PENDAHULUAN
Listrik,
berusaha
untuk
berpartisipasi
dalam
mengantisipasi
2. Metode Wawancara
Kami melakukan wawancara secara langsung dengan mentor atau operator agar
mendapatkan penjelasan mengenai bidang yang ditekuninya untuk mendapatkan
data dan informasi.
BAB I
Berisi Pendahuluan
Berisikan
tentang Latar
masalah,
Sistematika laporan
BAB II
BAB III
Pembahasan
Berisikan tentang Pengukuran Beban Trafo Distribusi Feeder Lubuk
Alung selama 24 jam di PT. PLN (Persero) Rayon Lubuk Alung.
BAB V
Penutup
Berisikan tentang kesimpulan dan penutup
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN PT.PLN (PERSERO)
Sejarah ketenaga listrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika
beberapa perusahaan Belanda mendirikan pusat tenaga listrik untuk pemakaian
sendiri. Selanjutnya perusahaan Listrik tersebut berkembang menjadi perusahaan
untuk kepentingan umum. Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaanperusahaan listrik terebut dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia,
tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemudapemuda Indonesia pada bulan September 1945, kemudian diserahkan kepada
pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno
membentuk jawatan listrik dan gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya
sebesar 157,5 MW saja. Tanggal 1 Januari 1961, jawatan Listrik dan Gas tersebut
diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang
bergerak di bidang Ketenagalistrikan, Gas dan Kokas. Tanggal 1 Januari 1965, BPUPLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan Negara yaitu Perusahaan Listrk Negara
(PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang
mengelola Gas.
Pada saat itu kapasitas pembangkit listrik PLN sebesar 300 MW, tahun 1972
Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik Negara sebagai
Perusahaan Umum Listrk Negara (PLN). Tahun 1990 melalui peraturan pemrintah
No.17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan. Tahun 1992,
pemerintah memberikan kesempatan kapada sektor swasta untuk bergerak dalam
bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan diatas, pada bulan Juni
1994 status PLN dialihkan dari perusahaan umum menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero).
2.1.1 Falsafah Perusahaan PT. PLN (Persero)
Falsafah Perusahaan PT. PLN (Persero) adalah :
-
produktif.
8
Memberikan peluang yang sama dan seluas- luasnya kepada setiap anggota
perusahaan untuk berprestasi dan menduduki posisi sesuai dengan kriteria dan
kompetensi jabatan yang ditentukan.
- Inovatif
Bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan semua anggota perusahaan,
menumbuhkan rasa ingin tahu serta menghargai ide dan karya inovatif.
- Mengutamakan kepentingan perusahaan
Konsisten untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan dan menjamin didalam
setiap keputusan yang diambil demi kepentingan perusahaan.
- Pemegang saham
Dalam pengambilan keputusan bisnis akan berorientasi pada upaya meningkatkan
nilai investasi pemegang saham.
2.1.6 Lambang Perusahaan PT. PLN (Persero)
Berdasarkan SK Direksi No. 013/DIR/1976 tentang Lambang PLN, dijelaskan
sebagai berikut :
1. Gambar lambang PLN tercantum dalam suatu bidang datar :
a. Warna kuning keemasan.
b. Bentuk segi empat dan berskala panjang 3:4.
c. Tanpa garis pinggir bila diperlukan penggambaran segi empat tersebut pada
titik dapat dipergunakan garis pinggir sebagai batas.
d. Tanpa tulisan Listrik Negara, ataupun tulisan lain di dalamnya.
2. Gambar lambang PLN terdiri dari (lihat gambar) :
a. Petir atau kilat yang berbentuk seperti gambar, di sebelah atas tebal dan
meruncing di sebelah bawah, berwarna merah darah dan memotong/ menembus
ketiga garis gelombang.
b. Tiga buah gelombang yang berbentuk sinusoida (2,5 perioda), berwarna biru
laut, tersusun sejajar dalam arah mendatar, terletak di tengah- tengah segi empat
pada dasar kuning keemasan tersebut.
3. Gambar lambang PLN diartikan sebagai berikut :
a. Petir atau Kilat melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya.
b. Lambang gelombang dipergunakan dalam lambang PLN, karena segala macam
tenaga (energi) dapat dinyatakan sebagai gelombang (cahaya, listrik, akustik, dll).
