Anda di halaman 1dari 8

Makalah Tentang mA Selector dan Kv Regulator

Dosen Pembimbing : Aris Samsul,SST

Disusun Oleh:

Ritma Danty Angelica (161141043)

Rosi Devianing Tyas (161141045)

Program Studi : D3 Radiodiagnostik & Radioterapi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

WIDYA CIPTA HUSADA


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia medis dari waktu ke waktu semakin pesat, tak terkecuali
instrument / alat medis. Salahsatu penemuan yang berkontribusi dalam dunia medis yaitu
ditemukannya sinar X / sinar Rontgen yang mendasari terciptanya Pesawat Rontgen.
Pesawat roentgen merupakan instrument medik yang prinsip kerjanya mengunakan radiasi
sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun radiografie.

Penemuan dari Willhem Conrad Rontgen tersebut telah mendorong perkembangan


dunia medis terutama dalam pembuatan instrumen medis. Berawal dari percobaan dalam hal
perbedaan potensial diantara anoda dan katoda yang terkandung dalam suatu gas, yang
memicu terjadinya ionisasi sehingga elektron - elektron akan membebaskan diri dari ikatan
atomnya. Elektron yang terdekat dengan sebuah anoda akan langsung ditarik ke anoda
sehingga akan terjadi hole. Kemudian hole ini akan diisi oleh elektron berikutnya, tempat
yang ditinggalkan elektron ini akan menjadi hole lagi dan terjadi pengisian lagi oleh elektron
berikutnya, begitu seterusnya, sehingga akan terjadi estafet elektron dan terjadilah rangkaian
tertutup sehingga timbul arus elektron yang berkebalikan dengan arus listrik yang kemudian
disebut arus tabung. Perpindahan elektron ini akan menghasilkan seatu gelombang
elektromagnetik yang panjang gelombangnya berbeda- beda. Gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang 0,1– 1 A inilah yang kemudian disebut sinar X atau sinar
Rontgen.

1.2 Rumusan Masalah

Pada makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aplikasi sinar X pada pesawat rontgen konvensional?

2. Bagai mana perinsip kerja instrument pesawat rontgen konvensional?

3. Apa saja komponen penyusun dari pesawat rontgen?

4. Bagaimana prinsip kerja foto Rontgen?

1.3 Tujuan

Dengan rumusan masalah yang ada di atas, makalah ini bertujuan untuk:

1.Mengetahui aplikasi sinar X pada pesawat rontgen konvensional.

2.Mengetahui perinsip kerja dari instrument pesawat rontgen konvensional.

3. Mengetahui komponen penyusun dari pesawat rontgen.

4. Mengetahui prinsip kerja foto rontgen.


BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aplikasi Sinar X Pada Pesawat Rontgen Konvensional

Pesawat rontgen merupakan instrument medis yang bekerjanya mengunakan radiasi


sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun radiografie. Dimana cikal bakal dari
pesawat rontgen ini karena ditemukannya sinar X oleh Willhem Conrad Rontgen, kemudian
Rontgen melakukan percobaan dengan menggunakan tabung yang terbuat dari Glass
Envelope yang didalamnya terdapat gas Argon atau Xenon, ketika ada beda potensial
diantara anoda dan katoda maka gas – gas tersebut akan terionisasi dan elektron-elektron
akan membebaskan diri dari ikatan atomnya.

Jika tabrakan elektron tersebut tepat diinti atom maka disebut peristiwa
Breamstrahlung dan apabila menabraknya dielektron dikulit K, disebut K Karakteristik.
Akibat tabrakan ini akan terbentuk hole-hole karena elektron-elektron yang ditabrak tersebut
terpental. Kemudian hole hole tersebut akan menghasilkan perpindahan elektron dengan
panjang gelombang berbeda – beda, yang kemudian menghasilkan sinar X.

Bermodal dari penemuan Rontgen maka kemudian Collige menyempurnakan


penemuan tersebut dengan memodifikasi tabung yang digunakan. Tabung yang digunakan
adalah tabung vakum yang didalamnya hanya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda.
Tabung jenis ini kemudian disebut Hot Chatoda Tube dan merupakan tabung yang
dipergunakan untuk pesawat Rontgen konvensional yang sekarang.

2.1.1 Prinsip Kerja Katoda Tube

Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang didalamnya hanya terdapat 2
elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda / filamen tabung rontgen dihubungkan ke
transformator filamen. Transformator filamen ini akan memberi supply sehingga
mengakibatkan terjadinya pemanasan pada filamen tabung rontgen, sehingga terjadi
Thermionic Emission, dimana elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan
atomnya, sehingga akan banyak terjadi elektron bebas dan terbentuklah awan elektron.

Anoda dan katoda di hubungkan dengan transformator tegangan tinggi 10 KV – 150


KV. Primer HTT diberi tegangan AC ( bolak-balik ) maka akan terjadi garis-garis gaya
magnet ( GGM ) yang akan berubah – ubah bergantung dari besarnya arus yang mengalir.
Akibat dari perubahan garig-garis gaya magnet ini akan menyebabkan timbulnya gaya gerak
listrik ( GGL ) pada kumparan sekunder, yang besarnya tergantung dari setiap perubahan
fluks pada setiap perubahan waktu ( E = -d Φ / dt ). Dari proses ini didapatkanlah tegangan
tinggi yang akan disuplay ke elektroda tabung rontgen.

2.2 Komponen Penyusun dan Prinsip Kerja Instrument Pesawat Rontgen

Instrumen Pesawat Rontgen memiliki beberapa komponen penyusun, yang tiap – tiap
komponen penyusun pesawat rontgen tersebut memiliki fungsi masing masing, sehingga
dapat berkorelasi dan menghasilkan fungsi untuk suatu tujuan yaitu pesawat rontgen.
Terdapat blok diagram dari komponen penyusun pesawat rontgen konvesional, yaitu sebagai
berikut:

Untuk dalam blok diagram tersebut dibagi menjadi beberapa bagian penyusun,
diantaranya yaitu rangkaian Power Supply, Rangkaian Timer, Rangkaian HTT, Rangkaian X
Ray Tube (Tabung sinar X), dan rangkaian pemanas filamen.

2.2.1 Blok Rangkaian Power Suply

Ragkaian power suply ini berfungsi untuk mendistribusikan tegangan pada seluruh
rangkaian pesawat rontgen sesuai yang dibutuhkan oleh masing-masing rangkaian.
Rangkaian power supply ini terdiri dari :

a. Saklar
Saklar / Switch ini berfungsi untuk menghubungkan supply listik PLN dengan
pesawat roentgen.
b. Fuse / Sekring
Sekring pada bagian rangkaian power supply ini yaitu untuk pelindung atau
pengaman, apabila ada arus / tegangan yang lebih dari kuota yang masuk, maka sekring
tersebut berfungsu sebagai jembatan pengaman, dia akan putus apabila ada arus / tegangan
yang besar diluar kuota masuk dalam komponen ini.
c. Voltage Convensator
Voltage Convensator berfungsi untuk mengkompensasi nilai tegangan yang diperlukan
pesawat rontgen jika terjadi penurunan atu kenaikan pada supply PLN Apabila tegangan
naik kita harus menambah jumlah lilitan primer dengan memutar selector voltage
compensator, dan jika tegangan turun kita harus mengurangi jumlah lilitan primer dengan
cara memutar selector voltage compensator sehingga diperoleh perbandingan transformasi
antara tegangan dan jumlah lilitan primer dengan tegangan dan jumlah lilitan sekunder
adalah tetap dengan demikian diperoleh nilai tegangan pada setiap lilitan akan tetap.
Perbandingan transformasinya dapat dituliskan sebagai berikut:

E1: N1= E2: N2

Dimana E1 = Tegangan di primer

N1 = Jumlah lilitan di primer

E2 = Tegangan di sekunder

N2 = Jumlah lilitan di sekunder

Sebagai contoh, ketika E1 : N1 = E2 : N2 , 220 : 220 = 1 : 1, tegangan dari PLN stabil


220 v dan lilitan primer jumlahnya 220 maka perbandingan output di sekunder = 1:1, ini
menunjukan bawha setiap lilitan terdapat 1 volt tegangan. Jika tegangan dari PLN naik
menjadi 230v dan lilitan primer 220, maka perbandingan output ¹ 1 : 1, agar diperoleh
tegangan setiap lilitan (pada output / sekunder) akan tetap 1 : 1 maka kita harus menambah
jumlah lilitan primer sebanyak 10 lilitan. Sehingga akan dihasilkan E1 : N1 = E2 : N2 yaitu
230v : 230 = 1:1, begitupun jika tegangan darin PLN menjadi turun, misalkan menjadi 210v,
dan lilitan primer tetap 220, maka perbadingan pada sekunder output ¹ 1 : 1 yaitu 210 v :
220, untuk menjadikan transformasi 1:1 maka harus jumlah lilitan primer sebanyak 10
lilitan 210v : 210 = 1:1, maka akan diperoleh perbandingan transformasi tetap.

d. Auto Trafo
Auto trafo merupakan alat untuk memindahkan daya listrik dari satu rangkaian ke
rangkaian lain dengan cara menaikkan atau menurunkan tegangan keseluruh pesawat
rontgen. Autotrafo juga merupakan transformator yang kumparan primer dan kumparan
sekundernya menjadi satu dalam satu core.
e. Line Resistance ( R Mate)
Setiap pesawat rontgen akan mempunyai hambatan atau R yang diberikan oleh
pabrik, contohnya pada pesawat Rontgen Shimadzu R=0,04 - 0,08Ω, resistance ini disebut R
internal ( R pesawat ). Sehinnga R line adalah tahanan atur yang berfungsi untuk
mencocokkan tahanan pengkabelan dengan tahanan yang dibutuhkan pesawat rontgen.

