KELOMPOK 1
HYGIENE INDUSTRI
dr. Biondy
dr. Ahmad
dr. Romario
dr. Anita
dr. Anggi
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
1
perusahaan. Sedangkan menurut Sumakmur, higiene perusahaan adalah
spesialisasi dalam ilmu higiene beserta praktiknya dengan mengadakan penilaian
kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan
kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar
tindakan korektif kepada lingkungan tersebut, serta apabila diperlukan berupa
tindakan pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan terhindar
dari bahaya akibat kerja, serta diharapkan dapat mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Setiap perusahaan diharapkan mampu menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan dan Kerja (SMK3) dalam perusahaannya masing-
masing, di mana sistem tersebut menjadi suatu siklus yang tidak terputus dan
berkesinambungan.SMK3 dimulai dengan penerapan K3, evaluasi dan peninjauan
ulang hingga pada akhirnya peningkatan berkelanjutan. Salah satu tahapan yang
paling penting dari siklus tersebut adalah penentuan hazard (potensi bahaya) yang
terdapat pada perusahaan dan dapat menjadi faktor risiko bagi tenaga kerja, baik itu
dari faktor fisik, kimia maupun biologi.
Melihat pentingnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan dan Kerja (SMK3) dan higiene perusahaan sebagai bentuk upaya
pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan akibat
proses produksi perusahaan, maka pada hari Senin, 14 Desember 2015 telah
dilakukan kunjungan ke sebuah perusahaan yang terletak di daerah Jakarta Timur,
yaitu PT. Alakasa Extrusindo Tbk. Kunjungan perusahaan bagi tim penyusun ini
lebih difokuskan untuk:
1. Mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di PT. Alakasa Extrusindo Tbk
2. Mengidentifikasi potensi bahaya faktor fisik, kima, dan biologis di PT. Alakasa
Extrusindo Tbk
3. Mengetahui pengelolaan limbah industri di PT. Alakasa Extrusindo Tbk
Selanjutnya, dilakukan analisis masalah terhadap data-data yang diperoleh di
lapangan dan kemudian dilakukan upaya alternatif pemecahan masalah yang ada di
PT. Alakasa Extrusindo Tbk. Diharapkan alternatif pemecahan masalah yang
ditawarkan dalam proses tersebut dapat diterapkan kepada seluruh karyawan yang
2
terlibat sehingga dapat mengurangi potensi adanya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja guna memaksimalkan kinerja para karyawan.
3
4. Visi, Misi, dan Nilai Utama:
Visi: Menjadi perusahaan aluminium ekstrusi yang menyediakan dan
melayani kebutuhan melebihi ekspektasi konsumen
Misi: adapun misi kebijakan mutu dan aplikasa ISO 9001 “dari baik,
menjadi lebih baik, dan yang terbaik harus menjadi nyata”
Nilai Utama: Nilai utama dari PT.Alakasa Extrusindo Tbk. adalah BIISA,
yaitu:
o BANGKIT: lakukan perubahan dan pembaharuan.
o INOVASI: tingkatkan mutu kerja dan hasil secara
berkesinambungan.
o IMPROVEMENT: dengan kejujuran dan ketulusan hati.
o SELARAS: serta budaya kerja penuh semangat dan bertanggung
jawab.
o ANTUSIAS: wujudkan PT. Alakasa Extrusindo sebagai pilihan
utama dalam aluminium ekstrusi.
5. Kegiatan Usaha: PT. Alakasa Ekstrusindo Tbk memiliki kegiatan usaha
ekstrusi aluminium.
6. Jumlah Karyawan: Total karyawan di PT. Alakasa Ekstrusindo Tbk adalah
175 orang.
7. Jam Kerja Karyawan:
Factory:
- Shift I : 08.00 – 16.00
- Shift II : 16.00 - 24.00
- Shift III: 24.00 – 08.00
Office : 08.00 - 16.30
8. Jaminan Asuransi Kesehatan: BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
serta BUMIDA.
9. P2K3 di PT. Alakasa Extrusindo Tbk: P2K3 baru didaftarkan dan belum
dijalankan. Ahli K3 sudah ditunjuk oleh perusahaan tapi belum ada pelatihan
Hiperkes dan sertifikasi.
4
1.4 ALURPRODUKSI
A. Hygiene Industri
Hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mengajarkan tata cara untuk
mempertahankan kesehatan jasmani, rohani, dan sosial untuk mencapai
tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, serta sebagai suatu usaha
pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan
perseorangan atau manusia beserta lingkungannya.
5
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja
Beberapa faktor mempengaruhi kesehatan kerja daripada tenaga kerja antara
lain faktor fisik, faktor biologis, faktor kimia, sanitasi industri, dan pengolahan
limbah.
Faktor Fisik
1) Bising:
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
Jenis kebisingan:
- Kebisingan terus-menerus: dihasilkan oleh mesin-mesin yang
berputar;
- Kebisingan terputus-putus: seperti suara pesawat terbang di udara;
- Kebisingan menghentak: seperti suara dentuman meriam, bom
meledak.
Akibat kebisingan:
Tipe Uraian
Perubahan ambang batas sementara
Kehilangan akibat kebisingan, perubahan
pendengaran ambang batas permanen akibat
Akibat
kebisingan
lahiriah
Rasa tidak nyaman atau stress
Akibat fisiologis meningkat, tekanan darah meningkat,
sakit kepala, bunyi dering
Gangguan
Kejengkelan, kebingungan
emosional
Gangguan tidur atau istirahat, hilang
Gangguan
Akibat konsentrasi waktu bekerja, membaca
gaya hidup
psikologis dan sebagainya.
Merintangi kemampuan
Gangguan
mendengarkan TV, radio,
pendengaran
percakapan, telpon dan sebagainya.
6
perlu diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber
bising, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon,
pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata letak ruang dan
penggunaan alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak mengganggu
kesehatan atau membahayakan.
2) Getaran:
Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda
atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan.
Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor sehingga
pengaruhnya bersifat mekanis.
Jenis getaran:
- Getaran seluruh tubuh, mempunyai frekuensi 1-80 Hz;
- Vibrasi segmental, dapat memapari tubuh pekerja seperti lengan
dan tangan. Getaran ini mempunyai frekuensi 5 – 1500 Hz.
4) Pencahayaan:
Sifat-sifat pencahayaan yang baik:
- Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan;
- Pencegahan kesilauan;
- Arah sinar;
- Warna;
- Panas penerangan terhadap keadaan lingkungan.
Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap penglihatan:
- Iritasi, mata berair dan mata merah
- Penglihatan rangkap
- Sakit kepala
7
- Ketajaman penglihatan menurun, begitu juga sensitifitas terhadap
kontras warna juga kecepatan pandangan
- Akomodasi dan konvergensi menurun
8
Faktor Biologis
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah
Kepres No. 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja
(point) penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminan khusus.
Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan
produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
Faktor biologis dapat dikategorikan menjadi:
1. Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya);
2. Arthopoda (crustacea, arachmid, insect);
3. Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis,
asma);
4. Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan
hewan invertebrata (protozoa, ascaris).
Faktor biologis dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara:
1. Inhalasi/ pernafasan (udara terhirup)
2. Ingesti/ saluran pencernaan
3. Kontak dengan kulit
4. Kontak dengan mata, hidung, mulut.
Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat
dihindari dengan pencegahan antara lain dengan:
1. Administrasi kontrol seperti administrasi kesehatan awal karyawan
baru, pemeriksaaan kesehatan secara berkala bagi karyawan lama;
2. Dilarang makan dan minum di area produksi;
3. Menjaga kebersihan kebersihan perseorangan/individu;
4. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular
lewat debu yang mengandung organisme patogen dengan cara
menutupi hidung dan mulut dengan tujuan untuk menghindari debu
respirabel (< 10 mikrometer);
5. Menggunakan sarung tangan yang menutupi sampai siku saat
menuangkan bahan baku;
9
6. Desinfeksi secara teratur terhadap lantai, dinding dan peralatan
produksi.
7. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak
satu kali setiap bulan;
8. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada sistem pendingin;
9. Menggunakan alas kaki dan baju khusus dalam area produksi untuk
menghindari kontaminasi mikroorganisme dari luar;
10. Sebelum dan sesudah bekerja dalam area produksi diharuskan
mencuci tangan di air mengalir dan sabun;
11. Pengontrolan suhu dan kelembaban udara dengan menggunakan
pendingin ruangan untuk menekan pertumbuhan dari mikroorganisme;
12. Melakukan pengolahan terhadap limbah produksi.
Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan
mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.
Salah satunya kantin atau tempat makan para pekerja berada di ruangan
tertutup sehingga lalat tidak dapat keluar masuk dan hinggap pada makanan
pekerja.
Faktor Kimia
Faktor kimia merupakan salah satu sumber bahaya potensial bagi pekerja.
Bahan kimia yang didefinisikan sebagai unsur kimia, senyawa, dan
campurannya yang bersifat alami maupun buatan (sintetis) selalu terdapat di
setiap proses industri. Paparan terhadap zat-zat kimia tertentu di tempat kerja
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, baik dalam jangka waktu pendek
maupun panjang. Untuk memahami faktor kimia di tempat kerja, seorang ahli
K3 harus memiliki pengetahuan tentang efek toksik dan sifat dari suatu zat
kimia. Identifikasi zat kimia berbahaya dapat dilakukan dengan melihat
pelabelan bahan kimia dan Material Safety Data Sheet (MSDS).
