Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin pesatnya perkembangan dan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan


teknologi, khususnya dibidang ketenagalistrikan, maka sebagai mahasiswa dituntut
untuk mempunyai keahlian, pengalaman dan kepekaan dalam mengatasi dan
menghadapi berbagai permasalahan serta tantangan yang terjadi di dunia kerja,
sehingga kita dapat mempersiapkan diri sedini mungkin untuk menghadapi kemajuan
teknologi tersebut. Oleh karena itu maka khusunya Jurusan Teknik Elektro program
study Teknik

Listrik,

berusaha

untuk

berpartisipasi

dalam

mengantisipasi

perkembangan tersebut dengan menerapkan beberapa program yang wajib untuk


dilaksanakan oleh mahasiswa sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas
dan kompeten yang dapat mengembangkan keahliannya masing-masing di dunia
kerja.
Untuk mendapatkan hal tersebut, maka perlu dilakukan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) yang merupakan salah satu mata kuliah yang diwajibkan kepada setiap
mahasiswa pada semester terakhir atau semester VI di Politeknik Negeri Padang
khusus untuk D3. Praktek Kerja Lapangan ini sangat membantu mahasiswa untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan atau keahlian dan sebagai gambaran agar tidak asing
lagi ketika memasuki dunia kerja. Selain itu mahasiswa diberi kesempatan untuk
mengimplementasikan disiplin ilmu yang sudah dipelajari dibangku kuliah serta
mendapatkan pengetahuan baru yang sangat berguna nantinya.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan.


1

Pelaksanaan atau pengalaman Praktek Kerja Lapangan bagi mahasiswa pada


dasarnya bertujuan untuk mambekali mahasiswa dengan pengalaman langsung dalam
berbagai kegiatan perusahaan atau industry sehingga mahasiswa dapat menerapkan
apa yang diperolehnya di bangku perkuliahan dan juga bisa memperoleh pengetahuan
baru yang tidak mereka dapatkan di bangku perkuliahan.
Sesara umum pelaksanaan pengalaman Praktek Kerja Lapangn (PKL)
dijelaskan dalam buku panduan PKL yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa dibidang teknologi

melalui ketertiban langsung dalam

kegiatan di perusahaan dan industry.


Sedangkan kegiatan khusus meliputi pengenalan alat- alat yang digunakan di
Rayon Lubuk Alung, kemudian penulis mengambil salah satu topik untuk diamati dan
dituangkan kedalam bentuk laporan.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti program Praktek
Kerja Lapangan adalah sebagai berikut :
1. Dapat diikuti oleh semua mahasiswa dari semua program studi dengan melalui
seleksi.
2. Mendapat izin pimpinan perguruan tinggi dan dari orang tua.
3. Minimal duduk di bangku kuliah.
4. Memiliki semangat kerja dan dapat bersosialisasi dalam suatu organisasi/dunia
kerja.
5. Memiliki motivasi yang tinggi, ketekunan, dan ketahanan mental.

6. Mentaati peraturan yang berlaku di tempat kerja yang bersangkutan.


Dengan adanya program Praktek Kerja Lapangan ini mendatangkan banyak manfaat
Diantaranya :
A. Perusahaan :
1. Mempermudah perusahaan dalam merekrut calon karyawan yang professional.
2. Membantu perusahaan dalam meningkatkan mutu karyawan.
3. Menghemat dana untuk pengembangan SDM.
4. Membina hubungan kemitraan antara perguruan tinggi dan perusahaan.
B . Perguruan Tinggi :
1. Menyesuaikan metode dan isi kuliah agar lebih relevan dengan dunia kerja.
2. Meningkatkan kemampuan tenaga pengajar agar memberikan kuliah yang
relevan dengan dunia kerja disamping mutu akademisnya.
3. Membina hubungan kemitraan antara perguruan tinggi dan perusahaan dalam
sarana dan prasarana pendidikan.
4. Membekali kemampuan dasar yang memberikan kemampuan kepada mahasiswa
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam pekerjaan.
5. Meningkatkan kualitas program praktek Kerja lapangan untuk mahasiswa tingkat
akhir D3 pada Politeknik Negeri Padang.
C. Mahasiswa :

1. Memiliki pengalaman kerja di suatu perusahaan.


2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari perguruan tinggi dalam
dunia kerja.
3. Memberikan kesempatan kerja yang lebih besar.
4. Memperoleh insentif sesuai dengan kemampuannya.
5. Memberikan kesempatan mencari pengalaman, promosi, dan peningkatan karir.
6. Memperoleh pengalaman berorganisasi dalam tim kerja nyata.

1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan.


Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah melaksanakan praktek Kerja
lapangan tiga bulan diantaranya adalah :
A. Mahasiswa dapat mengenal dan memahami permasalahan yang terjadi pada PT.
HALEYORA POWERINDO dan PT. PLN (Persero) Rayon Lubuk Alung baik
masalah teknis, maupun non teknis pada perusahaan.
B. Mendapatkan pengetahuan baru serta pengalaman yang sangat berharga terutama
dalam mempersiapkan diri sebelum memasuki dunia kerja.
C. Dapat mencoba mengaplikasikan ilmu teoritis yang telah diperoleh pada masa
perkuliahan dalam praktek dilapangan.
D. Dapat lebih mengenal secara visual dan nyata peralatan peralatan yang selama ini
hanya siswa lihat pada buku buku materi kuliah.
E. Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki mahasiswa dapat mencoba menganalisa
serta mencari solusi dalam berbagai permasalahan yang mungkin timbul,
khususnya di bidang ketenaga listrikan.
4

1.4 Batasan Masalah


Mengingat kompleksnya permasalahan mulai dari prosedur aktivitas kerja dan
ruang lingkup dari wilayah cakupan kerja serta dengan terbatasnya waktu praktek
Kerja lapangan, tidaklah memungkinkan semua persoalan dan permasalahan dapat di
bahas dan dimasukkan kedalam laporan praktek kerja lapangan kali ini, maka
permasalahan Pembahasan dari laporan ini membahas tentang Mengukur Beban
Trafo Distribusi Feeder Tapakis 24 Jam.

1.5 Identifikasi Masalah.


Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, saya memilih bidang
garapan Penyeimbangan beban trafo distribusi. Khususnya ketidakstabilan tegangan
yang di terima pelanggan dan kecilnya tengangan listrik pada bagian ujung JTR.

