Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah


Perkembangan dunia industri kosmetik saat ini sangat berkembang pesat.
Pemakaian teknologi yang tepat guna telah menunjang sarana dan prasarana industri
kosmetik sehingga semakin diminati oleh masyarakat. Semakin maraknya produk
kosmetik di pasaran, perusahaan kosmetik bersaing untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas dari produknya. Para tenaga kerja memiliki peran aktif untuk
meningkatkan kualitas produk yang diproduksi.
Kegiatan produksi di industri kosmetik memiliki potensi bahaya baik bagi
tenaga kerja maupun konsumen penggunanya. Pontensi bahaya yang muncul dapat
berasal dari bahan baku pembuatan kosmetik, cara kerja dari tenaga kerja, peralatan
canggih yang digunakan dalam proses produksi, beban kerja yang berat dan
monoton yang dapat menimbulkan munculnya penyakit akibat kerja yang dapat
berakhir menjadi kecacatan bahkan kematian. Antisipasi terhadap potensi bahaya
tersebut harus dilaksanakan sedini mungkin. Selain pengamanan terhadap
peralatan/teknologi permainan diperlukan juga kondisi yang optimal untuk tenaga
kerja.
Kondisi yang optimal untuk tenaga kerja tersebut diantaranya adalah
mengurangi beban kerja, memperbaiki sikap kerja, menyediakan sarana
psikosensoral pada pemakaian instrumen, mencegah informasi yang tidak
diperlukan, dan menempatkan pekerja pada pekerjaan yang sesuai. Semua upaya
menciptakan kondisi optimal tersebut merupakan penerapan dari aspek ergonomi
dan kesehatan kerja. Pada laporan hasil kunjungan ini akan disampaikan hasil
pengamatan dan evaluasi terhadap pemberian aspek ergonomis dan kesehatan kerja.
Berdasarkan UU No.1 tahun 1970 mengenai keselamatan kerja, dijabarkan
bahwa perlindungan terhadap keselamatan kerja merupakan hak bagi setiap tenaga
kerja. Oleh karena itu, setiap perusahaan wajib menjalankan peraturan tersebut
berupa penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3). Salah satu tahapan awal dalam
penerapan SMK3 dilakukan identifikasi hazard dan pengelolaan risiko yang
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pekerja serta mengurangi kerugian
yang ditimbulkan oleh masalah terkait K3 berupa kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Ergonomi merupakan salah satu hazard yang berpotensi menimbulkan
penyakit akibat kerja.
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergos = kerja dan nomos =
norma, aturan. Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya berusaha menyerasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor
manusia seoptimal-optimalnya.
International Labour Organization (ILO) mendefinisikan ergonomi adalah
penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai
penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimal dengan tujuan
agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) Amerika Serikiat menyatakan bahwa, prinsip-perinsip
ergonomi sangat penting untuk mencegah terjadinya Cummulative Trauma Disoders
(CTDs). Nama lain CTDs adalah overuse syndrome, Musculo Skeletal Disorders
(MSDs) atau Repetative Strain Injuries (RSIs), Work-related Upper Extremity
Disorders (UEDs).
CTDs bukanlah diagnosis klinis melainkan rasa nyeri karena kumpulan
cedera pada sistem muskuloskletal extermitas atas akibat gerakan kerja biomekanika
berulang-ulang melampaui kapasitas. Biaya pengobatan CTDs rata-rata 10 kali lipat
lebih besar dibandingkan kasus lain, dengan rata-rata kehilangan 5 hari kerja.
Penderita sindrom Carpal Tunnel memerlukan biaya pengobatan terbanyak diantara
kelompok CTDs, serta menyebabkan kehilangan 25 hari kerja.
Laporan kunjungan perusahaan di PT Indonesia Power ini dibuat sebagai
salah satu syarat tugas pelatihan HIPERKES periode 18 – 22 Desember 2017, dalam
rangka mempelajari K3 khususnya aspek ergonomi dan kesehatan kerja.

Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui aspek kesehatan kerja and ergonomi PT Indonesia Power

Tujuan Khusus
1. Fasilitas pelayanan kesehatan PT Indonesia Power

2
2. Program kesehatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif) PT Indonesia
Power
3. Pencegahan HIV AIDS dan narkoba PT Indonesia Power
4. Pemeriksaan kesehatan (awal, berkala, khusus) PT Indonesia Power
5. Kesesuaian pekerja dengan alat PT Indonesia Power
6. Program pemenuhan gizi pekerja , kantin atau ruang makan PT Indonesia
Power
7. 10 besar penyakit pada pelayanan kesehatan PT Indonesia Power
8. Penyakit akibat kerja yang terjadi PT Indonesia Power
9. Sarana P3K PT Indonesia Power
10. Personil kesehatan PT Indonesia Power

I.2. Landasan Hukum


- Undang Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
- Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
- Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
- Permenaker No. 26 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Penilaian
Penerapan SMK3

I.3. Profil Perusahaan


Indonesia Power merupakan salah satu anak Perusahaan PT PLN (Persero) yang
didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama PT PLN Pembangkitan Jawa
Bali I (PT PJB I). Pada tanggal 8 Oktober 2000, PT PJB I berganti nama menjadi
Indonesia Power sebagai penegasan atas tujuan Perusahaan untuk menjadi
Perusahaan pembangkit tenaga listrik independen yang berorientasi bisnis murni.

Kegiatan utama bisnis Perusahaan saat ini yakni focus sebagai penyedia tenaga
listrik melalui pembangkitan tenaga listrik dan sebagai penyedia jasa operasi dan
pemeliharaan pembangkit listrik yang mengoperasikan pembangkit yang tersebar di
Indonesia. Selain mengelola Unit Pembangkit, Indonesia Power memiliki 5 Anak
Perusahaan, 1 Perusahaan Patungan, 1 Perusahaan Asosiasi serta 2 Afiliasi dari Anak
Perusahaan untuk mendukung strategi dan proses Bisnis Perusahaan.

Visi “Menjadi perusahaan energi tepercaya yang tumbuh berkelanjutan”

3
Misi “Menyelenggarakan bisnis pembangkitan tenaga listrik dan jasa terkait yang
bersahabat dengan lingkungan.”

Kompetensi inti “Operasi pemeliharaan pembangkit dan pengembangan


pembangkit”

Budaya perusahaan:

1. INTEGRITAS: Insan IP senantiasa bertindak sesuai etika perusahaan serta


memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Kata kunci: Demi Perusahaan

2. PROFESIONAL: Insan IP senantiasa menguasai pengetahuan,keterampilan


dan kode etik bidang pekerjaan serta melaksanakannya secara akurat dan
konsisten. Kata kunci: tahu, mampu dan mau, erta menyenangi pekerjaan

3. PROAKTIF: Insan IP senantiasa peduli dan cepat tanggap melakukan


peningkatan kinerja untuk mendapatkan kepercayaan stakeholder. Kata
kunci: cepat tanggap, peningkatan kinerja.

4. SINERGI: Insan IP senantiasa membangun hubungan kerja sama yang


produktif untuk menghasilkan karya unggul. Kata Kunci: Kerja Sama, Karya
Unggul

Gambar 1. Core Perusahaan Indonesia Power

4
Unit Pembangkitan Bali berlokasi di Denpasar, Bali mengelola 19 unit dengan 12
unit Pusat Listrik Tenaga Diesel dan Gas (PLTDG) dan 7 unit PLTG. Pembangkit
tersebut dioperasikan oleh 3 Sub Unit dengan total kapasitas terpasang sebesar
556,51 MW yang terletak di Pesanggaran- Denpasar, Gilimanuk dan Pemaron.

Indonesia Power mempunyai komitmen dan kesadaran untuk selalu meningkatkan


budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Hal ini dikarenakan, produktivitas
pegawai akan meningkat seiring dengan meningkatnya rasa kenyamanan dan
keamanan di lingkungan Perusahaan dengan mengacu pada:

1. Undang - undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;


2. Keputusan Direksi Nomor:41.K/010/IP/2012 tentang Kebijakan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan di PT Indonesia Power;
3. Keputusan Direksi Nomor:165.K/010/IP/2016 tentang Kebijakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja PLTU Batubara di PT Indonesia Power.

Rencana kegiatan

Dalam pelaksanaan K3, Indonesia Power setiap tahunnya menyusun rencana


kegiatan K3 sebagai berikut:

1. Pembangunan pusat pelatihan K3 (Fire Safety Academy)


2. Audit Resertifikasi SMK3
3. Pelatihan dan Workshop K3;
4. Bulan K3 Nasional;
5. Simulasi Tanggap Darurat;
6. Pemantauan dan Pengukuran lingkungan kerja;
7. Pemberian Zero Accident Award;
8. Penyediaan Wearpack Fire resistant bagi operator coal handling.
9. Assessment K3 terkait Fire Protection System based on NFPA
10. Lomba Pemadam kebakaran

Sertifikasi Personil

5
Dalam rangka menjamin tercapainya target dari program kerja Departemen K3L,
maka diperlukan sumber daya manusia yang ahli di bidangnya. Salah satu usaha
yang dilakukan oleh Departemen K3L adalah mensertifikasi sumber daya yang ada
sehingga kompeten dalam bidang yang ditempatinya. Berikut merupakan grafik
kenaikan pemenuhan jumlah pegawai untuk tiap unit yang tersertifikasi di
Lingkungan PT Indonesia Power dari tahun 2016-2017.

Operasional PT Indonesia Power

Terdapat 12 unit PLTDG, 4 Unit PLTG dengan Bahan bakar berupa gas LNG,
Solar, MFO dengan daya terpasang 538 MW. Personil dari PT Indonesia Power ada
1 General manager dan 4 Manager dibawahnya. Total pegawai 219 orang Pegawai
organic dan 65 orang outsourching

Dari segi perijinan PT Indonesia Power sudah mengantongi ijin AMDAL, IPLC,
Limbah B3, Pemantauan LH (udara, air, kebisingan,getaran,pencahayaan).
Pengelolaan limbah b3 , air limbah, keanekaragamanhayati dan edukasi LH

Sertifikat yang sudah dimiliki diantaranya: ISO 14001, ISO 9001, ISO 28001,
Management, K3 dan SMP. Dengan penghargaan yang pernah didapat: PROPER
hijau, Zero accident, P2-HIV/AIDS, CSR, dan TK Award

I.4. Landasan Teori


I.4.1. ERGONOMI
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO=International Labor
Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa
untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum
agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan
kerjasama antara lingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik)
serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi.
Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat dengan
produktivitas dan kepuasan kerja. Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh
tenaga kerja baik sektor formal, informal dan tradisional.
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan
lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara

6
efisien, selamat dan nyaman. Dengan demikian dalam penerapannya harus
memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, proses kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut: 1) meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan
mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja,
2) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kerjasama
sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem
kebersamaan dalam tempat kerja, 3) berkontribusi di dalam keseimbangan rasional
antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-
mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan
akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi
berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja
bertambah baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cedera, kepuasan kerja
meningkat.

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :


1. Tehnik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, oxygen up take dan
ktivitas otot.
8. Desain, dll.

Aplikasi/penerapan Ergonomik pada tenaga kerja:


1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan

7
posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu
secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur.
3. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada
kata-kata.
4. Mengangkat Beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu,
tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.


Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan
mendeteksi bila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita
muda dan yang sudah berumur.

I.4.2.KESEHATAN KERJA
Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23). Kesehatan kerja
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginya, baik fisik,
mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di

8
lingkungan perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja
sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
 Mengembangkan perilaku kerja sehat
 Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
 Menurunkan angka absensi sakit
 Meningkatkan produktivitas kerja
 Menurunnya biaya kesehatan
 Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
yang disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan
kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan
pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk
menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja
dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Aplikasi
upaya preventif diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi
makanan bagi pekerja.

I.4.3 Gizi Kerja


Gizi Kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan
suatupekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerjanya atau ilmu gizi
yang diterapkankepada masyarakat tenaga kerja dengan tujuan untuk meningkatkan
taraf kesehatan tenaga kerjasehingga tercapai tingkat produktivitas dan efisiensi
kerja yang setinggi-tingginya.
Pengelolaan makan bagi tenaga kerja adalah suatu rangkaian kegiatan
penyediaan makan bagi tenaga kerja di perusahaan yang dimulai dari rencana
perencanaan menu hingga penyajiannya dengan memperhatikan kecukupan kalori

9
dan zat gizi, pemilihan jenis dan bahanmakanan, santasi tempat pengolahan dan
tempat penyajian, waktu dan teknis penyajian bagi tenaga kerja.
Status gizi mempunyai korelasi positif dengan kualitas fisik manusia.Makin
baik status gizi seseorang semakin baik kualitas fisiknya. Ketahanan dan
kemampuan tubuh untukmelakukan pekerjaan dengan produktifitas yang memadai
akan lebih dipunyai oleh individudengan status gizi baik. Selain itu, peranan gizi
dengan produktifitas juga ditunjukkan oleh Darwin Karyadi (1984) dalam
penelitiannya dimana dengan penambahan gizi terjadi kenaikan produktifitas kerja.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa para penyadap getah yang tidakmenderita
anemia memiliki produktifitas 20% lebih tinggi daripada yang menderita anemia.
Pemberian diet yang mengandung kalori sejumlah yang diperlukan oleh
pekerja berat dapatmeningkatkan produktifitasnya. Pada dasarnya zat gizi yang
dibutuhkan oleh seseorang sangat ditentukan oleh aktifitas yang dilakukannya
sehari-hari. Makin berat aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan zat gizi akan
meningkat pula terutama energi. Sebagai contoh, seorang pria dewasa dengan
pekerjaan ringan membutuhkan energi sebesar 2.800 kilokalori. Sedangkan pekerja
dengan pekerjaan yang berat membutuhkan 3.800 kilokalori.Manfaat yang
diharapkan dari pemenuhan gizi kerja adalah untuk mempertahankan dan
meningkatkan ketahanan tubuh serta menyeimbangkan kebutuhan gizi dan kalori
terhadaptuntutan tugas pekerja. Gizi kerja erat bertalian dengan tingkat kesehatan
tenaga kerja maupunproduktivitas tenaga kerja yang berarti akan meningkatkan
produktivitas perusahaan sertapeningkatan produktivitas nasional. Efek dari gizi
kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
1. Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
2. Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
3. Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
4. Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
5. Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
6. Pekerja tidak teliti
7. Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang

10
I.4.4 HIV AIDS di Tempat Kerja
Kondisi kesehatan kerja di Indonesia tahun 2003, diambil dari data 26
provinsi adalah 92 ribu lebih kasus PAK (penyakit akibat kerja), 410 ribu kabus
diuduga PAK, 33 ribu kasus kecelakaan kerja, 2,8 juta kasus non PAK. HIV AIDS
ditemukan pada usia kerja dengan 92,3% kasus HIV ditemukan pada usia 20-49
tahun, dan 74,2% AIDS pada usia 20-49 tahun. Fakta menunjukan bahwa
perusahaan kehilangan 3% tenaga kerja karena kasus AIDS setiap tahunnya. Orang
dewasa muda yang aktif secara ekonomi memiliki tingkat infeksi tertinggi HIV.
AIDS menurunkan angka harapan hidup yang berkisar antara 20 sampai 40 tahun
pada tahun 2008. HIV AIDS meningkatkan beban dibidang kesehatan. Kematian
pada kelompok usia 50 tahunan 2-3 kali lipat. Kehilangan produktifitas kerja 15
tahun per karyawan karena AIDS (ILO, 2008).

Gambar 2 Dampak HIV AIDS ditempat kerja

AIDS menyebabkan gangguan fisik, kecacatan dan kematian bagi pekerja,


perubahan ekonomi dan emosional yang berat untuk keluarga, meningkatkan beban
biaya bagi tempat kerja. Pada orang dewasa: diperlukan waktu hingga 10 tahun,
yang kemudian berkembang menjadi AIDS dalam waktu 2 sampai 3 tahun dan mati.
Pada Anak lebih cepat karena adnaya infeksi oportunistik seperti malaria, diare atau
infeksi saluran pernapasan akut yang dapat menyebabkan kematian.
Gaya Hidup yang terkait dengan pencegahan HIV/AIDS meliputi:
• Menghindari seks bebas

11
• Penggunaan peralatan (gunting, pisau cukur dst) secara personal
• Penggunaan jarum suntik , pisau & benda tajam lainnya harus steril
• Menghindari transfusi darah yang tidak diskrining
• Penggunaan kondom dengan benar secara konsisten

I.5.5 Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS ditempat kerja


Landasan Hukum meliputi:
UU 36 Tahun 2009/Kesehatan Pasal 164 :
1) Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan
oleh pekerjaan
2) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pekerja
disektor formal dan informal
3) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi
setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja
4) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
berlaku juga bagi kesehatan pada lingkungan tentara nasional Indonesia baik
darat, laut, maupun udara serta kepolisian Republik Indonesia
5) Pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2)

KEPMENNAKERTRANS NO. KEP. 68/MEN/IV/2004


Pasal 2
(1) Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
di tempat kerja
(2) Untuk melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di
tempat kerja sebagaimana dimaksud ayat (1), pengusaha wajib :
a. Mengembangkan kebijakan tentang upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja, yang dapat dituangkan
dalam Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.
b. Mengkomunikasikan kebijakan dengan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi melalui program pendidikan yang berkesinambungan
c. Memberikan perlindungan dari tindak dan perlakuan diskriminatif.

12
d. Menerapkan prosedur K3 khusus untuk pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan Per-UU dan
standar yang berlaku
Pasal 5
(1) Pengusaha atau pengurus dilarang melakukan tes HIV untuk digunakan sebagai
prasarat suatu proses rekrutment atau kelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban
pemeriksaan kesehatan rutin.
(2) Tes HIV hanya dapat dilakukan atas dasar sukarela dengan persetujuan tertulis
dari pekerja/buruh
(3) Apabila tes HIV dilakukan, pengusaha atau pengurus wajib menyediakan
konseling
Kebajiban pengusaha:
• Menetapkan kebijakan PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
HIV/AIDS di tempat kerja (dpt dituangkan dalam PP atau PKB)
• Mengkomunikasikan kebijakan mell :
– Penyebarluasan informasi
– Penyelenggaraan pendidikan dan latihan
• Memberikan perlindungan kpd pekerja/buruh dari tindakan dan perlakuan
diskriminatif.
• Menerapan prosedur K3 khusus.

13
BAB II
PELAKSANAAN

II.1. Tanggal dan Waktu Pengamatan


Waktu
Kegiatan kunjungan perusahaan ini dilakukan pada hari Jumat, 22 Desember 2017,
pukul 09.00 – 12.00 WITA.

II.2. Lokasi Pengamatan


Tempat
Kegiatan dilaksanakan di PT Indonesia Power, Jln By Pass Ngurah Rai Pesanggaran

Gambar 3. Team Survey

14
BAB III
HASIL PENGAMATAN

III.1.ERGONOMI
1. Sikap Kerja
Hasil pengamatan mengenai sikap kerja dari tenaga kerja
menunjukkan sudah sesuai dengan aspek ergonomis, terbukti dengan adanya:
a. Tidak ditemukan tenaga kerja yang mengangkat beban berat tanpa
menggunakan alat bantu. Pada saat kunjungan lapangan memang tidak
ditemukan pekerja melakukan angkat-angkut
b. Pada karyawan hampir disemua di bagian tidak menggunakan kursi dengan
sandaran.
c. Tinggi kursi dan meja tidak disesuaikan dengan postur karyawan.
d. Tinggi tangga mesin tidak sesuai dengan tinggi operator.

Gambar 4 Kursi Pekerja

2. Cara Kerja
Posisi kerja pada masing-masing bagian bervariatif, sebagian besar dalam posisi
duduk. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pekerja duduk dalam posisi agak
membungkuk karena ketidaksesuaian tinggi meja, kursi, dan antropometri
pekerja. Posisi ini terus dipertahankan selama jam kerja karena pekerjaan yang
dilakukan bersifat repetitif dan kontinu. Hal ini juga terjadi pada pekerja yang
dalam posisi berdiri membungkuk, namun posisi ini hanya dipertahankan

15
sementara, karena hanya terjadi saat mengendalikan mesin dan berpindah-pindah
ke tempat lainnya.

3. Beban Kerja
Dari hasil pengamatan tersebut, beban kerja sudah cukup dan
pelaksanaannya sudah sesuai di lapangan. Istirahat makan juga sudah dirasa cukup,
yakni 1 jam. Adanya istirahat snack (15 menit) diperlukan agar para karyawan tidak
terlalu jenuh bekerja. Selain itu, para karyawan dapat melaksanakan sholat ataupun
menggunakan waktu istirahat yang singkat untuk sekedar melemaskan otot-otot
yang lelah setelah bekerja.

4. Lokasi Kerja
Umumnya lokasi bekerja di gedung manufactur PT. Indonesia Power. Untuk
ruangan tertutup disediakan pendingin (AC) di seluruh ruangan. Pencahayaan di
setiap ruangan terlihat cukup baik dengan dibantu oleh cahaya matahari yang masuk
dari jendela-jendela besar di sekeliling ruang produksi.

III.2.KESEHATAN KERJA
1. In-House Clinic
Tersedia fasilitas in-house clinic yang disediakan oleh perusahaan bagi
para karyawan. Klinik ini mempertugaskan 1 (satu) orang dokter yang bekerja
selama jam kantor (Senin – Jumat pukul 07.00 – 17.00) dibantu oleh satu orang
perawat. Untuk dokter bekerja dari pukul 09.00-12.00 wita setiap hari senin
sampai dengan kamis. Pencatatan pasien yang datang berobat ke klinik hanya
menggunakan buku register pasien, tidak menggunakan rekam medis
Menurut informasi narasumber, penyakit yang paling sering dijumpai di
kalangan para karyawan yang berobat antara lain Diabetes melitus, hipertensi,
chepalgia, ISPA, Dispepsia. Penyakit akibat kerja tidak dijumpai (zero accident).
PT Indonesia Power menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
tenaga kerja berupa BPJS Tenaga Kerja dan BPJS Kesehatan serta Premi Khusus
dari pusat

16
Gambar 5. RuangPeriksa

2. Program kesehatan kerja Indonesia Power


Program kesehatan kerja meliputi promotive, preventif, kuratif dan rehabilitative
Adapun program kesehatan kerja yang kami jumpai di lapangan meliputi:
1. Promotif: promosi kesehatan dilakukan 1 kali dalam sebulan, dilakukan
setiap hari jumat pagi, setelah olah raga dan sarapan kopi pagi
2. Preventif: Menyediakan sarana dan fasilitas kesehatan berupa sarana
olahraga bagi karyawan (lapangan tenis, bulutangkis, tenis meja).
Melakukan senam secara rutin seminggu sekali
3. Kuratif: Melayani pengobatan dan pemeriksaan pasien yang datang ke
inhouse klinik
4. Rehabilitatif: tidak dilakukan di Klinik

17
Gambar 6 Kotak P3K

3. Program Pencegahan Dan Penanggulangan Hiv Aids Dan Narkoba Di


Tempat Kerja
Program Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Dan Narkoba di PT
Indonesia Power sudah berjalan dengan baik. Ini terbukti dari sudah adanya
sertifikat P2-HIV/AIDS yang diterimanya.
Program yang dilakukan diantaranya:
a. Promosi kesehatan secara incidental terutama saat bulan K3 yaitu
pada bulan januari sanpai dengan Maret tiap tahunnya, namun contoh
program yang sudah dilaksanakan tidak kami jumpai pada saat
kunjungan

18
b. Pada saat pemeriksaaan kesehatan berkala dilakukan juga tes bebas
narkoba bagi pekerja. Sampai saat ini belum ditemukan pekerja
dengan tes narkoba (+)
c. Untuk pemeriksaan HIV AIDS tidak dilakukan pada saat
pemeriksaan kesehatan

4. Pemeriksaan Kesehatan bagi Karyawan


Pemeriksaan kesehatan bagi calon karyawan dilakukan pada saat karyawan akan
mulai bekerja di perusahaan Indonesia Power. Dilakukan langsung oleh Pusat
dan data semuanya berada di pusat.
Pekerja di PT Indonesia Power rutin mengadakan medical checkup setiap 1
tahun sekali bekerjasama dengan pihak ketiga dalam hal ini pihak Quantum.
Pemeriksaan kesehatan khusus bagi pekerja sampai saat ini tidak pernah
dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit akibat kerja

5. Kantin dan Gizi Kerja


Perusahaan PT Indonesia Power terdapat fasilitas kantin dan mengadakan
kerja sama dengan beberapa catering untuk pemenuhan kebutuhan gizi para
pekerjanya. Setiap makanan yang dibagikan kepada para karyawan, makanan
tersebut sudah melalui proses pengujian sampel. Perusahaan ini menetapkan
setiap pekerja mendapatkan makanan dengan minimal 1400 kkal dengan menu
Makanan yang diberikan setiap harinya bervariasi. Komposisi makanan yang
diberikan meliputi satu snack pagi, satu kali makan siang, 1 kali tambahan kopi
atau teh pada sore hari. Makan siang diberikan pada jam istirahat pkl 12.00-
13.00 wita.

19
Gambar 7 Menu Makanan dan kantin

BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

20
No Unit Kerja Permasalahan Penanganan Saran
1 Cara Kerja Pekerja duduk dikursi Pekerja diberi Kursi diganti
tanpa sandaran sehingga waktu untuk dengan yang
terlihat membungkuk. melakukan bersandar
stretching sehingga pekerja
untuk bisa meluruskan
mengobati punggungnya dan
kelelahan otot tidak
membungkuk.
2 Klinik 1. Tidak memiliki data Membuat data 1. Dibuatkan
yang valid mengenai atau keeping keeping record
penyakit tersering record dari 2. Melengkapi
ataupun penyakit pekerja yang buku preventif/
akibat kerja berobat promotif
2. Upaya untuk scenning
PAK/ tidak ditemukan
pada klinik
3. Belum ada nya upaya
untuk screening kasus
kasus yang berpotensi
resiko
4. Tidak ditemukan
buku-buku preventif
atau promotive di
klinik

3 Gizi Catering yang digunakan Penyuluhan gizi Membentuk kantin


PT Indonesia Power kerja, sehat.
hanya menyediakan mengukur gizi
makanan yang sudah jadi pekerja, dan
dan tidak diproses di PT mengusahakan
adanya kantin
sehat yang

21
memproduksi
makanannya
dari bahan
mentah sampai
jadi
4 P

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar kerja yang harus
dipenuhi oleh suatu perusahaan guna menciptakan tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif dengan mengendalikan berbagai resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja. Ruang lingkup K3 terdiri dari aspek tenaga kerja, sistem kerja,
sarana dan prasarana perusahaan. PT. Indonesia Power sebagai perusahaan yang
memiliki tenaga kerja yang banyak telah menerapkan K3, namun pelaksanaannya
masih diperlukan beberapa perbaikan dan digalakkan.

