Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum Dosen Pembimbing

Pengolahan Limbah Drs. Edward HS, MS

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI DENGAN


METODA KOAGULASI

Disusun Oleh :

Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2019


Kelompok : IV (Empat)
Nama : 1. Dewi Kristina Panjaitan (1707035569)
2. Krissella Megawati Sianturi (1707035643)
3. Muhammad Rizky Darmawan (1707035585)
4. Ulfa Fitria (1707035567)

LABORATORIUM DASAR PROSES & OPERASI PABRIK


PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
Abstrak

Berkembangnya restoran yang semakin pesat dapat dipastikan akan turut menambah
buangan air limbah domestik dengan kadar organik yang tinggi dalam jumlah yang tidak
sedikit yang dibuang ke badan air. Tingginya kadar organik dalam limbah domestik
restoran akan menyebabkan aroma yang tidak sedap jika tidak ada pengolahan terlebih
dahulu. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi zat padat total (TS), zat
padat tersuspensi (TSS), zat padat terlarut (TDS) tanpa menggunakan koagulan dan zat
padat terlarut (TDS) menggunakan koagulan serta menghitung efisiensi penggunaan
koagulan pada pengolahan limbah cair restoran. Berdasarkan hasil percobaan,
penambahan koagulan akan memperkecil kadar TDS. Kadar dari TS, TSS dan TDS
limbah cair restoran yang diolah tanpa koagulan secara berturut-turut sebesar 11900
mg/l; 2900 mg/l dan 9000 mg/l, sedangkan kadar TDS limbah cair restoran yang
diperoleh menggunakan koagulasi sebesar 5000 mg/l. Penggunaan koagulan
memberikan efisiensi yang cukup besar bagi penurunan konsentrasi TDS limbah cair
restoran, yaitu sebesar 44,44%.

Kata Kunci : efisiensi, limbah cair restoran, zat padat terlarut, zat padat
tersuspensi, zat padat total
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan pengolahan limbah cair industri dengan metoda koagulasi
anatara lain :
1. Menentukan zat padat total (TS), zat padat tersuspensi (TSS) dan zat padat
terlarut (TDS)
2. Menghitung efisiensi penggunaan koagulan

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Latar Belakang
Secara umum, yang disebut limbah adalah bahan sisa atau buangan yang
dihasilkan oleh suatu proses produksi, baik skala rumah tangga maupun industri
dimana kehadirannya tidak dikehendaki karena tidak memiliki nilai ekonomis. Di
Indonesia sekarang ini, banyak sekali terdapat restoran makanan yang menyajikan
berbagai macam makanan. Akan tetapi, semakin banyaknya restoran yang ada di
Indonesia. Semakin besar pula limbah yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan,
restoran yang ada di Indonesia menghasilkan limbah yang cukup banyak
(Andiese, 2011).
Bagi restoran, sisa makanan merupakan limbah yang memusingkan.
Sampah yang umumnya berasal dari dapur, seperti bagian dari sayuran yang tidak
termasak, minyak bekas menggoreng, atau sisa-sisa makanan yang tidak habis
disantap tamu, merupakan bagian yang terkontribusi terhadap pencemaran
lingkungan. Apabila limbah ini dibuang ke lingkungan, dapat menimbulkan
dampak negatif di saat mencapai jumlah atau konsentrasi tertentu (Andiese,
2011).
Limbah restoran ini hanya dibiarkan atau dibuang saja di penampungan
limbah dan tidak diolah kembali, yang kemudian menyebabkan membusuk dan
mencemari lingkungan. Tentu saja hal ini dapat merugikan warga atau masyarakat
di sekitarnya. Sebaiknya, limbah restoran ini harus ditangani dengan baik. Karena
dapat menyebabkan lingkungan kita tercemar (Andiese, 2011).
1.2.2 Limbah Cair
Limbah yang dimaksud dengan limbah cair adalah sisa dari suatu hasil
usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan
diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Air limbah (waste water) adalah
kotoran dari masyarakat, rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air
tanah, air permukaan, serta buangan lainnya. Limbah berdasarkan titik sumbernya
sebagai kombinasi cairan hasil buangan rumah tangga (permukiman), instansi
perusahaaan, pertokoan, dan industri dengan air tanah, air permukaan, dan air
hujan. Pengelolaan limbah cair dalam proses produksi dimaksudkan untuk
meminimalkan limbah yang terjadi, volume limbah minimal dengan konsentrasi
dan toksisitas yang juga minimal (Susetyaningsih, 2008).
Sedangkan pengelolaan limbah cair setelah proses produksi dimaksudkan
untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung
didalamnya sehingga limbah cair tersebut memenuhi syarat untuk dapat dibuang.
Dengan demikian dalam pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang
efektif dan efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang
dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai dengan upaya minimisasi limbah
(waste minimization), pengolahan limbah (waste treatment), hingga pembuangan
limbah produksi (disposal) (Sugiharto, 1987).

