Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dan pertumbuhan kegiatan masyarakat berdampak pada


meningkatnya kebutuhan energi. Salah satu kebutuhan energi yang paling utama yaitu
listrik. Karena, energi listrik sudah menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan masyarakat
di era ini. Sehingga energi listrik harus tersedia secara real time di kehidupan masyarakat.
Pada hal ini transmisi dan distribusi energi listrik harus selalu terjaga penyalurannya
kepada masyarakat.

Sebelum digunakan di rumah-rumah dan industri, energi listrik dihasilkan oleh


berbagai pembangkit tenaga listrik yang ada di Indonesia sebelum ditransmisi dan
didistribusikan. Di daerah Jawa Barat, terdapat GITET yang mentransmisikan energi listrik
yaitu GITET NewUjungberung PT.PLN Persero, yaitu area yang berfungsi
mentransmisikan energi listrik dengan cara mengubah tegangan 500 KV menjadi 150 KV
menuju Gardu Induk lainnya disekitar daerah Bandung timur dan Sumedang.

Politeknik Negeri Bandung memiliki sebuah program praktik kerja lapangan (PKL)
yang bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat dari bangku perkuliahan ke
dalam dunia industri. Dengan program ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
manfaat dari ilmu yang didapat dari bangku perkuliahan bagi dunia industri dan
mendapatkan pengalaman langsung di dunia industri.

Oleh karena itu, untuk pelaksanaan praktik kerja lapangan ini penulis memilih
GITET New Ujungberung (PT.PLN) Persero. Sebagai tempat praktik kerja lapangan,
karena sebelum listrik sampai kepada rumah-rumah dan industri harus melalui transmisi
yang handal sebelum didistribusikan. Penulis berharap dengan adanya kegiatan ini dapat
menambah wawasan dan pemahaman mengenai dunia kerja sebelum penulis terjun
langsung kedalamnya.

Topik yang dipilih pada praktik kerja lapangan kali ini yaitu, mengenai rugi-rugi
pada saluran transmisi GI New Rancakasumba – GI Rancaekek. Penulis mengambil topik

Laporan Kerja Praktik 1


ini dikarenakan kerugian pada saluran transmisi dapat mengurangi daya listrik yang
seharusnya disalurkan.

I.2 Rumus Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis dapat


mengidentifikasi permasalahan pada saluran transmisi antara lain: rugi-rugi pada saluran
transmisi, kerugian secara material dan apa yang dimaksud dengan saluran transmisi.

I.3 Tujuan

Praktik kerja lapangan yang dilakukan di GITET New Ujungberung PT.PLN


Persero. memiliki 3 tujuan. Adapun yang menjadi tujuan dari praktik kerja lapangan ini
secara khusus adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui komponen-komponen saluran transmisi


2. Mengetahui cara perhitungan perhitungan rugi-rugi saluran transmisi
3. Mengetahui cara perhitungan kerugian material

I.4 Batasan Masalah

Permasalahan yang dibatasi pada penulisan laporan praktik kerja lapangan ini adalah

hanya membahas saluran transmisi, spesifikasi penghantar, dan Perhitungan kerugian

saluran transmisi dan kerugian material. Data-data yang diambil adalah data yang berkaitan

dengan perhitungan rugi-rugi saluran transmisi dan rugi finansial.

I.5 Metode Penelitian

Untuk memperoleh data mengenai rugi-rugi saluran transmisi, baik berupa teori
maupun gambar dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang digunakan untuk
memperoleh data mengenai adalah sebagai berikut:

a. Metode observasi, yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan
melakukan observasi langsung ke lokasi GITET Ujungberung PT.PLN Persero. dimana
proses berlangsung;

Laporan Kerja Praktik 2


b. Metode interview, yaitu metode yang cukup efektif dalam memperoleh data, caranya
dengan langsung bertanya kepada operator atau berdiskusi kepada seluruh staf yang ada
di industri mengenai objek yang diamati;
c. Metode studi pustaka, yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan
membaca dan mempelajari buku-buku literature (manual book), serta buku-buku yang
berkaitan dengan objek yang diamati;
d. Metode browsing internet, yaitu metode yang mudah untuk dilakukan, data yang
dibutuhkan cukup diambil dari internet dengan cara browsing data yang di inginkan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan kita.

I.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan praktik kerja lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 03 Juli sampai dengan
25 Agustus 2017. Tempat pelaksanaan praktik kerja lapangan dilaksanakan di GITET
New Ujungberung PT.PLN Persero. Yang terletak di jalan Bandung-Garut Km.26, Kec
Cimanggung, Kabupaten Sumedang,Jawa Barat.

I.7 Profil Perusahaan

I.7.1 Sejarah Perusahaan

Gambar I. PT.PLN (Persero)

Laporan Kerja Praktik 3


Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia
mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang
pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri.
Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan- perusahaan
Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara
Jepang di awal Perang Dunia II.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada
Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan
oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas
yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden
Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah
Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan
Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan
kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-
PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang
listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang
sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai
pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai
pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status
Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas
menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.Seiring dengan kebijakan
Pemerintah yang memberikan kesempatan.
kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka
sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi
kepentingan umum hingga sekarang.

Laporan Kerja Praktik 4


I.7.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan
Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.

Misi
 Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada
kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
 Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
 Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
 Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

I.8 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan laporan praktik kerja lapangan ini, penulis membuat

sistematika penulisan laporan. Adapun sistematika penulisan laporan yang dibuat adalah

sebagai berikut :

a. BAB I PENDAHULUAN,
Bab ini membahas tentang latar belakang dan tujuan dari pengambilan objek/materi
Praktik kerja lapangan, rumusan masalah, batasan permasalahan, metode pengumpulan
data, waktu dan tempat pelaksanaan, sejarah perusahaan dan visi misi, serta sistematika
penulisan laporan praktik kerja lapangan;
b. BAB II DASAR TEORI,
Bab ini membahas tentang konsep teori yang relevan dengan pokok bahasan atau topik
yang menjadi fokus pembahasan praktik kerja lapangan;
c. BAB III DESKRIPSI OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN,
Bab ini membahas tentang gambaran umum profil perusahaan, proses pembangkitan
listrik pada industri tempat praktik kerja lapangan, kedudukan fungsi dan peran alat di
dalam sistem yang diamati, mekanisme kerja alat, serta ilustrasi gambar
teknik/spesifikasi teknis alat;

Laporan Kerja Praktik 5


d. BAB IV PEMBAHASAN,
Bab ini berisi tentang pembahasan dan perhitungan rugi-rugi saluran transmisi dan rugi-
rugi finansial;
e. BAB IV PENUTUP,
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari topik pembahasan praktik kerja
lapangan;
f. DAFTAR ISI,
Bagian ini berisi data-data referensi yang penulis gunakan dalam proses penulisan
laporan Praktik kerja lapangan ini;
g. LAMPIRAN,
Bagian ini berisi beberapa dokumen, data, dan atau gambar yang telah terlampir dalam
laporan ini dan berkaitan dengan praktik kerja lapangan yang telah dilaksanakan.

Laporan Kerja Praktik 6


BAB II
DASAR TEORI

II.1 Saluran Transmisi


Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat pembangkit
listrik, saluran-saluran transmisi, dan sistem-sistem distribusi. Saluran-saluran transmisi
merupakan rantai penghubung antara pusat-pusat pembangkit listrik dan sistem-sistem
distribusi, dan melalui hubungan-hubungan antar sistem dapat pula menuju ke sistem
tenaga yang lain. Suatu sistem distribusi menghubungkan semua beban-beban yang
terpisah satu dengan yang lain kepada saluran-saluran transmisi.
Tegangan pada generator-generator besar biasanya berkisar diantara 13,8 kV dan 24
kV. Tetapi generator-generator besar yang modern dibuat dengan tegangan yang bervariasi
antara 18 dan 24 kV. Tidak ada suatu standar yang umum diterima untuk tegangan-
tegangan generator. Tegangan generator dinaikkan ke tingkat-tingkat yang dipakai untuk
transmisi yaitu antara 115 dan 765 kV. Tegangan-tegangan tinggi standar (high voltages –
HV standard) adalah 115, 138, dan 230 kV. Tegangan-tegangan tinggi-ekstra (extra high
voltage -EHV) adalah 345, 500 dan 765 kV. Kini sedang dilakukan penelitian untuk
pemakaian tegangan-tegangan tinggi ultra yaitu diantara 1000 dan 500 kV (ultra high
voltages – UHV).
Keuntungan dari transmisi dengan tegangan yang lebih tinggi akan menjadi jelas jika
kita melihat pada kemampuan transmisi (transmission capability) dari suatu saluran
transmisi. Kemampuan ini biasanya dinyatakan dalam megavolt ampere (MVA).
Kemampuan transmisi dari suatu saluran dengan tegangan tertentu tidak dapat ditetapkan
dengan pasti, karena kemampuan ini masih tergantung lagi pada batasan-batasan (limit
thermal ) dari penghantar, jatuh tegangan (voltage drop) yang diperbolehkan, keterandalan,
dan persyaratan-persyaratan kestabilan sistem (system stability), yaitu penjagaan bahwa
mesin-mesin pada sistem tersebut tetap berjalan serempak satu terhadap yang lain.
Kebanyakan faktor- faktor ini masih tergantung pula pada panjangnya saluran.

Laporan Kerja Praktik 7


II.2 Komponen - komponen Saluran Transmisi
Adapun komponen- komponen utama saluran transmisi terdiri dari:

II.2.1 Tiang Transmisi atau Menara


Pada suatu Sistem Tenaga Listrik, energi listrik yang dibangkitkan dari pusat
pembangkit listrik ditransmisikan ke pusat-pusat pengatur beban melalui suatu
saluran transmisi, saluran transmisi tersebut dapat berupa saluran udara atau saluran
bawah tanah, namun pada umumnya berupa saluran udara. Energi listrik yang
disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya menggunakan kawat
telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media isolasi antara kawat
penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya, dan untuk menyanggah / merentang
kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan
lingkungan sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu
konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa disebut menara / tower.
Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi
tegangan tinggi (SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET)
yang paling banyak digunakan di jaringan PLN (Gambar 2.1.), karena mudah dirakit
terutama untuk pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan raya, harganya
yang relatif lebih murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah serta
pemeliharaannya yang mudah.
Namun demikian perlu pengawasan yang intensif, karena besi-besinya rawan
terhadap pencurian. Seperti yang telah terjadi dibeberapa daerah di Indonesia,
dimana pencurian besi-besi baja pada menara / tower listrik mengakibatkan menara /
tower listrik tersebut roboh, dan penyaluran energi listrik ke konsumen pun menjadi
terganggu. Suatu menara atau tower listrik harus kuat terhadap beban yang bekerja
padanya, antara lain yaitu :
- Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan).
- Gaya tarik akibat rentangan kawat.
- Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower.

Laporan Kerja Praktik 8


Gambar 2.1 Sketsa konstruksi SUTT

II.2.2 Insulation (Isolator)


Insulation berfungsi untuk mengisolasi bagian yang bertegangan dengan bagian
yang tidak bertegangan/ ground, baik saat normal continous operation dan saat
terjadi surja (termasuk petir) didalam saluran transmisi.
Sesuai fungsinya, insulator yang baik harus memenuhi sifat:
1. Karakteristik elektrik
Insulator mempunyai ketahanan tegangan impuls petir pengenal dan tegangan
kerja, tegangan tembus minimum sesuai tegangan kerja dan merupakan bahan isolasi
yang diapit oleh logam sehingga merupakan kapasitor.Kapasitansinya diperbesar
oleh polutan maupun kelembaban udara di permukaannya. Apabila nilai isolasi
menurun akibat dari polutan maupun kerusakan pada insulator, maka akan tejadi
kegagalan isolasi yang akhirnya dapat menimbulkan gangguan.
2. Karakteristik mekanik
Insulator harus mempunyai kuat mekanik guna menanggung beban tarik
konduktor penghantar maupun beban berat insulator dan konduktor penghantar.

Laporan Kerja Praktik 9


Menurut bentuknya, insulator terdiri dari :
1. Insulator Piring
Dipergunakan untuk insulator penegang dan insulator gantung, dimana jumlah
piringan insulator disesuaikan dengan tegangan sistem.

Gambar 2.2 Insulator piring (a) tipe clevis (b) tipe ball and socket

Gambar 2.3 komponen insulator piring tipe ball and socket

2. Insulator Tipe Post


Dipergunakan sebagai tumpuan dan memegang bagi konduktor diatasnya untuk
pemasangan secara vertikal dan sebagai insulator dudukan.Biasanya terpasang pada
tower jenis pole atau pada tiang sudut. Dipergunakan untuk memegang dan menahan
konduktor untuk pemasangan secara horizontal.

Laporan Kerja Praktik 10


Gambar 2.4 Insulation Post

3.Insulator long rod


Insulator long rod adalah insulator porselen atau komposit yang digunakan untuk
beban tarik.

Gambar 2.5 Isulator Long Rod

Insulation pada SUTT/SUTET dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:


1. Ceramic Insulator
2. Non-Ceramic Insulator
3. Isolasi Udara (Ground Clearance) disekitar kawat penghantar.

Laporan Kerja Praktik 11


II.2.2.1 Ceramic Insulator (Insulator Keramik)
Ceramic insulator terbuat dari bahan porselen yang mempunyai keunggulan
tidak mudah pecah, tahan terhadap cuaca. Ceramic insulator adalah media penyekat
antar bagian yang bertegangan dengan yang tidak bertegangan atau ground secara
elektrik dan mekanik. Pada SUTT / SUTET, insulator berfungsi untuk mengisolir
konduktor fasa dengan tower / ground. Dalam penggunaannya insulator ini harus di
glasur. Warna glasur biasanya coklat, dengan warna lebih tua atau lebih muda. Hal ini
juga berlaku untuk daerah dimana glasur lebih tipis dan lebih terang, sebagai contoh
pada bagian tepi dengan radius kecil. Daerah yang di glasur harus dilingkup glasur
halus dan mengkilat, bebas dari retak dan cacat lain.