10
1) Klasifikasi (berdasarkan bentuknya):
Partikulat, yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang
mendispersi di udara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya
sehingga kecepatan jatuhnya mempunyai stabilitas cukup sebagai
suspensi di udara. Bentuk ini memiliki ukuran 0.02-500µm. Yang
termasuk dalam bentuk partikulat diantaranya adalah sebagai berikut.
- Debu: merupakan suspensi partikel benda padat di udara. Butiran
debu ini dihasilkan oleh pekerjaan mekanisasi, seperti pekerjaan
yang berkaitan dengan gerinda, pemboran, pemecahan, dan
penghancuran material padat. Ukuran debu dapat bervariasi mulai
dari yang dapat terlihat dengan mata telanjang (50µm) sampai
dengan yang tidak terlihat. Partikel debu yang berukuran kurang
dari 10µm dapat membahayakan kesehatan karena dapat terhirup
dan masuk ke dalam paru-paru, dan yang berukuran 0.5 – 4 µm
dapat terdeposit pada alveolus paru, seperti debu kapas, silica, dan
asbes.
- Fume: adalah partikel-partikel benda padat hasil kondensasi bahan-
bahan dari bentuk uap, biasanya terjadi setelah penguapan dari
logam cair. Uap dari logam cair terkondensasi menjadi partikel-
partikel padat di dalam ruangan logam cair tersebut, misalnya pada
pekerjaan penyolderan, pengelasan, atau peleburan logam.
Contoh: metal fume pada peleburan logam seperti ZnO dan PbO.
- Kabut (fog): adalah sebaran partikel-partikel cair di udara sebagai
hasil proses kondensasi dari bentuk uap atau gas melalui proses
electroplanting dan penyemprotan di mana cairan tersebar,
terpercik atau menjadi busa partikel buih yang sangat kecil. Contoh:
kabut minyak yang dihasilkan selama operasi memotong dan
gerinda.
- Asap (smoke): adalah partikel-partikel karbon yang mempunyai
ukuran kurang dari 0.5µm dan bercampur dengan senyawa
hidrolarbon sebagai hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan
bakar, seperti hasil pembakaran batubara.
11
- Smog: adalah bentuk suspense antara smoke dan fog bersama di
udara. Smog terdapat pada pekerjaan pembuihan.
Non Partikulat
- Gas adalah molekul dalam udara yang menempati ruang yang
tertutup dan dapat diubah menjadi cairan atau keadaan padat
dengan pengaruh dari gabungan kenaikan tekanan dan
pengurangan suhu. Gas dapat berdifusi dengan cara menjalar atau
menyebar. Contoh : bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon
dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan normal, dapat
diubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan suhu dan
penambahan tekanan.
- Uap adalah bentuk gas dari suatu bahan yang dalam keadaan
normal berbentuk padat atau cairan pada suhu dan tekanan ruang.
Uap dapat dirubah kembali menjadi padat atau cair dengan
menambah tekanan atau menurunkan suhu. Bahan-bahan yang
memiliki titik didih yang rendah lebih mudah menguap dari pada
yang memiliki titik didih yang tinggi. Contoh bentuk uap adalah uap
air, uap minyak, uap merkuri, uap toluen.
12
- Iritasi saluran pernapasan oleh karena bahan-bahan kimia
berupa bercak-bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa
terbakar apabila terkena pada daerah saluran pernapasan bagian
atas (hidung dan kerongkongan).
Bahan kimia bersifat asfiksian merupakan bahan kimia yang dapat
menyebabkan asfiksia, yaitu keadaan sesak napas dihubungkan
dengan gangguan proses oksigensi dalam jaringan tubuh, sehingga
menimbulkan sensasi tercekik dan dapat menyebabkan kematian.
Terdapat dua jenis asfiksia, yakni:
- Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini
berhubungan dengan kadar oksigen di udara yang digantikan dan
didominasi oleh gas seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane,
hydrogen atau helium yang kadar tertentu mempengaruhi
kelangsungan hidup.
- Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia).
Pada situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi
dan mengganggu kemampuan tubuh untuk mengangkut dan
menggunakan zat asam, sebagai contoh adalah karbon monoksida,
nitrogen, propan, argon, dan metana.
13
Bahan kimia karsinogenik. Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa
menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali, menimbulkan
tumor (benjolan-benjolan) yang bersifat karsinogen. Tumor tersebut
mungkin baru muncul setelah beberapa tahun bevariasi antara 4 tahun
sampai 40 tahun. Bahan kimia seperti arsenic, asbestos, kromium,
nikel dapat menyebabkan kanker paru-paru.
Bahan kimia fibrotic merupakan bahan kimia yang bila masuk ke dalam
tubuh dapat menyebabkan terbentuknya jaringan fibrotik, seperti
pneumoconiosis. Pneumoconiosis adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh mengendapnya partikel-partikel debu halus daerah
pertukaran gas dalam paru-paru dan adanya reaksi dari jaringan paru
dan membentuk jaringan fibrotik. Contoh bahan-bahan yang
menyebabkan pneumoconiosis adalah crystalline silica, asbestos, talc,
batubara dan beryllium.
14
4) Pengendalian: Pengendalian potensi bahaya kimia dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti:
Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan
tentang: nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya
ke tubuh, efek paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan
pertama keracunan.
Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia
yang dibuat oleh suatu perusahaan, berisikan antara lain
kandungan/komposisi, sifat fisik dan kmia, cara pengankutan dan
penyimpanan, informasi APD sesuai NAB, efek terhadap kesehatan,
gejala keracunan, pertolongan pertama keracunana, alamat dan nomer
telepon pabrik pembuat atau distributor.
Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai
kewajiban , melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur
kerja aman, penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan
pengetahuan K3 di bidang kimia.
Prinsip pengendalian bahan kimia di lungkungan kerja dilakukan
dengan tahapan sebaai berikut:
- Pengendalian secara teknis
a. Substitusi
b. Isolasi
c. Ventilasi (alamiah dan buatan)
- Pengendalian administrasi
a. Pemilihan bahan produksi potensi bahaya serendah mungkin
b. Labelling. Telah dijelaskan sebelumnya.
c. Penyimpanan bahan sesuai dengan kelompok sifat dan besar
potensi bahaya
d. Penanganan limbah dan sampah kimia secara khusus dan
benar.
Dasar hukum yang mengatur pengendalian bahan kimia berbahaya
adalah keputusan menteri tenaga kerja RI, No.Kep.187/MEN/1999.
15
Sanitasi Industri
Prinsip dasar sanitasi terdiri dari:
Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga
kebersihan;
Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh industri dalam
menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP);
Sanitasi dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit pada tenaga kerja
dan lingkungan sekitar perusahaan;
Manfaat yang diperoleh bagi konsumen bila industri pangan adalah,
konsumen terhindar dari penyakit atau kecelakaan karena keracunan
makanan;
Manfaat yang diperoleh bagi produsen adalah produsen dapat
meningkatkan mutu dan umur simpan produk, mengurangi komplain dari
konsumen;
Mengurangi biaya recall.
Praktik sanitasi meliputi pembersihan, pengelolaan limbah, dan higiene
pekerja yang terlibat.
16
3) Sanitasi makanan: Sanitasi makanan memegang peranan penting dalam
proses produksi. Sanitasi makanan berhubungan langsung kepada tenaga
kerja ataupun proses produksi dalam industri pangan. Sanitasi makanan
merupakan usaha pencegahan penyakit, dapat menjadi pertimbangan
ekonomi dalam penyediaan makanan dan merupakan pencegahan
penyakit yang efektif. Hal–hal yang diperhatikan dalam sanitasi makanan
adalah:
Kebersihan makanan à penyediaan bahan makanan, pengolahan
makanan, pengangkutan bahan makanan dan penyajian makanan
Kebersihan peralatan
Kebersihan fasilitas
Kantin dan ruang makan
Keracunan makanan
4) Pencegahan dan pembasmian vektor dan roden: Vektor adalah binatang
yang berperan dalam pemindahan penyakit dari sumbernya ke manusia.
Contoh-contoh vektor seperti tikus, lalat, nyamuk, kecoa, kutu dan lain-
lain. Masing-masing vektor membawa penyakit tertentu dan dapat
mengenai tenaga kerja, sehingga dapat menurunkan produktivitas.
Pengendalian vektor dapat dilakukan oleh pihak perusahaan sendiri
ataupun memakai jasa pengendalian vektor profesional.
5) Penyediaan fasilitas kebersihan: Fasilitas kebersihan merupakan hal yang
mutlak harus tersedia dalam industri. Memgang peranan penting dalam
proses produksi. Fasilitas kebersihan menjamin tenaga kerja untuk
menjalankan fungsi-fungsi biologis seperti buang air kecil, buang air besar,
makan, tempat ganti pakaian, dan lain-lain. Hal – hal yang termasuk
fasilitas kebersihan, yaitu:
WC (kakus) à memenuhi syarat-syarat wc sehat, jumlah wc sebanding
dengan jumlah pekerja.
Tempat cuci.
Tempat mandi à membersihkan badan sebelum pulang.
Tempat baju kerja (locker) à tempat ganti pakaian sebelum dan
sesudah kerja.
17
Ruang makan dan kantin à memenuhi syarat – syarat rumah makan
sehat atau kantin sehat.
