanvas dengan alas APD
karet. Berguna untuk
melindungi kaki dari
bahan kimia, bahaya
panas, dan benturan
juga luka.

Kacamata Sebagai pelindung Sebagian besar pekerja Semua pekerja


safety mata ketika bekerja tidak menggunakan menggunakan kacamata
dan mencegah mata kacamata safety safety sesuai dengan
dari terkena benda standard APD
asing

F. TANGGAP DARURAT DAN EVAKUASI

Tanggap
Darurat & PENGAMATAN STANDART
Evakuasi

Fire Alarm Tidak terdapat alarm kebakaran baik di Terdapat di semua ruangan, dan
dalam maupun di luar juga terdapat di luar ruangan, di

17
setiap lorong

Emergency Terdapat Emergency Lamp hanya di Terdapat Emergency Lamp di


Lamp Ruang Divisi Injection semua ruangan

Jalur Evakuasi Tangga darurat dan tangga umum terdapat Tangga darurat dan tangga
pada gedung kantor. Tangga umum umum, Pintu – pintu jalur
memiliki alur arah yang jelas. evakuasi mudah terlihat dan
semuanya tidak ada yang
Pintu evakuasi hanya terdapat satu pintu,
ditemui dalam keadaan terkunci.
terpusat di lantai bawah. Jalur evakuasi
pekerja maupun kendaraan pekerja cukup Jalur cukup terawat dengan
jelas baik, terbuka, tidak terdapat
benda yang membahayakan
disekitar area evakuasi, cukup
lebar, dan untuk menuju titik
kumpul area evakuasi dapat
menggunakan jalur yang sudah
ditandai dengan garis- garis
kuning.

Rambu – Terdapat rambu-rambu yang menunjukan Rambu – rambu yang


Rambu Jalur lokasi jalur evakuasi berwarna putih yang menunjukan lokasi jalur
Evakuasi menunjukkan jalur evakuasi evakuasi cukup jelas, berwarna
merah dengan kondisi yang
cukup baik.

Peta jalur evakuasi juga jelas


terdapat di setiap ruangan.

Tempat berkumpul Titik Point


berada pada lahan yang kosong.

APAR ( Alat Terdapat APAR hanya dilokasi kerja baik Terdapat di setiap lorong, dalam
Pemadam Api di Divisi Injection maupun Divisi Sparepart keadaan baik,mudah dijangkau.
Ringan) dan dilengkapi tata cara penggunaannya. terdapat cara penggunaan,
maintenance nya dilaksanakan
Letak apar cukup jelas, baik, dan strategis.
sesuai aturan, sesuai dengan
Maintenance APAR dilakukan 1 bulan seharusnya pengecheckan

18
sekali di Divisi Innjection, dan 3 bulan dilakukan 6 bulan sekali
sekali di Divisi Sparepart

Tidak terdapat tim evakuasi P2K3 yang terlatih dan bersertifikasi yang siap dalam
memimpin evakuasi ketika terjadi kecelakaan dan kebencanaan. Namun selurh pekerja telah di
latih untuk tanggap bencana dan tanggap kebakaran.

G. KEJADIAN KECELAKAAN KERJA


PENGAMATAN STANDART

Angka kejadian Menurut PT. YPTI angka


kecelakaan kerja kejadian kecelakaan kerja
sering terjadi yaitu
(saat ditanyakan ke pihak
kecelakaan kerja ringan
PT YPTI)
seperti, tersayat
cutter,percikan logam ke
mata dan tertimpa besi di
dahi, sedangkan untuk
kecelakan dengan tingkat
keparahan sedang dan berat
sangat jarang terjadi.

Angka kejadian Spanduk dan poster tentang


kecelakaan kerja keselamatan kerja dan
peraturan tentang
(setelah dilakukan
penggunaan alat pelindung
kunjungan perusahaan)
diri di setiap bidang
perusahaan sudah ada dan
ditempatkan pada lokasi
yang strategis.

19
H. PERSONIL KESELAMATAN KERJA

Pada perusahaan PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri personil keselamatan kerja


dibuat dalam bentuk ketua shift

 Total ketua shift / divisi : 6 orang


 Petugas P3K : Belum dibagi sesuai dengan jumlah anggota
 Pelatihan : Pelatihan kebakaran, Tanggap Darurat untuk
Pemadam Kebakaran dan Pelatihan Kebersihan Lingkungan
 Sertifikasi P3K : Sudah tersertifikasi
 Proses Kerjanya : Bekerja sesuai apabila ada kejadian darurat atau
kebakaran
 PJK3 : Sesuai kualifikasinya masing-masing:
 AK3 Umum : 1 orang, sertifikasi dalam proses sertifikasian
 AK3 : Belum ada

20
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

No Unit Kerja Permasalahan Dasar hukum Saran


1. Konstruksi Dari segi Undang-undang Ditambahkan
tempat kerja keselamatan dasar No. 1 tahun adanya informasi
konstruksi semuanya 1970, undang-undang keselamatan
sudah baik, namun no 18 tahun 1999 peralatan, bahan,
masih belum tentang jasa dan benda-benda
terdapat adanya konstruksi. dalama ruangan.
informasi mengenai
keselamatan
peralatan, bahan,
dan benda-benda
dalam ruangan.
2 Sarana Pegawai mengetahui Permenakertrans No. Jarak antara APAR
penanggulangan tentang 4/MEN/tahun 1980 harus sesuai setiap
kebakaran penanggulangan luas ruang 200m2
kebakaran di PT harus disediakan 1
Yogya Presisi unit tabung APAR
Tehnikatama
Industri. Namun,
untuk jarak setiap
penyimpanan APAR
tidak diketahui.
3 Alat pelindung Telah diketahui ada Peraturan menteri Perusahaan
diri dokumen tertulis tenaga kerja dan bersedia
(tertulis dalam SOP) transmigrasi RI No. menyediakan APD
standar APD yang PER.08/MEN/VII/2010 yang sesuai dengan
digunakan untuk tentang Alat standard dan
masing-masing Pelindung Diri hazard yang ada di
pekerjaan, namun lingkungan tempat
masih ada yang tidak kerja. Selain itu
menggunakan APD lebih baik lagi apa
lengkap. bila sebelum
memulai pekerjaan

21
diberikan suatu
briefing singkat
mengenai
pentingnya APD
dan cara
penggunaan APD
yang baik dan
benar.
Mendisiplinkan
pekerja tentang
pemakaian APD.

4 Tanggap darurat Tidak ada masalah Undang-undang No. Pemasangan rambu


dan jalur Pada PT Yogya 18 tahun 1999 evakuasi yang
evakuasi Presisi Tehnikatama tentang jasa mudah terlihat dan
Industri sudah ada konstruksi mudah dipahami
rambu evakuasi dan Undang-undang oleh pekerja, serta
terdapat titik kumpul dasar No. 1 tahun ditentukan jalur
bila terjadi keadaan 1970 evakuasi dan titik
darurat. Undang-undang No. kumpul bila terjadi
28 tahun 2002 suatu keadaan
tentang bangunan darurat.
gedung.
5 Personil Personil Peraturan Masukan untuk
keselamatan Keselamatan kerja perundangan UU No. perusahaan yang
kerja pada perusahaan ini 1 tahun 1970 (Pasal terkait dengan
terdapat pembagian 10 ayat 1, 2) yang masalah personil
divisi pada bidang mewajibkan keselamatan kerja
P3K dan perusahaan untuk ini, yaitu diharapkan
beranggotakan 6 membentuk P2K. bagian personil ini
orang bersertifikat tidak hanya siaga
yang siap untuk untuk
menanggulangi menanggulangi
kecelakaan di kecelakaan kerja
lapangan kerja. tapi juga menyusun
pembagian divisi

22
pada bidang K3
terkait dengan
masalah
keselamatan kerja
dan membuat
penyusunan
program
keselamatan kerja
dan juga lebih
meningkatkan
upaya-upaya
promosi tentang
keselamatan kerja
pada tenaga-tenaga
kerja di perusahaan
tersebut.

23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Dari
hasil pengamatan, secara keseluruhan pabrik ini sudah memenuhi standard dan angka
kejadian kecelakaan kerja yang kecil. Salah satu kekurangan dari pabrik PT Yogya
Presisi Tehnikatama Industri adalah tidak adanya peti atau kotak yang menutupi APAR
(alat pemadam api ringan) dan jarak sesuai standarisasi yang ditetapkan .
Pada tempat produksi, kami sudah melihat banyak spanduk mengenai
keselamatan kerja, terutama pada lokasi-lokasi yang berisiko tinggi. Spanduk tersebut
mudah dilihat dan terletak di beberapa tempat. Dalam hal APD, namun ada beberapa
karyawan yang belum mematuhinya. Tanggap darurat dan jalur evakuasi, serta
personil keselamatan kerja juga sudah baik dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

B. SARAN
Perlunya peran serta pabrik dalam hal meningkatkan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi
semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri,
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan mutu kehidupan dan
produktivitas nasional. Penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri saat ini sudah cukup baik, sehingga dapat
dipertahankan untuk kedepannya agar tetap konsisten.

24
BAB VI
PENUTUP

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
selalu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan
yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak
faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja,
tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai
peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.

25

Anda mungkin juga menyukai