22
Menyadari pentingnya penerapan ergonomi bagi semua orang di manapun
berada maupun bekerja, serta adanya persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap
perusahaan di era globalisasi ini maka mau tidak mau upaya untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya aspek-aspek ergonomi bagi kemajuan perusahaan
menjadi prioritas dan komitmen semua pihak baik pemerintah maupun swasta dari
tingkat pimpinan sampai ke seluruh karyawan dalam manajemen perusahaan.
Dengan hal tersebut tingkat kesehatan dan keselamatan kerja akan lebih baik karena
sakit akan menurun, biaya pengobatan dan perawatan akan menurun, kerugian
akibat kecelakaankan berkurang, tenaga kerja akan mampu bekerja dengan
produktivitas yang lebih tinggi, keuntungan akan meningkat dan pada akhirnya
kesejahteraan karyawan maupun pemberi kerja akan meningkat.
- PT Indonesia Power menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk tenaga kerja
berupa asuransi BPJS TK dan BPJS kesehatan, poliklinik yang praktek setiap 5x
dalam seminggu, bekerja sama dengan rumah sakit, pada pekerja bagian produksi
dilakukan medical check-up 1 kali setahun, program senam serta penyuluhan
kesehatan.
- Penyakit terbanyak yang dikeluhkan adalah DM, hipertensi, Chepalgia. Tidak ada
penyekit akibat kerja/kecelakaan kerja
- Perusahaan PT Indonesia Power mengadakan kerja sama dengan catering untuk
pemenuhan kebutuhan gizi para pekerjanya, menetapkan setiap pekerja
mendapatkan makanan dengan minimal 1400 kkal dengan 1 kali makan siang, satu
snack pagi dam selingan kopi sore hari

V.2.SARAN
- Sebaiknya dokter yang bekerja merupakan dokter tetap perusahaan yang telah
mendapatkan pelatihan K3 yang dapat bekerja setiap hari (sesuai jam kerja
karyawan perusahaan) serta dapat menjalankan 12 program sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja.
- Masker yang digunakan karyawan masih dirasakan kurang sesuai dengan jenis
potensi bahaya di tempat kerja, sehingga perlu diperhatikan pemberian masker lebih
sesuai dengan potensi bahaya di tempat kerja (bahaya kimia).
- Pengawasan tenaga kerja yang tidak menggunakan APD dengan baik (sarung
tangan, masker, dan sepatu khusus) pada pekerja laboratorium sehingga dapat

23
terpapar langsung dengan zat kimia. Oleh karena itu disarankan dilakukan
pengawasan yang lebih ketat.
- Sikap tenaga kerja ada yang tidak ergonomis, seperti terlalu membungkuk karena
tidak terdapat sandaran pada kursi. Dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat
menyebabkan gangguan pada muskuloskeletal. Oleh karena itu disarankan untuk
menyediakan kursi yang memiliki sandaran dan sesuai dengan postur tubuh dan cara
kerja karyawan dengan harga terjangkau.
- Adanya sanksi (misalnya peringatan) terhadap pekerja yang tidak sesuai dengan
standar operasional khususnya mengenai penggunaan alat pelindung diri.
- Promosi tentang sikap kerja yang ergonomis, kesehatan dan keselamatan kerja terus
digalakkan, dengan menambah buku-buku tentang promotive dan preventif

BAB VI
PENUTUP

Kegiatan produksi industri memiliki potensi bahaya baik bagi tenaga


kerja maupun konsumen penggunanya. Potensi bahaya yang muncul dapat berasal
dari bahan baku, cara kerja dari tenaga kerja, proses produksi, beban kerja yang
berat dan monoton yang dapat menimbulkan munculnya penyakit akibat kerja yang
dapat berakhir menjadi kecacatan bahkan kematian. Berdasarkan UU No.1 tahun
1970 setiap perusahaan wajib menjalankan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan kerja (SMK3) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
pekerja serta mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh masalah terkait K3 berupa
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi
potensi bahaya ditempat kerja serta manajemen penanganannya oleh tenaga
kesehatan yang memiliki pengetahuan SMK3. SMK3 sendiri dapat diterapkan
dengan tetap memperhatikan asas ekonomi perusahaan sehingga aplikasinya dapat
menguntungkan semua pihak.

24

Anda mungkin juga menyukai