Anda di halaman 1dari 36

WALK THROUGH SURVEY PERUSAHAAN

PT. PUTRA BINTANG LIMA


22 MARET 2019

KESELAMATAN KERJA

Disusun Oleh : Kelompok 3

dr. Patricia Ratna Sari dr. Nurul Sharaswati


dr. Regina C. M Chita dr. Devanti Eka U. P
dr. Samuel Evanov S dr. Linda Novia M
dr. Stien J. Risky H dr. Intan Pratiwi
dr. Agnes Borneo dr. Elsa Debora S
dr. Yovinus Deny dr. Tika Syahfitri
dr. Salsabila Pratiwi dr. Kristin Natalina S
dr. Eka Sukistyowati dr. Noni Anggraeni
dr. Fritta Aulia Sari dr. Erik Aditya G

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 18 – 22 MARET 2019
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Industrialisasi dan perdagangan di seluruh sektor pembangunan ekonomi Indonesia
saat ini semakin berkembang dan diiringi dengan teknologi proses produksi yang juga
semakin maju. Dalam meningkatkan produktivitas pekerjaan, banyak sekali penggunaan
mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat dan sebagainya yang dalam pelaksanaannya
dapat mengakibatkan dampak negatif berupa terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) didefinisikan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja (PAK). Menurut ILO (2003), setiap hari rata-rata 6000
orang meninggal akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang per tahun meninggal
akibat sakit atau kecelakaan kerja. Berdasarkan data dari BPJS Ketenagakerjaan jumlah
kasus kecelakaan kerja tahun 2015 terjadi sebanyak 110.285 kasus, sedangkan tahun 2016
sejumlah 105.182 kasus. Sedangkan sampai Bulan Agustus tahun 2017 terdapat sebanyak
80.392 kasus.
Banyak faktor yang dapat dimodifikasi untuk mengendalikan potensi bahaya atau
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja sehingga dapat tercipta tempat kerja yang
nyaman, efisien dan produktif. Untuk meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja tentunya melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh dan atau serikat
pekerja dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan PAK.

I.2 Dasar Hukum


1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
3. Undang-undang Uap Tahun 1930.
4. Peraturan Uap Tahun 1930.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980 tentang
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada konstruksi bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980 tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982 tentang
bejana tekanan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan
produksi.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang pesawat angkat-
angkut.
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang pengawasan
instalasi penyalur petir.
11. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang penanggulangan
kebakaran di tempat kerja.
12. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang pengendalian
bahan kimia berbahaya.
13. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan SNI
No SNI 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000)
di tempat kerja.
14. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor
113 tahun 2006 tentang pedoman dan pembinaan teknis petugas K3 ruang terbatas
15. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja bekerja pada
ketinggian dengan menggunakan akses tali (rope access).
16. Peraturan menteri ketenagakerjaan Republik Indonesia nomor 5 tahun 2018 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan kerja.

Semua perundang-undangan yang disebutkan pada dasarnya mengatur


tentang kewajiban dan hak Tenaga Kerja terhadap Keselamatan Kerja untuk:
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli
keselamatan kerja;
2. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
4. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan.
5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan kerja serta
alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal
khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.

I.3 Profil Perusahaan


a. Sejarah Perusahaan
PT. Putra Bintang Lima merupakan anak perusahaan dari PT. Radian Putra
Metropolindo Pratama. PT. Radian Putra Metropolindo sendiri adalah salah satu
perusahaan industri di Indonesia, yang khusus bergerak dalam memproduksi barang
logam, konveksi dan bordir komputer seperti Medali Sekretariat Negara, Perlengkapan
TNI Angkatan Laut, Perlengkapan POLRI, Perlengkapan Kejaksaan, Bermacam-macam
Baret, Bordir Pangkat Angkatan Laut, Perlengkapan Bordir Akademi Polisi, Tanda
Pangkat PNS TNI, Emblem Baret TNI Angkatan Darat, Tongkat Komando, Pet POLRI,
TNI, dan Kejaksaan.
PT. Radian Putra Metropolindo Pratama sudah berdiri sejak 11 tahun tepatnya
pada tanggal 21 April 2008. Berdomisili di kawasan Perkampungan Industri Kecil (PIK)
adalah sebagai industri pengerjaan logam, Webing dan Bordir komputer, yang selalu
menjadikan kebijaksanaan mutu dalam kegiatan sehari-hari agar kepuasan pelanggan
tercapai.

b. Visi dan Misi Perusahaan

Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan Logam, Konveksi dan Bordir komputer terbaik di Indonesia, menjadi
perusahaan yang semua pekerjaannya dapat diterima disemua lini lingkungan
pemerintahan dan swasta, serta dapat menjadi perusahaan yang dapat diterima di seluruh
Indonesia dan Internasional yang dapat mengekspansi ke berbagai Negara.

Misi Perusahaan
1. Berorientasi pada kepuasan pelanggan
2. Menjadikan kebijaksanaan mutu sebagai kesadaran dan tanggung jawab seluruh
pekerja.
3. Untuk menciptakan lapangan kerja bagi penduduk sekitar, terutama penduduk dalam
lingkungan sekitar.
b. Pelanggan Perusahaan
● TNI AU
● TNI AD
● KOPASUS
● KOSTRAD
● KOPASUS
● POM
● POM AD
● DAMKAR
● PASKAS
I.4 Pegawai Perusahaan
a. Jumlah pegawai perusahaan
Jumlah pegawai sebanyak ± 70 orang pekerja.

b. Sektor usaha
PT. Putra Bintang Lima bekerja di bidang industri perlengkapan TNI dan Polri.

c. Jam kerja
● Hari Senin – Sabtu : pukul 08.00 - 17.00 WIB
● Istirahat siang : pukul 12.00 - 13.00 WIB
● Lembur pokok : pukul 17.00 – 21.00 WIB
● Istirahat lembur : pukul 18.00-18.30 WIB

d. Asuransi
Asuransi bagi pegawai perusahaan yang digunakan oleh PT Putra Bintang Lima adalah
BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan

e. Sertifikasi perusahaan
Sertifikat Sistem Mutu SNI ISO 9001:2008 dan ISO 14001:2008 untuk PT. Radian
Putra Metropolindo Pratama yang beroperasi di industri logam, konveksi, dan bordir
komputer.

f. Kelembagaan P2K3
Tidak ada personel P2K3 dan belum ada yang mengikuti pelatihan P2K3.

I.5 Alur Produksi


Proses pembuatan/alur produksi tanda pangkat (badge) TNI POLRI yang
dilaksanakan oleh PT. Putra Bintang Lima adalah sebagai berikut.
1. Persiapan
Persiapan awal untuk proses pembuatan badge adalah dimulai dari
pembuatan bahan baku logam yang diproduksi oleh perusahaan pusat di PT. Radian
Putra Metropolindo Pratama. Bahan baku yang telah diproduksi oleh perusahaan
pusat kemudian ditransportasi ke PT. Putra Bintang Lima untuk menjalani proses
produksi selanjutnya.

2. Penyablonan dan Cutting


Proses penyablonan adalah proses proses pembuatan sablon dengan memberi
warna kepada badge logam yang telah diproduksi. Proses penyablonan ini dilakukan
secara manual menggunakan alat sablon berupa papan tripleks yang ukurannya
disesuaikan dengan media sablon (badge), screen atau rangka dengan tampilan pola
yang telah ditentukan, rakel yang telah terpasang pada pegangan rakel dan tinta
sablon khusus. Logam badge yang akan disablon diatur posisinya berdasarkan
rancangan tulisan yang akan diwarnai, selanjutnya menuang tinta di pinggir gambar
sisi atas. Kemudian menarik cat sablon mengarah ke bawah memai rakel bertekanan
rata dengan sekali tarikan. Setelah badge telah tersablon, diangkat secara perlahan
kemudian dikeringkan.
Plat logam yang telah dibuat pola pabrik sebelumnya kemudian dibuat sesuai
bentuk badge yang diinginkan. Proses ini dilakukan secara manual menggunakan
kekuatan dari tangan pekerja.

4. Linking
Proses linking ini adalah proses untuk merekatkan plat logam dengan kain pelapis
lain dan kain bordiran komputer yang telah dicetak sebelumnya.

5. Finishing
Proses finishing ini adalah proses pembersihan sisa-sisa tinta sablon dan/atau
pewarnaan yang kurang merata pada tulisan badge hasil dari sablon sebelumnya serta
pembersihan dari sisa-sisa kain/benang hasil dari perekatan kain sebelumnya.

6. Packaging
Pada proses pengepakan ini, badge atau tanda pangkat yang sudah di-finishing,
direkatkan di selembar kertas putih kemudian dimasukkan ke dalam plastik bening.
Setelah itu disusun lagi ke dalam karton box atau peti, sesuai dengan permintaan
yang ada. Proses pengepakan ini dibedakan sesuai jenis badge dengan logam atau
tanpa logam.
.

Penyablonan
Persiapan Linking
dan Cutting

Finishing Packaging

Diagram 1. Alur Produksi Tanda Pangkat TNI POLRI

I.6 Landasan Teori


a. Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993). Keselamatan Kerja ini diperuntukkan
bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pengendalian dan pencegahan terhadap
timbulnya kecelakaan kerja dalam lingkungan kerja dan/atau PAK dengan cara mengenali
faktor-faktor berpotensi apa saja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
Tujuan akhir penerapan Keselamatan Kerja adalah mencapai kecelakaan nihil (Zero
Accident). Selain zero accident, penerapan sistem ini juga bertujuan untuk meningkatkan
keselamatan dan mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja,
menciptakan tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif, orang lain yang berada di
tempat kerja merasa terjamin, dan sumber-sumber produksi dapat dipakai secara aman dan
efisien. Sangat disayangkan masih banyak perusahaan yang belum memahami arti
pentingnya keselamatan kerja serta pengimplementasiannya dalam lingkungan perusahaan.
Keselamatan kerja merupakan hal yang sangat esensial bagi setiap orang yang
bekerja baik dalam bidang peindustrian ataupun di bidang perekonomian. Pentingnya arti
keselamatan kerja dalam bekerja kesehariannya harus diimplementasikan baik oleh pekerja
itu sendiri maupun oleh pengusaha/manajemen sehingga dapat meningkatkan kinerja dan
mencegah potensi kerugian bagi perusahaan.
Manajemen K3 sebenarnya sudah diatur oleh Pemerintah Indoneia dalam undang-undang
sejak 20 tahun silam, namun masih banyak perusahan terutama perusahaan dengan skala
menengah ataupun kecil yang belum menjalankan prinsip K3 di lngkungan kerja. Hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah kurangnya pengetahuan antara
implementasi K3 dengan peningkatan produktivitas kerja.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 pada Pasal 3 Ayat (1) ditetapkan bahwa
syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerjaan.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau batang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Dari sekian banyak persyaratan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa


penyelengaraan Keselamatan kerja berfokus pada tindakan promotif dan preventif terhadap
kecelakaan kerja dan/atau PAK.

b. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Dalam penetapan kebijakan K3, perlu dilakukan peninjauan awal untuk mengetahui
seluruh kondisi K3, mulai dari keberadaan personil K3, peralatan/pesawat/instalasi/mesin,
prosedur, proses kerja, sifat pekerjaan dan kondisi keuangan perlu dilakukan unuk
menjalankan program K3. Tinjauan awal K3 meliputi

1. Identifikasi Potensi Bahaya


Pada tahapan ini perlu mencari informasi secara mendetail mengenai risiko yang
ditemukan serta kemungkinan dampak/efek ke depan yang dapat membahayakan
keselamatan dan kesehatan pekerja. Pertimbangan yang perlu diambil dalam
identifikasi risiko antara lain berupa kerugian harta benda (Property Loss), kerugian
masyarakat, dan kerugian lingkungan

2. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:


1. Apa Yang Terjadi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang
komprehensif tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap elemen.

2. Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi Setelah mengidentifikasi daftar
kejadian sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-penyebab yang
mungkin ada/terjadi.

3. Alat dan Tehnik Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko antara lain
adalah:

a. Inspeksi

b. Check list

c. Hazops (Hazard and Operability Studies)

d. What if

e. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)

f. Audits

g. Critical Incident Analysis

h. Fault Tree Analysis

i. Event Tree Analysis

Dalam memilih metode yang tepat bergantung pada tipe dan ukuran risiko yang ada.

3. Penilaian Risiko

Terdapat tiga sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko di
tempat kerja yaitu untuk :

a. Mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja;

b. Menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja;

c. Melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada.


d. Mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan penanggulangan
yang telah diambil;

4. Pengendalian Risiko

Pengendalian dapat dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko sebagai berikut:

1. Eliminasi

Pengendalian eliminasi dilakukan dengan menghilangkan suatu bahan/tahapan


proses yang berpotensi menjadi bahaya dari proses reduksi

2. Substitusi
Pengendalian substitusi adalah mengganti bahan yang beracun dengan bahan
yang lebih aman atau lebih rendah toksisitasnya. Contoh pengendalian risiko
dengan cara substitusi antara lain: mengganti bahan bentuk serbuk dengan
bentuk pasta, bahan solvent diganti dengan bahan deterjen, proses pengecatan
spray diganti dengan pencelupan dan lain sebagainya

3. Rekayasa Teknik (Engineering control)


Pengendalian rekayasa Teknik seperti pemasangan alat pelindung mesin (machine
guarding), pemasangan alat sensor otomatis, pemasangan general dan local
ventilation.

4. Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif seperti pemisahan lokasi, pengaturan waktu kerja,
rotasi/mutasi, pemeriksaan kesehatan, pelatihan karyawan, pelaksanaan SOP.

5. Manajemen Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) sebagai alternative pengendalian yang terakhir


merupakan perlengkapan wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja
untuk meningkatkan keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekitarnya.

Adapun macam peralatan dari alat pelindung diri:

1. Safety helmet
Safety helmet berfungsi sebagai alat pelindung kepala dari benturan, terantuk, atau
kejatuhan benda-benda yang dapat melukai kepala.

2. Pelindung Mata dan Muka


Pelindung berupa kacamata pengaman, goggles, face shield, masker selam, dan full
face masker yang berfungsi sebagai pengaman mata ketika bekerja dari percikan

3. Pelindung Telinga
Pelindung teliga berupa ear plug atau ear muff yang berfungsi untuk melindungi alat
pendengaran terhadap kebisingan dan terkanan.

4. Pakaian Pelindung
Safety belt sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi

5. Pelindung Pernapasan
Pelindung pernapasan berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan
menyaring udara yang dihisap di tempat yang kualitas udaranya kurang baik.
Contoh: re-breather, airline respirator, SCUBA, dan sebagainya.

6. Pelindung Tangan
Alat ini berfungsi untuk melindungi tangan dan jari tangan dari pajanan api, suhu
panas dan dingin dapat terbuat dari logam, kanin, karet atau sarung tangan yang
tahan bahan kimia.

7. Pelindung Kaki
Berfungsi melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda
berat atau bahan kimia berbahaya.
BAB II
PELAKSANAAN

2.1 Tanggal dan Waktu Pengamatan


Kunjungan perusahaan ke PT. PUTRA BINTANG LIMA dilaksanakan pada tanggal
20 Maret 2019 pukul 09.00 - 11.00 WIB.

2.2 Lokasi Pengamatan


PT. PUTRA BINTANG LIMA beralamat di Jalan Penggilingan Elok, RT 2/RW 7
No, 44, Penggilingan, Cakung, Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta, 13940.
BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. MESIN, PESAWAT, DAN ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN


Konstruksi : Bangunan sesuai konstruksi Factory

Maintenance : Maintenance Mesin dilakukan setiap 1 tahun sekali oleh Tim Maintenance.

Tabel 1. Jenis Mesin Produksi

No JENIS MESIN JUMLAH KAPASITAS/HARI (PCS)

1 Mesin Rajut 50 3.000

2 Mesin Linking 12 2.000*

3 KMD Washer 5 1.500

4 Conveyor 1 1.500

5 Mesin Cukur 6 1.000*

6 Mesin Jahit 15 1.000*

7 Mesin Ventilator (Mata Ayam) 1 500

8 Press 2 250 - 500

Note : Tidak ada rencana untuk penambahan mesin

B. BAHAN DAN PROSES KERJA TERKAIT K3


Terdapat beberapa jenis bahan untuk pembuatan topi, sabuk, lencana. Bahan bahan
tersebut berupa:

 Benang wol

Benang wol merupakan bahan baku untuk membuat topi. Benang berasal dari
Hansung Textile.co Korea

 Pewarna kain
Pewarna kain berasal dari PT.PBL. Jakarta Indonesia

 Kulit sapi

Kulit sapi merupakan bahan baku untuk membuat sabuk. Kulit tersebut berasal dari
peternakan sapi di garut

 Tembaga dan seng

Tembaga dan seng sebagai bahan baku pembuatan plat kuningan untuk membuat
lencana.

Rincian bahan baku di atas tidak dapat diuraikan dengan lengkap oleh pihak
perusahaan.

Limbah pabrik hanya berupa air sisa pewarnaan kain yang tidak berwarna dan berbau
karena warna sudah terserap seluruhnya oleh kain. Limbah pabrik lain nya berupa benang
wol serta kain yang kecil sehingga limbah tidak membahayakan lingkungan sekitar dan
langsung dibuang setiap dua hari sekali tanpa daur ulang. Tembaga dan seng sisa produksi
tidak dijadikan sebagai limbah, melainkan didaur ulang kembali oleh perusahaan. Tembaga
dan seng sisa dileburkan dan dicetak ulang oleh pabrik sehingga tidak membayahakan warga
sekitar.

C. INSTALASI LISTRIK

PT. Putra Bintang Lima dalam melakukan kegiatan produksinya menggunakan


sumber Listrik yang berasal dari PLN, .PT. Putra Bintang Lima menyediakan Generator Set
(Genset) / motor diesel sebagai cadangan listrik. Penerangan dalam kegiatan produksi
menggunakan 2 jenis penerangan yaitu penerangan sumber alami seperti matahari dan
sumber buatan seperti lampu.Jumlah penerangan seperti lampu sudah cukup baik terpasang
merata di berbagai tempat.

Dari peninjauan kami ke PT. Putra Bintang Lima, kami dapat menyimpulkan
bahwa penggunaan instalasi listrik cukup baik hanya penataan kabel-kabel instalasi cukup
rapi.PT. Putra Bintang Lima memiliki 4 instalasi penangkal petir. Namun, dibeberapa
ruangan, khususnya di ruangan pengepakan, ada beberapa kabel yang terbuka sehingga perlu
diperhatikan lagi oleh pihak pabrik
D. SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Pengamatan Standar

Semua pekerja mengetahui letak APAR , Memiliki tim penanggulangan kebakaran


namun tidak pernah mendapatkan pelatihan yang terlatih
penggunaan APAR

Terdapat 1 APAR di setiap divisi dan 10 Memiliki system proteksi kebakaran.


APAR di divisi pemadatan logam menurut Menurut Permenakes trans no. Per-
narasumber. 04/MEN/1980, APAR yang 1 dengan yang
lainnya tidak boleh melebihi 15 meter dan
Belum sesuai dengan Permenakertrans No.
setiap APAR yang harus memiliki tanda
Per-04/MEN/1980 → jarak penempatan
lokasi APAR.
APAR dari satu dengan yang lainnya lebih
dari 15 m dan beberapa APAR tidak
memiliki penunjuk tanda lokasi serta
petunjuk penggunaan APAR. Pada divisi 2
lantai APAR tidak ditemukan pada lantai 2.