10
Kegiatan PLN antara lain mencakup konversi segala macam tenaga / energi
menjadi tenaga listrik.
c.Tiga buah gelombang sejajar diartikan tiga sikap karyawan PLN dalam
melaksanakan tugas negara yaitu bekerjan keras, bergerak cepat dan bertindak
cepat. Arti yang lain adalah bahwa pelaksanaan tugas PLN harus serempak dalam
tiga bidang, pembangkitan, penyaluran dan pendistribusian tenaga listrik.
4. Warna gambar lambang PLN diartikan sebagai berikut :
a. Warna kuning keemasan melambangkan Keagungan Tuhan Yang Maha Esa,
serta agungnya kewajiban PLN.
b. Warna merah darah melambangkan keberanian dan dinamika dalam
melaksanakan tugas untuk mencapai sasaran pembangunan.
c. Warna biru laut melambangkan kesetiaan dan pengabdian pada tugas untuk
menuju dan mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia seperti
yang dinyatakan dalam PP 18 Tahun 1972.
5. Penempatan tulisan- tulisan yang menyatakan satuan PLN adalah sebagai berikut :
a. Dicantumkan di sebelah kanan lambang pada papan nama PLN tersebut.
b. Pada benda- benda, peralatan, kendaraan dan sebagainya di sebelah atas
lambang di cantumkan Satuan Induknya (PLN Pst, PLN Wilayah/ Unit Bisnis,
PLN Proyek dan sebagainya) di bawah lambang dicantumkan satuan eselon
berikutnya (PLN Cabang, Sektor dan sebagainya).
6. Standar bentuk gambar/ lambang PLN adalah sebagai berikut :
Standar bentuk lambang serta ukuran- ukurannya di bakukan seperti tertera pada
gambar. Semua lambang di buat sesuai kelipatan 1/10, 1/5, , 1, 2, 3, dari lambang
tersebut. Gambar lambang perusahaan PT. PLN (Persero)
2.1.7 Aspek-aspek Kegiatan Perusahaan
Kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT PLN (persero) secara umum meliputi
hal-hal berikut :
a.
b.
c.
d.
Sedangkan kegiatan usaha yang berhubungan dengan penyediaan tenaga listrik, antara
lain :
11
a. Pembangunan Jaringan
Merupakan pembangunan hantaran udara, yang meliputi. Tegangan rendah,
tegangan menengah, dan jaringan dibawah tanah (kabel TR dan TM)
b. Pembangunan gardu-gardu Distribusi
Merupakan gardu yang mendistribusikan Kwh atau menyalurkan tenaga aliran
listrik kepada pelanggan melalui jaringan tegangan rendah atau TR, termasuk
perlengkapan Kwh.
c. Pembangunan Tiang.
d. Pemeliharaan gardu jaringan, sambungan rumah dan memelihara gedung.
e. Penyambungan baru.
Mengadakan kegiatan pemasangan atau penyambungan listrik rumah-rumah
konsumen baru.
f. Tambah daya.
Mengadakan perubahan beban penambahan maupun penurunan daya.
g. Perubahan tarif.
Merupakan perubahan tarif dari pelanggan umum ke kelompok lainnya atau
sebaliknya, misalnya dari ruma tinggal ke tarif industri atau usaha
h. Pelayanan kepada pelanggan.
1. Permintaan sambungan baru dan perubahan daya
2. Permintaan penerangan sementara
3. Permintaan perbaikan atau pembongkaran sambungan rumah
i. Pembacaan meteran listrik.
Melakukan pencatatan stan meter
j. Pembuatan rekening listrik.
Pembuatan rekening listrik atas pemakaian tenaga listrik
2.2 Sejarah Kelistrikan Sumatera Barat
Pada zaman Hindia Belanda atas dasar Lembaran Negara (Staatsblad) No. 312
tanggal 1 Juli 1918, sejak permulaan tahun 1868 daerah Ombilin Sawahlunto menjadi
terkenal dan penting pada saat Ir.W.H.De Greve menemukan lapisan-lapisan dan
ladang-ladang batubara (kolenvelden) ditepi sungai Ombilin. Begitu pesatnya
eksplorasi Pemerintahan Belanda, sehingga produksi berlimpah ruah dan menumpuk,
sedangkan transportasi belum ada untuk mengangkutnya ke pelabuhan Teluk Bayur
(dulu bernama Emmahaven).
12
2.
pemasangan 1 buah lagi turbin uap Ptent Curtis merk A.E.C dengan generatornya
1430 kVA kapasitas 1.000 kW. Dengan tambahan mesin baru inilah Sentral
13
mempunyai stand bye Unit. Oleh karena beban puncaknya (peak load) masih rendah,
maka pihak Ombilin mengadakan agreement dengan pemerintahan kota Padang
(staads gemeente) masalah kelistrikan yang dapat disupply kedalam kota Padang
yang pada saat itu belum ada listrik sama sekali.
Pada tahun 1924 karena kelebihan energi maka pemerintah kota Padang mulai
membangun gardu-gardu Transformator dibeberapa lokasi, mendirikan saluran udara
tegangan rendah (SUTR) yang berasal dari rel-rel kereta api, pipa-pipa baja, tiang
vakwerk dan penarikan kawat-kawat saluran udara tegangan rendah dan
pengamanannya. Pekerjaan didalam kota Padang tersebut berada dibawah
Gemeentclijke Electiciteit Bedrijf (G.E.B). Setelah itu barulah sentral listrik Kampung
Durian menyalurkan arus listrik tegangan tinggi 6 kV melalui kabel-kabel tanah
sampai pada gardu induk yang terletak didekat persimpangan jalan Proklamasi, dan
karena perkembangan kota gardu induk itu dipindahkan ketempat lain. Jadi Sentral
Listrik Kampung Durian hanya sebagai pembangkit, sedangkan untuk distribusinya
ditangani langsung oleh G.E.B Padang.
Pada tahun 1942-1945 masa pendudukan Jepang Sentral Listrik Kampung
Durian Padang tetap jalan seperti biasa dan tetap berpusat pada Ombilin Sawahlunto
yang bernama Padang Hatsudensho, dan pendistribusian tetap ditangani oleh Balai
Kota Padang (Padang Shiakusho).
Pada tahun 1945 setelah Jepang kalah dan menyusul Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Sentral Listrik masih tetap dibawah naungan
P.N.T.B.O Sawahlunto.
Pada tanggal 10 Oktober 1945 tentara sekut (Allied Forces) mendarat
dipelabuhan Teluk Bayur dengan tujuan untuk mengembalikan kekuasaan
Pemerintahan Belanda dari pemerintahan Jepang, tetapi Kemerdekaan Republik
14
15
Balai Kota ke Eksploitasi P.N.K.A Padang dan berpusat kejawatan Tenaga di Jl.
Hayam Wuruk No. 3 Jakarta.
Pada tahun 1952 Sentral Listrik berpindah ke Perusahaan Negara untuk
Distribusi Tenaga Listrik (PENUDITEL) Sumatera Tengah, berkantor di Jl. Lurus
Bukittinggi dan tetap berpusat di Jawatan Tenaga di Jakarta. PENUDITEL mulai
merehabilitasi, menormalisir, dan membangun beberapa PLTD didaerah Sumbar &
Riau, dengan 3 (tiga) wilayah kerja yaitu :
1.
2.
3.
PLN Eksploitasi XIV. Tidak lama kemudian seluruh Perusahaan Listrik berada
dibawah satu Kementrian Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) di Jakarta.
Dan barulah pada tahun 1971 terjadi serah terima pendistribusian listrik antara Balai
Kota Padang kepada PLN.
Pada pertengahan tahun 1964, karena Sentral Listrik Kampung Durian tidak
ekonomis lagi, bahkan rendemen harga 1 kg bahan batubara lebih tinggi dan mahal
dari 1 kWh yang dihasilkan, apalagi ongkos transport batu bara yang tidak sedikit
terpaksa ditutup dan tidak dioperasikan. Aliran listrik untuk kota disupply dari PLTD
Simpang Haru.