1.6 Metode Penulisan


Metode yang dilakukan penulis untuk menyusun laporan ini adalah dengan :
1. Metode Observasi
Dengan cara ini kami mencari data dengan melihat langsung ke lapangan, sehingga
data yang dibutuhkan dapat diperoleh secara langsung melalui peralatan yang ada
melalui bimbingan dosen.

2. Metode Wawancara
Kami melakukan wawancara secara langsung dengan mentor atau operator agar
mendapatkan penjelasan mengenai bidang yang ditekuninya untuk mendapatkan
data dan informasi.

3. Metode Studi Literatur


Kami mengumpulkan data melalui beberapa buku referensi, baik buku-buku
kuliah, buku dari dosen maupun buku dari perpustakaan yang menunjang terhadap
judul yang sedang dibahas.

1.7 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan .


Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di PT. HALEYORA POWERINDO Jln.
Azizi Andalas Padang dan PLN (Persero) Rayon Lubuk Alung Jln. Tapakis Lubuk
Alung, lama waktu Pratek Kerja Lapangan ini selama tiga bulan yaitu tanggal 9
Februari 2015 sampai dengan 30 April 2015. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Industri mengikuti jadwal kerja karyawan PT. HALEYORA POWERINDO dan PT.
PLN (Persero) Rayon Lubuk Alung, yaitu lima hari kerja dari hari senin hingga hari
jumat dan hari sabtu-minggu libur.

1.8 Sistematika Penulisan Laporan


Untuk memudahkan pembahasan dalam laporan kerja praktek ini, maka laporan
disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

BAB I

Berisi Pendahuluan
Berisikan

tentang Latar

Belakang, Tujuan, Batasan

masalah,

Sistematika laporan
BAB II

Deskripsi PT. PLN (PERSERO) Rayon Lubuk Alung


Berisikan tentang sejarah berdiri, Struktur Organisasi, Deskripsi
Jabatan dan Aspek kegiatan Perusahaan

BAB III

Landasan Teori Trafo Distribusi


6

Berisikan tentang landasan teori trafo distribusi


BAB IV

Pembahasan
Berisikan tentang Pengukuran Beban Trafo Distribusi Feeder Lubuk
Alung selama 24 jam di PT. PLN (Persero) Rayon Lubuk Alung.

BAB V

Penutup
Berisikan tentang kesimpulan dan penutup

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN PT.PLN (PERSERO)

2.1. Sejarah Singkat PT PLN (Persero)

Sejarah ketenaga listrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika
beberapa perusahaan Belanda mendirikan pusat tenaga listrik untuk pemakaian
sendiri. Selanjutnya perusahaan Listrik tersebut berkembang menjadi perusahaan
untuk kepentingan umum. Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaanperusahaan listrik terebut dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia,
tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemudapemuda Indonesia pada bulan September 1945, kemudian diserahkan kepada
pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno
membentuk jawatan listrik dan gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya
sebesar 157,5 MW saja. Tanggal 1 Januari 1961, jawatan Listrik dan Gas tersebut
diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang
bergerak di bidang Ketenagalistrikan, Gas dan Kokas. Tanggal 1 Januari 1965, BPUPLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan Negara yaitu Perusahaan Listrk Negara
(PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang
mengelola Gas.
Pada saat itu kapasitas pembangkit listrik PLN sebesar 300 MW, tahun 1972
Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik Negara sebagai
Perusahaan Umum Listrk Negara (PLN). Tahun 1990 melalui peraturan pemrintah
No.17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan. Tahun 1992,
pemerintah memberikan kesempatan kapada sektor swasta untuk bergerak dalam
bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan diatas, pada bulan Juni
1994 status PLN dialihkan dari perusahaan umum menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero).
2.1.1 Falsafah Perusahaan PT. PLN (Persero)
Falsafah Perusahaan PT. PLN (Persero) adalah :
-

Membawa kecerahan dan kegairahan dalam kehidupan masyarakat yang

produktif.
8

2.1.2 Visi Perusahaan PT. PLN (Persero)


Visi Perusahaan PT. PLN (Persero) adalah :
- Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan
terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
2.1.3 Misi Perusahaan PT. PLN (Persero)
Misi Perusahaan PT. PLN (Persero) adalah :
- Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada
kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
- Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.
- Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
- Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
2.1.4 Motto Perusahaan PT. PLN (Persero)
Motto Perusahaan PT. PLN (Persero) adalah :
- Listrik untuk kehidupan yang lebih baik (Electricity for a better Life).
2.1.5 Nilai- nilai Perusahaan
- Peka dan tanggap kebutuhan pelanggan
Senantiasa berusaha untuk tetap memberikan pelayanan yang dapat memuaskan
kebutuhan pelanggan secara cepat, tepat, dan sesuai.
- Penghargaan pada harkat dan martabat manusia
Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dengan segala kelebihan dan
kekurangannya serta mengakui dan melindungi hak- hak asasi dalam menjalankan
bisnis.
- Integritas
Menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas, dan obyektifitas dalam pengelolaan
bisnis.
- Kualitas produk
Meningkatkan kualitas dan keandalan produk secara terus menerus dan terukur serta
menjaga kualitas lingkungan dalam menjalankan perusahaan.
- Peluang untuk maju
9

Memberikan peluang yang sama dan seluas- luasnya kepada setiap anggota
perusahaan untuk berprestasi dan menduduki posisi sesuai dengan kriteria dan
kompetensi jabatan yang ditentukan.
- Inovatif
Bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan semua anggota perusahaan,
menumbuhkan rasa ingin tahu serta menghargai ide dan karya inovatif.
- Mengutamakan kepentingan perusahaan
Konsisten untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan dan menjamin didalam
setiap keputusan yang diambil demi kepentingan perusahaan.
- Pemegang saham
Dalam pengambilan keputusan bisnis akan berorientasi pada upaya meningkatkan
nilai investasi pemegang saham.
2.1.6 Lambang Perusahaan PT. PLN (Persero)
Berdasarkan SK Direksi No. 013/DIR/1976 tentang Lambang PLN, dijelaskan
sebagai berikut :
1. Gambar lambang PLN tercantum dalam suatu bidang datar :
a. Warna kuning keemasan.
b. Bentuk segi empat dan berskala panjang 3:4.
c. Tanpa garis pinggir bila diperlukan penggambaran segi empat tersebut pada
titik dapat dipergunakan garis pinggir sebagai batas.
d. Tanpa tulisan Listrik Negara, ataupun tulisan lain di dalamnya.
2. Gambar lambang PLN terdiri dari (lihat gambar) :
a. Petir atau kilat yang berbentuk seperti gambar, di sebelah atas tebal dan
meruncing di sebelah bawah, berwarna merah darah dan memotong/ menembus
ketiga garis gelombang.
b. Tiga buah gelombang yang berbentuk sinusoida (2,5 perioda), berwarna biru
laut, tersusun sejajar dalam arah mendatar, terletak di tengah- tengah segi empat
pada dasar kuning keemasan tersebut.
3. Gambar lambang PLN diartikan sebagai berikut :
a. Petir atau Kilat melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya.
b. Lambang gelombang dipergunakan dalam lambang PLN, karena segala macam
tenaga (energi) dapat dinyatakan sebagai gelombang (cahaya, listrik, akustik, dll).
10

Kegiatan PLN antara lain mencakup konversi segala macam tenaga / energi
menjadi tenaga listrik.
c.Tiga buah gelombang sejajar diartikan tiga sikap karyawan PLN dalam
melaksanakan tugas negara yaitu bekerjan keras, bergerak cepat dan bertindak
cepat. Arti yang lain adalah bahwa pelaksanaan tugas PLN harus serempak dalam
tiga bidang, pembangkitan, penyaluran dan pendistribusian tenaga listrik.
4. Warna gambar lambang PLN diartikan sebagai berikut :
a. Warna kuning keemasan melambangkan Keagungan Tuhan Yang Maha Esa,
serta agungnya kewajiban PLN.
b. Warna merah darah melambangkan keberanian dan dinamika dalam
melaksanakan tugas untuk mencapai sasaran pembangunan.
c. Warna biru laut melambangkan kesetiaan dan pengabdian pada tugas untuk
menuju dan mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia seperti
yang dinyatakan dalam PP 18 Tahun 1972.
5. Penempatan tulisan- tulisan yang menyatakan satuan PLN adalah sebagai berikut :
a. Dicantumkan di sebelah kanan lambang pada papan nama PLN tersebut.
b. Pada benda- benda, peralatan, kendaraan dan sebagainya di sebelah atas
lambang di cantumkan Satuan Induknya (PLN Pst, PLN Wilayah/ Unit Bisnis,
PLN Proyek dan sebagainya) di bawah lambang dicantumkan satuan eselon
berikutnya (PLN Cabang, Sektor dan sebagainya).
6. Standar bentuk gambar/ lambang PLN adalah sebagai berikut :
Standar bentuk lambang serta ukuran- ukurannya di bakukan seperti tertera pada
gambar. Semua lambang di buat sesuai kelipatan 1/10, 1/5, , 1, 2, 3, dari lambang
tersebut. Gambar lambang perusahaan PT. PLN (Persero)
2.1.7 Aspek-aspek Kegiatan Perusahaan
Kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT PLN (persero) secara umum meliputi
hal-hal berikut :
a.
b.
c.
d.

Produksi transmisi dan distribusi tenaga listrik.


Perencanaan dan pembangunan bidang kelistrikan.
Pengendalian dan pengembangan tenaga listrik.
Pengusaha jasa-jasa di bidang tenaga listrik.

Sedangkan kegiatan usaha yang berhubungan dengan penyediaan tenaga listrik, antara
lain :

11

a. Pembangunan Jaringan
Merupakan pembangunan hantaran udara, yang meliputi. Tegangan rendah,
tegangan menengah, dan jaringan dibawah tanah (kabel TR dan TM)
b. Pembangunan gardu-gardu Distribusi
Merupakan gardu yang mendistribusikan Kwh atau menyalurkan tenaga aliran
listrik kepada pelanggan melalui jaringan tegangan rendah atau TR, termasuk
perlengkapan Kwh.
c. Pembangunan Tiang.
d. Pemeliharaan gardu jaringan, sambungan rumah dan memelihara gedung.
e. Penyambungan baru.
Mengadakan kegiatan pemasangan atau penyambungan listrik rumah-rumah
konsumen baru.
f. Tambah daya.
Mengadakan perubahan beban penambahan maupun penurunan daya.
g. Perubahan tarif.
Merupakan perubahan tarif dari pelanggan umum ke kelompok lainnya atau
sebaliknya, misalnya dari ruma tinggal ke tarif industri atau usaha
h. Pelayanan kepada pelanggan.
1. Permintaan sambungan baru dan perubahan daya
2. Permintaan penerangan sementara
3. Permintaan perbaikan atau pembongkaran sambungan rumah
i. Pembacaan meteran listrik.
Melakukan pencatatan stan meter
j. Pembuatan rekening listrik.
Pembuatan rekening listrik atas pemakaian tenaga listrik
2.2 Sejarah Kelistrikan Sumatera Barat
Pada zaman Hindia Belanda atas dasar Lembaran Negara (Staatsblad) No. 312
tanggal 1 Juli 1918, sejak permulaan tahun 1868 daerah Ombilin Sawahlunto menjadi
terkenal dan penting pada saat Ir.W.H.De Greve menemukan lapisan-lapisan dan
ladang-ladang batubara (kolenvelden) ditepi sungai Ombilin. Begitu pesatnya
eksplorasi Pemerintahan Belanda, sehingga produksi berlimpah ruah dan menumpuk,
sedangkan transportasi belum ada untuk mengangkutnya ke pelabuhan Teluk Bayur
(dulu bernama Emmahaven).

