Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PERALATAN DIAGNOSTIK LANJUT

“SHORT WAVE DIATHERMY”

Disusun Oleh:
Kelompok III B

Nama Anggota :

ASYRAF AMIRULLAH.M (T202001036)


MUH. ALBAIT. T (T202001037)
NUR RAHMAN (T202001022)

Dosen Pembimbing:
DESAK KETUT SUTIARI S.SI., M.SI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI
2021
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah PERALATAN
DIAGNOSTIK LANJUT tentang “Short Waves Diathermy”ini dengan baik meskipun
masih banyak kekurangan didalamnya

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Short Waves Diathermy, semoga dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah ini dapat berguna
untuk kami sendiri maupun orang yang membaca.
Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata ataupun ada kata-kata
yang kurang berkenan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

KENDARI,5 APRIL
2022

Kelompok IIIB

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Terapi Short Wave Diathermy 3
B. Blok Diagram SWD 4
C. Rangkaian SWD 5
D. Pemeliharaan 6
E. Perbaikan dn Permasalahan 6
F. manfaat Alat SWD 6-7
G. Prinsip Kerja SWD............................................................................................................8-9
H. Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Short Wave Diathermy.............................................11-12
I. Pelaksanaan Terapi SWD.................................................................................................13-14
J. Keefektifan Terapi SWD..................................................................................................14-15
K. K3.....................................................................................................................................17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 18
B. Saran 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
i
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa dekade terakhir, banyak profesional medis telah
menemukan bahwa ada beberapa cara untuk membantu pasien mereka dalam
penyembuhan tanpa menggunakan atau dengan membatasi penggunaan obat
penghilang rasa sakit yang digunakan dalam jangka panjang. Hal-hal seperti
yerapi piat, stimulator neuromuskuler dan terapi ultrasound telah merevolusi
cara komunitas medis dalam membantu penyembuhan pasien. Jenis teknologi
lain yang telah menunjukkan nilai real dalam bidang klinis adalah Short Wave
Dyathermi (SWD). Metode ini berfungsi untuk mengendalikan rasa sakit dan
meningkatkan aliran darah ke daerah-daerah otot yang rusak dengan tindakan
panas yang sampai ke dalam jaringan (deep hearth).
Dalam hubungannya dengan obat-obatan berbasis non terapi, SWD
dapat membantu sejumlah besar pasien dengan berbagai tingkat jenis cedera.
Jika pendekatan penanganan hanya terbatas pada aplikasi berupa terapi latihan
ataupun manual terapi maka penanganan yang diberikan menjadi kurang
efektif. Terlebih lagi, penanganan di klinik fisioterapi masih menggunakan
superficial heating seperti infrared sebagai modalitas elektroterapi. Oleh
karena itu, dibutuhkan modalitas elektroterapi yang mampu menghasilkan
efek thermal dengan penetrasi yang cukup dalam seperti aplikasi shortwave
diathermy (SWD).

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Terapi Short Waves Diathermy ?

2. Apa tujuan dari Terapi Short Waves Diathermy ?

3. Apa manfaat dari Terapi Short Waves Diathermy ?

4. Bagaimana prinsip kerja dari Terapi Short Waves Diathermy ?

5. Apa saja indikasi dan kontra indikasi Terapi Short Waves Diathermy ?

6. Bagaiman keefektifan Terapi Short Waves Diathermy ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Terapi Short Waves Diathermy
2. Untuk mengetahui tujuan Terapi Short Waves Diathermy
3. Untuk mengetahui manfaat Terapi Short Waves Diathermy
4. Untuk mengetahui prinsip kerja Terapi Short Waves Diathermy
5. Untuk mengetahui Indikasi dan Kontra Indikasi Terapi Short Waves
Diathermy
6. Untuk mengetahui keefektifan Terapi Short Waves Diathermy

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Definisi Terapi Short Wave Diathermy


Diathermy (SWD) merupakan modalitas panas dengan teknik
aplikasi terapinya menggunakan arus listrik radiofrekuensi tinggi. Alat
berasal dari negeri Belanda ini sering digunakan di Rumah Sakit besar,
karena sudah teruji kehandalan dan keefektifannya. SWD (Short Wave
Diathermy) merupakan suatu alat terapi yang menggunakan pemanasan
yang dalam pada jaringan dengan merubah energi elektromagnet menjadi
energi panas. Short Wave Diathermy adalah salah satu modalitas
pemanasan dalam (deep heating) karena mampu menembus jaringan
dengan kedalaman sampai 4 – 5 cm, dimana keadaan ini tidak dapat
dicapai oleh alat pemanasan lainnya seperti : Micro Wave Diathermy
(MWD) maupun infrared. SWD cukup efektif untuk terapi jaringan yang
terletak lebih dalam / sulit dijangkau oleh MWD maupun infrared.
Transfer energi SWD melalui mekanisme konversi, yaitu dari energi
elektromagnetik menjadi energi termal.
Osilasi dari frekuensi tinggi medan magnet dan medan listrik
menghasilkan pergerakan dari partikel yang menghasilkan pergerakan
panas. Frekuensi yang diperbolehkan digunakan oleh The Federal
Comunication Commision untuk terapi adalah dengan frekuensi 13,56
Mhz, 27,12 Mhz, dan 40,68 Mhz. Yang paling sering digunakan adalah
frekuensi 27,12 Mhz.
Short Wave Diathermy dapat bekerja sebagai induksi atau
kapasitas. Pada penggunaan induksi dengan meletakan pasien pada medan
magnet, yang menerima temperatur tinggi pada jaringan yang kaya cairan.
Penggunaan kapasitasi ditujukan untuk jaringan yang memiliki kandungan
cairan yang sedikit seperti tulang dan lemak. Nyeri digunakan sebagai
monitor untuk mengetahui intensitas dari terapi.

3
B. Blok Daigram SWD

1.      Power Suplly berfungsi untuk mendistribusikan tegangan keseluruh rangkaian pesawat short
wive diathermy
2.      Rangkaian Intensitas berfungsi untuk mengatur dosis teganagan yang masuk ke HTT
3.      Rangkaian Timer befungsi untuk mengatur lamanya pesawata short wave diathermy bekerja
4.      HTT merubaha tegangan yang kecil menjadi besar sehingga menimbulkan frekuensi yang
tinggi
5.      Tabung Tyristor berfungsi untuk meneruskan dan memancarkan daya gelombang pendek
dengan intensitas yang besar.
6.      Rangkaian Receiver RF berfungsi untuk menangkap gelombang pendek yang dipantulkan oleh
Tabung Tyristor.
7.      Rangkaian auto Tuning berfungsi untuk mengatur tegangan yang ingin dipakai.
8.      Probe berfungsi sebagai tempat untuk menyalurkan gelombang kepada pasien.

4
C. Rangkaian SWD

Cara Kerja Rangkaian


•Tegangan masuk, ada interlock sebagai pengunci, apabila pesawat terlalu panas, switchnya maka akan
berpindah. Terdapat TR1 ( timer yang secara manual ), terdapat foot switch dan S2 sebagai saklar
(menjalankan pemanasan).
•Disaat tegangan masuk maka PL1 menyala sebagai indicator sabagai adanya tegangan. Trafo primer
mendapat tegangan sehingga trafo sekunder secara otomatis juga mendapat tegangan dan terjadi
pemanasan filamen dan juga trafo tegangan tinggi bekerja. Dari pemanasan filament dan trafo tegangan
tinggi bekerja maka akan memberikan osilasi pada tabung di rangkaian osillator. Di rangkaian osilasi ini
yang akan memberikan frekuensi atau membangkitkan frekuensi.
•Untuk mengatur frekuensi dilakukan oleh tunning tekhnisi dan dapat diketahui dengan menggunakan
frekuensi counter

5
D. Pemeliharaan
a.Setelah selesai menggunakan pesawat putarlah parameter pada posisi minimum.
b.Lepaskan kabel sumber daya dari pesawat dan simpanlah pada tempatnya.
c.Aturlah poisisi tangakai elektrode.
d.Lepaskan Elektrode yang jarang dipakai.
e.Bersihkan pesawat dari debu dan bekas – bekas telapak tanagan yang mengandung
keringat.
f.Perbaikilah pesawat dari kerusakan – kerusakan ringan.

E. Perbaikan Dan Permasalahan

Troubleshoot Penyebab Solusi

Keseluruhan Dalam hal kegagalan tampilan atau Segera matikan unit menggunakan saklar
cacat lainnya. daya utama. Kemudian lepaskan kabel
listrik dari stopkontak dan notity sebuah
BTL authcrized departemen layanan,
D Dalam kasus kerusakan dari Unit harus terhubung ke catu daya utama
transportasi yang dapat sebelum pemeriksaan lengkap perangkat
membahayakan keselamatan dilakukan. Tetap bersih jangan simpan
pribadi. atau gunakan di lingkungan yang sangat
berdebu untuk waktu yang lama. Jangan
merendamnya dalam cairan apapun
Po power Tidak ada daya : Saklar daya 1. Pastikan Tombol ON/OFF di panel
Supply ON/OFF di bagian depan tidak belakang dalam posisi “I”atau “ON”,
menyala. 2. Pastikan kabel power supplydi
colokan ke stopkontak dinding dan
stopkontak didinding hidup.
3. Pastikan kedua seekring di belakang
panel tidak ditutup.
Pr perintah Eror 1. Jika pesan pengecualianSesegera hentikan semua unit dan ikuti
internal(pesan “Peringatan instruksi yang ditampilkan.
kesalahan”} muncul.
2. Penggunaan unit ketika
Makan menimbulkan resiko cedara pada
menunjukkan pesan internal pasien, penggunaan dan luas kerusakan
pengecualian (kesalahan atau internal pada perangkat.
peringatan pesan.

F. Manfaat Terapi Short Wave Diathermy


SWD tidak mampu menghasilkan kontraksi otot skeletal dikarenakan
panjang gelombangnya terlalu pendek dalam satu durasi. Oleh karena itu, efek
fisiologis yang diharapkan dari penggunaan SWD yaitu efek thermal (panas)
6
yang dihasilkan oleh getaran molekul berfrekuensi tinggi. Efek primer dari
penggunaan SWD di antaranya adalah pemanfaatan panas secara umum
meliputi:
 Meningkatkan aliran darah
 Dilatasi pembuluh darah
 Peningkatan filtrasi dan difusi antar membrane
 Meningkatkan laju metabolik jaringan
 Mengurangi kekakuan sendi
 Relaksasi otot
 Meningkatkan perbaikan jaringan setelah cedera.
 Memperlancar aliran darah.

Lehmann dalam (Prentice et.al., 2002) menyebutkan bahwa :

 Peningkatan suhu pada jaringan sebesar 1°C dapat mengurangi


inflamasi dan meningkatkan metabolisme.

 Peningkatan suhu 2 – 3°C akan mengurangi nyeri dan spasme otot,


 Peningkatan suhu lebih dari 3 – 4°C akan meningkatkan ekstensibilitas
jaringan sehingga memungkinkan praktisi untuk mengobati
permasalahan kronis pada jaringan.

Peneliti lainnya meyakini bahwa pemanasan optimal pada suhu


jaringan sebaiknya dicapai pada suhu di atas 38 – 40°C atau
peningkatan 3 – 4°C di atas baseline

G. Prinsip Kerja Short Wave Diathermy

7
Gelombang radio dilemahkan saat melewati jaringan, tetapi
sesungguhnya dapat menembus jaringan sampai dalam tergantung jaringan
yang dilewati, frekuensi dan karakteristik dari aplikator. Aplikator induktif
meningkatkan pusaran medan magnet di jaringan, dan sebagai pengatur dan
penghasil temperature tinggi di jaringan kaya akan cairan, menginduksi
dengan tinggi jaringan seperti otot.
Kapasitator melengkapi aplikator yang meningkatkan panas dari
medan listrik. Temperature maksimal cenderung muncul pada jaringan yang
kurang kandungan seperti lemak, dan dapat memungkinkan untuk

8
membakarnya. SWD dapat meningkatkan suhu lemak subkutan sampai 15ºC
dan pada kedalaman 4-5 cm dengan panas 4 ºC - 6 ºC. Pasien diletakkan di
mesin dan dilindungi dari luka dengan mengoperasikan sirkuit dengan
rangsangan maksimum, seperti mesin automatis pada mesin SWD yang
modern. Sekali rangkaian maksimal dikerjakan, pergerakan mesin dapat
mengurangi panas.
Pada aplikator umumnya sudah tersedia, keset kaki semi fleksibel
mengandung coil yang terhubung dengan sebuah mesin SWD. Pad dapat
berdimensi 0.5 x 0.75 m dan sering digunakan pada low back pain. Kabel
aplikator mengandung kabel yang terbungkus karet yang digunakan untuk
mengelilingi sekitar ekstremitas dan mengelilingi sekitar ekstremitas dan
seluruh tubuh. Untuk keamanan dari kabel dapat diganti dengan dengan drum
dan pads. Kebanyakan pengaturan kapasitas, pasien diletakkan diantara dua
elektroda. Aplikator rectal dan vagina digunakan sebagai probe untuk
pemanasan pelvis. Probe diletakkan dengan hati-hati, vaginal probe diletakkan
dibelakang servik pada fornik posterior, dan eksternal pad digunakan untuk
melengkapi sirkuit.

Efek dari mekanisme SWD ini, yaitu:


1. Reaksi metabolik,
Reaksi kimia pada sel tubuh dipengaruhi oleh suhu. Aktivitas kimia
dan laju metabolik pada sel akan meningkat 2 – 3 kali setiap peningkatan
suhu 10°C. Oleh karena itu, pengeluaran energi akan meningkat seiring
dengan peningkatan suhu. Dengan peningkatan suhu yang optimal,
maka oksigen akan lebih banyak tersedia di jaringan. Dengan
demikian, akan banyak nutrisi yang tersedia sebagai bahan dalam
reparasi jaringan. Apabila panas yang dihasilkan melebihi titik tertentu,
biasanya suhu mencapai 45°C - 50°C, maka jaringan akan rusak karena
terjadi denaturasi protein.

9
2. Efek vaskular,
Peningkatan suhu jaringan biasanya berkaitan dengan vasodilatasi yang
berhubungan dengan peningkatan aliran darah ke suatu area. Aliran darah
pada kulit sangatlah penting dalam menjaga nutrisi dan suhu tubuh yang tetap
dan sistem ini ada di bawah kontrol dari sympathetic adrenergic nerves.
Vasodilatasi pada kulit akan terjadi akibat pengeluaran panas melalui
mekanisme lokal atau refleks. Kulit sangat unik karena memiliki pembuluh
darah yang spesial yang disebut arteriovenous (AV) anastomoses, yang
memiliki peran penting dalam pengeluaran panas. Aktivasi refleks terjadi ketika
mendapatkan stimulasi suhu terkait pelepasan panas melalui regio preoptik di
hipotalamus anterior. AV shunt ini terdapat di tangan, kaki, serta wajah.

SWD yang diaplikasikan pada tubuh pasien, akan mengaktivasi


termoreseptor pada kulit. Sistem sensory afferents ini akan menghantarkan
informasi ke spinal cord dan sebagian lainnya akan diteruskan ke percabangan
pembuluh darah di kulit, serta pelepasan mediator vasoaktif.Panas juga akan
memproduksi reaksi inflamasi yang ringan. Mediator kimia inflamasi seperti
histamin dan prostaglandin akan dilepaskan dan menyebabkan pembuluh darah
bervasodilatasi. Mekanisme lain yang terjadi bahwa peningkatan suhu
menyebabkan sekresi kelenjar keringat. Enzim akan bekerja pada globulin dan
kininogen untuk melepaskan bradikinin. Vasodilatasi pada pembuluh darah
(small arteries dan arterioles) dan peningkatan pemeabilitas venule kapiler
dan post-kapiler terjadi karena kerja dari mediator kimia pada otot polos dan
kontraktilitas sel endotelial.

Karena terjadi peningkatan permeabilitas dan tekanan hidrostatik kapiler,


filtrasi cairan dari vaskular ke area ekstravaskular menjadi baik. Oleh karena itu,
panas yang dihasilkan melalui therapeutic heat seperti SWD, akan
menyebabkan peningkatan yang potensial terhadap cairan intersitial dan
menyebabkan inflamasi ringan. Refleks lokal pada spinal cord akan dilepaskan
selama aktivasi dari serabut aferen di kulit. Refleks ini terjadi akibat penurunan

10
aktivitas saraf adrenergik pada postganglionic sympathetic ke pembuluh darah
pada otot polos.

3. Efek neuromuscular
Therapeutic heat digunakan untuk menghasilkan efek analgesik dan
membantu dalam meresolusi nyeri serta muscle-guarding spasms

(4) Efek pada connective tissue.


Peningkatan suhu yang dikombinasikan dengan penguluran dapat
mempengaruhi komponen viskoelastik dari connective tissue yang disebut
sebagai mekanisme plastic deformation atau elongation. Struktur yang
elastik akan teregang di bawah suatu pembebanan, akan tetapi mampu
kembali lagi ke panjangnya semula ketika pembebanan tersebut
dihilangkan. Sebuah penelitian yang membandingkan antara
penggunaan PSWD dengan Ultrasound 1MHz membuktikan bahwa, efek
panas setelah aplikasi alat lebih lama bertahan pada aplikasi PSWD
sekitar 60% lebih lama daripada aplikasi dengan menggunakan ultrasound
1 MHz. Hal ini sangatlah penting untuk memaksimalkan efek yang ingin
dihasilkan melalui stretching, friction massage, atau mobilisasi sendi
sebelum suhu pada tubuh benar-benar turun ke level yang kurang
efektif

H. Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Short Wave Diathermy


1. Indikasi:
a) Nyeri : Penghilang nyeri menggunakan SWD berguna pada
pengobatan traumatic dan kondisi rematik yang mempengaruhi bagian
permukaan dari otot, ligament dan sendi kecil bagian permukaan.
Penghilang nyeri juga dipengaruhi oleh hilangnya kekakuan otot.
b) Keram Otot : dapat di kurangi secara langsung menggunakan SWD
atau dapat berkurang karena hilangnya nyeri

11
c) Penyembuhan Luka : Untuk memicu penyembuhan luka dari luka
terbuka, dan meningkatkan dari sirkulasi pembuluh darah kulit.
Apabila ateriol ataupun capiler tidak dapat meningkat secara
signifikan maka pemanasan dapat diberikan pada bagian proximal luka
yang masih baik aliran darahnya.
d) Infeksi : Pengobatan SWD dapat digunakan untuk membantu
mempercepat penyembuhan akibat infeksi dengan meningkatkan
aliran darah pada daerah yang terkena infeksi. Ini akan meningkatkan
sel darah putih dan antibody untuk melawan organism infeksi
e) Fibrosis : Pemanasan telah terbukti dapat memperbaiki kelenturan
jaringan yang mengalami fibrosis, seperti pada tendon, kapsul sendi.
2. Kontraindikasi :
a) Keganasan, contoh: kanker, tumor ganas.
b) Kehamilan, karena dapat berpengaruh terhadap janinnya.
c) Pendarahan, contoh: pasien wanita yang menerima perawatan di
punggung bawah atau daerah panggul dapat mengalami peningkatan
aliran menstruasi.
d) Gangguan sensibilitas, karena dapat menyebabkan luka bakar pada
area yang diterapi akibat efek panas yang dihasilkan dari SWD.
e) Adanya logam / metal di dalam tubuh, contoh pemasangan internal
fixation (screw end plate) pada pasien pasca fraktur.
f) Pace Maker (alat pacu jantung)
g) Imaturitas tulang

12
I. Pelaksanaan Terapi SWD
1. Persiapan alat dan bahan :
 Pemeriksaan kabel
 Pemeriksaan voltage
 Pad elektrode

 Tabung reaksi untuk tes sensasi


 Lampu detektor
 Pasang elektrode pada mesin
 Hubungkan kabel mesin dengan arus listrik
 Hidupkan mesin dari intensitas rendah, lalu pelan-pelan dinaikkan
pelan pelan sampai tuning yang diinginkan
 Atur waktu ±2 menit
 Cara mengetahui tuning, dapat dilihat langsung pada lampu
detektor yang didekatkan pada kabel. Jika menyala, berarti siap
digunakan
2. Pelaksanaan :
 Posisi pasien dalam keadaan rileks
 Beri penjelasan pada pasien, tidak boleh merubah posisi elektrode,
merubah tombol-tombol yang tertera di mesin SWD
 Lalu, bersihkan daerah yang akan terapi, serta harus kering
 Lakukan test sensasibilitas
 Letakkan eletroda pada bagian yang akan diterapu dengan susunan
koplanar//planar.
 Atur jarak eletroda 10-15 cm dari kulit pasien dengan durasi 15-30
menit (intensitas sesuai patologis dan toleransi pasien)
3. Evaluasi : tanyakan apa yang dirasakan klien selama dan setelah
menjalani terapi

13
 Tabung reaksi untuk tes sensasi
 Lampu detektor
 Pasang elektrode pada mesin
 Hubungkan kabel mesin dengan arus listrik
 Hidupkan mesin dari intensitas rendah, lalu pelan-pelan dinaikkan
pelan pelan sampai tuning yang diinginkan
 Atur waktu ±2 menit
 Cara mengetahui tuning, dapat dilihat langsung pada lampu
detektor yang didekatkan pada kabel. Jika menyala, berarti siap
digunakan
4. Evaluasi : tanyakan apa yang dirasakan klien selama dan setelah
menjalani terapi
5.
J. Keefektifan Terapi SWD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan lingkup
gerak sendi ankle dorsiflexion sebesar 5,2% setelah diberikan SWD dan
peningkatan sebesar 2% pada aplikasi hot packs, sedangkan pada kelompok
yang tidak diberikan modalitas elektroterapi, tidak terdapat peningkatan
lingkup gerak sendi. McCray dan Patton dalam (Michlovitz et.al., 2016)

14
membandingkan efek SWD dengan hot packs terhadap sensitivitas trigger
points pada leher, bahu, dan punggung. Hasil penelitian yang didapatkan
menyimpulkan bahwa aplikasi SWD lebih efektif dalam menurunkan nyeri
daripada hot packs.
Penelitian lainnya dari (Kim et.al., 2012) menyimpulkan bahwa
terdapat perbaikan yang signifikan pada pasien chronic low back pain setelah
pemberian SWD dengan intensitas 50 W yang dikombinasikan dengan
pemberian neurodynamic mobilization. Penelitian dari Draper, et.al. (2013)
membuktikan bahwa Pulsed Short Wave Diathermy dengan average power 48
W dapat meningkatkan suhu jaringan sampai kedalaman 3 cm dengan
peningkatan mencapai 4,6°C. Penelitian dari (Khan, S., et.al, 2013)
membuktikan bahwa penambahan SWD pada pelatihan yang diberikan pada
subjek dengan keluhan chronic back pain mampu menurunkan nyeri setelah
dievaluasi dengan menggunakan Visual Analogue Scale serta McGill Pain
Questionnaire.

No Author Judul Metode dan Sampel Hasil

1 Made Hendra Efektifitas Metode pada Hasil penelitian yang didapatkan


Satria, Susy shortwave penelitian literature menyimpulkan bahwa aplikasi SWD
Purnawati, diathermy dan review,menggunakan lebih efektif dalam menurunkan nyeri
Muh Irfan neurodynamic data sekunder berupa daripada hot packs. (Kim et.al., 2012)
mobilization kajian jurnal menyimpulkan bahwa terdapat
pada penelitian yang perbaikan yang signifikan pada pasien
radikulopati chronic low back pain setelah
berkaitan dengan pemberian SWD dengan intensitas 50
lumbosakral
efektivitas W yang dikombinasikan dengan
intervensi SWD dan pemberian neurodynamic
neurodynamic mobilization. Penelitian dari Draper,
mobilization pada

15
radikulopati et.al. (2013) membuktikan bahwa
lumbosakral Pulsed Short Wave Diathermy dengan
average power 48 W dapat
meningkatkan suhu jaringan sampai
kedalaman 3 cm dengan peningkatan
mencapai 4,6°C.

2 Adventina Perbandingan Jenis penelitian ini Ada pengurangan intensitas nyeri


Silalahi, Efektivitas adalah penelitian secara bermakna sebelum dan
Tantai Ajoe, Satu Paket deskriptif analitik sesudah terapi TENS (p = 0,000).
Ani Program dengan menggunakan Begitu juga pasien dengan terapi
Margawati Terapi data sekunder SWD, terjadi pengurangan intensitas
Swd Dan Tens (Rekam medik nyeri secara bermakna sebelum dan
Terhadap pasien). Subjek sesudah terapi ( p = 0,000 ). Tidak
Pengurangan terdapat perbedaan rerata selisih nilai
penelitian adalah
Nyeri Pada Visual Analogue Scale (VAS) yang
pasien penderita LBP
Pasien bermakna antara pasien LBP
mekanik
Low Back mekanik yang mendapatkan terapi
di Poliklinik TENS dangan pasien LBP mekanik
Pain Mekanik Rehabilitasi Medik yang mendapatkan terapi SWD (p =
RSUP Dr.Kariadi 0,109 ).
Semarang.

16
Resiko Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) dilingkungan Kerja Fisioterapis.

Faktor resiko yang terjadi dilingkungan Kerja Fisioterapis:


a) Faktor Resiko Biologis pada Fisioterapis
b) Faktor Resiko Ergonomi pada Fisioterapis
c) Faktor Resiko Fisik pada Fisioterapis
d) Faktor Resiko Psikososial pada Fisioterapis

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SWD (Short Wave Diathermy) merupakan suatu alat terapi yang
menggunakan pemanasan yang dalam pada jaringan dengan merubah energi
elektromagnet menjadi energi panas. Short Wave Diathermy adalah salah satu
modalitas pemanasan dalam (deep heating) karena mampu menembus
jaringan dengan kedalaman sampai 4 – 5 cm, dimana keadaan ini tidak dapat
dicapai oleh alat pemanasan lainnya. Manfaat dari terapi ini, yaitu dapat
meningkatkan aliran darah dengan dilatasi, mengurangi inflamasi,
meningkatkan filtrasi dan difusi antar membran, mengurangi kaku pada sendi,
dan relaksasi otot. Beberapa efek dari mekanisme SWD ini ada 4 macam,
yaitu reaksi metabolik, efek vaskular, efek neuromuscular, efek pada
connective tissue. Indikasi dari terapi ini untuk nyeri, kram otot, infeksi,
fibrosis. Sedangkan untuk kontraindikasinyatidak dianjurkan untuk penyakit
keganasan, wanita hamil, gangguan sensibilitas dan pada imaturitas tulang.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa terapi SWD efektif dalam
menurunkan intensitas nyeri

B. Saran
Dalam memberikan terapi perawat harus memperhatikan penerapan
terapi dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Setelah dilakukan
penerapan terapi pada klien tersebut, klien mengerti dan dapat
menerapkannya. Sebaiknya makalah ini dapat menambah wawasan
pengetahuan bagi penulis, bagi klien dan bagi institusi pendidikan (pelayanan
kesehatan, pendidikan keperawatan, penelitian keperawatan)

18
DAFTAR PUSTAKA

Kartadinata RT, Indriastuti L. Comparison Of the Therapeutic Effect between SWD


and TENS on Relieving Pain in Mechanical Low Back Pain Patients. Medica
Hosp.2012;1(2):113–7.
Michlovits, SL., Bellew, JW., dan Nolan, TP. 2012. Modalities for
TherapeuticIntervention: Fifth Edition. Philadelphia: FA Davis
Company
Prentice W, Quillen WS, Underwood F. 2002. Therapeutic Modalities
forPhysical Therapy Second Edition. United States of America. The
McGraw-Hill Company : 272-303

19

Anda mungkin juga menyukai