Anda di halaman 1dari 79

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Energi listrik merupakan kebutuhan pokok bagi kepentingan hajat hidup orang banyak,

karena dengan adanya listrik laju perekonomian berjalan dan tarap hidup masyarakat meningkat.
Mengingat pentingnya energi listrik, maka diperlukan peningkatan sarana penyediaan energi
listrik serta meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaannya
Sejalan dengan pertumbuhan perekonomian masyarakat, maka pertumbuhan kebutuhan
energi listrik juga meningkat. Untuk sistem Interkoneksi kelistrikan Lampung Sumsel, rata
rata peningkatan pertumbuhan beban puncak pertahun mencapai 11 %. Pada tahun 2001 saja,
beban puncak pemakaian energi listrik mencapai 503 MW, dengan daya mampu pembangkit
energi listrik yang ada sebesar 540,8 MW.
Kondisi ini akan tetap terjadi pemadaman bergilir (20 30 MW) apa bila salah satu unit terbesar
yaitu PLTU Bukit Asam (65 MW) keluar sistem karena pemeliharaan.
Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) sebagai badan usaha yang mengelola
kelistrikan Nasional, berkewajiban menjaga kontinuitas penyediaan kebutuhan energi listrik
dalam jumlah yang cukup dengan mutu yang memenuhi syarat. Oleh karena itu diperlukan
pembangunan pembangkit listrik yang baru, selain peningkatan keandalan pembangkit
pembangkit listrik yang lama. Untuk pembangunan pembangkit listrik yang baru memerlukan
biaya inventasi yang cukup besar, seperti pembannguna Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Namun PLTA dinilai biaya operasional dan pemeliharaan lebih murah dibandingkan dengan
pembangkit listrik lainnya (PLTD, PLTU, PLTG).

Fliuda air sebagai bahan baku sumber energi untuk PLTA, dapat diperbaharui karena
diperoleh dari siklus hujan. Kerena Negara kita mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau, yang memungkinkan siklus hujan terjadi sehingga memungkinkan debit air
sungai yang cukup dapat diperoleh. Faktor lain yang menunjang adalah karena daerah kita
mempunyai banyak pegunungan sehingga memungkinkan mudah memperoleh tinggi terjun air
(Head) yang cukup. Faktor debit air dan tinggi terjun itulah yang memungkinkan secara
ekonomis dapat dibangunnya suatu PLTA.
Beberapa keunggulan dan keuntungan PLTA jika di banding dengan pembangkit diesel adalah :
a. Biaya operasi dan pemeliharaan relatif lebih murah.
b. Tidak menimbulkan polusi.
c. Faktor kebisingan lebih rendah.
d. Pembebanan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.
e. Tidak begitu terpengaruh terhadap fluktuasi beban sistem.
f. Masa pakai lebih lama.

Gbr. 1.1 Pertumbuhan Pelanggan Listrik


Di Sumsel Lampung

Gbr. 1.2 Kurva Pembebanan Pembangkit


Di Sistem Sumsel Lampung

1.2

PEMBANGUNAN BENDUNGAN BATUTEGI


Irigasi Way Sekampung mulai dikembangkan pada tahun 1935, yaitu dengan dibangun

nya bendung Argoguruh pada sungai Sekampung di Kecamatan Tegineneng Kabupaten


Lampung Selatan beserta sistem jaringan Irigasinya. Areal persawahan yang telah dapat dialiri
pada saat musim Rendengan adalah seluas 43.588 ha.
Dari hasil study yang dilakukan tahun 2000 potensi lahan pertanian yang bisa dikembangkan
dengan Irigasi teknis mencapai 66.573 ha. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya
penampungan air yang cukup dan perbaikan jaringan Irigasi yang memadai.

1.3

MANFAAT BENDUNGAN BATUTEGI


Bendungan Batutegi terletak di desa Way Harong, Kecamatan Pulau Pangung (kini

menjadi Pekon Batutegi Kecamatan Air Naningan) Kabupaten Tenggamus 90 km sebelah


barat daya kota Bandar Lampung, di bangun pada sungai Sekampung 65 km di hulu Bendung
Argoguruh bermanfaat sebagai :

1. Peningkatan area irigasi persawahan dan intensitas tanam

Area irigasi 54.283 ha dan intensitas irigasi 136 % ( tampa Bendungan Batutegi).

Area irigasi 66.573 ha dan intensitas irigasi 184 % (dengan Bendungan Batutegi).

2. Penyediaan air baku untuk air minum sebesar 2.250 lt/s.


Bandar Lampung

= 2.000 l/s.

Metro

= 200 l/s.

Branti

= 50 l/s.

3. Pengendalian banjir, Pariwisata dan Perikanan.


4. Pembangkit Tenaga Listrik
Bendungan Batutegi dengan daerah genangan seluas 25 Km 2, pada EL. 281,5 m dan
kapasitas tampungan 665 X 106m3, mempunyai energi potensial yang besar dengan debit
maksimum (Q) 180 m3/s dan head (H) 90 m, dapat pula dimanfaatkan untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas 2 x 14,8 MW dengan energi yang di
hasilkan sebesar 100 GWh Pertahun.

1.4

PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN


a. Pembebasan Tanah
Luas tanah yang dibebaskan berjumlah 3.006 ha, meliputi 7 desa dalam 2 Kecamatan
yang terletak di Kabupaten Tenggamus, dengan rincian :
o Kecamatan Pulau Panggung (5 Desa) lahan Rakyat seluas = 2.073 ha.
o Kecamatan Talang Padang (2 Desa) lahan Rakyat seluas = 2 ha.
o Lahan Negara pada kawasan hutan Reg. 22 & 39 dengan luas = 931 ha.

b. Sumber dana Proyek


Sumber dana untuk pelaksanaan Pembangunan Bendungan Batutegi merupakan
bagian dari Proyek Irigasi Way Sekampung yang berasal dari dana APBN dan LOAN
JBIC/OECF dari : IP 387. IP 423, IP 498.

c. Pelaksanaan Studi dan Desain


Studi kelayakan dilaksanakan pada tahun 1978 sedangkan Detail Desain diselesaikan
pada tahun 1983 dengan dana pinjaman dari Bank Dunia (LOAN IBRD). Pekerjaan
Review Desain, Supervisi dan O&P dilaksanakan mulai tahun 1994 s/d 2003 oleh :
Konsultan

: NIPPON KOEI CO. LTD

Waktu pelaksanaan

: Januari 1994 s.d April 2003

Nilai Kontrak

: Rp. 33.120.312.500,00
. 1.522.323.840,00

Sumber dana

: LOAN JBIC/OECF IP.387.

d. Pelaksanaan Konstruksi
1. Paket LOT-I
Pekerjaan pembuatan terowongan pengelak, bangunan pelimpah & terusan air.
Kontraktor

: TAISEI PP.JO.

Waktu pelaksanaan

: Agustus 1995 s.d Maret 1999.

Nilai Kontrak

: Rp. 31.678.846.608,00
Y. 975.914.196,00

Sumber dana

: LOAN JBIC/OECF IP.387.

Progress fisik

: 100 %.

2. Paket LOT-II
Pekerjaan bangunan sipil tubuh bendungan tipe urugan batu, bangunan
pengambilan, gedung pembangkit.
Kontraktor

: RSEA NK TEGUH. JO

Waktu pelaksanaan

: November 1995 s.d Februari 2002

Nilai Kontrak

: Rp. 134.142.802.762,00
$. 51.663.125,24

Sumber dana

: LOAN JBIC/OECF IP.423.

3. Paket LOT-III
Pekerjaan pengadaan dan pemasangan Hydromechanical.
Kontraktor

: NOEL WIKA. JO.

Waktu pelaksanaan

: Februari 1997 s.d Agustus 2001.

Nilai Kontrak

: Rp. 8.872.429.800,00
$. 4.404.400,00

Sumber dana

: LOAN JBIC/OECF IP.387.

4. Paket LOT-1 Ba
Kontraktor

: SUMITOMO CORPORATION

Waktu pelaksanaan

: September 1998 s.d Agustus 2001.

Nilai Kontrak

: Rp. 3.250.380.787,00
Y. 713.422.922
$. 4.621.444

Sumber dana

: LOAN JBIC/OECF IP.464.

5. Paket LOT-2 Ba

1.5

Kontraktor

: MULTI DHARMATUNGGAL CONSORTIUM

Waktu pelaksanaan

: Juli 1998 s.d Maret 2001.

Nilai Kontrak

: $. 999.365,75

Sumber dana

: LOAN JBIC/OECF IP.464.

TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Memberi gambaran kepada pembaca tentang PLTA Batutegi dari awal pembangunan
dan fungsi dari bendungan itu sendiri.
2. Mengenalkan lebih dekat bagian bagian dari Pembangkit Listrik Tenaga Air sehingga
dapat memberi tambahan wawasan pengetahuan.
3. Membina kemampuan dan keterampilan penulis secara optimal dalam pembahasan
suatu kegiatan untuk mencapai suatu kesimpulan serta mampu menyajikan dalam
bentuk tulisan

1.6

SUMBER DATA
Sumber sumber data yang diperoleh dalam penulisan ini adalah :
a. Observasi kelapangan.
b. Wawancara dengan pejabat dan petugas yang berwenang.
c. Data teknis dari Instansi yang berwenang.
d. Studi kepustakaan..

Gambar. 1.3 Peta Lokasi Bendungan Batutegi

B A B II
GAMBARAN UMUM INSTALASI PLTA BATUTEGI

2.1

PENJELASAN UMUM
Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan tempat terjadinya proses

perubahan energi, mulai dari energi potensial yaitu energi yang terkandung dalam fluida ketika
mengalir pada pipa pesat, berangsur angsur berubah menjadi energi kinetik, didalam turbin
energi kinetik akan berubah menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini dayanya diteruskan
lewat terjadinya perpotongan medan magnet diantara stator dan rotor di generator yang pada
akhirnya menghasilkan energi listrik

( diagram 2.1).

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terdiri dari instalasi bangunan sipil dan peralatan
electromekanik, yang sebagian besar adalah instalasi bangunan sipil.
Besar kecilnya daya listrik yang dihasilkan oleh PLTA ditentukan oleh :
-

Debit air ( Discharge )

Tinggi jatuh air ( Head )

Cara menentukan berapa besar daya yang terpasang pada suatu PLTA, dapat dihitung
berdasarkan rumus :
P = . g . Q . H ( kW )
Dimana :

= Daya terpasang ( kW )

Efisiensi peralatan elektro magnetik ( % )

Percepatan grafitasi ( m/s2 )

Q =

Debit air ( m3/s )

H =

Tinggi jatuh air efektif ( m )

10

ENERGI POTENSIAL

ENERGI KINETIK

TURBIN

ENERGI MEKANIK

GENERATOR

ENERGI LISTRIK

Diagram 2.1 Aliran Perubahan Energi PLTA

11

Untuk memperbesar daya terpasang suatu PLTA, dapat diupayakan dengan mendapatkan
debit air sebesar besarnya dengan cara membangun bendungan yang lebih tinggi Tentu saja
semua ini harus berdasarkan perhitungan teknis dan ekonomis yang baik. Debit sungai atau debit
danau sebagaimana yang diketahui sudah tertentu besarnya, maka yang harus diperhitungkan
adalah type turbin yang yang digunakan pada PLTA tersebut, agar lebih menguntungkan.
Pada PLTA Batutegi, tinggi jatuh air efektif (H) = 90m dan debit air (Q) sebesar 18,5 m 3/s, dan
dapat dipasang dua buah turbin (dua unit pembangkit) dengan jenis turbin Francis yang dapat
menghasilkan energi listrik sebesar : 2 X 14,8 MW.
Energi listrik sebesar itu disalurkan ke masyarakat melalui sistem interkoneksi 150 kV,
menggunakan Gardu Induk (GI) pagelaran.

2.2

INSTALASI BANGUNAN SIPIL


Bentuk dan Volume bangunan instalasi PLTA berbeda- beda, tergantung dari jenis

pembangkit yang dipergunakan. Volume fasilitas teknik sipil PLTA jika dibandingkan dengan
peralatan elektromekaniknya, mempunyai perbandingan 80 % : 20 %.
Hal ini membuktikan fasilitas teknik sipil di PLTA mempunyai fungsi yang sangat vital.
Fasilitas teknik sipil pada umumnya terdiri dari :
-

Tempat penampungan air


Seperti : Waduk, Bendungan dan lain lain.