12

Setelah tambang Ombilin berhasil menemukan daerah pengolahan batu bara


dibawah tanah perbukitan (tunnelbouw) dirasakan sanggat diperlukan aliran listrik
guna menggerakkan motor-motor transporband (belt conveyor), lori-lori, rumah sakit,
bengkel besar, lampu-lampu penerangan rumah, beding-beding pekerja, lampu-lampu
penerangan jalan, dsbnya, maka pada tahun 1892 didirikan sebuah Sentral Listrik
Tenaga Uap di desa Salak yang berjarak 10 KM dari Sawahlunto didekat Sungai
Batang Ombilin.
Pemerintah Belanda kemudian membuka perusahaan kereta api yang dulu
bernama Sumatra Staats Spoorwegen (S.S.S), yang tujuan utamanya mengangkut
batubara dari Sawahlunto ke Teluk Bayur guna diekspor untuk keperluan kapal-kapal
uap di Hindia Belanda. Setelah adanya beberapa daerah yang dijangkau perkereta
apian, maka S.S.S pada tahun 1912 membangun sebuah sentral listrik dengan tenaga
uap yang bernama Sentral Listrik Tenaga Uap Kampung Durian (Electrische Stoom
Centrale Kampung Durian) berlokasi ditepi Sungai Batang Arau, dengan pemasangan
perdana 2 buah turbin uap merk Gbrs Stork Hengelo berikut dengan Generatornya
masing-masing 650 kVA, kapasitas 500 kW merk Willwm Smit Slikkerveer Holland.
Ketel-ketel uap (stoomketels) memakai bahan bakar batubara yang sudah dicuci
bersih jenis notjes (ukuran biji jagung).
Pada tahun 1914 sentral listrik tenaga uap kampung durian tersebut telah
beroperasi (inbedrijf) dan menyalurkan aliran listrik untuk kepentingan-kepentingan:
1.

Pelabuhan kapal Teluk Bayur (Emmahaven)

2.

Bengkel besar kereta api (S.S.S Werkplaats) di Simpang Haru Padang.


Pada tahun 1918 Sentral Listrik Kampung Durian diperluas lagi dengan

pemasangan 1 buah lagi turbin uap Ptent Curtis merk A.E.C dengan generatornya
1430 kVA kapasitas 1.000 kW. Dengan tambahan mesin baru inilah Sentral
13

mempunyai stand bye Unit. Oleh karena beban puncaknya (peak load) masih rendah,
maka pihak Ombilin mengadakan agreement dengan pemerintahan kota Padang
(staads gemeente) masalah kelistrikan yang dapat disupply kedalam kota Padang
yang pada saat itu belum ada listrik sama sekali.
Pada tahun 1924 karena kelebihan energi maka pemerintah kota Padang mulai
membangun gardu-gardu Transformator dibeberapa lokasi, mendirikan saluran udara
tegangan rendah (SUTR) yang berasal dari rel-rel kereta api, pipa-pipa baja, tiang
vakwerk dan penarikan kawat-kawat saluran udara tegangan rendah dan
pengamanannya. Pekerjaan didalam kota Padang tersebut berada dibawah
Gemeentclijke Electiciteit Bedrijf (G.E.B). Setelah itu barulah sentral listrik Kampung
Durian menyalurkan arus listrik tegangan tinggi 6 kV melalui kabel-kabel tanah
sampai pada gardu induk yang terletak didekat persimpangan jalan Proklamasi, dan
karena perkembangan kota gardu induk itu dipindahkan ketempat lain. Jadi Sentral
Listrik Kampung Durian hanya sebagai pembangkit, sedangkan untuk distribusinya
ditangani langsung oleh G.E.B Padang.
Pada tahun 1942-1945 masa pendudukan Jepang Sentral Listrik Kampung
Durian Padang tetap jalan seperti biasa dan tetap berpusat pada Ombilin Sawahlunto
yang bernama Padang Hatsudensho, dan pendistribusian tetap ditangani oleh Balai
Kota Padang (Padang Shiakusho).
Pada tahun 1945 setelah Jepang kalah dan menyusul Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Sentral Listrik masih tetap dibawah naungan
P.N.T.B.O Sawahlunto.
Pada tanggal 10 Oktober 1945 tentara sekut (Allied Forces) mendarat
dipelabuhan Teluk Bayur dengan tujuan untuk mengembalikan kekuasaan
Pemerintahan Belanda dari pemerintahan Jepang, tetapi Kemerdekaan Republik
14

Indonesia teah diproklamirkan, dan diseluruh Nusantara telah berkibar bendera


sangsaka merah putih dengan jayanya. Pada akhir tahun 1946 setelah tentara sekutu
meninggalkan kota Padang dan sekitarnya, tentara Belanda dan NICA yang
membonceng sekutu

mendarat dan mengambil kantor Balai Kota Padang yang

dipakai sebagai headquarter dari tangan Jepang.


Serangan yang membabi buta oleh Belanda mengakibatkan pengiriman
batubara dari Sawahlunto ke Sentral Listrik Kampung Durian Padang terhalang, akan
tetapi pegawai tetap bekerja mempertahankan perusahaan vital tersebut tetap menjadi
milik Pemerintah Republik Indonesia, jadi semangat Merdekalah yang mendorong
pegawai untuk bekerja.
Pada tanggal 19 Desember 1948 hubungan administratif dan teknis antara
Sentral Listrik Kampung Durian dengan PN.TBO Sawahlunto terputus, persediaan
batubara sudah habis dan pemerintah Belanda yang berkuasa ingin agar listrik kota
Padang tetap menyala maka mereka mendatangkan batu bara halus (gruis kolen) dari
Bukit Asam Palembang. Akhirnya Sentral Listrik dikuasai pemerintah Belanda dan
berada dibawah Verkeer & Waterstaat (V&W) yang ditangani langsung oleh
perusahaan listrik kota yang bernama Gemeertelijkc Electriciteit Bedrijf (GEB).
Tidak lama kemudian terjadilah perubahan status negara yaitu menjadi
Republik Indonesia Serikat (RIS) yang tidak bertahan lama. Pemerintah Belanda serta
orang-orangnya berangsur-angsur meninggalkan Indonesia. GEB berubah menjadi
perusahaan listrik Kota Praja, berpusat dikantor Balai Kota yang menangani
pendistribusian aliran listrik dalam kota. Setelah hapusnya RIS dari bumi Indonesia
dan kita hanya mengakui satu Republik saja yaitu Republik Indonesia, maka
pengiriman batubara untuk Sentral mulai normal kembali. Penguasaan berpindah dari

15

Balai Kota ke Eksploitasi P.N.K.A Padang dan berpusat kejawatan Tenaga di Jl.
Hayam Wuruk No. 3 Jakarta.
Pada tahun 1952 Sentral Listrik berpindah ke Perusahaan Negara untuk
Distribusi Tenaga Listrik (PENUDITEL) Sumatera Tengah, berkantor di Jl. Lurus
Bukittinggi dan tetap berpusat di Jawatan Tenaga di Jakarta. PENUDITEL mulai
merehabilitasi, menormalisir, dan membangun beberapa PLTD didaerah Sumbar &
Riau, dengan 3 (tiga) wilayah kerja yaitu :
1.

PLN Eksploitasi Cabang Padang.

2.

PLN Eksploitasi Cabang Bukittinggi

3.

PLN Eksploitasi Cabang Pekanbaru.


Pada tahun 1965 Sumatera Barat dan Riau menjelma menjadi Wilayah kerja

PLN Eksploitasi XIV. Tidak lama kemudian seluruh Perusahaan Listrik berada
dibawah satu Kementrian Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) di Jakarta.
Dan barulah pada tahun 1971 terjadi serah terima pendistribusian listrik antara Balai
Kota Padang kepada PLN.
Pada pertengahan tahun 1964, karena Sentral Listrik Kampung Durian tidak
ekonomis lagi, bahkan rendemen harga 1 kg bahan batubara lebih tinggi dan mahal
dari 1 kWh yang dihasilkan, apalagi ongkos transport batu bara yang tidak sedikit
terpaksa ditutup dan tidak dioperasikan. Aliran listrik untuk kota disupply dari PLTD
Simpang Haru.
Pada tahun 1969 pemerintah mulai dengan Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita) pertama. Perlistrikan berangsur-angsur baik, tidak hanya untuk kota
Padang dan sekitarnya saja, tetapi mencakup seluruh wilayah kerja PLN Eksploitasi
XIV baik Sumbar maupun di Riau. Kondisi yang membaik tersebut juga ditandai
16

dengan telah selesainya PLN Pikitring membangun PLTA Maninjau dan PLTG Pauh
Limo. Masyarakat ikut bergembira dan berterima kasih kepada Pemerintah khususnya
PLN karena listrik telah masuk sampai ke desa.
PLN di Sumatera Barat beberapa kali mengalami perubahan struktur organisasi, yaitu
sebagai berikut:
1.

PT. PLN (Persero) Wilayah III, ditetapkan melalui Keputusan Direksi No.
019.K/023/DIR/1997, dengan wilayah kerja meliputi daerah Sumatera Barat dan
Riau.

2.

PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Sumbar dan Riau, ditetapkan dengan
Keputusan

Direksi

No.

113.K/023/DIR/2001

tanggal

25

Mei

2001.

Restrukturisasi dari Wilayah III menjadi Unit Bisnis Sumbar dan Riau ini dalam
rangka optimasi Corporat Gain, dimana wilayah diarahkan menjadi strategic
business unit / investment centre.
3.

PT. PLN (Persero) Wilayah Sumbar, yang ditetapkan dengan Keputusan


Direksi No. 304.K/023/DIR/2003 tanggal 19 Nopember 2003. Perubahan
organisasi

ini

diawali

dengan

keluarnya

Keputusan

Direksi

No.

089.K/023/DIR/2002 tentang perubahan organisasi Unit Bisnis di lingkungan PT.


PLN (Persero), dimana telah dibentuk Unit Bisnis kelistrikan baru dibeberapa
wilayah kerja diantaranya Wilayah Riau. Dengan keluarnya Keputusan Direksi ini
maka wilayah kerja Sumbar dan wilayah kerja Riau masing-masing berdiri
sendiri, dimana Wilayah Sumbar saat ini memiliki 3 (tiga) Cabang yaitu Cabang
Padang, Cabang Bukittinggi, dan Cabang Solok. dan terakhir di tahun 2008
dioperasionalkan PLN Cabang Payakumbuh.

17

2.3. Struktur Organisasi PT PLN (Persero)Wilayah Sumbar Area Padang Rayon


Lubuk Alung

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PLN (Persero) Wilayah Sumbar Area Padang Rayon
Lubuk Alung

18

2.4 Peta Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Wilayah Sumbar Area Padang Rayon
Lubuk Alung

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Wilayah Sumbar Area Padang
Rayon Lubuk Alung

19

BAB III
LANDASAN TEORI TRAFO DISTRIBUSI

3.1 Pengertian Transformator


Transformator merupakan suatu alat listrik statis, yang diprgunakan untuk
memindahkan daya dari suatu rangkaian ke rangkaian lain, dengan mengubah
tengangan, tanpa mengubah frekuensi. Dalam bentuk yang paling sederhana
transformator terdiri dari dua kumparan dan satu induktansi mutual. Kumparan Primer
adalah yang menerima day dan kumparan sekunder tersambung pada beban. Kedua
kumparan di belit pada suatu inti yang terdiri atas material magnetic berlaminasi.
Landasan fisik transformator adalah induktansi muatual (timbale balik) antara
kedua rangkaian yang di hubungkan oleh suatu fluks magnet bersama yang melewati
suatu jalur dengan reluktansi rendah. Kedua kumparan memiliki induktansi mutual
yang tinggi. Jika suatu kumparan di sambung pada suatu sumber tegangan bolak
balik, suatu fluks bolak balik terjadi di dalam inti berlaminasi, yang sebagian besar
akan mengait pada kumparan lainnya, dan didalamnya akan terinduksi suatu gaya
gerak listrik (GGL) sesuai dengan hokum hokum induksi magnetitik Fraday :
e = M. di/dt
dengan :

20

e = gaya gerak listrik yang diinduksikan


M = induktansi mutual
3.2 Prinsip Kerja Transformator
Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika
Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus
listrik pada kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan
magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke
kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl
induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik (mutual inductance).
Pada skema transformator di bawah, ketika arus listrik dari sumber tegangan
yang mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan
magnet yang dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada
kumparan sekunder akan berubah polaritasnya.

Gambar 3.1 Prinsip kerja transformator


Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan
jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan:

21

Gambar 3.2 Lilitan Prime dan Sekunder Transformator


Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder
transformator ada dua jenis yaitu:
Vp

= tegangan primer (volt)

Vs

= tegangan sekunder (volt)

Np

= jumlah lilitan primer

Ns

= jumlah lilitan sekunder

Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan


sekunder adalah:
1.

Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns).

2.

Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP).

3.

Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer,

Sehingga dapat dituliskan:

22

3.3 Konstruksi Bagian-bagian Transformator Distribusi


Transformator terdiri dari :
a. Bagian Utama.
1. Inti besi
Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik
yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi,
untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy
Current.
2. Kumparan Transformator
Adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan.
Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang
diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat
seperti karton, pertinak dan lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi
tegangan dan arus.
3. Minyak Transformator
Sebagian besar kumparan-kumparan dan inti trafo tenaga direndam dalam
minyak trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak
trafo mempunyai sifat sebagai isolasi dan media pemindah, sehingga minyak trafo
tersebut berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi.
4. Bushing
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah bushing yaitu
sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai
penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki trafo.

23

Gambar 3.3 Contoh Bushing transformator

Gambar 3.4 Konstruksi Bushing transformator


5. Tangki Konservator
Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo berada
(ditempatkan) dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki
dilengkapi dengan konservator.

b. Peralatan Bantu
1. Tap Changer
Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari tegangan jaringan /primer
yang berubah-ubah. Tap changer yang hanya bisa beroperasi untuk memindahkan tap
transformator dalam keadaan transformator tidak berbeban disebut Off Load Tap
Changer dan hanya dapat dioperasikan manual.
24

Tap changer yang dapat beroperasi untuk memindahkan tap transformator,


dalam keadaan transformator berbeban disebut On Load Tap Changer dan dapat
dioperasikan secara manual atau otomatis.
Untuk memenuhi kualitas tegangan pelayanan sesuai kebutuhan konsumen
(PLN Distribusi), tegangan keluaran (sekunder) transformator harus dapat dirubah
sesuai keinginan. Untuk memenuhi hal tersebut, maka pada salah satu atau pada
kedua sisi belitan transformator dibuat tap (penyadap) untuk merubah perbandingan
transformasi (rasio) trafo.
Ada dua cara kerja tap changer:
1. Mengubah tap dalam keadaan trafo tanpa beban.
2. Mengubah tap dalam keadaan trafo berbeban (On Load Tap
Changer / OLTC).
Transformator yang terpasang di gardu induk pada umumnya menggunakan tap
changer yang dapat dioperasikan dalam keadaan trafo berbeban dan dipasang di sisi
primer. Sedangkan transformator penaik tegangan di pembangkit atau pada trafo
kapasitas kecil, umumnya menggunakan tap changer yang dioperasikan hanya pada
saat trafo tenaga tanpa beban.
OLTC terdiri dari :
1. Selector Switch
2. diverter switch
3. transisi resistor
Untuk mengisolasi dari bodi trafo (tanah) dan meredam panas pada saat proses
perpindahan tap, maka OLTC direndam di dalam minyak isolasi yang biasanya
terpisah dengan minyak isolasi utama trafo (ada beberapa trafo yang compartemennya
menjadi satu dengan main tank). Karena pada proses perpindahan hubungan tap di
dalam minyak terjadi fenomena.

25

elektris, mekanis, kimia dan panas, maka minyak isolasi OLTC kualitasnya akan
cepat menurun. tergantung dari jumlah kerjanya dan adanya kelainan di dalam OLTC.

2. Alat pernapasan (Dehydrating Breather)


Karena pengaruh naik turunnya beban transformator maupun suhu udara luar,
maka suhu minyak pun akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu
minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak
keluar dari tangki, sebaliknya apabila suhu minyak turun, minyak menyusut maka
udara luar akan masuk ke dalam tangki. Kedua proses di atas disebut pernapasan
transformator.

c. Peralatan Proteksi
1. Rele Bucholz
Rele bucholz adalah alat/rele untuk mendeteksi dan mengamankan terhadap
gangguan di dalam transformator yang menimbulkan gas. Gas yang timbul
diakibatkan oleh karena :
a.
b.
c.
d.
e.

Hubung singkat antar lilitan /dalam phasa


Hubung singkat antar phasa
Hubung singkat antar phasa ke tanah
Busur api listrik antar laminasi
Busur api listrik karena kontak yang kurang baik

2. Pengaman tekanan lebih (Explosive Membrane) / Bursting Plate


Alat ini berupa membrane yang dibuat dari kaca, plastik, tembaga atau katup
berpegas, berfungsi sebagai pengaman tangki transformator terhadap kenaikan
tekanan gas yang timbul di dalam tangki (yang akan pecah pada tekanan tertentu) dan
kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangki transformator.
3. Rele tekanan lebih (Sudden Pressure Relay)

26

Rele ini berfungsi hampir sama seperti rele Bucholz, yakni pengaman terhadap
gangguan di dalam transformator. Bedanya rele ini hanya bekerja oleh kenaikan
tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung menjatuhkan PMT.
4. Rele pengaman tangki

d. Peralatan Tambahan untuk Pengaman Transformator.


1. Rele Differensial (Differential Relay)
Berfungsi mengamankan transformator dari gangguan di dalam transformator
antara lain, Flash Over antara kumparan dengan kumparan atau kumparan dengan
tangki atau belitan dengan belitan di dala kumparan ataupun beda kumparan.
2. Rele arus lebih (Over current Relay)
Berfungsi mengamankan transformator dari arus yang melebihi dari arus yang
telah diperkenankan lewat dari transformator tersebut dan arus lebih ini dapat terjadi
oleh karena beban lebih atau gangguan hubung singkat.
3. Rele hubung tanah (Ground Fault Relay)
Berfungsi untuk mengamankan transformator bila terjadi gangguan satu phasa
ke tanah.

4. Rele thermis (Thermal Relay)


Berfungsi untuk mencegah/mengamankan transformator dari kerusakan isolasi
kumparan, akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan akibat arus lebih. Besarnya
yang diukur di dalam rele ini adalah kenaikan temperatur.

3.4. Macam-macam gangguan pada TRANSFORMATOR


A. Jenis - jenis gangguannya :
Gangguan pada trafo bisa digolongkan oleh 2 faktor, diantaranya :
27

1. Gangguan internal, merupakan gangguan yang disebabkan oleh trafo itu sendiri
-.Gangguan antar Fasa
-.Gangguan Fasa ke Tanah
1. Bushing TM/TR dan packing body yang kurang kencang / kendur.
2. Penyambungan Kumparan yang kurang baik
3. Kerusakan isolasi
4. Gangguan Sistem Pendingin
2.Gangguan Eksternal , merupakan gangguan yang di sebabkan faktor luar.
-.Gangguan Hubung Singkat pada penyulang (feeder),rel,dan incoming feeder
-.Pembebanan trafo yang tidak seimbang, melebihi dari kapasitas 80% kapasitas
daya trafo. Semakin besarnya kebutuhan listrik pada konsumen dan semakin
bertambahnya juga beban/konsumen,menyebabkan trafo mengalami Over Load
atau beban lebih.
-.Sistem pemeliharaan yang kurang tepat
Pemeliharaan yang tidak rutin dan tidak terencana, metodeyang salah dapat
mengurangi keandalan trafo.

