Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH INSTRUMENTASI DAN PENGENDALIAN PROSES

“SENSOR THERMAL”

OLEH :

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I

Friska Audi Sembiring (1607036655)


M.Arif Lubis (1607036595)
Priyo Adi Cahyo (1607023287)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
BAB 1

1.1 PENDAHULUAN

Sensor adalah piranti yang mengubah suatu nilai (isyarat/energi) fisik ke nilai fisik yang
lainmenjadi satuan analog sehingga dapat dibaca oleh suatu rangkaian elektronik. Fenomena
fisik yang mampu menstimulus sensor untuk menghasilkan sinyal elektrik meliputi temperatur,
tekanan, gaya, medan magnet cahaya, pergerakan dan sebagainya.

Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk


mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik.
Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan kesamaan yanag
menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroler
sebagai otaknya.

Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik berfungsi mengubah
tegangan fisika (misalnya: temperatur, cahaya, gaya, kecepatan putaran) menjadi besaran
listrik yang proposional.

Terdapat beberapa tipe sensor yang berdasar pada :

1. Berdasarkan Keperluan Power Supply


a. Pasif, sensor yang tidak memerlukan power supply pada saat bekerja, outputnya
muncul akibat adanya rangsangan atau dikatakan sensor pasif apabila energi yang
dikeluarkannya diperoleh seluruhnya dari sinyal masukan. Contoh: Termokopel,
piezoelectric, microphone.
b. Aktif, sensor yang memerlukan power supply dari luar agar sensor tersebut dapat
berfungsi atau memiliki sumber energi tambahan yang digunakan untuk output
sinyalnya, adapun sinyal input hanya memberikan kontribusi yang kecil terhadap
daya keluaran.
2. Berdasarkan Sifat Dasar dari Sinyal Outputnya
a. Analog Sensor, sensor yang memberikan sinyal kontinyu dari besaran yang diukur.
Semua besaran fisika pada dasarnya adalah analog.
b. Digital Sensor, sensor yang outputnya bersifat diskrit.
3. Berdasarkan fungsi dan penggunaannya
a. Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan
panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu.
Contoh: bimetal, termistor, termokopel, RTD, fototransistor, fotodiode,
fotomultiplier, fotovoltaic, infrared pyrometer, hygrometer, dsb.
b. Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti
perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran,
level dsb.
Contoh: strain gage, linear variable deferential transformer (LVDT), proximity,
potensiometer, load cell, bourdon tube, dsb.
c. Sensor optik atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari
sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda atau
ruangan.
Contoh: photo cell, fototransistor, fotodiode, fotovoltaic, fotomultiplier, pyrometer
optic, dsb.

1.1.1 THERMACOUPLE
1.1.1.1 PENGERTIAN THERMACOUPLE
Thermacoupel adalah sensor yang digunakan untuk mengukur suhu. Thermacoupel
terdiri dari dua kaki kawat yang terbuat dari logam yang berbeda. Kaki kawat dilas bersama
di salah satu ujungnya, menciptakan persimpangan. Persimpangan ini adalah tempat suhu
diukur. Saat persimpangan mengalami perubahan suhu, tegangan dibuat. Tegangan tersebut
kemudian bisa diinterpretasikan dengan menggunakan tabel referensi Thermacoupel untuk
menghitung suhu.

Gambar 1. Thermacouple

1.1.1.2 JENIS JENIS THERMACOUPLE


1. TIPE K (Nickel-Chromium / Nickel-Alumel)
Tipe K adalah jenis Thermacouple yang paling umum. Ini murah, akurat,
andal, dan memiliki rentang suhu yang lebar.
Jarak Temperature :
 Kelas Kabel Thermacouple , –454 to 2,300F (–270 to 1260C)
 Ekstensi Kabel, 32 to 392F (0 to 200 0C)

Akurasi Toleransi :

 Standard: +/- 2.2C or +/- .75%


 Special Limits of Error: +/- 1.1C or 0.4%

Gambar 2. Tipe K

2. TIPE J (IRON/CONSTANTAN)

Tipe J juga sangat umum. Ini memiliki rentang suhu yang lebih kecil dan
umur yang lebih pendek pada suhu yang lebih tinggi daripada Tipe K. Ini
setara dengan Tipe K dalam hal biaya dan keandalan.
Jarak Temperature :

 Kelas Kabel Thermacouple , -346 to 1,400F (-210 to 760C)


 Ekstensi Kabel, 32 to 392F (0 to 200C)

Akurasi Toleransi :

 Standard: +/- 2.2C or +/- .75%


 Special Limits of Error: +/- 1.1C or 0.4%

Gambar 3. Tipe J
3. TIPE T (COPPER/CONSTANTAN)
Tipe T adalah termokopel yang sangat stabil dan sering digunakan pada
aplikasi suhu sangat rendah seperti cryogenics atau freezer ultra rendah.
Jarak Temperature :

 Kelas Kabel Thermacouple , -454 to 700F (-270 to 370C)


 Ekstensi Kabel, 32 to 392F (0 to 200C)

Akurasi Toleransi :

 Standard: +/- 1.0C or +/- .75%


 Special Limits of Error: +/- 0.5C or 0.4%

Gambar 4. Tipe T

4. TIPE E (NICKEL-CHROMIUM/CONSTANTAN)
Tipe E memiliki sinyal yang lebih kuat & akurasi yang lebih tinggi
daripada Tipe K atau Tipe J pada kisaran suhu moderat 1.000F dan lebih rendah.
Lihat diagram suhu (ditautkan) untuk rinciannya.
Jarak Temperature :

 Kelas Kabel Thermacouple , -454 to 1600F (-270 to 870C)


 Ekstensi Kabel, 32 to 392F (0 to 200C)

Akurasi Toleransi :

 Standard: +/- 1.7C or +/- 0.5%


 Special Limits of Error: +/- 1.0C or 0.4%

Gambar 5. Tipe E
5. TIPE N (NICROSIL / NISIL)
Tipe N sama-sama memiliki batas akurasi dan suhu yang sama dengan tipe K.
Tipe N sedikit lebih mahal.
Jarak Temperature :

 Kelas Kabel Thermacouple , -454 to 2300F (-270 to 392C)


 Ekstensi Kabel, 32 to 392F (0 to 200C)

Akurasi Toleransi :

 Standard: +/- 2.2C or +/- .75%


 Special Limits of Error: +/- 1.1C or 0.4%

Gambar 6. Tipe N

6. TIPE S (PLATINUM RHODIUM - 10% / PLATINUM)

Tipe S digunakan pada aplikasi suhu sangat tinggi. Hal ini biasa ditemukan
di industri BioTech dan Farmasi. Kadang-kadang digunakan pada aplikasi dengan
suhu rendah karena akurasi dan kestabilan yang tinggi.