Gambar 2.6 Ceramic Insulator

II.2.2.2 Non - Ceramic Insulator

1. Insulator gelas/ kaca


Insulator yang terbuat dari bahan kaca yang dibentuk menyerupai piring.
Digunakan hanya untuk insulator jenis piring. Bagian gelas harus bebas dari
lubang atau cacat lain termasuk adanya gelembung dalam gelas. Warna gelas
biasanya hijau, dengan warna lebih tua atau lebih muda. Jika terjadi kerusakan
insulator gelas mudah dideteksi.

Laporan Kerja Praktik 12


Gambar 2.7 Insulator gelas atau kaca

b. Insulator Polymer
Insulator polymer dilengkapi dengan mechanical load-bearing fiberglass
rod, yang diselimuti oleh weather shed polimer untuk mendapatkan nilai
kekuatan eletrik yang tinggi.

Komponen utama dari insulator polymeryaitu:


a. End fittings
b. Corona ring(s)
c. Fiberglass-reinforced plastic rod
d. Interface between shed and sleeve
e. Weather shed

Gambar 2.8 Insulator Polymer

Laporan Kerja Praktik 13


II.2.2.3 Isolasi Udara ( Ground Clearance )

Isolasi udara berfungsi untuk mengisolasi antara bagian yang bertegangan


dengan bagian yang tidak bertegangan/ ground dan antar fasa yang bertegangan
secara elektrik. Kegagalan fungsi isolasi udara disebabkan karena breakdown
voltage yang terlampaui (jarak yang tidak sesuai, perubahan nilai tahanan udara,
tegangan lebih), dan isolasi udara (ground clearance) mempunyai jarak bebas
minimum yaitu jarak terpendek antara penghantar SUTT/ SUTET dengan
permukaan tanah, benda benda dan kegiatan lain disekitarnya, yang mutlak tidak
boleh lebih pendek dari yang telah ditetapkan demi keselamatan manusia dan
makhluk hidup lainnya serta juga keamanan operasi SUTT atau SUTET
(Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/MPE/1992 tanggal 07
Februari 1992, pasal 1 ayat 9).

Tabel 2.1 Standar Jarak aman / Row

Laporan Kerja Praktik 14


II.2.3 Kawat Penghantar Untuk Saluran Transmisi Udara

Kawat penghantar berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari suatu tempat ke
tempat yang lain. Jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi
adalah tembaga dengan konduktivitas 100 % (CU 100 %), atau alumunium dengan
konduktivitas 61 % (AL 61 %), (Tabel 2.1.). Kawat penghantar tembaga mempunyai
beberapa kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar alumunium karena
konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Tetapi kelemahannya ialah, untuk besar
tahanan yang sama, tembaga lebih berat dari aluminium, dan juga lebih mahal. Oleh
karena itu kawat aluminium telah menggantikan kedudukan tembaga.

II.2.3.1 Klasifikasi Kawat Menurut Konstruksinya

Yang dinamakan kawat padat (solid wire) adalah kawat tunggal yang padat
(tidak berongga) dan berpenampang bulat ; jenis ini hanya dipakai
untukpenampang-penampang yang kecil, karena penghantar-penghantar yang
berpenampang besar sukar ditangani serta kurang flexible. Apabila diperlukan
penampang yang besar, maka dipergunakan 7 sampai 61 kawat padat yang dililit
menjadi satu, biasanya secara berlapis dan konsentris. Tiap-tiap kawat padat
merupakan kawat komponen dari kawat berlilit tadi.
Apabila kawat-kawat komponen itu sama garis tengahnya maka persamaannya
sebagai berikut:
N = 3n ( 1 + n ) + 1 (2.1)

D = d ( 1 + 2n ) (2.2)

A = an

W = wN ( 1 + k1 ) (2.3)

R = ( 1 + k2 ) r/N (2.4)

Laporan Kerja Praktik 15


Dimana : N = Jumlah Kawat Komponen
n = Jumlah Lapisan Kawat Komponen
D = Garis Tengah Luar dari Kawat berlilit ( mm )
d = Garis Tengah Kawat Komponen ( mm )
A = Luas Penampang Kawat Berlilit ( mm2 )
W = Berat Kawat Berlilit ( kg )
w = Berat Kawat Komponen Per Satuan Panjang (kg/km)
k1 = Perbandingan Berat Terhadap Lapisan
R = Tahanan Kawat Berlilit (Ω)
r = Tahanan Kawat Komponen Per Satuan Panjang (Ω/km)
k2 = Perbandingan Tahanan Terhadap Lapisan

Kawat rongga (hollow Conductor) adalah kawat berongga yang dibuat untuk
mendapatkan garis tengah luar yang besar. Ada dua jenis kawat rongga : (a) yang
rongganya dibuat oleh kawat lilit yang ditunjang oleh sebuah batang, dan (b) yang
rongganya dibuat oleh kawat-kawat komponen yang membentuk segmen-segmen
sebuah silinder.

II.2.3.2 Klasifikasi Kawat Menurut Bahannya

Kawat logam biasa dibuat dari logam-logam biasa seperti tembaga,


alumunium, besi, dsb. Kawat logam campuran (alloy) adalah penghantar dari
tembaga atau aluminium yang diberi campuran dalam jumlah tertentu dari logam
jenis lain guna menaikkan kekutan mekanisnya. Yang sering digunakan adalah
“copper alloy”, tetapi “alumunium alloy” juga lazim dipakai.

II.2.3.3 Kawat Tanah

Kawat tanah atau ground wires, juga disebut sebagai kawat pelindung (shield
wires) gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa
terhadap sambaran petir. Jadi kawat tanah ini dipasang diatas kawat fasa. Sebagai
kawat tanah dipakai kawat baja (steel wires).

Laporan Kerja Praktik 16


II.2.4 Arester

Arester petir disingkat arester, atau sering juga disebut penangkap petir, adalah
alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir. Ia berlaku
sebagai jalan pintas (by-pass) sekitar isolasi. Arester membentuk jalan yang mudah
dilalui oleh arus petir, sehingga tidak timbul tegangan yang lebih tinggi pada
peralatan. Jalan pintas itu harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran
arus daya sistem 50 Hertz. Jadi pada kerja normal arester itu berlaku sebagai isolator
dan bila timbul surja dia berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan aliran arus
yang tinggi. Setelah surja hilang arester harus dengan cepat kembali menjadi isolator,
sehingga pemutus daya tidak sempat membuka. Arester dapat memutuskan arus
susulan tanpa menimbulkan gangguan, inilah salah satu fungsi terpenting dari
arester.
Arester terdiri dari dua jenis : jenis ekspulasion (expulasion type) atau tabung
pelindung (protector tube) dan jenis katup (valve type).

II.2.4.1 Arester Jenis Ekspulsi atau Tabung Pelindung

Arester jenis ekspulsi pada prinsipnya terdiri dari sela percik yang berada
dalam tabung serat dan sela percik batang yang berada diluar di udara atau disebut
sela seri, terlihat pada Gambar 2.9. Bila ada tegangan surja yang tinggi sampai
pada jepitan arester kedua sela percik, yang di luar dan yang berada di dalam
tabung serat, tembus seketika dan membentuk jalan penghantar dalam bentuk
busur api. Jadi arester menjadi konduksi dengan impedansi rendah dan melakukan
surja arus dan surja daya sistem bersama –sama. Panas yang timbul karena
mengalirnya arus petir menguapkan sedikit bahan dinding tabung serat, sehingga
gas yang ditimbulkannya menyembur pada api dan mematikannya pada waktu
arus susulan melewati titik nolnya. Arus susulan dalam arester jenis ini dapat
mencapai harga yang tinggi sekali tetapi lamanya tidak lebih dari satu atau dua
gelombang, dan biasanya kurang dari setengah gelombang. Jadi tidak
menimbulkan gangguan.

Laporan Kerja Praktik 17


Arester jenis ekspulsi ini mempunyai karakteristik volt-waktu yang lebih baik
dari sela batang dan dapat memutuskan arus susulan. Tetapi tegangan percik
susulan tergantung dari tingkat arus hubung singkat dari sistem pada titik dimana
arester itu dipasang. Dengan demikian perlindungan dengan arester ini dipandang
tidak memadai untuk perlindungan transformator daya, kecuali untuk sistem
distribusi. Arester ini banyak juga digunakan pada saluran transmisi untuk
membatasi besar surja yang memasuki gardu induk. Dalam penggunaan yang
terakhir ini arester jenis ini sering disebut sebagai tabung pelindung.

Gambar 2.9 Arester jenis ekspulsi

II.2.4.2 Arester Jenis Katup

Arester jenis katup ini terdiri dari sela percik terbagi atau sela seri yang
terhubung dengan elemen tahanan yang mempunyai karakteristik tidak linier.
Tegangan frekuensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri.
Apabila sela seri tembus saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi, alat tersebut
menjadi penghantar.

Laporan Kerja Praktik 18


Sela seri itu dapat memutuskan arus susulan, dalam hal ini dia dibantu oleh
tahanan tak linier yang mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk arus besar
dan tahanan besar untuk arus susulan dari frekuensi dasar.
Arester jenis katup ini terbagi atas tiga jenis yaitu:

1. Arester Katup Jenis Gardu


Arester jenis gardu ini adalah jenis yang paling efisien dan juga paling
mahal. Perkataan “gardu” di sini berhubungan dengan pemakaiannya secara
umum pada gardu induk besar (Gambar 2.10.). Umumnya dipakai untuk
melindungi alat-alat yang mahal pada rangkaian-rangkaian mulai dari 2.400
volt sampai 287 KV dan lebih tinggi.

Gambar 2.10 Arester katup Jenis Gardu

2. Arester Katup Jenis Saluran


Arester jenis saluran ini lebih murah dari arester jenis gardu. Kata “saluran”
disini bukanlah berarti untuk perlindungan saluran transmisi. Seperti arester
jenis gardu, arester jenis saluran ini juga dipakai pada gardu induk untuk
melindungi peralatan yang kurang penting (Gambar 2.11.). Arester jenis
saluran ini dipakai pada sistem dengan tegangan 15 KV sampai 69 KV.

Laporan Kerja Praktik 19


Gambar 2.11 Arester Katup jenis Saluran

3.Arester Katup Jenis Distribusi Untuk Mesin-Mesin


Arester jenis distribusi ini khusus untuk melindungi mesin-mesin berputar
dan juga untuk melindungi transformator dengan pendingin udara tanpa
minyak. Arester jenis ini dipakai pada peralatan dengan tegangan 120 volt
sampai 750 volt. (Gambar 2.12.)

Gambar 2.12 Arester Katup Jenis Distribusi Untuk Mesin-Mesin

Laporan Kerja Praktik 20


BAB III
Saluran Udara Tegangan Tinggi GI New Rancakasumba – GI Rancaekek

III.1. Konduktor SUTT GI New rancakasumba-GI Rancaekek

Konduktor yang menyambungkan kedua Gardu Induk ini merupakan penghantar


jenis ACSR (Alumunium Conductor Steel Reinforced) dengan kode Zebra yang
membentang sepanjang 6420 meter. Jumlah tower penghantar yang digunakan sebanyak
18 tower yang terdiri dari Tiang Piramida (Pyramid tower) dengan type Double Circuit
Single Earth Wire dan Double Circuit Double Earth Wire. Konduktor kode zebra
digunakan karena memiliki tahanan yang kecil sehingga memperkecil rugi-rugi yang
terjadi pada saluran transmisi. Walau pun begitu tetap saja rugi-rugi akan terjadi. Karena,
walau tahanan pada konduktor kecil tetapi banyak faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya. Perancangan dan pembangunan tower serta pemilihan penghantar
sudah dikaji secara matang sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama tanpa
ada gangguan lain.

Tabel 3.1 Spesifikasi Penghantar ACSR Kode Zebra

No Item Unit Description

1 Code - Zebra
Name

Nominal
2 alumunium mm2 400
area
Equivalent
3 cooper mm2 258
area
Stranding
4 and wire mm 54/3.18
diameter
(alumunium)

Laporan Kerja Praktik 21


Lanjutan Tabel 3.1 Spesifikasi penghantar kode Zebra

Stranding
5 and wire mm 7/3.18
diameter (steel)

6 Overall mm 28,62
Diameter

7 Total area mm2 428,9


alumunium

8 Total area mm2 55,60


steel
Total area
9 Alumunium mm2 484,5
dan steel

10 Weights Kg/km 1186


alumunium

11 Weights Kg/km 435


steel

12 Weights Kg/km 1621


total
Calculated
13 breaking kN 131,9
load
Maximum dc
14 resistance Ω/km 0,0674
at 200 C

Laporan Kerja Praktik 22


III.2 Prinsip Kerja Konduktor SUTT

Prinsip kerja konduktor SUTT yaitu mengalirkan aliran listrik dari satu wilayah
menuju wilayah lainnya. Aliran listrik pada konduktor mengalir melalui permukaan
konduktor atau yang disebut dengan skin effect. Skin effect terjadi karena tidak meratanya
distribusi arus pada penampang konduktor disepanjang saluran transmisi jarak jauh.
Fenomena ini muncul sesuai dengan peningkatan panjang efektif konduktor saluran
transmisi sehingga skin effect pada saluran pendek jarang ditemui. Skin effect hanya terjadi
pada jalur transmisi. Karena, sebuah kabel dengan ukuan tertentu terdiri dari beberapa
buah kabel kecil yang disebut dengan filamen n. Apabila kabel tersebut dialiri arus I, maka
masing –masing filamen tersebut memiliki arus sebesar i.sehingga total arus yang
melewati kabel adalah:

l=n.i (3.1)

Selama aliran arus bolak-balik (AC) melintasi konduktor, berarti semua filamen pada kabel
tersebut akan membawa arus sebesar l/n. Karena, pada setiap konduktor yang dialiri arus
akan menimbulkan fluks, maka ketika sekian banyak filamen dialiri listrik, maka akan
timbul flux yang saling terkait didalam kabel tersebut, baik filamen permukaan maupun
inti. Fluks yang terbentuk oleh filamen bagian terluar tidak memiliki keterkaitan fluks yang
cukup besar bila dibandingkan dengan fluks yang ditimbulkan oleh filamen disebelah
dalam dan semakin kedalam menuju inti kabel keterkaitan fluks semakin kuat. Dengan
meningkatnya fluks bagian inti kabel maka secara proporsional juga meningkatkan nilai
induktansi kabel ke arah inti. Hal ini menghasilkan reaktansi induktif lebih besar kearah
inti kabel dibandingkan dengan bagian luar konduktor. Tingginya nilai reaktansi dibagian
sebelah dalam (inti kabel) memaksa sebagian besar arus mengalir melalui permukaan luar
atau kulit sehingga menimbulkan fenomena yang disebut skin effect pada jalur transmisi.

III.3 Jenis-Jenis Konduktor SUTT

III.3.1 Bare Conductor OHL (Termasuk ACSR, TACSR dan ACCC)


Sebagai media pembawa arus pada SUTT/ SUTET dengan kapasitas arus sesuai
spesifikasi atau ratingnya yang direntangkan lewat tiang-tiang SUTT/ SUTET melalui
insulator-insulator sebagai penyekat konduktor dengan tiang. Pada tiang tension,

Laporan Kerja Praktik 23


konduktor dipegang oleh strain clamp/ compression dead end clamp, sedangkan pada
tiang suspension dipegang oleh suspension clamp.
Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
1. Konduktivitas tinggi
2. Kekuatan tarik mekanik tinggi
3. Berat jenis yang rendah
4. Ekonomis
5. Lentur/ tidak mudah patah
Biasanya konduktor pada SUTT/ SUTET merupakan konduktor berkas (stranded)
atau serabut yang dipilin, agar mempunyai kapasitas yang lebih besar dibanding
konduktor pejal dan mempermudah dalam penanganannya.
Jenis-jenis konduktor berdasarkan bahannya:
1. Konduktor Jenis Tembaga (BC: Bare copper)
Konduktor ini merupakan penghantar yang baik karena memiliki konduktivitas
tinggi dan kekuatan mekanik yang cukup baik.
2. Konduktor jenis aluminium
Konduktor dengan bahan aluminium lebih ringan daripada konduktor jenis
tembaga, konduktivitas dan kekuatan mekaniknya lebih rendah.Jenis-jenis konduktor
alumunium antara lain:
a. Konduktor ACSR (Alumunium Conductor Steel Reinforced)
Konduktor jenis ini, bagian dalamnya berupa steel yang mempunyai kuat
mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya berupa alumunium yang mempunyai
konduktivitas tinggi. Karena sifat elektron lebih menyukai bagian luar konduktor
daripada bagian sebelah dalam konduktor, maka pada sebagian besar SUTT
maupun SUTET menggunakan konduktor jenis ACSR. Untuk daerah yang
udaranya mengandung kadar belerang tinggi dipakai jenis ACSR/AS, yaitu
konduktor jenis ACSR yang konduktor steelnya dilapisi dengan aluminium.

Laporan Kerja Praktik 24


Gambar 3.1 Konduktor jenis ACSR/AS

b. Konduktor jenis TACSR (Thermal Aluminium Conductor Steel Reinforced)


Pada saluran transmisi yang mempunyai kapasitas penyaluran / beban sistem
tinggi maka dipasang konduktor jenis TACSR.Konduktor jenis ini mempunyai
kapasitas lebih besar tetapi berat konduktor tidak mengalami perubahan yang
banyak, tapi berpengaruh terhadap sagging.

Gambar 3.2 Konduktor Jenis TACSR

Laporan Kerja Praktik 25


Tabel 3.2 Daftar Konduktor yang dipergunakan untuk SUTT/SUTET

c. Konduktor jenis ACCC


Konduktor jenis ini, bagian dalamnya berupa komposit yang mempunyai kuat
mekanik tinggi, dikarenakan tidak dari bahan konduktif, maka bahan ini tidak
mengalami pemuaian saat dibebani arus maupun tegangan.Untuk konduktor jenis
ini tidak mengalami korosi cocok untuk daerah pinggir pantai, sedangkan bagian
luarnya berupa alumunium yang mempunyai konduktivitas tinggi. Konduktor
jenis ini dipilih karena memiliki karakteristik high conductivity & low sag
conductor.

Laporan Kerja Praktik 26


Gambar 3.3 Bagian-bagian Konduktor ACCC

Keunggulan Konduktor ACCC:


1. Daya Hantar:
 Konduktor ACCC dapat menyalurkan arus dua kali lipat dibanding
Konduktor biasa/konvensional.
 Core/Inti yang lebih ringan memungkinkan penambahan luas aluminium
sampai 28 % tanpa penambahan berat.
2. Mengurangi Losses
 Pada kondisi beban sama mengurangi losses 30 sampai 40% dibanding
konduktor dengan diamater dan berat yang sama.
3. Kekuatan Berat
 Hybrid Carbon Composite Core lebih kuat dan lebih ringan dari steel core/
inti Baja.
4. Bentang lebih Panjang
 Lebih kuat dan dimensi yang stabil memungkinkan span lebih panjang atau
tower yg lebih rendah.

Laporan Kerja Praktik 27


Tabel 3.3 Daftar Konduktor Jenis ACCC

III.3.2 Konduktor Joint (Midspan Joint)


Sambungan konduktor adalah material untuk menyambung konduktor penghantar
yang cara penyambungannya dengan alat press tekanan tinggi.
Sambungan (joint) harus memenuhi beberapa syarat antara lain:
1. Konduktivitas listrik yang baik
2. Kekuatan mekanik yang besar

Laporan Kerja Praktik 28


Ada 2 jenis teknik penyambungan konduktor penghantar ACSR, TACSR& ACCC,
yaitu:
1. Sambungan dengan puntiran (sekarang sudah jarang dipergunakan)
2. Sambungan dengan press
Sambungan konduktor penghantar dengan press terdiri dari:
a. Selongsong steel, berfungsi untuk menyambung steel atau bagian dalam
konduktor penghantar ACSR &TACSR.
b. Selongsong aluminium berfungsi untuk menyambung aluminium atau bagian
luar konduktor penghantar ACSR &TACSR.
c. Selongsong steel, berfungsi untuk menyambung Composite Carbon dalam
konduktor penghantar ACCC.
d. Selongsong aluminium berfungsi untuk menyambung aluminium atau bagian
luar konduktor penghantarACCC.

Gambar 3.4 Bagian sambungan konduktor (a) selongsong steel (b) selongsong
Alumunium (c) selongsong steel ACCC (d) selongong alumunium ACCC.

Penempatan midspan joint harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


a. Diusahakan berada di tengah-tengah gawang atau bagian terendah dari andongan
konduktor.
b. Tidak boleh berada di dekat tower tension
c. Tidak boleh di atas jalan raya, rel KA, SUTT, dan lain-lain.

Laporan Kerja Praktik 29


III.3.3 Jumper Conductor ( Konduktor Jumper)
Jumper Conductor digunakan sebagai penghubung konduktor pada tiang tension.
Besar penampang, jenis bahan, dan jumlah konduktor pada konduktor penghubung
disesuaikan dengan konduktor yang terpasang pada SUTT/ SUTET tersebut.

Gambar 3.5 Jumper Conductor

Jarak Jumper conductor dengan tiang diatur sesuai tegangan operasi dari SUTT /
SUTET konduktor pada tiang tension SUTET umumnya dipasang counter weight
sebagai pemberat agar posisi dan bentuk konduktor penghubung tidak berubah. Pada
tiang tertentu perlu dipasang insulator support untuk menjaga agar jarak antara
konduktor penghubung dengan tiang tetap terpenuhi. Untuk menjaga jarak dan
pemisah antar Jumper Conductor pada konfigurasi 2 konduktor atau 4 konduktor perlu
dipasang twin spacer ataupun quad spacer.

III.4 Kawat Ground Steel Wire (GSW)/ Optic Ground Wire (OPGW)

Kawat GSW/ OPGW adalah media untuk melindungi konduktor fasa dari sambaran
petir. Kawat ini dipasang di atas konduktor fasa dengan sudut perlindungan yang sekecil
mungkin, dengan anggapan petir menyambar dari atas konduktor. Namun, jika petir
menyambar dari samping maka dapat mengakibatkan konduktor fasa tersambar dan dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan.

Laporan Kerja Praktik 30


Gambar 3.6 Kawat GSW/OPGW

Kawat GSW/ OPGWterbuat dari baja yang sudah digalvanis, maupun sudah dilapisi
dengan aluminium. Pada SUTET yang dibangun mulai tahun 1990an, di dalam ground
wire difungsikan fiber optic untuk keperluan telemetri, teleproteksi maupun
telekomunikasi yang dikenal dengan OPGW (Optic Ground Wire), sehingga mempunyai
beberapa fungsi.
Jumlah Kawat GSW/ OPGWpada SUTT maupun SUTET paling sedikit ada satu
buah di atas konduktor fasa, namun umumnya dipasang dua buah. Pemasangan satu buah
konduktor tanah untuk dua penghantar akan membuat sudut perlindungan menjadi besar
sehingga konduktor fasa mudah tersambar petir.
Pada tipe tower tension, pemasangan Kawat GSW/ OPGW dapat menggunakan dead
end compression dan protection rods yang dilengkapi helical dead end . Sedangkan pada
tipe tower suspension digunakan suspension clamp untuk memegang kawat GSW/OPGW.

III.3.5 Rumus Perhitungan Rugi-Rugi Saluran Transmisi


Dalam melakukan perhitungan rugi-rugi saluran transmisi dan kerugian finansial
menggunakan rumus sebagai berikut:
 Rugi-rugi daya (Plosses)
Plosses = 3. I2. R (3.2)
Keterangan : Plosses = Rugi-rugi daya (watt)
I = Arus yang disalurkan (Ampere)
R = Tahanan saluran (Ω/km)
3 = Jumlah Fasa

Laporan Kerja Praktik 31


 Energi listrik (E)
E=pxt (3.3)

Keterangan : E = Energi listrik (watt.jam)


p = Daya alat listrik (watt)
t = Lama pemakaian (jam)

𝜀
 Biaya listrik = (1000) x TTL (3.4)

𝜀
Keterangan : (1000) = Pemakaian listrik (kwh)

TTL = Tarif tenaga listrik (Rp)

Laporan Kerja Praktik 32


BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISIS

IV.1 Parameter Perhitungan

Parameter perhitungan adalah data-data yang dibutuhkan untuk menghitung rugi-


rugi pada saluran udara tegangan tinggi dan kerugian material. Untuk parameter-
parameter perhitungan didapatkan dari aliran listrik yang mengalir dari GI New
Rancakasumba-GI Rancaekek, yaitu:

Parameter Sumber
Arus Penghantar Bay Control Unit (BCU) / Human
Machine Interface (HMI)
Daya nyata Bay Control Unit (BCU) / Human
Machine Interface (HMI)
Tahanan Penghntar Conductor Data Sheet Alumunium
Conductor Steel Reinforced (ACSR)
Tarif Tenaga Listrik (TTL) Website PLN

IV.2 Perhitungan Rugi-Rugi

IV.2.1 Perhitungan Rugi-rugi pada beban Puncak

Tabel 4.1 Parameter perhitungan rugi-rugi


Beban Penghantar 150 KV Bulan Juli
GI New Rancakasumba – GI Rancaekek
Tanggal Pukul 10:00 Pukul 14:00 Pukul 16:00 Pukul19:00
I P I (A) P I (A) P I (A) P
A MW A MW A MW A MW
1 340 -87 330 -85,7 331 -86,68 303 -80,41
2 358 -95 329 -85 320 -82 302 -79,9
3 184 -42 146 -33,26 138 -30,49 129 -28,1
4 132 -26 132 -25 113 -19 123 -22
5 120 -21 134 -20 130 -19 130 -19
6 128 7,11 108 7,5 138 -17,8 138 -18,75
7 129 -18,1 128 -18,9 121 -14,2 139 -20,76
8 130 -25,4 129 -27 138 -24 111 -20
9 218 -46,8 210 -46 201 -43 164 -35
10 165 -16 156 -13,1 147 -9,46 165 -10

Laporan Kerja Praktik 33


Lanjutan Tabel 4.1 Parameter Perhitungan rugi-rugi
Beban Penghantar 150 KV Bulan Juli
GI New Rancakasumba – GI Rancaekek
Tanggal Pukul 10:00 Pukul 14:00 Pukul 16:00 Pukul 19:00
I P I (A) P I (A) P I (A) P
A MW A MW A MW A MW
11 144 -8,8 126 -6,9 126 -2,1 135 -6,3
12 156 -5,8 181 1,44 190 5,3 235 28
13 204 -4 204 4,8 194 6,7 219 2,7
14 211 1,71 211 -40,11 202 2,77 220 0,38
15 179 -0,5 149 -7,3 158 -6,12 186 -5,1
16 133 -3,1 142 -32 131 -28,6 166 -22,43
17 149 -2,8 148 -1,88 149 4,71 166 2,11
18 168 0,9 162 19,22 184 22,3 192 18,6
19 212 33 239 22,04 243 26 240 22,6
20 233 23 227 21,3 255 24 246 19
21 237 21 228 20 238 20 255 23
22 226 14,85 226 9,65 253 9,94 206 15,9
23 136 -8,7 145 12,8 154 -8,2 109 1,16
24 169 23,18 189 24,3 198 27,5 207 23,88
25 199 28,6 150 18,6 156 22,54 185 24,1
26 145 24,2 175 23,5 202 27,8 202 27
27 186 27 213 25 231 29,1 240 25,8
28 221 29,4 230 32,2 233 32,1 232 29
29 157 26,6 157 -14,1 148 14,8 157 18
30 101 -7,5 79 -8,8 73 -7,2 65 -2,7
31 199 24 227 32,1 227 35,6 220 333,8

Perhitungan
Pada perhitungan ini menggunakan rumus :
Plosses = 3.I2.R
Dimana (Ω) hambatan pada konduktor ACSR code Zebra yaitu 0,0674 (Ω/km).
Sedangkan panjang penghantar GI New Rancakasumba - GI Rancaekek yaitu 6420
meter. Sehingga hambatan sepanjang Jalur GI New Rancakasumba – GI Rancaekek
adalah 0,4327 Ω.

1. Pukul 10:00
Tanggal (1) = 3 x 3402 x 0,4327 = 150060 W: 1000000 = 0,15006 MW
Tanggal (2) = 3 x 3582 x 0,4327 = 166370 W: 1000000 = 0,16637 MW
Tanggal (3) = 3 x 1842 x 0,4327 = 43950 W: 1000000 = 0,04395 MW

Laporan Kerja Praktik 34


2. Pukul 14:00
Tanggal (1) = 3 x 3302 x 0,4327 = 141370 W: 1000000 = 0,14137 MW
Tanggal (2) = 3 x 3292 x 0,4327 = 140510 W: 1000000 = 0,14051 MW
Tanggal (3) = 3 x 1462 x 0,4327 = 27670 W: 1000000 = 0,02767 MW

3. Pukul 16:00
Tanggal (1) = 3 x 3312 x 0,4327 = 142220 W: 1000000 = 0,14222 MW
Tanggal (2) = 3 x 3202 x 0,4327 = 132930 W: 1000000 = 0,13293 MW
Tanggal (3) = 3 x 1382 x 0,4327 = 24720 W: 1000000 = 0,02472 MW

4. Pukul 19:00
Tanggal (1) = 3 x 3032 x 0,4327 = 119180 W: 1000000 = 0,11918 MW
Tanggal (2) = 3 x 3022 x 0,4327 = 118390 W: 1000000 = 0,11839 MW
Tanggal (3) = 3 x 1292 x 0,4327 = 21600 W: 1000000 = 0,02160 MW

5.Rugi-rugi Perhari
Persamaan yang digunakan dalam menghitung Plosses/hari, yaitu:
Ploss1+ploss2+ploss3+ploss4
Plosses/hari = x 24
4

Keterangan: Ploss1 = rugi-rugi jam 10:00


Ploss2 = rugi-rugi jam 14:00
Ploss3 = rugi-rugi jam 16:00
Ploss4 = rugi-rugi jam 19:00

Perhitungan
0,15006+0,14137+0,14222+0,11918
Tanggal (1) = x 24 = 3,31699 MW
4
0,16637+0,14051+0,13293+0,11839
Tanggal (2) = x 24 = 3,34923 MW
4
0,04395+0,02767+0,024723+0,02160
Tanggal (3) = x 24= 0,70766 MW
4

Laporan Kerja Praktik 35


Tabel 4.2 Data Perhitungan Losses pada beban puncak, losses perjam dan losses perhari

Rata-rata
Ploss 1 Ploss 2 Ploss 3 Ploss 4 Ploss/Hari
Tanggal Ploss/Jam
MW MW MW MW MW MW
1 0,15006 0,14137 0,14222 0,11918 0,13821 3,31699
2 0,16637 0,14051 0,13293 0,11839 0,13955 3,34923
3 0,04395 0,02767 0,02472 0,02160 0,02949 0,70766
4 0,02262 0,02262 0,01658 0,01964 0,02036 0,48871
5 0,01869 0,02331 0,02194 0,02194 0,02147 0,51527
6 0,02127 0,01514 0,02472 0,02472 0,02146 0,51512
7 0,02160 0,02127 0,01901 0,02508 0,02174 0,52174
8 0,02194 0,02160 0,02472 0,01599 0,02106 0,50554
9 0,06169 0,05725 0,05245 0,03491 0,05157 1,23779
10 0,03534 0,03159 0,02805 0,03534 0,03258 0,78195
11 0,02692 0,02061 0,02061 0,02366 0,02295 0,55077
12 0,03159 0,04253 0,04686 0,07169 0,04817 1,15602
13 0,05402 0,05402 0,04886 0,06226 0,05479 1,31497
14 0,05779 0,05779 0,05297 0,06283 0,05785 1,38831
15 0,04159 0,02882 0,03241 0,04491 0,03693 0,88637
16 0,02296 0,02618 0,02228 0,03577 0,02680 0,64312
17 0,02882 0,02843 0,02882 0,03577 0,03046 0,73107
18 0,03664 0,03407 0,04395 0,04785 0,04063 0,97506
19 0,05834 0,07415 0,07665 0,07477 0,07098 1,70351
20 0,07047 0,06689 0,08441 0,07856 0,07508 1,80200
21 0,07291 0,06748 0,07353 0,08441 0,07458 1,79002
22 0,06630 0,06630 0,08309 0,05509 0,06770 1,62471
23 0,02401 0,02729 0,03079 0,01542 0,02438 0,58507
24 0,03708 0,04637 0,05089 0,05562 0,04749 1,13977
25 0,05141 0,02921 0,03159 0,04443 0,03916 0,93981
26 0,02729 0,03976 0,05297 0,05297 0,04325 1,03791
27 0,04491 0,05889 0,06927 0,07477 0,06196 1,48707
28 0,06340 0,06867 0,07047 0,06987 0,06810 1,63450
29 0,03200 0,03200 0,02843 0,03200 0,03111 0,74656
30 0,01324 0,00810 0,00692 0,00548 0,00844 0,20248
31 0,05141 0,06689 0,06689 0,06283 0,06200 1,48811

Laporan Kerja Praktik 36


IV.2.2 Perhitungan Kerugian Material
Pada perhitungan kerugian finansial ini menggunakan persamaan :

𝜀
Biaya listrik = (1000) x TTL

𝜀
Keterangan : (1000) = Pemakaian listrik (kwh)

TTL = Tarif tenaga listrik (Rp)

Tabel 4.3 Parameter Perhitungan kerugian material

Ploss/Hari Ploss/Hari
Tanggal
MW kwh
1 3,31699 3316,99241
2 3,34923 3349,23002
3 0,70766 707,66191
4 0,48871 488,71253
5 0,51527 515,27215
6 0,51512 515,11637
7 0,52174 521,74459
8 0,50554 505,53622
9 1,23779 1237,79499
10 0,78195 781,95095
11 0,55077 550,76545
12 1,15602 1156,02096
13 1,31497 1314,96586
14 1,38831 1388,31246
15 0,88637 886,37464
16 0,64312 643,11659
17 0,73107 731,06709
18 0,97506 975,05728
19 1,70351 1703,50736
20 1,80200 1801,99602
21 1,79002 1790,02472
22 1,62471 1624,70863
23 0,58507 585,07487
24 1,13977 1139,76585
25 0,93981 939,80543
26 1,03791 1037,91245
27 1,48707 1487,07374
28 1,63450 1634,49908

