BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Energi listrik merupakan kebutuhan pokok bagi kepentingan hajat hidup orang banyak,
karena dengan adanya listrik laju perekonomian berjalan dan tarap hidup masyarakat meningkat.
Mengingat pentingnya energi listrik, maka diperlukan peningkatan sarana penyediaan energi
listrik serta meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaannya
Sejalan dengan pertumbuhan perekonomian masyarakat, maka pertumbuhan kebutuhan
energi listrik juga meningkat. Untuk sistem Interkoneksi kelistrikan Lampung Sumsel, rata
rata peningkatan pertumbuhan beban puncak pertahun mencapai 11 %. Pada tahun 2001 saja,
beban puncak pemakaian energi listrik mencapai 503 MW, dengan daya mampu pembangkit
energi listrik yang ada sebesar 540,8 MW.
Kondisi ini akan tetap terjadi pemadaman bergilir (20 30 MW) apa bila salah satu unit terbesar
yaitu PLTU Bukit Asam (65 MW) keluar sistem karena pemeliharaan.
Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) sebagai badan usaha yang mengelola
kelistrikan Nasional, berkewajiban menjaga kontinuitas penyediaan kebutuhan energi listrik
dalam jumlah yang cukup dengan mutu yang memenuhi syarat. Oleh karena itu diperlukan
pembangunan pembangkit listrik yang baru, selain peningkatan keandalan pembangkit
pembangkit listrik yang lama. Untuk pembangunan pembangkit listrik yang baru memerlukan
biaya inventasi yang cukup besar, seperti pembannguna Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Namun PLTA dinilai biaya operasional dan pemeliharaan lebih murah dibandingkan dengan
pembangkit listrik lainnya (PLTD, PLTU, PLTG).
Fliuda air sebagai bahan baku sumber energi untuk PLTA, dapat diperbaharui karena
diperoleh dari siklus hujan. Kerena Negara kita mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau, yang memungkinkan siklus hujan terjadi sehingga memungkinkan debit air
sungai yang cukup dapat diperoleh. Faktor lain yang menunjang adalah karena daerah kita
mempunyai banyak pegunungan sehingga memungkinkan mudah memperoleh tinggi terjun air
(Head) yang cukup. Faktor debit air dan tinggi terjun itulah yang memungkinkan secara
ekonomis dapat dibangunnya suatu PLTA.
Beberapa keunggulan dan keuntungan PLTA jika di banding dengan pembangkit diesel adalah :
a. Biaya operasi dan pemeliharaan relatif lebih murah.
b. Tidak menimbulkan polusi.
c. Faktor kebisingan lebih rendah.
d. Pembebanan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.
e. Tidak begitu terpengaruh terhadap fluktuasi beban sistem.
f. Masa pakai lebih lama.
1.2
1.3
Area irigasi 54.283 ha dan intensitas irigasi 136 % ( tampa Bendungan Batutegi).
Area irigasi 66.573 ha dan intensitas irigasi 184 % (dengan Bendungan Batutegi).
= 2.000 l/s.
Metro
= 200 l/s.
Branti
= 50 l/s.
1.4
Waktu pelaksanaan
Nilai Kontrak
: Rp. 33.120.312.500,00
. 1.522.323.840,00
Sumber dana
d. Pelaksanaan Konstruksi
1. Paket LOT-I
Pekerjaan pembuatan terowongan pengelak, bangunan pelimpah & terusan air.
Kontraktor
: TAISEI PP.JO.
Waktu pelaksanaan
Nilai Kontrak
: Rp. 31.678.846.608,00
Y. 975.914.196,00
Sumber dana
Progress fisik
: 100 %.
2. Paket LOT-II
Pekerjaan bangunan sipil tubuh bendungan tipe urugan batu, bangunan
pengambilan, gedung pembangkit.
Kontraktor
: RSEA NK TEGUH. JO
Waktu pelaksanaan
Nilai Kontrak
: Rp. 134.142.802.762,00
$. 51.663.125,24
Sumber dana
3. Paket LOT-III
Pekerjaan pengadaan dan pemasangan Hydromechanical.
Kontraktor
Waktu pelaksanaan
Nilai Kontrak
: Rp. 8.872.429.800,00
$. 4.404.400,00
Sumber dana
4. Paket LOT-1 Ba
Kontraktor
: SUMITOMO CORPORATION
Waktu pelaksanaan
Nilai Kontrak
: Rp. 3.250.380.787,00
Y. 713.422.922
$. 4.621.444
Sumber dana
5. Paket LOT-2 Ba
1.5
Kontraktor
Waktu pelaksanaan
Nilai Kontrak
: $. 999.365,75
Sumber dana
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Memberi gambaran kepada pembaca tentang PLTA Batutegi dari awal pembangunan
dan fungsi dari bendungan itu sendiri.
2. Mengenalkan lebih dekat bagian bagian dari Pembangkit Listrik Tenaga Air sehingga
dapat memberi tambahan wawasan pengetahuan.
3. Membina kemampuan dan keterampilan penulis secara optimal dalam pembahasan
suatu kegiatan untuk mencapai suatu kesimpulan serta mampu menyajikan dalam
bentuk tulisan
1.6
SUMBER DATA
Sumber sumber data yang diperoleh dalam penulisan ini adalah :
a. Observasi kelapangan.
b. Wawancara dengan pejabat dan petugas yang berwenang.
c. Data teknis dari Instansi yang berwenang.
d. Studi kepustakaan..
B A B II
GAMBARAN UMUM INSTALASI PLTA BATUTEGI
2.1
PENJELASAN UMUM
Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan tempat terjadinya proses
perubahan energi, mulai dari energi potensial yaitu energi yang terkandung dalam fluida ketika
mengalir pada pipa pesat, berangsur angsur berubah menjadi energi kinetik, didalam turbin
energi kinetik akan berubah menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini dayanya diteruskan
lewat terjadinya perpotongan medan magnet diantara stator dan rotor di generator yang pada
akhirnya menghasilkan energi listrik
( diagram 2.1).
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terdiri dari instalasi bangunan sipil dan peralatan
electromekanik, yang sebagian besar adalah instalasi bangunan sipil.
Besar kecilnya daya listrik yang dihasilkan oleh PLTA ditentukan oleh :
-
Cara menentukan berapa besar daya yang terpasang pada suatu PLTA, dapat dihitung
berdasarkan rumus :
P = . g . Q . H ( kW )
Dimana :
= Daya terpasang ( kW )
Q =
H =
10
ENERGI POTENSIAL
ENERGI KINETIK
TURBIN
ENERGI MEKANIK
GENERATOR
ENERGI LISTRIK
11
Untuk memperbesar daya terpasang suatu PLTA, dapat diupayakan dengan mendapatkan
debit air sebesar besarnya dengan cara membangun bendungan yang lebih tinggi Tentu saja
semua ini harus berdasarkan perhitungan teknis dan ekonomis yang baik. Debit sungai atau debit
danau sebagaimana yang diketahui sudah tertentu besarnya, maka yang harus diperhitungkan
adalah type turbin yang yang digunakan pada PLTA tersebut, agar lebih menguntungkan.
Pada PLTA Batutegi, tinggi jatuh air efektif (H) = 90m dan debit air (Q) sebesar 18,5 m 3/s, dan
dapat dipasang dua buah turbin (dua unit pembangkit) dengan jenis turbin Francis yang dapat
menghasilkan energi listrik sebesar : 2 X 14,8 MW.
Energi listrik sebesar itu disalurkan ke masyarakat melalui sistem interkoneksi 150 kV,
menggunakan Gardu Induk (GI) pagelaran.
2.2
pembangkit yang dipergunakan. Volume fasilitas teknik sipil PLTA jika dibandingkan dengan
peralatan elektromekaniknya, mempunyai perbandingan 80 % : 20 %.
Hal ini membuktikan fasilitas teknik sipil di PLTA mempunyai fungsi yang sangat vital.
Fasilitas teknik sipil pada umumnya terdiri dari :
-
Saluran air
Seperti : Saluran langsung, Terowongan tekan, Pipa Pesat dan lain lain.
2.1.1
Bendungan
12
:
:
:
:
:
:
:
:
690 x 106 m3
5,50 km2
90 x 106 m3
2,10 km2
25 x 106 m3
665 x 106 m3
2. Tubuh Bendungan
Type
Panjang Puncak
Elevasi Puncak
Lebar Puncak
Tinggi Bendungan
:
:
:
:
kedap air
701,00 m
+ 284,50 m
12,00 m
120,00 m
13
Volume Timbunan
Panjang Inspection Gallery
Panjang Access Gallery
2.2.2
:
:
:
9.641.071 m3
841,00 m
233,00 m
muka air waduk melampaui batas maksimal (kondisi banjir). Spill Way pada bendungan
Batutegi berhubungan langsung dengan terowongan pengelak (Diversion Tunnel ).
:
:
:
:
:
Diameter ()
Panjang (L)
Diameter ()
11,50 m
Panjang (L)
333.00 m
Diameter ()
11,50 m
Panjang (L)
40,00 m
+ 172,557 m.
:
:
:
:
14
Diameter hilir
Lebar saluran
2.2.3
(B)
() 11,50 m
11.660 m3/s
yang dibuat beberapa meter dibawah permukaan tanah dan berfungsi untuk menyalurkan air dari
reservoar (bendungan) ke saluran akhir (tail race) yang terdiri dari :
a. Bangunan Pengambil Air (Water Intake)
Adalah suatu fasilitas bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan air ke terowongan
atau terusan air (Water Way). Bangunan ini dilengkapi dengan pintu masuk (intake gate),
yang berfungsi untuk menutup saluran air bila ada pemeliharaan atau perbaikan pada
terowongan; dan juga dilengkapi dengan saringan (Trash Rack) yang berfungsi untuk
menyaring kotoran atau sampah sehingga air yang masuk terowongan dalam keadaan bersih.
DATA TEKNIS WATER INTAKE
Lokasi
Type Intake
Debit maksimum
Elevasi dasar
Pintu pengambilan
Diameter terowong
Panjang terowong
:
:
:
:
:
:
:
15
Pipa pesat pada PLTA Batutegi terbuat dari pipa baja dan terpasang kokoh pada dudukan dari
beton bertulang. Pada ujung pipa pesat sebelum masuk turbin terdapat Inlet Valve yang
berfungsi untuk beroperasinya turbin. Jenis valvenya dari tipe Butterfly valve.
DATA TEKNIS PENSTOCK
Inlet diameter
Outlet diameter
Berat
Materials
Manufacture
:
:
:
:
:
2,80 m
1,70 m
16,75 ton
ASTM A-S37
NOELL Wika JO
16
Saluran buang (tailrace) merupakan bangunan akhir dari sistem water way yang
berfungsi untuk mengurangi tekanan air dari draft tube dan mengalirkan ke sungai.
Tailrace juga dilengkapi dengan stop log (balok bendung) yang terbuat dari plat baja dan
berfungsi untuk pemeliharaan atau infeksi pada turbin dan draft tube.
2.2.4
dan prasarana lainnya, seperti ruang kontrol, perkantoran, gudang, ruang battery dan lain lain.
Power House Pada PLTA Batutegi terdiri dari 5 (lima) lantai yang tiga lantai diantarnya berada
dibawah permukaan tanah.
DATA TEKNIS POWER HOUSE
Jenis gedung pembangkit
Tinggi maks. Diatas pondasi
Panjang
Lebar
2.3
:
:
:
:
Indoor
25,70 m
30,00 m
27,90 m
Turbin air
Turbin air adalah suatu mesin penggerak dimana air sebagai fluida kerja dipergunakan
17
:
:
:
:
:
:
:
:
ASTM A516 Gr 55
13900
kg.
2880
mm
2668
mm.
2417
mm.
2088
mm.
Ds
1600
mm.
2080
mm.
De
NA
mm.
Bg
315
mm.
Dpl
2600
mm.
6000
mm.
ring complte
o
Dimensions
18
Thikckness at inlet
At small end
18
mm.
10
mm.
Material
ASTM A516 Gr 55
20
2460
mm.
f. Cincin Aus
19
Fungsinya melindungi bagian sisi masuk dan sisi keluar dari ruangan clereance terhadap
kikisan air yang mengalir.
Quantity of water required for turbine shaft seal
10 liter / min
i.
20
2004
mm.
Material
2200
kg.
20
Dimension
D1
1650
mm.
D2
1542
mm.
Dr
1770
mm.
H1
404
mm.
Hr
805.5
mm.
B1
315
mm.
343
mm.
Material
Dimensions
D3
360
mm.
L1
2500
mm.
2000
kg.
Weight Shaft
k. Bantalan (Bearing)
Bantalan turbin (turbine guide bearing) berfungsi untuk memegang poros dan mampu
menerima gaya aksial maupun gaya radial yang terjadi pada turbine.
Data teknis Bearing :
o
Cylindrical
Material
ASTMA36/ASTMB75C12200
60
ltr/min
210
liter.
21
ISO VG68
Kopling
Kopling berfungsi untuk menghubungkan poros turbin ke poros generator. Jenis kopling
yang digunakan adalah kopling flens.
2.3.2
Generator
Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk merubah energi mekanik (gerak)
1600 kg.
22
Class F
4.3 A/mm
32000 kg
b. Rotor
Adalah bagian yang berputar dan seporos dengan turbin. Rotor terdiri dari susunan
rangka baja dengan disusun radial sehingga menyerupai jaringan laba laba, yang dibentuk
menjadi pasangan pasangan kutub magnit.
Prinsip kerja generator adalah dimana adanya putaran pada rotor terhadap stator, dan
diberi arus DC dari bateray pada karbon brush sehingga timbul Gerak Gaya Listrik (GGL)
atau terjadinya perpotongan medan magnit sehingga menghasilkan energi listrik.
Data teknis Rotor :
o
ASTMA572 Gr.50
1800 kg
1600 kg
23
n = = 60 . 50 = 375 rpm
8
:
:
:
:
:
:
:
Phasa
3 phasa
Rated current
1637 A
PF
0,8
Jenis
Vertical shaft
110.200 kg
2.3.3
TOSHIBA JAPAN
Payung tertutup (suspended)
2 x 17860 kVA
6,3 Kv
50 Hz
16 Kutub
375 rpm
Peralatan Bantu
Peralatan bantu adalah semua peralatan atau sistem yang membantu beroperasinya turbin
dan generator dalam menghasilkan energi listrik sehingga dapat beroperasi dengan optimum.
Peralatan bantu terdiri dari :
Mengatur kecepatan atau putaran turbin melalui Governor denga cara menambah atau
mengurangi aliran air pada sudu atur (Guide Vane).
Membuka dan menutup Inlet Valve dan By Pass Valve pada saat unit start atau stop.
24
Sistem udara dan minyak tekan atau disebut juga sistem hidroulik adalah suatu sistem
penggabungan antara sistem udara kompresor dan sistem minyak pelumas.
Perlengkapan utama dari sistem udara dan minyak tekan :
1. Sump tank, sebagai tempat pengumpul minyak tekan.
2. Motor penggerak pompa suplay, untuk mensuplay minyak tekan ke pressure tank.
3. Katup (selenoid) pengatur dan pengarah, untuk mengatur aliran udara dan minyak
tekan serta peralatan yang akan difungsikan.
4. Pressure tank (accumulator), berfungsi sebagai penyimpan energi sistem hidrolik.
5. Pompa kompresor, untuk menghasilkan udara.
6. Tanki udara (air tank), tempat penampung udara dari kompresor.
7. Pressure valve, safety valve dan pressure gauge.
b. Sistem pelumas
Sistem pelumas pada PLTA Batutegi merupakan sistem celup (terendam), yang berfungsi
untuk mengurangi timbulnya gesekan antara komponen yang bergerak pada saat unit
beroperasi.
Bagian bagian yang menggunakan sistem pelumas adalah :
1. Upper Guide Bearing (bantalan antar diatas rotor generator).
2. Lower Guide Bearing (bantalan antar dibawah stator generator).
3. Thrust Bearing (bantalan dukung).
25
Thrust bearing
1000 l/min
270 l/min
c. Sistem Pendingin
Pada PLTA Batutegi sistem pendingin menggunakan media air dimana air diambil dari pipa
tekan (penstock), disaring melalui stainner kemudian tekanan air diturunkan terlebih dahulu
mengunakan Reduccing valve dan disalurkan ke cooler yang berada diruang generator.
Udara panas yang ada di ruang generator akan diserap oleh cooler , sehingga temperatur
udara akan tetap terjaga. Kemudian air setelah dari cooler akan dibuang ke tail race.
Thrust bearing
100 l/min
30 l/min
Material of tubes
B-111-706 Copper-Nickel
Quantity
1200 l/min
1600 kg
d. Sistem Pembuangan
26
Sistem pembuangan (drainage) berfungsi untuk menyalurkan air dari kebocoran kebocoran di dalam PLTA ke tanki penampungan kemudian menggunakan pompa dibuang
ke Tailrace. Pompa pembuangan beroperasi (start/stop) secara automatis berdasarkan level
switch yang dipasang pada tanki penampungan. Pada system ini dipasang dua buah pompa
yang beroperasi pada level tertentu. Bila pompa A beroperasi namun level air pada sump
pit (tangki penampungan) masih tinggi, maka pompa B akan beroperasi membantu
membuang air ke tailrace.
e. Sistem Pemadam Kebakaran
Sistem ini untuk memadam kebakaran secara dini dan dipasang automatis pada ruang
generator, dan akan berkerja berdasarkan suhu (temperatur) yang ada diruang generator.
Bila sensor temperatur melebihi 80 0C maka sistem ini akan menyemburkan gas CO2
didalam ruang generator. Selain itu disetiap bagian ruangan disiapkan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) sesuai dengan kebutuhan dan jenis peralatan ditempat tersebut.
Fire protection system :
o
55 kg
Overall dimensions
27
Pada awal unit start, generator belum mengeluarkan tegangan, maka tegangan excitasi
dipasok dari batteray 110 volt DC. Bila arus generator sudah mencapai harga tertentu (1600
Ampere) maka pasokan arus DC dari batteray akan terhenti dengan membukanya saklar
secara otomatis. Selanjutnya generator akan melakukan excitasi sendiri .
Trafo excitasi menerima arus dari bus output generator dan diteruskan ke reaktifer untuk
disearahkan. Besarnya arus yang keluar diatur oleh AVR. Dan AVR sendiri mendapat umpan
balik dari bus output. Sehingga arus DC yang keluar dari AVR akan selalu sesuai dengan
keperluan.
176 Kw.
360 Kva
terminal block
150 A
10 sec
- Duration
o
Response time
0,1 sec.
7000 kg
g. Sistem Governor
Governor berfungsi untuk mengatur putaran turbin agar selalu tetap pada setiap keadaan.
Governor pada PLTA Batutegi merupakan gabungan antara elektrik dan hidraulik.Sistem
listrik dimulai dari sensor putaran (conventer) sampai dengan force motor coil, sedangkan
dari force motor coil hingga servomotor merupakan sistem mekaniknya.
28
Penggerak berupa motor listrik, gunanya untuk menggerakkan tuas distributor minyak
agar tekanannya sesuai dengan yang dikehendaki governor.
Servomotor berfungsi untuk mengatur pembukaan dan penutupan sudu atur (guide
vane) agar putarannya tetap konstan.
Data teknis Governor :
Manufacture name
: Toshiba
Type
: Digital
: 0 10
: 0.25 %
: 0.01 %
: 0.2 sec
: 50 kg/cm2
Oil pumps :
- Type
: Horizontal rotary v
- Capacity
: 38 liter/min
29
Pressure tank :
- Pressure
: 50 kg/cm2
- Motor rating
: 5.6 kW
- Total volume
: 553 liter
- Overall dimensions
: 609 x 2325
- Weight
: 1470 kg
: 570 liter
: 440 liter
2.3.4
- Type
- Voltage
- output
: NA (digital) Kw
- Frequency
: Approx. 400 Hz
: 25 sec (adjustable)
: 1500 kg.
pendistribusian arus listrik untuk mengoperasikan peralatan bantu, penerangan gedung sentral
dan panel kontrol serta proteksi, baik pada unit pembangkit sedang beroperasi maupun saat tidak
beroperasi (stand by).
Arus tenaga listrik untuk sistem pemakaian sendiri dalam kondisi normal diperoleh melalui
sistem Interkoneksi tegangan 150 kV, diubah menjadi tegangan 200 kV mengunakan Trafo
30
distibusi (150 kV/20 kV). Kemudian diubah kembali pada trafo tegangan menengah 20 kV/
380V, sebelum digunakan untuk mengoperasikan peralatan peralatan pada PLTA Batutegi.
Bila tegangan sistem Interkoneksi rendah atau tidak beroperasi (gangguan) maka
pemasokan tenaga listrik untuk pemakaian sendiri menggunakan Diesel Generator (DG) yang
berbahan bakar solar, hingga sistem Interkoneksi kembali normal.
Data teknis Diesel Generator (DG) :
2.3.5
Manufacture name
Perkins
Type
1306-E87TA
Number
200
kW
Normal speed
1500
rpm
875
liters
proteksi. Sistem proteksi (relay protection) berfungsi untuk mengamankan peralatan dari
kerusakan karena adanya kondisi abnormal saat beroperasi unit pembangkit yang mengakibatkan
rele proteksi mekanik bekerja seperti : suhu lebih (high temperature) pada bantalan, pelumasan,
udara generator, air pendingin, rele tekanan lebih, putaran lebih dll, maupun akibat rele proteksi
elektrik seperti : arus lebih, tegangan lebih, tegangan rendah dll.
Proteksi rele bekerja memproteksi :
1. Emergency Stop (#86-1) dan Quick Stop (#86-2)
Menghentikan operasi unit seketika (Trip) akibat kondisi abnormal di elektrik
maupun mekanik, yang dapat mengakibatkan kondisi fatal pada unit pembangkit.
31
3. Alarm ((#30)
Dimana bekerjanya relay protection ini mengimformasikan kondisi unit pembangkit
yang perlu mendapat perhatian atau penanganan selanjutnya, dan bila dibiarkan dapat
mengakibatkan unit trip atau unit tidak dapat operasi.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
32
2.
3.
4.
5.
6.
Generator lower guide bearing metal temperature high (2nd stage) (#38-2).
7.
8.
Generator upper guide bearing metal temperature high (2nd stage) (#38-4).
9.
2.
3.
4.
33
2.
3.
4.
5.
Generator lower guide bearing metal temperature high (1st stage) (#38D2)
6.
7.
Generator upper guide bearing metal temperature high (1st stage) (#38D-3)
8.
9.
Generator bearing oil upper reservoir oil level low or high (#33UBGF)
10. Generator bearing oil lower reservoir oil level low or high (#33LBGF)
11. Excessive vibration (2nd stage) (#93VIB-2)
12. Generator field ground fault (#64E)
13. Turbine starting trouble (Incomplete start sequence) (#48START)
14. Turbine stopping trouble (Incomplete stop sequence) (#48STOP)
15. No load and excitation running time long (#86-4RT)
e. Alarm (#30)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
34
10. Cooling water flow low for generator upper reservoir oil cooler (#69UWB)
11. Cooling water flow low for generator lower reservoir oil cooler (#69LWB)
12. Cooling water for generator air cooler flow low (#69WA)
13. Excessive vibration (1st stage) (#93VIB-1)
14. High pressure oil pump for thrust bearing fault (388QTF)
15. Generator space heater fault (#88GHF)
16. Excitation flash supply fault (when generator in operation)
17. Excitation alarm in process
18. Excitation transformer temperature alarm
19. Battery for excitation voltage low
20. Excitation system out of range
21. Excitation system voltage measure
22. Excitation system micro circuit breaker open
23. Excitation thyristor module fault
24. Excitation pulse generator unit
25. Excitation remote AVR/MCR820 fault
26. Excitation system follow up fault
2.
3.
4.
5.
6.
35
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
c. Alarm (#30)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
36
d. 20 kV Circuit
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Overcurrent release device and undervoltage release incorporated in the air circuit breaker (#352-1)
2.
Overcurrent release device and undervoltage release incorporated in the air circuit breaker (#352-2)
3.
Overcurrent release device and undervoltage release incorporated in the air circuit breaker (#352DG)
4.
5.
6.
7.
8.
9.
37
10. Molded case circuit breaker trip for AC 380V load panel
11. Miniture circuit breaker trip for AC 230V load panel
12. Incoming MCCB trip for DC 110V load panel 1
13. Outgoing MCB trip or hand-off for DC 110V load panel 1
14. Incoming MCCB trip for DC 110V load panel 2
15. Outgoing MCB trip or hand-off for DC 110V load panel 2
16. Incoming MCCB for trip for DC-AC inverter load panel
17. Outgoing MCB trip or hand-off for DC-AC inverter load panel
18. Station service change-over delay (#48ASR)
2.
3.
4.
5.
Local distribution transformer districted eart fault relay of HV winding neutral circuit (#64REF1)
6.
Local distribution transformer districted eart fault relay of LV winding neutral circuit (#64REF2)
7.
8.
9.
38
17. Local distribution transformer on-load tap changer oil level low (#33QTCL)
18. Local distribution transformer oil temperature high (1st stage) (#49QDT1)
Overcurrent relay on 6,3kV No.1 bus circuit for station-service transformer 1 (#50/51H-1)
2.
Ground overcurrent relay on 6,3kV No.1 bus circuit for station-service transformer 1 (#50/51HN-1)
3.
Overcurrent relay on 6,3kV No.2 bus circuit for station-service transformer 1 (#50/51H-2)
4.
Ground overcurrent relay on 6,3kV No.2 bus circuit for station-service transformer 1 (#50/51HN-2)
5.
6.
h. Control System
1.
i. Others
j.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
DC System Circuit
1.
2.
39
3.
4.
5.
6.
7.
DC undervoltage (#30INV-A/B)
8.
9.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Diesel engine generator fuel oil tank oil level low (#33DG)
8.
9.
NAMA ALAT
Generator Stator Winding Temperature
Main Transformer Winding Temperature
Main Trasformer Oil Temperature
Upper Guide Bearing Metal Temperature
Thrust Bearing Metal Temperature
NORMAL ALARM
105
105
90
69
69
TRIP
SATUAN
127
127
105
84
84
c
c
c
c
c
40
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2.3.6
70
70
106
90
210
210
210
450
450
275
Normal
150
20
6,3
400
Trip Under
129
18
5,09
360
85
85
120
105
45
260
260
260
550
550
506
Trip Over
162
22
6,9
420
c
c
c
c
c
m
m
m
m
m
Rpm
Satuan
kV
kV
kV
Volt
Panel Kontrol
Sedangkan sistem panel kontrol adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengontrol
peralatan peralatan dalam pengoperasian PLTA, seperti pengontrol start/stop unit, Mvar,
putaran turbin, peralatan bantu, beban unit, tegangan generator, pemakaian air dll.
Untuk mengoperasikan sistem kontrol dilakukan pada ruang kontrol (control room) secara
automatis maupun dapat dilaksanakan secara bertahap (step by step) dengan manual pada panel
di local control.
Unit is shutdown
41
Brake released
42
Exit conditions : T1
2.
Exit conditions : T2
o
3.
Exit conditions : T3
o
4.
Exit conditions : T4
5.
43
Exit conditions : T5
6.
Closed generator CB
Exit conditions : T6
7.
Unit CB close
Complete
Action
o
Exit conditions : T7
o
unit CB closed
Exit conditions : T1
o
44
2.
Exit conditions : T2
o
3.
Unit CB open
Open field CB
Exit conditions : T3
4.
Exit conditions : T4
5.
Exite conditions : T5
o
45
6.
Brake (1 seconds)
Actions :
o
Brake released
Exit conditions : T6
o
7.
Exit conditions : T7
o
8.
9.
Complete
Actions :
o
Shutdown complete
46
Selain dari system-sistem yang telah disebut diatas, PLTA Batutegi juga dilengkapi
dengan Trasformer. Adapun Transformer yang ada di PLTA Batutegi adalah :
1. Main Trasformer (MTR)
Jumlah
2 Unit
Phasa
3 Phasa
Type Pendingin
ONAN
Kapasitas
17860 kVA
Hubungan
Delta Wyne
Teganggan
6,3 kV / 150 kV
Frekwensi
50 HZ
Pabrikan
2 Unit
Phasa
3 Phasa
Type Pendingin
ONAN
Kapasitas
500 kVA
Hubungan
Wyne Wyne
Teganggan
150 kV / 20 kV
Frekwensi
50 HZ
Pabrikan
2 Unit
Phasa
3 Phasa
47
Kapasitas
500 kVA
Hubungan
Dyn II
Teganggan
1. 6,3 kV / 400 V
2. 20 k V / 400 V
Frekwensi
50 HZ
Pabrikan
B A B III
TEORI DASAR TURBIN AIR
3.1
PENGERTIAN
Penemuan turbin merupakan kemajuan yang sangat berarti dalam pengembangan
pemanfaatan tenaga air. Turbin pertama yang memanfaatkan gaya semprotan air dirancang oleh
JA. SEGNEN (1704 1777). Bentuk turbin modern yang sekarang digunakan pada PLTA
PLTA adalah rancangan dari dar Francis (1849), Pelton (1890), dan Kaplan (1913).
Turbin kaplan adalah dimana sudu sudu jalannya (runner) dapat diatur, sedangkan yang tetap
dinamakan turbin Propeller.
Ditinjau dari fluida kerja, turbin air dapat dibagi atas :
1.
Turbin Reaksi
Adalah turbin dimana air yang melewati sudu jalan (runner) menjalani penurunan
tekanan baik pada sudu pengatur maupun pada sudu jalan.
Contoh turbin reaksi :
-
Turbin Francis
48
2.
Turbin Propeller
Turbin Kaplan
Turbin Impuls
Adalah turbin dimana proses penurunan tekanan airnya terjadi dalam distributor
(nozel),dan tidak terjadi pada sudu jalan.
Contoh : Turbin Pelton
49
sudu jalan (runner). Apabila kemudian ternyata bahwa runner dapat berputar, maka tentu ada
gaya yang berkerja pada sudu. gaya tersebut timbul karena terjadinya perubahan momentum dari
fluida kerja yang mengalir diantara sudu. Jadi sudu jalan hapuslah dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat terjadi perubahan momentum pada fluida kerja tersebut.
Dari bagan gambar 3.2a dapat diketahui bagaimana asalnya gaya F. Mula mula secara
teratur bagan dialiri air dengan kecepatan C1 dan membentuk sudut a1 Aliran m akan membelok
dan keluar dengan membentuk sudut a2. Penampang di A2 lebih kecil dari penampang A1, berarti
kecepatan keluar C2 lebih besar dari pada C1.
50
Dari arah aliran dapat diperkirakan bagaimana asalnya gaya F. Besarnya gaya ini menurut
kaidah pergerakan dapat dirumuskan sebagai berikut :
= Q . . C1 Q . . C2
Dengan memperhatikan sudut aliran masuk dan keluar maka gaya yang terjadi dapat di uraikan
dalam arah X dan Y, didapat :
FX = Q . . (C1 . cos a1 C2 . cos a2)
FY = Q . . (C1 . sin a1 C2 . sin a2)
Gaya yang timbul akibat dari aliran air didalam bagan yang bergerak dengan kecepatan U dapat
digambarkan sebagai berikut :
51
3.3
KECEPATAN SPESIFIK
Kecepatan spesifik sangat diperlukan untuk memilih jenis turbin agar diperoleh daya
guna maksimum. Kecepatan specifik (specific speed) atau kecepatan jenis adalah kecepatan
turbin model (turbin dengan bentuk sama namun skalanya berbeda), yang berkerja pada tinggi
satu satuan tinggi jatuh air dengan debit satu satuan debit dan menghasilkan daya satu satuan
daya.
52
Pada umumnya turbin dengan kecepatan specifik rendah digunakan untuk kondisi head
yang besar, dan sebaliknya turbin dengan kecepatan spesifiknya tinggi sesuai untuk turbin
dengan kondisi head yang rendah, lihat tabel 3.3a. Harga kecepatan spesifik pada tabel 3.3a
akan berbeda bila menggunakan satuan yang berbeda pula. Klasifikasi turbin air dapat
dibedakan sesuai kecepatan specifiknya, seperti pada tabel 3.3b.
Tabel 3.3a Jenis Turbin Dan Kecepatan Spesifik
Jenis Turbin
PELTON
FRANCIS
PROPELLER
Kec. Spesifik
Efisiensi
Head
Ns (rpm)
10 40
40 550
350 1050
Nt (%)
80 - 90
90 - 94
85 - 94
H (m)
1800 - 300
350 - 25
50 - 5
ns = n .
N
5
H4
Dimana :
ns = Kecepatan Spesifik (rpm)
N = Daya Turbin (Hp)
n = Kecepatan Turbin (rpm)
H = tinggi Jatuh Air (ft)
Ns (rpm)
2 - 12
12 - 90
90 - 250
53
3.4
.
EFISIENSI
Setiap jenis turbin dan setiap kecepatan jenis masing masing turbin mempunyai
Efisiensi dinyatakan dalam bentuk perbandingan antara daya poros dengan daya fluida :
n =
Np
Na
Daya poros dapat dihitung dengan mengukur momen puntir dan jumlah putaran, dan dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut :
Np
T .2.n.
60
54
Sedangkan daya fluida diperoleh dengan cara mengukur laju aliran volume dan tinggi jatuh air
(head) total.
Na = . Q . Ht
Dimana :
3.5
= Efisiensi (%)
Np
Na
Ht
turbin kehilangan beban secara tiba tiba. Kejadian ini dapat terjadi bila governor tidak
berkerja dengan baik, oleh karena itu kekuatan turbin dan governornya harus diperhitungkan
terhadap kecepatan lari sehingga tidak terjadi kerusakan pada peralatannya.
Kecepatan lari beberapa jenis turbin dapat diperhitungkan sesuai tabel 3.5
55
3.6
KAVITASI
Kavitasi adalah suatu peristiwa terjadinya gelembung gelembung uap didalam cairan
atau air yang mengalir. Apabila tekanan pada tempat tersebut melebihi tekanan uapnya, maka
gelembung gelembung tersebut akan pecah dengan tiba tiba. Pecahnya gelembung
gelembung mengakibatkan bunyi berisik dan getaran serta dapat menyebabkan pengikisan pada
permukaaan dinding atau bagian dari turbin.
Angka indeks kavitasi yang umum dipakai adalah faktor kavitasi dari thomas, seperti persamaan
berikut :
= Ha Hv Hs
H
Dimana :
= Faktor kavitasi thomas
H = Tinggi jatuh air efektif (m)
Ha = Tekanan atmosfir (m)
Hv = Tekanan uap air dibawah runner (m)
Hs = Tinggi hisap (m)
Karena kavitasi mempengaruhi daya dan efisiensi turbin maka perlu diusahakan agar
tidak terjadi kavitasi berlebihan. Upaya yang paling penting adalah untuk memperkecil tekanan
vakum yang terjadi pada bagian bawah runner dan pada bagian atas pipa lepas (draft tube).
Demikian bentuk konstruksi pada bagian tersebut diusahakan tidak menghambat aliran air yang
akan menyebabkan terbentuknya daerah kantung bertekanan lebih.
56
57
B A B IV
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN
4.1
PENGOPERASIAN PLTA
Bergantung dari kontinuitas air, maka umumnya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
berkapasitas besar dioperasikan untuk memikul beban puncak sistem kelistrikan, sedangkan
untuk PLTA berkapasitas kecil dan sedang dioperasikan untuk membantu memikul beban dasar
kelistrikan.
Untuk tujuan tersebut diatas, maka cara pengoperasian atau sistem kontrol unit pembangkit pada
PLTA sesuai dengan perkembangan teknologi adalah :
-
58
Pada sistem ini seorang operator dapat melakukan operasi mulai jalan, paralel, pemberian
beban dan berhenti dari turbin generator serta berbagai pengawasan terhadap panel control
dan pengontrol lainnya. Dilengkapi pula dengan alat alat penghenti secara otomatis dan
pemberitahuan tanda bahaya (alarm) bila ada gangguan.
4.2
PERENCANAAN OPERASI
Rencana operasi adalah suatu rencana mengenai bagaimana suatu sistem tenaga listrik
akan dioperasikan untuk kurun waktu tertentu. Oleh karena itu untuk mengoperasikan sistem
tenaga listrik diperlukan perencanaan yang baik, dengan tujuan mengatur pembangkitan dan
penyaluran secara ekonomis dengan memperhatikan mutu dan keandalan.
Suatu perencanaan yang dapat menunjang operasional Real Time dan kondisi operasi
yang akan dihadapi oleh dispatcer sangat diperlukan karena peristiwa yang terjadi pada sistem
adalah acak. Perencanaan jangka panjang yang kemudian direvisi melalui perencanaan jangka
pendek merupakan ciri perencanaan operasi yang dinamis yaitu selalu mengikutkan data
realisasi operasi yang terakhir.
Dengan perencanaan yang dinamis ini diharapkan deviasi antara perencanaan dan realisasinya
dapat sekecil mungkin.
59
Pada gambar 4.2 dapat dilihat bagai mana komposisi pembebanan pembangkit pada
sistem kelistrikan Interkoneksi Lampung Palembang dalam 24 jam.
4.2.1
Proses perencanaan operasi sistem kelistrikan dibedakan menurut jangkauan waktu peninjauan
yaitu :
a. Rencana Tahunan
Adalah merupakan penjabaran dari target yang diberikan oleh PLN Pusat, dimana
rencana akan direvisi setiap bulan berdasarkan kondisi operasi terakhir.
Dalam perencana tahunan juga dilakukan analisa kondisi jaringan dengan masuknya
instalasi baru.
b. Rencana Bulanan
60
Adalah peninjauan kembali rencana tahunan sehingga alokasi energi ataupun rencana
pengusahaan unit pembangkit dan penyaluran dapat lebih tajam, dimana seperti jadwal
pemeliharaan unit unit pembangkit, transmisi dan peralatan lainnya sudah dapat
ditentukan tanggal pelaksanaannya.
c. Rencana Mingguan
Merupakan revisi dari rencana bulanan, yang berisi penentuan rencana mingguan
berdasarkan laporan dari sektor melalui UPB (Unit Pengatur Beban).
d. Rencana Harian
Merupakan panduan dari pelaksanaan pengendalian operasi dalam pengusahaan sistem,
yang disusun sehari sebelumnya berdasarkan rencana mingguan yang telah direvisi
sesuai dengan kondisi terakhir.
4.2.2
Didalam perencanaan operasi terdapat beberapa kegiatan dasar yang harus dilakukan, yaitu :
1. Prakiraan Beban
Beban pada sistem tenaga listrik dipengaruhi banyak faktor, tidak pernah tetap dari
waktu ke waktu. Untuk itu prakiraan beban dibuat guna mengetahui kemungkinan
keadaan beban sistem, hal ini merupakan kegiatan yang penting untuk studi lainnya.
Target produksi
61
Karakteristik beban
Prakiraan beban
4. Pengusahaan Waduk
Pengusahaan waduk bertujuan untuk mengatur air keluar pada periode tertentu agar
diperoleh benefit maksimal pada sektor sektor :
-
Air minum
Irigasi
Industri
62
Perikanan
Tenaga Listrik
Bagi sektor sektor non-tenaga listrik, air merupakan satu satunya alternatif yang bisa
dipakai, sedangkan bagi sektor tenaga listrik, kebutuhan air sebagai sumber daya energi
masih dapat digantikan oleh alternatif yang lain.
5. Alokasi Energi
Alokasi energi dibuat dengan mempertimbangkan jadwal masuknya pembangkit batu,
jadual pemeliharaan pembangkit, prakiraan pengusahaan waduk dan kemampuan unit
unit pembangkit. Hasil perhitungan ini diperlukan untuk menentukan pemakaian bahan
bakar.
Pada gambar 5 adalah contoh komposisi pembangkit pada sistem kelistrikan Lampung
Palembang ( Sumbagsel).
6. Unit Commitment
63
Unit comitment bertujuan penentuan unit pembangkit yang akan beroperasi disistem,
sehingga diperoleh biaya pembangkit yang termurah. Kendala kendala yang perlu
diperhatikan adalah beban yang harus disediakan, dan kemampuan penyaluran daya.
7. Analisa Jaringan
Analisa jaringan ini akan diperlukan untuk kondisi operasi sistem, sehingga dapat
memberikan prediksi operasi sistem pada saat masuknya unit pembangkit dan transmisi
baru serta adanya outage terencana di sistem.
Beberapa analisa jaringan yang perlu dilakukan adalah :
-
Stabilitas sistem
Aliran daya
Hubungan singkat
Untuk menyalurkan energi listrik pada sistem koneksi Sumsel Lampung menggunakan
SUTT 150 kV yang terbentang menghubungi Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi
Lampung sepanjang 240 kms, SUTT 70 kV sistem ring di kota Palembang dengan
panjang 336 lms. Selanjutnya energi listrik tersebut didistribusikan ke konsumen melalui
penyulang yang ada di Gardu Induk ( GI ) seperti tabel 7.
Tabel. 7 Kondisi penyaluran sistem Sumsel Lampung
NO
1
URAIAN
Panjang saluran transmisi
SATUAN
Kms
70 KV
RINCIAN
= 336
Unit
150 KV = 2400
70 KV
= 10
Unit
150 KV = 33
70 KV
150 KV = 49
= 26
64
Unit
70 KV
= 280
150 KV = 1379
4.3
PENGENDALIAN OPERASI
Pengaturan pada sistem penyediaan tenaga listrik atau lebih dikenal dengan istilah
Mengatur pembagian beban masing masing pembangkit pada setiap saat sedemikian
rupa sehingga di capai biaya produksi tenaga listrik yang paling ekonomis.
Mengatur tersedianya cadangan pembangkit yang cukup pada setiap saat sehingga
keandalan sistem tenaga listrik tetap dipertahankan dengan baik, meski terjadi gangguan
peralatan pada salah satu pembangkit atau terjadai lonjakan pemakaian listrik mendadak
yang cukup besar diluar perkiraan.
4.3.1
listriknya. Dari kurva beban harian kelistrikan dapat dibaca pola kehidupan masyarakat pemakai
energi listrik.
Pemakaian listrik dimulai dari jam 04.00 Wib, dimulai dengan bangun pagi menyalakan
lampu penerangan serta kesiapan ibu rumah tangga menyiapkan hidangan pagi, dan mencapai
puncaknya pada pukul 05.30 Wib, kemudian menurun seiring dengan terbitnya matahari dan
mencapai titik terendah pada pukul 07.00 Wib.
Kegiatan kehidupan mulai meningkat pada pukul 08.00 Wib bersamaan dengan kegiatan usaha
perkantoran, industri dan perdagangan mulai berjalan. Mencapai puncaknya pada pukul 10.30
Wib. Pada pukul 11.30 s/d 12.30 Wib dapat melihat adanya penurunan beban pemakaian listrik
65
karena istirahat makan siang. Dari pukul 13.00 Wib kegiatan usaha mulai laggi sampai pukul
17.00 Wib.
Pada pukul 17.30 Wib ketika matahari tenggelam, kebutuhan akan penerangan serta
kehidupan kegiatan malam lainnya yang memerlukan listrik mulai meningkat lagi dan mencapai
puncaknya pada pukul 18.00 atau 19.00 Wib. Beban puncak ini berlangsung sampai pukul 22.00
Wib bersamaan dengan berakhirnya kegiatan orang pada umumnya. Irama pemakaian listrik ini
terus menurun sampai pukul 04.00 Wib keesok harinya, yang selanjutnya disusul dengan irama
pemakaian yang baru sesuai dengan pola kehidupan masyarakat setiap harinya.
Pada gambar 4.3.1 kurva beban harian, dapat dilihat pemanfaatan energi listrik oleh
konsumen pada sistem Interkoneksi Sumsel Lampung.
Gbr. 4.3.1 Kurva beban harian pada sistem Interkoneksi Sumsel Lampung
66
4.3.2
terpadu pembebanan unit unit pembangkit yang ditempuh adalah berdasarkan prinsip urutan
pembangkit ( Merit Order ), artinya unit pembangkit yang mempunyai biaya operasi paling
murah mempunyai prioritas pertama untuk dioperasikan, kemudian disusul dengan yang biaya
operasinya agak mahal dam paling mahal.
Pembangkitan beban dasar ( Base Load ), tertumpu pada :
a. PLTU Batubara, karena merupakan sumber daya energi yang termurah.
b. PLTA Run of River, sepanjang kondisi hidrologi didaerah setempat mencukupi.
c. PLTP serta PLTG gas alam, yang merupakan Must Run Power Plant karena sifat kontrak
yang mengikat dengan Pertamina harus dibebani secara maksimal mungkin untuk
menghasilkan energi listrik.
Pembangkit beban menengah yaitu pembangkit yang berfungsi untuk memenuhi beban
yang tidak dapat dipenuhi oleh pembangkit beban dasar. Biasanya jenis pembangkit yang
dioperasikan pada modus ini adalah PLTU minyak atau PLTG minyak dalam kondisi darurat.
Pembangkit beban puncak ( Peaking Unit ), yaitu PLTA PLTA yang mempunyai
reservoir dan biasnya dioperasikan untuk menghindari beroperasinya PLTD.
4.3.3
Kondisi Operasi
Hal yang perlu diperhatikan didalam pelaksanaan operasi sistem secara real time adalah
kemungkinan timbulnya gangguan atau adanya kondisi disistem sehingga kendala operasi tidak
dipenuhi. Biasabnya didalam operasi sistem tenaga listrik dikenal 4 (empat) macam kondisi
sistem, yaitu :
67
1. Kondisi Normal
Kondisi normal yaitu kondisi dimana kendla operasi beban dan sekuriti dapat dipenuhi.
Usaha yang dapat dilakukan pada kondisi ini ialah tetap menjaga gar sistem tetap berada
pada kondisi ini dan mengusahakan ongkos pembangkitan (fuel cost) yang seminim
mungkin.
68
Seluruh pelaksanaan operasi sistem selalu berusaha untuk tetap berada pada kondisi
normal, meskipun tidak dapat dielakkan adanya variasi kondisi tersebut diatas, akan tetapi
operator harus segera berusaha membawa sistem kekondisi normal. Ada 3 (tiga) kendala
didalam operasi real time yang membverikan ciri kepada kondisi kondisi tersebut yaitu :
4.4
1.
Kendala beban
2.
Kendala operasi
3.
Kendala sekuriti
PEMELIHARAAN PLTA
Pemeliharaan PLTA sebagaimana pemeliharaan instalasi pembangkit yang lian, instalasi
transmisi dan distribusi diatur oleh ketentuan yang berlaku di PLN dan dilaksanakan sesuai buku
petunjuk pemeliharaan dari pabrik pembuat.
Pemeliharaan instalsi pembangkit bertujuan untuk :
-
Mempertahan efeseinsi pembangkit dengan tujuan untuk dapat mencapai hasil yang optimal
dalam menghasilkan energi listrik.
Mencegah terjadinya kerusakan instalasi pembangkit dengan tujuan agar tidak terjadi
penghentian operasi diluar rencana yang telah ditentukan.
Menjaga keselamatan instalasi pembangkit dengan tujuan agar dapat dioperasikan sesuai
dengan umur manfaatnya.
69
4.4.1
Pengertian Pemeliharan
a. Definisi Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan dalam bidang teknik, administrasi dan keuangan yang
dilaksanakan secara terpadu untuk mempertahankan dan atau mengembalikan kondisi
aset unit pembangkit sehingga tercap[ai tujuan pemeliharaan.
b. Tujuan Pemeliharaan
o keandalan yang tinggi dan mutu listrik yang baik.
o Efisiensi dan daya mampu pembangkit yang optimum.
o Tingkat keamanan unit pembangkit yang tinggi.
o Peningkatan masa manfaat unit Pembangkit yang ekonomis.
o Biaya pemeliharaan yang ekonomis
c. Sasaran Pemeliharaan
1. Jam kerja dari unit pembangkit lebih besar dari 5000 jam pertahun.
2. Daya mampu unit pembangkit kontinue dan lebih besar dari 85% daya terpasang.
70
4.4.2
Jenis Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan merupakan siklus tertutup yang terdiri dari perencanaan.
Pelaksanaan, evaluasi dan pengendalian. Pemeliharaan berjalan lancar dan terkendali dengan
baik bila setiap tahap kegiatan tersebut terlaksana sesuai dengan yang di rencanakan .
Pemeliharaan terbagi atas :
1. Pemeliharaan Berencana
Pemeliharaan berencana adalah pemeliharaan berdasarkan suatu rencana yang telah
ditetapkan dan dipersiapkan sebelumnya.
Pemeliharaan berencana terdiri dari :
a. Pemeliharaan rutin.
Untuk pemeliharaan berdasarkan hari kelender atau jam kerja disesuaikan dengan buku
petunjuk pemeliharaan dari pabrikan.
Interval kegiatan terdiri dari :
-
71
72
Desain.
Pembuatan.
Pemasangan.
Operasi.
Pemeliharaan.
73
4.4.3
Pelaksanaan Pemeliharaan
Contoh: Schedule Pekerjaan Annual Infection (AI) Unit 1 & 2 PLTA Batutegi
Uraian Pekerjaan
1. Rapat Persiapan Peralatan & Regu Kerja
a.
b. Load run test (beban 0%, 25%, 50%, 75% & 100%)
c.
74
Pemeriksaan & pembersihan pressure switch & limit switch control valve
Pemeriksaan unjuk kerja control valve wicket gate (close & open)
Pemeriksaan motor pompa minyak tekan (governor oil pressure pump A & B)
75
7. Inlet Valve
8. Sistem Pendingin
76
Pemeriksaan, pembersihan & pengukuran slipring, carbon brush & brush holder
Pembersihan bushing.
77
Pemeriksaan & pembersihan panel control generator heater & high pressure pump.
78
Alarm signal
79