R internal = R. mate (line) + R. Eksternal (pengkabelan)

f. Voltage Indicator
Voltage Indicator sebagai alat untuk mengetahui apakah tegangan PLN mengalami
kenaikan atau penurunan.
g. KVP Selector Mayor
KVP selector mayor berfungsi untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya
beda potensial antara anoda dan katoda, yang besar selisih tiap terminal x 10 KV.
h. KVP Selector Minor
KVP selector minor untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda potensial
antara anoda dan katoda, yang besar selisih tiap terminalnya 1 KV.
i. Voltage Regulator
Voltage regulator berfungsi untuk memilih tegangan PLN 110/220/380 Vac
tergangtung dengan pesawat yang digunakan dan dinegara mana.

2.2.2 Blok Rangkaian Pemanas Filamen

Fungsi dari pemanas filament yaitu untuk memberikan catu daya dan mengatur besar
arus pemanas filament agar terjadinya termionic emission bisa di kendalikan sehingga
jumlah electron – electron bebas yang dihasilkan pada filament tabung rontgen bisa
dikontrol.

Blok rangkaian pemanas filament ini terdiri dari beberapa rangkaian, diantaranya yaitu
rangkaian stabilisator tegangan, Space Charge Compensator, arus controller, Stand by
Resistance, filament limiter, trafo filament, dan filament tabung Rontgen.

a. Rangkaian Stabilisator Tegangan.

Fungsi dari Stabilisator tegangan ini untuk menstabilkan tegangan pada rangkaian
pemanas filament sehingga pengaruh fluktuasi tegangan PLN tidak mengakibatkan
kerusakan yang signifikan pada filament tabung rontgen. Rangkaian ini terdiri lagi
kumparan primer yang kita sebut N1, kemudian kumparan sekunder yang terdiri dari N2 dan
N3. N2 di paralel dengan C diseri dengan N3. Masukkan / input disebut Ek1 dan keluaran /
output disebut Ek2.
Ada 3 kemungkinan keadaan pada stabilizer tegangan, yaitu:

1) EK 1= EK 2 ( PLN Normal )

Kondidi tersebut terjadi ketika tidak ada penaikan / penurunan tegangan PLN. Pada
N2, tegangan mendahului arus sebesar 90o sedangkan pada C arus akan mendahului
tegangannya rebasar 90o. Sehingga pada tegangan C dan tegangan N2 akan mempunyai
besar tegangan yang sama (karena diparallel) tetapi fasenya akan berlawanan. Perbedaan
fasa ini menyebabkan terjadinya peniadaan impedansi antara R dan C sehingga tegangan
pada stabilisator tegangan merupakan tegangan yang keluar melewati R internal dan bukan
R impedansi.

2) EK 1> EK 2 ( kenaikan tegangan PLN)

Seiring terjadinya kenaikan tegangan PLN, maka tegangan pada N2 juga akan
mengalami kenaikan. Pada saat tersebut adalah masa transisi (perubahan), dimana tegangan
pada C masih tetap (tidak mengalami perubahan), sehingga antara tegangan pada N dan
tegangan pada C terjadi beda fase sebesar IXN2 - IXC ( karena Xc lebih kecil ), sehingga
besar keluaran pada N dan C (parallel) = IXN2 - IXC + I.R.

3) EK 1< EK 2 ( penurunan tegangan PLN)

Apabila tegangan primer turun maka tegangan di sekunder juga akan ikut turun (N2
dan N3 tegangannya akan turun). Meskipun tegangan di N2 turun tapi tegangan di C tidak
akan langsung turun, hal ini karena belum terjadi stedy state sehingga antara teganagn di C
dan N2 terjadi selisih fase dimana tegangan di C akan lebih besar dari tegangan di N2. maka
pada E = IXC + IXN2 sehingga Ek2 = E + IXN3.
b. Space Charge Compensator

Selector pada SCC ini dikelompokkan dengan kvp selector mayor dengan maksud
agar pada saat kita memilih besar tegangan, kita juga mengatur/memilih besarnya nilai R
pada SCC. Jika posisi kvp selector mayor pada pemilihan KV tertinggi maka pada SCC nilai
R nya akan pada posisi dengan nilai R tertinggi pula begitu juga sebaliknya.Hal ini
dimaksudkan supaya pada saat KV naik maka SCC yang terdiri dari VR dan dikelompokan
dengan KV selector, maka nilai R pada SCC juga naik sehingga terjadi voltage drop yang
besar pada SCC dan mengakibatkan tegangan pada pemanas filamen berkurang, jadi
walaupun energi yang menarik elektron lebih kuat tetapi jumlah electron yang ditarik sedikit
maka nilai arus tabung yang terjadi sesuai dengan yang telah ditentukan. Kemudian pada
saat KV turun maka

nilai R space charge compensator yang terdiri dari VR yang telah dikelompokan dengan
KV selector akan turun juga, sehingga terjadi voltage drop yang kecil pada SCC dan
mengakibatkan tegangan pada pemanas filamen bertambah / naik sehingga awan elektron
naik (semakin banyak) sehingga walaupun energi yang menarik electron kecil tapi
electron yang ditarik banyak maka nilai arus tabung yang terjadi sesuai dengan yang
ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai