Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS K3 PABRIK

PT. COCA COLA

Oleh

Aliya Fatma Ulfani Darus 1714231022

Shania Putri Salsabila 1714231017

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja harus dijaga dengan baik, bukan hanya
dalam rangka untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi akan tetapi
merupakan tugas kemanusiaan dan bagian dari pembangunan manusia seutuhnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada pada saat ini merupakan sesuatu yang
pasti dibutuhkan oleh perusahaan atau pabrik. Meningkatnya penggunaan bahan-
bahan yang berbahaya dan penerapan tekhnologi maju beserta hasilnya-hasilnya
dapat membawa resiko serta meningkatkan bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja. Penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan apabila
tidak dikelola dengan tepat dan dilakukan oleh tenaga kerja yang profesional.

Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar


pekerja dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi
atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dan
tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. Setiap perusahaan
diharapkan berjalan dan berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan yang merupakan salah satu kebijakan pemerintah terhadap
kesejahteraan dalam bidang ketenagakerjaan, maka perusahaan sebaiknya
memenuhi hak dan kewajiban terhadap tenaga kerja di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja.PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java merupakan
perusahaan yang memproduksi minuman ringan yang memiliki faktor dan potensi
bahaya yang kompleks di setiap proses produksinya. Oleh karena itu, PT. Coca-
Cola Bottling Indonesia Central Java sangat memperhatikan masalah yang
berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan pelestarian
lingkungan yang akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
1.2 Tujuan

1. Mengetahui keselamatan dan kesehatan kerja dari peralatan yang


digunakan
2. Mengetahui aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang baik
3. Mengetahui aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang baik.
4. Untuk mengidentifikasi permasalahan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (k3) di PT. CCBI Central Java.
5. Mengetahui siklus PDCA

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas


maka yang menjadi permasalahan adalah “Bagaimana pelaksanaan
keselamatan kerja sebagai tindakan pencegahan kecelakaan akibat kerja di
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java?”.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1 Pengertian Umum


Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja dan manusia
pada umumnya, baik jasmani maupun rokhani serta hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin,
pesawat, alat kerja bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja
menyangkut segenap proses produksi dan distribusi baik barang maupun jasa.

2.2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Sesuai dengan UU No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja maka upaya K3 bertujuan: 1. Melindungi para pekerja dan orang lain di
tempat kerja (formal maupun informal) selalu dalam keadaan sehat dan
selamat. 2. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman
dan efisien. 3. Menjamin proses produksi berjalan lancar.

2.2 Tempat Kerja


Upaya Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) telah diperkenalkan dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang ditertibkan yaitu Undang-Undang
No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dalam pasal 1 disebutkan
bahwa tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya. Dan telah dimantapkan dengan UU No. 23/1992
tentang Kesehatan yang secara eksplisit mengatur kesehatan kerja. Peraturan
perundangan tersebut menegaskan bahwa setiap tempat kerja wajib
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja dan mengatur pula
sanksi hukum bila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut . UU No.
23/1992 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa tempat kerja wajib
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja tersebut
memiliki risiko bahaya kesehatan.

2.3 Kecelakaan Kerja


Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak
terduga karena dibelakang peristiwa tersebut tidak ada unsur kesengajaan
lebihlebih ada adanya unsur perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa
kecelakaan menimbulkan adanya kerugian baik itu material maupun
penderitaan dari yang paling ringan sampai pada yang paling berat.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja
pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa kecelakaan
terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan

2.4 PDCA

PDCA, singkatang bahasa Inggris dari “ Plan, Do, Check, Act”, adalah suatu
proses pemecahan masalah empat langkah iteratif yang umum digunakan
dalam pengendalian kualitas. PDCA adalah alat yang bermanfaat untuk
melakukan perbaikan secara terus menerus tanpa berhenti. Perusahaan
memerlukan cara menilai sistem manajemen secara keseluruhan, dalam arti
bagaimana sistem tersebut mempengaruhi setiap proses dan setiap karyawan
serta diperluas pada setiap prosduk dan pelayanan. Pengendalian proses
pelayanan adalah sebuah pertanda untuk perbaikan kualitas pelayanan, tetapi
hal itu tergantung pada kesehatan dan vitalitas dari organisasi,kepimpinan dan
komitmen. Konsep PDCA tersebut merupakan pedoman bagi setiap manajer
untuk proses perbaikan kualitas secara terus menerus tanpa berhenti tetapi
meningkat ke adaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian
organisasi pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan pencarian
sebab sebab serta penentuan tidankan koreksinya, harus selalu didasarkan
pada fakta.
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Perusahaan