Saluran air
Seperti : Saluran langsung, Terowongan tekan, Pipa Pesat dan lain lain.

Bangunan gedung sentral (Power House) dan sebagainya.

2.1.1

Bendungan

12

Tujuan pembuatan bendungan adalah untuk menjadikan suatu waduk (Reservoar)


dengan cara membendung air sungai sehingga menaikan tinggi permukaan air yang tertampung,
sehingga tinggi jatuh air (head) yang dibutuhkan terpenuhi.
Bendungan dan Waduk berfungsi untuk menampung dan menghimpun air pada waktu musim
hujan atau selama unit pembangkit tidak beroperasi dan menyalurkan air secara teratur pada
waktu diperlukan.

DATA TEKNIS BENDUNGAN BATUTEGI


1. Genangan
424 Km2
+ 281,50 m
+ 274,00 m
+ 226,00 m
+ 208,00 m
25,00 km2
860 x 106 m3
21,00 km2

Daerah tangkapan ( Catchment Area )


Muka air banjir max ( F.W.L )
Muka air normal ( N.W.L )
Muka air min. untuk operasi PLTA
Muka air min. untuk operasi Irigasi
Luas genangan pada EL. 281,5 m
Kapasitas genangan pada EL. 281,5 m
Luas genangan pada El.274.0 m

:
:
:
:
:
:
:
:

Kapasitas genangan pada El.274.0 m

690 x 106 m3

Luas genangan pada El.226.0 m

5,50 km2

Kapasitas genangan pada El.226.0 m

90 x 106 m3

Luas genangan pada El.208.0 m

2,10 km2

Kapasitas genangan pada El.208.0 m

25 x 106 m3

Kapasitas tampungan efektif (EL 208 m 274 m) :

665 x 106 m3

2. Tubuh Bendungan
Type

Timbunan batu dengan inti tanah

Panjang Puncak
Elevasi Puncak
Lebar Puncak
Tinggi Bendungan

:
:
:
:

kedap air
701,00 m
+ 284,50 m
12,00 m
120,00 m

13

Volume Timbunan
Panjang Inspection Gallery
Panjang Access Gallery

2.2.2

:
:
:

9.641.071 m3
841,00 m
233,00 m

Bangunan Pelimpahan (Spill Way)


Bangunan Pelimpahan ( Spill Way ) berfungsi untuk melimpahkan air apabila tinggi

muka air waduk melampaui batas maksimal (kondisi banjir). Spill Way pada bendungan
Batutegi berhubungan langsung dengan terowongan pengelak (Diversion Tunnel ).

DATA TEKNIS SPILL WAY


Lokasi
Type
Debit rencana
Elevasi mercu
Elevasi dasar
Terowongan miring

:
:
:
:
:

Pada tebing kiri


Pelimpahan bebas (tampa pintu) dengan terowongan
(Q PMF) 5.350 m3/s (Q out) 1.930 m3/s
+ 274,00 m
+ 172,557 m

Diameter ()

11,50 m (dengan lapisan beton bertulang)

Panjang (L)

157.00 m (berakhir pada lengkungan)

Diameter ()

11,50 m

Panjang (L)

333.00 m

Diameter ()

11,50 m

Panjang (L)

40,00 m

Elevasi dasar bangunan keluar

+ 172,557 m.

Terowongan dan saluran mendatar

Bangunan keluar (outlet structure)

DATA TEKNIS DIVERSION TUNNEL


Type
Panjang
Diameter hulu
Debit banjir

:
:
:
:

Penampang lingkaran pelapis beton bertulang


770,00 m
() 10,00 m
1.660 m3/s

14

Diameter hilir
Lebar saluran

2.2.3

(B)

() 11,50 m

11.660 m3/s

Bangunan Saluran Air (Water Way)


Bangunan Saluran Air (Water Way) pada PLTA Batutegi merupakan saluran tertutup

yang dibuat beberapa meter dibawah permukaan tanah dan berfungsi untuk menyalurkan air dari
reservoar (bendungan) ke saluran akhir (tail race) yang terdiri dari :
a. Bangunan Pengambil Air (Water Intake)
Adalah suatu fasilitas bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan air ke terowongan
atau terusan air (Water Way). Bangunan ini dilengkapi dengan pintu masuk (intake gate),
yang berfungsi untuk menutup saluran air bila ada pemeliharaan atau perbaikan pada
terowongan; dan juga dilengkapi dengan saringan (Trash Rack) yang berfungsi untuk
menyaring kotoran atau sampah sehingga air yang masuk terowongan dalam keadaan bersih.
DATA TEKNIS WATER INTAKE
Lokasi
Type Intake
Debit maksimum
Elevasi dasar
Pintu pengambilan
Diameter terowong
Panjang terowong

:
:
:
:
:
:
:

Pada tebing kiri


Pengambilan miring
180 m3/s
+201,24m
Pintu plat baja
3,50 m
414 m

b. Terowongan Tekan (Head Race Tunnel)


Terowongan tekan berfungsi untuk menyalurkan air dari bangunan pengambil air ke pipa
pesat (Penstock). Terowongan ini terbuat dari beton bertulang dan terletak di dalam tubuh
bendungan.Panjang terowongan tekan adalah 339,56 m, dengan diameter 3,50 m

15

c. Pipa Pesat (Penstock)


Pipa pesat merupakan tempat perubahan energi potensial menjadi energi kinetik sesuai
dengan perubahan kecepatan aliran air.
Fungsi dari pipa pesat / penstock adalah :
-

Untuk menyalurkan dan mengarahkan tekanan air ke turbin.

Untuk mendapatkan tekanan hidrostatis yang sebesarnya.

Berfungsi menutup air ke turbin bila dilakukan pemeliharaan pada turbin.

Pipa pesat pada PLTA Batutegi terbuat dari pipa baja dan terpasang kokoh pada dudukan dari
beton bertulang. Pada ujung pipa pesat sebelum masuk turbin terdapat Inlet Valve yang
berfungsi untuk beroperasinya turbin. Jenis valvenya dari tipe Butterfly valve.
DATA TEKNIS PENSTOCK
Inlet diameter
Outlet diameter
Berat
Materials
Manufacture

:
:
:
:
:

2,80 m
1,70 m
16,75 ton
ASTM A-S37
NOELL Wika JO

d. Saluran Lepas (Draft Tube)


Saluran lepas (draft tube) berfungsi untuk menurunkan tekanan air setelah memutar sudu
jalan (Runner) turbin, dan di salurkan kesaluran buang (Tail Race). Pemilihan tipe Draft tube
yang digunakan berpengaruh pula pada kavitasi.
Darft Tube yang digunakan pada PLTA Batutegi adalah tipe Elbow.

e. Saluran Buang (Tailrace)

16

Saluran buang (tailrace) merupakan bangunan akhir dari sistem water way yang
berfungsi untuk mengurangi tekanan air dari draft tube dan mengalirkan ke sungai.
Tailrace juga dilengkapi dengan stop log (balok bendung) yang terbuat dari plat baja dan
berfungsi untuk pemeliharaan atau infeksi pada turbin dan draft tube.

2.2.4

Rumah Pembangkit (Power House)


Power House (rumah pembangkit) berfungsi sebagai tempat peralatan Elektro Mekanik

dan prasarana lainnya, seperti ruang kontrol, perkantoran, gudang, ruang battery dan lain lain.
Power House Pada PLTA Batutegi terdiri dari 5 (lima) lantai yang tiga lantai diantarnya berada
dibawah permukaan tanah.
DATA TEKNIS POWER HOUSE
Jenis gedung pembangkit
Tinggi maks. Diatas pondasi
Panjang
Lebar

2.3

:
:
:
:

Indoor
25,70 m
30,00 m
27,90 m

INSTALASI ELEKTROMEKANIK PLTA


Instalasi Elektomekanik di PLTA Batutegi adalah peralatan yang menunjang terjadinya

perubahan energi potensial hingga menjadi energi listrik.


Instalasi Elektormekanik terdiri dari :
2.3.1

Turbin air
Turbin air adalah suatu mesin penggerak dimana air sebagai fluida kerja dipergunakan

langsung memutar roda turbin (Runner).


Turbin air yang digunakan pada PLTA Batutegi adalah jenis Turbin Francis.

17

DATA TEKNIS TURBIN AIR PLTA BATUTEGI


Tipe turbin
Jumlah
Tinggi rencana
Tinggi maksimum
Tinggi minimum
Daya terpasang
Putaran
Kecepatan spesifik

:
:
:
:
:
:
:
:

Vertikal Shaft turbin francis


2 Unit
90 m
104 m
54 m
2 x 14,8 MW
375 rpm
192 rpm

Perlengkapan utama turbin francis adalah :


a. Rumah Siput (Spiral Case)
Berfungsi untuk menampung air dan mendistribusikan ke sekeliling sudu pengatur
dengan tekanan dan kecepatan yang sama. Bentuk dari Casing turbin seperti bentuk rumah
siput, yang pada awal besar dan memutar dan semakin kecil pada ujungnya.
Data teknis Spiral Case :
o

Material and grade

ASTM A516 Gr 55

Weight spiral case with stay


:

13900

kg.

2880

mm

2668

mm.

2417

mm.

2088

mm.

Ds

1600

mm.

2080

mm.

De

NA

mm.

Bg

315

mm.

Dpl

2600

mm.

6000

mm.

ring complte
o

Dimensions

18

Thikckness at inlet
At small end

18

mm.

10

mm.

b. Sudu Tetap (Stay Vane)


Merupakan bagian dari rumah siput yang berfungsi untuk mengarahkan air ke sudu jalan
(runner) melalui sudu atur.
Data teknis Stay Vane :
o

Material

ASTM A516 Gr 55

Number of stay vanes

20

Number of section for trasport

c. Tutup Turbin (Head Cover)


Tutup turbin berfungsi sebagai pemegang sudu pengatur disamping sebagai penutup runner.
Diameter of largest parts to pass through generator stator

2460

mm.

d. Cincin Dudukan Sudu Pengatur


Sebagai dudukan sudu pengarah disamping sebagai pelindung tutup turbin dari kikisan air.

e. Pelindung Tutup Turbin


Fungsinya melindungi tutup turbin dari kikisan air yang melewati ruangan tutup turbin
dengan runner

f. Cincin Aus

19

Fungsinya melindungi bagian sisi masuk dan sisi keluar dari ruangan clereance terhadap
kikisan air yang mengalir.
Quantity of water required for turbine shaft seal

10 liter / min

g. Cincin Pelepas Air


Berfungsi melindungi tutup turbinbagian bawah dari kavitasi.

h. Sudu Atur (Guide Vane)


Sudu atur merupakan sudu yang berfungsi untuk mengatur jumlah air (debit air) yang
akan menggerakkan runner sesuai besarnya beban. Sudu atur dipasang pada ring penggerak
(stay ring), dan untuk gerakan membuka atau menutup diatur oleh governor melalui
servomotor.
Data teknis Guide Vane :

i.

Material and grade

JIS G5121 SCS1

Number of guide vanes

20

Guide vane pitch cirele diameter

2004

mm.

Sudu Jalan (Runner)


Fungsinya untuk merubah energi kinetik menjadi energi mekanik berupa putaran poros

turbin. Bilah runner mempunyai penampang menyerupai bentuk profil aerofoil.


Bentuk tersebut dimaksudkan agar dapat memperkecil kavitasi pada runner.
Data teknis Runner :
o

Material

JIS G5121 SCS6

Weight Runner complete

2200

kg.

20

Dimension

D1

1650

mm.

D2

1542

mm.

Dr

1770

mm.

H1

404

mm.

Hr

805.5

mm.

B1

315

mm.

343

mm.

j. Poros Turbin (Main Shaft)


Berfungsi meneruskan daya dan putaran dari runner ke poros generator yang dihubungi
oleh kopling flens.
Data teknis Main Shaft Turbine :
o

Material

Dimensions

JIS G3201 SF540A

D3

360

mm.

L1

2500

mm.

2000

kg.