Pada tahun 1969 pemerintah mulai dengan Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita) pertama. Perlistrikan berangsur-angsur baik, tidak hanya untuk kota
Padang dan sekitarnya saja, tetapi mencakup seluruh wilayah kerja PLN Eksploitasi
XIV baik Sumbar maupun di Riau. Kondisi yang membaik tersebut juga ditandai
16
dengan telah selesainya PLN Pikitring membangun PLTA Maninjau dan PLTG Pauh
Limo. Masyarakat ikut bergembira dan berterima kasih kepada Pemerintah khususnya
PLN karena listrik telah masuk sampai ke desa.
PLN di Sumatera Barat beberapa kali mengalami perubahan struktur organisasi, yaitu
sebagai berikut:
1.
PT. PLN (Persero) Wilayah III, ditetapkan melalui Keputusan Direksi No.
019.K/023/DIR/1997, dengan wilayah kerja meliputi daerah Sumatera Barat dan
Riau.
2.
PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Sumbar dan Riau, ditetapkan dengan
Keputusan
Direksi
No.
113.K/023/DIR/2001
tanggal
25
Mei
2001.
Restrukturisasi dari Wilayah III menjadi Unit Bisnis Sumbar dan Riau ini dalam
rangka optimasi Corporat Gain, dimana wilayah diarahkan menjadi strategic
business unit / investment centre.
3.
ini
diawali
dengan
keluarnya
Keputusan
Direksi
No.
17
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PLN (Persero) Wilayah Sumbar Area Padang Rayon
Lubuk Alung
18
2.4 Peta Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Wilayah Sumbar Area Padang Rayon
Lubuk Alung
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Wilayah Sumbar Area Padang
Rayon Lubuk Alung
19
BAB III
LANDASAN TEORI TRAFO DISTRIBUSI
20
21
Vs
Np
Ns
2.
3.
22
23
b. Peralatan Bantu
1. Tap Changer
Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari tegangan jaringan /primer
yang berubah-ubah. Tap changer yang hanya bisa beroperasi untuk memindahkan tap
transformator dalam keadaan transformator tidak berbeban disebut Off Load Tap
Changer dan hanya dapat dioperasikan manual.
24
25
elektris, mekanis, kimia dan panas, maka minyak isolasi OLTC kualitasnya akan
cepat menurun. tergantung dari jumlah kerjanya dan adanya kelainan di dalam OLTC.
c. Peralatan Proteksi
1. Rele Bucholz
Rele bucholz adalah alat/rele untuk mendeteksi dan mengamankan terhadap
gangguan di dalam transformator yang menimbulkan gas. Gas yang timbul
diakibatkan oleh karena :
a.
b.
c.
d.
e.
26
Rele ini berfungsi hampir sama seperti rele Bucholz, yakni pengaman terhadap
gangguan di dalam transformator. Bedanya rele ini hanya bekerja oleh kenaikan
tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung menjatuhkan PMT.
4. Rele pengaman tangki
1. Gangguan internal, merupakan gangguan yang disebabkan oleh trafo itu sendiri
-.Gangguan antar Fasa
-.Gangguan Fasa ke Tanah
1. Bushing TM/TR dan packing body yang kurang kencang / kendur.
2. Penyambungan Kumparan yang kurang baik
3. Kerusakan isolasi
4. Gangguan Sistem Pendingin
2.Gangguan Eksternal , merupakan gangguan yang di sebabkan faktor luar.
-.Gangguan Hubung Singkat pada penyulang (feeder),rel,dan incoming feeder
-.Pembebanan trafo yang tidak seimbang, melebihi dari kapasitas 80% kapasitas
daya trafo. Semakin besarnya kebutuhan listrik pada konsumen dan semakin
bertambahnya juga beban/konsumen,menyebabkan trafo mengalami Over Load
atau beban lebih.
-.Sistem pemeliharaan yang kurang tepat
Pemeliharaan yang tidak rutin dan tidak terencana, metodeyang salah dapat
mengurangi keandalan trafo.
B. Penyebab Gangguan
Gangguan biasanya diakibatkan oleh kegagalan isolasi di antara penghantar phasa
atau antara penghantar phasa dangan tanah. Secara nyata kegagalan isolasi dapat
menghasilkan beberapa efek pada sistem yaitu menghasilkan arus yang cukup besar,
atau mengakibatkan adanya impedansi diantara konduktor phasa atau antara
28
karena angin yang mengandung uap garam menyebabkan kekuatan isolasi akan
menurun. Hal inilah yang menyebabkan penurunan resistansi dari isolator dan
menyebabkan kebocoran arus. Kebocoran arus yang kecil ini mempercepat kerusakan
isolator. Selain itu pemuaian dan penyusutan yang berulang-ulang dapat juga
menyebabkan kemerosotan resistansi dari isolator.
sedangkan kegagalan isolasi di antara dua phasa disebut gangguan saluran ke saluran,
kegagalan isolasi dua phasa ke tanah disebut gangguan dua saluran ke tanah,
menurunnya isolasi di antara tiga phasa disebut gangguan tiga phasa.
Frekuensi timbulnya gangguan dari sistem tenaga listrik berbeda-beda. Informasi
ini akan membantu dalam menentukan disain dan aplikasi suatu proteksi. Bermacam macam frekuensi gangguan dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini.
Gangguan yang terjadi pada sistem distribusi biasanya merupakan gangguan
gangguan yang terkait dengan saluran penghantar dan peralatan peralatan gardu
distribusi seperti trafo distribusi, kawat pentanahan dan sebagainya. Seperti pada
sistem tenaga umumnya, maka gangguan yang terjadi pada sistem distribusi dapat
dikategorikan sebagai berikut:
atau
generator,
(tembusnya isolasi).
C. Gangguan temporer : Flashover karena sambaran petir, flashover dengan pohon,
tertiup angin.
3.10. Gangguan beban lebih
31
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari Praktek kerja lapangan yang telah di laksanakan di PT. PLN (Persero)
Wilayah Sumbar Area Padang Rayon Lubuk Alung, didapatkan beberapa masalah
yang cukup sering terjadi dalam proses penyaluran energi listrik terhadap konsumen
yang mengakibatkan tidak optimalnya energi listrik yang di terima oleh konsumen,
yaitu drop tegangan yang di sebabkan tidak seimbangnya pembebanan trafo, banyak
konsumen yang belum bisa memasukkan listrik ke rumah pada bagian ujung TR yang
disebabkan turunnya tegangan ujung TR, seringnya pemadaman listrik yang di
sebabkan adanya gangguan pada jaringan TR maupun TM.
Dalam praktek kerja lapangan (PKL) yang telah dilakukan ada berbagai
macam kegiatan atau pekerjaan yang telah di lakukan diantaranya :
a. Memasang kWh migrasi
Memasang kWh migrasi ini untuk konsumen yang ingin daya listrik nya di naikkan
atau pun diturunkan sesuai dengan kebutuhan konsumen.
b. Meng-inject kWh Prabayar
Inject kWh prabayar ini di lakukan oleh PLN bertujuan untuk memeriksa kwh
prabayar yang baru tersebut dalam kondisi baik dan bisa digunakan oleh
33
V :
S
3 .V
dimana :
IFL :
V :
Pengumpulan Data :
34
: UNINDO
Tipe
: Outdoor
Daya
: 160 kVA
Arus
: 4,62 230,9 A
Hubungan
: Yzn5
Impedansi
: 4,2%
Trafo
: 1 x 3 phasa
35
Vp-n
R
S
T
(kVA)
68,22
42,42
37,38
(V)
225
226
226
(A)
303,6
187,7
165,4
IFL
Irata malam =
S
3 V
160000
3 400
I R I S IT
=
3
= 230,94 Ampere
I ratamalam
218.90
=
= 75.83 %
I FL
288.68
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa pada saat malam hari (WBP = Waktu Beban
Puncak) persentase pembebanan cukup tinggi yaitu 75.83 %.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
37
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa Presentase ketidakseimbangan beban sesuai dengan perhitungan
diperoleh pada malam hari sebesar 75,83% .
5.2. Saran
Untuk mendesain sebuah instalasi pada sebuah gedung harus memperhatikan
peraturan perundang-undangan dan perda yang berlaku guna mencapai keamanan dan
keselamatan. Serta harus menyertakan sistem proteksi yang baik guna menghindari
segala kemungkinan terjadinya gangguan.
38
DAFTAR PUSTAKA
1) Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, Jakarta : UI - Press,
2000.
2) Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional, 2000.
39
40