PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selalu ada risiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktifitas pekerjaan. Dan saat
kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akanmengakibatkan efek
kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja
harus dicegah atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya.Penanganan masalah keselamatan
kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku
usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal dalam
perusahaan.
Kecelakaan ditempat kerja merupakan penyebab utama penderita perorangan dan
penurunan produktivitas. Menurut ILO (2003), setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal
akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang pertahun meninggal akibat sakit atau
kecelakaan kerja.
Pengetahuan keselamatan kerja sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah-
masalah yang muncul akibat kerja untuk mencapai keamanan yang baik dan realistis dalam
memberikan rasa tentram dan kegairahan dalam bekerja pada tenaga kerja, agar dapat
mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
B. Dasar Hukum
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU Uap tahun 1930.
4. Peraturan Uap tahun 1930.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980 tentang
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada konstruksi bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980 tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982 tentang
bejana tekanan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan
produksi.
C. Profil Perusahaan
1. Sejarah perusahaan
PT Alakasa Industrindo Tbk ("Perseroan") didirikan dalam rangka Undang-
undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967, sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 dan diubah terakhir dengan Undang-Undang
Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 , berdasarkan akta notaris No. 31 tanggal 21
Februari 1972 Soeleman Ardjasasmita, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
No. YA5 / 214/17 tanggal 19 Juni, 1973, dan telah diumumkan dalam Berita Negara
No. 93, Tambahan No. 836 tanggal November 20, 1973.
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan dan
terakhir dengan akta No. 7 tanggal 3 Juni, 2008, dari Fathiah Helmi, SH, notaris di
Jakarta, mengenai perubahan Anggaran Dasar sesuai dengan Hukum Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Akta tersebut telah
disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan
Surat Keputusan No. AHU-70317.AH.01.02.tahun 2008, dan diumumkan dalam Berita
Negara No. 13, Tambahan No. 1600 tanggal 14 Februari 2011.
D. Alur Produksi
Bahan mentah berupa alumunium yang berada di ruang Remelt dilakukan peleburan
atau proses melting, yang hasilnya disalurkan ke ruang pencetakan (die shop). Alumunium
dicetak sesuai permintaan konsumen. Pada proses ini menghasilkan limbah berupa scrap
(potongan alumunium). Setelah pencetakan alumunium dilakukan anodizing. Alumunium
yang sudah di anodizing kemudian dilakukan pengecatan dengan powdercoating. Setelah
itu baru proses fabrication.
E. Landasan Teori
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘Safety’ dan biasanya selalu
dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (Accident) atau
nyaris celaka (Near-Miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan
keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan
pendekatan untuk memperkecil risiko terjadinya kecelakaan.
Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan
keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu
terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya.
Sedangkan pendapat Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara
(2000:161) bahwa istilah keselamatan mencakup kedua istilah yaitu risiko keselamatan
dan risiko kesehatan. Dalam kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu
Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,
kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Risiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong,
luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran.
Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan
mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu usaha untuk
mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan kondisi yang aman
atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian terutama untuk para pekerja
Dalam melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
1. Identifikasi potensi bahaya
Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh dan
mendetail mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan konsekuensi dari yang
paling ringan sampai dengan yang paling berat. Pada tahap ini harus dapat
mengidentifikasi hazard yang dapat diramalkan (foreseeable) yang timbul dari semua
kegiatan yang berpotensi membahayakan kesehatan dan keselamatan terhadap:
a. Karyawan
b. Orang lain yg berada ditempat kerja
c. Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya
Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :
a. Kerugian harta benda (Property Loss)
b. Kerugian masyarakat
c. Kerugian lingkungan
Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Apa Yang Terjadi Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang komprehensif
tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap elemen.
b. Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi Setelah mengidentifikasi daftar
kejadian sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-penyebab yang
mungkin ada/terjadi.
c. Alat dan Tehnik Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko antara lain
adalah: a. Inspeksi b. Check list c. Hazops (Hazard and Operability Studies) d.
What if e. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) f. Audits g. Critical Incident
Analysis h. Fault Tree Analysis i. Event Tree Analysis j. dan lain-lain. Dalam
memilih metode yang digunakan tergantung pada tipe dan ukuran risiko.
D. Instalasi Listrik
Data Teknis :
1. Jenis/Type : Electrostatic
2. Tegangan : 380 v 50 Hz
3. Luas bangunan : 225 m2
4. Tinggi bangunan :3m
5. Luas Penampang Hantaran : Coaxcial Cable 50 mm2
6. Tinggi Penerima : kurang lebih 7 m
7. Jumlah penerima : 1 buah
8. Jumlah Hantaran Penyalur : 1 buah
9. Sambungan Ukur/Joint Test : 1 buah
10. Jumlah Elektroda Tanah : 4 buah
11. Tahanan sebaran tanah : < 5 ohm
12. Pelaksana pemasang :-
13. Pelaksaan Pemeriksaan dan Pengujian : 19 Juli 2017
PT Alakasa Extrusindo dalam melakukan kegiatan produksinya menggunakan
sumber Listrik yang berasal dari PLN, namun PT Alakasa Extrusindo tetap menyediakan
Generator Set (Genset)/motor diesel sebagai cadangan listrik. Pada saat kunjungan terlihat
sebagian besar mesin dapat menyala terutama pada departemen produksi seperti departemen
ekstrusi, anodizing, dan fabrikasi, sedangkan pada departemen lain kami belum dapat
melihat secara langsung mesin menyala karena pada saat itu alat-alat sedang dimaintenance.
Penerangan dalam kegiatan produksi menggunakan 2 jenis penerangan yaitu penerangan
sumber alami seperti matahari dan sumber buatan seperti lampu.Jumlah penerangan seperti
lampu sudah cukup baik terpasang merata di berbagai tempat.Dalam hasil pengamatan lain
TANGGAP
DARURAT & PENGAMATAN STANDAR
EVAKUASI
Fire Alarm Tidak terdapat alarm kebakaran baik Terdapat di semua ruangan,
di dalam maupun di luar ruangan. dan juga terdapat di luar
ruangan, di setiap lorong
Setiap bagian / divisi di PT. Alakasatidak memiliki tim yang bertanggung jawab dalam
keadaan darurat. Setiap bagian dilengkapi peralatan P3K umum dan absensi pekerja.Tidak
ada yang bertugas untuk menyisir bagian / divisi masing – masing untuk keluar dari gedung
serta mengevakuasi dokumen – dokumen penting saat terjadi keadaan darurat dan
memastikan tidak adanya pekerja yang tertinggal.
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari risiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Pada beberapa bagian dari pabrik ini
seperti pada bagian instalasi listrik, dapat disimpulkan penggunaan instalasi listrik sudah
baik namun masih ada hal hal yang perlu jadi perhatian khusus terutama masalah
pengemasan kabel guna menciptakan keselamatan kerja yang baik.
Pada hal konstruksi tempat bekerja, dapat disimpulkan bahwa tanda-tanda peringatan
masih sangat kurang dan tampak berdebu sehingga tidak bisa terlihat dengan jelas. Pada
pekerjanya sendiri masih kurang adanya kesadaran penggunaan APD saat melakukan
pekerjaan mereka.
Dari segi alat pemadam kebakaran, dapat dikatakan masih kurang dikarenakan
letaknya yang terkadang terhalang oleh benda lain dan juga dari segi perawatan alatnya
sendiri masih sangat kurang. Tidak terdapatnya jalur evakuasi dan titik kumpul merupakan
salah satu masalah pada perusahaan ini yang dapat timbulkan risiko terjadinya korban jiwa
pada saat adanya kecelakaan pada saat kerja. Masih kurangnya personil di bidang
keselamatan kerja
B. Saran
Perlunya peran serta pabrik dalam hal meningkatkan sistem manajemen kesehatan
dan keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak
hanya bagi para pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat tercapai peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional. Perusahaan
perlu mengusahakan penambahan rambu-rambu tanda bahaya pada tempat kerja, adanya
sosialisasi tentang kebakaran dan penggunaan APAR pada saat kejadian kebakaran, perlunya
jalur evakuasi dan titik kumpul jika terjadi bencana, menyediakan APD sesuai standar yang
ada dan pembagian personil untuk bidang K3.
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan
dari risiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak selalu
berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan
yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor
di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja,
tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai
peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.