Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selalu ada risiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktifitas pekerjaan. Dan saat
kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akanmengakibatkan efek
kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja
harus dicegah atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya.Penanganan masalah keselamatan
kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku
usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal dalam
perusahaan.
Kecelakaan ditempat kerja merupakan penyebab utama penderita perorangan dan
penurunan produktivitas. Menurut ILO (2003), setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal
akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang pertahun meninggal akibat sakit atau
kecelakaan kerja.
Pengetahuan keselamatan kerja sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah-
masalah yang muncul akibat kerja untuk mencapai keamanan yang baik dan realistis dalam
memberikan rasa tentram dan kegairahan dalam bekerja pada tenaga kerja, agar dapat
mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi dan produktivitas kerja.

B. Dasar Hukum
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU Uap tahun 1930.
4. Peraturan Uap tahun 1930.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980 tentang
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada konstruksi bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980 tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982 tentang
bejana tekanan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan
produksi.

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 1


9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang pesawat angkat-
angkut.
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi
penyalur petir.
11. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang penanggulangan
kebakaran di tempat kerja.
12. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang pengendalian
bahan kimia berbahaya.
13. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan SNI
No SNI 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000)
di tempat kerja.
14. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor
113 ahun 2006 tentang pedoman dna pembinaan teknis petugas K3 ruang terbatas
15. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja bekerja pada
ketinggian dengan menggunakan akses tali (rope access).

C. Profil Perusahaan
1. Sejarah perusahaan
PT Alakasa Industrindo Tbk ("Perseroan") didirikan dalam rangka Undang-
undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967, sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 dan diubah terakhir dengan Undang-Undang
Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 , berdasarkan akta notaris No. 31 tanggal 21
Februari 1972 Soeleman Ardjasasmita, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
No. YA5 / 214/17 tanggal 19 Juni, 1973, dan telah diumumkan dalam Berita Negara
No. 93, Tambahan No. 836 tanggal November 20, 1973.
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan dan
terakhir dengan akta No. 7 tanggal 3 Juni, 2008, dari Fathiah Helmi, SH, notaris di
Jakarta, mengenai perubahan Anggaran Dasar sesuai dengan Hukum Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Akta tersebut telah
disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan
Surat Keputusan No. AHU-70317.AH.01.02.tahun 2008, dan diumumkan dalam Berita
Negara No. 13, Tambahan No. 1600 tanggal 14 Februari 2011.

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 2


PT.Alakasa Extrusindo (Alakasa) adalah produsen unggulan dan fabricator
profil ekstrusi aluminium di Indonesia. Melayani pasar domesik dan pasar ekspor ke
luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Filipina, Brunei, Jepang dan Hong Kong.
Alakasa telah memperoleh pengalaman industri yang luas sejak tahun 1972 setelah
memiliki kerjasama dengan perusahaan Alcan Aluminium (Alcan) dari Kanada selama
kurang lebih 16 tahun. Perusahaan ini menggunakan sistem manajemendan teknologi
Alcan, dan selalu mempertahankan performa sebagai penyedia profesional dan
bertanggung jawab dari profil Aluminium selama bertahun-tahun.Alakasa ini dilengkapi
dengan fasilitas manufaktur end-to-end untuk Aluminium ekstrusi dan fabrication.
Perusahaan ini melakukan perbaharuan peralatan secara berkala untuk menegakkan
standar kualitas produk yang diproduksi. Perusahaan ini menyediakan layanan nilai
tambah seperti anodizing, pewarnaan anodizing, fabrication dan powder coating.
Alakasa terakreditasi dengan Sistem ISO 9001 Quality Managementcertification sejak
tahun 2002. Perusahaan ini memelihara tim forwardlooking dan tenaga kerja teknis
kompeten, dan di tengah-tengah perkembangannya mentransformasikan dirinya untuk
berkembang pada keunggulan dalam meeting dan melebihi kebutuhan dan keinginan
pasar yang dilayaninya.
2. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi
Untuk menjadi perusahaan dengan kompetensi dalam bisnis aluminium yang dapat
digunakan pada kalangan tinggi sampai kalangan rendah.
b. Misi
1) Untuk melakukan penelitian pada pengembangan bisnis aluminium yang dapat
digunakan pada kalangan tinggi sampai kalangan rendah.
2) Untuk memberdayakan potensi sumber daya untuk mendukung strategi
pengembangan bisnis.
3) Untuk mencapai profesionalisme melalui pengembangan kemampuan dan
upgrade sistem proses, operasional dan manajemen.
4) Untuk memberikan nilai tambah bagi pemegang saham, pelanggan,
karyawandan masyarakat.
3. Jumlah Pegawai Perusahaan
Jumlah pekerja sebanyak 240 orang pekerja yang terdiri dari 220 pekerja laki-laki
dan 20 pekerja wanita. Jam kerja pegawai dibagi menjadi 1shift utama. Bila permintaan
produksi meningkat, maka jam kerja dapat ditambah hingga 3 shift.