3.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Ramuan Cola-Cola pertama kali ditemukan oleh John Styth Pemberton


seorang ahli farmasi Atlanta pada tanggal 8 Mei 1886. Coca-Cola merupakan
hasil uji coba sederhana syrup karamel yang dicampur dengan air
berkarbonasi. Cola-Cola mulai diperdagangkan di Indonesia pada tahun 1932
oleh De Netherlands Indische Mineral Water Pabrik Jakarta. Perusahaan ini
resmi didirikan pada tanggal 1 November 1974 di atas lahan seluas 8,5 Ha
dan mulai beroperasi pada tanggal 5 Desember 1976. Karena perkembangan
perusahaan yang begitu cepat, maka pada bulan April 1992 PT. Pan Jawa
Bottling Company bergabung dengan Coca-Cola Amatil Limited Australia,
sehingga sejak itu berubah namanya menjadi PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java.

Namun sejak tanggal 1 Juli 2002 berubah menjadi PT. COCA-COLA


BOTTLING INDONESIA (CCBI) CENTRAL JAVA. Sedangkan untuk
distribusi bernama PT. COCA-COLA DISTRIBUTION INDONESIA
(CCDI). Pusat pemasaran CCBI Semarang Operation terbesar di wilayah
Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Madiun. Adapun produk dari
The Coca-Cola Company antara lain Coca-Cola, Coca-Cola ZERO, Sprite,
Fanta, Diet Coke, Frestea, Powerade, Extra Joss Strikke, Schweppes, A & W
dan Ades. Sebagai sebuah perusahaan yang telah berusia 29 tahun, PT. CCBI
Jawa Tengah telah menunjukkan eksistensinya dengan diterimanya berbagai
penghargaan, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.
3.1.2 Gambaran K3 Perusahaan

Keselamatan dan kesehatan karyawan dalam bekerja Occupational Health &


Safety (OHS) bernilai sama penting dengan bisnis CCBI lainnya. Setiap individu
diharapkan untuk memberi kontribusi dalam menciptakan lingkungan kerja yang
aman, serta menerapkan perilaku yang mengutamakan keselamatan. Kami
berusaha untuk selalu meningkatkan komitmen dan performa OHS dalam menaati
Undang-Undang dan standar OHS Coca-Cola bottling.
Budaya OHS Diterapkan Melalui 7 Pilar:
1. National OHS Manual and Guideline
2. Aktif berbagi “ABG”
3. 5 Golden Rules
4. Near Misses and Hazards Reporting System
5. Defensive Driving and Riding
6. OHS Training
7. OHS Management System and Copliance Audit

4 Kebiasaan atau budaya dalam CCBI:


1.Hilangkan perilaku bekerja yang tidak aman.
2.Hilangkan lingkungan kerja yang berbahaya.
3.Lakukan Abg (Aktif Berbagi) terus menerus
4.Lakukan safety setiap saat

Untuk melaksanakan program k3, di perusahaan CCBI disediakan sarana


kesehatan untuk pelayanan terhadap kesehatan karyawan.

- Poliklinik dan Program Kemasyarakatan Zona


Poliklinik dalam upaya untuk menjaga karyawan agar tetap bugar dan sehat dan
juga sebagai persiapan jika ada yang sewaktu – waktu ada yang sakit atau ada
yang cedera saat bekerja. CCBI memiliki layanan poliklinik di setiap pabrik.
Setiap tahun itu menawarkan program dukungan medis selama lebih dari 8000
staf,25.000 staf tergantung, serta anggota masyarakat sekitar pbrik kami. Inisiatif
ini telah dijalankan CCBI terpanjang yang berjalan di kontribusi CSR kepada
masyarakat.

-Medical Center
CCBI berusaha untuk menjamin kesejahteraan dan kesehatan karyawan dan
keluarga mereka. CCBI ingin memastikan lingkungan kerja bebas dari zat
berbahaya dan potensi bahaya lainnya.Medical Center memberikan pelayanan
kesehatan gratis bagi seluruh keluarganya, serta masyarakat sekitar pabrik CCBI
di seluruh indonesia.
Sebagai pertanggung jawaban CCBI terhadap keselaatan dan kesehatan para
pekerjanya,CCBI menjamin kesehatan keluarga pegawainya yang terdiri dari 5
orang, yaitu: suami, istri, dan 3 orang anaknya.

- Simulasi Keadaan Darurat


CCBI telah mengantisipasi segala kemungkinan yang kiranya membahayakan
keselamatan karyawan CCBI dengan melakukn simulasi keadaan darurat minimal
2 kali dalam satu tahun, yaitu dengan membuat jalur evakuasi untuk menggiring
pegawai menuju ke tempat area evakuasi.

1.Tata tertib yang wajib di patuhi bagi seluruh mitra kerja,kontraktor dan tamu.
Safety briefing:
1.Setiap mitra kerja, kontraktor dan tamu diwajibkan melapor ke satpam sebelum
memasuki area pabrik.
2.Wajib memakai pakaian yang sopan dan bersepatu selama berada di area pabrik.
3. memakai kartu identitas yang telah ditentukan.
4. menjaga tingkah laku yang baik selama berada di area pabrik.
5. Dilarang merokok di sembarang tempat
6. Wajib membuang sampah pada tempat yang telah yang disediakan
7. Wajib memelihara tanaman, peralatan, perlengapan, dan fasilitas pabrik
8. Wajib menjaga kebersihan di are pabrik
9. Dilarang memakai fasilitas pabrik tanpa ijin
10. Dilarang meninggalkan pabrik di jam pabrik
Pelaksanaan sistem manajemen kualitas, keamanan pengguna, lingkungan,
keselamatan kesehatan dan kerja serta sisitem jaminan halal akan meningkatkan :
1. Perlindungan tehadap konsumen tentang kualitas, keamanan dan ke halalan
produk
2. Perlindungan terhadap para pekerja dan tamu tentang keamanan tempat dan
aktifitas kerja
3. Perlindungan terhadap pekerja, tamu serta masyarakat sekitar tentang produksi
yang ramah lingkungan
4. Pemenuhan terhadap persyaratan, peraturan, dan perundangan yang berlaku

3.2 Pencegahan Kecelakaan

3.2.1 Peraturan Perundangan

1) Adanya ketentuan dan syarat K3 yang selalu mengikuti perkembangan


ilmu pengetahuan, teknik & teknologi (up to date).

2) Penerapan sesuai ketentuan dan persyarat K3 sesuai dengan peraturan


perundangan yang berkelakuan sejak tahap rekayasa.

3) Penyelenggaran pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui


pemeriksaan-pemeriksaan langsung di tempat kerja.

3.2.2 Standarisasi dan Pengawasan dan APD


Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau
tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai peralatan
industri dan APD.
Pelindung barrier yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri
Alat pelindung diri mencakup sarung tangan, masker, alat pelindung mata
( pelindung wajah dan kaca mata), topi, gaun, apron, dan pelindung
lainnya.
Kriteria APD
- Hazard telah diidentifikasi
- APD yang dipakai sesuai hazard yang dituju
- Adanya bukti bahwa APD dipatuhi penggunaannya
Pedoman umum alat pelindung diri
- Tangan harus selalu bersih meskipun memakai APD
- Lepas dan ganti bila perlu segala perlengkapan APD yang dapat
digunakan kembali yang sudah rusak atau sobek setelah anda tahu APD
tersebut tidak berfungsi optimal
- Leaskan semua APD sesegera mungkin setelah memberikan pelayanan
dan hindari kontaminasi: lingkungan diluar isolasi, pada pasien atau
pekerja lain, diri anda sendiri
- Buanglah seluruh perlengkapa APD dengan hati-hati dans egera
membersihakan tangan
Syarat- syarat APD
- Enak dipakai
- Tidak mengganggu kerja
- Memberikan perlindungan efektif sesuai dengan jenis bahayaditempat
kerja
Jenis-jenis APD
1. Sarung tangan
Ingat: memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci
tangan atau memakai antiseptik yang digosokan ditangan.
Jenis- jenis sarung tangan:
a. Sarung tangan bersih
b. Sarung tangan steril
c. Sarung tangan rumah tangga
Hal yang harus dilakukan bila persediaan sarung tangan terbatas
a. Bersihkan dan disinfeksi dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
b. Cuci dan bilas serta keringkan
c. Hanya digunakan pada tindakan-tindakan yang tidak menembus
jaringan

