Anda di halaman 1dari 30

SAMBUNGAN LAS

AHMAD YUSRAN AMINY


Perumahan Dosen Tamalanrea Blok R no. 39
HP. 085255668981
SAMBUNGAN LAS (WELD)
PROSES PENGELASAN

 Las Otohin dengan gas asetelin dan zat asam (untuk


sambungan pipa, pelat-pelat tipis dan panjang las
yang kecil).

 Las Busur Cahaya Arang, bisa dilakukan tanpa


tambahan bahan.

 Las Busur Cahaya dengan kedua ujung sambungan


sebagai pool (misal : pada mata rantai, batang baja
beton, pipa pemanas uap).
JENIS SAMBUNGAN LAS
TEKNIK PENGELASAN
Posisi pengelasan atau sikap pengelasan adalah pengaturan posisi dan
gerakan arah dari pada elektroda sewaktu mengelas. Adapun pisisi mengelas
terdiri dari empat macam yaitu:

1. Posisi di Bawah Tangan


Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan pada
permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan
elektroda las sekitar 10º - 20º terhada garis vertikal dan 70º - 80º terhadap
benda kerja.

2. Posisi Tegak (Vertikal)


Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas
atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena
bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil
dengan kemiringan elektroda sekitar 10º - 15º terhada garis vertikal dan 70º
- 85º terhadap benda kerja.
3. Posisi Datar (Horisontal)
Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga mengelas
merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah
elektroda mengikuti horisontal. Sewaktu mengelas elektroda
dibuat miring sekitar 5º - 10º terhada garis vertikal dan 70º -
80º kearah benda kerja.

4. Posisi di Atas Kepala (Over Head)


Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena
bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh
karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap antara
lain: Baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya.
Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian
atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5º - 20º terhada
garis vertikal dan 75º - 85º terhadap benda kerja.
 Las Titik, untuk menggabungkan pelat-pelat yang agak tipis
menjadi satu.
 Las Busur Cahaya, dengan batang las / batang Elektrode (LAS
LUMER / LAS LISTRIK).

Bentuk Las :
 Las Sudut (80% Fillet Weld)
 Las Tumpul (Groove Weld)

Las Sudut :
 Las Cekung (Gbr A).
 Las Cembung (Gbr. B).
 Las Pipih (Gbr. C).
las
cekung

Gambar
a 1-A

las
las cembung
pipih

a a
Gambar 1-B Gambar 1-C
 Las sudut yang letaknya diujung, disebut las Kepala (K).
 Las Sudut yang letaknya di kanan-kiri disebut Las Tepi (T).

 Umumnya Las Sudut dibuat sama sisi.

 Bila Las Sudut dibikin tidak sama sisi dan lebih dari satu

lapis, maka pelaksanaannya seperti berikut :

Gambar 1-E Gambar 1-F


Las Tumpul :
A. Tanpa Pekerjaan Pendahuluan (Pelat Tipis).
 las satu belah (Gbr. 2-G)
 las dua belah (Gbr.2-H)

 = 1 s/d 4 mm

s
Gambar 2-G

= 4 s/d 8mm
S
Gambar 2-H
B. Dengan Pekerjaan Pendahuluan :
 Las satu belah V Gbr.2-I)

70 + 90

Gambar 2-I

Las V – terbuka (hanya untuk Konstruksi yang tidak


memikul beban dinamis)
  70
Las V – terbuka
3


..2
8 Min. 2

Las V – tertutup
  60

0.
5
8…

…..
20
… - cacat
.3
b a

Ruang kosong – bahaya takik


 Las dua belah, las V dengan las balik (Gbr.2-J dan Gbr.2-
K)
 Las dua belah, las X-simetris (Gbr.2-K) dan las X-tidak
(Gbr.2-L)

70+90

4 - 12 S = 4 s/d 12 mm

Gbr.2-J
70 + 90

S
takik celah (kosong)
Gambar 2-K Las X – simetris
  70

1/2 s
3
40
12

S = 12 s/d 40 mm

1/2 s
  70
Gambar 2-L
Las X – tidak simetris
  70

2/3 s
30
12 3

1/3 s
Gbr. 2-M
Perhitungan Sambungan Las

Perumusan Umum :
Jika tidak bertentangan dengan ke-seimbangan dari bagian-
bagian kons-truksi yang disambungkan, maka gaya yang harus
dipindahkan dianggap ter-bagi rata atas potongan memanjang
yang terkecil dari rigi-rigi las.
Syarat-syarat Umum untuk Merencanakan
 Dihindarkan berkumpulnya rigi-rigi las.

 Titik berat dari potongan rigi-rigi las diletakkan pada garis

kerja dari gaya yang dipindahkan.


 Dihindarkan adanya perubahan mendadak dari potongan.
 Pengelasan dalam kedudukan yang sulit agar dihindarkan.
 Mengambil ukuran dari bagian-bagian yang hendak
disambung-kan sebesar mungkin, agar penge-lasan menjadi
sesedikit mungkin.
 Pengelasan di tempat pembangun-an dibatasi.
 Memasang las penutup pada sela-sela yang dapat kemasukan
air dan menimbulkan karatan, dengan mempergunakan
batang las dari bahan yang mudah mengulur. Sedangkan
antara las sudut kepala dan las sudut tepi dibuatkan bentuk
peralihan yang baik.

.
 Perhitungan harus jelas dan mudah dapat dikontrol.
Bentuk dan ukuran dari las harus mudah dibaca dari
gambar.

Perhitungan
A) Panjang Netto Las-Sudut :
(Peraturan Tentang Sambungan Las / PPBB I Ps. 8-5).

Tiap rigi las mempunyai tebal “a” dan panjang :


L netto = L bruto – 3a
Agar panjang dikedua ujung las tidak meleleh, maka panjang
las dibatasi :
L < 40 a
L > 8 @ 10 a, atau L > 4 cm
a
I netto
kepala
kawah 9
I bruto

t Gambar 3-A
Catatan :
Jika diperlukan panjang las > 40a, maka pengelasan harus
dilakukan terputus-putus sbb :
 Batang Tekan
Jarak antara bagian-bagian las  16 t atau 30 cm.

 16 t atau 30 cm

 Batang Tarik
Jarak antara bagian-bagian las  24 t atau 30 cm.

 24 t atau 30 cm
t = tebal terkecil antara elemen yang dilas
t

B)Tebal Rigi-rigi las (a)


Dihitung berdasarkan :
 Dalamnya pembakaran terhadap pelat-pelat yang
disambungnya : S1

S2
a  s  1 mm ; bila s  5 s/d 9 mm
2

a  s  2 mm ; bila s  10 s/d 13 mm
2
s  14 mm  pengelasan lebih dari 1 lapis
(s  tebal terkecil antara s1 & s2 )

 Tebal pelat yang dipegang


“Rumus STAHL IN HOCHBALL”
1
a

s1 a  1 s 2, atau
s2 2
a  0,7 s
Baja Baja

a 2

a1 a1

t1 t2 t1
t t

Jika t 1 < t, maka Jika t1 < t, maka


a1  0.7 t 1 a1  0.7 t1
Jika t2 < t, maka
a2  0.7 t2

Baja Baja siku

a1 a2
a1

t1 1,2
d d
t t

Jika t1 < t, maka Jika d < t, maka


a1  0.7 t1 a1  0.7 t1
Jika 1,2d < t, maka
a2  0.7 x 1,2d = 0,84d
C. Rumus-rumus dasar untuk penetapan kekuatan
dari pelbagai bentuk sambungan.

1. Tegangan normal yang diizinkan dalam suatu las


disamakan dengan tegangan tarik yang diizinkan ( t )
untuk St.37.

2. Jika garis kerja dari gaya yang harus dipindahkan


membuat satu sudut  dengan bidang dari poto-ngan yang
memindahkan gaya itu, maka sesuai dengan teori-patahan
dari Huber Hencky tegangan yang diizinkan dalam jurusan
garis kerja (   ) diperhitungkan dengan rumus:
σα  σ
sin2α  3cos 2α

σα  P  σα
A
σα
σi  σ2  3σ 2
 σi  σ
c
Dalam hal mana  =  dari St.37 (lihat Gbr. 3-C)
Untuk  = 0º , jadi gaya terletak dalam bidang potongan
yang memindahkan gaya,   = 0.58 
Untuk  = 90º , jadi gaya terletak atas bidang potongan
yang memindahkan gaya,   = 1000 
bidang potong yang
memindahkan gaya

T garis kerja gaya


yang dipindahkan

Gambar 3 -C
3. Nilai dari  max
Pada Gbr.3-D terlihat bahwa gaya P membagi diri dalam
dua gaya Q yang masing-masing membagi diri lagi dalam
satu gaya V dan satu gaya H. Kedua gaya V saling hapus,
sehingga tinggal P = 2H.

Q e Q
H
d V
P
d V

e H
Q Q
Rumus : Cos α - β H atau
Q
H  Q cos (α - β).

Q  σ α x a  σ α x 1 F, jika F  2a
2
P  2H  2 cos (α - β)

 2 x σ α x 1 F cos (α - β)
2
 σ α F cos (α - β)

σα
P x σ F cos (α - β)
σ
cos (α - β)
Maka : P  σF x σ F cos (α - β)
sin α  3cos α
2 2

 σ F x γ , dalam hal mana

cos (α - β)
γ
sin2 α  3cos 2 α
γ menjadi maksimum, jika :
tg α  3 tg β.
Selanjutny a didapat rumus :

1  2 sin 2 β
γ max 
3
Dengan mengambil nilai  meningkat dengan 5º , maka
untuk nilai  = 45º sampai dengan 70º (nilai  yang praktis
masih dipakai) didapat nilai  max.
4. Rumus-rumus dasar tentang besar-nya P yang dapat dipikul
oleh satu macam sambungan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai