Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEKNOLOGI DALAM MODALITAS PELAKSANAAN

KEPERAWATAN II
“SHORT WAVE DIATHERMY”

Dosen Pembimbing:
Rismadefi Woferst., SSi., M.Biomed

Disusun Oleh:
Kelompok III (A 2017 3)
Nama Anggota :

Jhodi Ibrahim (1711113657)


Maidenni Fortuna (1711113732)
Maulia Trijuliani Putri (1711123115)
Megawati (1711123135)
Mei Indah Novayani (1711123142)
Nanik Saryati (1711113669)
Netty Ami Ruhama (1711114102)
Nhelmy Nursepta (1711114095)
Novitasari Wijayanti (1711113771)
Nur Ela Janniati Sakina (1711123015)
Permata Rigina Sonia (1711122753)
Putri Dwi Ayuningrum (1711113656)
Putri Melda Nengsih (1711122243)
Ranti Marisa (1711113708)
Retno Ayu Widiyastuti (1711113701)
Sintya Eka Putri (1711113719)
Vivi Dwiyani (1711121838)
Tia Pratiwi (1711123099)
Wulan Dari (1711113724)
Zahwa Ayunda Salsabila (1711123000)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Teknologi
dalam Modalitas Pelaksanaan Keperawatan II tentang “Short Waves
Diathermy”ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rismadefi Woferst., SSi.,
M.Biomed sebagai dosen pembimbing makalah pleno ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Short Waves Diathermy, semoga dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah ini dapat berguna
untuk kami sendiri maupun orang yang membaca.

Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata ataupun ada kata-
kata yang kurang berkenan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Pekanbaru,5 Maret
2020

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Short Waves Diathermy


B. Manfaat Short Waves Diathermy
C. Tujuan Short Waves Diathermy
D. Prinsip Kerja Short Waves Diathermy
E. Indikasi dan Kontraindikasi
F. Evidence Based

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa dekade terakhir, banyak profesional medis telah
menemukan bahwa ada beberapa cara untuk membantu pasien mereka
dalam penyembuhan tanpa menggunakan atau dengan membatasi
penggunaan obat penghilang rasa sakit yang digunakan dalam jangka
panjang. Hal-hal seperti yerapi piat, stimulator neuromuskuler dan terapi
ultrasound telah merevolusi cara komunitas medis dalam membantu
penyembuhan pasien. Jenis teknologi lain yang telah menunjukkan nilai
real dalam bidang klinis adalah Short Wave Dyathermi (SWD). Metode ini
berfungsi untuk mengendalikan rasa sakit dan meningkatkan aliran darah
ke daerah-daerah otot yang rusak dengan tindakan panas yang sampai ke
dalam jaringan (deep hearth).
Dalam hubungannya dengan obat-obatan berbasis non terapi, SWD
dapat membantu sejumlah besar pasien dengan berbagai tingkat jenis
cedera. Jika pendekatan penanganan hanya terbatas pada aplikasi berupa
terapi latihan ataupun manual terapi maka penanganan yang diberikan
menjadi kurang efektif. Terlebih lagi, penanganan di klinik fisioterapi
masih menggunakan superficial heating seperti infrared sebagai modalitas
elektroterapi. Oleh karena itu, dibutuhkan modalitas elektroterapi yang
mampu menghasilkan efek thermal dengan penetrasi yang cukup dalam
seperti aplikasi shortwave diathermy (SWD).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Terapi Short Waves Diathermy ?

2. Apa tujuan dari Terapi Short Waves Diathermy ?

3. Apa manfaat dari Terapi Short Waves Diathermy ?

4. Bagaimana prinsip kerja dari Terapi Short Waves Diathermy ?

5. Apa saja indikasi dan kontra indikasi Terapi Short Waves Diathermy

1
?

6. Bagaiman keefektifan Terapi Short Waves Diathermy ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Terapi Short Waves Diathermy
2. Untuk mengetahui tujuan Terapi Short Waves Diathermy
3. Untuk mengetahui manfaat Terapi Short Waves Diathermy
4. Untuk mengetahui prinsip kerja Terapi Short Waves Diathermy
5. Untuk mengetahui Indikasi dan Kontra Indikasi Terapi Short Waves
Diathermy
6. Untuk mengetahui keefektifan Terapi Short Waves Diathermy

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Terapi Short Wave Diathermy


Diathermy (SWD) merupakan modalitas panas dengan teknik
aplikasi terapinya menggunakan arus listrik radiofrekuensi tinggi. Alat
berasal dari negeri Belanda ini sering digunakan di Rumah Sakit besar,
karena sudah teruji kehandalan dan keefektifannya. SWD (Short Wave
Diathermy) merupakan suatu alat terapi yang menggunakan pemanasan
yang dalam pada jaringan dengan merubah energi elektromagnet menjadi
energi panas. Short Wave Diathermy adalah salah satu modalitas
pemanasan dalam (deep heating) karena mampu menembus jaringan
dengan kedalaman sampai 4 – 5 cm, dimana keadaan ini tidak dapat
dicapai oleh alat pemanasan lainnya seperti : Micro Wave Diathermy
(MWD) maupun infrared. SWD cukup efektif untuk terapi jaringan yang
terletak lebih dalam / sulit dijangkau oleh MWD maupun infrared.
Transfer energi SWD melalui mekanisme konversi, yaitu dari energi
elektromagnetik menjadi energi termal.
Osilasi dari frekuensi tinggi medan magnet dan medan listrik
menghasilkan pergerakan dari partikel yang menghasilkan pergerakan
panas. Frekuensi yang diperbolehkan digunakan oleh The Federal
Comunication Commision untuk terapi adalah dengan frekuensi 13,56
Mhz, 27,12 Mhz, dan 40,68 Mhz. Yang paling sering digunakan adalah
frekuensi 27,12 Mhz.
Short Wave Diathermy dapat bekerja sebagai induksi atau
kapasitas. Pada penggunaan induksi dengan meletakan pasien pada
medan magnet, yang menerima temperatur tinggi pada jaringan yang kaya
cairan. Penggunaan kapasitasi ditujukan untuk jaringan yang memiliki
kandungan cairan yang sedikit seperti tulang dan lemak. Nyeri digunakan
sebagai monitor untuk mengetahui intensitas dari terapi. Handuk
digunakan sebagai pembatas dan untuk menyerap keringat pada

3
penggunaan konduktif yang tinggi yang dihasilkan dari pemanasan yang
berat.
B. Tujuan Terapi Short Wave Diathermy
Menurut Robertson et.al (2005)
 Diathermy dapat meningkatkan fleksibilitas jaringan tanpa dilakukan
penguluran. Dengan mengaplikasikan pemberian SWD selama 15
menit pada kaki dengan menggunakan capacitive pads.
 SWD lebih efektif dalam menurunkan nyeri daripada hot packs
(Micholovitz et.al., 2016)
C. Manfaat Terapi Short Wave Diathermy
SWD tidak mampu menghasilkan kontraksi otot skeletal dikarenakan
panjang gelombangnya terlalu pendek dalam satu durasi. Oleh karena itu,
efek fisiologis yang diharapkan dari penggunaan SWD yaitu efek thermal
(panas) yang dihasilkan oleh getaran molekul berfrekuensi tinggi. Efek
primer dari penggunaan SWD di antaranya adalah pemanfaatan panas
secara umum meliputi:
 Meningkatkan aliran darah
 Dilatasi pembuluh darah
 Peningkatan filtrasi dan difusi antar membrane
 Meningkatkan laju metabolik jaringan
 Mengurangi kekakuan sendi
 Relaksasi otot
 Meningkatkan perbaikan jaringan setelah cedera.
 Memperlancar aliran darah.

Lehmann dalam (Prentice et.al., 2002) menyebutkan bahwa :

 Peningkatan suhu pada jaringan sebesar 1°C dapat mengurangi


inflamasi dan meningkatkan metabolisme.
 Peningkatan suhu 2 – 3°C akan mengurangi nyeri dan spasme otot,

4
 Peningkatan suhu lebih dari 3 – 4°C akan meningkatkan
ekstensibilitas jaringan sehingga memungkinkan praktisi untuk
mengobati permasalahan kronis pada jaringan.

Peneliti lainnya meyakini bahwa pemanasan optimal pada suhu


jaringan sebaiknya dicapai pada suhu di atas 38 – 40°C atau
peningkatan 3 – 4°C di atas baseline.

D. Prinsip Kerja Short Wave Diathermy

Gelombang radio dilemahkan saat melewati jaringan, tetapi


sesungguhnya dapat menembus jaringan sampai dalam tergantung jaringan
yang dilewati, frekuensi dan karakteristik dari aplikator. Aplikator induktif
meningkatkan pusaran medan magnet di jaringan, dan sebagai pengatur
dan penghasil temperature tinggi di jaringan kaya akan cairan,
menginduksi dengan tinggi jaringan seperti otot.
Kapasitator melengkapi aplikator yang meningkatkan panas dari
medan listrik. Temperature maksimal cenderung muncul pada jaringan
yang kurang kandungan seperti lemak, dan dapat memungkinkan untuk
membakarnya. SWD dapat meningkatkan suhu lemak subkutan sampai
15ºC dan pada kedalaman 4-5 cm dengan panas 4 ºC - 6 ºC. Pasien
diletakkan di mesin dan dilindungi dari luka dengan mengoperasikan

5
sirkuit dengan rangsangan maksimum, seperti mesin automatis pada mesin
SWD yang modern. Sekali rangkaian maksimal dikerjakan, pergerakan
mesin dapat mengurangi panas.
Pada aplikator umumnya sudah tersedia, keset kaki semi fleksibel
mengandung coil yang terhubung dengan sebuah mesin SWD. Pad dapat
berdimensi 0.5 x 0.75 m dan sering digunakan pada low back pain. Kabel
aplikator mengandung kabel yang terbungkus karet yang digunakan untuk
mengelilingi sekitar ekstremitas dan mengelilingi sekitar ekstremitas dan
seluruh tubuh. Untuk keamanan dari kabel dapat diganti dengan dengan
drum dan pads. Kebanyakan pengaturan kapasitas, pasien diletakkan
diantara dua elektroda. Aplikator rectal dan vagina digunakan sebagai
probe untuk pemanasan pelvis. Probe diletakkan dengan hati-hati, vaginal
probe diletakkan dibelakang servik pada fornik posterior, dan eksternal
pad digunakan untuk melengkapi sirkuit.

Efek dari mekanisme SWD ini, yaitu:


1. Reaksi metabolik,
Reaksi kimia pada sel tubuh dipengaruhi oleh suhu. Aktivitas
kimia dan laju metabolik pada sel akan meningkat 2 – 3 kali setiap
peningkatan suhu 10°C. Oleh karena itu, pengeluaran energi akan
meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Dengan peningkatan
suhu yang optimal, maka oksigen akan lebih banyak tersedia di
jaringan. Dengan demikian, akan banyak nutrisi yang tersedia
sebagai bahan dalam reparasi jaringan. Apabila panas yang
dihasilkan melebihi titik tertentu, biasanya suhu mencapai 45°C -
50°C, maka jaringan akan rusak karena terjadi denaturasi protein.

2. Efek vaskular,
Peningkatan suhu jaringan biasanya berkaitan dengan vasodilatasi
yang berhubungan dengan peningkatan aliran darah ke suatu area. Aliran
darah pada kulit sangatlah penting dalam menjaga nutrisi dan suhu tubuh
yang tetap dan sistem ini ada di bawah kontrol dari sympathetic adrenergic

6
nerves. Vasodilatasi pada kulit akan terjadi akibat pengeluaran panas
melalui mekanisme lokal atau refleks. Kulit sangat unik karena memiliki
pembuluh darah yang spesial yang disebut arteriovenous (AV)
anastomoses, yang memiliki peran penting dalam pengeluaran panas.
Aktivasi refleks terjadi ketika mendapatkan stimulasi suhu terkait pelepasan
panas melalui regio preoptik di hipotalamus anterior. AV shunt ini terdapat
di tangan, kaki, serta wajah.

SWD yang diaplikasikan pada tubuh pasien, akan mengaktivasi


termoreseptor pada kulit. Sistem sensory afferents ini akan menghantarkan
informasi ke spinal cord dan sebagian lainnya akan diteruskan ke
percabangan pembuluh darah di kulit, serta pelepasan mediator
vasoaktif.Panas juga akan memproduksi reaksi inflamasi yang ringan.
Mediator kimia inflamasi seperti histamin dan prostaglandin akan
dilepaskan dan menyebabkan pembuluh darah bervasodilatasi. Mekanisme
lain yang terjadi bahwa peningkatan suhu menyebabkan sekresi kelenjar
keringat. Enzim akan bekerja pada globulin dan kininogen untuk
melepaskan bradikinin. Vasodilatasi pada pembuluh darah (small arteries
dan arterioles) dan peningkatan pemeabilitas venule kapiler dan post-kapiler
terjadi karena kerja dari mediator kimia pada otot polos dan kontraktilitas
sel endotelial.

Karena terjadi peningkatan permeabilitas dan tekanan hidrostatik


kapiler, filtrasi cairan dari vaskular ke area ekstravaskular menjadi baik.
Oleh karena itu, panas yang dihasilkan melalui therapeutic heat seperti
SWD, akan menyebabkan peningkatan yang potensial terhadap cairan
intersitial dan menyebabkan inflamasi ringan. Refleks lokal pada spinal cord
akan dilepaskan selama aktivasi dari serabut aferen di kulit. Refleks ini
terjadi akibat penurunan aktivitas saraf adrenergik pada postganglionic
sympathetic ke pembuluh darah pada otot polos.

3. Efek neuromuscular
Therapeutic heat digunakan untuk menghasilkan efek analgesik
dan membantu dalam meresolusi nyeri serta muscle-guarding spasms

7
(4) Efek pada connective tissue.
Peningkatan suhu yang dikombinasikan dengan penguluran dapat
mempengaruhi komponen viskoelastik dari connective tissue yang
disebut sebagai mekanisme plastic deformation atau elongation.
Struktur yang elastik akan teregang di bawah suatu pembebanan,
akan tetapi mampu kembali lagi ke panjangnya semula ketika
pembebanan tersebut dihilangkan. Sebuah penelitian yang
membandingkan antara penggunaan PSWD dengan Ultrasound 1MHz
membuktikan bahwa, efek panas setelah aplikasi alat lebih lama
bertahan pada aplikasi PSWD sekitar 60% lebih lama daripada
aplikasi dengan menggunakan ultrasound 1 MHz. Hal ini sangatlah
penting untuk memaksimalkan efek yang ingin dihasilkan melalui
stretching, friction massage, atau mobilisasi sendi sebelum suhu pada
tubuh benar-benar turun ke level yang kurang efektif
E. Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Short Wave Diathermy
1. Indikasi:
a) Nyeri : Penghilang nyeri menggunakan SWD berguna pada
pengobatan traumatic dan kondisi rematik yang mempengaruhi
bagian permukaan dari otot, ligament dan sendi kecil bagian
permukaan. Penghilang nyeri juga dipengaruhi oleh hilangnya
kekakuan otot.
b) Keram Otot : dapat di kurangi secara langsung menggunakan SWD
atau dapat berkurang karena hilangnya nyeri
c) Penyembuhan Luka : Untuk memicu penyembuhan luka dari luka
terbuka, dan meningkatkan dari sirkulasi pembuluh darah kulit.
Apabila ateriol ataupun capiler tidak dapat meningkat secara
signifikan maka pemanasan dapat diberikan pada bagian proximal
luka yang masih baik aliran darahnya.
d) Infeksi : Pengobatan SWD dapat digunakan untuk membantu
mempercepat penyembuhan akibat infeksi dengan meningkatkan
aliran darah pada daerah yang terkena infeksi. Ini akan

8
meningkatkan sel darah putih dan antibody untuk melawan
organism infeksi
e) Fibrosis : Pemanasan telah terbukti dapat memperbaiki kelenturan
jaringan yang mengalami fibrosis, seperti pada tendon, kapsul
sendi.
2. Kontraindikasi :
a) Keganasan, contoh: kanker, tumor ganas.
b) Kehamilan, karena dapat berpengaruh terhadap janinnya.
c) Pendarahan, contoh: pasien wanita yang menerima perawatan di
punggung bawah atau daerah panggul dapat mengalami
peningkatan aliran menstruasi.
d) Gangguan sensibilitas, karena dapat menyebabkan luka bakar pada
area yang diterapi akibat efek panas yang dihasilkan dari SWD.
e) Adanya logam / metal di dalam tubuh, contoh pemasangan internal
fixation (screw end plate) pada pasien pasca fraktur.
f) Pace Maker (alat pacu jantung)
g) Imaturitas tulang
F. Pelaksanaan Terapi SWD
1. Persiapan alat dan bahan :
 Pemeriksaan kabel
 Pemeriksaan voltage
 Pad elektrode
 Tabung reaksi untuk tes sensasi
 Lampu detektor
 Pasang elektrode pada mesin
 Hubungkan kabel mesin dengan arus listrik
 Hidupkan mesin dari intensitas rendah, lalu pelan-pelan
dinaikkan pelan pelan sampai tuning yang diinginkan
 Atur waktu ±2 menit

9
 Cara mengetahui tuning, dapat dilihat langsung pada lampu
detektor yang didekatkan pada kabel. Jika menyala, berarti siap
digunakan
2. Pelaksanaan :
 Posisi pasien dalam keadaan rileks
 Beri penjelasan pada pasien, tidak boleh merubah posisi
elektrode, merubah tombol-tombol yang tertera di mesin SWD
 Lalu, bersihkan daerah yang akan terapi, serta harus kering
 Lakukan test sensasibilitas
 Letakkan eletroda pada bagian yang akan diterapu dengan
susunan koplanar//planar.
 Atur jarak eletroda 10-15 cm dari kulit pasien dengan durasi
15-30 menit (intensitas sesuai patologis dan toleransi pasien)
3. Evaluasi : tanyakan apa yang dirasakan klien selama dan setelah
menjalani terapi
G. Keefektifan Terapi SWD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan lingkup
gerak sendi ankle dorsiflexion sebesar 5,2% setelah diberikan SWD dan
peningkatan sebesar 2% pada aplikasi hot packs, sedangkan pada
kelompok yang tidak diberikan modalitas elektroterapi, tidak terdapat
peningkatan lingkup gerak sendi. McCray dan Patton dalam (Michlovitz
et.al., 2016) membandingkan efek SWD dengan hot packs terhadap
sensitivitas trigger points pada leher, bahu, dan punggung. Hasil penelitian
yang didapatkan menyimpulkan bahwa aplikasi SWD lebih efektif dalam
menurunkan nyeri daripada hot packs.
Penelitian lainnya dari (Kim et.al., 2012) menyimpulkan bahwa
terdapat perbaikan yang signifikan pada pasien chronic low back pain
setelah pemberian SWD dengan intensitas 50 W yang dikombinasikan
dengan pemberian neurodynamic mobilization. Penelitian dari Draper,
et.al. (2013) membuktikan bahwa Pulsed Short Wave Diathermy dengan
average power 48 W dapat meningkatkan suhu jaringan sampai kedalaman

10
3 cm dengan peningkatan mencapai 4,6°C. Penelitian dari (Khan, S., et.al,
2013) membuktikan bahwa penambahan SWD pada pelatihan yang
diberikan pada subjek dengan keluhan chronic back pain mampu
menurunkan nyeri setelah dievaluasi dengan menggunakan Visual
Analogue Scale serta McGill Pain Questionnaire.