Hal- hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan


a. Gunaka sarung tangan dengan ukuran yangs esuai
b. Jaga kuku selalu pendek
c. Tarik sarung tangan keatas manset gaun untuk melindungi pergelangan
tangan
d. Gunakan pelembab yang larut dalam air untuk mencegah mengkerut
e. Jangan gunaka lotion yang berbasis minyak yang dapt merusak sarung
tangan bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks
f. Jangan menggunakan cairan pelembab yang mangendung parfum
g. Jangan menyimpan sarung tangan pada suhu yang terlalu panas

2. Masker
Fungsi masker terganggu atau tidak efektif jika:
a. Adanya jenggut atau cambang atau rambut yang tumbuh pada wajah
bagian bawah atau adanya gagang kacamata
b. Apabila klip logam dari hidung dipencet dapat menyebabkan kebocoran
c. Jika mungkin dianjurkan fit test dilakukan setiap saat sebelum memakai
masker efisiensi tinggi

3. Alat pelindung mata


Melindungi petugas dari eprcika darah atau cairan tubuh lain dengan cara
melindungi mata. Pelindung mata mencakup kaca mata ( goggles) plastik
bening, kacaata pengaman, pelindung wajah dan visor
4. Topi
Digunakan utnuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpiahn kulit
dan rambut tidak masuk kedalam luka setalah pembedahan.topi harus
cukup besar untuk menutupi seluruh rambut. Meskipun topi dapat
memberikan sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya
adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang
terpercik atau menyemprot

Urutan memakai dan melepas APD


- Urutan memakai
a. Sepatu
b. Apron
c. Masker
d. Topi
e. Sarung tangan
- Urutan melepas
a. Sarung tangan
b. Apron
c. Topi
d. Masker
e. sepatu

3.3 Sistem K3 Perusahaan

PT Coca Cola Bottling Indonesia dalam meningkatkan pelaksanaan K3


danSMK3 melakukan beberapa hal diantaranya yaitu :

a.Mengadakan pelatihan K3 secara rutin. Pelatihan tersebut dilakukan agar


para karyawan yang bekerja di perusahaan memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang lebih mengenai K3. Pelatihan ini sangat bermanfaatkarena
sebagian besar kecelakaan dalam suatu perusahaan terjadi akibatkurangnya
pengetahuan pekerja yang kurang dan tindakan yang tidak aman.Dan setiap
pelatihan yang dilaksanakan dilaporkan kepada Kemekertrans.

b.Menyediakan dana khusus untuk pelaksanaan K3 dan SMK3. Dimulai


darimenyediakan semua APD yang dibutuhkan sampai dana untuk
pelaksanaan audit.

c.Menyediakan ahli K3 dan membentuk P2K3. Dalam hal ini dengan


adanyamenyediakan ahli K3 dan membentuk P2K3 adalah
bahwasannyadiharapkan dalam pelaksanaan K3 dan SMK3 tidak mengalami
hambatan.

d.Membuat Standard Operational Prosedure (SOP). Maksud dari


pembuatanSOP tersebut adalah bahwasannya semua tindakan tanggap darurat
yang perlu untuk menjaga keselamatan karyawan.5

e.Menciptakan manajemen K3 yang terorganisir. Dalam hal ini


pelaksanaanK3 berada dlam satu naungan yaituOccupational Health And
Safety(OHS).Dalam pelaksanaannya PT Coca Cola Bottling Indonesia
mengalami kendala dalam pelaksanaan K3 diantaranya adalah karyawan yang
belum berbudaya K3. Sehingga perlu usaha untuk dapat merubah kebiasaan
tersebut.Salah satu usaha yang dilakukan perusahaan adalah perusahaan
melakukankampanye K3 dan memasukan poin – poin kewajiban K3 dalam
Perjanjian KerjaBersama (PKB).

BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Gempur Santoso, 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:


Prestasi Pustaka Publisher.

Milos Nedved, Sumanto Iman Khasani, 1991. Dasar-dasar Keselamatan/


Kesehatan Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian Bahaya Besar. Jakarta: ILO.

Pungky. W, 2004. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta.

Sahab, Sukri 1997. Teknik Management Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
PT. Bina Sumber Daya Manusia.

Suma’mur. P. K, 1996. Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung

Suma’mur, 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji
Masagung.

Anda mungkin juga menyukai