Jarak Temperature :

 Kelas Kabel Thermacouple , -58 to 2700F (-50 to 1480C)


 Ekstensi Kabel, 32 to 392F (0 to 200C)

Akurasi Toleransi :

 Standard: +/- 1.5C or +/- .25%


 Special Limits of Error: +/- 0.6C or 0.1%
Gambar 7. Tipe S

7. TIPE R (PLATINUM RHODIUM -13% / PLATINUM)


Tipe R digunakan pada aplikasi suhu sangat tinggi. Ini memiliki persentase
Rhodium yang lebih tinggi daripada Tipe S, yang membuatnya lebih mahal. Tipe R
sangat mirip dengan Tipe S dalam hal kinerja. Kadang-kadang digunakan pada
aplikasi dengan suhu rendah karena akurasi dan kestabilan yang tinggi.

Jarak Temperature :

 Kelas Kabel Thermacouple , -58 to 2700F (-50 to 1480C)


 Ekstensi Kabel, 32 to 392F (0 to 200C)

Akurasi Toleransi :

 Standard: +/- 1.5C or +/- .25%


 Special Limits of Error: +/- 0.6C or 0.1%

Gambar 8. Tipe R
8. TIPE B (PLATINUM RHODIUM – 30% / PLATINUM RHODIUM – 6%)
Termokopel Tipe B digunakan pada aplikasi suhu sangat tinggi. Ini
memiliki batas suhu tertinggi dari semua termokopel yang tercantum di atas. Ini
mempertahankan tingkat akurasi dan stabilitas yang tinggi pada suhu yang sangat
tinggi.
Jarak Temperature :
 Kelas Kabel Thermacouple , 32 to 3100F (0 to 1700C)
 Ekstensi Kabel, 32 to 212F (0 to 100C)

Akurasi Toleransi :

 Standard: +/- 0.5%


 Special Limits of Error: +/- 0.25%

Gambar 9. Tipe B

1.1.2 RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR (RTD)


1.1.2.1 PENGERTIAN RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR

Resistance Temperature Detector (RTD) atau dikenal dengan Detektor


Temperatur Tahanan adalah sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau
besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat
platina, tembaga, atau nikel murni, yang memberikan nilai tahanan yang terbatas
untuk masing-masing temperatur di dalam kisaran suhunya. Semakin panas benda
tersebut, semakin besar atau semakin tinggi nilai tahanan listriknya, begitu juga
sebaliknya. PT100 merupakan tipe RTD yang paling populer yang digunakan di
industri.
Resistance Temperature Detector merupakan sensor pasif, karena sensor ini
membutuhkan energi dari luar. Elemen yang umum digunakan pada tahanan resistansi
adalah kawat nikel, tembaga, dan platina murni yang dipasang dalam sebuah tabung
guna untuk memproteksi terhadap kerusakan mekanis. Resistance Temperature
Detector (PT100) digunakan pada kisaran suhu -200 0C sampai dengan 650 0C.
Gambar 10. RTD

1.1.2.2 PERSAMAAN UMUM RTD

RTD (PT100) perubahan tahanannya lebih linear terhadap temperatur uji, tetapi
koefisiennya lebih rendah dari thermistor dan persamaan matematis liniernya adalah :
Rt = Ro (1 + α Δt)
dimana : Ro = tahanan konduktor pada temperature awal (biasanya 0 °C)
Rt = tahanan konduktor pada temperatur t °C
α = koefisien temperatur tahanan
Δt = selisih antara temperatur kerja dengan temperatur awal.
Sedangkan persamaan matematis nonliner kuadratik untuk RTD (PT100) untuk
suhu positif adalah :
Rt = Ro (1 + AT – BT²)
dimana : Konstanta A = 3,9083 E-3 °C-1
B = 5,775 E-7 ° C-2.
1.1.2.3 TIPE RTD
Dengan bahan yang berbeda dalam pembuatan RTD akan menghasilkan
hubungan yang berbeda antara resistensi dan suhu. Bahan yang sensitif terhadap
temperatur yang digunakan dalam pembangunan RTD adalah platinum, nikel, dan
tembaga, platinumlah yang paling banyak digunakan. Karakteristik penting dari RTD
adalah koefisien suhu resistansi atau temperature coefisien resintance (TCR),
resistansi nominal pada 0 °C dan kelas toleransi. TCR menentukan hubungan antara
resistensi dan suhu. Tidak ada batasan untuk TCR yang dicapai, tetapi standar industri
yang paling umum adalah untuk platinum 3850 ppm / K. Hal ini berarti bahwa
resistansi dari sensor akan meningkat sebesar 0,385 Ohm per 1 °C kenaikan suhu.
Resistansi nominal sensor RTD adalah besarnya resistansi sensor pada saat
memiliki suhu 0 °C. Meskipun hampir semua nilai resistansi dapat dicapai
untuk resistansi nominal, tetapi yang paling umum adalah platinum 100 Ohm atau
disingkat PT100. Akhirnya, kelas toleransi menentukan keakuratan sensor, biasanya
ditentukan pada titik nominal 0 °C. Ada standar industri yang berbeda yang telah
ditetapkan untuk akurasi antara lain standar ASTM dan DIN Eropa. Menggunakan
nilai-nilai TCR, resistansi nominal, dan toleransi karakteristik fungsional dari sensor
RTD dapat dikendalikan.
Jenis RTD diklasifikasikan secara luas sesuai dengan unsur penginderaan yang
berbeda yang digunakan. Platinum, Nikel dan Tembaga adalah elemen penginderaan
yang paling umum digunakan. Platinum dianggap terbaik karena memiliki rentang
suhu terluas. Hal ini ditunjukkan pada grafik resistance versus temperature dibawah
ini.

Gambar 11. Grafik resistance versus temperature

Jenis Platinum RTD juga dikenal dengan kemampuan pertukaran terbaik


dibanding tembaga dan nikel. Ini juga memiliki stabilitas waktu tertinggi. PRT
(Platinum Resistance Thermometers) juga dapat digunakan di lingkungan yang tidak
sesuai di mana ia dapat mengurangi uap logam di atmosfer dan juga uap yang dapat
disembuhkan jika elemennya kosong. Ini juga bisa digunakan di lingkungan
radioaktif. Dalam aplikasi industri, PRT diketahui mengukur suhu setinggi 1500
derajat Fahrenheit sementara tembaga dan Nikel hanya bisa mengukur 400 derajat
Fahrenheit maksimum.
1.1.2.4 KELEBIHAN RTD

1. Ketelitiannya lebih tinggi dari pada termokopel.


2. Tahan terhadap temperatur tinggi.
3. Stabil pada temperatur tinggi karena jenis logam platina lebih stabil dari
pada jenis logam lainnya.
4. Kemampuanna tidak akan terganggu pada kisaran suhu yang luas.
1.1.2.5 KEKURANGAN RTD

1. Lebih mahal dari pada termokopel.


2. Terpengaruh terhadap goncangan dan getaran .
3. Respon waktu awal yang sedikit lama (0,5 sampai 5 detik tergantung kondisi
penggunaanya).
4. Jangkauan lebih rendah dari pada termokopel. RTD mencapai suhu 650 oC
sedangkan termokopel mencapai suhu 1700 oC.

1.1.3 THERMISTOR

1.1.3.1 PENGERTIAN THERMISTOR


Termistor (thermistor) adalah komponen semikonduktor yang memiliki tahanan
(resistansi) yang dapat berubah dengan suhu/temperature. Thermistor merupakan singkatan
dari thermally sensitive resistor, yang berarti resistor yang peka atau sensitif terhadap suhu.
Komponen Elektronika yang peka dengan suhu ini pertama kali ditemukan oleh seorang
ilmuwan inggris yang bernama Michael Faraday pada 1833. Thermistor yang ditemukannya
tersebut merupakan Thermistor jenis NTC (Negative Temperature Coefficient). Michael
Faraday menemukan adanya penurunan Resistansi (hambatan) yang signifikan pada bahan
Silver Sulfide ketika suhu dinaikkan. Namun Thermitor komersil pertama yang dapat
diproduksi secara massal adalah Thermistor ditemukan oleh Samuel Ruben pada tahun 1930.
Samuel Ruben adalah seorang ilmuwan yang berasal dari Amerika Serikat.
Gambar 12. Thermistor

1.1.3.2 BAHAN-BAHAN THERMISTOR

Termistor terbuat dari campuran oksida-oksida logam yang diendapkan


seperti: mangan (Mn), nikel (Ni), cobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe) dan uranium (U).
Rangkuman tahanannya adalah dari 0,5 W sampai 75 W dan tersedia dalam berbagai
bentuk dan ukuran. Ukuran paling kecil berbentuk mani-manik (beads) dengan
diameter 0,15 mm sampai 1,25 mm, bentuk piringan (disk) atau cincin (washer) dengan
ukuran 2,5 mm sampai 25 mm. Cincin-cincin dapat ditumpukan dan di tempatkan
secara seri atau paralel guna memperbesar disipasi daya.

1.1.3.3 BENTUK-BENTUK THERMISTOR

1. Butiran thermistor ini digunakan pada > 7000 celsius dan memiliki nilai resistansi
100 ohm hingga 1 mega ohm.
2. Thermistor keping thermistor ini digunakan dengan cara direkatkan langsungn pada
benda yang diukur panasnya.
3. Thermistor batang digunakan untuk menentukan perubahan panas pada peralatan
elektronik, mempunyai resistansi tinggi dan disipasi dayanya sedang.

Gambar 13. Bentuk-Bentuk Thermistor


1.1.3.4 KELEBIHAN THERMISTOR

1. Level perubahan output yang tinggi.


2. Respon terhadap perubahan suhu yang cepat.
3. Perubahan resistansi pada kedua terminal (pin).

1.1.3.5 KEKURANGAN TERMISTOR

1. Tidak linier
2. Range pengukuran suhu yang sempit
3. Rentan rusak
4. Memerlukan supply daya
5. Mengalami self heating

1.1.4 PENGERTIAN THERMAL FLOW METER


Thermall mass flow meter merupakan flow meter yang sistem kerjanya
menggunakan thermal guna menghitung massa dari fluida yang mengalir melewati
sensor thermal. Flow meter thermal mass banyak digunakan untuk menghitung massa
dari suatu fluida gas yang mengalir dalam suatu pipa. Flow meter thermal ini bisa juga
di gunakan untuk menghitung banyaknya udara yang enaglir dalam pipa baik udara
bertekanan tinggi maupun bertekanan rendah dan mengukur jumlah atau laju aliran dari
suatu fluida yang mengalir dalam pipa atau sambungan terbuka. alat ini terdiri dari
primary device, yang disebut sebagai alat utama dan secondary device (alat bantu
sekunder).

1.1.5 PENGERTIAN KONDUKTIVITAS THERMAL DETECTOR (TCD)


Detektor konduktivitas termal ( TCD ), juga dikenal sebagai katharometer ,
adalah detektor properti massal dan detektor spesifik kimia yang biasa digunakan dalam
kromatografi gas. Detektor detektor ini mengubah konduktivitas termal efluen kolom
dan membandingkannya dengan aliran referensi gas pembawa. Karena kebanyakan
senyawa memiliki konduktivitas termal yang jauh lebih sedikit daripada gas pembawa
helium atau hidrogen biasa, ketika analit mengelusi dari kolom, konduktivitas termal
efluen berkurang, dan sinyal yang dapat dideteksi dihasilkan.

Konduktivitas suatu larutan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:


1. Konsentrasi
2. Pergerakan ion-ion
3. Valensi ion
4. Suhu

1.1.5.1 PENGARUH KONSENTRASI DAN SUHU


Setiap unsur/senyawa kimia mempunyai derajat konduktivitas yang berbeda.
Air murni mempunyai konduktivitas yang sangat rendah, beberapa senyawa/unsur
kimia yang terlarut dalam air dapat meningkatkan konduktivitas air. Pada umumnya
peningkatan konsentrasi zat kimia dalam suatu larutan akan meningkatkam
konduktivitas.

Perubahan suhu suatu larutan juga mempengaruhi konduktivitasnya, kenaikan


suhu akan meningkatkan pergerakan ion-ion dalam larutan, sehingga konduktivitas
larutan meningkat. Temperatur berhubungan secara linier dengan konduktivitas,
peningkatan kondukivitas akibat kenaikan temperature.

1.2 PRINSIP KERJA ALAT


1.2.1 THERMACOUPEL
Prinsip kerja Thermocouple cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya
Thermocouple hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan
digabungkan ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada Thermocouple
akan berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap) sedangkan yang satunya
lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu panas.

Gambar 14. Prinsip Kerja Thermacouple


Berdasarkan Gambar 14. Ketika kedua persimpangan atau Junction memiliki
suhu yang sama, maka beda potensial atau tegangan listrik yang melalui dua
persimpangan tersebut adalah “NOL” atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika persimpangan
yang terhubung dalam rangkaian diberikan suhu panas atau dihubungkan ke obyek
pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara dua persimpangan tersebut
yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang nilainya sebanding dengan suhu
panas yang diterimanya atau V1 – V2. Tegangan Listrik yang ditimbulkan ini pada
umumnya sekitar 1 µV – 70µV pada tiap derajat Celcius. Tegangan tersebut kemudian
dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi yang telah ditetapkan sehingga
menghasilkan pengukuran yang dapat dimengerti oleh kita.

1.2.2 RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR (RTD)


Prinsip kerja sensor suhu RTD adalah berdasarkan pada prinsip pengukuran
hambatan listrik suatu bahan yang dapat berubah karena pengaruh suhu. Hubungan
antara resistansi RTD dan suhu sekitarnya sangat dapat diprediksi, dan sangat
memungkinkan untuk pengukuran suhu yang akurat dan konsisten. Dengan memasang
sensor suhu RTD dengan arus konstan dan mengukur drop tegangan yang dihasilkan
pada resistor, maka resistansi RTD dapat dihitung dan besarnya suhu dapat ditentukan.
Sensor RTD mengambil pengukuran ketika arus DC kecil dipasok ke sensor. Arus
mengalir melalui impedansi resistor, dan mengalami penurunan tegangan sepanjang
resistor. Besarnya arus pasokan yang berbeda dapat digunakan tergantung pada
resistansi nominal RTD.. Untuk mengurangi pemanasan sendiri pada sensor RTD,
disuahakan arus pasokan harus tetap rendah, umumnya sekitar 1 mA atau kurang dari
itu.

1.2.3 THERMISTOR
1.2.3.1 THERMISTOR NTC
Termistor NTC singkatan dari “Negative Temperature Coefficient” thermistor.
Termistor dari jenis nilai resistansi ini akan menurun bila suhu di sekitar komponen
termistor NTC tinggi, atau dengan kata lain berbanding terbalik alias negatif.
1.2.3.2 THERMISTOR PTC
Termistor PTC singkatan dari “positive temperature coefficient”. Jenis nilai
resistansi termistor ini akan lebih tinggi bila suhu disekitarnya juga tinggi. Dengan kata
lain nilai resistansi dan suhu lingkungan berbanding lurus dengan alias positif.
1.2.4 THERMAL FLOW METER
Prinsip kerja Thermal Flow Meter ketika aliran gas melewati hot wire (flow
sensor) maka molekul gas menyerap atau membawa panas dari permukaan sensor
tersebut, sehingga sensor menjadi dingin akibat kehilangan energi. Selanjutnya sensor
mengaktifkan rangkaian elektronik untuk mengisi energi yang hilang dengan cara
memanaskan flow sensor hingga perbedaan temperature yang tetap diatas reference
sensor.Daya listrik yang diperlukan untuk mempertahankan perbedaan temperatur yang
tetap adalah berbanding lurus dengan mass flowrate dan selanjutnya dikeluarkan
sebagai output signal yang linear dari flowmeter.

1.2.5 KONDUKTIVITAS THERMAL DETECTOR (TCD)

Konduktivitas thermal detector (TCD) menggunakan prinsip konduktivitas


termal yang tergantung pada komposisi gas. Komponen sampel pada gas pembawa
masuk ke saluran pengukuran. Sebuah saluran kedua berfungsi sebagai channel
referensi dimana hanya gas pembawa murni yang dapat mengalir. Kabel elektrik tahan
panas yang terletak di kedua saluran. Perbedaan konduktivitas termal antara aliran
kolom limbah (komponen sampel dalam carrier gas) dan aliran referensi dari gas
pembawa sendiri, menghasilkan proporsional sinyal tegangan yang mempunyai
perbedaan. sinyal sebanding dengan konsentrasi komponen sampel. Senyawa kimia
yang aktif seperti asam dan senyawa halogen harus dihindari saat menggunakan TCD
karena mereka dapat menyerang kabel dan dengan demikian padat mengubah resistansi
dan mengurangi kepekaan detektor secara permanen. Dalam mengoksidasi zat, seperti
oksigen, dapat juga merusak filamen, dan lingkungan yang bebas kebocoran harus
dipertahankan.

Untuk respon optimal dan tepat dari TCD, ada beberapa faktor penting:
1. Suhu blok detektor
2. laju aliran gas pembawa dan gas referensi
3. Resistansi dari filamen
Semua faktor ini harus optimal untuk mendapatkan respon TCD yang representative.

\
1.2.6 SENSOR LEVEL : METODE KONDUKTIVITAS
Sebuah kapasitor terbentuk ketika elektroda sensor level dipasang didalam
sebuah vessel. Tangkai metal dari elektroda bertindak sebagai satu plate dari kapasitor
dan dinding tangki bertindak sebagai plate yang lain. Ketika level fluida naik, udara
atau gas yang semula melingkupi electroda akan digantikan oleh material (fluida) yang
mempunyai konstanta dielektik (dielectric constant)yang berbeda, sehingga suatu
perubahan didalam nilai kapasitor terjadi sebab dielektrikum antara plat telah berubah.
RF (Radio Frequerncy)capacitance instrument mendeteksi perubahan tersebut dan
mengkonversinya kedalam suatu sinyal keluaran secara proporsional.

1.3 CARA KERJA ALAT


1.3.6 THERMACOUPLE

Gambar 15. Cara Kerja Alat Thermacouple


Thermocouple terdiri dari dua buat kawat logam penghantar (konduktor) yang
memiliki jenis yang berbeda.Kedua ujung kawat tersebut dihubungkan menjadi
satu.Ketika ujung kawat ini dipanaskan (T1) maka kedua logam tersebut akan
mengalami pemuaian.Pemuaian ini terjadi akibat pergerakan atom atau electron akibat
perubahan temperatur dari temperatur tinggi menuju ke temperatur rendah, pergerakan
electron ini dipengaruhi oleh bahan logam itu sendiri, artinya antara logam yang satu
dengan logam yang lainnya mempunyai kecepatan muai berbeda ini tergantung dari
masa jenis suatu logam tersebut.Karena hal inilah yang mengakibatkan perbedaan
potensial pada ujung logam tersebut.
Dari gambar 15. Dapat dilihat bahwasanya, ujung T1 akan berfungsi sebagai
alat ukur temperature pada objek pengukuran sedangkan ujung T2 akan berfungsi
sebagai referensi dengan temperature konstan. Ketika kedua metal 1 dan metal
2 memiliki suhu yang sama, maka beda potensial atau tegangan listrik tersebut adalah
“NOL” atau bisa dikatakan tegangan V1 (beda potensial pada metal1) sama dengan
tegangan V2 (beda potensial pada metal2) (V1 = V2). Akan tetapi, jika T1 diberikan
suhu panas atau dihubungkan pada alat ukur, yang mana akan terjadi perbedaan suhu
antara dua metal tersebut sehingga menghasilkan tegangan listrik yang nilainya
sebanding dengan suhu panas yang diterimanya atau semakin tinggi suhu yang
diberikan pada simpul T1 maka nlai potensial tegangan akan semakin tinggi.Perbedaan
potensial tegangan antara metal1 dan metal2 sebesar V1(metal1) –
V2(metal2).Besarnya tegangan listrik yang dihasilkan oleh thermocouple ini pada
umumnya berkisar 1 µV hingga 70µV pada tiap derajat Celcius. Tegangan yang
dihasilkan tersebut kemudian kita konversikan menurut tabel referensi atau datasheet
pabrik penghasil thermocouple sehingga menghasilkan pengukuran yang dapat
dimengerti oleh kita.

1.3.7 RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR (RTD)


RTD mengambil pengukuran saat arus DC kecil dipasok ke sensor. Saat
mengalami impedansi resistor, dan penurunan voltase dialami resistor. Bergantung
pada resistansi nominal RTD, arus suplai berbeda dapat digunakan. Untuk mengurangi
pemanasan sendiri pada sensor arus suplai harus dijaga tetap rendah. Secara umum,
sekitar 1mA atau kurang arus digunakan.

Gambar 16. 2-Wire,3-Wire,4-Wire System


RTD dapat dihubungkan dalam konfigurasi dua, tiga, atau empat kawat.
Konfigurasi two-wire adalah yang paling sederhana dan juga yang paling rawan error.
Dalam konfigurasi ini, RTD dihubungkan oleh dua kabel ke sirkuit jembatan
Wheatstone dan voltase keluaran diukur. Kerugian dari rangkaian ini adalah bahwa dua
resistor kawat timbal yang menghubungkan menambahkan secara langsung dua
resistansi RTD dan terjadi kesalahan.

1.3.8 THERMISTOR

Memberikan perubahan resistansi yang sebanding dengan perubahan suhu.


Perubahan resistansi yang besar terhadap perubahan suhu yang relatif kecil
menjadikan termistor banyak dipakai sebagai sensor suhu yang memiliki ketelitian
dan ketepatan yang tinggi.Termistor yang dibentuk dari bahan oksida logam campuran
(sintering mixture), kromium, kobalt, tembaga, besi, atau nikel, berpengaruh terhadap
karakteristik termistor, sehingga pemilihan bahan oksida tersebut harus dengan
perbandingan tertentu. Dimana termistor merupakan salah satu jenis sensor suhu yang
mempunyai koefisien temperatur yang tinggi.perubahan nilai tahanan jika suhu atau
temperatur yang mengenai termistor ini berubah.
Karena ukurannya yang sangat kecil, thermistor butiran dapat memberikan reksi
yang sangat cepat terhadap perubahan suhu. Thermistor memiliki dua buah kaki
terminal. Thermistor digunakan di dalam rangkaian-rangkaian pengukur suhu atau
yang memberikan tanggapan-tanggapan tertentu terhadap perubahan suhu. Komponen
ini juga dapat digunakan di dalam rangkaian-rangkaian yang akan mengalami
gangguan, atau bahkan kerusakan akibat perubahan suhu. Thermistor secara otomatis
akan bekerja untuk menetralkan efek perubahan suhu
Resistansi NTC mengecil ketika temperatur lingkungan meningkat.Akibatnya
arus listrik yang mengalir pada rangkaian menjadi semakin besar.
Resistansi PTC meningkat ketika temperatur ruangan meningkat. Pada
kenyataannya thermistor didesain sedemikian rupa sehingga perubahan temperatur
mengubah resistansi secara teratur.
1.3.4 THERMAL FLOW METER