Pemeriksaan pada APAR teratur yaitu Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian


setiap 6 bulan sekali secara berkala komponen yang berkaitan dengan
dilaksanakan terakhir pada bulan Agustus penaggulangan kebakaran minimal 6 bulan
2018 berlaku sampai dengan tahun 2019. 1 kali.

E. ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)

Jenis Alat Pelindung DIri (APD) Pengamatan Standar

Pelindung mata dan Pelindung yang Pekerja di tempat Pekerja di tempat


muka (area berfungsi untuk peleburan dan yang terpapar bahan
peleburan dan melindungi mata pemotongan kimi berbahaya dan
pemotongan dan muka dari lencana tidak panas seharusnya
lencana) paparan bahan menggunakan memakai alat
pelindung mata dan
kimia berbahaya, muka sesuai pelindung mata dan
panas, dll. standar. muka sesuai standar.

Masker debu (area Berwarna Hanya beberapa Pekerja menggunakan


pencetakan Putih/Hijau Pekerja yang masker, harus
lencana) berbahan kain, kontinyu menutupi mulut dan
dengan tali sebagai menggunakan hidung.
pengait, berfungsi masker.
untuk menyaring
debu dan cegah
terhirupnya
partikel-partikel
kecil.
Pekerja pada tempat
Masker respirator Pekerja yang kontak
Masker respirator peleburan tidak
berguna untuk dengan gas berbahaya
(pada area menggunakan
menyaring debu, sebaiknya memakai
peleburan tembaga) masker respirator
uap/asap, dan gas masker sesuai standar
sesuai standar.
berbahaya.

Sarung Tangan Berbahan kain, Hanya beberapa Seharusnya pekerja


(area area sebatas pekerja yang memiliki kontak
peleburan, area pergelangan menggunakan dengan bahan kimia
pembuatan tangan, berfungsi sarung tangan kain seperti di area
lencana) untuk melindungi biasa, sarung tangan pewarnaan kain,
tangan dari pajanan juga hanya sebatas memakai sarung
api, dan percikan, pergelangan tangan tangan yg panjang
luka. dan hanya satu dengan bahan karet
tangan. agar tidak terkena
bahan kimia cair. Pada
area yang pekerjaan
berhubungan dengan
mesin ataupun panas
(area penjahitan,
peleburan)
menggunakan sarung
tangan sesuai standar.

Sepatu (area Semua pekerja area Sepatu yang Semua pekerja area
peleburan dan peleburan digunakan tidak peleburan
pemotongan menggunakan seragam, namun menggunakan sepatu
lencana) sepatu, semua berbahan yang sesuai standar
kulit dengan alas dan hazard.
karet. Berguna
untuk melindungi
kaki dari bahan
kimia, bahaya
panas, dan benturan
juga luka.

Penutup telinga Berfungsi sebagai Tidak tampak Semua pekerja Area


(area pemintalan) pelindung telinga pekerja area pemintalan
dari kebisingan pemintalan yang menggunakan
yang dihasilkan menggunakan penutup telinga pada
dar mesin di area penutup telinga. saat bekerja.
tersebut.
F. TANGGAP DARURAT DAN EVAKUASI

Tanggap Darurat Pengamatan Standar


& Evakuasi

Fire Alarm Tidak terdapat alarm kebakaran Terdapat di semua ruangan, dan
baik di dalam maupun di luar juga terdapat di luar ruangan, di
ruangan. setiap lorong

Emergency Lamp Tidak terdapat Emergency Terdapat Emergency Lamp di


Lamp semua ruangan

Jalur Evakuasi  Tidak terdapat jalur  Tangga darurat dan tangga


evakuasi khusus, alur umum, Pintu – pintu jalur
evakuasi menggunakan jalur evakuasi mudah terlihat dan
keluar masuk biasa. semuanya tidak ada yang
 Tidak ada tanda garis kuning ditemui dalam keadaan terkunci.
di jalur evakuasi.  Jalur cukup terawat dengan
baik, terbuka, tidak terdapat
benda yang membahayakan
disekitar area evakuasi, cukup
lebar, dan untuk menuju titik
area evakuasi dapat
menggunakan jalur yang sudah
ditandai dengan garis- garis
kuning.

Rambu – Rambu  Tidak terdapat rambu-rambu  Rambu – rambu yang


Jalur Evakuasi yang menunjukan lokasi menunjukan lokasi jalur
jalur evakuasi. evakuasi cukup jelas, berwarna
 Tidak terdapat peta jalur hijau dengan kondisi yang
evakuasi cukup baik.
 Tidak terdapat titik  Peta jalur evakuasi juga jelas
berkumpul terdapat di setiap ruangan.
 Tempat berkumpul Titik Point
berada pada lahan yang
kosong.

G. KONSTRUKSI TEMPAT KERJA

Konstruksi Tempat
Pengamatan Standar
Kerja

Akses keluar masuk Akses keluar-masuk ruangan Akses keluar masuk ruangan
terdiri dari 1 pintu utama aman

Kebersihan dan Kebersihan dan kerapian Kebersihan dan kerapian tata

kerapian tata ruang ruangan kurang terjaga. ruang tidak berantakan dan

Ruangan tidak tertata dengan merintangi akses jalan

Rapi.

Jaminan keselamatan Pemeliharaan beberapa mesin Terdapat jaminan keselamatan


peralatan, bahan, dan benda –
peralatan, bahan dan dilakukan setiap setahun sekali.
benda dalam ruangan
Sebagian besar tidak rutin
benda-benda dalam
hanya jika ada kerusakan.
ruangan

Tanda peringatan - Tidak didapatkan tanda- Terdapat tanda peringatan


tanda peringatan pada tempat-
pada daerah dengan resiko
tempat tertentu yang
merupakan tempat dengan tinggi. Tersedia arahan jalur
resiko tinggi
evakuasi penanggulangan
- Tidak ditemukan adanya bencana.
tanda-tanda arahan jalur
evakuasi bencana.

H. PRASARANA KERJA LAINNYA

Pengamatan Standar

Memiliki 4 penangkal petir pada setiap “Pada bangunan yang tingginya kurang dari 25
sisi gedungnya. meter dan mempunyai bagian-bagian yang
menonjol ke samping harus dipasang beberapa
penghantar penurunan.” Sesuai yang termuat
dalamPeraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
Per. 02/Men/1989 tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir

Sebagian besar kipas angin di gedung Roda gigi yang terbuka dari suatu pesawat atau
letaknya sudah baik yaitu 2m dari mesin yang bergerak harus diberi alat
permukaan pijakan, sudah ada perlindungan dengan salah satu cara sebagai
pengaman atau penutup nya.. berikut: untuk putaran cepat dengan menutup
Namun, beberapa kipas angin di keseluruhan.
gedung tidak ada pengaman atau
penutup nya, dan ada yang letak kipas Sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
berada di ketinggian 1m dari Per. 04/Men/1985 tentang pesawat tenaga dan
permukaan pijakan. produksi
Tidak ada lift barang di dalam gedung Memiliki lift barang sesuai dengan Peraturan
betingkat 4 ini. Sedangkan banyak Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 03/Men/1999
produksi juga dilakukan di lantai 2 dan tentang syarat keselamatan dan kesehatan kerja
3. lift untuk pengangkutan orang dan barang

I. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Perusahaan memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP), tetapi hanya merupakan SOP
secara general tenaga kerja, alur produksi kerja, dan spesifikasi hasil produksi (terlampir).
SOP secara spesifik pada tiap alat tidak terpampang di mesin2 atau bagian2 ruangan
manapun di gedung. SOP untuk penggunaan APAR, tanggap darurat, dan P3K tidak ada
sama sekali.

J. KEJADIAN KECELAKAAN KERJA


Kejadian Kecelakaan Kerja Pengamatan Standart

Angkakejadian kecelakaan Menurut PT. Putra Bintang PT. Putra Bintang Lima
kerja Lima, angka kejadian seharusnya lebih
kecelakaan kerja sangat memperhatikan
minimal. Menurut mereka, keselamatan kerja tenaga
kecelakaan kerja yang pernah kerjanya dengan
terjadi yaitu luka bakar ringan menerapkan budaya K3 di
terutama di bagian dying dan perusahaannya serta
press. Kami tidak melakukan pengawasan dan
mendapatkan data yang pembinaan terhadap
menggambarkan angka penerapan keselamatan
kejadian kecelakaan kerja. Promosi kesehatan
perusahaan tersebut. Tidak seperti apa itu APD,
terdapat spanduk dan poster pentingnya APD, cara
tentang keselamatan kerja dan pemakaiannya, dan
peraturan tentang penggunaan dilakukan evaluasi.
alat pelindung diri di setiap Kecelakaan kerja yang
bidang perusahaan. Dalam terjadi dalam tempat kerja
penggunaan alat pelindung wajib dilaporkan oleh
diri masih banyak pegawai pengurus kepada pejabat
yang belum yang ditunjuk oleh menteri
menggunakannya, sehingga tenaga kerja.
risiko terjadinya kecelakaan
kerja di perusahaan tersebut
cukup besar.

K. PERSONIL KESELAMATAN KERJA

• Pada perusahaan PT. Putra Bintang Lima personil tanggung jawab untuk
keselamatan kerja diserahkan pada masing-masing ketua grup di tiap bagian. Ketua
grup akan melaporkan ke bagian HRD apabila terjadi kecelakaan kerja, kemudian
pihak HRD akan segera membawa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja ke
klinik, bila tidak bisa diatasi dibawa ke puskesmas atau RS terdekat. Perusahaan
PT. Putra Bintang Lima sudah terdaftar di klinik, puskesmas dan RS tersebut. Para
pegawai tetap perusahaan PT. Putra Bintang Lima baru sebagian yang memiliki
BPJS Ketenagakerjaan ( bila pekerja sudah bekerja lama di perusahaan tersebut),
sebagian BPJS kesehatan dan ada juga yang belum memiliki BPJS.

• Tersedia satu kotak P3K di ruang kantor untuk para pekerja. Tetapi isi kotak P3K
hanya terdiri dari obat anti nyeri, tetes mata, betadine dan koyo. Tidak ada personil
khusus yang telah mendapat pelatihan terkait penangan awal kecelakaan kerja.
Tidak ada pegawai yang bertugas untuk menyisir bagian / divisi masing – masing
untuk keluar dari gedung dan memastikan tidak adanya pekerja yang tertinggal pada
saat terjadi keadaan darurat.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

No Unit Kerja Permasalahan Dasar hukum Saran

1 Konstruksi Didapatkan beberapa Undang-undang dasar Ditambahkan


tempat kerja barang hasil produksi dan no 1 tahun 1970, adanya informasi
box yang masih Undang-undang no 18 keselamatan
berantakan,belum tahun 1999 tentang jasa peralatan, bahan,
terdapat adanya informasi konstruksi. dan benda-benda
mengenai keselamatan dalam
peralatan , bahan dan ruangan.Peletakan
benda- benda dalam barang - barang
ruangan. hasil produksi
disusun dengan
rapi.

2 Sarana Jarak penempatan APAR Permenakes trans no. Perbaikan lokasi


penanggulangan dari satu dengan yang Per-04/MEN/1980, APAR menjadi
kebakaran lainnya lebih dari 15 m APAR yang satu minimal 15 m dan
dan tidak ada penempatan dengan yang lainnya tersedianya
APAR di setiap divisi tidak boleh melebihi 15 APAR di lantai 2
lantai. meter dan setiap APAR divisi.
yang harus memiliki
tanda lokasi APAR.
Beberapa APAR tidak Pemberian tanda
memiliki penunjuk tanda penunjuk lokasi
lokasi APAR. APAR

3 Alat Pelindung Tidak semua pekerja Peraturan Menteri dan Perusahaan


Diri (APD) menggunakan APD tenaga kerja dan bersedia
transmigrasi RI nomor menyediakan
PER.08/MEN/VII/2010 APD yang sesuai
sesuai dengan tentang Alat Pelindung dengan standar
pekerjaannya. Diri dan hazard yang
ada di lingkungan
Belum ada aturan tertulis
tempat kerja.
(dalam bentuk SOP) yang
mengatur secara rinci Akan lebih baik
standar penggunaan APD sebelum memulai
di masing-masing pekerjaan
pekerjaan. diberikan briefing
singkat mengenai
pentingnya APD
dan cara
penggunaannya
yang baik dan
benar.

4 Tanggap darurat Masih minimnya sistem Undang-undang no 18 Pemasangan


& evakuasi tanggap darurat dan tahun 1999 tentang jasa alarm api,
evakuasi, dilihat dari konstruksi.
Pembuatan sistem
belum tersedianya fire
Undang-undang dasar tanggap darurat
alarm, lampu emergensi,
no 1 tahun 1970. dimulai dari jalur
jalur evakuasi, peta
evakuasi, peta
evakuasi, titik kumpul Undang-undang No 28
evakuasi,
dan rambu-rambu yang tahun 2002 tentang
penentuan titik
dibutuhkan. bangunan gedung.
kumpul, ataupun
rambu-rambu
yang dibutuhkan
pada keadaan
darurat
5 Personil Tanggung jawab Peraturan perundangan Membentuk
keselamatan keselamatan kerja di UU No. 1 Tahun 1970 personil P2K3
kerja perusahaan ini dipegang (Pasal 10 ayat 1, 2 ) yang terlatih dan
oleh ketua grup dan yang mewajibkan tersertifikasi.
bagian HRD yang belum perusahaan untuk
Menyediakan
tersertifikasi. membentuk P2K3
kotak P3K yang
Isi kotak P3K yang sesuai standar.
tersedia tidak sesuai
standar.

6. Prasarana Belum adanya lift barang Peraturan Menteri Memberikan


lainnya di lokasi, sehingga Tenaga Kerja Nomor elevator barang
barang2 di lantai atas Per. 03/Men/1999 yang sesuai dasar
yang akan diturunkan hukum yang
dimasukkan dalam kotak Peraturan Menteri berlaku untuk
kardus dan diturunkan Tenaga Kerja Nomor mengurangi
manual oleh TK, dan juga Per. 06/Men/2017 resiko kecelakaan
sering dengan triplek kerja atau PAK.
diluncurkan, dimana ada
TK yang menahan di
lantai bawah. Hal ini
temntu memiliki resiko
tinggi terjadinya
kecelakaan kerja ketika
harus mengangkat beban
berat sambal menuruni
anak tangga yang cukup
tinggi-tinggi.
Beberapa kipas angin Peraturan Menteri Memberikan
yang tidak memiliki Tenaga Kerja Nomor suatu bahan
pelindung dari putaran Per. 04/Men/1985 logam untuk
kipas yang cepat serta melindungi mesin
diletakkan di posisi yang kipas yang
mudah dijangkau oleh berputar tersebut
tenaga kerja serta dekat secepatnya,
dengan posisi kerja sebelum
tenaga kerja. menyebabkan
kecelakaan kerja.
7. SOP Perusahaan memiliki menteri pendayagunaan Perlu adanya SOP
Standar Operasional aparatur negara untuk usaha
Prosedur (SOP), tetapi Permenpan preventif dan
belum sepenuhnya No.PER/21/M- prosedur kerja
sebagai acuan proses PAN/11/2008 aman bagi tenaga
kerja. SOP secara spesifik kerja
pada tiap alat tidak
terpampang di mesin2
atau bagian2 ruangan
manapun di gedung.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil walk though survey yang kami lakukan, maka kesimpulan yang
dapat ditarik adalah :