1.2.3 Limbah Cair Restoran


Limbah dapur restoran maupun dapur rumah tangga kedua-duanya perlu
ditangani dengan baik, jika tidak maka akan berdampak pencemaran pada kualitas
lingkungan. Namun pada limbah dapur restoran menghasilkan jumlah limbah
yang sangat banyak dan akan berdampak timbul bau dan pencemaran pada air
bersih lingkungan, tercemarnya air bersih lingkungan dikarenakan salah satunya
bakteri mikro organisme yang dapat tumbuh dalam limbah cair yang terserap
kedalam tanah tanpa pengolahan yang baik dan benar, yang terjadi akan
timbulnya penyebab sumber air lingkungan berbau, berubah warna, mengandung
bakteri patogen, kolera dan disentri serta akan berdampak timbul sumber penyakit
yang lainnya (Alamsyah, 2002).
1.2.4 Komponen Limbah Restoran
Menurut Andiese (2011), jenis-jenis komponen yang terkandung dalam
limbah cair restoran yaitu :
1. Limbah organik
Limbah organik adalah limbah padat dari sisa makanan, sayur, buah dan
daging, dimana limbah tersebut akan mudah terjadi pembusukan dan mudah
terurai. Limbah ini menjadi media tumbuh organisme bakteri dan berakibat bau
tak sedap serta akan berdampak sumber bakteri penyakit.
2. Limbah anorganik
Limbah anorganik adalah limbah padat non organik, seperti; kertas dan
plastik. Beberapa limbah padat ini kadang tidak mampu terurai.
3. Limbah cair
Limbah cair dari air kotor sisa proses yang berlangsung dalam kegiatan
dapur, seperti; air deterjen cuci piring gelas dan air siraman ketika proses
memasak. Limbah cair ini jika mengendap akan menyebabkan bau tak sedap dan
berwarna. Limbah cair tersebut dapat meresap dalam tanah dan akan
menyebabkan pencemaran sumber air lingkungan sekitarnya jika disalurkan
dalam saluran “got” drainase lingkungan dan jika dibuang kedalam sumur
peresapan maka akan dapat mencemari kualitas tanah dan air sumur lingkungan
tetangga sekitarnya.
4. Limbah minyak
Limbah minyak adalah dalam bentuk cair dan mengandung minyak sisa
memasak serta lemak dari daging hewan. Limbah minyak/lemak jika dibiarkan
mengalir dalam saluran drainase lingkungan dapat mencemari sumber air
lingkungan karena dalam limbah cair minyak/lemak terdapat polutan yang cukup
berbahaya dan menjadikan sumber berkembang biak bakteri patogen yang juga
dapat mengurangi kandungan oksigen dalam tanah. Bila limbah cair
minyak/lemak masuk ketanah akan mampu menutup pori-pori tanah dan
mengganggu daya resap air tanah.
1.2.5 Pengolahan Limbah Restoran
Menurut Herlambang (2002), hal-hal yang perlu ada dalam sebuah restoran
untuk pengolahan limbah, diantaranya;
1. Tempat sampah
Pilahlah limbah sampah kedalam dua jenis sampah, yaitu; sampah organik
dan sampah anorganik. Buatlah tempat sampah yang tertutup agar tidak didatangi
serangga dan hewan lain, dan buatlah pipa kucuran air jika ada sampah yang
masih basah, salurankan pipa buangan kucuran kedalam lubang bak pengendap
lemak, ingat air kucuran sampah tersebut mengandung bau tak sedap (dalam
kurun waktu 10 hingga 12 jam akan mengalami proses pembusukan.
2. Alat penyaringan
Alat penyaringan didalam dapur dan tempat pencucian piring gelas, alat ini
berupa filter berjaring, alat ini gunanya untuk menyaring limbah padat organik
dengan air kotor. Alat penyaringan ini diletakkan pada ruang tempat cuci piring
gelas dan ruang dapur. Bersihkan alat penyaringan setiap 1 hari 2 kali, hasil
penyaringan kemudian limbah dimasukkan dalam tempat sampah.
3. Grease trap
Grease trap (jebakan lemak) adalah alat penyaringan ataupun alat yang
mampu memfilter antara air dan minyak hasil buang limbah tempat cuci piring
gelas dan dapur.Filter penyaringan air dan minyak terletak di dalam drainase
“got” dalam ruang tempat cuci dan dapur sebelum masuk ke dalam bak
pengendap lemak yang berada diluar bangunan dapur. Bersihkan grease trap
setiap 1 hari 3 kali, saat resto istirahat siang, sore dan malam ketika kegiatan resto
tutup.
4. Bak pengendap lemak
Bak pengendap lemak terbuat dari dinding beton/bata finishing aci. Bak
pengendap lemak berfungsi untuk pengendapan limbah cair yang mengandung
sisa minyak yang mampu lewat dari grease trap, lalu ditangkap ulang dalam bak
pengendap lemak. Bak pengendap lemak fungsinya hampir sama dengan grease
trap, bedanya adalah bak lemak terletak diluar bangunan dan dipasang setelah
grease trap dan sebelum bak pengolahan air. Bak pengendap lemak dapat dibuka
tutup dan dibersihkan secara berkala. Air yang mengandung lemak akan berubah
warna dan bentuk serta berbau tak sedap, air akan terpisah dengan minyak/lemak.
Bak pengendap lemak dibersihkan dalam waktu 1 minggu sekali.
5. Bak kontrol
Fungsi bak tersebut untuk dapat mengontrol secara berkala aliran air yang
keluar dari bak pengendap lemak yang akan masuk ke bak pengolahan air. Bak
kontrol akan menunjukkan kondisi air minyak (lemak) yang telah terfilterasi oleh
bak pengendap lemak. Ukuran bak kontrol kurang lebih 60 cm x 60 cm
kedalaman 60 cm, dengan tutup yang sewaktu-waktu dapat dibuka.
6. Bak pengolahan air
Bak pengolahan air adalah suatu bak penampung air kotor yang tercampur
dengan sisa minyak/lemak, namun telah melewati 2 proses penyaringan
sebelumnya sehingga pada bak pengolahan air ini adalah air limbah sudah
terfilter. Bak pengolahan air terbuat dari dinding beton/bata dengan finishing aci
dan terdiri dari 3 sekat ruang. Sekat yang pertama adalah ruang kosong untuk
menampung air kotor yang masuk dari bak pengendap lemak, sekat kedua berisi
ijuk, pasir dan koral yang berfungsi sebagai filter pengendap kotoran dan yang
sekat ruang ketiga adalah ruang kosong berfungsi sebagai filter penetral air kotor
atau proses menuju sumur resapan. Dari bak pengolahan air tersebut air sudah
dapat dialirkan ataupun dibuang ke dalam sumur peresapan.
7. Sumur peresapan air
Sumur peresapan tersebut berfungsi untuk proses pembuangan air yang
telah mengalami filterisasi sebelumnya. Air kemudian dikembalikan ke tanah
dalam bentuk air yang tidak mengandung pencemaran. Janganlah membuang air
kotor kedalam saluran air kotor kota (riol kota). Lebih baik air kita simpan
kedalam tanah kita dan meresap dalam tanah lingkungan kita sehingga kita tidak
menambah kapasitas debit jaringan riol kota. Sumur resapan yang baik adalah
terbuat dari susunan bata merah tanpa diplester aci, hanya susunan bata memutar
dibuat seperti lubang sumur.