Pengolahan Limbah
Limbah industri merupakan buangan yang keberadaannya di tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Limbah industri tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu yang
memiliki nilai ekonomis berupa limbah yang dengan melakukan proses lanjut
akan memberi nilai tambah, serta limbah yang tidak mempunyai nilai
ekonomis berupa limbah yang diolah dalam bentuk proses apapun tidak
dapat memberikan nilai tambah tetapi hanya dapat mempermudah sistem
pembuangan.
Limbah padat dan cair yang dihasilkan akibat proses produksi sebaiknya
ditempatkan pada bak sampah tersendiri yang telah dipilah-pilah berdasarkan
jenisnya serta apakah termasuk limbah B3 atau bukan. Untuk limbah yang
bukan termasuk B3 perlu dipilah lagi apakah bisa didaur ulang atau bisa
langsung dibakar atau dikubur. Yang termasuk kedalam limbah B3 adalah
limbah industri yang mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
berbahaya, dimana limah B3 tersebut merupakan bahan dalam jumlah sedikit
tetapi mempunyai potensi mencemari dan merusak lingkungan hidup dan
sumber daya.Limbah cair yang dihasilkan industri harus diolah terlebih dahulu
sesuai dengan spesifikasinya.Kontainer tempat menampung limbah yang
termasuk kategori B3 tidak boleh bocor, sampah tidak boleh tercecer pada
waktu pengumpulan dan penyimpanan sementara sebelum dibawa ke tempat
pembuangan akhir B3. Secara umum, pengolahan limbah industri dapat
dilakukan melalui 3 proses, yaitu:
1) Proses pengolahan secara fisika:
Sedimentasi,yaitu suatu proses pemisahan bahan padat dari cairan
secara gravitasi.
Flotasi, yaitu memisahkan partikel dengan densitasnya, menggunakan
aliran udara yang dimasukkan kedalam sistim.
18
Separasi minyak-air, yaitu dengan memisahkan bagian terbesar
minyak dari aliran limbah dengan menggunakan prinsip dasar
perbedaan spesifitas gravities anatara air dan minyak yang dibuang.
2) Proses pengolahan secara kimiawi:
Koagulasi-presipitasi, yaitu pencampuran bahan kimia secara merata
menjadi gumpalan-gumpalan yang cukup besar.
Netralisasi, yaitu proses untuk menurunkan sifat asam atau basa
dalam air.
3) Proses pengolahan secara biologi:
Aerobic suspended growth process, yaitu memasukkan air limbah
kedalam reaktor concrete steel earthen tank dengan aliran konsentrasi
yang sangat tinggi.
Aerobic attached growth process, yaitu proses mikroorganisme
dimasukkan kedalam beberapa media.
Aerobic lagoons (kolam stabilisasi), yaitu kolam tanah yang luas dan
dangkal untuk mengolah air limbah dengan menggunakan proses
alami dengan melibatkan ganggang dan bakteri.
Anaerobic lagoons, yaitu air limbah mentah bercampur dengan massa
microbial aktif dalam lapisan sludge.
Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat
bantu yang dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara
sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang
terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa cara
menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang
terbawah bersamanya.
19
Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada
pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan
materi partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk
menghilangkan materi partikulat;
Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas
karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah
katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran;
Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat
dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan
sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas
buang yang merupakan polutan.
Filter Udara:
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau
stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara
bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang
ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah
penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang
baru.Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas
buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak,
apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya
Pengendap Siklon:
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu /
abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang
berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya
sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan
melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif “berat”
akan jatuh ke bawah.Ukuran partikel / debu / abu yang bisa
20
diendapkan oleh siklon adalah antara 5 µ - 40 µ. Makin besar ukuran
debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
Filter Basah:
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors.
Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor
dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara
yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu
kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke
bawah.Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip
kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu.
Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan
suatu alat penangkap debu yang dinamakan:
Pengendap Elektrostatik:
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara
yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor
udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan
udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif
bersih.Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC)
yang mempunyai tegangan antara 25-100 kv. Alat pengendap ini
berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif,
sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat
silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya
21
perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona
discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara
kotor seolah-olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion
negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing
akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion
negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan
berada di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.
22
BAB II
PELAKSANAAN
Dilakukan pengamatan pada hari Senin, 4 Juli 2021, pukul 08.30 – 12.00 WIB
oleh kelompok I (Hygiene Industri).
Lokasi pengamatan adalah di Jl. Pulogadung 4 Rawa Terate Cakung Jakarta Timur
–13920 , Indonesia Phone : 62-21-4608855
23
BAB III
HASIL PENGAMATAN
1) Bising
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, alat-alat yang digunakan
untuk menunjang kegiatan perusahaan, baik dalam proses produksi,
penyimpanan maupun pengangkutan di PT. Alasaka Extrusindo merupakan
alat-alat berat yang berpotensi menimbulkan kebisingan bagi para
pekerjanya.Alat yang dimaksud ialah saw dan alat pressing. Pengamatan
yang dilakukan secara langsung, sehingga pengamatdapat mendengar bising
yang berasal dari alat-alat produksi tersebut secara langsung. Berdasarkan
informasi yang didapat dari narasumber bahwa pihak perusahaan sudah
melakukan pengukuran untuk intensitas kebisingan di lingkungan kerja sesuai
dengan Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas
faktor fisika di tempat kerja, yaitu 69 dB.Menurut pekerja disana, mereka
mengeluh terganggu oleh bising dari mesin-mesin tersebut.Sebelumnya
pernah diberikan penyumbat telinga namun alat tersebut rusak dan tidak
diberikan gantinya lagi.
2) Pencahayaan
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, penerangan di tempat kerja
di PT. Alasaka Extrusindo menggunakan sumber pencahayaan alami dan
buatan karena cahaya matahari dapat masuk dan para pekerja yang bekerja
dalam ruangan dibantu oleh beberapa lampu neon. Menurut informasi yang
diperoleh dari narasumber bahwa belum dilakukan pengukuran terhadap
intensitas pencahayaan di tempat kerja yang mengacu kepada Peraturan
Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
24
Kebersihan, serta Penerangan dalam Tempat Kerja. Menurut pengamatan
yang kami lakukan di tempat kerja secara langsung, para pekerja tidak
tampak mengalami gangguan dalam hal pencahayaan/penerangan di tempat
kerja mereka.
3) Getaran
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, beberapa alat yang
digunakan untuk menunjang kegiatan perusahaan, baik dalam proses
produksi, penyimpanan maupun pengangkutan di PT. Alasaka Extrusindo
berpotensi menimbulkan getaran di dalam penggunaannya oleh para pekerja.
Salah satunya adalah mesin kendaraan (forklift) dan alat pengelas. Alat-alat
ini berpotensi menimbulkan getaran segmental pada tangan pekerja yang
menggunakan.Dari pengamatan yang dilakukan, para pekerja terlihat tidak
mengalami masalah dengan getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat produksi
tersebut dan hanya memakai sarung tangan sebelah saja.
4) Radiasi
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, terdapat sumber radiasi non
pengion yang ada di tempat kerja PT. Alasaka Extrusindo yaitu sinar tampak
yang berasal dari lampu, percikan mesin las dan matahari.Menurut
pengamatan kami para pekerja tidak menggunakan kacamata pelindung
sehingga risiko terpapar percikan mesin las cukup besar.
5) Iklim Kerja
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, hanya sedikit pekerja yang
terpapar oleh sinar matahari secara langsung. Pada bagian peleburan, suhu
dapat mencapai 700o C apabila mesin pelebur/engine oven dinyalakan. Dari
pengamatan yang dilakukan tempat produksi para pekerja terlihat tidak
mengalami masalah yang berkaitan dengan iklim kerja di tempat mereka
bekerja.
25
1.5 FAKTOR KIMIA
Untuk faktor bahaya kimia yang ada di lingkungan kerja PT. Alasaka Extrusindo
keterangan mengenai bahan bakubilet alumunium dari Uni Emirat Arab sebagai
bahan baku danpowder coating yang mengandung triglycidylisocyanurate untuk
pengecatan alumunium. Dari hasil pengamatan secara langsung, dapat dilihat
bahwa PT. Alasaka Extrusindo tidak memiliki fasilitas mandiri laboratorium dan ahli
K3 di bidang kimia sehingga tidak dapat diketahui apakah bahan baku yang
digunakan aman dan baik untuk pekerja.
26
Faktor biologi lainnya yang dapat menjadi bahaya di lingkungan kerja PT.
Alasaka Extrusindo dapat pula berasal dari ruang Die Correction, dimana tempat
tersebut merupakan ruangan tertutup yang menggunakan AC tanpa ventilasi,
sehingga sirkulasi udara bebas tidak terjadi dengan baik. Selain itu juga ditemukan
sistem ventilasi di ruang produksi yang kurang yakni ditemuakan exhaust fan yang
dipenuhi oleh debu. Keadaan diperburuk dengan karyawan tidak menggunakan alat
pelindung diri seperti masker sehingga wajar bilapenyakit infeksi saluran pernapasan
masih termasuk ke dalam sepuluh penyakit terbanyak yang diderita oleh para
pekerja PT. Alasaka Extrusindo.Hal ini menunjukkan bahwa belum ada
pengendalian yang baik terhadap faktor biologi di lingkungan kerja PT. Alasaka
Extrusindo.