Weight Shaft

k. Bantalan (Bearing)
Bantalan turbin (turbine guide bearing) berfungsi untuk memegang poros dan mampu
menerima gaya aksial maupun gaya radial yang terjadi pada turbine.
Data teknis Bearing :
o

Type guide bearing

Cylindrical

Material

ASTMA36/ASTMB75C12200

Quantity of cooling water

60

ltr/min

Amaount of oil ti filling sump :

210

liter.

21

Grade of oil to be used

ISO VG68

Pada PLTA poros vertikal terdapat 4 (empat) bantalan yaitu :


1. Bantalan antar posisinya diatas rotor generator (upper guide bearing)
2. Bantalan antar posisinya dibawah stator generator (Lower guide bearing)
3. Bantalan antar pada sudu gerak (turbin guide bearing)
4. Bantalan dukung (thrust bearing)
l.

Kopling
Kopling berfungsi untuk menghubungkan poros turbin ke poros generator. Jenis kopling
yang digunakan adalah kopling flens.

2.3.2

Generator
Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk merubah energi mekanik (gerak)

dari turbin menjadi energi listrik berdasarkan putaran.


Generator dalam menghasilkan energi listrik terdiri dari :
a. Stator
Adalah bagian yang di induksi dan posisinya diam, terbuat dari susunan rangka baja yang
di pipihkan sebagai inti magnet. Stator di buat dari elemen elemen yang kemudian di
hubungkan satu dengan lainnya dan dipasang secara permanen pada pondasi.
Data teknis Stator :
o

Material and grade

Toshiba Standard K14B51 equivalent to


50A350 CLASS by JIS

Number of sections for transport

Maximum flux densites in teeth

1600 kg.

22

Classification stator windings

Class F

Current density in conductors

4.3 A/mm

Weight Stator complete includinghousing:

32000 kg

b. Rotor
Adalah bagian yang berputar dan seporos dengan turbin. Rotor terdiri dari susunan
rangka baja dengan disusun radial sehingga menyerupai jaringan laba laba, yang dibentuk
menjadi pasangan pasangan kutub magnit.
Prinsip kerja generator adalah dimana adanya putaran pada rotor terhadap stator, dan
diberi arus DC dari bateray pada karbon brush sehingga timbul Gerak Gaya Listrik (GGL)
atau terjadinya perpotongan medan magnit sehingga menghasilkan energi listrik.
Data teknis Rotor :
o

Material and grade

ASTMA572 Gr.50

Maximum flux density in poles

1800 kg

Weight Complete rotor with shaft

1600 kg

Untuk menentukan putaran poros generator dapat ditentukan dengan rumus :


n = = 60 . f
Ps
Dimana : n = Putaran poros generator
F = Frekuensi (Hz) = 50 Hz
Ps = Jumlah pasang kutub = 8 pasang kutub
60 = Konversi dari menit ke detik
maka untuk putaran poros generator di PLTA Batutegi didapat :

23

n = = 60 . 50 = 375 rpm
8

DATA TEKNIS GENERATOR


Merk
Tipe
Kapasitas
Tegangan
Frekwensi
Jumlah kutub
Putaran

:
:
:
:
:
:
:

Phasa

3 phasa

Rated current

1637 A

PF

0,8

Jenis

Vertical shaft

Total Weight Generator

110.200 kg

2.3.3

TOSHIBA JAPAN
Payung tertutup (suspended)
2 x 17860 kVA
6,3 Kv
50 Hz
16 Kutub
375 rpm

Peralatan Bantu
Peralatan bantu adalah semua peralatan atau sistem yang membantu beroperasinya turbin

dan generator dalam menghasilkan energi listrik sehingga dapat beroperasi dengan optimum.
Peralatan bantu terdiri dari :

a. Sistem udara dan minyak tekan


Sistem ini dibutuhkan untuk :
-

Mengatur kecepatan atau putaran turbin melalui Governor denga cara menambah atau
mengurangi aliran air pada sudu atur (Guide Vane).

Membuka dan menutup Inlet Valve dan By Pass Valve pada saat unit start atau stop.

24

Mengatur tekanan brake sistem pada saat unit stop.

Sebagai alat kontrol dan operasi.

Sistem udara dan minyak tekan atau disebut juga sistem hidroulik adalah suatu sistem
penggabungan antara sistem udara kompresor dan sistem minyak pelumas.
Perlengkapan utama dari sistem udara dan minyak tekan :
1. Sump tank, sebagai tempat pengumpul minyak tekan.
2. Motor penggerak pompa suplay, untuk mensuplay minyak tekan ke pressure tank.
3. Katup (selenoid) pengatur dan pengarah, untuk mengatur aliran udara dan minyak
tekan serta peralatan yang akan difungsikan.
4. Pressure tank (accumulator), berfungsi sebagai penyimpan energi sistem hidrolik.
5. Pompa kompresor, untuk menghasilkan udara.
6. Tanki udara (air tank), tempat penampung udara dari kompresor.
7. Pressure valve, safety valve dan pressure gauge.

b. Sistem pelumas
Sistem pelumas pada PLTA Batutegi merupakan sistem celup (terendam), yang berfungsi
untuk mengurangi timbulnya gesekan antara komponen yang bergerak pada saat unit
beroperasi.
Bagian bagian yang menggunakan sistem pelumas adalah :
1. Upper Guide Bearing (bantalan antar diatas rotor generator).
2. Lower Guide Bearing (bantalan antar dibawah stator generator).
3. Thrust Bearing (bantalan dukung).

25

4. Tubine Guide Bearing (bantalan antar pada sudu gerak).


Quantity of oil to filling sump :
o

Thrust bearing

1000 l/min

Upper guide bearing

involved above l/min

Lower guide bearing

270 l/min

c. Sistem Pendingin
Pada PLTA Batutegi sistem pendingin menggunakan media air dimana air diambil dari pipa
tekan (penstock), disaring melalui stainner kemudian tekanan air diturunkan terlebih dahulu
mengunakan Reduccing valve dan disalurkan ke cooler yang berada diruang generator.
Udara panas yang ada di ruang generator akan diserap oleh cooler , sehingga temperatur
udara akan tetap terjaga. Kemudian air setelah dari cooler akan dibuang ke tail race.

Quantity of cooling water :


o

Thrust bearing

100 l/min

Upper gaide bearing

involved above l/min

Lower guide bearing

30 l/min

Air coolers Number of coolers

Material of tubes

B-111-706 Copper-Nickel

Quantity

1200 l/min

1600 kg

Weight Air cooler

d. Sistem Pembuangan

26

Sistem pembuangan (drainage) berfungsi untuk menyalurkan air dari kebocoran kebocoran di dalam PLTA ke tanki penampungan kemudian menggunakan pompa dibuang
ke Tailrace. Pompa pembuangan beroperasi (start/stop) secara automatis berdasarkan level
switch yang dipasang pada tanki penampungan. Pada system ini dipasang dua buah pompa
yang beroperasi pada level tertentu. Bila pompa A beroperasi namun level air pada sump
pit (tangki penampungan) masih tinggi, maka pompa B akan beroperasi membantu
membuang air ke tailrace.
e. Sistem Pemadam Kebakaran
Sistem ini untuk memadam kebakaran secara dini dan dipasang automatis pada ruang
generator, dan akan berkerja berdasarkan suhu (temperatur) yang ada diruang generator.
Bila sensor temperatur melebihi 80 0C maka sistem ini akan menyemburkan gas CO2
didalam ruang generator. Selain itu disetiap bagian ruangan disiapkan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) sesuai dengan kebutuhan dan jenis peralatan ditempat tersebut.
Fire protection system :
o

Quantity of one CO2 cylinder :

55 kg

Number of CO2 cylinder

Overall dimensions

L1530 x W700 x H2070 mm

f. Sitem Penguat Medan Magnit (Excitasi)


Peralatan excitasi antara lain : Trafo Excitasi, Auto Voltage Regulator (AVR) dan
penyearah arus (rectifier).
Prinsip kerja sistem excitasi adalah sebagai berikut :

27

Pada awal unit start, generator belum mengeluarkan tegangan, maka tegangan excitasi
dipasok dari batteray 110 volt DC. Bila arus generator sudah mencapai harga tertentu (1600
Ampere) maka pasokan arus DC dari batteray akan terhenti dengan membukanya saklar
secara otomatis. Selanjutnya generator akan melakukan excitasi sendiri .
Trafo excitasi menerima arus dari bus output generator dan diteruskan ke reaktifer untuk
disearahkan. Besarnya arus yang keluar diatur oleh AVR. Dan AVR sendiri mendapat umpan
balik dari bus output. Sehingga arus DC yang keluar dari AVR akan selalu sesuai dengan
keperluan.

Data teknis Exciter :


o

Capacity of the static exciter

176 Kw.

Capacity of excitation transformer

360 Kva

Connection of power excitation

terminal block

Required initial excitation Current

150 A

10 sec

- Duration
o

Response time

0,1 sec.

Weight Static exciter

7000 kg

g. Sistem Governor
Governor berfungsi untuk mengatur putaran turbin agar selalu tetap pada setiap keadaan.
Governor pada PLTA Batutegi merupakan gabungan antara elektrik dan hidraulik.Sistem
listrik dimulai dari sensor putaran (conventer) sampai dengan force motor coil, sedangkan
dari force motor coil hingga servomotor merupakan sistem mekaniknya.

28

Bagian bagian sistem governor :


-

Penggerak berupa motor listrik, gunanya untuk menggerakkan tuas distributor minyak
agar tekanannya sesuai dengan yang dikehendaki governor.

Converter, berfungsi untuk memberikan isyarat putaran turbin.

Distributor minyak yang berfungsi untuk mendistribusikan minyak ke servomotor,


baik ketika terjadi putaran turbin berubah ubah akibat pengaruh system, maupun ketika
menaikan atau menurunkan beban unit.

Servomotor berfungsi untuk mengatur pembukaan dan penutupan sudu atur (guide
vane) agar putarannya tetap konstan.
Data teknis Governor :

Manufacture name

: Toshiba

Type

: Digital

Range of speed droop

: 0 10

Maximum speed oscillation under insolated operating in


: 0.1 %

Percent of rated speed

Maximum power oscillarion under parallel operation in


Percent of turbine rated output

Maximum dead band, or sensitivity, at any gate opening in


Parcent of rated speed

: 0.25 %

: 0.01 %

Maximum dead time for a sunded load change of not more


Thant 10 percent of rated capacity of the turbine in seconds

: 0.2 sec

Normal oil pressure

: 50 kg/cm2

Oil pumps :

- Type

: Horizontal rotary v

- Capacity

: 38 liter/min

29

Pressure tank :

- Pressure

: 50 kg/cm2

- Motor rating

: 5.6 kW

- Total volume

: 553 liter

- Overall dimensions

: 609 x 2325

- Weight

: 1470 kg

Total volume of sump tank

: 570 liter

Amount of required oil

: 440 liter

Overall dimensions of cabinet: - Actuator cabinet


- Regulator cabinet

2.3.4

Speed signal generator :

: 914 x 1832 x 2288 mm


: 914 x 914 x 2288 mm

- Type

: dual proximity probes

- Voltage

: 0-24 V Souare Wave V

- output

: NA (digital) Kw

- Frequency

: Approx. 400 Hz

Normal opening speed from fully closed position to full


Gate opening

: 25 sec (adjustable)

Weight Governor complete

: 1500 kg.