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 3


4. Sektor Usaha
Perusahaan ini di dirikan pada tahun 1972 dan mulai beroperasi secara komersial
sebagai perusahaan dalam industri aluminium sejak tahun 1973. Pada tahun 2001,
Perusahaan melakukan restrukturisasi dengan menggeseroperasinya (spin-off) untuk
anak perusahaan, PT Alakasa Extrusindo. Sejak itu, kegiatan utama Perusahaan adalah
melakukan investasidi beberapa perusahaan, antara lain, PT. Alakasa Extrusindo
bergerak dalam industri aluminium ekstrusi, PT. Alakasa Company Limited yang
bergerak di bidang perdagangan bahan baku aluminium yang telah beroperasi komersial
sejak tahun 2000, PT. Alakasa Karbon Industri untuk terlibat dalam industri karbon
yang masih dalam pengembangan, dan PT Alakasa Alumina Refineriserta Indonesia
Alumina Refinery Limited untuk terlibat dalam kilang alumina yang didirikan pada
tahun 2013.
5. Produk yang Dihasilkan
a. Architectural
b. Electrical
c. Transfortation
d. Aerospace
e. Furniturec
6. Jam Kerja
Factory : Jam Kerja : Shift I 08.00 – 16.00
Shift II 16.00 – 24.00
Shift III 00.00 – 08.00
Office : Senin - Jum’at
Jam Kerja : 08.00 - 16.00
7. Asuransi Perusahaan
a. BUMIDA
b. BPJS Kesehatan
c. BPJS Ketenagakerjaan
8. Sertifikasi Perusahaan
Sertifikat Sistem Mutu SNI ISO 9001: 2008 dari Komite Akreditasi Nasional
Sertifikasi Sistem Mutu Lembaga No.077 tangga l7 Agustus 2012 sampai 29 Mei 2015
untuk PT. Alakasa Extrus indo yang beroperasi di industri aluminium ekstrusi.
9. Kelembagaan P2K3

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 4


Total personel P2K3 ialah sebanyak 2 orang namun belum ada pembagian petugas
K3 pada perusahaan ini.

D. Alur Produksi
Bahan mentah berupa alumunium yang berada di ruang Remelt dilakukan peleburan
atau proses melting, yang hasilnya disalurkan ke ruang pencetakan (die shop). Alumunium
dicetak sesuai permintaan konsumen. Pada proses ini menghasilkan limbah berupa scrap
(potongan alumunium). Setelah pencetakan alumunium dilakukan anodizing. Alumunium
yang sudah di anodizing kemudian dilakukan pengecatan dengan powdercoating. Setelah
itu baru proses fabrication.

E. Landasan Teori
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘Safety’ dan biasanya selalu
dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (Accident) atau
nyaris celaka (Near-Miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan
keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan
pendekatan untuk memperkecil risiko terjadinya kecelakaan.
Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan
keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu
terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya.
Sedangkan pendapat Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara
(2000:161) bahwa istilah keselamatan mencakup kedua istilah yaitu risiko keselamatan
dan risiko kesehatan. Dalam kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu
Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,
kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Risiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong,
luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran.
Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan
mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu usaha untuk
mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan kondisi yang aman
atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian terutama untuk para pekerja

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 5


konstruksi. Agar kondisi ini tercapai di tempat kerja maka diperlukan adanya keselamatan
kerja. Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi
keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat
berjalan dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerja
secara maksimal dan semangat. Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas
dari risiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja. Menurut Suma’mur
pada tahun 1993 keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Kemudian pada tahun 2001
Suma’mur memperbaharui pengertian dari keselamatan kerja yaitu rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
Pengertian di atas hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh
Mangkunegara (2002), bahwa secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai
ilmu dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan
pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar
dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan Alat
Pelindung Diri (APD), perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi.
Slamet (2012) juga mendefinisikan tentang keselamatan kerja.Keselamatan kerja dapat
diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan
kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama
bekerja, karena tidak yang menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia ini. Keselamatan
kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu
dilaksanakan.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
2. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
3. Teliti dalam bekerja

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 6


4. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan.Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti
pernyataan Jackson (1999) bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan
terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.

Dalam melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
1. Identifikasi potensi bahaya
Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh dan
mendetail mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan konsekuensi dari yang
paling ringan sampai dengan yang paling berat. Pada tahap ini harus dapat
mengidentifikasi hazard yang dapat diramalkan (foreseeable) yang timbul dari semua
kegiatan yang berpotensi membahayakan kesehatan dan keselamatan terhadap:
a. Karyawan
b. Orang lain yg berada ditempat kerja
c. Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya
Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :
a. Kerugian harta benda (Property Loss)
b. Kerugian masyarakat
c. Kerugian lingkungan
Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Apa Yang Terjadi Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang komprehensif
tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap elemen.
b. Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi Setelah mengidentifikasi daftar
kejadian sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-penyebab yang
mungkin ada/terjadi.
c. Alat dan Tehnik Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko antara lain
adalah: a. Inspeksi b. Check list c. Hazops (Hazard and Operability Studies) d.
What if e. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) f. Audits g. Critical Incident
Analysis h. Fault Tree Analysis i. Event Tree Analysis j. dan lain-lain. Dalam
memilih metode yang digunakan tergantung pada tipe dan ukuran risiko.

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 7


2. Penilaian Risiko
Terdapat 3 ( tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko di
tempat kerja yaitu untuk :
a. Mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja;
b. Menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja;
c. Melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada.
d. Mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan penanggulangan
yang telah diambil;
3. Pengendalian Risiko
Pengendalian dapat dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko sebagai berikut:
a. Eliminasi Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya
b. Substitusi
1) Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
2) Proses menyapu diganti dengan vakum
3) Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
4) Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
4. Rekayasa Teknik
a. Pemasangan alat pelindung mesin (mechin guarding)
b. Pemasangan general dan local ventilation
c. Pemasangan alat sensor otomatis
5. Pengendalian Administratif
a. Pemisahan lokasi
b. Pergantian shift kerja
c. Pembentukan sistem kerja
d. Pelatihan karyawan
6. Alat Pelindung Diri

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 8


BAB II
PELAKSANAAN

A. Tanggal dan Waktu Pengamatan


Kunjungan perusahaan ke PT Alakasa Extrusindo ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 19
Juli 2017 pukul 14:00 – 16:00 WIB
B. Lokasi Pengamatan
PT. Alakasa Extrusindo Jl. Pulogadung No.4, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur
C. Dokumen Pengamatan
1. Mesin, pesawat dan alat kerja yang digunakan
2. Bahan dan proses kerja terkait K3
3. Landasan kerja
4. SOP kerja (jika memungkinkan)
5. Instalasi listrik
6. Prasarana kerja lainnya, seperti lift, penangkal petir dsb
7. Konstruksi tempat kerja
8. Sarana penanggulangan kebakaran
9. Rambu peringatan (Warning Sign)
10. Alat Pelindung Diri (Personal Protectice Equipment)
11. Tanggap darurat dan jalur evakuasi
12. Kejadian kecelakaan kerja
13. Personil keselamatan kerja

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 9


BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. Mesin, Pesawat dan Alat Kerja yang Digunakan


Kontruksi : Bangunan sesuai kontruksi Factory
Maintenance : Sesuai prosedur pemeliharaan dan Perawatan
Tahun Pemeriksaan
No. Nama Peralatan Merk
Pembuatan Berkala
PRESS
1 Hydraulic Extrusion Press Sutton ( As ) 1991 1x / 1 bulan
2 Birlec Mayor 1991 1x / 3 bulan
Agieng oven 2
Pty (AS)
3 Birlec Mayor 1x / 3 bulan
Agieng oven 1
Pty (AS) 1975
4 stretcher unit Belco (AS) 1991 1x / 3 bulan
5 Puller Belco (AS) 1991 1x / 2 bulan
REMELT
1 Remelt Furnace Guardy Italia 1995 1x / 3 bulan
2 Stein atkinson 1970 1x / 3 bulan
Homogenizing Furnace
stordy Inggris
ANODIZING
1 Pulse Rectifier 2 Elca Italia 1989 1x / 3 bulan
2 Pulse Rectifier 3 Elca Italia 1x / 3 bulan
3 Rectifier 4 Autola Jerman 1984 1x / 3 bulan
4 Rectifier ED Matshui Jepang 1989 1x / 3 bulan
5 Taland Thermal 1x / 3 bulan
Oil Heater 1997
Indonesia
6 Oil Circle pump Sihi Jerman 1997 1x / 3 bulan
POWDER COATING
1 Powder sprayer Hubo Italia 1x / 2 bulan
2 Chain conveyor 1x / 1 bulan
3 Curing oven 1997 1x / 3 bulan
4 Gas burner Riello Italia 1x / 3 bulan
5 Hot Air circulation blower 1x / 3 bulan
6 Chain Oil Injector 1x / 1 bulan
7 Rotary screw air compressor Kaeser Jerman 1997 1x / 1 bulan
8 Air dryer Kaeser Jerman 1997 1x / 1 bulan

B. Bahan & Proses Kerja Terkait K3


Bahan baku terdapat 1 jenis bahan baku yang telah tersertifikasi oleh dinas kesehatan,
berupa billet alumunium dengan komponen alloy. Namun rincian bahan baku tersebut tidak
dapat diuraikan oleh pihak perusahaan.

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 10


C. Landasan Kerja dan SOP
Berdasarkan hasil survey terhadap PT Alakasa Extrusindo Tbk dan wawancara
terhadap bagian produksi yang memimpin survey didapatkan bahwa SOP dibuat oleh
masing-masing bagian perusahaan. Untuk hal mendasar seperti cara menggunakan alat atau
mesin yang digunakan untuk bekerja, safety works, dan hygiene pekerja telah diberikan
pelatihan sebelumnya pada para pekerja saat mulai bekerja di bagian masing-masing.
Sebagai pengingat kembali, SOP kerja ditempelkan di dalam ruang ganti para pekerja.
Namun di sekitar ruang kerja dan disamping alat atau mesin untuk bekerja tidak ada SOP
yang tertera untuk pengingat kembali.

D. Instalasi Listrik
Data Teknis :
1. Jenis/Type : Electrostatic
2. Tegangan : 380 v 50 Hz
3. Luas bangunan : 225 m2
4. Tinggi bangunan :3m
5. Luas Penampang Hantaran : Coaxcial Cable 50 mm2
6. Tinggi Penerima : kurang lebih 7 m
7. Jumlah penerima : 1 buah
8. Jumlah Hantaran Penyalur : 1 buah
9. Sambungan Ukur/Joint Test : 1 buah
10. Jumlah Elektroda Tanah : 4 buah
11. Tahanan sebaran tanah : < 5 ohm
12. Pelaksana pemasang :-
13. Pelaksaan Pemeriksaan dan Pengujian : 19 Juli 2017
PT Alakasa Extrusindo dalam melakukan kegiatan produksinya menggunakan
sumber Listrik yang berasal dari PLN, namun PT Alakasa Extrusindo tetap menyediakan
Generator Set (Genset)/motor diesel sebagai cadangan listrik. Pada saat kunjungan terlihat
sebagian besar mesin dapat menyala terutama pada departemen produksi seperti departemen
ekstrusi, anodizing, dan fabrikasi, sedangkan pada departemen lain kami belum dapat
melihat secara langsung mesin menyala karena pada saat itu alat-alat sedang dimaintenance.
Penerangan dalam kegiatan produksi menggunakan 2 jenis penerangan yaitu penerangan
sumber alami seperti matahari dan sumber buatan seperti lampu.Jumlah penerangan seperti
lampu sudah cukup baik terpasang merata di berbagai tempat.Dalam hasil pengamatan lain

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 11


seperti kabel listrik perlu mendapat perhatian khusus mengenai penggunaan kabel yang
relatif panjang perlu dikemas/ ditutup dan penempatan kabel perlu disusun agar tampak rapi
dan tidak menimbulkan kecelakaan akibat listrik seperti kesetrum.
PT Alakasa Extrusindo sudah membuat instalasi penyalur petir guna menyalurkan
arus petir yang sangat tinggi disalurkan ke bumi (grounding) melalui kabel penyalur sesuai
standar.Namun kami belum sempat melihat secara langsung instalasi penyalur petir
tersebut.
Dari peninjauan kami ke PT. Alakasa Extrusindo, kami dapat menyimpulkan bahwa
penggunaan instalasi listrik sudah baik namun masih ada hal hal yang perlu jadi perhatian
khusus terutama masalah pengemasan kabel guna menciptakan keselamatan kerja yang
baik.

E. Prasarana Kerja Lainnya


1. Tidak tersedia llift di tempat kerja
2. Tersedia penangkal petir di tempat kerja
3. Tersedia hydran di tempat kerja tetapi tidak digunakan optimal

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 12


F. Konstruksi Tempat Kerja
1. Akses keluar-masuk ruangan aman terdiri dari 1 (satu) lobi utama dan 2 (dua) pintu.
Pada lobi utama terdapat akses pintu manual
2. Penerangan pada tempat kerja dan lingkungan kerja telah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Tempat-tempat kerja ini terdiri dari tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-
gang tempat orang bekerja atau yang sering dilalui, telah dilengkapi dengan penerangan
yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Tempat kerja pada bagian produksi memiliki akses ventilasi ke ruang terbuka juga
dilengkapi dengan exhaust internal yang dianggap cukup sehingga dapat mengurangi
bahaya debu, uap dan bahaya lainnya. Filter yang berfungsi menyaring debu yang
mengganggu.
4. Gedung memiliki tata ruang yang tidak berantakan dan rapi tidak ada barang barang
yang berantakan menghalangi akses jalan.
5. Tidak didapatkan informasi akan adanya jaminan keselamatan peralatan, bahan, dan
benda-benda dalam ruangan.
6. Tampak tanda-tanda peringatan pada tempat-tempat tertentu yang merupakan tempat
dengan resiko tinggi. Tanda peringatan juga terdapat pada alat-alat yang dapat memberi
resiko bahaya tertentu.

G. Sarana Penanggulangan Kebakaran


PENGAMATAN STANDAR
Pekerja hampir seluruhnya telah mengetahui letak dari alat Memiliki tim
pemadam api ringan (APAR) oleh beberpa APAR telah penanggulangan
diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dan dicapai juga kebakaran yang terlatih
berwarna merah.
Alat pemadam api ringan (APAR) tidak Memiliki system
seluruhnyaditempatkan pada posisi yang mudah dilihat serta proteksi kebakaran.
dijangkau. Ada APAR yang diletakkan di balik tiang dan Dan terdapat APAR
diletakkan bersamaan dengan barang-barang lainnya. APAR yang pemasanganya
menggantung padatembok dan tiang serta diatas lantai, namun sesuai dengan
jumlahnya sedikit, 1 ruang besar hanya terdapat 3 – 4 APAR. Permenakertrans no.
Tabung alat berwarna merah, bentuk dari tabung tersebut Per-04/MEN/1980
tidak berlubang atau pun cacat. Namun adapun yang belum

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 13


sesuai dengan Permenakertrans No. Per-04/MEN/1980 , salah
satunya adalah seluruh APAR tidak ada tanda segitiga merah
penunjuk APAR, tidak digantung dengan ketinggian 1,20 m
dan juga tidak terdapat adanya lemari atau peti untuk
penyimpanan tabung tersebut.
Tanggal pemeriksaan berkala pada APAR tercatat Melaksanakan
dilaksanakan dalam tahun 2017 ini baru sekali yaitu bulan pemeriksaan dan
Juli 2017. pengujian komponen
yang berkaitan dengan
penaggulangan
kebakaran minimal 6
bulan 1 kali.

H. Alat Pelindung Diri (APD) / Personal Protective Equipment (PPE)


APD PENGAMATAN STANDAR
Helm Berwarna kuning Pekerja tidak Pekerja yang di tempat
(di tempat berbahan keras, menggunakan helm, fabrikasi, ekstrusi,
fabrikasi, berguna sebagai karena pekerja merasa remodelling, anodizing,
ekstrusi, pelindung kepala tidak nyaman. powder coating
remodelling, dari benturan, menggunakan helm.
anodizing, terantuk atau
powder kejatuhan benda.
coating)
Masker gas Berwarna hitam. Pekerja tidak Pekerja seharusnya
(Anodizing Terdapat elemen menggunakan masker gas. menggunakan masker
area) penyaring. gas pada area yang
Untuk menyaring menghasilkan uap.
udara saat bekerja
dan mencegah
terhirupnya gas
dan uap.
Masker Berwarna Putih Pekerja tidak Pekerja seharusnya
debu berbahan kain, menggunakan masker, menggunakan masker.

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 14


(powder dengan tali karena merasa tidak Masker harus menutupi
coating area) sebagai pengait, nyaman. mulut dan hidung.
berfungsi untuk
menyaring debu
dan cegah
terhirupnya
partikel-partikel
kecil.
Sarung Berbahan kain, Pekerja sebagian besar Seharusnya pekerja yang
Tangan karet, sebatas menggunakan sarung memiliki kontak dengan
(Tempat pergelangan tangan karet biasa atau bahan kimia, ataupun
fabrikasi, tangan, berfungsi sarung tangan kain, sarung panas ataupun mesin
ekstrusi, untuk melindungi tangan juga hanya sebatas harus menggunakan
remodeling, tangan dari pergelangan tangan dan sarung tangan sesuai
powder pajanan api, dan hanya satu tangan. standar, termasuk jika
coating, percikan bahan ada pekerjaan yang
anodizing) kimia, benturan, membutuhkan sarung
luka. tangan panjang.
Sepatu Sepatu yang Sebagian besar pekerja Semua pekerja
(Quality digunakan tidak menggunakan menggunakan sepatunya
Control, berwarna merah, sepatunya, karena mereka
laboratorium, berbahan kanvas beralasan lebih nyaman
Prosessing dengan alas karet. menggunakkan sendal
Area) Berguna untuk jepit.
melindungi kaki
dari bahan kimia,
bahaya panas,
dan benturan juga
luka.

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 15


Kacamata Sebagai Semua pekerja tidak Semua pekerja
safety pelindung mata menggunakan kacamata menggunakan kacamata
(Tempat ketika bekerja safety safety
fabrikasi, dan mencegah
ekstrusi) mata dari terkena
benda asing
Pelindung Berfungsi sebagai Tidak semua pekerja Semua pekerja
wajah (face pelindung wajah menggunakan pelindung menggunakan pelindung
shield) dari percikan wajah wajah pada saat
(Tempat benda asing dilakukan penyemprotan
powder maupun kimia pada profil untuk
coating) saat bekerja mencegah terpaparnya
bahan kimia pada wajah

I. Tanggap Darurat dan Evakuasi

Gambar : Alat Pemadam Kebakaran (Sumber : Data Primer, 2017)

TANGGAP
DARURAT & PENGAMATAN STANDAR
EVAKUASI
Fire Alarm Tidak terdapat alarm kebakaran baik Terdapat di semua ruangan,
di dalam maupun di luar ruangan. dan juga terdapat di luar
ruangan, di setiap lorong

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 16


Emergency Lamp Tidak terdapat Emergency Lamp Terdapat Emergency Lamp
di semua ruangan
Jalur Evakuasi Tangga darurat dan tangga umum Tangga darurat dan tangga
terdapat pada gedung kantor. Namun umum, Pintu – pintu jalur
dikarenakan gedung pabrik bukan evakuasi mudah terlihat dan
merupakan bangunan tingkat maka semuanya tidak ada yang
tidak terdapat tangga darurat maupun ditemui dalam keadaan
tangga umum. terkunci.
Tidak terdapat pintu-pintu evakuasi Jalur cukup terawat dengan
maupun jalur evakuasi. baik, terbuka, tidak terdapat
benda yang membahayakan
disekitar area evakuasi,
cukup lebar, dan untuk
menuju titik area evakuasi
dapat menggunakan jalur
yang sudah ditandai dengan
garis- garis kuning.
Rambu – Rambu Tidak terdapat rambu-rambu yang Rambu – rambu yang
Jalur Evakuasi menunjukan lokasi jalur evakuasi menunjukan lokasi jalur
Tidak terdapat peta jalur evakuasi evakuasi cukup jelas,
Tidak terdapat titik berkumpul berwarna hijau dengan
kondisi yang cukup baik.
Peta jalur evakuasi juga jelas
terdapat di setiap ruangan.
Tempat berkumpul Titik
Point berada pada lahan
yang kosong.
APAR ( Alat Terdapat APAR di setiap ruangan dari Terdapat di setiap lorong,
Pemadam Api masing-masing departemen. Namun dalam keadaan baik,mudah
Ringan) APAR tidak di lengkapi tata cara dijangkau. terdapat cara
penggunaannya. penggunaan, maintenance
Letak apar juga kurang baik nyadilaksanakan sesuai
dikarenakan banyak benda yang aturan, sesuai dengan

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 17


menghalangi APAR tersebut. seharusnya pengecheckan
Dalam 1 tahun maintenance dilakukan 6 bulan sekali
dilaksanakan sebanyak 2 sampai 3
kali.