4. Cuaca dan lokasi penempatan trafo


Cuaca yang buruk dapat mengakibatkan berkurangnya keandalan trafo. Salah satu
contohnya bisa diakibatkan karena adanya sambaran petir (Gelombang Surja),
sambaran petir melalui sistem transmisi dalam waktu singkat saja dapat berakibat
fatal karena dapat merambat ke gardu terdekat dimana trafo terpasang.

B. Penyebab Gangguan
Gangguan biasanya diakibatkan oleh kegagalan isolasi di antara penghantar phasa
atau antara penghantar phasa dangan tanah. Secara nyata kegagalan isolasi dapat
menghasilkan beberapa efek pada sistem yaitu menghasilkan arus yang cukup besar,
atau mengakibatkan adanya impedansi diantara konduktor phasa atau antara
28

penghantar phasa dan tanah.


Penyebab terjadinya gangguan pada jaringan distribusi disebabkan karena
a. kesalahan mekanis
b.kesalahan thermis
c. karena tegangan lebih
d.karena material yang cacat atau rusak
e. gangguan hubung singkat
f. konduktor putus

Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan pada jaringan distribusi adalah


a. Surja petir atau surja hubung
b. Burung atau daun-daun
c. Polusi debu
d. Pohon-pohon yang tumbuh di dekat jaringan
e. Keretakan pada isolator
f. Andongan yang terlalu kendor
Secara umum gangguan dibedakan pada dua kondisi tegangan saat terjadinya
gangguan, yaitu gangguan terjadi pada tegangan normal dan gangguan terjadi pada
tegangan lebih.

3.5. Gangguan Terjadi Pada Kondisi Tegangan Normal.


Gangguan pada kondisi tegangan normal terjadi dikarenakan pemerosotan dari
isolasi dan kejadian-kejadian tak terduga dari benda asing. Pemerosotan isolasi dapat
terjadi karena polusi dan penuaan. Saat ini batas ketahanan isolasi tertinggi (high
insulation level) sekitar 3-5 kali nilai tegangan nominalnya. Tapi dengan adanya
pengotoran (pollution) pada isolator yang biasanya disebabkan oleh penumpukan
jelaga (soot) atau debu (dust) pada daerah industri dan penumpukan garam (salt)
29

karena angin yang mengandung uap garam menyebabkan kekuatan isolasi akan
menurun. Hal inilah yang menyebabkan penurunan resistansi dari isolator dan
menyebabkan kebocoran arus. Kebocoran arus yang kecil ini mempercepat kerusakan
isolator. Selain itu pemuaian dan penyusutan yang berulang-ulang dapat juga
menyebabkan kemerosotan resistansi dari isolator.

3.6. Gangguan Terjadi Pada Kondisi Tegangan Lebih


Gangguan pada kondisi tegangan lebih salah satunya disebabkan sambaran petir
yang tidak cukup teramankan oleh alat-alat pengaman petir. Petir menghasilkan surja
tegangan yang sangat tinggi pada sistem tenaga listrik, besarnya tegangan dapat
mencapai jutaan volt dan ini tidak dapat ditahan oleh isolasi. Surja ini berjalan secepat
kilat pada jaringan listrik, faktor yang membatasinya adalah impedansi dan resistansi
dari saluran. Untuk mengatasi surja petir ini sehingga tidak mengakibatkan kerusakan
pada isolasi dan peralatan sistem tenaga lainnya, diperlukan suatu peralatan proteksi
khusus untuk dapat mengatasi surja petir ini.

3.7. Akibat dari Gangguan


Akibat yang paling serius dari gangguan adalah kebakaran yang tidak hanya akan
merusak peralatan dimana gangguan terjadi tetapi bisa berkembang ke sistem dan
akan mengakibatkan kegagalan total dari sistem. Berikut ini akibat- akibat yang
disebabkan oleh gangguan:
a. Penurunan tegangan yang cukup besar pada sistem daya sehingga dapat
merugikan pelanggan atau mengganggu kerja peralatan listrik.
b. Bahaya kerusakan pada peralatan yang diakibatkan oleh arcing (busur api
listrik).
c. Bahaya kerusakan pada peralatan akibat overheating (pemanasan berlebih) dan
akibat tekanan mekanis (alat pecah dan sebagainya).
d. Tergangguanya stabilitas sistem dan ini dapat menimbulkan pemadaman
30

menyeluruh pada sistem tenaga listrik.


e. Menyebabkan penurunan tegangan sehingga koil tegangan relai gagal bertahan.

3.8. Statistik Gangguan


Pada sistem tenaga listrik terjadinya gangguan hampir sebagian besar dialami pada
saluran udara. Dalam sistem tiga phasa kegagalan isolasi antara satu phasa dengan
tanah disebut gangguan saluran ke tanah

atau gangguan satu phasa ke tanah,

sedangkan kegagalan isolasi di antara dua phasa disebut gangguan saluran ke saluran,
kegagalan isolasi dua phasa ke tanah disebut gangguan dua saluran ke tanah,
menurunnya isolasi di antara tiga phasa disebut gangguan tiga phasa.
Frekuensi timbulnya gangguan dari sistem tenaga listrik berbeda-beda. Informasi
ini akan membantu dalam menentukan disain dan aplikasi suatu proteksi. Bermacam macam frekuensi gangguan dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini.
Gangguan yang terjadi pada sistem distribusi biasanya merupakan gangguan
gangguan yang terkait dengan saluran penghantar dan peralatan peralatan gardu
distribusi seperti trafo distribusi, kawat pentanahan dan sebagainya. Seperti pada
sistem tenaga umumnya, maka gangguan yang terjadi pada sistem distribusi dapat
dikategorikan sebagai berikut:

3.9. Gangguan hubung singkat


A. Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fase (3 fase atau 2fase)

atau

fase ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen.