Cara Menggunakan Flowmeters Termal Ketika aliran gas melewati hot wire
(flow sensor) maka molekul gas menyerap atau membawa panas dari permukaan
sensor tersebut, sehingga sensor menjadi dingin akibat kehilangan energi.Selanjutnya
sensor mengaktifkan rangkaian elektronik untuk mengisi energi yang hilang dengan
cara memanaskan flow sensor hingga perbedaan temperature yang tetap diatas
reference sensor.Daya listrik yang diperlukan untuk mempertahankan perbedaan
temperatur yang tetap adalah berbanding lurus dengan mass flowrate dan selanjutnya
dikeluarkan sebagai output signal yang linear dari flowmeter

Thermal flowmeters paling sering digunakan untuk mengukur aliran massa


gas bersih, seperti udara, nitrogen, hidrogen, helium, amonia, argon, dan gas industri
lainnya. Campuran, seperti aliran cerobong asap dan aliran biogas, dapat diukur bila
komposisinya diketahui. Keuntungan dari teknologi ini adalah ketergantungannya
pada sifat termal yang hampir terlepas dari kerapatan gas. Hati-hati saat menggunakan
flowmeters termal untuk mengukur aliran gas dengan komposisi yang tidak diketahui
dan / atau berbeda, seperti gas off-gas hidrogen dan campuran lainnya yang dapat
mempengaruhi secara tidak proporsional pengukuran flowmeter termal. Thermal
flowmeters dapat diterapkan pada gas bersih, sanitasi, dan korosif dimana sifat termal
fluida diketahui. Termometer termal paling sering digunakan untuk mengukur gas
murni, seperti yang akan digunakan untuk percobaan laboratorium, dan pada produksi
semi konduktor. Mereka juga dapat digunakan di pabrik kimia dan petrokimia saat
sifat termal gas diketahui. Dengan memperhatikan bahan konstruksi, aliran gas
korosif, seperti hidrogen klorida dan hidrogen sulfida dapat diukur.

1.3.5 KONDUKTIVITAS THERMAL DETECTOR (TCD)


Dua pasang TCD digunakan dalam chromatograp gas (GC). Pasangan
ditempatkan dalam kolom efluen untuk mendeteksi komponen terpisah ketika mereka
meninggalkan kolom, dan pasangan lain yang ditempatkan sebelum injector atau
dalam kolom referensi terpisah sirkuit. Resistensi-resistensi dari dua set pasangan ini
kemudian diatur dalam sebuah jembatan. Jembatan amplifikasi memungkinkan
perubahan resistensi akibat analit melewati atas thermoconductors sampel dan tidak
memperkuat perubahan resistensi yang kedua pasang detector menghasilkan karena
arus fluktuasi nilai

Gambar 17. TCD

CD terdiri dari filamen yang dipanaskan dengan listrik dalam sel temperatur
terkendali. Dalam kondisi normal ada aliran panas stabil dari filamen ke tubuh
detektor. Ketika elutes analit dan konduktivitas termal dari kolom limbah berkurang,
filamen memanas dan resistensi perubahan. Perubahan resistansi ini sering dirasakan
oleh rangkaian jembatan Wheatstone yang menghasilkan perubahan tegangan terukur.
Kolom efluen arus atas salah satu resistor sementara aliran referensi lebih resistor
kedua dalam rangkaian empat resistor. Sebuah skema desain detektor konduktivitas
termal klasik memanfaatkan rangkaian jembatan Wheatstone ditampilkan. Aliran
referensi resistor 4 rangkaian mengkompensasi melayang akibat fluktuasi aliran atau
suhu. Perubahan konduktivitas termal dari aliran efluen kolom pada resistor 3 akan
mengakibatkan perubahan suhu dari resistor dan karena itu resistensi perubahan yang
dapat diukur sebagai sinyal.

1.3.6 SENSOR LEVEL : METODE KONDUKTIVITAS


Dalam aplikasi pengukuran Level dengan Capacitance, plat pertama adalah
berupa probe dan plat yang kedua adalah dinding tanki dimana jarak diantara probe
dan dinding akan selalu tetap tidak berubah. Satu-satunya parameter yang berubah
adalah konstanta dielektrik. Udara memiliki konstanta dielektrik satu sedangkan
media lainnya yang akan kita ukur memiliki konstanta dielektrik lebih dari satu.
Gambae 18. Metode Konduktivitas
Ketika level media yang diukur naik maka konstanta dielektrik media yang diukur akan
menggantikan udara dan akan menyebabkan nilai kapasitansi naik. Kenaikan nilai
kapasitansi berbanding lurus dengan kenaikan level yang terjadi.Yang perlu kita
perhatikan dalam penggunaan level capacitance adalah dinding tanki harus terbuat dari
metal karena dinding tanki berfungsi sebagai salah satu plat dari kapasitor. Untuk aplikasi
dimana dinding tanki terbuat dari bahan non-metal seperti concrete maka dapat digunakan
probe dengan stealing well yang terbuat dari metal atau dapat juga digunakan probe yang
dual..

1.4 KALIBRASI ALAT


1.4.6 THERMOCOUPLE

Setting alat untuk melakukan kalibrasi thermocouple yaitu, misal kita sebut saja
logam A dan logam B merupakan bahan logam pada thermocouple. Ujung logam A
dan B disambung dan ujung-ujung yang lain dihubungkan ke alat ukur listrik dan
dimasukkan ke dalam kondisi suhu dingin, dan untuk ujung yang dikopel ditempatkan
pada kondisi suhu panas.
Kalibrasi merupakan suatu cara untuk menstandarkan suatu alat ukur terhadap
alat ukur standar, dalam hal ini thermocouple (sebagai alat ukur suhu) distandarkan
dengan termometer. Kalibrasi sering disalahgunakan penyebutannya untuk
mengenolkan suatu alat ukur, hal ini salah besar, memposisikan alat ukur pada posisi
nol-nya (pengenolan) memiliki sebutan sendiri yaitu “Tera” atau “Mentera”.
Pengkalibrasian dilakukan dengan syarat ada alat ukur standar yang digunakan sebagai
patokan nilai yang akan ditentukan pada alat ukur yang dikalibrasi. Untuk kalibrasi
thermocouple ini, suhu pada persambungan dua logam (kopel) diukur juga dengan
thermometer.
Proses pengkalibrasian thermocouple yaitu, setelah setting alat diatas selesai
maka langkah awal adalah mengukur suhu air yang didalamnya diletakkan bagian
persambungan (kopel) dari thermocouple dengan termometer, setelah termometer
menunjukkan suhu puncak air maka langkah selanjutnya adalah mengamati besarnya
tegangan yang ditimbulkan thermocouple pada voltmeter. Langkah berikutnya yaitu
membandingkan suhu yang ditunjukkan oleh termometer dengan tegangan yang
ditimbulkan thermocouple, nilai tegangan itulah konversi suhu yang diukur. Jadi, nilai
tegangan itu setara dengan suhu yang terukur oleh termometer, sehingga didapatkan
nilai tegangan sekian = suhu sekian, dan proses kalibrasi telah selesai. Dan untuk
menentukan suhu berikutnya maka suhu air diturunkan dan disetarakan dengan
tegangan yang timbul, jadi akan didapatkan nilai tegangan dan nilai suhu pada setiap
penurunan suhu air. Proses pengkalibrasian dilakukan seperti pada langkah awal yaitu,
tegangan sekian setara suhu sekian. Hasil akhirnya kita mendapatkan alat ukur baru
yaitu thermocouple yang telah sesuai nilainya dengan termometer yang digunakan
untuk mengkalibrasi.

1.4.2 RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR (RTD)

1. Rangkai peralatan seperti pada Gambar :

Gambar 18. Rangkaian RTD

2. Nyalakan Fluke 7340, kemudian tekan “SET” hingga muncul tampilan


/sebagai berikut :
Gambar 19. Bagian RTD

3. Tekan tombol “UP” atau “DOWN” untuk setting suhu yang diharapkan.
4. Jika suhu yang diharapkan sudah sesuai, tekan “SET” kemudian tekan “EXIT”
5. Ulangi langkah 2 sampai 4 untuk variasi percobaan.
6. Nyalakan Jofra AMC 910, kemudian tekan “TC | RTD” kemudian tekan
“TYPE | UNITS” untuk memilih tipe RTD yang diukur.
7. Pada percobaan ini digunakan RTD tipe P100-385, sehingga muncul tampilan
sebagai berikut :

Gambar 20. Bagian RTD

8. Jika suhu pada Fluke 7340 sudah stabil, catat nilai suhu yang tampil pada Jofra
AMC 910.
9. Kemudian tekan “TYPE | UNITS” lagi untuk memilih tampilan pengukuran
resistansi seperti gambar berikut :
Gambar 21. Bagian RTD

10. Catat nilai resistansi pada form kalibrasi.


11. Jika sudah selesai, matikan Jofra AMC 910 dengan menekan saklar power.
12. Untuk mematikan Fluke 7340, setting suhu pada suhu 28oC, kemudian tekan
tombol “COOLING” lalu tunggu suhu hingga mencapai set point 28oC.
13. Jika suhu sudah mencapai 28oC, tekan saklar power untuk mematikan Fluke
7340.
14. Cabut RTD dari Fluke 7340 dan konektor 4 channelnya dari Jofra AMC 910
15. Bersihkan ujung RTD dengan kain majun.
16. Rapikan semua peralatan.

1.4.3 THERMISTOR
1. Masukan sensor thermistor ke dalam suhu bath
2. Hubungkan keluaran thermistor ke multimeter untuk mengukur resistansi
thermistor rt
3. Nyalakan suhu bath. Set suhu pada suhu yang diinginkan
4. Ketika suhu sudah mencapai suhu set point.yang ditampilkan pada suhu bath,
ukur resitansi thermistor rt. Catat pembacaan termometer standar.
5. Ketika kondisinya sudah stady state. Catat data pengukuran pada tabel serapan
6. Set suhu untuk variasi lain dan ulangi langkah 4.

1.4.4 THERMAL FLOW METER

Jika kita sering bersinggungan dengan instrument ukur, baik instrument untuk
mengukur berat, panjang, luas, kecepatan, kapasitas, debit air, temperature, kekuatan
gaya, kemampuan daya, kekuatan arus dan lainnya ada istilah yang tidak asing yaitu
KALIBRASI. Kalibrasi bisa juga di terjemahkan sebagai tindakan untuk menjaga
dan memastikan kwalitas hasil dari alat ukur sehingga berfungsi dengan benar
walupun harus melibatkan faktor angka pengali terhadap hasil yang terbaca pada alat
ukur. Kaliberasi flow meter atau lainnya di butuhkan karena menurunya
performance alat ukur karena pemakaian yang terus menerus dalam rentang waktu
tertentu. Jika kita sering bersinggungan dengan instrument ukur, baik instrument
untuk mengukur berat, panjang, luas, kecepatan, kapasitas, debit air, temperature,
kekuatan gaya, kemampuan daya, kekuatan arus dan lainnya ada istilah yang tidak
asing yaitu KALIBRASI. Kalibrasi bisa juga di terjemahkan sebagai tindakan untuk
menjaga dan memastikan kwalitas hasil dari alat ukur sehingga berfungsi dengan
benar walupun harus melibatkan faktor angka pengali terhadap hasil yang terbaca
pada alat ukur. Kaliberasi flow meter atau lainnya di butuhkan karena menurunya
performance alat ukur karena pemakaian yang terus menerus dalam rentang waktu
tertentu.

Jadi tujuan dari kalibrasi flow meter atau alat instrumentasi sendiri adalah
untuk verifikasi dari suatu instrument, dalam menentukan nilai penyimpangan
sehingga mampu memberikan jaminan akan hasil pengukuran dari alat ukur sesuai
dengan standart yang di persyaratkan. Dari Tindakan Kalibrasi ini bisa di ketahui
performa dari alat ukur tentang kwalitas hasil pengukuran, penyimpangan dan
sebagainya guna memutuskan apakah alat ukur tersebut masih layak di gunakan atau
tidak.

Kalibrasi ini di perlukan untuk alat instrument baik alat baru, terpakai
dalam jangka waktu tertentu, karena di service , di modifikasi, diaplikasikan
ketempat lain maupun ketika adanya kecurigaan terhadap hasil pembacaan dari alat
ukur. Hal ini dilakukan guna menjaga kwalitas dan dan penerapan sistem mutu pada
kegiatan produksi maupun kegiatan transaksi..Alat ukur yang biasa di kaliberasi
adalah flow meter, timbangan pressure meter, level sensor dan lain2

Hasil Kalibrasi antara lain :


 Nilai Obyek Ukur
 Nilai Koreksi/Penyimpangan
 Nilai Ketidakpastian Pengukuran(Besarnya kesalahan yang mungkin
terjadi dalam pengukuran, dievaluasi setelah ada hasil pekerjaan yang diukur &
analisis ketidakpastian yang benar dengan memperhitungkan semua sumber
ketidakpastian yang ada di dalam metode perbandingan yang digunakan serta
besarnya kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran)
 Sifat metrologi lain seperti faktor kalibrasi, kurva kalibrasi.
 Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan “traceable uncertainity” untuk
menentukan tingkat kepercayaan yang di evaluasi dengan seksama dengan analisis
ketidakpastian.

Melakukan kalibrasi flow meter dengan menggunakan kalibrator dimana


nilai dari pengukuran flow meter bisa di setting berdasarkan hasil pengukuran dari
klaibrator. Jenis kalibrasi flow meter biasanya ada dua yaitu dry calibration dan jenis
wet calibration kalibrasi basah, namun yang paling direkomendasi adalah jenis wet
calibration karena akurasi dari jenis ini mendekati nilai yang sebenarnya.

Kalibrator yang digunakan untuk proses wet caliberation biasanya ada dua
yaitu flow calibrator dan weight scale calibrator. Untuk 2 jenis calibrator ini juga
dilakukan pengacekan secara berkala agar kwalitas alat tersebut sebagai calibrator
terjaga kepresisianya. Untuk calibrator dengan mengunakan flow calibrator yang
sering disebut dengan master calibrator harus mempunyai tingkat akurasi lebih baik
dibanding dengan keakurasian flow meter yang akan di kaliberasi.

Saat dilakukan pengetesan dan konfirmasi jika ternyata, penyimpangan dari


flow meter terhadap kaliberator terlalu besar atau tidak memnuhi standart yang
disyaratkan. maka perlu dilakukan resetting. Dan apabila dilakukan restting namun
penyimpangan atau eror margin tetap tinggi maka sebaiknya dilakukan service dan
stelagh di service tetap tidak berubah sebaiknya flow meter tersebut tidak digunakan
lagi.

Mengacu pada badan metrology sendiri untuk segala jenis alat ukur wajib
di kalibrasi dengan sekala waktu tertentu dan biasanya mengacu ada sekala waktu 2
tahun sesuai dengan sertifikat kalibrasi yang dikeluarkan oleh metrology indonesia.
Harga atau biaya kaliberasi biasanya di tentukan oleh jenis flow meter, size
flow meter, kapasitas flow meter dan tingkat akurasi flow meter. Makin besar size
flow meter akan berakibat makin mahal biaya kaliberasi. Begitu juga makin tinggi
tuntutan akurasi dari flow meter maka waktu dari kaliberasi akan makin lama dan
ini menyebabkan biaya kaliberasi juga makin mahal. Ada juga penentu biaya
kaliberasi yaitu lokasi dari kaliberasi dilakukan di site atau di workshop pelaku jasa
kaliberasi. Ada hal lain juga yang memntu biaya kaliberasi seperti makin rumit
setting variable flow meter biasanya juga akan membutuhkan waktu yang lama serta
kapasitas maksimal dari flow meter juga berakibat pada harga dan biaya kaliberasi.

1.4.5 KONDUKTIVITAS THERMAL DETECTOR (TCD)


1. Setelah selesai “running” standard, pada menu View klik menu Data
Analysis, double click Data yang diinginkan.
2. Ambil data yang akan dianalisa melalui : File
3. Bila pada data yang dipilih terdapat “peak” yang tidak dikehendaki (Auto
Integration), klik Integration, Save lewat icon bergambar buku, isi nilai parameter
yang cocok, klik Yes.
4. Isi Calibration Table melalui Calibration, isi column dengan nama
”Auto Calibration Table Concentrasi” masing-masing compound, klik Yes.
5. Bila data sudah terkalibrasi dan ingin di edit, cukup melalui Replace, bila ada
waktu retensi (RT) yang berubah, ganti dengan RT yang baru.
6. Simpan data yang sudah terkalibrasi.
7. Cetak hasil kalibrasi melalui menu Report

1.4.6 SENSOR LEVEL : METODE KONDUKTIVITAS


1. Kalibrasi dua point (two point calibration)
Kalibrasi dua point adalah metode kalibrasi yang paling sering digunakan.
Kalibrasi dilakukan dengan melakukan pengukuran di titik lower dan upper biasanya
di titik 0% dan 100%.
2. Kalibrasi satu point (one point calibration)
Kalibrasi satu point adalah metode kalibrasi dengan melakukan pengukuran di titik
lower biasanya di 0% dan kemudian titik 100% nya dihitung oleh controller dengan
terlebih dahulu dimasukkan data density dari produk yang diukur dan diameter tanki.
3. Kalibrasi banyak point (multi point calibration)
Kalibrasi banyak point dilakukan dengan melakukan pengukuran di 3 sampai 10 titik.
Dari masing-masing titik pengukuran dapat ditarik garis sehingga terbentuk kurva
kalibrasi. Misalkan Kalibrasi 3 point dapat dilakukan pengukuran di titik 0%, 50%,
dan 100%.

1.5 PENUTUP
1.5.1 KESIMPULAN
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala
perubahan panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang
tertentu.

1.6 DAFTAR PUSTAKA

Bishop, Owen.2004.Dasar-Dasar Elektronika.Jakarta: Erlangga.

Budiharto, Widodo dan Firmansyah, Sigit.2005.Elektronika Digital Dan


Mikroprosesor. Yogyakarta: Penerbit ANDI

www.electro-labs.com/

www.thermocoupleinfo.com

Anda mungkin juga menyukai