DISUSUN OLEH :
SARWAN
D021 17 1319
TEKNOPRENEURSHIP A
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
LATAR BELAKANG .................................................................................... 4
RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 5
TUJUAN PENULISAN ................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................. 6
PENGERTIAN BREAK EVEN POINT ........................................................ 6
METODE PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT (BEP) ...................... 20
JENIS BIAYA BERDASARKAN BREAK EVEN POINT ........................ 28
PENUTUP ......................................................................................................... 30
KESIMPULAN ............................................................................................ 30
SARAN ........................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 33
iii
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam dunia bisnis, informasi merupakan alat yang penting bagi
manajemen untuk membantu menggerakkan dan mengembangkan kegiatan
perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu perusahaan
tergantung pada sistem informasi akuntansi manajemen (Mulyadi, 1993).
Dengan menggunakan informasi akutansi manajemen, maka akan
membantu manajemen dalam pengambilan keputusan secara efektif,
mengurangi ketidakpastian dan mengurangi resiko dalam memilih alternatif.
Dengan menggunakan informasi manajemen ini, bisa dilakukan
pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan informasi akuntansi
manajemen menekankan hubungan antara informasi keuangan dengan
manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan
pelaksanaannya.
Break Even Point yang biasa disingkat dengan BEP, yang di Indonesia
kita kenal dengan Titik Impas adalah salah satu bentuk dari sekian banyak
informasi akuntansi manajemen yang dipakai menganalisa hubungan antara:
Revenue/Sales, Cost, Volume & Profit.
Analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan
untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama
dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break
even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi,
harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan
untuk mengambil kebijaksanaan.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka munculah rumusan masalah
sebagai berikut :
1) Apa yang dimaksud dengan Break Even Point (Analisis Pulang
Pokok)
2) Apasaja asumsi – asumsi Analisis Break Even Point dan Bagaimana
model rumus yang dapat digunakan dalam analisis BEP ?
3) Sejauh mana alat analisis ini bisa diterapkan dalam menjawab
persoalan bisnis ?
4) Apakah Break Even Point (BEP) memiliki suatu keterbatasan ?
5
PEMBAHASAN
6
Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus
dicapai perusahaan, disamping hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih mudah
ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih
dulu berapa titik impasnya. Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah
produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami
kerugian ataupun keuntungan.
Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan
nama analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis
keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan.
Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba (profit
planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila perusahaan
ingin mengeluarkan suatu produk baru. Artinya dalam memproduksi produk
baru tentu berkaitan dengan maslah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian
penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau
dijual kekonsumen.
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil
penjualan sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam
kondisi tidak laba dan tidak rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui titik
BEP, kita akan dapat mengetahui bagaimana hubungan antara biaya tetap,
biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (penjualan atau produksi).
Oleh karena itu, analisis ini juga sering disebut dengan nama cost profit
volume analysis.
Analisis BEP juga memberikan pedoman tentang berapa jumlah
produk minimal, yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar
perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal. Artinya dengan
memproduksi sejumlah barang dengan kapasitas produksi yang dimilikinya,
perusahaan akan tahu batas minimal yang harus dijual dan keuntungan
maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arti analisis BEP adalah
suatu keadaan di mana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak
memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya
dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah
7
biaya yang dikeluarkan. Lebih lanjut harus dijual agar kita memperoleh
keuntungan, baik dalam volume penjualan dalam unit maupun rupiah.
Analisis break even point (Analisis Pulang Pokok) digunakan untuk
menentukan hal-hal seperti: (1) jumlah penjualan minimum yang harus
dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan
minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus dibuat, (2)
jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah
direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan
untuk memperoleh laba tersebut, (3) mengukur dan menjaga agar penjualan
dan tingkat produksi tidak lebih kecil dari BEP, dan (4) menganalisis
perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau tingkat
produksi. Sehingga analisis terhadap BEP merupakan suatu alat perencanaan
penjualan dan sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara
minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus memperoleh
keuntungan berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP-nya
(Prawirasentono, 1997).
Analisis BEP bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit maupun
rupiah yang menunjukan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui
titik tersebut, berarti dalam padanya belum diperoleh keuntungan atau dengan
kata lain tidak untung tidak rugi. Sehingga dikala penjualan permisi lewat
melebihi BEP maka mulailah keuntungan diperoleh. Sasaran analisis BEP
tidak lain mengetahui pada tingkat volume berapa titik impas berada.
Dalam kondisi lain, analisis BEP pun digunakan untuk membantu
pemilihan jenis produk atau proses dengan mengidentifikasi produk atau
proses yang mempunyai total biaya terendah untuk suatu volume harapan.
Sedangkan dalam pemilihan lokasi, analisis BEP dipakai untuk menentukan
lokasi berbiaya total terendah, yang berarti total pendapatan tertunggi untuk
kapasitas produksi yang ditentukan. Analisis BEP dibedakan antara
penggunaan untuk produk tunggal dan atau untuk beberapa produk sekaligus.
Mayoritas perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu produk
menggunakan fasilitas yang sama.
8
Manfaat analisis BEP menurut Sutrisno (2000) adalah: (1)
perencanaan produksi dan penjualan sesuai target laba yang di inginkan, (2)
perencanaan harga jual normal atas barang yang di hasilkan untuk mencapai
laba yang ditargetkan dengan memproyeksikan target penjualan, (3)
perencanaan dan pemilihan metode produksi yang digunakan dan (4)
penentuan titik tutup pabrik (shut down point), yaitu ketika penjualan tidak
mampu menutup biaya variabel dan biaya tetap tunai.
Analisis Break Even Point secara umum dapat memberikan informasi
kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan,
cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan
tertentu. Analisis Break Even Point dapat membantu pimpinan dalam
mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
a) Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
b) Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
c) Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
d) Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Dalam menggunakan analisis BEP, harus dipenuhi asumsi-asumsi
dasar sebagai berikut:
1. Biaya di dalam perusahaan digolongkan kedalam dua jenis biaya,
yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Jika ada biaya semi variabel
harus dialokasikan kedalam dua jenis biaya tersebut.
2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsionil
dengan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel
per unitnya adalah tetap sama.
3. Harga jual per unit tidak berubah selama periode analisis.
4. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada
perubahan volume produksi/penjualan. ini berarti bahwa biaya tetap
per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
9
5. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila
diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan
penjualan antara masing-masing produk harus tetap.
Berikut beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis Break
Even Point (BEP) yakni sebagai berikut :
FC
BEP
P - VC
Keterangan :
FC
BEP
VC
1
S
Berikut usaha yang akan dikembangkan :
3. Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel
sebesar Rp.250.000.000,-
10
1. Fixed Cost
2. Variable Cost
Penyelesaian :
150.000.00 0
Biaya tetap unit Rp.1.500,/unit
100.000
250.000.00 0
Biaya variabel unit Rp.2.500,/unit
100.000
11
Total biaya variabel ………………………..… Rp.250.000.000,- ( 50 %)
Rp.150.000.000,-
BEP unit 60.000 unit
Rp.5000,00 - Rp.2500,-
Rp.150.000.000,-
BEP rupiah Rp.300.000.000,-
Rp.250.000.000,-
1
Rp.500.000.000,-
Cara lain dapat dilakukan untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :
2. Dengan Coba-Coba
Artinya kita mencoba memasukkan angka-angka yang kita inginkan
sehingga akan terlihat batas laba atau rugi untuk setiap penjualan seperti
berikut ini.
Q (unit) TR FC VC TC Laba/Rugi
10.000 50.000.000 150.000.000 25.000.000 175.000.000 (125.000.000)
20.000 100.000.000 150.000.000 50.000.000 200.000.000 (100.000.000)
30.000 150.000.000 150.000.000 75.000.000 225.000.000 ( 75.000.000)
40.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000 250.000.000 ( 50.000.000)
12
50.000 250.000.000 150.000.000 125.000.000 275.000.000 ( 25.000.000)
60.000 300.000.000 150.000.000 150.000.000 300.000.000 0
70.000 350.000.000 150.000.000 175.000.000 325.000.000 25.000.000
80.000 400.000.000 150.000.000 200.000.000 350.000.000 50.000.000
90.000 450.000.000 150.000.000 225.000.000 375.000.000 75.000.000
100.000 500.000.000 150.000.000 250.000.000 400.000.000 100.000.000
3. Dengan Grafik
Dari grafik di bawah terlihat bawa untuk tiap-tiap masing unit
penjualan terdapat informasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya
tetap, biaya variabel, total biaya maupun laba atau rugi. Jadi manajemen
dapat melihat jika akan memproduksi sekian unit, akan terlihat seluruh
komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan baik dari
segi unit maupun rupiah yang diperoleh.
P Q
(000)
TC
BEP
300
P
150
60 Q (000)
13
titik impas. Batas aman digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan
yang dianggarkan untuk mengantisipasi penurunan penjualan agar tidak
mengalami kerugian.
Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau MoS adalah
sebagai berikut.
2. Penjualan MoS
Ini berarti bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40 % dari
tingkat penjualan yang direncanakan atau 167 % dari tingkat penjualan titik
impas yang telah ditetapkan perusahaan. Jika MoS ditentukan berdasarkan
hasil penjualan dapat dicari sebagai berikut.
14
Artinya pihak manajemen harus selalu mengantisipasi apabila terjadi
perubahan-perubahan yang akan menyebabkan perubahan perolehan titik
impas. Berikut ini adalah berbagai sebab yang mengakibatkan perubahan
titik impas.
Rp.150.000.00 0,-
BEP rupiah Rp.257.142.857,-
Rp. 250.000.00 0,-
1
Rp. 500.000.00 0,- x 120 %
Rp.150.000.00 0,-
BEP rupiah Rp.257.142.857,-
Rp. 250.000.00 0,-
1
Rp. 600.000.00 0,-
Rp.150.000.00 0
BEP (unit) 42.858 unit
Rp. 6.000 - Rp.2.500
atau
Rp. 257.142.85 7,-
BEP dalam unit 42.858 unit
Rp. 6.000,-
Dari BEP dalam unit tampak terjadi penurunan sebesar 17.142 unit,
yaitu dari 60.000 unit menjadi 42.858 unit.
15
Demikian juga apabila terjadi penurunan harga jual perunit sebesar
Rp.1000,- misalnya dari Rp.5.000,- menjadi Rp.4000,- BEP yang baru
adalah sebagai berikut :
Rp.150.000.00 0,-
BEP rupiah Rp.400.000.000,-
Rp. 250.000.00 0,-
1
Rp. 500.000.00 0,- x 80 %
Rp.150.000.00 0,-
BEP rupiah Rp.400.000.000,-
Rp. 250.000.00 0,-
1
Rp. 400.000.00 0,-
Rp. 400.000.00 0
BEP dalam unit 66.667 unit
Rp. 6000,-
dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 6.667 unit yaitu
dari 60.000 unit menjadi 66.667 unit.
Seperti diketahui bahwa dalam analisis BEP, biaya tetap secara total
diasumsikan tetap (konstan). Jadi apabila perubahan biaya tetap,
otomatis BEP nya juga berubah. Dalam praktiknya, apabila biaya tetap
turun, BEP akan turun. Perubahan biaya tetap biasanya diakibatkan
karena adanya tambahan kapasitas produksi atau kenaikan atau
penurunan (efisensi).
Sebagai contoh kita ambil dari kasus di atas apabila biaya tetap berubah
dari Rp.150.000.000 menjadi Rp.180.000.000 berarti adanya tambahan
biaya tetap sebesar Rp.30.000.000 (20 %) hal ini disebabkan karena
adanya kenaikan biaya tetap.