Pemakaian Sendiri (Station Service)


Pemakaian sendiri (PS) pada PLTA Batutegi adalah suatu sistem penyediaan dan

pendistribusian arus listrik untuk mengoperasikan peralatan bantu, penerangan gedung sentral
dan panel kontrol serta proteksi, baik pada unit pembangkit sedang beroperasi maupun saat tidak
beroperasi (stand by).
Arus tenaga listrik untuk sistem pemakaian sendiri dalam kondisi normal diperoleh melalui
sistem Interkoneksi tegangan 150 kV, diubah menjadi tegangan 200 kV mengunakan Trafo

30

distibusi (150 kV/20 kV). Kemudian diubah kembali pada trafo tegangan menengah 20 kV/
380V, sebelum digunakan untuk mengoperasikan peralatan peralatan pada PLTA Batutegi.
Bila tegangan sistem Interkoneksi rendah atau tidak beroperasi (gangguan) maka
pemasokan tenaga listrik untuk pemakaian sendiri menggunakan Diesel Generator (DG) yang
berbahan bakar solar, hingga sistem Interkoneksi kembali normal.
Data teknis Diesel Generator (DG) :

2.3.5

Manufacture name

Perkins

Type

1306-E87TA

Number

Rated continuous output

200

kW

Normal speed

1500

rpm

Capacity of the fuel oil daily tank

875

liters

Proteksi dan Indikasi Gangguan


Agar pengoperasian PLTA berjalan baik, aman dan efesien maka diperlukan sistem

proteksi. Sistem proteksi (relay protection) berfungsi untuk mengamankan peralatan dari
kerusakan karena adanya kondisi abnormal saat beroperasi unit pembangkit yang mengakibatkan
rele proteksi mekanik bekerja seperti : suhu lebih (high temperature) pada bantalan, pelumasan,
udara generator, air pendingin, rele tekanan lebih, putaran lebih dll, maupun akibat rele proteksi
elektrik seperti : arus lebih, tegangan lebih, tegangan rendah dll.
Proteksi rele bekerja memproteksi :
1. Emergency Stop (#86-1) dan Quick Stop (#86-2)
Menghentikan operasi unit seketika (Trip) akibat kondisi abnormal di elektrik
maupun mekanik, yang dapat mengakibatkan kondisi fatal pada unit pembangkit.

31

2. Damage Preventive Stop (#86-5)


Mengimformasikan kondisi abnormal unit pembangkit saat operasi, dan bila di
biarkan dapat mengakibatkan unit trip.

3. Alarm ((#30)
Dimana bekerjanya relay protection ini mengimformasikan kondisi unit pembangkit
yang perlu mendapat perhatian atau penanganan selanjutnya, dan bila dibiarkan dapat
mengakibatkan unit trip atau unit tidak dapat operasi.

Protection Relay yang ada di PLTA Batutegi.


1. UNIT 1/2 PROTECTION AND FAULT INDICATION TEST
a. Emergency Stop (#86-1)
1.

Generator differential relay (#87)

2.

Ground overvoltage relay for generator winding ground (#64N)

3.

Loss of field relay (#40)

4.

Generator negative-phase sequence relay (#46)

5.

Excitation flash supply fault (when generator being sterted)

6.

Excitation thyristor bridge supply (Excitation trasformer overcurrent)

7.

Excitation thyristor bridge supply fault

8.

Excitation thyristor module fault

9.

Excitation thyristor pulse generator fault

10. Excitation transformer temperature fault.

32

11. Programmable controller for unit heavy fault (#86SC-U)


12. Generator circuit breaker failure (#50BF)
13. Main transformer overcurrent relay (#150/#151)
14. Main transformer differential relay (#187T)
15. Main transformer districted eart fault relay (#64RFF)
16. Main transformer buchholtz relay (2nd stage)(#96-2)
17. Main trasformer winding temperature high (2nd stage) (#49MT2).
18. Main transformer oil temperature high (2nd stage) (#49QMT2)
19. Pressure relief operated for transformer (#63MTHA).

b. Quick Stop (#86-2)


1.

Over speed relay (#12).

2.

Electric governor heavy fault (#86GOV)

3.

Turbine bearing metal temperature high (2nd stage) (#38D1-2)

4.

Governor oil pressure low (2nd stage) (#63Q3)

5.

Pressure oil tank oil level low(2nd stage) (#33QL2)

6.

Generator lower guide bearing metal temperature high (2nd stage) (#38-2).

7.

Generator thrust bearing metal temperature high (2nd stage) (#38-3).

8.

Generator upper guide bearing metal temperature high (2nd stage) (#38-4).

9.

Emergency manual shutdown (#5E)

c. No Load And Excitation Operation (#86-4)


1.

Generator overcurrent relay (#51V)

2.

Generator undervoltage relay (#27).

3.

Generator reverse power (#32R)

4.

Main transformer ground overcurrent relay (#150N/#151N)

33

d. Damage Preventive Stop (#86-5)


1.

Turbine bearing metal temperature high (1st stage) (#38D1-2)

2.

Governor oil pressure low (1st stage) (#63Q2)

3.

Pressure oil tank oil level low (1st stage) (#33QL1)

4.

Turbine bearing oil reservoir oil level low or high (#33BWF)

5.

Generator lower guide bearing metal temperature high (1st stage) (#38D2)

6.

Generator thrust bearing metal temperature high (1st stage) (#38D-2)

7.

Generator upper guide bearing metal temperature high (1st stage) (#38D-3)

8.

Generator air cooler air temperature high (#49A)

9.

Generator bearing oil upper reservoir oil level low or high (#33UBGF)

10. Generator bearing oil lower reservoir oil level low or high (#33LBGF)
11. Excessive vibration (2nd stage) (#93VIB-2)
12. Generator field ground fault (#64E)
13. Turbine starting trouble (Incomplete start sequence) (#48START)
14. Turbine stopping trouble (Incomplete stop sequence) (#48STOP)
15. No load and excitation running time long (#86-4RT)

e. Alarm (#30)
1.

Cooling water for turbine bearing flow low (#69WB1)

2.

Pressure oil tankoil level high (#33QPH)

3.

Pressure oil tank safety valve operated (#63QPH)

4.

Governor oil sump tank oil level low or high (#33QSLH)

5.

Pressure oil supply pump A fault (#88QAF)

6.

Pressure oil supply pump B fault (#88QBF)

7.

Guide vane blocked (#69G)

8.

Turbine water flow detective equipment fault (#30WFL)

9.

Electric governor light fault (#30GOV)

34

10. Cooling water flow low for generator upper reservoir oil cooler (#69UWB)
11. Cooling water flow low for generator lower reservoir oil cooler (#69LWB)
12. Cooling water for generator air cooler flow low (#69WA)
13. Excessive vibration (1st stage) (#93VIB-1)
14. High pressure oil pump for thrust bearing fault (388QTF)
15. Generator space heater fault (#88GHF)
16. Excitation flash supply fault (when generator in operation)
17. Excitation alarm in process
18. Excitation transformer temperature alarm
19. Battery for excitation voltage low
20. Excitation system out of range
21. Excitation system voltage measure
22. Excitation system micro circuit breaker open
23. Excitation thyristor module fault
24. Excitation pulse generator unit
25. Excitation remote AVR/MCR820 fault
26. Excitation system follow up fault

2. COMON PROTECTION AND FAULT INDICATION TEST


a. 150 kV Transmission Line CB Trip
1.

Main protection relay of short-circuit for transmission line 1 (#21S-L1)

2.

Backup protection relay of short-circuit for transmission line 1 (#51S-L1)

3.

Main protection relay of ground fault for transmission line 1 (#21N-L1)

4.

Backup protection relay of ground fault for transmission line 1 (#50N/51N-L1)

5.

150 kV bus under-voltage (#127B)

6.

150 kV bus over-voltage (#159B)

35

b. 150 kV Switchgear Fault CB Trip


1.

152L1 circuit breaker gas pressure low (2nd stage) (#63G3-152L1)

2.

152L1 circuit breaker phase-unbalanced closing or tripping (#47-52L1)

3.

152L2 circuit breaker gas pressure low (2nd stage) (#63G3-152L2)

4.

152L2 circuit breaker phase-unbalanced closing or tripping (#47-52L2)

5.

152-1 circuit breaker gas pressure low (2nd stage) (#63G3-152-1)

6.

152-1 circuit breaker phase-unbalanced closing or tripping (#47-52-1)

7.

152-2 circuit breaker gas pressure low (2nd stage) (#63G3-152-2)

8.

152-2 circuit breaker phase-unbalanced closing or tripping (#47-52-2)

9.

152D circuit breaker gas pressure low (2nd stage) (#63G3-152D)

10. 152D circuit breaker phase-unbalanced closing or tripping (#47-52D)

c. Alarm (#30)
1.

152L1 circuit breaker gas pressure low (1st stage) (#63G2-152L1)

2.

152L2 circuit breaker gas pressure low (1st stage) (#63G2-152L2)

3.

152-1 circuit breaker gas pressure low (1st stage) (#63G2-152-1)

4.

152-2 circuit breaker gas pressure low (1st stage) (#63G2-152-2)

5.

152D circuit breaker gas pressure low (1st stage) (#63G2-152D)

6.

152L1 circuit breaker tripping coil broken (#TF-152L1)

7.

152L2 circuit breaker tripping coil broken (#TF-152L2)

8.

152-1 circuit breaker tripping coil broken (#TF-152-1)

9.

152-2 circuit breaker tripping coil broken (#TF-152-2)

10. 152D circuit breaker tripping coil broken (#TF-152D)


11. Transmission line 1 protective relay failure (#30PRO-L1)
12. Trip signal received from the opposite transmission line 1 (#152TRIP-R1)
13. PLC carrier channel failure of transmission line 1 (#30CAR-L1)

36

14. Succes of auto-reclose of transmission line (#79-L1)

d. 20 kV Circuit
1.

Under voltage relay for 20 kV bus circuit (#227)

2.

Over voltage relay for 20 kV bus circuit (#259)

3.

Under and over frequency relay for 20 kV bus circuit (#281)

4.

Overcurrent relay for station-service transformer (#250H/#251H)

5.

Ground overcurrent relay for station-service transformer (#250HN/#251HN)

6.

Overcurrent relay for 20 kV bus incoming circuit (#250D/#251D)

7.

Ground overcurrent relay for 20 kV incoming circuit (#250ND/#251ND)

8.

Overcurrent relay for local distribution line 1 (#250DL-1/#251DL-1)

9.

Ground overcurrent relay for local distribution line 1 (#250NDL-1/#251NDL-1)

10. Overcurrent relay for local distribution line 2 (#250DL-2/#251DL-2)


11. Ground overcurrent relay for local distribition line 2 (#250NDL-2/#251NDL-2)
12. Local distribution line 1 success of auto-reclosing (#279DL-1}
13. Local distribution line 2 success of auto-reclosing (#279DL-2}

e. Low Voltage Power Circuit


1.

Overcurrent release device and undervoltage release incorporated in the air circuit breaker (#352-1)

2.

Overcurrent release device and undervoltage release incorporated in the air circuit breaker (#352-2)

3.

Overcurrent release device and undervoltage release incorporated in the air circuit breaker (#352DG)

4.

Overcurrent release device in the molded circuit breaker (#352-3)

5.

Overcurrent release device in the molded circuit breaker (#352-4)

6.

Overcurrent release device in the molded circuit breaker (#352-5)

7.

Overcurrent release device in the molded circuit breaker (#352-6)

8.

Overcurrent release device in the molded circuit breaker (#352-7)

9.

Under voltage relay for low voltage bus (#327B)

37

10. Molded case circuit breaker trip for AC 380V load panel
11. Miniture circuit breaker trip for AC 230V load panel
12. Incoming MCCB trip for DC 110V load panel 1
13. Outgoing MCB trip or hand-off for DC 110V load panel 1
14. Incoming MCCB trip for DC 110V load panel 2
15. Outgoing MCB trip or hand-off for DC 110V load panel 2
16. Incoming MCCB for trip for DC-AC inverter load panel
17. Outgoing MCB trip or hand-off for DC-AC inverter load panel
18. Station service change-over delay (#48ASR)

f. Local Distribution Trasformer


1.

Local distribution transformer difeerential relay (#187DT)

2.

Overcurrent relay for local distribution transformer (#150D/#151D)

3.

Local distribution transformer ground overcurrentrelay ofhigh voltagewinding (#150DTN/#151DTN)

4.

Local distribution transformer ground overcurrentrelay of low voltagewinding (#250DTN/#251DTN)

5.

Local distribution transformer districted eart fault relay of HV winding neutral circuit (#64REF1)

6.

Local distribution transformer districted eart fault relay of LV winding neutral circuit (#64REF2)

7.

Local distribution transformer buchholtz relay (2nd stage) (#96DT-2)

8.

Local distribution transformer winding temperature high (2nd stage) (#49DT-2)

9.