No Author Judul Metode dan Sampel Hasil

1 Made Hendra Efektifitas Metode pada Hasil penelitian yang didapatkan


Satria, Susy shortwave penelitian literature menyimpulkan bahwa aplikasi SWD
Purnawati, diathermy dan review,menggunakan lebih efektif dalam menurunkan nyeri
Muh Irfan neurodynamic data sekunder berupa daripada hot packs. (Kim et.al., 2012)
mobilization kajian jurnal menyimpulkan bahwa terdapat
pada penelitian yang perbaikan yang signifikan pada pasien
radikulopati berkaitan dengan chronic low back pain setelah
lumbosakral efektivitas pemberian SWD dengan intensitas 50
intervensi SWD dan W yang dikombinasikan dengan
neurodynamic pemberian neurodynamic
mobilization pada mobilization. Penelitian dari Draper,
radikulopati et.al. (2013) membuktikan bahwa
lumbosakral Pulsed Short Wave Diathermy dengan
average power 48 W dapat
meningkatkan suhu jaringan sampai
kedalaman 3 cm dengan peningkatan
mencapai 4,6°C.

2 Adventina Perbandingan Jenis penelitian ini Ada pengurangan intensitas nyeri


Silalahi, Efektivitas adalah penelitian secara bermakna sebelum dan
Tantai Ajoe, Satu Paket deskriptif analitik sesudah terapi TENS (p = 0,000).
Ani Program dengan menggunakan Begitu juga pasien dengan terapi
Margawati Terapi data sekunder SWD, terjadi pengurangan intensitas

11
Swd Dan Tens (Rekam medik nyeri secara bermakna sebelum dan
Terhadap pasien). Subjek sesudah terapi ( p = 0,000 ). Tidak
Pengurangan penelitian adalah terdapat perbedaan rerata selisih nilai
Nyeri Pada pasien penderita LBP Visual Analogue Scale (VAS) yang
Pasien mekanik bermakna antara pasien LBP
Low Back di Poliklinik mekanik yang mendapatkan terapi
Pain Mekanik Rehabilitasi Medik TENS dangan pasien LBP mekanik
RSUP Dr.Kariadi yang mendapatkan terapi SWD (p =
Semarang. 0,109 ).

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
SWD (Short Wave Diathermy) merupakan suatu alat terapi yang
menggunakan pemanasan yang dalam pada jaringan dengan merubah
energi elektromagnet menjadi energi panas. Short Wave Diathermy adalah
salah satu modalitas pemanasan dalam (deep heating) karena mampu
menembus jaringan dengan kedalaman sampai 4 – 5 cm, dimana keadaan
ini tidak dapat dicapai oleh alat pemanasan lainnya. Manfaat dari terapi
ini, yaitu dapat meningkatkan aliran darah dengan dilatasi, mengurangi
inflamasi, meningkatkan filtrasi dan difusi antar membran, mengurangi
kaku pada sendi, dan relaksasi otot. Beberapa efek dari mekanisme SWD
ini ada 4 macam, yaitu reaksi metabolik, efek vaskular, efek
neuromuscular, efek pada connective tissue. Indikasi dari terapi ini untuk
nyeri, kram otot, infeksi, fibrosis. Sedangkan untuk kontraindikasinyatidak
dianjurkan untuk penyakit keganasan, wanita hamil, gangguan sensibilitas
dan pada imaturitas tulang. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
terapi SWD efektif dalam menurunkan intensitas nyeri

B. Saran
Dalam memberikan terapi perawat harus memperhatikan
penerapan terapi dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan klien.
Setelah dilakukan penerapan terapi pada klien tersebut, klien mengerti
dan dapat menerapkannya. Sebaiknya makalah ini dapat menambah
wawasan pengetahuan bagi penulis, bagi klien dan bagi institusi
pendidikan (pelayanan kesehatan, pendidikan keperawatan, penelitian
keperawatan)

13
DAFTAR PUSTAKA

Kartadinata RT, Indriastuti L. Comparison Of the Therapeutic Effect between


SWD and TENS on Relieving Pain in Mechanical Low Back Pain
Patients. Medica Hosp.2012;1(2):113–7.

Michlovits, SL., Bellew, JW., dan Nolan, TP. 2012. Modalities for
Therapeutic Intervention: Fifth Edition. Philadelphia: FA
Davis Company

Prentice W, Quillen WS, Underwood F. 2002. Therapeutic Modalities


forPhysical Therapy Second Edition. United States of America.
The McGraw-Hill Company : 272-303

14

Anda mungkin juga menyukai