a. Dari aspek APD, perusahaan sudah memberikan APD namun


pelaksanaannya kesadaran individu masih kurang.
b. Dari aspek program kesehatan, perusahaan belum mengadakan penyuluhan
berkala untuk mengedukasi pekerja tentang kecelakaan kerja baik itu potensi
bahaya, analisa risiko bahaya, sebab dan akibat kecelakaan serta penanganan
awal atau bersifat darurat jika menemui kecelakaan kerja terhadap pekerja.
c. Ditinjau dari segi PAK yang dialami, ada beberapa kecelakaan kerja yang
terjadi namun belum ada pendataan. Perlu dilakukan pendataan lebih lanjut
mengenai keluhan yang terkait dengan kecelakaan kerja.
d. Ditinjau dari segi fasilitas kesehatan, perusahaan tidak memiliki fasilitas
kesehatan sendiri, namun terdapat faslitas kesehatan terdekat seperti klinik.
e. Ditinjau dari segi sarana P3K sudah tersedia namun belum ada penunjuk
lokasi P3K yang mudah terlihat.
f. Dari aspek pemeriksaan kesehatan belum sesuai dengan aturan tidak
dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala.
g. Ditinjau dari segi 10 besar PAK, perusahaan tidak memiliki data.
h. Dari aspek pemenuhan gizi pekerja, pekerja diberikan uang makan sebagai
kompensasi, tidak terdapat kantin gizi.

5.2 Saran

Dari hasil walkthrough survey yang dilakukan, maka kami mengajukan


beberapa saran yaitu :

- Perusahaan harus mempunyai P2K3 yang sesuai dengan PERMENAKER RI


NO/04/MEN/1987.
- Diharapkan perusahaan tetap memberikan penyuluhan secara berkala,
melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap penggunaan APD .
- Melakukan evaluasi terhadap potensi bahaya, risiko bahaya maupun analisa
risiko yang terdapat pada kegiatan produksi.
- Melakukan sosialisasi dan pelatihan terhadap para pegawai yang minimal
dapat dilakukan segera jika menemukan kecelakaan kerja serta bersifat
kesehatan promotif dan preventif.
- Memasang spanduk/poster tentang kesehatan dan keselamatan kerja
- Memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi P3K di tempat kerja
pada tempat yang mudah terlihat.
- Melakukan pemeriksaan kesehatan awal kepada pekerja.
- Mendata dan melaporkan setiap PAK yang terjadi.
- Menyediakan kantin / catering sesuai gizi dan kalori kebutuhan pekerja.
BAB VI

PENUTUP

Dari hasil walkthrough survey yang kami laksanakan di PT. Putra Bintang
Lima, perusahaan telah mengimplementasikan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3), namun masih terdapat kekurangan.

Semoga makalah ini dapat membantu dalam menyikapi permasalahan yang ada
dan perbaikan perusahaan dalam aspek kesehatan dan keselamatan kerja.
Lampiran

Area peleburan tembaga dan besi

Keterangan gambar:

Pekerja pada tempat


peleburan tidak
menggunakan masker
respirator sesuai standar.

Area pemotongan

Keterangan gambar:

Sepatu yang
digunakan tidak
seragam, namun
semua berbahan kulit
dengan alas karet.
Berguna untuk
melindungi kaki dari
bahan kimia, bahaya
panas, dan benturan
juga luka.

Namun pekerja tidak


menggunakan sarung
tangan.

Area pencetakan dan pembuatan emblem


Keterangan gambar area percetakan:

Hanya beberapa Pekerja yang kontinyu menggunakan masker. Hanya beberapa pekerja
menggunakan sarung tangan kain biasa, sarung tangan juga hanya sebatas pergelangan tangan dan
hanya satu tangan.
Instalasi Listrik

Keterangan Gambar:

Beberpa area yang instalasi listriknya masih harus diperhatikan. Kabel yang
berjalan berpotensi bahaya bagi pekerja,dimana pekerja bias tersandung, atau kabel
instalasi lampu yang hanya dililitkan saja pada tiang besi.
Beberapa instalasi listrik

APAR

Hasil akhir

Anda mungkin juga menyukai