Upaya pengendalian faktor biologi yang sudah dilakukan antara lain tidak ada
pekerja yang makan/ minum di area produksi, pekerja menggunakan baju dan alas
kaki khusus di area produksi, dan sudah tersedia tempat untuk cuci tangan bagi
pekerja dilengkapi dengan instruksi mencuci tangan.
1.7 KEBERSIHAN
27
Pengamatan juga dilakukan di gudang penyimpanan bahan baku/ kardus,
terlihat untuk gudang penyimpanan bahan baku dan produk di PT. Alakasa
Extrusindo Tbk masih kurang baik. Penyimpanan bahan baku dan produk masih
diletakkan di area terbuka dan tidak terlihat rapi.
Berdasarkan informasi dari narasumber, penyediaan kebutuhan air untuk
proses produksi, PT. Alakasa Extrusindo Tbk menggunakan air PAM .Sedangkan
untuk minum air didapat dari air galon yang bersegel bermerk prima.
Untuk masalah sanitasi makanan bagi para pekerja di PT. Alakasa Extrusindo
Tbk, hal ini berkaitan dengan tempat makan atau kantin dan proses penyajian
makanannya. Dalam kunjungan ini, menurut informasi yang didapat bahwa di
perusahaan memang tidak menyediakan adanya kantin. Para pekerja biasanya
makan diluar dari area perusahaan dan ada juga pekerja yang membawa makanan
dari rumah.
Dari hasil pengamatan juga tampak adanya genangan air di sekitar area
lokasi perusahaan yang dapat menimbulkan resiko munculnya vektor-vektor nyamuk
dan lalat.
Dari hasil pengamatan juga tampak adanya tempat pembuangan sampah
yang dipisah menjadi tempat sampah organik dan anorganik, tetapi ketika dilakukan
pengamatan tampak baik sampah organik dan anorganik masih dibuang di satu
tempat dan tidak dipisahkan. Untuk sampah di perusahaan ini akan diambil setiap
satu bulan sekali.
28
1.9 PENGOLAHAN LIMBAH
29
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, tempat pengolahan limbah
air bukan B3 PT. Alakasa Extrusindo Tbk berada di tempat terbuka dalam
area perusahaan. Seperti telah dijelaskan, pengolahan limbah cair ialah
secara biologi dengan cara aerobic lagoons (kolam stabilisasi), yaitu kolam
tanah yang luas dan dangkal dengan melibatkan ganggang dan bakteri.
Tempat pengolahan limbah mengeluarkan bau yang menyebar di sekitar area
tersebut. Air hasil pengolahan limbah yang dilakukan dapat digunakkan untuk
mencuci mobil dan menyirami tanaman yang berada di sekitar gedung
perusahaan PT. Alakasa Extrusindo Tbk. Walaupun demikian, air hasil
pengolahan limbah tidak dapat diminum. Pengolahan limbah di PT. Alakasa
Extrusindo Tbk sudah mendapatkan sertifikasi ISO 14001.
30
Kimia 1. Belum terdapat Permenakertrans 1. Dilakukan
keterangan No. identifikasi zat kimia
mengenai bahaya 13/MEN/X/2011 berbahaya, diberi
kimiawi di sekitar dan Keputusan label (MSDS)
perusahaan Menteri Tenaga 2. Dilakukan
2. Belum dilakukan Kerja RI No. Kep. pengukuran kadar
pengukuran kadar 187/MEN/1999 bahan kimia di
bahan kimia di tempat kerja
tempat kerja
31
2. Penyimpanan dan pencemaran
penempatan limbah lingkungan
pada tempat 2. Disarankan untuk
tertutup yang mengganti atau
kurang tinggi dari menata kembali
permukaan tanah tempat yang sesuai
3. Tidak terdapat label dengan jenis dan
pada limbah kimia bahan.
yang berbahaya 3. Pemberian label
pada limbah kimia
dan tanda bahaya.
32
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
1) Bising
Dilakukan pengukuran secara berkala untuk kebisingan di tempat kerja
Dipastikan kembali berapa nilainya dari alat alat berat yang menimbulkan
bising.
Sebaiknya diberikan tanda peringatan untuk alat-alat berat yang intensitas
bising melebihi 85 dB.
Melakukan rotasi kerja kepada para pekerja untuk menghindari penurunan
pendengaran.
Melakukan pembatasan jam kerja pada para pekerja yang menggunakan
alat berat yang menimbulkan bising.
Peletakan fan dari air conditioner harus diatur jaraknya atau diberi
peredam agar tidak menimbulkan bising.
2) Pencahayaan
Pencahayaan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pencahayaan di
masing-masing ruangan/ tempat kerja dengan memperhatikan detail
pekerjaan yang akan dilakukan oleh para pekerja, di mana pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian tinggi, membutuhkan lux yang baik (tinggi).