1.2.6 Metode Koagulasi


Koagulasi adalah proses dimana terjadi destabilisasi pada suspensi atau
larutan. Fungsi koagulasi di sini adalah untuk mengatasi faktor-faktor yang
menstabilkan sistem (Bratby, 2006). Reaksi koagulasi dapat berjalan dengan
membubuhkan zat pereaksi (koagulan) sesuai dengan zat yang telarut (Kusnaedi,
2004). Koagulan merupakan bahan yang dapat mempercepat terjadinya koagulasi
(Alamsyah, 2002). Koagulan berfungsi untuk menetralkan muatan listrik pada
partikel-partikel halus sehingga dapat meningkatkan jarak efektif gaya tarik-
menarik London - Van Der Waals dan membentuk partikel-partikel yang lebih
besar (Prakoso, 2013). Jenis-jenis koagulan yang digunakan saat ini sangat
beragam. Dari seluruh jenis koagulan tersebut memiliki sifat, karakteristik dan
cara kerja yang berbeda. Beberapa jenis koagulan yang sering digunakan adalah
Lime [CaO atau Ca(OH)2], Alum [Al2(SO4)3.14H2O], Ferri klorida (FeCl3), Ferro
sulfat (FeSO4.7H2O) dan Polialuminium klorida (Sutiyono, 2006).
Pada proses koagulasi, koagulan yang mengandung garam aluminium atau
besi ditambahkan ke dalam air sehingga terbentuk kompleks aluminium
hidroksida atau besi hidroksida yang bermuatan positif. Partikel bermuatan positif
ini akan mengadsorpsi partikel koloid bermuatan negatif seperti tanah liat dan
partikel-partikel lain penyebab timbulnya warna dan kekeruhan (Johnson, 2009).
Menurut Sugiarto (1987), dalam memilih koagulan, terdapat beberapa faktor
yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Sifat dan kualitas dari air limbah
b. Variasi dalam kualitas air limbah yang dapat berupa suhu dan pH
c. Kualitas output yang diinginkan setelah proses pengolahan
d. Sifat pengolahan setelah proses koagulasi
e. Derajat kemurnian dari reagen
Menurut Alamsyah (2002), pengujian untuk memilih koagulan biasanya
dilakukan di laboratorium. Untuk melaksanakan pemilihan koagulan, perlu
dilakukan pemeriksaan terhadap karakteristik air baku yang akan diolah yaitu:
1. Suhu
Suhu rendah berpengaruh terhadap daya koagulasi sehingga untuk
mempertahankan hasil yang dapat diterima, koagulan yang dipakai harus lebih
banyak.
2. pH
Nilai pH ekstrim, baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh terhadap
koagulasi. Masing-masing koagulan memiliki pH optimum yang berbeda-beda.
3. Alkalinitas
Alum sulfat dan ferri sulfat bereaksi dengan air membentuk senyawa
aluminium atau ferri hidroksida yang kemudian akan memulai proses koagulasi.
Alkalinitas yang rendah membatasi reaksi ini dan menghasilkan koagulasi yang
kurang baik. Pada kasus demikian, mungkin diperlukan penambahan alkali ke
dalam air.
4. Kekeruhan
Makin rendah kekeruhan, pembentukkan flok yang baik makin sukar terjadi.
Operator harus menambah zat pemberat untuk membuat partikel-partikel menjadi
lebih sering bertumbukan.
5. Warna
Warna mengindikasikan senyawa organik, dimana zat organik ini bisa
bereaksi dengan koagulan sehingga mengganggu proses koagulasi.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan pengolahan limbah dengan
metoda koagulasi yaitu limbah cair restoran yang kotor dan Aluminium sulfat 5%
dari sampel.

2.2 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan percobaan antara lain :
1. Timbangan digital
2. Oven
3. Desikator
4. Beaker glass
5. Corong
6. Cawan penguap
7. Kertas saring
8. Batang pengaduk
9. Gelas Ukur
10. Erlemeyer

2.3 Prosedur Percobaan


2.3.1 Pengolahan limbah cair restoran tanpa penambahan koagulan.
2.3.1.1 Menentukan zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid = TSS)
1. Kertas saring (kosong) ditimbang beratnya dengan menggunakan
timbangan digital (a).
2. Sampel sebanyak 100 ml (c) disaring dengan menggunakan kertas saring
yang sudah ditimbang.
3. Bagian yang tertinggal di kertas saring dan kertas saringnya dikeringkan di
dalam oven pada suhu 105ºC selama 1 jam, kemudian didinginkan di
dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (b).
Zat padat tersuspensi dihitung berdasarkan rumus berikut:

(b − a) 1000 ml
x ppm = x
c L

Keterangan : a = berat kertas saring kosong (gram)


b = berat cawan penguap dan residu (gram)
c = volume sampel (ml)