Setiap bagian / divisi di PT. Alakasatidak memiliki tim yang bertanggung jawab dalam
keadaan darurat. Setiap bagian dilengkapi peralatan P3K umum dan absensi pekerja.Tidak
ada yang bertugas untuk menyisir bagian / divisi masing – masing untuk keluar dari gedung
serta mengevakuasi dokumen – dokumen penting saat terjadi keadaan darurat dan
memastikan tidak adanya pekerja yang tertinggal.

J. Kejadian Kecelakaan Kerja (KAK)


Temuan PENGAMATAN STANDAR
Angka kejadian Menurut PT. Alakasa Seharusnya pimpinan PT.
kecelakaan kerja Extrusindo angka kejadian Alakasa Extrusindo lebih
(saat ditanyakan ke pihak kecelakaan kerja cukup memperhatikan keselamatan
PT. Alakasa Extrusindo) banyak. Menurut mereka, kerja pegawainya dengan
kecelakaan kerja yang sering menerapkan budaya K3 di
terjadi yaitu tenaga kerja perusahaannya serta
tertimpa oleh material melakukan pengawasan dan
aluminium yang tidak jadi pembinaan terhadap
dan terluka akibat kurangnya penerapan keselamatan
kewaspadaan tenaga kerja kerja.Kecelakaan kerja yang
saat bekerja terutama di terjadi dalam tempat kerja
bagian pemotongan yang wajib dilaporkan oleh
berada di divisi fabrikasi. pengurus kepada pejabat yang
Kami tidak mendapat data ditunjuk oleh Menteri Tenaga
yang menggambarkan tingkat Kerja
angka kejadian kecelakaan di
perusahaan tersebut.
Angka kejadian Spanduk dan poster tentang Pihak pimpinan PT. Alakasa
kecelakaan kerja keselamatan kerja dan Extrusindo sebaiknya lebih
(setelah dilakukan peraturan tentang penggunaan memperhatikan keselamatan

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 18


kunjungan perusahaan) alat pelindung diri di setiap kerja bagi tenaga kerjanya
bidang perusahaan masih agar produktivitas dapat
sangat kurang. meningkat, yaitu dengan
Dalam penggunaan alat melakukan promosi
pelindung diri, masih banyak kesehatan, seperti misalnya
pegawai yang belum tepat apa itu apd, dan untuk apa
menggunakannya maupun menggunakannya dan
tidak menggunakannya, bagaimana caranya, dan saat
sehingga risiko terjadinya sampai ke tahapan evaluasi,
kecelakaan kerja di benar-benar dievaluasi apakah
perusahaan tersebut sangat ada perubahan perilaku dari
besar. pegawainya untuk mencegah
kecelakaan kerja, seperti
misalnya penggunaan apd
yang baik dan benar.

K. Personil Keselamatan Kerja


Pada perusahaan PT. Alakasa Extrusindo personil keselamatan kerja dibuat dalam
bentuk kepanitiaan yang disebut dengan P2K3, yaitu Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang memiliki Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris serta team-team yang
terbagi lagi dibawahnya. Panitia ini memiliki spesifikasi seperti berikut ini:
1. Total anggota P2K3 : 3 orang (Direktur, Dokter dan Ahli K3)
2. Petugas P3K : Belum dibagi sesuai dengan jumlah anggota
3. Pelatihan : Pelatihan kebakaran, Tanggap Darurat untuk Pemadam
Kebakaran dan Pelatihan Kebersihan Lingkungan
4. Sertifikasi P3K : Sedang dalam proses sertifikasi
5. Proses Kerjanya : Bekerja sesuai apabila ada kejadian darurat atau
kebakaran
6. PJK3 : Sesuai kualifikasinya masing-masing :
7. AK3 Umum : 1 orang, telah sertifikasi

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 19


BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

No Unit Kerja Permasalahan Dasar hukum Saran


1 Konstruksi Dari segi Undang-undang dasar Ditambahkan
tempat kerja keselamatan no 1 tahun 1970, adanya informasi
konstruksi semuanya undang-undang no 18 keselamatan
sudah baik, namun tahun 1999 tentang jasa peralatan, bahan,
masih belum konstruksi. dan benda-benda
terdapat adanya dalama ruangan.
informasi mengenai
keselamatan
peralatan, bahan, dan
benda-benda dalam
ruangan.

2 Sarana Tidak semua pekerja Permenakertrans No Dilakukannya


penanggulangan dari PT. Alakasa 4/MEN/tahun 1980 sosialisasi dari
kebakaran Extrusindo tersebut perusahaan terhadap
mengetahui cara para perkerja
penggunaan alat-alat tentang
penanggulangan penanggulangan
kebakaran. kebakaran dan cara
penggunaan alat
pemadam api ringan
(APAR) dan
Hydrant.

3 Alat pelindung Dari perusahaan Peraturan menteri Perusahaan bersedia


diri tersebut belum tenaga kerja dan menyediakan APD
ditemukan dokumen transmigrasi RI nomor yang sesuai dengan
tertulis (tertulis PER.08/MEN/VII/2010 standard dan hazard
dalam SOP) standar tentang Alat Pelindung yang ada di
APD yang Diri lingkungan tempat
digunakan untuk kerja. Selain itu
masing-masing lebih baik lagi
pekerjaan, belum ada apabila sebelum
penjelasan (briefing) memulai pekerjaan
mengenai APD diberikan suatu
briefing singkat
mengenai
pentingnya APD
dan cara
penggunaan APD
yang baik dan
benar.

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 20


4 Tanggap darurat Pada PT. Alakasa Undang-undang no 18 Pemasangan rambu
dan jalur Extrusindo belum tahun 1999 tentang jasa evakuasi yang
evakuasi ditemukan adanya konstruksi mudah terlihat dan
rambu evakuasi dan Undang-undang dasar mudah dipahami
tidak terdapat titik no 1 tahun 1970 oleh pekerja, serta
kumpul bila terjadi Undang-undang No 28 ditentukan jalur
keadaan darurat. tahun 2002 tentang evakuasi dan titik
bangunan gedung. kumpul bila terjadi
suatu keadaan
darurat.

5 Personil Personil Peraturan perundangan Masukan untuk


keselamatan Keselamatan kerja UU No. 1 tahun 1970 perusahaan yang
kerja pada perusahaan ini (Pasal 10 ayat 1, 2) terkait dengan
masih kurang, belum yang mewajibkan masalah personil
terdapat pembagian perusahaan untuk keselamatan kerja
divisi pada bidang membentuk P2K ini, yaitu diharapkan
K3 dan belum bagian personil ini
diadakan pelatihan menyusun
yang diadakan oleh pembagian divisi
personil keselamatan pada bidang K3
kerja. terkait dengan
masalah
keselamatan kerja
dan membuat
penyusunan
program eselamatan
kerja dan juga lebih
meningkatkan
upaya-upaya
promosi tentang
keselamatan kerja
pada tenaga-tenaga
kerja di perusahaan
tersebut.

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 21


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari risiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Pada beberapa bagian dari pabrik ini
seperti pada bagian instalasi listrik, dapat disimpulkan penggunaan instalasi listrik sudah
baik namun masih ada hal hal yang perlu jadi perhatian khusus terutama masalah
pengemasan kabel guna menciptakan keselamatan kerja yang baik.
Pada hal konstruksi tempat bekerja, dapat disimpulkan bahwa tanda-tanda peringatan
masih sangat kurang dan tampak berdebu sehingga tidak bisa terlihat dengan jelas. Pada
pekerjanya sendiri masih kurang adanya kesadaran penggunaan APD saat melakukan
pekerjaan mereka.
Dari segi alat pemadam kebakaran, dapat dikatakan masih kurang dikarenakan
letaknya yang terkadang terhalang oleh benda lain dan juga dari segi perawatan alatnya
sendiri masih sangat kurang. Tidak terdapatnya jalur evakuasi dan titik kumpul merupakan
salah satu masalah pada perusahaan ini yang dapat timbulkan risiko terjadinya korban jiwa
pada saat adanya kecelakaan pada saat kerja. Masih kurangnya personil di bidang
keselamatan kerja

B. Saran
Perlunya peran serta pabrik dalam hal meningkatkan sistem manajemen kesehatan
dan keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak
hanya bagi para pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat tercapai peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional. Perusahaan
perlu mengusahakan penambahan rambu-rambu tanda bahaya pada tempat kerja, adanya
sosialisasi tentang kebakaran dan penggunaan APAR pada saat kejadian kebakaran, perlunya
jalur evakuasi dan titik kumpul jika terjadi bencana, menyediakan APD sesuai standar yang
ada dan pembagian personil untuk bidang K3.

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 22


BAB VI
PENUTUP

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan
dari risiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak selalu
berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan
yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor
di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja,
tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai
peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 23


PERBAIKAN LAPORAN

Pelatihan HIPERKES & KK, Juli 2017 | 24

Anda mungkin juga menyukai