3) Getaran
Sebaiknya dilakukan pengukuran getaran pada setiap alat penghasil
getaran seperti forkliftyang telah dijelaskan sebelumnya.Jika alat tersebut
menghasilkan getaran melebihi nilai ambang batas, maka perlu diberi
peredam pada alat tersebut.
Melakukan rotasi jam kerja pada para pekerja.
Pemberian APD secara cuma-cuma sebagai cara terakhir.
33
4) Radiasi
Apabila terdapat sumber radiasi yang berpotensi memberikan paparan
terhadap para pekerja, maka dapat dilakukan beberapa upaya pengendalian,
yaitu:
Mengisolasi peralatan dan daerah radiasi dengan cara penyekatan.
Menjauhkan tenaga kerja dari sumber radiasi.
Membatasi waktu pemajanan.
Memasang label dan tanda peringatan bahaya radiasi.
Penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti pakaian, kacamata, dan
lainnya sebagai cara terakhir.
Pelatihan dan pengawasan tenaga kerja terhadap bahaya radiasi.
5) Iklim kerja
Sebaiknya dilakukan pengukuran suhu di tempat kerja, terutama di tempat
kerja dengan banyak lampu, agar para pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan aman dan nyaman.
Menyediakan penyejuk ruangan di tempat kerja yang panas.
Menjaga kebersihan exhaust fan untuk menjaga sistem sirkulasi di ruang
kerja.
Sesuai dengan hasil pengamatan di tempat kerja PT. Alakasa Extrusindo Tbk,
untuk menghindari penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor kimia, perlu
dilakukan:
1) Promosi kepada tenaga kerja berupa pengenalan terhadap:
Bahan-bahan kimia apa saja yang dapat terpapar pada tubuh pekerja di
masing-masing sektor produksi, termasuk tingkat potensi bahaya dari
masing-masing bahan tersebut;
Efek yang dapat ditimbulkan apabila pekerja terpapar bahan tersebut, baik
efek jangka pendek maupun jangka panjang;
34
Tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk terhindar dari paparan bahan
kimia tersebut;
Tindakan yang dapat segera dilakukan apabila terpapar bahan kimia yang
berbahaya;
2) Pelabelan bahan baku sesuai dengan potensi bahaya agar pekerja lebih
aware.
3) Sistem ventilasi dan sirkulasi agar lebih diperhatikan dan dilakukan kontrol
rutin terutama dijaga kebersihannya.
4.4 SANITASI
35
4) Perlu diadakan jadwal pembersihan rutin pada fasilitas pabrik atau bila sudah
ada dapat diperbanyak jadwal pembersihan tersebut.
5) Pemberian reward bagi petugas cleaning service yang bekerja dengan baik.
Sesuai dengan hasil pengamatan di tempat kerja PT. Alakasa Extrusindo Tbk,
untuk menghindari penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh pengolahan limbah,
perlu dilakukan:
1) Memindah tempat pengolahan limbah ke tempat yang tidak banyak dilewati
orang untuk menghindari terhirupnya racun limbah atau bau dari limbah
tersebut
2) Menutup, memberi tanda peringatan, dan memperluas pagar pembatas dari
tempat pengolahan limbah jika cara pertama tidak mungkin dilakukan.
3) Membuat plan of action bencana banjir untuk fasilitas pengolahan limbah agar
pencemaran limbah dapat diatasi dengan cepat dan baik jika fasilitas
pengolahan limbah sampai terendam banjir.
4) Pengamatan cara penyimpanan dan transportasi limbah industri dimana
sebaiknya setiap wadah dipastikan tidak bocor dan diberikan tanda/ label.
36
Ralat:
Dep. Despatch/Packing:
17 orang
Dep. Fabrikasi/tool: 18
orang
Dep. Maintenance: 13
37
orang
Office: 66 orang
Departemen Hazard
38
penutup
Die Manufacture and Correction Kimia: debu, pelumas (oli) yang dipakai
dalam proses pengerjaan
39
(saw), pencahayaan tampak kurang
(ruangan packing disatukan dengan
tempat pemotongan aluminium)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
40
Berdasarkan pengamatan dalam bidang hygiene industri yang telah dilakukan
ke PT. Alakasa Extrusindo Tbk didapatkan adanya faktor risiko baik dibidang fisika,
kimia, dan biologi. Adanya faktor risiko di lingkungan kerja terebut belum diiringi
dengan kesadaran baik dari pihak manajemen maupun pekerja terbukti dari belum
dijalankannya SMK3 di perusahaan tersebut. Sanitasi tempat kerja juga dianggap
masih perlu perbaikan dilihat dari tempat pembuangan sampah, genangan air, kakus
yang tidak terawat dengan baik, serta tempat penyimpanan dan pengolahan limbah
yang masih terletak di lingkungan terbuka tanpa penutup.
5.2 . SARAN
41
BAB VI
PENUTUP
42