2.3.1.2 Menentukan zat padat terlarut (Total Desolved Solid = TDS)


1. Zat padat terlarut yaitu zat padat yang lolos dari kertas saring (filtrat) pada
penentuan zat padat tersuspensi (2.3.1.1).
2. Cawan penguap (kosong) dikeringkan lalu ditimbang (a).
3. Filtrat yang dihasilkan pada prosedur 2.3.1.1 diambil sebanyak 20 ml lalu
dituangkan ke dalam cawan penguap dan dikeringkan di dalam oven pada
suhu 1050 (sampai kering), kemudian didinginkan didalam desikator serta
ditimbang (b).
Zat padat terlarut dihitung berdasarkan rumus berikut:
(b − a) 1000 ml
x ppm = x
c L
Keterangan : a = berat cawan penguap kosong (gram)
b = berat cawan penguap dan residu (gram)
c = volume sampel (ml)

2.3.1.3 Menentukan zat padat total (Total Solid = TS)


Setelah nilai dari TSS dan TDS didapatkan, maka nilai zat padat total
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

TS = TSS + TDS

Keterangan : TS = zat padat total (Total Solid)


TSS = zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid)
TDS = zat padat total (Total Desolved Solid)
2.3.2 Pengolahan limbah cair restoran dengan penambahan koagulan.
Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 100 ml, sedangkan koagulan
Aluminium sulfat (Al2(SO4)3) yang ditambahkan yaitu sebanyak 5 gram. Adapun
prosedur percobaanya yaitu:
1. Sampel limbah cair restoran dimasukkan ke dalam erlemeyer sebanyak
100 ml.
2. Sampel ditambahkan koagulan Al2(SO4)3 sebanyak 5 gram, kemudian
dikocok beberapa saat dan didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan.
3. Larutan sampel (bagian atas) sebanyak 20 ml diambil untuk pengujian
TDS.
4. Prosedur pengujian TDS pada pengolahan limbah cair restoran dengan
penambahan koagulan sama dengan prosedur pengujian TDS pada
pengolahan limbah cair restoran tanpa penambahan koagulan.

2.3.4 Menentukan efisiensi


Efisiensi penggunaan koagulan dihitung dengan menggunakan persamaan:

𝑇𝐷𝑆𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑘𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 − 𝑇𝐷𝑆𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖


𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑇𝐷𝑆 = 𝑥 100%
𝑇𝐷𝑆𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑘𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

Keterangan : TDS = zat padat total


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan


Hasil percobaan pengolahan limbah cair restoran dengan metode koagulasi
dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil percobaan pengolahan limbah cair restoran dengan metode
koagulasi
Pengolahan tanpa Pengolahan dengan Efisiensi
penambahan koagulan penambahan koagulan
TS TSS TDS TDS TDS
(mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (%)
11900 2900 9000 5000 44,44

3.2 Pembahasan
Tahapan proses dari percobaan pengolahan limbah cair restoran dengan
metode koagulasi dimulai dengan melakukan pengujian zat padat total atau Total
Solid (TS), zat padat tersuspensi atau Total Suspended Solid (TSS) dan zat padat
terlarut atau Total Desolved Solid (TDS) yang terkandung di dalam limbah cair
restoran tanpa melalui proses koagulasi terlebih dahulu. Hasil percobaan seperti
yang tercantum pada Tabel 3.1 didapat kadar TS, TSS dan TDS tanpa koagulasi
secara berturut-turut sebesar 11900 mg/l, 2900 mg/l dan 9000 mg/l.
Berdasarkan Tabel 3.1 didapat kadar TDS dengan penambahan koagulan
sebesar 5000 mg/l. Berdasarkan Tabel 3.1 juga dapat dilihat bahwa penggunaan
koagulan memberikan efisiensi yang cukup besar bagi penurunan konsentrasi
TDS limbah cair restoran, yaitu sebesar 44,44%.
Secara keseluruhan, perbandingan konsentrasi berbagai analisa zat padat
pada limbah cair restoran hasil percobaan, baik dengan penambahan koagulan
maupun tanpa penambahan koagulan dapat dilihat pada Gambar 3.1.
10000
9000
Konsentrasi (mg/L) 8000
7000
6000
5000 Tanpa Koagulan
4000 Dengan Koagulan
3000
2000
1000
0
Analisa TDS