Local distribution transformer oil temperature high (2nd stage) (#49QDT-2)

10. Local distribution transformer pressure relief for transformer (#63DTHA)


11. Local distribution transformer pressure relief for on-load tap changer (#63DTTC)
12. Local distribution transformer gas detected for on-load tap changer (#33PRO-DT)
13. Local distribution transformer buchholtz relay (1st stage) (#96DT-1)
14. Local distribution transformer winding temperature high (1st stage) (#49DT-1)
15. Local distribution transformer oil level low (#33QDTL)
16. Local distribution transformer oil level high (#33QDTH)

38

17. Local distribution transformer on-load tap changer oil level low (#33QTCL)
18. Local distribution transformer oil temperature high (1st stage) (#49QDT1)

g. Station Service Transformer


1.

Overcurrent relay on 6,3kV No.1 bus circuit for station-service transformer 1 (#50/51H-1)

2.

Ground overcurrent relay on 6,3kV No.1 bus circuit for station-service transformer 1 (#50/51HN-1)

3.

Overcurrent relay on 6,3kV No.2 bus circuit for station-service transformer 1 (#50/51H-2)

4.

Ground overcurrent relay on 6,3kV No.2 bus circuit for station-service transformer 1 (#50/51HN-2)

5.

Station-service transformer 1 winding temperature high (#49HTR-1)

6.

Station-service transformer 2 winding temperature high (#49HTR-2)

h. Control System
1.

Programmable controller for station-service fault (#30SCH)

i. Others

j.

1.

Power house sump pit water level high (#33WH)

2.

Drainage pump A fault (#88WHAF)

3.

Drainage pump B fault (#88WHBF)

4.

Draft tube drainage pump A fault (Common) (#88WDAF)

5.

Draft tube drainage pump B fault (Common) (#88WDBF)

6.

Building service facilities to be provided under other contract, troubled (#30HOUSE)

7.

Building fire (#28FH)

8.

Power intake gate automatic floating control system failure (#30FIG)

9.

Power intake gate failure (#33IGF)

DC System Circuit
1.

Main fail (#30CRG-A/B/C)

2.

Common fail (#30CRG-A/B/C)

39

3.

Charge fail (#30CRG-A/B/C)

4.

DC under voltage (#30CRG-A/B/C)

5.

Eart fault (#30CRG-A/B/C)

6.

Battery undrvoltage (#30INV-A/B)

7.

DC undervoltage (#30INV-A/B)

8.

Static bypass switch blocked (#30INV-A/B)

9.

Fan fault (#30INV-A/B)

10. AC undervoltage (#30INV-A/B)

k. Emergency Diesel Engine Generator


1.

Diesel engine generator over speed (#12DG)

2.

Diesel engine generator over current (#51DG)

3.

Diesel engine generator over voltage (#59DG)

4.

Diesel engine generator coolant temperature over load (#38WDG)

5.

Diesel engine generator low oil pressure (#63DG)

6.

Battery low voltage for Diesel engine generator (#80DG)

7.

Diesel engine generator fuel oil tank oil level low (#33DG)

8.

Diesel engine generator not in auto mode

9.

Diesel engine generator approaching high engine temperature

10. Diesel engine generator approaching low oil pressure


11. Battery charger failure for diesel generator

Batasan-Batasan Relay Protection


NO
1
2
3
4
5

NAMA ALAT
Generator Stator Winding Temperature
Main Transformer Winding Temperature
Main Trasformer Oil Temperature
Upper Guide Bearing Metal Temperature
Thrust Bearing Metal Temperature

NORMAL ALARM
105
105
90
69
69

TRIP

SATUAN

127
127
105
84
84

c
c
c
c
c

40

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Lower Guide Bearing Metal Temperature


Turbine Guide Bearing Metal Temperature
DMTR Winding Temperature
DMTR Oil Temperature
Temperature Cooling Air Out
Vibration Generator Lower Bracket
Vibration Generator Upper Bracket
Turbine Head Cover
Vibration Shuft Run Out For Turbine
Vibration Shuft Run Out For Generator
Putaran Turbine Generator
TEGANGGAN (VOLTAGE)
Trafo 150 kV
Trafo 20 kV
Trafo 6,3 kV
Trafo 400 Volt

17
18
19
20

2.3.6

70
70
106
90
210
210
210
450
450
275
Normal
150
20
6,3
400

Trip Under
129
18
5,09
360

85
85
120
105
45
260
260
260
550
550
506
Trip Over
162
22
6,9
420

c
c
c
c
c
m
m
m
m
m
Rpm
Satuan
kV
kV
kV
Volt

Panel Kontrol
Sedangkan sistem panel kontrol adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengontrol

peralatan peralatan dalam pengoperasian PLTA, seperti pengontrol start/stop unit, Mvar,
putaran turbin, peralatan bantu, beban unit, tegangan generator, pemakaian air dll.
Untuk mengoperasikan sistem kontrol dilakukan pada ruang kontrol (control room) secara
automatis maupun dapat dilaksanakan secara bertahap (step by step) dengan manual pada panel
di local control.

Tahapan Tahapan Pengoperasian PLTA Batutegi


1. Persiapan
Melakukan pemeriksaan & memastikan kondisi unit Ready To Start dengan syarat:

Main transformer CB is closed

Unit is shutdown

Guide vane fully closed

41

Brake released

Inlet valve fully closed

Brake air tank, air pressure Ok

6,3 kV earting switch Off

Unit control line charge mode is On

Line 1 & 2 CB is open

Main transformer CB is open

Distribution trasformer HV CB is open

Diesel generator ACB is closed

Unit control line change mode is on, Off.

400 V bus under voltage alarm, Off

86-1 lockout operated, Off

86-2 lockout operated, Off

86-4 lockout operated, Off

86-5 lockout operated, Off

Shutdown in progress, Off

AVR manual mode, Off

2. Unit Starup Sequence


Pengoperasian unit secara auto remote.
1.

Run Auxiliaries (60 seconds)


Actions
o

Start thrust high pressure pump

Stop generator space heater

Start water supply & governor actuator oil supply

42

Exit conditions : T1

2.

Thrust high pressure oil pressure normal

Governor actuator oil supply valve open

Cooling water supply valve open

Cooling water flow normal

Auxiliaries running for 60 seconds

Open Inlet Valve (90 seconds)


Actions
o

Open inlet valve

Exit conditions : T2
o

3.

Inlet valve fully open indication

Open Guide Vanes (1 sconds)


Actions
o

Open the guide vanes solenoid

Exit conditions : T3
o

4.

Guide vanes solenoidopen indications

Rotate Turbine (30 seconds)


Actions
o

Energinse master relay, open turbine guard valve

Exit conditions : T4

5.

Turbine speed < 3 %

Turbine speed > 95 %

Excite To Full Voltage (10 seconds)

43

Exit conditions : T5

6.

Field CB closed indication

AVR output voltage control automatic

Generator voltage >100% indication

Unit PLC 86-4 latched, No load & excition running

Synchronise (+/- 170 seconds)


Action :
o

Closed generator CB

Exit conditions : T6

7.

Unit CB close

Line charge selection from generator

Complete
Action
o

Start auto synchronizer

Exit conditions : T7
o

unit CB closed

3. Unit Shutdown Sequences


Shutdown unit 1/2 secara Auto Remote
1.

Un Load (95 seconds pada beban 7,5 MW)


Actions ;
o

Initiate shutdown sequences

Initiate emergency shutdown sequences

Exit conditions : T1
o

Unit control line charge mode is off

44

2.

Open Unit CB (0,5 seconds)


Actions :
o

Open the unit CB

Exit conditions : T2
o
3.

Unit CB open

De-Excite (0,5 seconds)


Actions :
o

Open field CB

Turn AVR output voltage control to off

Exit conditions : T3

4.

Unit 1 / 2 field CB open

AVR output voltage control off

Close Guide Vanes (1 seconds)


Actions :
o

Close guide vanes fully

Exit conditions : T4

5.

Guide vanes selenoid fully closed

Limit switch guide vanes fully closed

Close Inlet Valve (230 seconds)


Actions :
o

Close guide vanes fully

Exite conditions : T5
o

Inlet valve fully closed indication

Turbine speed < 95%

45

6.

Turbine speed < 3%

Brake (1 seconds)
Actions :
o

Brake released

Exit conditions : T6
o
7.

Limit switch brake operated

Stand Still (200 seconds)


Actions :
o

Start oil injection pump, mechanical brake on

Exit conditions : T7
o

8.

Generator speed < 3%

Stop Auxiliaries (15 seconds)


Actions :
o

Start high pressure oil pump

Exit conditions :T8

9.

High pressure oil pump running

Generator space heater on

Governor actuator oil suplly valve open indication

Limit switch brake operated

Complete
Actions :
o

Shutdown complete

Exit conditions :T9


o

Generator brake off

46

Selain dari system-sistem yang telah disebut diatas, PLTA Batutegi juga dilengkapi
dengan Trasformer. Adapun Transformer yang ada di PLTA Batutegi adalah :
1. Main Trasformer (MTR)
Jumlah

2 Unit

Phasa

3 Phasa

Type Pendingin

ONAN

Kapasitas

17860 kVA

Hubungan

Delta Wyne

Teganggan

6,3 kV / 150 kV

Frekwensi

50 HZ

Pabrikan

PT. Powels Trafo Asia

2. Distribution Trasformer (DMTR)


Jumlah

2 Unit

Phasa

3 Phasa

Type Pendingin

ONAN

Kapasitas

500 kVA

Hubungan

Wyne Wyne

Teganggan

150 kV / 20 kV

Frekwensi

50 HZ

Pabrikan

PT. Powels Trafo Asia

3. Station Service Transformer (STR)


Jumlah

2 Unit

Phasa

3 Phasa

47

Kapasitas

500 kVA

Hubungan

Dyn II

Teganggan

1. 6,3 kV / 400 V
2. 20 k V / 400 V

Frekwensi

50 HZ

Pabrikan

PT. Powels Trafo Asia

B A B III
TEORI DASAR TURBIN AIR

3.1

PENGERTIAN
Penemuan turbin merupakan kemajuan yang sangat berarti dalam pengembangan

pemanfaatan tenaga air. Turbin pertama yang memanfaatkan gaya semprotan air dirancang oleh
JA. SEGNEN (1704 1777). Bentuk turbin modern yang sekarang digunakan pada PLTA
PLTA adalah rancangan dari dar Francis (1849), Pelton (1890), dan Kaplan (1913).
Turbin kaplan adalah dimana sudu sudu jalannya (runner) dapat diatur, sedangkan yang tetap
dinamakan turbin Propeller.
Ditinjau dari fluida kerja, turbin air dapat dibagi atas :
1.

Turbin Reaksi
Adalah turbin dimana air yang melewati sudu jalan (runner) menjalani penurunan
tekanan baik pada sudu pengatur maupun pada sudu jalan.
Contoh turbin reaksi :
-

Turbin Francis

48

2.

Turbin Propeller

Turbin Kaplan

Turbin Impuls
Adalah turbin dimana proses penurunan tekanan airnya terjadi dalam distributor
(nozel),dan tidak terjadi pada sudu jalan.
Contoh : Turbin Pelton

Ditinjau arah alirannya turbin dapat dibedakan atas :


1. Turbin Radial
Adalah turbin dimana aliran air yang melewati runner dalam arah radial.
Contoh : Turbin Pelton.
2. Turbin Aksial
Adalah turbin dimana aliran air yang melewati runner dalam arah aksial.
Contoh : Turbin Propller dan Kaplan.
3. Turbin Radial Aksial
Adalah turbin dimana air yang masuk ke runner dalam arah radial dan keluar dari runner
dalam arah aksial.
Contoh : Turbin Francis.
Ditinjau dari tinggi jatuh air (Head), jenis turbin air dapat dibedakan menjadi :
1. Turbin dengan Head rendah
Dimana turbin dengan Head kurang dari 30 m.
Contoh : Turbin Kaplan dan Propller.

49

2. Turbin dengan Head menengah


Yaitu turbin dengan Head antara 30 m s/d 200m.
Contoh : Turbin Francis.

3. Turbin dengan Head tinggi.


Dimana jenis turbin yang digunakan dengan Head diatas 200 m.
3.2

Contoh : Turbin Pelton.