B. Gangguan permanen

: Hubung singkat pada kabel, belitan trafo,

generator,

(tembusnya isolasi).
C. Gangguan temporer : Flashover karena sambaran petir, flashover dengan pohon,
tertiup angin.
3.10. Gangguan beban lebih
31

Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem distribusi yang


melebihi kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan
murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan.
Beban lebih adalah sejumlah arus yang mengalir yang lebih besar dari arus
nominal. Hal ini terjadi karena penggunaan daya listrik oleh konsumen melampuai
kapasitas nominal mesin. Hal ini tidaklah segera merusak perlengkapan listrik
tetapi mengurangi umur peralatan listrik.
Untuk waktu yang singkat arus lebih tidaklah memebawa akibat yang jelek
terhadap perlengkapan listrik, umpamanya pada waktu menjalankan motormotor,arus mulanya cukup besar dalam waktu yang singkat tetapi tidak banyak
berpengaruh terhadap peralatan listrik.
3.11. Gangguan tegangan lebih
Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering terjadi pada saluran
distribusi. Berdasarkan penyebabnya maka gangguan tegangan lebih ini dapat
dikelompokkan atas 2 hal:
a. Tegangan lebih power frekwensi.
Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh kesalahan pada AVR
atau pengatur tap pada trafo distribusi.
b. Tegangan lebih surja
Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau surja petir.
Dari ketiga jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering terjadi dan
berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan hubung singkat.
Sehingga istilah gangguan pada sistem distribusi lazim mengacu kepada gangguan
hubung singkat dan peralatan proteksi yang dipasang cenderung mengatasi
gangguan hubung singkat ini.

32

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari Praktek kerja lapangan yang telah di laksanakan di PT. PLN (Persero)
Wilayah Sumbar Area Padang Rayon Lubuk Alung, didapatkan beberapa masalah
yang cukup sering terjadi dalam proses penyaluran energi listrik terhadap konsumen
yang mengakibatkan tidak optimalnya energi listrik yang di terima oleh konsumen,
yaitu drop tegangan yang di sebabkan tidak seimbangnya pembebanan trafo, banyak
konsumen yang belum bisa memasukkan listrik ke rumah pada bagian ujung TR yang
disebabkan turunnya tegangan ujung TR, seringnya pemadaman listrik yang di
sebabkan adanya gangguan pada jaringan TR maupun TM.
Dalam praktek kerja lapangan (PKL) yang telah dilakukan ada berbagai
macam kegiatan atau pekerjaan yang telah di lakukan diantaranya :
a. Memasang kWh migrasi
Memasang kWh migrasi ini untuk konsumen yang ingin daya listrik nya di naikkan
atau pun diturunkan sesuai dengan kebutuhan konsumen.
b. Meng-inject kWh Prabayar
Inject kWh prabayar ini di lakukan oleh PLN bertujuan untuk memeriksa kwh
prabayar yang baru tersebut dalam kondisi baik dan bisa digunakan oleh

33

konsumen. Inject kwh prabayar ini menggunakan PAPINPRA (Papan Pintar


Prabayar)
c. Pengukuran Beban Trafo
Pengukuran ini di lakukan saat beban puncak tafo, yaitu diantara jam 19:00 sampai
20:30. Dalam pengukuran beban ini banyak di jumpai beban trafo yang tidak
seimbang.
d. Mengatasi gangguan yang ada di lapangan atau gangguan yang di laporkan oleh
konsumen ke PLN.
e. Dan lainnya.
Perhitungan Arus Beban Penuh Transformator
Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat
dirumuskan sebagai berikut :
S = 3 . V . I
dimana :
S

daya transformator (kVA)

V :

tegangan sisi primer transformator (kV)

arus jala-jala (A)

Sehingga untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat


menggunakan rumus :
IFL

S
3 .V

dimana :
IFL :

arus beban penuh (A)

daya transformator (kVA)

V :

tegangan sisi sekunder transformator (kV)

Pengumpulan Data :
34

Spesifikasi Trafo Tiang adalah sebagai berikut :


Buatan Pabrik

: UNINDO

Tipe

: Outdoor

Daya

: 160 kVA

Arus

: 4,62 230,9 A

Hubungan

: Yzn5

Impedansi

: 4,2%

Trafo

: 1 x 3 phasa

Gambar 1. Trafo Distribusi 160 kVA

35

Gambar 2. Single Line Trafo Distribusi 200 k

Tabel 1. Hasil Pengukuran Trafo Distribusi 160 kVA


Fasa

Vp-n

R
S
T

(kVA)
68,22
42,42
37,38

(V)
225
226
226

(A)
303,6
187,7
165,4

Ukuran kawat untuk penghantar netral trafo adalah 50 mm2 dengan R =


0,6842 / km, sedangkan untuk kawat penghantar fasanya adalah 70 mm2
dengan R = 0, 5049 / km.

Analisa Pembebanan Trafo


S = 160 kVA
V = 0,4 kV phasa - phasa
36

IFL

Irata malam =

S
3 V

160000
3 400

I R I S IT
=
3

= 230,94 Ampere

303,6 187,7 165,4


= 218,90 Ampere
3

Pada malam hari :

I ratamalam
218.90
=
= 75.83 %
I FL
288.68

Dari perhitungan di atas terlihat bahwa pada saat malam hari (WBP = Waktu Beban
Puncak) persentase pembebanan cukup tinggi yaitu 75.83 %.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

37

5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa Presentase ketidakseimbangan beban sesuai dengan perhitungan
diperoleh pada malam hari sebesar 75,83% .

5.2. Saran
Untuk mendesain sebuah instalasi pada sebuah gedung harus memperhatikan
peraturan perundang-undangan dan perda yang berlaku guna mencapai keamanan dan
keselamatan. Serta harus menyertakan sistem proteksi yang baik guna menghindari
segala kemungkinan terjadinya gangguan.

38

DAFTAR PUSTAKA
1) Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, Jakarta : UI - Press,
2000.
2) Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional, 2000.

39

3) James J.Burke, Power Distribution Engineering Fundamentals And


Applications, New York : Marcel Dekker Inc., 1994.
4) Sulasno, Ir., Teknik Tenaga Listrik, Semarang : Satya Wacana, 1991.
5) Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, Bandung : ITB, 1991.
6) Abdul Kadir, Transformator, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1989.

40

Anda mungkin juga menyukai