16
Dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp.60.000.000 yaitu
dari Rp.300.000.000,- menjadi Rp.360.000.000,-
Rp. 360.000.00 0
BEP dalam unit Rp.72.000,-
Rp. 5.000,-
Dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 12.000 unit yaitu
dari 60.000 unit menjadi 72.000 unit
Maka untuk nilai dari BEP rupiah dan BEP dalam unit adalah sebagai
berikut :
Rp.150.000.00 0,- x 90 %
BEP rupiah Rp.270.000.000,-
Rp. 250.000.00 0,-
1
Rp. 500.000.00 0,-
BEP akan juga ikut berubah apabila terjadi perubahan, baik terhadap
peningkatan maupun penurunan biaya variabel.
Rp.150.000.00 0,-
BEP rupiah Rp.375.000.000,-
Rp. 250.000.00 0,- x 120 %
1
Rp. 500.000.00 0,-
17
kemudian, sebaliknya jika terjadi penurunan terhadap biaya
variabel sebesar 20 %, BEP akan berubah sebagai berikut.
Rp.150.000.00 0,-
BEP rupiah Rp.250.000.000,-
Rp. 250.000.00 0,- x 80 %
1
Rp. 500.000.00 0,-
18
Contoh :
Pertanyaan :
Seperti diketahui bahwa dalam keadaan BEP, besarnya biaya total sama
dengan penjualan atau :
Sales = VC + FC
VC = Sales – FC
Jadi dari soal di atas :
Rp.180.000.00 0,-
RVC x 100 60 %
Rp. 300.000.00 0,-
19
FC Keuntungan
Sales Minimal
VC
1
S
Rp.120.000.000 Rp.50.000.000
Sales Minimal
180.000.00 0
1 J
300.000.00 0
Rp.120.000.000 Rp.50.000.000
Sales Minimal Rp. 425.000.00 0
6
1
10
1. Biaya
20
sulit karena ada biaya yang tergolong semi variabel dan tetap. Untuk
memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai
berikut :
Pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur
biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta
sifat-sifat biaya tersebut.
21
5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual
Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah
selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang
sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu periode dapat berubah-
ubah seiring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang berhubungan
langsung dengan produk maupun tidak.
Rumus yang Digunakan
Untuk mencari titik BEP dapat kita gunakan beberapa model rumus.
Pemakaian rumus dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan
pemakai. Hanya saja masing-masing rumus memiliki keuntungan atau
kelebihan masing-masing. Misalnya rumus matematika dengan grafik tentu
memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas, seperti lengkap tidaknya
informasi yang diberikan dan kemudahan dalam menggunkan. Sebagai
contoh, dengan menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah
mencari dan mengetahui titik impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan
model grafik memberikan informasi yang diberikan cukup luas dan dapat
dibuatkan grafik dengan mudah pula.
Untuk menentukan BEP suatu usaha bisnis dapat menggunakan
beberapa cara yaitu: (1) pendekatan trial and error, (2) pendekatan grafik,
dan (3) pendekatan matematis. Perhitungan break even point dengan
pendekatan trial and error (coba-coba), yaitu dengan menghitung keuntungan
operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu dan terus diulang
hingga menghasilkan volume produksi/penjualan yang menghasilkan
keuntungan = 0 (Total Revenu = Total Cost).
Apabila perhitungan menghasilkan keuntungan maka hitung kembali
dengan mengambil volume penjualan/produksi yang lebih rendah.
Sebaliknya, jika hasil perhitungan mengalami kerugian maka hitung kembali
dengan mengambil volume penjualan/produksi yang lebih besar. Demikian
dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan/produksi di mana
penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total. Sebagai
contoh : Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesan Rp 300.000.
Biaya variabel per unit Rp 40. Harga jual per unit Rp l00. Kapasitas produksi
22
maksimal 10.000 unit. BEP usaha ini dihitung dengan cara coba-coba dengan
menghitung keuntungan saat volume produksi 6.000 unit. Dengan volume
produksi 6.000 unit maka dapat dihitung keuntungan operasi sebagai berikut:
Π = Q x P – (FC + (Q x VC))
= Rp 60.000
= – Rp 60.000,00
= Rp 0.