Laporan Kerja Praktik 37


Lanjutan Tabel 4.3 Parameter perhitungan kerugian material

Ploss/Hari Ploss/Hari
Tanggal
MW kwh
29 0,74656 746,55890
30 0,20248 202,47619
31 1,48811 1488,10964

Tabel 4.4 Data tarif daya listrik PLN

Daya listrik Tarif listrik Keterangan


VA Rp/kwh
450 VA 415 Subsidi
900VA 1352 Non Subsidi
1300 VA 1467,28 Non Subsidi
2200 VA 1467,28 Non Subsidi
3500 VA
s.d. 5500
VA 1467,28 Non Subsidi
6600 VA
s.d. 200
KVA 1467,28 Non Subsidi
Rata-rata
1272,69
tarif listrik

Perhitungan

Tanggal (1) = 3316,99241 kwh x Rp 1272,69 = Rp 4221503,07


Tanggal (2) = 3349,23002 kwh x Rp 1272,69 = Rp 4262531,55
Tanggal (3) = 707,66191 kwh x Rp 1272,69 = Rp 900634,24

Tabel 4.5 Data perhitungan kerugian material

Ploss/Hari Ploss/Hari Rugi finansial


Tanggal
MW kwh Rp
1 3,31699 3316,99241 4221503,07
2 3,34923 3349,23002 4262531,55
3 0,70766 707,66191 900634,24
4 0,48871 488,71253 621979,55
5 0,51527 515,27215 655781,71
6 0,51512 515,11637 655583,46
7 0,52174 521,74459 664019,13
8 0,50554 505,53622 643390,89

Laporan Kerja Praktik 38


Lanjutan Tabel 4.5 Data perhitungan kerugian material

Rugi
Ploss/Hari Ploss/Hari
Tanggal finansial
MW Kwh Rp
9 1,23779 1237,79499 1575329,30
10 0,78195 781,95095 995181,16
11 0,55077 550,76545 700953,69
12 1,15602 1156,02096 1471256,32
13 1,31497 1314,96586 1673543,90
14 1,38831 1388,31246 1766891,39
15 0,88637 886,37464 1128080,15
16 0,64312 643,11659 818488,06
17 0,73107 731,06709 930421,77
18 0,97506 975,05728 1240945,65
19 1,70351 1703,50736 2168036,78
20 1,80200 1801,99602 2293382,32
21 1,79002 1790,02472 2278146,57
22 1,62471 1624,70863 2067750,43
23 0,58507 585,07487 744618,94
24 1,13977 1139,76585 1450568,60
25 0,93981 939,80543 1196080,97
26 1,03791 1037,91245 1320940,79
27 1,48707 1487,07374 1892583,87
28 1,63450 1634,49908 2080210,64
29 0,74656 746,55890 950138,05
30 0,20248 202,47619 257689,42
31 1,48811 1488,10964 1893902,26

Jumlah Losses listrik 35.767,205 kWh


Jumlah Kerugian materi Rp 45.520.564,00

VI.3 Analisis
Dari hasil perhitungan rugi-rugi saluran transmisi GI New Rancakasumba – GI
Rancaekek selama bulan Juli 2017 cukup besar. Kehilangan daya cukup besar pada
pukul 10.00 terjadi pada tanggal 2 Juli dengan losses 0,16637 MW, Pada pukul 14.00
kehilangan cukup besar pada tanggal 1 Juli dengan losses 0,12137 MW, pada pukul
16.00 kehilangan cukup besar terjadi pada tanggal 1 Juli dengan losses 0,14222 MW,
dan kehilangan terbesar pada pukul 19.00 terjadi pada tanggal 1 Juli dengan losses
0.11918 MW. Sedangkan kehilangan terendah pada pukul 10.00 terjadi pada tanggal 30

Laporan Kerja Praktik 39


Juli dengan losses 0,01324 MW, pada pukul 14.00 terjadi pada tanggal 30 Juli dengan
losses 0,00810 MW, Pada pukul 16.00 kehilangan cukup besar pada tanggal 30 Juli
dengan losses 0,00692 MW, dan kehilangan terbesar pada pukul 19.00 terendah terjadi
pada tanggal 30 Juli dengan losses 0,00548 MW. Terjadinya rugi-rugi daya pada
saluran transmisi ini menunjukan bahwa tidak semua daya yang dikirim oleh GI New
Rancakasumba diterima seutuhnya oleh GI Rancaekek. Rugi-rugi daya tersebut
dikarenakan pada proses pengiriman, tekanan arus mengalir melebihi batas resistansi
sehingga mengakibatkan penghantar menjadi panas.

Pada tabel 4.5 Kehilangan daya pada saat proses pengiriman dari GI New
Rancakasumba ke GI Rancaekek selama satu bulan (31 hari) sebesar 35767,205 kWh.
Rugi-rugi daya pada sistem transmisi berdampak pada kerugian materi yang di alami
oleh PT. PLN (Persero). Dana kerugian dapat dilihat pada tabel 7. Kerugian dapat
dihitung dengan hilangnya daya dalam satu bulan (kWh) dan dikalikan dengan biaya
per kWh pada tarif tenaga listrik, sehingga kerugian yang dialami PT. PLN (Persero)
akibat dari rugi-rugi daya pada saluran transmisi GI New Rancakasumba ke GI
Rancaekek mencapai Rp 45.520.564,00 dalam satu bulan.

Laporan Kerja Praktik 40


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelusuran objek dan perhitungan rugi-rugi pada saluran pada
penghantar GI New Rancakasumba ke GI Rancaekek, dapat disimpulkan:

1. Komponen-komponen Saluran transmisi terdiri dari Menara transmisi,


Konduktor, Kawat Ground Steel Wire (GSW), Arrester dan Isolasi.
2. Konduktor yang digunakan jenis ACSR (Alumunium Conductor Steel
Reinforced) type Zebra dengan Resistansi sebesar 0,0674 (Ω/KM).
3. Dari perhitungan didapatkan losses pada penghantar sebesar 35.767,205
kWh.
4. Sedangkan untuk kerugian materi yang dialami selama satu bulan dengan
menggunakan tarif tenaga listrik rata-rata sebesar Rp 45.520.564,00.

V.2 Saran
Setelah mengetahui losses pada saluran transmisi dan kerugian materi yang dialami
oleh PT.PLN (Persero), perlu dilakukan berapa rekomendasi :

1. Memperkecil tahanan konduktor dengan cara memperluas penampang


konduktornya atau mengganti jenis type konduktornya dengan penampang
yang lebih luas.
2. Melakukan peninggian tegangan transmisi. Karena, besarnya rugi-rugi
berbanding terbalik dengan kuadrat tegangan transmisi.

Laporan Kerja Praktik 41

Anda mungkin juga menyukai