PRINSIP KERJA TURBIN AIR
Turbin air adalah dimana air sebagai fluida kerja mengalir melalui ruang diantara sudu

sudu jalan (runner). Apabila kemudian ternyata bahwa runner dapat berputar, maka tentu ada
gaya yang berkerja pada sudu. gaya tersebut timbul karena terjadinya perubahan momentum dari
fluida kerja yang mengalir diantara sudu. Jadi sudu jalan hapuslah dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat terjadi perubahan momentum pada fluida kerja tersebut.
Dari bagan gambar 3.2a dapat diketahui bagaimana asalnya gaya F. Mula mula secara
teratur bagan dialiri air dengan kecepatan C1 dan membentuk sudut a1 Aliran m akan membelok
dan keluar dengan membentuk sudut a2. Penampang di A2 lebih kecil dari penampang A1, berarti
kecepatan keluar C2 lebih besar dari pada C1.

50

Gbr. 3.2a Terjadinya gaya pada pembelokan aliran air

Dari arah aliran dapat diperkirakan bagaimana asalnya gaya F. Besarnya gaya ini menurut
kaidah pergerakan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ft (dalam satu detik) = m . C1 m . C2


Dimana :
F

= Gaya yang terjadi (Newton)

= Aliran air (kg/s)

= Kecepatan air (m/s)

Bila dihitung berdasarkan kapasitas air yang lewat, maka :


F

= Q . . C1 Q . . C2

Dengan memperhatikan sudut aliran masuk dan keluar maka gaya yang terjadi dapat di uraikan
dalam arah X dan Y, didapat :
FX = Q . . (C1 . cos a1 C2 . cos a2)
FY = Q . . (C1 . sin a1 C2 . sin a2)
Gaya yang timbul akibat dari aliran air didalam bagan yang bergerak dengan kecepatan U dapat
digambarkan sebagai berikut :

51

Gbr. 3.2b Gaya yang timbul akibat dari aliran air


Dengan adanya gaya F yang berkerja, maka kereta bagan akan bergerak dengan
kecepatan U, sambil menarik beban. Melalui sudu pengarah yang tetap, air dialirkan ke bejana
dengan sudut a11 dan kecepatan C1, sebagian kecil air a bergerak pindah kedalam bejana
dengan sudut a1 dan kecepatan C1 kearah titik C1. Tetapi pada waktu bersamaan air a juga
bergerak dengan kecepatan U ke U1.
Setelah digambarkan komponen C1 dan U, akan didapat kecepatan W1 yang merupakan segitiga
kecepatan air masuk.
Bila sebagian kecil air z mengalir keluar bejana, kecepatan berubah dari W1 ke W2
dan arahnya juga berubah dari a1 ke a2 disebabkan karena pengecilan penampang A2/A1 dan
kelengkungan bejana, maka dititik z dapat dilukiskan segitiga kecepatan air keluar bejana.

3.3

KECEPATAN SPESIFIK
Kecepatan spesifik sangat diperlukan untuk memilih jenis turbin agar diperoleh daya

guna maksimum. Kecepatan specifik (specific speed) atau kecepatan jenis adalah kecepatan
turbin model (turbin dengan bentuk sama namun skalanya berbeda), yang berkerja pada tinggi
satu satuan tinggi jatuh air dengan debit satu satuan debit dan menghasilkan daya satu satuan
daya.

52

Pada umumnya turbin dengan kecepatan specifik rendah digunakan untuk kondisi head
yang besar, dan sebaliknya turbin dengan kecepatan spesifiknya tinggi sesuai untuk turbin
dengan kondisi head yang rendah, lihat tabel 3.3a. Harga kecepatan spesifik pada tabel 3.3a
akan berbeda bila menggunakan satuan yang berbeda pula. Klasifikasi turbin air dapat
dibedakan sesuai kecepatan specifiknya, seperti pada tabel 3.3b.
Tabel 3.3a Jenis Turbin Dan Kecepatan Spesifik
Jenis Turbin
PELTON
FRANCIS
PROPELLER

Kec. Spesifik

Efisiensi

Head

Ns (rpm)
10 40
40 550
350 1050

Nt (%)
80 - 90
90 - 94
85 - 94

H (m)
1800 - 300
350 - 25
50 - 5

Tabel. 3.3b Klasifikasi Turbin Air


KLASIFIKASI
Turbin dengan kecepatan specifik rendah
Turbin dengan kecepatan specifik menengah
Turbin dengan kecepatan specifik tinggi

Kecepatan spesifikasi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan :

ns = n .

N
5

H4

Dimana :
ns = Kecepatan Spesifik (rpm)
N = Daya Turbin (Hp)
n = Kecepatan Turbin (rpm)
H = tinggi Jatuh Air (ft)

Ns (rpm)
2 - 12
12 - 90
90 - 250

53

3.4
.

EFISIENSI
Setiap jenis turbin dan setiap kecepatan jenis masing masing turbin mempunyai

lengkung efisiensi yang berbeda, seperti telihat pada gambar 3.4

Gbr. 3.4 Bentuk lengkung efisensi menurut jenis turbin

Efisiensi dinyatakan dalam bentuk perbandingan antara daya poros dengan daya fluida :
n =

Np
Na

Daya poros dapat dihitung dengan mengukur momen puntir dan jumlah putaran, dan dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut :
Np

T .2.n.
60

54

Sedangkan daya fluida diperoleh dengan cara mengukur laju aliran volume dan tinggi jatuh air
(head) total.
Na = . Q . Ht
Dimana :

3.5

= Efisiensi (%)

Np

= Daya Poros (Watt)

= Momen puntir (Nm)

= Putaran poros (rpm)

Na

= Daya Fluida (Watt)

= Berat jenis fluida persatuan volume (N/m3)

= Debit Fluida (m3/s)

Ht

= Head Total (m)

KECEPATAN LARI (RUN AWAY SPEED)


Kecepatan lari suatu turbin adalah kecepatan putar turbin pada debit tertentu akibat

turbin kehilangan beban secara tiba tiba. Kejadian ini dapat terjadi bila governor tidak
berkerja dengan baik, oleh karena itu kekuatan turbin dan governornya harus diperhitungkan
terhadap kecepatan lari sehingga tidak terjadi kerusakan pada peralatannya.
Kecepatan lari beberapa jenis turbin dapat diperhitungkan sesuai tabel 3.5

Tabel 3.5 Kecepatan Lari Turbin


Jenis Turbin
KAPLAN
FRANCIS
PELTON

Persentase Putaran Normal


250 - 300
200
200

55

3.6

KAVITASI
Kavitasi adalah suatu peristiwa terjadinya gelembung gelembung uap didalam cairan

atau air yang mengalir. Apabila tekanan pada tempat tersebut melebihi tekanan uapnya, maka
gelembung gelembung tersebut akan pecah dengan tiba tiba. Pecahnya gelembung
gelembung mengakibatkan bunyi berisik dan getaran serta dapat menyebabkan pengikisan pada
permukaaan dinding atau bagian dari turbin.

Angka indeks kavitasi yang umum dipakai adalah faktor kavitasi dari thomas, seperti persamaan
berikut :
= Ha Hv Hs
H
Dimana :
= Faktor kavitasi thomas
H = Tinggi jatuh air efektif (m)
Ha = Tekanan atmosfir (m)
Hv = Tekanan uap air dibawah runner (m)
Hs = Tinggi hisap (m)

Karena kavitasi mempengaruhi daya dan efisiensi turbin maka perlu diusahakan agar
tidak terjadi kavitasi berlebihan. Upaya yang paling penting adalah untuk memperkecil tekanan
vakum yang terjadi pada bagian bawah runner dan pada bagian atas pipa lepas (draft tube).
Demikian bentuk konstruksi pada bagian tersebut diusahakan tidak menghambat aliran air yang
akan menyebabkan terbentuknya daerah kantung bertekanan lebih.

56

Beberapa upaya untuk mengurangi terjadinya kavitasi adalah :


a. Memilih runner yang tepat bentuknya, membuatnya secara teliti dengan permukaan
sebaik mungkin (licin).
b. Pemasangan runner pada posisi yang lebih rendah dari permukaan air pembuangan (level
tail race).
c. Pemilihan kecepatan jenis atau spesifik yang kecil.
d. Memberi udara dalam jumlah yang tepat pada bagian atas pipa lepas.
e. Membuat konstruksi pipa lepas (draft tube) yang tepat.
f. Tidak mengoperasikan turbin dalam putaran dan beban yang kritis.

57

B A B IV
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN

4.1

PENGOPERASIAN PLTA
Bergantung dari kontinuitas air, maka umumnya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

berkapasitas besar dioperasikan untuk memikul beban puncak sistem kelistrikan, sedangkan
untuk PLTA berkapasitas kecil dan sedang dioperasikan untuk membantu memikul beban dasar
kelistrikan.
Untuk tujuan tersebut diatas, maka cara pengoperasian atau sistem kontrol unit pembangkit pada
PLTA sesuai dengan perkembangan teknologi adalah :
-

Sistem kontrol dengan tangan ( Manual Control System )


Dimana pengoperasian PLTA mulai dari start, paralel dengan sistem, pemberian beban dan
berhenti (stop) dari turbin generator dan berbagai operasi lainnya dilakukan dengan tangan
dan melalui pengalaman para operator sendiri.

Sistem kontrol semi otomatis ( Semi Automatic Control System )


Operasi mulai jalan (start), paralel, pemberian beban dan berhenti dari turbin generator
dilaksanakan dengan tangan. Pemberhentian secara otomatis hanya dilakukan bila ada
gangguan. Sistem ini sudah jarang digunakan, hanya ada pada PLTA PLTA lama.

Sistem kontrol dijalankan satu orang ( One man Control System )

58

Pada sistem ini seorang operator dapat melakukan operasi mulai jalan, paralel, pemberian
beban dan berhenti dari turbin generator serta berbagai pengawasan terhadap panel control
dan pengontrol lainnya. Dilengkapi pula dengan alat alat penghenti secara otomatis dan
pemberitahuan tanda bahaya (alarm) bila ada gangguan.

Sistem kontrol otomatis sepenuhnya ( Fully Automatic Control System )


omatis penuh, meliputi operasi keandalan awal yang telah ditentukan, paralel pem
Dimana sistem ini mengontrol pengoperasian unit pembangkit secara ot bebanan dan
operasi kontinu secara otomatis, dan penghentian operasi (stop) secara otomatis pula baik
normal maupun bila terjadi gangguan tanpa bantuan operator.

4.2

PERENCANAAN OPERASI
Rencana operasi adalah suatu rencana mengenai bagaimana suatu sistem tenaga listrik

akan dioperasikan untuk kurun waktu tertentu. Oleh karena itu untuk mengoperasikan sistem
tenaga listrik diperlukan perencanaan yang baik, dengan tujuan mengatur pembangkitan dan
penyaluran secara ekonomis dengan memperhatikan mutu dan keandalan.
Suatu perencanaan yang dapat menunjang operasional Real Time dan kondisi operasi
yang akan dihadapi oleh dispatcer sangat diperlukan karena peristiwa yang terjadi pada sistem
adalah acak. Perencanaan jangka panjang yang kemudian direvisi melalui perencanaan jangka
pendek merupakan ciri perencanaan operasi yang dinamis yaitu selalu mengikutkan data
realisasi operasi yang terakhir.
Dengan perencanaan yang dinamis ini diharapkan deviasi antara perencanaan dan realisasinya
dapat sekecil mungkin.

59

Pada gambar 4.2 dapat dilihat bagai mana komposisi pembebanan pembangkit pada
sistem kelistrikan Interkoneksi Lampung Palembang dalam 24 jam.

Gbr. Komposisi pembebanan pembangkit selama 24 jam

4.2.1

Tahapan Perencanaan Operasi

Proses perencanaan operasi sistem kelistrikan dibedakan menurut jangkauan waktu peninjauan
yaitu :
a. Rencana Tahunan
Adalah merupakan penjabaran dari target yang diberikan oleh PLN Pusat, dimana
rencana akan direvisi setiap bulan berdasarkan kondisi operasi terakhir.
Dalam perencana tahunan juga dilakukan analisa kondisi jaringan dengan masuknya
instalasi baru.
b. Rencana Bulanan

60

Adalah peninjauan kembali rencana tahunan sehingga alokasi energi ataupun rencana
pengusahaan unit pembangkit dan penyaluran dapat lebih tajam, dimana seperti jadwal
pemeliharaan unit unit pembangkit, transmisi dan peralatan lainnya sudah dapat
ditentukan tanggal pelaksanaannya.
c. Rencana Mingguan
Merupakan revisi dari rencana bulanan, yang berisi penentuan rencana mingguan
berdasarkan laporan dari sektor melalui UPB (Unit Pengatur Beban).

d. Rencana Harian
Merupakan panduan dari pelaksanaan pengendalian operasi dalam pengusahaan sistem,
yang disusun sehari sebelumnya berdasarkan rencana mingguan yang telah direvisi
sesuai dengan kondisi terakhir.

4.2.2

Kegiatan Perencanaan Operasi

Didalam perencanaan operasi terdapat beberapa kegiatan dasar yang harus dilakukan, yaitu :
1. Prakiraan Beban
Beban pada sistem tenaga listrik dipengaruhi banyak faktor, tidak pernah tetap dari
waktu ke waktu. Untuk itu prakiraan beban dibuat guna mengetahui kemungkinan
keadaan beban sistem, hal ini merupakan kegiatan yang penting untuk studi lainnya.

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan beban yaitu :


-

Target produksi

Data realisasi beban

61

Karakteristik beban

2. Jadual Pemeliharaan Sistem Pembangkit


Didalam penyusunan jadual pemeliharaan unit pembangkit usahakan cadangan yang
cukup dan merata sepanjang waktu (Livelized Reserve) dengan memperhatikan :
-

Batas jumlah jam operasi unit pembangkit

Data performance pembangkit

Prakiraan beban

Pengaruh musim terhadap unit unit pembangkit hydro

3. Jadual Pemeliharaan Sistem Penyaluran


Hal yang mendapat perhatian didalam penyusunan rencana pemeliharaan sistem
penyaluran adalah melihat pengaruhnya kepada sistem penyaluran daya. Karena
pelaksanaan pekerjaan ini erat hubungannya dengan konfigurasi sistem, maka analisa
jaringan perlu diadakan sehingga pada pelaksanaannya diusahakan sedikit mungkin
mempengaruhi sistem penyaluran.

4. Pengusahaan Waduk
Pengusahaan waduk bertujuan untuk mengatur air keluar pada periode tertentu agar
diperoleh benefit maksimal pada sektor sektor :
-

Air minum

Irigasi

Industri

62

Perikanan

Tenaga Listrik

Bagi sektor sektor non-tenaga listrik, air merupakan satu satunya alternatif yang bisa
dipakai, sedangkan bagi sektor tenaga listrik, kebutuhan air sebagai sumber daya energi
masih dapat digantikan oleh alternatif yang lain.

5. Alokasi Energi
Alokasi energi dibuat dengan mempertimbangkan jadwal masuknya pembangkit batu,
jadual pemeliharaan pembangkit, prakiraan pengusahaan waduk dan kemampuan unit
unit pembangkit. Hasil perhitungan ini diperlukan untuk menentukan pemakaian bahan
bakar.
Pada gambar 5 adalah contoh komposisi pembangkit pada sistem kelistrikan Lampung
Palembang ( Sumbagsel).

Gbr. Komposisi Pembangkit Sumbagsel

6. Unit Commitment

63

Unit comitment bertujuan penentuan unit pembangkit yang akan beroperasi disistem,
sehingga diperoleh biaya pembangkit yang termurah. Kendala kendala yang perlu
diperhatikan adalah beban yang harus disediakan, dan kemampuan penyaluran daya.
7. Analisa Jaringan
Analisa jaringan ini akan diperlukan untuk kondisi operasi sistem, sehingga dapat
memberikan prediksi operasi sistem pada saat masuknya unit pembangkit dan transmisi
baru serta adanya outage terencana di sistem.
Beberapa analisa jaringan yang perlu dilakukan adalah :
-

Stabilitas sistem

Aliran daya

Hubungan singkat

Untuk menyalurkan energi listrik pada sistem koneksi Sumsel Lampung menggunakan
SUTT 150 kV yang terbentang menghubungi Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi
Lampung sepanjang 240 kms, SUTT 70 kV sistem ring di kota Palembang dengan
panjang 336 lms. Selanjutnya energi listrik tersebut didistribusikan ke konsumen melalui
penyulang yang ada di Gardu Induk ( GI ) seperti tabel 7.
Tabel. 7 Kondisi penyaluran sistem Sumsel Lampung

NO
1

URAIAN
Panjang saluran transmisi

SATUAN
Kms

70 KV

RINCIAN
= 336

Jumlah Gardu Induk

Unit

150 KV = 2400
70 KV
= 10

Jumlah trafo daya

Unit

150 KV = 33
70 KV
150 KV = 49

= 26

64

Kapasitas trafo tenaga

Unit

70 KV

= 280

150 KV = 1379

4.3

PENGENDALIAN OPERASI
Pengaturan pada sistem penyediaan tenaga listrik atau lebih dikenal dengan istilah

pengaturan beban dilakukan untuk mencapai sasaran sebagai berikut :


-

Memenuhi kebutuhan para pelanggan listrik secara kontinyu.

Mengatur pembagian beban masing masing pembangkit pada setiap saat sedemikian
rupa sehingga di capai biaya produksi tenaga listrik yang paling ekonomis.

Mengatur tersedianya cadangan pembangkit yang cukup pada setiap saat sehingga
keandalan sistem tenaga listrik tetap dipertahankan dengan baik, meski terjadi gangguan
peralatan pada salah satu pembangkit atau terjadai lonjakan pemakaian listrik mendadak
yang cukup besar diluar perkiraan.

4.3.1

Kurva Beban Harian


Pola kehidupan masyarakat tercermin dalam pola serta tingkat pemakaian tenaga

listriknya. Dari kurva beban harian kelistrikan dapat dibaca pola kehidupan masyarakat pemakai
energi listrik.
Pemakaian listrik dimulai dari jam 04.00 Wib, dimulai dengan bangun pagi menyalakan
lampu penerangan serta kesiapan ibu rumah tangga menyiapkan hidangan pagi, dan mencapai
puncaknya pada pukul 05.30 Wib, kemudian menurun seiring dengan terbitnya matahari dan
mencapai titik terendah pada pukul 07.00 Wib.
Kegiatan kehidupan mulai meningkat pada pukul 08.00 Wib bersamaan dengan kegiatan usaha
perkantoran, industri dan perdagangan mulai berjalan. Mencapai puncaknya pada pukul 10.30
Wib. Pada pukul 11.30 s/d 12.30 Wib dapat melihat adanya penurunan beban pemakaian listrik

65

karena istirahat makan siang. Dari pukul 13.00 Wib kegiatan usaha mulai laggi sampai pukul
17.00 Wib.
Pada pukul 17.30 Wib ketika matahari tenggelam, kebutuhan akan penerangan serta
kehidupan kegiatan malam lainnya yang memerlukan listrik mulai meningkat lagi dan mencapai
puncaknya pada pukul 18.00 atau 19.00 Wib. Beban puncak ini berlangsung sampai pukul 22.00
Wib bersamaan dengan berakhirnya kegiatan orang pada umumnya. Irama pemakaian listrik ini
terus menurun sampai pukul 04.00 Wib keesok harinya, yang selanjutnya disusul dengan irama
pemakaian yang baru sesuai dengan pola kehidupan masyarakat setiap harinya.

Pada gambar 4.3.1 kurva beban harian, dapat dilihat pemanfaatan energi listrik oleh
konsumen pada sistem Interkoneksi Sumsel Lampung.

Gbr. 4.3.1 Kurva beban harian pada sistem Interkoneksi Sumsel Lampung

66

4.3.2

Pola Operasi Pembebanan Unit Pembangkit


Didalam upaya untuk mencapai biaya sistem pembangkit yang ekonomis, pola operasi

terpadu pembebanan unit unit pembangkit yang ditempuh adalah berdasarkan prinsip urutan
pembangkit ( Merit Order ), artinya unit pembangkit yang mempunyai biaya operasi paling
murah mempunyai prioritas pertama untuk dioperasikan, kemudian disusul dengan yang biaya
operasinya agak mahal dam paling mahal.
Pembangkitan beban dasar ( Base Load ), tertumpu pada :
a. PLTU Batubara, karena merupakan sumber daya energi yang termurah.
b. PLTA Run of River, sepanjang kondisi hidrologi didaerah setempat mencukupi.
c. PLTP serta PLTG gas alam, yang merupakan Must Run Power Plant karena sifat kontrak
yang mengikat dengan Pertamina harus dibebani secara maksimal mungkin untuk
menghasilkan energi listrik.
Pembangkit beban menengah yaitu pembangkit yang berfungsi untuk memenuhi beban
yang tidak dapat dipenuhi oleh pembangkit beban dasar. Biasanya jenis pembangkit yang
dioperasikan pada modus ini adalah PLTU minyak atau PLTG minyak dalam kondisi darurat.
Pembangkit beban puncak ( Peaking Unit ), yaitu PLTA PLTA yang mempunyai
reservoir dan biasnya dioperasikan untuk menghindari beroperasinya PLTD.

4.3.3

Kondisi Operasi
Hal yang perlu diperhatikan didalam pelaksanaan operasi sistem secara real time adalah

kemungkinan timbulnya gangguan atau adanya kondisi disistem sehingga kendala operasi tidak
dipenuhi. Biasabnya didalam operasi sistem tenaga listrik dikenal 4 (empat) macam kondisi
sistem, yaitu :

67

1. Kondisi Normal
Kondisi normal yaitu kondisi dimana kendla operasi beban dan sekuriti dapat dipenuhi.
Usaha yang dapat dilakukan pada kondisi ini ialah tetap menjaga gar sistem tetap berada
pada kondisi ini dan mengusahakan ongkos pembangkitan (fuel cost) yang seminim
mungkin.

Kondisi Siaga (Alert)


Kondisi siaga, yaitu kondisi dimana kendala beban dan operasi dipenuhi tetapi kendala
sekuriti tidak dipenuhi atau salah satu kendala tersebut diatas tidak dipenuhi, sehingga
kondisi sistem akan menjadi ke sistem darurat. Upaya yang dilakukan bila terjadi kondisi ini
adalah segera mengembalikan sistem ke kondisi normal secepat mungkin, dengan cara
relokasi pembebanan pembangkit.

Kondisi Darurat (Emergency)


Kondisi darurat, kondisi dimana kendala operasi operasi dan sekuriti tidak dipenuhi. upaya
yang harus segera dilakukan bila terjadi kondisi ini adalah segera kemabli ke kondisi normal,
dengan sedikit mungkin gangguan pada konsumen.

Kondisi Pemulihan (Restorative)


Kondisi pemulihan, adalah kondisi setelah kondisi darurat dimana hanya kendala operasi
yang dipenuhi dan gangguan sistem telah dihentikan. Upaya yang dilakukan adalah
mengembalikan sistem ke keadaan normalsecepatnya bila memungkinkan sesuai dengan
prioritas.

68

Seluruh pelaksanaan operasi sistem selalu berusaha untuk tetap berada pada kondisi
normal, meskipun tidak dapat dielakkan adanya variasi kondisi tersebut diatas, akan tetapi
operator harus segera berusaha membawa sistem kekondisi normal. Ada 3 (tiga) kendala
didalam operasi real time yang membverikan ciri kepada kondisi kondisi tersebut yaitu :

4.4

1.

Kendala beban

2.

Kendala operasi

3.

Kendala sekuriti

PEMELIHARAAN PLTA
Pemeliharaan PLTA sebagaimana pemeliharaan instalasi pembangkit yang lian, instalasi

transmisi dan distribusi diatur oleh ketentuan yang berlaku di PLN dan dilaksanakan sesuai buku
petunjuk pemeliharaan dari pabrik pembuat.
Pemeliharaan instalsi pembangkit bertujuan untuk :
-

Mempertahan efeseinsi pembangkit dengan tujuan untuk dapat mencapai hasil yang optimal
dalam menghasilkan energi listrik.

Mencegah terjadinya kerusakan instalasi pembangkit dengan tujuan agar tidak terjadi
penghentian operasi diluar rencana yang telah ditentukan.

Menjaga keselamatan instalasi pembangkit dengan tujuan agar dapat dioperasikan sesuai
dengan umur manfaatnya.

69

4.4.1

Pengertian Pemeliharan

a. Definisi Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan dalam bidang teknik, administrasi dan keuangan yang
dilaksanakan secara terpadu untuk mempertahankan dan atau mengembalikan kondisi
aset unit pembangkit sehingga tercap[ai tujuan pemeliharaan.
b. Tujuan Pemeliharaan
o keandalan yang tinggi dan mutu listrik yang baik.
o Efisiensi dan daya mampu pembangkit yang optimum.
o Tingkat keamanan unit pembangkit yang tinggi.
o Peningkatan masa manfaat unit Pembangkit yang ekonomis.
o Biaya pemeliharaan yang ekonomis

c. Sasaran Pemeliharaan
1. Jam kerja dari unit pembangkit lebih besar dari 5000 jam pertahun.
2. Daya mampu unit pembangkit kontinue dan lebih besar dari 85% daya terpasang.

d. Pedoman dan Petunjuk Pemeliharaan (P&P)


1. Undang-undang, peraturan pemerintah dan surat keputusan atau ketentuan dari
instansi resmi yang berlaku.
2. P & P dari pabrik peralatan dan pengalaman pengalaman pemeliharaan pada
peralatan yang sama.
3. Standar yang telah diakui internasional.

70

4.4.2

Jenis Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan merupakan siklus tertutup yang terdiri dari perencanaan.

Pelaksanaan, evaluasi dan pengendalian. Pemeliharaan berjalan lancar dan terkendali dengan
baik bila setiap tahap kegiatan tersebut terlaksana sesuai dengan yang di rencanakan .
Pemeliharaan terbagi atas :

1. Pemeliharaan Berencana
Pemeliharaan berencana adalah pemeliharaan berdasarkan suatu rencana yang telah
ditetapkan dan dipersiapkan sebelumnya.
Pemeliharaan berencana terdiri dari :

a. Pemeliharaan rutin.
Untuk pemeliharaan berdasarkan hari kelender atau jam kerja disesuaikan dengan buku
petunjuk pemeliharaan dari pabrikan.
Interval kegiatan terdiri dari :
-

Pemeliharaan harian, 24 jam kerja (P0).

Pemeliharaan mingguan, 125 jam kerja (P1).

Pemeliharaan tengah bulan, 250 jam kerja (P2).

Pemeliharan satu bulan , 500 jam kerja (P3).

Pemeliharaan triwulan, 1500 jam kerja (P4).

Pemeliharaan semesteran, 3000 jam kerja (P5).

Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin.

71

Turbin, generator, panel-panel dan switch gear.

Instalasi peralatan bantu, diantaranya sistem pendingin, sistem pelumasan, filter,


pompa-pompa dan lain-lain.

Sarana pembangkitan, diantararanya gedung sentral dan kelengkapan halaman,


perlengkapan servis, perlengkapan pemadam api dan lain-lain.

Sifat pekerjaan pemeliharaan rutin meliputi :


Pembersihan, pengecekan kondisi peralatan, perawatan , pengukuran atau kalibrasi,
pengujian dan lain-lain.
b. Pemeliharaan berkala
Interval kegiatan pemeliharaan berkala :
-

Annual Inspection (AI), 5000 jam kerja.

General Inspection (GI), 20.000 jam kerja.

Major Overhaul (MO), 40.000 jam kerja.

Sifat pekerjaan pemeliharaan berkala mencakup :


Pemeriksaan, pembersihan, pengukuran, peneraan, perawatan, perbaikan, pengantian,
pemasangan, kalibrasi, pengujian dan lain-lain.

c. Pemeliharaan atas dasar kondisi


Pelaksanaan pemeliharaan tergantung kondisi unit pembangkit yang diketahui dari hasil
pemantauan secara kontinue. Kondisi ini dipengaruhi oleh musim, kondisi alam dan
kondisi operasi.

72

d. Pemeliharaan dan penyempurnaan


Sifat pekerjaan adalah bersifat koreksi dan modifikasi.
Pelaksanaannya setelah unit pembangkit :
1. Mengalami kerusakan atau atau tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.
2. Memerlukan perubahan atau penyempurnaan, karena sistem yang lama kurang
memadai.
3. Memerlukan peningkatan unjuk kerja karena adanya peralatan baru dengan teknologi
yang lebih baik.
Contoh pekerjaan perbaikan adalah modifikasi, rehabilitasi dan renovasi.

2. Pemeliharaan Tidak Berencana


Pemeliharaan tidak berencana dilakukan setelah terjadi gangguan atau kerusakan mendadak
sebagai akibat kesalahan kesalahan , yaitu :
-

Desain.

Pembuatan.

Pemasangan.

Operasi.

Pemeliharaan.

Pemeliharaan ini terjadi karena umumnya disebabkan oleh :


1. Mutu barang yang tidak memenuhi standar.
2. Pemasangan komponen pada unit pembangkit yang tidak benar.
3. Pengoperasian dan pemeliharaan yang kurang baik.
4. Peralatan kerja atau instrumen ukur yang tidak memenuhi sarat.

73

4.4.3

Pelaksanaan Pemeliharaan

Tahap pelaksanaan pemeliharaan adalah :


1. Pengujian unjuk kerja awal.
2. Pembongkaran.
3. Pembersihan.
4. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya korosi, goresan, kavitasi dan piting.
5. Pengukuran untuk mengetahui keausan dan deformasi.
6. Pengetesan logam tampa merusak untuk mengetahui keretakan logam.
7. Pengantian.
8. Pemasangan dan penyetelan, sesuai dengan P & P.
Lama pelaksanaan pekerjaan tergantung dari jumlah dan mutu keterampilan pelaksana,
tersedianya material kerja yang dibutuhkan, serta kelengkapan peralatan kerja (Tool dan alat
kalibrasi).

Contoh: Schedule Pekerjaan Annual Infection (AI) Unit 1 & 2 PLTA Batutegi

Uraian Pekerjaan
1. Rapat Persiapan Peralatan & Regu Kerja
a.

Penempatan regu kerja (termasuk personel PU)

b. Persiapan material dan alat kerja

2. Performance Test Sebelum Pemeriksaan


a.

Start & stop test (Automatic control/ Step control)

b. Load run test (beban 0%, 25%, 50%, 75% & 100%)
c.

Vibration & noise test.

74

Pekerjaan Kelompok Turbine & Auxiliary


3. Turbine

Pemasangan draft tube gate/ stoplog & pengosongan spiral case

Pembukaan mandoor draft tube & manhole spiral case

Pemeriksaan turbine Francis (kavitasi, keretakan & pengikuran gap)

Pemeriksaan guide vane & stay ring (pembersihan & pengukuran)

Pembersihan, pedempulan & pengecatan draf tube/ spiral case.

Pemeriksaan sensor & control switch turbine bearing

Pemeriksaan sensor & control switch servomotor & mechanism link

Pembersihan & pengecatan turbine pit

Pengujian viscositas oil

Pembersihan & pengecatan draft tube mandoor

Pelepasan draft tube gate/ stoplog

4. Governor Hidraulic Actuator

Pemeriksaan pilot valve, shutdown valve & proportional valve.

Pemeriksaan & pembersihan coil selenoid control valve

Pemeriksaan & pembersihan pressure switch & limit switch control valve

Pemeriksaan & pembersihan pilot operated double check valve.

Pemeriksaan unjuk kerja control valve wicket gate (close & open)

Pemeriksaan &pengencangan sambungan instalasi piping governor hydraulic actuator

5. Sistem Minyak Tekan

Pemeriksaan motor pompa minyak tekan (governor oil pressure pump A & B)

75

Pemeriksaan & pembersihan filter oil/ suction filter A & B.

Pemeriksaan control switch governor sump tank pressure tank

Pemeriksaan viscositas oil

Pengecatan oil piping

6. Sistem Udara Tekan

Pemeriksaan motor air compressor

Pemeriksaan & pengantian air filter, V belt & oil compressor

Pemeriksaan selenoid valve & reducing valve

Pemeriksaan unjuk kerja relief valve air tank

Pengecatan air piping.

7. Inlet Valve

Pemeriksaan direction valve (control valve)

Pemeriksaan & pembersihan pressure switch

Pemeriksaan & pembersihan limit switch.

Pemeriksaan instalasi piping turbine inlet valve & counter weight.

8. Sistem Pendingin

Pemeriksaan & pembersihan main cooling water strainer A & B.

Pemeriksaan & pembersihan motor drive valve strainer A & B

Pemeriksaan & pembersihan sand discharge A & B.

Pemeriksaan & pembersihan flow relay cooling water system (FTU,FGL,FGU,FGA)

Pemeriksaan & pembersihan oil cooler generator

76

Pemeriksaan & pembersihan instalasi piping cooling water system

Pemeriksaan & pembersihan draft tube drainage pump A & B

Pemeriksaan & pembersihan drainage pump A & B.

Pengecatan water cooling piping

Pekerjaan Kelompok Generator & Auxiliary


9. Generator

Pembersihan generator housing & hand rail

Pemeriksaan, pembersihan & pengukuran slipring, carbon brush & brush holder

Pemeriksaan & pengukuran tahan isolasi rotor & stator

Pemeriksaan & pembersihan generator brake system

Pemeriksaan sensor & control switch temperature/level generator

Pemeriksaan viscositas oil bearing generator

Pemeriksaan, pengukuran & pengencangan baut konektor segregated bus 6,3kV

Pemeriksaan,pembersihan & pengukuran CT/PT sisi 6,3kV

Pengikuran tripping / closing coil CB 6,3kV

Pemeriksaan & pengukuran NGR

10. Main Transformer 17,86 MVA

Pemeriksaan & pengukuran tahanan isolasi belitan primer dan sekunder

Pemeriksaan & pembersihan buchol relay dan silicagel

Pemeriksaan & pembersihan lighting arrester dan graounding system

Pemeriksaan & pembersihan body trafo.

Pembersihan bushing.

Pemeriksaan kualitas (tegangan tembus) minyak trafo.

77

11. Unit Distribution Board dan Control Panel

Pemeriksaan & pembersihan panel dan trafo eksitasi.

Pemeriksaan & pembersihan panel dan trafo unit auxiliary

Pemeriksaan & pembersihan panel low voltage AC system & kelengkapannya.

Pemeriksaan & pembersihan panel low voltage DC system & kelengkapannya.

Pemeriksaan & pembersihan panel control compressed air system.

Pemeriksaan & pembersihan panel control cooling water system.

Pemeriksaan & pembersihan panel control turbine.

Pemeriksaan & pembersihan panel control hydraulic governor actuator.

Pemeriksaan & pembersihan panel control generator heater & high pressure pump.

Pemeriksaan & pembersihan panel control generator breaking system

12. Switchyard 150kV

Pemeriksaan & pengukuran tahanan PMT &PMS 150kV (MTR1)

Pemeriksaan PT &CT 150kV (MTR1)

Pemeriksaan kebocoran SF6 dan fungsi interlock

Pemeriksaan & pembersihan control panel/ marshalling kiosk

Pengencangan baut-baut & terminal kabel

Pekerjaan Kelompok Control & Proteksi


13. Sistem Proteksi
a.

Pemeriksaan & function test relay proteksi generator :

Generator diffirensial (87G)

78

Negative phase sequance (46)

Over voltage (59)

Under voltage (27)

Stator eart fault (64N)

Over current (51)

Rotor eart fault (64R)

Under excitation (40)

b. Pemeriksaan & function test relay proteksi transformer :

Main transformer diffrensial (87)

Winding & oil temperature protection (33QMT,49QMT,49MT,96 stage 1&2)

Neutral over current (51N)

Mian transformer over current (51)

Excitation transformer over current (51E)

Shaft current (51S)

14. Sistem Kontrol & Instrument

Pemeriksaan & kalibrasi alat ukur tekanan (manometer)

Pemeriksaan & kalibrasi pressure switch

Pemeriksaan & pembersihan hardware control system (Processor,I/O,common)

15. Sequency Test/ Pengujian Input &Output Signals

Alarm signal

Tripping signal (Emergency shutdown, Quick shutdown, Normal shutdown)

79

16. Performance Test Sesudah Pemeriksaan (Pekerjaan AI)

Start & stop test (Automatic control & step control)

Load run test (beban0%,25%,75% & 100%)

Vibration & noise test

Anda mungkin juga menyukai