23
volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu horizontal
(sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada
sumbu vertikal (sumbu Y).
Untuk menggambarkan garis biaya tetap dalam grafik break even
point dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggambarkan garis
biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X, atau dengan
menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel. Pada
cara yang kedua, besarnya contribution margin akan tampak pada gambar
break even point tersebut.
Penentuan break even point pada grafik, yaitu pada titik dimana
terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya
total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai
sumbu X akan tampak besarnya break even point dalam unit. dan Kalau titik
itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak
besarnya break even point dalam rupiah.
24
Gambar 2. Grafik BEP dengan Biaya Tetap yang Sejajar Garis Biaya
Variabel
Dari Gambar 1 dan Gambar 2 tersebut terlihat bahwa break even point
tecapai pada volume penjualan sebesar Rp 500.000 atau dinyatakan dalam
unit sebanyak 5.000 unit. Pada Gambar 2. adalah lebih baik karena pada
gambar tersebut tampak konsep contribution margin. Dalam gambar tersebut
break-even point tercapai pada volume kegiatan di mana contribution margin
(yaitu penghasilan penjualan minus biaya variabel) tepat sama besarnya
dengan biaya tetap, yaitu pada volume penjualan Rp 500.000 atau dalam unit
sebanyak 5.000 unit.
................................................................................. (1)
dimana
25
V = biaya variabel per unit
FC = biaya tetap
Dari contoh di atas dapat dihitung secara langsung dalam unit dengan
menggunakan rumus pada persamaan 1 dan hasilnya adalah sebagai
berikut:
....................................................................................... (2)
dimana:
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel
S = volume penjualan
26
Dalam analisa BEP perlu pula dipahami konsep Margin of Safety.
Margin of safety merupakan batas penurunan penjualan yang bisa ditolerir
oleh perusahaan agar tidak menderita kerugian (Sutrisno, 2000). Besarnya
margin of safety dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
27
contoh tersebut di atas besarnya margin of safety adalah Rp 500.000 dan
besarnya margin of safety ratio adalah 50%.
28
kerugian karena penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa
bagian dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk
menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.
Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan
biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan
tidak menderita kerugian disebut Break Even Point.
Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk
menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan
alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa
break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan
perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu
memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai
tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh
laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
29
PENUTUP
Kesimpulan
Teknik analisis Break Even Point sudah umum bagi segenap pelaku
bisnis. Hal ini sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan
yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan
mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :
30
3) Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Saran
Bila kita mencoba untuk memulai suatu usaha baru dalam rangka
untuk meningkatkan return kita (apapun usaha yang kita pilih seperti toko
lampu, toko HP, toko stationary, usaha laundry dll), tentunya kita perlu
menghitung-hitung berapa dana yang diperlukan untuk menyewa tempat
usaha, membeli perabotan, mempekerjakan karyawan dan hal-hal lain, dan
kita juga harus membuat proyeksi ; a) Berapa volume penjualan yang perlu
diperoleh agar dapat minimal menutup seluruh biaya-biaya timbul. Ini dikenal
dengan istilah Break Even Point (BEP/Analisis Pulang Pokok) dimana
seluruh biaya yang timbul sama dengan total penjualan yang diperoleh,
sehingga perusahaan tidak memperoleh laba maupun kerugian, b) Berapa
volume penjualan yang diperlukan agar kita dapat memperoleh laba yang kita
targetkan.
31
1) Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa
tempat usaha, perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang
tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit atau 2
unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali.
2) Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit
penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi
salesman, biaya antar, biaya kantong plastic, biaya nota penjualan.
3) Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli
32
DAFTAR PUSTAKA
http://matakuliahekonomi.wordpress.com/2010/11/16/pengertian-titik-impas-
break-event-point/
http://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/02/20/break-event-point
bep/2011/12/16
http://www.wealthindonesia.com/wealth-growth-and-accumulation/cara-simple-
menghitung-break-even-point-dalam-usaha.html
33