PENDAHULUAN
1
induk, GIS, GITET dan alat-alat lainnya yang berhubungan dengan bagian
proteksi.
2
(APB) DKI Jakarta & Banten, APB DKI & Banten merupakan salah satu area
pengatur beban yang berfungsi mengatur pembebanan di wilayahh 1 yaitu
DKI Jakarta dan Banten.
Bab I Pendahuluan
Bab pertama merupakan pendahuluan dari laporan ini yang akan
menjelaskan mengenaiLatar Belakang Praktek Kerja Lapangan, Ruang
Lingkup Kegiatan, Maksud dan Tujuan Praktek Kerja Lapangan , Manfaat
Praktek Kerja Lapangan, Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja
3
Lapangan, Batasan Masalah, Metode Pengumpulan Data, dan Sitematika
Penulisan Laporan.
Bab IV Penutup
Pada bab keempat ini berisikan tentang simpulan dan saran, dimana penulis
dapat menyimpulkan dan menyarankan setelah pelaksaan kerja praktek di
PT. PLN (PERSERO) Area Pengatur Beban (APB) DKI Jakarta &Banten.
4
BAB II
5
bergerak di bidang lisrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1
Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan Negara yaitu
Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik
Negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas
diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status
Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum
Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan
(PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan
kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka
sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam
menyediakan listrik bagi kepentingan umum.
2.1.2 Profil PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali APB DKI Jakarta dan
Banten
Pembentukan organisasi P3B Jawa Bali APB DKI Jakarta dan Banten
merupakan keputusan Direksi PLN No.093.K/023/DIR/1995, yang
bertujuan untuk memfokuskan usaha pengelolaan sistem operasi
memelihara dan mengembangkan sistem opersasi dan sarana penyaluran,
pengelolaan transaksi energi dan pengelolaan jasa pengusahaan jasa
komunikasi masing masing sesuai kebijakan Perseroan secara komersil
sesuai dengan kontrak kerja yang telah di tetapkan oleh Direksi Perseroan.
Pembentukan P3B Jawa Bali memisahkan fungsi transmisi (penyaluran dari
anak perusahaan PLN, yaitu: PLN KJB akan menjadi PLN Pembangkitan
Jawa Bali I (PJB 1) dan PLN KJT Menjadi PLN Pembangkitan Jawa Bali II
(PJB II).
6
pengalihan aset, pengalihan tersebut ternasuk pemindahan pegawai PLN
P3B Jawa Bali ke PLN Distribusi.
Dari awal terbentuknya hingga sekarang PT. PLN (Persero) P3B Jawa
Bali APB DKI Jakarta dan Banten sudah berkali kali mengalami perubahan
struktur organisasi dan manajemennya, seperti di tahun 2009-2012
perusahaan ini bernama P3B JB RKJB yang melayani 9 UPT dan
menggabungkan UJT-UJT ke dalam UPT-UPT yang ada. Namun pada tahun
2012-hingga sekarang telah mengalami pergantian format manajemen
organisasi, yaitu menjadi PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali Area Pengatur
Beban DKI Jakarta dan Banten yang melayani beberapa GITET, GIS, dan
GI
Dengan format dan organisasi yang baru PT. PLN (Persero) P3B Jawa
Bali Area Pengatur Beban DKI Jakarta dan Banten mempunyai komitmen
meningkatkan implementasi kesehatan dan keselamatan kerja ke tingkat
yang lebih tinggi lagi melalui proses perbaikan yang terus menerus dan
secara sistematik melalui penerapan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja (SMK3). Untuk mewujudkan komitmen tersebut,
perusahaan ini menetapkan tujuan atas penerapan SMK3 di seluruh wilayah
wilayan kerja perusahaan, yaitu:
7
menghilangkan faktor-faktor yang berbahaya dan beresiko tinggi
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Mematuhi peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja PT.PLN
(Persero) P3B Area Pengatur Beban DKI Jakarta dan Banten akan
memenuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku mengenai
keselamatan kerja dan kesehatan kerja
Menyediakan sumber daya yang diperlukan.
8
Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali APB DKI Jakarta dan Banten.
9
2.1.4 Visi, Misi dan Motto PT. PLN (Persero)
Visi PT PLN (Persero)
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh-kembang
unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
2.1.5 Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali APB DKI Jakarta
dan Banten.
PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali APB DKI Jakarta dan Banten memiliki
wilayah kerja yang cukup luas, mencakup seluruh GIS, GITET, Gardu Induk
dan Pembangkit Listrik yang ada di wilayah DKI Jakartan dan Banten
11
BAB III
12
5. Minggu kelima praktik kerja lapangan
Melakukan pendalaman materi mengenai sistem proteksi.
6. Minggu keenam prakik kerja lapangan
Melakuan simulasi trip OLS (Over Load Shedding), UFR (Under
Frequency Relay), dan RTN (Relay Tegangan Nol) oleh pembimbing
PKL.
7. Minggu ketujuh praktik kerja lapangan
Melakukan pendalaman materi mengenai materi serta pengumpulan
data mengenai OCR (Over Current Relay) dan OLS (Over Load
Shedding).
8. Minggu kedelapan praktik kerja lapangan
Melakuan migrasi dan recommisioning OLS IBT 1,2 Cibinong ke
SCADA pada GI Cibinong.
Uji point to point TP Cibinong arah Bogor Baru pada GI Cibinong.
Melakukan pendalaman materi mengenai materi serta pengumpulan
data mengenai OCR (Over Current Relay) dan OLS (Over Load
Shedding).
9. Minggu kesembilan prakik kerja lapangan
Melakuan konfigurasi target trip OLS IBT 1,2 Cibinong di GI
Cimanggis.
Melakukan pendalaman materi mengenai materi serta pengumpulan
data mengenai OCR (Over Current Relay) dan OLS (Over Load
Shedding).
3.3 Pembahasan Hasil Praktek
Berikut ini merupakan pembahasan hasil praktek yang didapat pada
kegiatan praktek kerja lapangan di PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali APB DKI
Jakarta dan Banten :
3.4 Rele Proteksi
Rele proteksi adalah sebuah peralatan listrik yang dirancang untuk
mendeteksi bila terjadi gangguan atau sistem tenaga listrik tidak normal.Rele
pengaman merupakan kunci kelangsungan kerja dari suatu sistem tenaga lisrtrik,
dimana gangguan segera dapat ditangani dan dihilangkan sbelum menimbulkan
akibat yang lebih luas.
13
GANGGUAN RELE PMT
Fungsi rele proteksi pada suatu sistem tegana listrik yaitu untuk mendeteksi
adanya gangguan pada bagian sistem yang diamankan, melepaskan bagian sistem
yang terganggu sehingga bagian sistem lainnya dapat terus beroperasi.
Berdasarkan besaran ukur dan prinsip kerja, rele proteksi dapat dibedakan
sebagai berikut:
a Rele Arus Lebih (Over Current Relay)
14
2 Rele definit : merupkan rele yang cara kerjanya tidak tergantung
pada besarnya arus hubung singkat yang melaluinya.
b Rele Tegangan Kurang (Under Voltage Relay)
Merupakan rele yang bekerja pada suatu tegangan sebagai alat ukur,
dan rele ini akan bekerja jika adanya penurunan tegangan dari batas
tegangan nominalnya.
c Rele Jarak (Distance Relay)
15
terjadi beban lebih dengan sistem radial. Inputan yang menjadi acuan OLS untuk
bekerja adalah frekuensi dan arus.
16
3.5.2 Tujuan Over Load Shedding
Adapun tujuan dari OLS adalah untuk mengamankan suplai daya untuk
sebagian sistem yang masih dapat diselamatkan dari kemungkinan terjadi
pemadaman total.
17
3.6 SCADA dan Telekomunikasi (SCADATEL)
18
Informasi suara umumnya kita kenal dengan saluran telepon. Memlaui
sitem PLC dapat disalurkan informasi antar Private Automatic Exchange (PAX)
di GI ke PAX GI yang lain, atau dari satu pesawat telepon ke pesawat telepon
yang lainnya.
Informasi data pada sistem ini adalah informasi yang membawa data-data
dari RTU ke Master berupa Telesinyaling (misalnya status PMT / PMS terbuka
atau tertutup), Telemetering (Mw, Mvar, kV, A), dan fungsi Remote Control
(membuka/ menutup PMT/PMS, tap charger trafo= menaik turunkan tegangan).
Sistem informasi yang lain adalah Teleproteksi, sebenarnya teleproteksi
ini dapat dikategorikan pada informasi data, tetapi dikarenakna fungsinya khusus
dan juga memerlukan perhatian yang khusus (kemanannya, selektifitasnya,
kecepatannya), maka dipisahkan fungsiya dari informasi data.
Perangkat PLC mempunyai prinsip kerja seperti perangkat radio yang
mempunyai sistem pemancar dan penerima dimana informasi dimodulasikan ke
frekuensi tertentu (40 kHz 500 kHz) yang kemudian disalurkan melalui saluran
udara tegangan tinggi (SUTT) yang berfungsi sebagai antena.
3.8 Skema Overload Shedding
Penentuan skema overload shedding telah berkembang kearah OLS yang
bersifat dinamik atau dikenal dengan Adoptive Load Shedding Scheme (ALSS).
ALSS membandingkan data pengukuran actual kondisi real time dengan estimasi
perhitungan menggunakan data statistic. Adapun tujuan diterapkannya ALSS
19
adalah untuk memastikan terpenuhinya kuota load shedding minimum
berdasarkan pembebanan real time instalasi dan menjaga prioritas pelepasan
beban distribusi.
Untuk memenuhi system Jawa Bali penentuan skema OLS masih bersifat
statis menggunakan data statitik. Gambar 3.2 mengilustrasikan kegunaan
overload relai (OLR) pada IBT yang bekerja parallel. Kedua trafo tersebut
melayani beban sebesar 500 MW dan diasumsikan bahwa kapasitasmaksimum
trafo adalah 400 MW. Pada Gambar 3.2 (b) terlihat bahwa jika IBT-1 trip maka
akan terjadi overload pada IBT-2 dan jika tidak di lengkapi dengan proteksi
beban lebih maka dalam waktu beberapa saat IBT tersebut akan ikut trip. Lain
halnya jika IBT-2 dilengkapi dengan overload relai maka IBT tersebut masih
dapat beroperasi normal ketika bebabnnya telah dikurangi sesuai dengan
kemampuan maksimumnya (ditunjukkan oleh gambar3.2. (c)).
20
pada subsistem dengan mempertimbangkan kombinasi kontingensi yang
mungkin terjadi.
PT. PLN (Persero) APB ( Area Pengatur Beban ) DKI Jakarta dan
Bantenmerupakan salah satu Area Pengatur Beban dari PT. PLN (Persero) P3B
Jawa Bali yang berkedudukan di Jakarta. Wilayah kerjanya meliputi wilayah
Jakarta dan Banten. Fungsi dari APB ( Area Pengatur Beban ) adalah mengelola
operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali, terutama di wilayah 1, yaitu Jakarta dan
Banten pada jaringan tegangan menengah dan jaringan tegangan tinggi,
mengelola operasi dan pemeliharaan sistem transmisi tegangan tinggi, serta
mengelola pelaksanaan transaksi tenaga listrik antara PLN Pusat dengan
perusahaan pembangkit dan unit distribusi di sistem Jawa Barat. Dalam
pelayanannya, APB DKI Jakarta dan Banten ini disusun oleh beberapa
subsistem, diantaranya adalah :
1. Subsistem 1 (Suralaya dan Cilegon) dipasok oleh IBT 500/150 kV
2x250MVA Suralaya.
2. Subsistem 2 (Cilegon dan Pembangkit Labuan) dipasok oleh IBT
500/150 kV 2x500 MVA Cilegon,
3. Subsistem 3 (Balaraja 1,2 dan Pembangkit Lontar) dipasok oleh
IBT500/150 kV 2x500 MVA Balaraja.
4. Subsistem 4 (Muarakarang dan IBT gandul 1,2) dipasok oleh IBT
500/150 kV 2x500 MVA Gandul, PLTG/U Muarakarang dan PLTU
Lontar.
5. IBT 3 Gandul dipasok oleh IBT 500/150 kV 2x500 MVA Gandul.
6. Dan lain-lain.
21
Dalam mengelola operasi sistem tenaga listrik, setiap unit P3B
berusaha untuk menyediakan listrik yang handal dengan kualitas yang sesuai
standar mutu yang telah ditetapkan dengan tujuan agar pemenuhan kepuasan
konsumen dapat terpenuhi secara maksimal.
Bidang Operasi Sistem (BOPS) P3B Jawa Bali dalam buku
ReviewDefence Scheme P3B Jawa Bali (Program UFR, Skema OLS, dan Island
Operation) [2011:5], menjelaskan bahwa Overload Shedding (OLS) merupakan
salah satu skema pertahanan sistem yang ada di APB DKI Jakarta dan
Banten.OLS dikhususkan untuk melindungi peralatan atau instalasi transmisi
yang tidak memenuhi kriteria N-1, sehingga stabilitasnya dapat terjaga.
Instalasi transmisi yang dimaksud adalah seperti Interbus Transformer (IBT),
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), Saluran Kabel Tegangan Tinggi
(SKTT), dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
Overload Shedding (OLS) bekerja atas dasar arus yang disetting pada
suatu harga setting arus dibawah nilai arus nominalnya (In), yang kemudian
akan memberikan perintah kepada Pemutus Daya (PMT) untuk melaksanakan
pelepasan beban (yang dalam pengoperasiannya dilengkapi dengan timer).
Setting waktu untuk OLS ini menggunakan karakteristik waktu tunda tertentu
(definite time), yaitu waktu yang diperlukan oleh rele dari menerima respon
sampai bekerjanya Pemutus Daya besarnya adalah tetap. OLS bekerja akibat
kenaikan arus yang melebihi suatu batas tertentu, batas tertentu tersebut
ditentukan sebesar 85% atau 90%dari arus nominal pada incoming feeder.
Hal ini dilakukan agar OLS bekerja lebih dahulu daripada pengaman
hubung singkat lainnya pada saat terjadi gangguan beban lebih.Oleh sebab itu
OLS dikoordinasikan dengan OCR yang bekerja mengatasi gangguan hubung
singkat. Pelepassan beban akan dilakukan secara bertahap, agar sistem tidak
mengalami pelepasan beban yang terlalu besar atau melakukan pelepasan beban
yang yang tidak diperlukan. Pelepasan beban dalam OLS (Overload Shedding)
22
ditentukan berdasarkan besarnya kelebihan beban yang terjadi, atau dapat
diartikan bahwa semakin besarkelebihan beban, maka semakin banyak pula
jumlah tahap pelepasan beban yang akan dilakukan.
3.8.1.2 Evaluasi Skema Overload Shedding Pada IBT Subsistem Balaraja
Menurut Tim APB DKI Jakarta dan Banten dalam buku Roadmap
ToOperational and Service Excellences 2014 (2012:3), Berdasarkan
SuratKeputusan Nomor 1432.K/DIR/2011 tentang Organisasi Area Pengatur
Beban DKIJakarta dan Banten pada PT. PLN (Persero) P3B JB tanggal 24
November 2011pada Buku Roadmap APB DKI Jakarta dan Banten 2011,
Subsistem Balaraja termasuk dalam wilayah kerja APB Jakarta Dan Banten.
Pengoperasian sistemtenaga listrik PT. PLN (Persero) APB DKI Jakarta dan
Banten meliputi wilayahkerja 5 Area Pelayanan Pemeliharaan (APP), yaitu:
APP Bogor, APP Cawang,APP Pulogadung, APP Durikosambi, dan APP
Cilegon, sebagaimana yang terlihatpada gambar di bawah ini :
23
3.8.1.3 Kondisi Subsistem Balaraja
Subsistem Balaraja dipasok oleh 2 (dua) IBT 500/150 kV Balaraja
dengan kapasitas masing-masing IBT adalah 500 MVA. Untuk mengetahui
aliran daya dari Subsistem Balaraja dapat dilihat dengan single line diagram
dari Subsistem Balarajadi bawah ini.
24
3.8.1.4 Penerapan OLS Pada IBT Subsistem Balaraja
Dalam buku Review Defence Scheme P3B Jawa Bali (Program UFR,
Skema OLS, dan Island Operation) [2011:5] menjelaskan bahwa
OverloadShedding merupakan salah satu skema pertahanan sistem yang ada di
APB DKI Jakarta dan Banten.OLS dikhususkan untuk melindungi peralatan
atau instalasi transmisi yang tidak memenuhi kriteria N-1, sehingga
kestabilitasannya dapatterjaga. Tim APB DKI Jakarta dan Banten dalam buku
Evaluasi OverloadShedding 2012 menjelaskan bahwa gambar skema OLS
pada IBT 500/150 kV Subsistem Balaraja beserta setting arus dan tahapan
pelepasan bebannya dalam kondisi eksiting :
25
OLS IBT500/150 kV Subsistem Gandul dapat dilakukan dengan skema
berikut:
26
Tabel Penerapan OLS IBT Balarajal (Asumsi satu IBT mengalami gangguan)
GI legok Trafo 1
60 MVA = 230,94 A
GI Pasar Kemis
Trafo 1
60 MVA = 230,94 A
Jml Pelepasan =
1616,58 A
60 106
trafo 60 MVA= =230,94 A ..4.5
150 103 3
Pada tabel diatas dan hasil dari perhitungan rumus (4.5), terlihat
bahwadalam kondisi asumsi satu buah IBT mengalami gangguan, maka IBT
yang tidak mengalami trip pada Sub sistem Balaraja akan menanggung beban
arus sebesar 1x3271,64 A, lalu trafo 2 dan 3 pada GI Citrahabitat akan
mengalami trip, sehingga melepas beban arus sebanyak 2x230,94 Ampere.
27
Trafo 1 pada GI Legok dan Lengkong juga akanmengalami trip, sehingga
melepas beban arus.
Masing-masing trafo sebesar 1x230,94 Ampere. Dilanjutkan dengan
GI Serpongdengan target trip trafo 3 dan trafo 1 serta GI Pasar Kemis dengan
target trip trafo 1, sehingga masing-masing GI melepas beban arus sebesar
2x230,94 Ampere untuk GI Serpong dan 1x230,94 Ampere untukGI Pasar
Kemis. Maka total beban akhir IBT hingga pelepasan tahap pertama adalah
sebesar 1x1655,07 A. Jumlah beban arus pada IBT yang tidak mengalami trip
setelah pelepasan tahap pertama ini dapat mengembalikan IBT tersebut
kedalam kondisi layak kerja, sehingga tidak perlu melepas beban sampai
tahap kedua dan akan mengurangi potensi terjadinya kerusakanpada IBT yang
tidak mengalami trip. Dalam operasinya, skema pelepasan tahap kedua pada
OLS ini adalah sebagai back-up apabila OLS pada tahap pertama mengalami
malakerja. Penerapan skema OLS akanmengambalikan salah satu IBT yang
tidak mengalami trip ke dalam kondisi layak kerja, sehingga tidak terjadi
pemadaman yang luas ketika salah satu IBT mengalami gangguan.
3.9 Data hasil pengujian OLS
Berikut merupakan data hasil pengujian Over Load Shedding (OLS)
SUTT New Balaraja-1 :
DATA RELAY
Setting Relay
Phasa Karakteristik
In (A) Iset (A) Waktu I moment (A)
N - - - - -
28
PENGUJIAN ARUS KERJA DAN
ARUSKEMBALI
N - - - - - -
PENGUJIAN KARAKTERISTIK
WAKTU
N - - - - - -
- - - - -
29
- - - - -
- - - - -
- - - - -
Secara teoritis trafo tenaga dapat dibebani 1,2 kali arus nominalnya secara
terus menerus. Berdasarkan standar, trafo yang memeliki impedansi hubung
singkat 12% didesain untuk dapat menahan arus hubung singkat sampai dengan 8
kali arus nominal selama 2 detik.Kemampuan tersebut telah mempertimbangkan
kondisi termal maupun mekanikal trafo.
Berikut ini contoh koordinasi setting OCR dan OLS IBT 500/150 KV
yang diterapka pada system jawa bali.
30
Kemampuan terkecil peralatan yang terhubung dengan saluran transmisi
misalnya kondutor,TL bay,crossbar,PMT,CT dan aksesoris lainnya.
Kemampuan hantar arus (Current Carrying Capacity)
Kordinasi dengan rele pengaman saluran lainnya seperto OCR dan autoreclose
Rele yang digunakan oleh OLS adalah rele arus lebih (OCR-Over Current
Relay) karakeristik waktu definite dengan setting waktu bertahap.Skema
pelepasan beban dengan OLS.
31
Gambar 3.10. Kurva / karakteristik inverse
32
Bila rele diinjeksi dengan arus gangguan sesuai posisi setting arus 3A
maka waktu kerjanya akan 0,5 detik sesuai dengan posisi setting
waktunya.
Gambar3.11 Karakteristik Rele Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay)
3.11.2.2 Standar inverse
Pada rele posisi setting ini, waktu kerja rele tergantung oleh besaran
arus gangguan atau arus injeksi rele, yang artinya bila arus gangguan lebih
besar waktunya akan lebih cepat.
Misalkan, dengan setting waktu konstan (K): 0,05 dan setting Arus
(Iset): 1A.
Bila rele diinjeksi arus gangguan 2 kali Iset = 2A maka waktu kerja rele
akan 10 kali setting konstanta (0,05) yaitu 0,5 detik.
Bila rele diinjeksi arus gangguan 3 kali Iset = 3A maka waktu kerja rele
akan 5,3 kali setting konstanta (0.05) akan lebih cepat yaitu 0,265 detik.
Bila rele diinjeksi dengan arus gangguan 5 kali Iset = 5A , maka waktu
kerja rele akan 2 kali setting konstanta (0,05) akan lebih cepat lagi dari
yang sebelumnya yaitu 0,104 detik.
Dan seterusnya bila arus lebih besar lagi maka waktu kerjanya akan
lebih cepat, dapat dilihat pada grafik masing-masing posisinya.
33
3.12 Prosedur penyusunan OLS
3.12.1 OLS pada IBT
P = 3 x V x I x cos phi
V = Rating tegangan
34
Secara umum tahapan penentuan skema OLS digambarkan oleh diagram alir pada
Gambar 3.8.2
Mulai
Data Operasi
Menentukan batasan MW
Loading batas MW
Aman
35
Antara rangkaian trip OLS dan timer dipasang switch yang berfungsi
mengaktifkan/block OLS. Switch ini berfungsi untuk melakukan
pengujianindividu rele OLS tanpa mentripkan beban.
Bila OLS menggunakan PLC (Power Line Carrier) sebagai media
komunikasi untuk melepas beban di Gardu Induk lain, maka timer
diletakkan di sisi penerima. Pemasangan seperti ini bertujuan
mengantisipasi munculnya spike/noise di PLC, dan OLS tidak
langsung membuang beban dan dipasang announciator untuk
menentukan trip peralatan tersebut berasal dari OLS atau bukan.
36
c) pengalihan pasokan trafo distribusi yang menjadi target OLS.
37
BAB IV.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktek kerja lapangan di PT. PLN (Persero) P3B
Jawa Bali APB DKI Jakarta dan Banten penulis dapat mengambil kesimpulan:
1. Koordinasi sebelum bekerja dan komunikasi selama bekerja sangatlah
penting karena akan meningkatkan kerjasama para karyawan da tidak
akan menimbulkan miss komunikasi antar karyawan.
2. Dengan adanya kegiatan praktek kerja lapangan ini dapat memberikan
pengalaman serta wawasan baru tentang dunia ketenaga kerjaan
khususnya dibidang kelistrikan pada bagian sistem proteksi pada
jaringan penyaluran energi listrik.
3. Rele OLS bertujuan untuk melindungi IBT lainnya dan mengurangi
meluasnya pemadaman apabila salah satu IBT atau kedua IBT
mengalami overload, overload tersebut bisa disebabkan karena salah
satu IBT mengalami gangguan (trip) sehinggaIBT lain mengalami
overload.
4. Rele OLS berkoordinasi dengan rele OCR, sehingga apabila IBT masih
overload atau rele OLS gagal bekerja, maka rele OCR akan bekerja.
4.2 Saran
Berdasarkan pengalaman selama praktek kerja lapangan di PT. PLN
(Persero) P3B Jawa Bali APB DKI Jakarta dan Banten, penulis mempunyai
beberapa masukan yang mungkin akan berguna diantaranya :
38
3. Mahasiswa praktikan juga harus bisa menjaga nama baik mahasiswa
yang bersangkutan dan juga nama baik almamater Politeknik Negeri
Jakarta dengan mentaati peraturan yang ada di perusahaan.
4. Mahasiswa dapat meningkatkan sikap disiplin akan waktu kerja dan
peraturan - peraturan yang ditetapkan perusahaan.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. PLN APB DKI Jakarta & Banten.2015. Manualbook Skema OLS APB DKI Jakarta
dan Banten. Jakarta
2. PLN APB DKI Jakarta & Banten.210405. ManualbookSistem Tele Proteksi. Jakarta
3. PLN APB DKI Jakarta & Banten.210405. Manualbook Sistem Proteksi
Penghantar.Jakarta
4. PLN APB DKI Jakarta & Banten. Sejarah Umum perusahaan PT. PLN (Persero)
P3B Jawa Bali APB DKI Jakarta dan Banten. Jakarta
40