Gambar 3.1 Diagram perbandingan konsentrasi analisa zat padat pada limbah
cair restoran
Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa konsentrasi TDS limbah cair
restoran yang telah mengalami proses koagulasi lebih rendah dibandingkan
dengan konsentrasi TDS limbah cair restaurant yang tidak mengalami proses
koagulasi terlebih dahulu. Penambahan koagulan akan memperkecil konsentrasi
TDS. Hal ini dikarenakan sifat koagulan yang mampu membuat partikel-partikel
koloid dalam limbah bergabung membentuk flok dan mengendap karena adanya
gaya grafitasi. Koagulan berfungsi untuk menetralkan muatan listrik pada
partikel-partikel halus sehingga dapat meningkatkan jarak efektif gaya tarik-
menarik London - Van Der Waals dan membentuk partikel-partikel yang lebih
besar (Prakoso, 2013).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. TDS, TSS, dan TS limbah cair restoran yang diolah tanpa penambahan
koagulan sebesar 9000 mg/l, 2900 mg/l dan 11900 mg/l, sedangkan TDS
limbah cair restoran yang diolah dengan menambahkan koagulan adalah
5000 mg/l.
2. Penggunaan koagulan memberikan efisiensi yang cukup besar bagi
penurunan konsentrasi TDS air sungai yaitu sebesar 44,44 %

4.2 Saran
Pada percobaan ini, praktikan menghabiskan banyak waktu hanya untuk
melakukan pendinginan dan pengovenan bahan disebabkan kurangnya alat dan
terlalu kecilnya alat. Seharusnya peralatan percobaan pengolahan limbah cair
industri dengan metoda koagulasi, seperti desikator dan oven, tersedia dengan
ukuran lebih besar di dalam laboratorium dasar proses dan operasi pabrik kimia.
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Sujana. 2002. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air Untuk Rumah
Makan. Semarang: Esis.
Andiese, V,W. 2011. Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan dengan Metode
Kolam Oksidasi. Jurnal Infrastuktur Vol.1 (2), 103-110
Bratby, John. 2006. Coagulation and Flocculation in Water and Wastewater
Treatment. IWA Publishing. London.
Herlambang. 2002. Teknologi Pengolahan Sampah dan Air Limbah.
Jurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/download/281/280
Johnson, Michael, Don D. Ratnayaka, Malcom J. Brandt. 2009. Twort’s Water
Supply. Elsevier Ltd. Burlington.
Kusnaedi. 2004. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Surabaya: Penebar
Swadaya.
Prakoso, Pulung Adi. 2013. Pengaruh Koagulan dan Flokulan Terhadap
Pengendapan Dalam Thickener Untuk Pemanfaatan Tailing di PT. XYZ
Unis Bisnis Pertambangan Emas Bongkor. http://digilib.itb.ac.id. Diakses
pada 30 Oktober 2019.
Sugiharto. 1987. Dasar – Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : UI-Press.
Susetyaningsih, dkk. 2008. Kajian proses elektrokoagulasi untuk pengolahan
limbah cair. Seminar Nasional IV Teknologi Nuklir. Yogyakarta
Sutiyono. 2006. Pemanfaatan Bittern Sebagai Koagulan Pada Limbah Cair
Industri Kertas. Jurnal Teknik Kimia Vol. 1, No. 1, September 2006.
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA

Judul Praktikum : Pengolahan Limbah Cair Industri dengan Metoda


Koagulasi
Hari/Tanggal Praktikum : Selasa /29 Oktober 2019
Pembimbing : Drs. Edward, HS, M.Si
Asisten Laboratorium : Herry Satriadi
Kelompok : IV
Anggota : 1. Dewi Kristina Panjaitan
2. Krissella Megawati Sianturi
3. Muhammad Rizky Darmawan
4. Ulfa Fitria

Hasil Percobaan :
Percobaan pengolahan limbah cair industri dengan metoda koagulasi ini
menggunakan limbah cair restoran. Pengolahan limbah cair restoran dilakukan
tanpa penambahan koagulan Aluminium sulfat dan dengan penambahan koagulan
Aluminium sulfat

A.1 Diagram Alir Percobaan


A.1.1 Pengolahan limbah cair restoran tanpa penambahan koagulan.
A.1.1.1 Menentukan zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid = TSS)

Kertas saring ditimbang

100 ml sampel disaring

Kertas saring + padatan di oven

- Sampai kering
Penimbangan
A.1.1.2 Menentukan zat padat terlarut (Total Desolved Solid = TDS)

Cawan kosong ditimbang

- Dimasukkan filtrat sebanyak 20 ml


Cawan + Sampel

Dioven/dipanaskan

Cawan + sampel ditimbang

A.1.2 Pengolahan limbah cair restoran dengan penambahan koagulan.

Sampel 100 ml + koagulan


5% dari sampel

Diaduk

Dipisahkan antara filtrat dan endapan

Filtrat Endapan

A.1.2.1 Menentukan zat padat terlarut (Total Desolved Solid = TDS)

Cawan kosong ditimbang

Diambil filtrat 10 ml
dimasukkan kedalam cawan
Dioven/dipanaskan

Ditimbang

A.2 Data Hasil Percobaan


A.2.1 Pengolahan Limbah Cair Restoran Tanpa Penambahan Koagulan
a. Total Suspended Solid (TSS)
Berat kertas saring kosong (a) = 0,44 gram
Berat kertas saring + residu (b) = 0,73 gram
Berat sampel (c) = 100 ml

b. Total Desolved Solid (TDS)


Berat cawan kosong (a) = 65,38 gram
Berat cawan + residu (b) = 65,56 gram
Berat sampel (c) = 20 ml

A.2.2 Pengolahan Limbah Cair Restoran dengan Penambahan Koagulan


a. Total Desolved Solid (TDS)
Berat cawan kosong (a) = 81,10 gram
Berat cawan + residu (b) = 81,20 gram
Berat sampel (c) = 20 ml

Pekanbaru, 22 Oktober 2019


Mewakili Mengetahui
Praktikan Asisten

Ulfa Fitria Herry Satriadi


LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

Adapun perhitungan dari data-data yang didapat pada percobaan pengolahan


limbah cair industri dengan metode koagulasi yaitu :
B.1 Pengolahan Limbah Cair Restoran Tanpa Penambahan Koagulan
a. Total Suspended Solid (TSS)
Berat kertas saring kosong (a) = 0,44 gr = 440 mg
Berat kertas saring + residu (b) = 0,73 gr = 730 mg
Berat sampel (c) = 100 ml

(b − a)mg 1000 ml
x ppm = x
c ml L
(730 − 440)mg 1000 ml
= x
100 ml L

= 2900 mg/l

b. Total Desolved Solid (TDS)


Berat cawan kosong (a) = 65,38 gr = 65380 mg
Berat cawan + residu (b) = 65,56 gr = 65560 mg
Berat sampel (c) = 20 ml

(b − a)mg 1000 ml
x ppm = x
c ml L
( 65560 − 65380)mg 1000 𝑚𝑙
= x
20 ml 𝐿

= 9000 mg/l

Berdasarkan perhitungan TSS dan TDS, didapat nilai TS sebesar =


TS = TSS + TDS
= 2900 mg/l + 9000 mg/l
= 11900 mg/l
B.2 Pengolahan Limbah Cair Restoran dengan Penambahan Koagulan
a. Total Desolved Solid (TDS)
Berat cawan kosong (a) = 81,10 gr = 81100 mg
Berat cawan + residu (b) = 81,20 gr = 81200 mg
Berat sampel (c) = 20 ml

(b − a)mg 1000 ml
x ppm = x
c ml L
(81200 − 81100 )mg 1000 ml
= x
20 ml L

= 5000 mg/l

B.3 Efisiensi
𝑇𝐷𝑆𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑘𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 − 𝑇𝐷𝑆𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑇𝐷𝑆 = 𝑥 100%
𝑇𝐷𝑆𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑘𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
(9000 − 5000)𝑚𝑔/𝑙
= 𝑥 100%
9000 𝑚𝑔/𝑙

= 44,44%
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

Gambar C.1 Filtrat Limbah Cair Gambar C.2 Limbah Cair Restoran
Restoran Menggunakan
Koagulan

Gambar C.3 Total Suspended Gambar C.4 Total Desolved Solid


Solid (TSS) Tanpa (TDS) Tanpa
Koagulan Koagulan
Gambar C.5 Total Desolved Solid
(TDS) Menggunakan
Koagulan

Anda mungkin juga menyukai